You are on page 1of 14

1.

Berkaitan dengan perbankan, jelaskan pemahaman saudara tentang kebijakan

macroprodential dan microprudential.

A. Macroprudential

Otoritas macro prudential NKRI adalah Bank Indonesia terfokus pada pengelolaan

perilaku komponen sistem keuangan dan perubahan selera risiko sektor keuangan NKRI

secara menyeluruh (overall risk appetite). OJK sebagai otoritas microprudential terfokus

pada konsentrasi risiko pada setiap lembaga keuangan, yaitu risiko setiap bank atau

bukan bank.

Tujuan kebijakan macro prudential adalah menghindari kehilangan output bangsa

dan kekayaan bangsa dalam jangka panjang dengan pembatasan pembangunan sistem

risiko keuangan. Untuk pelaksanaannya, kebijakan macro prudentialharus fokus kepada

kerusakan potensial akibat instabilitas keuangan. Penggunaan

kebijakan macro prudential untuk mengelola permintaan-agregat jangka-pendek berisiko

menambah distorsi-distorsi dengan penegakan batasan pada perilaku di luar wilayah itu,

dimana distorsi-distorsi keuangan timbul.

Salah satu tujuan penting kebijakan macro prudential adalah untuk (1)

menanggulangi eksternalitas negatif, yang beraksi sebagai kekuatan penyeimbang

penurunan alamiah setelah suatu boom terjadi, (2) mitigasi risiko yang menggumpal

(terkonsentrasi) di sektor keuangan,dan (3) mitigasi risiko keterkaitan

(interconnectedness).
Eksternalitas terkait pada (1) kekomplementeran strategis OJK dan BI, yang menjadi

dasar lembaga keuangan melakukan aksi berisiko tinggi pada periode pemulihan krisis

keuangan, (2) pelepasan berbagai aset keuangan penyebab penurunan-nilai-aset pada

periode kontraksi keuangan, dan (3) keterkaitan (interconnectedness) menyebabkan

guncangan berantai berbagai lembaga keuangan melalui jaringan kelembagaan

(institutional networks), atau dampak domino.

Ruang lingkup supervisi macro prudential mencakupi

 Fokus kepada kebijakan macro prudential, tertuju kepada sistem keuangan

sebagai sebuah kesatuan;

 Indikator-indikator macro prudential;

 Sistem-sistem peringatan dini (Early warning system);

 Pengujian stress terhadap sistem ekonomi makro;

 Pengawasan sistem keuangan NKRI dan ASEAN;

 Pendirian Dewan Risiko sistemik ASEAN;

 Peraturan standar akuntansi internasional;

 Regulasi macro prudential.

B. Microprudential

Terurai di atas bahwa otoritas macro prudential NKRI adalah Bank Indonesia terfokus

pada pengelolaan perilaku komponen sistem keuangan dan perubahan selera risiko
sektor keuangan NKRI secara menyeluruh (overall risk appetite). OJK sebagai

otoritas micro prudential NKRI yang terfokus pada konsentrasi risiko pada setiap

lembaga keuangan, yaitu risiko setiap bank atau bukan bank.

Kebijakan micro prudential pada umumnya menguji kemampuan tiap bank

menghadapi risiko eksogen (yaitu risiko karena fundamental ekonomi, hukum alam

(mis.dampak domino krisis), hukum ekonomi (mis. hukum pasok-permintaan), bencana

(mis. bank rush), kehendak Allah(mis.kematian CEO)), bukan risiko endogen (yaitu risiko

karena kelemahan sistem keuangan ciptaan bangsa itu, cq OJK dan BI), dalam sudut

pandang tidak terkait pada berbagai sistem lain.

Ruang lingkup supervisi micro prudential mencakupi

 Fokus kepada kesehatan lembaga keuangan, satu persatu

 Penerapan kerangka Basel III

 Manajemen risiko bank

 Risiko likuiditas

 Risiko pasar dan pengukuran risiko pasar

 Pengujian stress pada bank

 Manajemen risiko likuiditas

 Regulasi micro prudential


2. Jelaskan beberapa kebijakan perbankan yang ditujukan untuk memperkecil

risiko sistemik

Perkembangan situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan yang mengalami

perkembangan pesat serta diikuti oleh semakin kompleksnya risiko bagi kegiatan usaha

perbankan, semakin kompleksnya risiko tersebut akan meningkatkan kebutuhan praktek

tata kelola yang sehat (good governance) dan fungsi identifikasi, pengukuran,

pemantauan dan pengendalian risiko bank. Peningkatan fungsi identifikasi, pengukuran,

pemantauan dan pengendalian risiko dimaksudkan agar aktivitas usaha yang dilakukan

oleh bank tidak menimbulkan kerugian yang melebihi kemampuan bank atau yang dapat

mengganggu kelangsungan usaha bank. Pengelolaan setiap aktivitas fungsional bank

harus sedapat mungkin terintegrasi ke dalam suatu sistem dan proses pengelolaan risiko

yang akurat dan komprehensif. Dalam rangka menciptakan prakondisi dan infrastruktur

pengelolaan risiko maka bank wajib mengambil langkah-langkah persiapan pelaksanaan

pengelolaan risikonya yaitu dengan melengkapi diri dengan manajeman risiko.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, Manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai

berikut :

“Manajemen Risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko yang timbul dari

kegiatan usaha Bank.”

Perbankan dituntut untuk mengembangkan suatu proses manajemen risiko yang

sistematis dan secara transparan dapat dipertanggungjawabkan efektivitasnya. Untuk


memenuhi kebutuhan tersebut, berdasarkan hasil telaah dan analisis terhadap proses

bisnis perbankan dan kejadian-kejadian kerugian, proses manajemen risiko perbankan

dirancang secara sistematis meliputi empat tahapan proses yaitu: identifikasi,

pengukuran, pemantauan, dan pengendalian. Keempat tahap tersebut harus dijalankan

oleh satuan kerja yang independen dari satuan kerja operasional untuk memastikan

efektifitas pelaksanaannya.

Identifikasi risiko merupakan tahap yang paling awal untuk memahami karakter

risiko yang dikandung dalam bisnis perbankan. Proses identifikasi risiko diantaranya

dapat dilakukan melalui penelaahan catatan-catatan kerugian yang pernah dialami,

temuan-temuan satuan kerja audit intern hingga memanfaatkan manajer bisnis sebagai

nara sumber melalui suatu proses diskusi/wawancara atau survei tertulis.

Pengelompokan terhadap hasil identifikasi di atas dapat dilakukan dengan cara

mendefinisikan sendiri jenis dan kategori risiko sesuai kepentingan masing-masing bank.

Namun untuk memastikan bahwa bahasa yang digunakan dalam proses pengelolaan

risiko sebuah bank dapat dipahami oleh pihak eksternal, seperti investor

dan stakeholders lainnya, penetapan jenis dan kategori risiko dimaksud sebaiknya

memperhatikan terminologi yang umum digunakan.

Pengukuran risiko merupakan aktivitas yang paling banyak mengkonsumsi

sumber daya dalam pengembangan manajemen risiko suatu bank. Kendala yang paling

utama adalah metode pengukuran risiko yang masih terus dikembangkan serta belum

teruji dengan baik serta keterbatasan data historis yang dibutuhkan. Kondisi yang relatif

unik dihadapi dalam pengukuran risiko operasional, dimana komponen yang bersifat
kualitatif relatif dominan sehingga menyebabkan BIS menggunakan

istilah assessment bukan measurement khusus untuk risiko operasional.

Pemantauan risiko dilakukan dengan memperhatikan indikator dan parameter

yang telah ditetapkan. Data eksposur risiko yang diamati harus dicatat dan didokumentasi

secara memadai agar dapat dimanfaatkan pada saat dibutuhkan.

Pengendalian risiko merupakan tindak lanjut yang perlu diambil untuk

meminimalisasi potensi kerugian yang kemungkinan terjadi. Sesuai dengan strategi

manajemen risiko bank, pengendalian risiko dapat dilakukan dengan cara menghindari

(avoid), pengalihan (pemanfaatan asuransi), pengelolaan (pengembangan,

penyempurnaan, dan pelaksanaan prosedur operasional), atau pengabsorban (karena

biaya pengendalian risiko lebih mahal dibandingkan dengan dampak kerugian yang

diperkirakan akan terjadi).

Perlu dipahami bahwa tujuan dari manajemen risiko adalah bukan untuk

menghilangkan risiko sama sekali dari portofolio bisnis perbankan, melainkan untuk

meminimalkan terjadinya kerugian-kerugian yang secara signifikan dianggap dapat

menghambat kelangsungan usaha perbankan atau bahkan memberikan dampak dengan

skala yang lebih besar.

Mengapa Bank Indonesia sangat berkepentingan terhadap pengaturan dan

pengawasan terhadap perbankan termasuk masalah-masalah yang berkaitan dengan

pelaksanaan prinsip-prinsip perbankan, hal ini didasarkan pada empat pertimbangan

utama yaitu:
1. Pentingnya posisi bank dalam sistem keuangan, terutama dalam sistem pembayaran

dan kliring.

2. Sistem perbankan merupakan suatu sistem yang berpotensi menimbulkan bahaya,

berkenaan dengan operasional perbankan.

3. Sifat dari perjanjian bank.

4. Moral hazard yang timbul dari peranan perbankan sebagai the lender of last

resort perlu diantisipasi secara terus menerus oleh pemerintah.

Sebagai otoritas perbankan, moneter dan sistem pembayaran, tugas utama BI

tidak hanya menjaga stabilitas moneter namun juga dibarengi dengan menjaga stabilitas

sistem keuangan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas

keuangan begitu sebaliknya. Sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka

transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal. Sebagai bank sentral,

Bank Indonesia memiliki 5 (lima) peran utama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan,

antara lain:

1) Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui

instrument suku bunga dalam operasi pasar terbuka.

2) Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan

yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan melalui

mekanisme pengawasan dan regulasi.

3) Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran

sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta
dalam sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan

mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan

efek yang bersifat menular (contagion effect) sehingga menimbulkan gangguan yang

bersifat sistemik.

4) Melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan. Bank Indonesia dapat mengakses

informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan

secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan

dan menditeksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas system

keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi

bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mencegah

gangguan dalam sektor keuangan.

5) Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai Jaring Pengaman Sistem Keuangan

melalui fungsi bank sentral sebagai Lender of the Last Resort (LoLR). Fungsi LoLR

mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya

diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu

terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat

diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih

memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai

LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard.


2. Bank devisa maupun perusahaan internasional akan menghadapi risiko nilai tukar valuta.

Jelaskan bagaimana cara memanaj risiko tersebut

A. Beban dan Pendapatan Sesuai

salah satu sumber utama risiko mata uang asing adalah beban dan pendapatan

yang dikenakan dan diperoleh dalam mata uang asing. Sehingga salah satu cara untuk

mereduksi risiko tersebut adalah dengan mengubah praktik bisnis Anda sehingga tidak

lagi ada perbedaan semacam itu.

Sebagai contoh, suatu bisnis di Eropa yang melakukan manufaktur di Inggris tetapi

menjual produknya di Eropa akan bergantung pada gejolak mata uang antara

poundsterling dan euro. Dengan memindahkan proses manufaktur ke negara yang

berada dalam zona euro, perusahaan itu akan memiliki beban dan pendapatan dalam

euro sehingga sangat mengurangi bahkan menghilangkan risiko nilai tukar.

Ini adalah contoh sederhana namun dalam banyak hal berbagai bisnis tidak akan

mampu mengeliminasi risiko secara keseluruhan. Sederhana saja tujuannya adalah

memiliki keseimbangan yang lebih baik, sehingga apabila mata uangnya bergerak, Anda

mendapatkan sesuatu di satu bidang untuk menutupi kerugian di bidang yang lain

(sebagaimana bisa dilihat pada contoh di atas, yang paparan perusahaan terhadap euro

secara efektif seimbang antara beban dan pendapatan).

Strategi ini bisa sangat efektif, dan lebih mudah untuk dipahami secara konseptual

daripada beberapa strategi finansial yang ada. Meskipun demikian strategi-strategi


tersebut mungkin sulit dipraktikkan untuk melakukan perubahan sedemikian rupa pada

struktur bisnis tanpa harus menghadapi konsekuensi berat lainnya.

B. Pagari Resiko dengan Derivatif

Derivatif keuangan terkenal kompleksitasnya—dan terkadang itu benar, tetapi juga ada

beberapa strategi sederhana yang bisa Anda gunakan meskipun Anda tidak terlalu

paham trading.

Sebagai contoh, anggap saja perusahan punya pengeluaran besar yang jatuh tempo

sebulan dari sekarang, dan perusahaan tersebut harus membayarnya dengan mata uang

asing. Perusahaan tersebut telah menganggarkan $50.000, tetapi khawatir bahwa jika

terjadi perubahan nilai mata uang dalam beberapa pekan ke depan, akhirnya Anda harus

membayar lebih banyak.

Dengan satu kontrak "ke depan" sederhana, secara efektif mengunci nilai tukar

hari ini, memastikan bahwa ke mana saja nilai tukar bergerak mulai hari ini hingga

kemudian hari, jumlah yang harus Anda bayar tetap $50.000.

Memungkinkan juga untuk menggunakan derivatif dalam rangka mengelola lebih

banyak situasi kompleks daripada yang ini, dan jika dilakukan dengan baik Perusahaan

tersebut bisa mengurangi risiko perusahaan. Namun demikian berhati-hatilah, dan

pastikan Peruahaan tersebut memahami apa yang Preusahaan beli dan apa saja

risikonya. Dengan kemunculan Brexit dan pergerakan mata uang yang ekstrem, sejumlah
usaha kecil Inggris terbakar oleh strategi derivatif kompleks yang seharusnya bisa

mengelola risiko nilai tukarnya tetapi malahan meningkatkan risiko tersebut.


3. Suatu bank memiliki kondisi di mana aset-asetnya tidak matched dengan
hutang-hutangnya, floating rate dalam deposit, dan fixed-rate dalam pinjaman.
Dapatkah swaps digunakan untuk menutup risiko?. Jelaskan disertai contoh
secukupnya.

Untuk menghindari risiko kerugian yang timbul dari transaksi-transaksi yang

melibatkan berbagai mata uang, telah berkembang berbagai instrumen derivatif antara

lain forward contract, swap contract dan option contract. Instrumen derivatif tersebut

dapat juga digunakan untuk barang-barang komoditi dan surat berharga yang

diperdagangkan di pasar modal. Di samping untuk tujuan melindungi kepentingan pelaku

bisnis atas kontrak-kontrak yang telah dibuat, kontrak-kontrak derivatif dapat juga dibuat

semata-mata untuk tujuan mendapatkan keuntungan, dengan melakukan spekulasi atas

perubahan tingkat suku bunga, kurs mata uang asing dan harga komoditi.

Transaksi swap adalah pembelian dan penjualan mata uang asing secara

bersamaan. Transaksi swap banyak terjadi di pasar antar bank, dimana penyelesaian

transaksi beli dan jual dilakukan pada tanggal yang berbeda. Tanggal penyelesaian

transaksi tersebut value date. Baik pembelian maupun penjualan dilaksanakan dengan

bank yang sama.

Tipe transaksi swap yang umum dilakukan adalah membeli valuta asing di pasar spot

dan pada waktu yang sama menjualnya di pasar forward (disebut spot against forward

type). Kedua transaksi dilakukan dengan bank yang sama. Melalui transaksi ini, risiko

terhadap perubahan nilai tukar dapat dibatasi.

Tipe transaksi swap yang lebih mutakhir adalah forward-forward swap. Sebagai

contoh, seorang dealer hendak menjual £1.000 untuk ditukar dengan US$ dua bulan
mendatang. Nilai tukar forward 2 bulan saat ini adalah US$ 1.685/. melalui transaksi ini,

dealer tersebut dapat meminjam US$ selama dua bulan, tanpa harus kehilangan £–nya.

Selisih nilai tukar dapat dipandang sebagai selisih bunga pinjaman antara US$ dan £.

2. Currency Swap

 Currency Swap atau sering disebut Swap adalah suatu transaksi / kontrak untuk

membeli atau menjual valuta asing lawan valuta (asing) lainnya pada tanggal

valuta tertentu sekaligus dengan perjanjian untuk menjual atau membeli kembali

pada tanggal valuta berbeda di masa yang akan datang, dengan harga yang

ditentukan pada tanggal kontrak. Kedua transaksi tersebut dilaksanakan sekaligus

dan dengan counterparty yang sama.

 Jangka Waktu

Transaksi swap dapat dilakukan untuk jangka waktu 1 minggu sampai dengan 1

tahun.Tujuan transaksi swapUntuk memenuhi kebutuhan akan mata uang lokal sekaligus

pembayaran hutang dalam mata uang asing bagi anda yang menerima pinjaman dalam

mata uang asing dengan melakukan transaksi swap Sell/buy, yaitu menjual USD lawan

Rupiah pada valuta spot (pada saat menerima pinjaman dalam mata uang asing / USD)

dan membeli kembali USD lawan Rupiah pada valuta di masa yang akan datang (pada

saat pelunasan pinjaman dalam mata uang asing/USD).


 Tujuan transaksi swap

Untuk memenuhi kebutuhan akan mata uang lokal sekaligus pembayaran hutang

dalam mata uang asing bagi anda yang menerima pinjaman dalam mata uang asing

dengan melakukan transaksi swap Sell/buy, yaitu menjual USD lawan Rupiah pada

valuta spot (pada saat menerima pinjaman dalam mata uang asing / USD) dan membeli

kembali USD lawan Rupiah pada valuta di masa yang akan datang (pada saat pelunasan

pinjaman dalam mata uang asing/USD).

Mekanisme transaksi swap digambarkan pada diagram di bawah ini:

Contoh kontrak swap 2 bulan, USD 1 juta lawan Rupiah

You might also like