You are on page 1of 7

Nama : Atikah Damayanti

NIM : 03031181520005
Shift : Rabu, 08.00-10.00 WIB
Kelompok :2

KOROSI GALVANIK

Korosi merupakan penurunan kualitas yang disebabkan oleh reaksi kimia


bahan logam dengan unsur-unsur lain yang terdapat di alam (Sidiq, 2013).
Kebanyakan logam ada secara alami sebagai bijih-bijih yang stabil dari oksida-
oksida, karbonat, atau sulfida. Energi diperlukan untuk mengubah bijih logam
menjadi sesuatu yang bermanfaat. Korosi hanyalah perjalanan sifat pembalikan satu
proses yang tidak wajar kembali kepada keadaan tenaga yang lebih rendah.
Korosi mengakibatkan buruknya penampilan suatu benda kerja atau
material walaupun sebenarnya benda kerja tersebut masih dapat digunakan. Korosi
juga dapat mengakibatkan terkontaminasinya suatu produk. Terdapat berbagai
macam tipe korosi, salah satunya adalah korosi galvanik. Korosi galvanik terjadi
jika dua logam yang berbeda tersambung melalui elektrolit sehingga salah satu dari
logam tersebut akan terserang korosi sedang lainnya terlindungi dari korosi.
Prinsip korosi galvanik sama dengan prinsip elektrokimia yaitu terdapat
elektroda, elektrolit, dan arus listrik. Logam berfungsi sebagai anoda adalah logam
yang sebelum dihubungkan bersifat lebih aktif atau mempunyai potensial korosi
lebih negatif. Anoda akan terjadi reaksi oksidasi, sedangkan katoda terjadi reaksi
reduksi logam atau tidak terjadi reaksi apa-apa dengan cara proteksi katodik.
Deret galvanik adalah suatu daftar harga potensial korosi untuk berbagai
logam paduan yang berguna dalam kehidupan. Selain itu deret galvanik juga
mencantumkan harga potensial korosi untuk logam murni. Mengurangi terjadinya
korosi galvanik salah satunya adalah dengan pemilihan pasangan logam dengan
perbedaan potensial yang sangat kecil. Deret galvanik hanya memberikan informasi
kecenderungan korosi galvanik pada pasangan dua logam atau logam paduan.
Jenis korosi ini dapat diketahui dengan baik karena adanya dua logam yang
kontak secara elektrik dan tercelup dalam larutan air membentuk sel elektrokimia.,
dimana salah satu logam yang relatif kurang mulia akan mengalami korosi dan
logam yang lebih mulia tidak akan terjadi korosi. Timbulnya mekanisme reaksi
korosi jenis ini karena adanya perbedaan potensial sistem logam dimedia larutan
berair yang lebih dikenal dengan deret tegangan logam. Contoh korosi galvanik
misalnya pada seng terjadi akibat perbedaan potensial lokal yang dimilikinya.
Nama : Atikah Damayanti
NIM : 03031181520005
Shift : Rabu, 08.00-10.00 WIB
Kelompok :2

Sifat korosi galvanik telah dilakukan secara luas untuk melindungi struktur
logam. Sebagai contoh struktur baja di hubungkan dengan logam seng yang
berfungsi sebagai anoda yang di korbankan (anoda tumbal). Laju korosi baja sangat
menurun karena potensial antar muka baja terpolarisasi katodik sehingga mendekati
daerah immunnya. Sebagaimana halnya korosi galvanik, potensial antar muka
setempat pada permukaan struktur yang di lindungi oleh terdistribusi secara tidak
merata. Semakin jauh jarak lokasi pada permukaan struktur yang dilindungi dari
anoda tumbal, semakin rendah proteksi yang dapat menjangkau lokasi tersebut.

1. Deret Galvanik
Deret Galvanik adalah suatu daftar harga-harga potensial korosi suatu
logam atau paduannya sehingga dapat diketahui logam manakah yang bersifat lebih
aktif dibandingkan dengan logam lainnya. Deret galvanik berguna sebagai
pedoman di dalam merancang sebuah benda kerja yang terbuat dari beberapa logam
atau paduan logam sehingga benda kerja yang dihasilkan terhindar dari korosi
galvanik. Agar benda kerja yang dibuat terhindar dari korosi galvanik maka logam
atau paduan logam yang digunakan memiliki perbedaan potensial sekecil mungkin.
Akan tetapi, deret galvanik tidak dapat menerangkan kapan suatu benda kerja
terkena korosi galvanik karena deret galvanik hanya merupakan pembuktian
terjadinya korosi galvanik secara termodinamika, tidak secara kinetika.
Deret galvanik dikenal yang namanya katoda maupun anoda. Katoda adalah
logam-logam yang memiliki sifat lebih mulia dan memiliki nilai potensial yang
besar, sedangkan anoda adalah logam-logam yang memiliki sifat yang lebih reaktif
dan memilki nilai potensial yang kecil. Jadi, apabila suatu logam memiliki nilai
potensial yang semakin besar maka logam tersebut akan termasuk logam katoda,
dan semakin kecil nilai potensial logam maka logam tersebut akan semakin anoda.
Logam anoda pada korosi galvanik yang akan bertindak sebagai pelindung dari
logam-logam katoda yang berada pada lingkungan yang korosif. Deret galvanik
sangat berperan penting dalam korosi galvanik, karena dapat berfungsi dalam
menentukan logam mana yang sesuai dan dapat mencegah dari ancaman korosi
galvanik. Dengan adanya deret galvanik, dapat mempermudah dalam memilih
logam-logam yang memiliki perbedaan beda potensial yang kecil.
Nama : Atikah Damayanti
NIM : 03031181520005
Shift : Rabu, 08.00-10.00 WIB
Kelompok :2

2. Faktor yang Mempengaruhi Korosi Galvanik


Korosi merupakan suatu perusakan atau degradasi material yang terjadi
secara alamiah. Korosi galvanik disebut juga sebagai korosi logam tak sejenis atau
korosi dwilogam. Korosi ini terjadi jika dua buah logam atau logam paduan yang
berbeda dalam suatu lingkungan yang sama dan saling berhubungan. Hal ini dapat
terjadi karena dihasilkan suatu beda potensial diantara logam tesebut. Terdapat
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap korosi galvanik sebagai berikut.
2.1. Lingkungan
Tingkatan korosi galvanik tergantung pada keagresifan dari lingkungannya.
Umumnya logam dengan ketahanan korosi yang lebih rendah dalam suatu
lingkungan berfungsi sebagai anoda. Biasanya baja dan seng (Zn) keduanya akan
terkorosi akan tetapi jika keduanya dihubungkan maka Zn akan terkorosi sedangkan
baja akan terlindungi. Pada kondisi khusus, sebagai contoh dalam lingkungan air
dengan temperature 180°F, terjadi hal sebaliknya yaitu baja mengalami korosi
sedangkan Zn terlindungi. Rupanya dalam kasus ini produk korosi pada Zn
bertindak sebagai permukaan yang lebih mulia terhadap baja. Menurut para
peneliti, Zn menjadi kurang aktif dan potensialnya menjadi kebalikannya jika ada
ion-ion penghalang seperti nitrat, bikarbonat, atau karbonat dalam air.
2.2. Jarak
Laju korosi pada umumnya paling besar pada daerah dekat pertemuan
antara kedua logam. Laju korosi berkurang dengan semakin bertambahnya jarak
antara pertemuan kedua logam-logam tersebut. Pengaruh jarak ini tergantung pada
konduktivitas larutan yang digunakan dan korosi galvanik dapat diketahui dengan
adanya serangan korosi lokal pada daerah dekat pertemuan logam.
2.3. Luas Penampang
Luas penampang elektroda terhadap korosi galvanik adalah pengaruh
perbandingan luas penampang katodik terhadap anodik. Jika luas penampang
katodik jauh lebih besar dari pada katoda. Makin besar rapat arus pada daerah anoda
mengakibatkan laju korosi makin cepat pula. Korosi di daerah anodik akan menjadi
100-1000 kali lebih besar jika dibandingkan dengan keseimbangan luas penampang
anodik dan katodik. Contoh lain luas penampang elektroda adalah ratusan tangki
Nama : Atikah Damayanti
NIM : 03031181520005
Shift : Rabu, 08.00-10.00 WIB
Kelompok :2

penyimpanan yang besar dipasang pada bagian utama pabrik yang mengalami
program ekspansi. Tangki-tangki yang pertama digunakan adalah terbuat dari baja
karbon dan permukaan dalamnya dilapisi atau dilindungi oleh cat fenolik. Tangki-
tangki ini dapat digunakan dengan baik untuk beberapa tahun. Tetapi lama-lama
lapisan cat bagian bawah rusak dan menyebabkan terjadinya kontaminasi.
Oleh karena itu, tangki-tangki yang baru bagian bawahnya dilengkapi
dengan stainless steel yang melindungi baja karbon untuk pemakaian yang lebih
baik dan mengurangi biaya perawatan. Kemudian cat pelapis fenolik juga diberikan
diseluruh permukaan-permukaan dinding tangki sedangkan bagian bawah tangki
yang dilapisi stainless steel tidak diberi lapisan cat karena mempunyai sifat
ketahanan korosi yang baik. Setelah beberapa bulan beroperasi, mulai terlihat
adanya kebocoran di dinding tangki yaitu di atas penyambung logam/las-lasnya.
3. Jenis-Jenis Korosi Galvanik
Korosi galvanik sistem besi dan seng, potensial elektroda standar dari logam
seng (Zn) adalah -0,763 V, dan potensial logam besi (Fe) adalah -0,44 V. Sehingga
perbedaan potensial keduanya adalah 0,323 V. Diketahui bahwa potensial Zn lebih
rendah daripada potensial Fe, oleh karena itu, Zn larut dalam elektrolit menurut
reaksi anodik. Sistem galvanik ini menyebabkan seng terkorosi dengan melepaskan
elektron. Elektron mengalir dari daerah anoda seng ke katoda besi. Kemudian
dipermukaan katoda besi, elektron ini habis digunakan dalam reaksi katodik.
Korosi galvanik sistem besi dan tembaga, potensial elektroda standar logam
besi adalah -0.44 V, dan potensial logam tembaga adalah 0,337 V. Sehingga
perbedaan potensial kedua logam tersebut adalah 0,777 V. Potensial besi Fe lebih
rendah daripada potensial tembaga, maka pada permukaan logam besi terjadi reaksi
anodik dan Fe larut dalam sistem. Sel gavanik menyebabkan logam Fe terkorosi.
Pada permukaan tembaga terjadi reaksi katodik antara elektron dengan ion
hidrogen. Katoda akan terpolarisasi oleh kehadiran ion-ion hidrogen yang
menghasilkan lapisan film dan menutupi permukaan katoda. Lapisan film yang
terbentuk mempengaruhi kinetika atau kecepatan korosi berikutnya. Reaksi katodik
menjadi lambat. Reaksi elektron dengan ion hidrogen yang terlarutpun menjadi
lebih lambat. Lambatnya reaksi katodik menyebabkan melambatnya reaksi.
Nama : Atikah Damayanti
NIM : 03031181520005
Shift : Rabu, 08.00-10.00 WIB
Kelompok :2

Larutan elektrolit yang memiliki konsentrasi ion hidrogen tinggi seperti


larutan asam, maka ion hidrogen akan teradsorpsi pada permukaan katoda dan
membentuk gas hidrogen yang meninggalkan permukaan katoda. Reaksi ini mampu
menyebabkan terjadinya korosi yang berkelanjutan. Reaksi pembentukan gas
hidrogen di katodik berjalan terus akan diikuti dengan reaksi pelepasan ion logam
di daerah anoda. Jika reaksi pembentukan gas hidrogen terjadi, maka korosi terjadi.
Umumnya larutan air teraerasi, oleh karenanya ion hidrogen yang terbentuk pada
permukaan katoda bereaksi dengan oksigen. Kinetika untuk reaksi ini sangat
ditentukan oleh laju difusi oksigen ke permukaan katodik. Selama katoda
menghasilkan reaksi ini, maka reaksi pelarutan logan di anoda juga terjadi.

4. Pencegahan Korosi Galvanik


Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat
dihindari, namun dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi kerugian
dan mencegah dampak negatif yang diakibatkannya. Melalui penanganan ini umur
produktif peralatan elektronik dalam rumah tangga atau kegiatan industri menjadi
panjang sesuai dengan yang direncanakan, bahkan dapat diperpanjang untuk
memperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi. Upaya penanganan korosi diharapkan
dapat menghemat biaya opersional, sehingga berpengaruh terhadap efisiensi dalam
suatu kegiatan industry serta menghemat anggaran pembelanjaan rumah tangga.
Adapun cara penanggulangan korosi galvanik yaitu menghindari kontak
logam yang berbeda (logamnya harus sama), mencegah kontak listrik antara dua
komponen logam, penggunaan pengaruh luas permukaan, menghindari daerah yang
basah pada logam, merancang dengan baik alat-alat agar dapat mengganti bagian-
bagian anoda yang rusak dengan menggunakan bahan-bahan yang siap pakai atau
membuat anodik yang lebih tebal agar lebih tahan lama, dan menambahkan
inhibitor (penghambat) untuk mengurangi keagresifan pada lingkungan.
Inhibitor berasal dari kata inhibisi yang berarti menghambat. Inhibitor
merupakan perlakuan kimia untuk perlindungan korosi pada bagian logam yang
berhubungan langsung dengan lingkungan korosif dengan menambah zat
penghalang korosi. Inhibitor ditambahkan dalam lingkungan dalam jumlah sedikit,
yaitu dalam satuan ppm, yang umumnya 10-100 ppm (Djapri, 1995).
Nama : Atikah Damayanti
NIM : 03031181520005
Shift : Rabu, 08.00-10.00 WIB
Kelompok :2

Mekanisme inhibitor terbagi menjadi beberapa macam, yaitu physical


inhibitor, molekul inhibitor secara fisik teradsorbsi ke permukaan material atau
senya organik yang mengabsorbi permukaan logam dan menekan kelarutan logam
serta mengurangi reaksinya. Passivator, membentuk lapisan pasif pada permukaan
material, sehingga memperlambat reaksi anodik, contohnya kromat, serta
membantu memperbaiki lapisan film ddengan membentuk senyawa passivator.
Precipitation inhibitor, memperlambat reaksi katodik dengan mengubah potensial
ke arah negatif, contohnya fosfat dan silikat dengan meningkatkan polarisasi
anodik/katodik dan mengurangi difusi ion di permukaan logam. Destimulator,
menurunkan kadar oksigen pada lingkungan contohnya pada reaksi hydrazine.
Menghindarkan terjadinya hubungan galvanik logam, hal ini dapat
dilakukan dengan cara memilih material yang memiliki potensial yang ridak jauh
berbeda (berdekatan pada urutan galvanik) pada saat perencanaan. Mengotrol
anoda, apabila hubungan galvanik tidak dapat dihindarkan maka logam yang
menjadi daerah anoda hendaknya diperluas/dibuat lebih tebal. Secara ekonomi akan
lebih baik lagi melakukan dengan membuat anoda menjadi bagian yang mudah
diganti. Untuk kontrol peristiwa korosi, diperlukan untuk memilih logam atau
paduan sedimikian rupa sehingga pertukaran ion dengan lingkungannya tidak
berlangsung dengan cepat atau dengan kata lain memilih logam atau paduannya
yang perbedaan potensialnya dengan lingkungannya tidak terlalu besar.
Faktor-faktor yang sering diperhitungkan dalam proses pemilihan material
antara lain memiliki ketahanan korosi yang lebih tinggi di suatu media tertentu
yang mana pada deret galvanik berada pada daerah noble atau katodik. Pemilihan
material dipertimbangkan juga dalam perannya sebagai pelapis permukaan luar
(coating) maupun sebagai pelapis permukaan dalam (lining). Menghindarkan
terjadinya cacat lapisan, pada pelapisan logam hubungan galvanik akan terjadi
apabila lapisannya pecah, oleh karena itu pada saat proses pelapisan dilakukan
harus dihindarkan terjadinya cacat pelapisan yang dapat menjadi anoda yang sangat
kecil. Pelapisan (coating) berfungsi seperti “kosmetik” yang mencegah logam
mengadakan kontak langsung dengan lingkungannya yang korosif sehingga dapat
melindungi logam dari korosi. Pelapisan dapat dilakukan secara fisika atau kimia.
Nama : Atikah Damayanti
NIM : 03031181520005
Shift : Rabu, 08.00-10.00 WIB
Kelompok :2

DAFTAR PUSTAKA

Djapri, S. 1995. Ilmu dan Teknologi Bahan. Jakarta: Erlangga.


Sidiq, M. 2013. Analisa Korosi dan Pengendaliannya. Jurnal Foundry. Vol. 3(1) :
25-30.
Munawaroh, A. 2013. Korosi Galvanik. (Online). https://id.scribd.com/document/
171105223/KOROSI-GALVANIK. (Diakses pada Tanggal 2 Maret 2018).

You might also like