Professional Documents
Culture Documents
STUDI KEBANTENAN
PEREKONOMIAN DI BANTEN
Disusun oleh :
Nama kelompok :
Tahun 2016/2017
KATA PENGANTAR
Kami memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT karena atas hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul perekonomian di banten..
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kehidupansosialdikesultananbanten………………………….. 5
3.1 DaftarPustaka…………………………………………………… 18
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Banten menjadi icon pelabuhan jalan sutera yang penting, bahkan setelah
kedatangan Islam di daerah pesisir Banten telah ada jalur perdagangan. Awal
mjula Banten yang terletak di daerah pedalaman ditepian sungai Ci Banten.
Sementara di pesisir Banten menjadi semakin berkembang dengan perubahan
pemerintahan dan keagamaan Islam.
a. Faktor Geografis
Selain itu, Banten juga dekat dengan Selat Sunda sehingga letak Banten
sangat strategis. Selat Sunda menjadi pintu masuk utama ke Nusantara bagian
Timur melewati pantai Barat Sumatera bagi pedagang muslim. Setelah jatuhnya
Maalaka ke tangan Portugis pada tahun 1511, pedagang Eropa datang dari ujung
Selatan Afrika dan Samudera Hindia. Seperti halnya kedatangan bangsa Belanda
yang memotong rute ujung Selatan dan menyebrangi samudera Hindia menuju
Selat Sunda.
b. Faktor Agama
Perintis juga di dukung oleh pedagang muslim baik dari Nusantara maupun
luar Nusantara sehingga pada perkembangan selanjutnya. Kesultanan Banten
tampil sebagai negara maritim dengan mengutamakan pelayaran dan
perdagangan, sedangkan bidang pertanian hanya sebagai unsur penunjang berupa
pembukaan lahan sawah yang ditanami padi pada masa pemerintahan Maulana
Yusuf (1570-1580) dan pembukaan lahan perkebunan lada (Djajadiningrat,
1983;219)
Dari perjanjian tersebut dapat dilihat bahwa pada saat itu komoditi lada
tergolong penting sehingga menarik perhatian bagi bangsa Belanda. Oleh karena,
pada Abad XVII lada merupakan satu-satunya produk paling cocok untuk Eropa.
Harga lada pada tahun 1662 mencapai empat real per pikul (ANRI, Bundel
Palembang No. 62.2)
7 Hasil Pertanian
Salah satu upaya masyarakat Kesultanan banten meningkatkan hasil
produksi pertaniannya, antara lain dengan membudidayakan berbagai jenis
tanaman, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun dijual ke luar
kesultanan.Petani, sebagai produsen yang mengupayakan lahan untuk bercocok
tanam berperan penting sebagai penghasil komoditas yang diperjualbelikan.
Dalam hal ini, produsen dianggap menguasai alat produksi, termasuk tenaga
kerja, dan menukarkan tenaga kerjanya sendiri serta hasil produksinya dengan
barang-barang dan jasa-jasa orang lain.
a) Lada
Pada masa penjualan lada mengalamai pasang surut sesuai dengan banyak
sedikitnya permintaan akan komoditas tersebut. Kondisi ini mendorong pula
petani lada untuk mengendalikan harga, bila permintaan dan persediaan banyak,
maka harga lada menjadi turun sebaliknya kalau permintaan banyak namun
persediaan sedikit maka harga menjadi mahal.Akibat dari perubahan ini maka
perdagangan menjadi meningkan, baik secara ekonomi maupun politik dan
mendatangkan kemakmuran.
Ada ciri yang menarik dari system perdagangan di pelabuhan Banten ini,
yaitu penggunaan ukuran dan sauna berat timbangan yang dignakan untuk
menimbang lada. Diketahui bahwa satu gantang berisi kira-kira 3 pon menurut
timbngan Belanda, seain itu satu bahar sama dengan 375 pon (Chijs. 1881).
Sedangkan pada zaman sekarang sat upon sama dengan ½ kilogram[5].
b) Beras
Salah satu komoditas ekspor kesultanan Banten selain lada ialah padi meski
tidak berlangsung lama. Dalam sejarah Banten disebutkan Sultan Ageng
memerintahkan untuk membangun lumbung besar di alun-alun.
c) Cengkeh
Bahan rempah lain yang banyak dijual keluar Banten adalah cengkeh
sebagaimana tercatat oleh arsip VOC, tahun 1629 diperkiraakan cengkeh yang
dibeli oleh Inggris sebanyak 120.000 pon. Jumlah ini meningkat ditahun 1636
hingga mencapai 300.000 pon, dan menurun di tahun 1638 hanya 118.000 bahkan
ditahun 1641 hanya mencapai 46.000 pon. Besarnya jumlah cengkeh yang
berhasil di ekspor Banten memperlihatkan bahwa perdagangan rempah dari
kawasan luar Banten berlangsung dengan baik.
d) Buah-buahan
Menurut catatan Belanda yang termuat didalam Dagh Register tahun 1676
tertulis bahwa Banteng menghasilkan berbagai buah-buahan dan sayur mayor
dijual ke Batavia. Termasuk diantaranya ialah kelapa, pinang, tembakau, asam,
bahkan disebutkan adanya pengiriman telur asin serta gula. Berita tertulis lain
mengutarakan bahwa Banten menghasilkan pula ketimun, buncis, dan semangka.
e) Gula
f) Jahe
Peristiwa diatas terlihat bahwa penguasa melakukan jual beli yang bersifat
yang ahrus dibeli konsumen dan tidak mustahil bila harga ditentukan oleh
penguasa.monopoli, dimana produsen menentukan sendiri siapa dan berapa
banyak barang
c. Rotan
Dahg Register tahun 1676 yang menyebut bahwa Banten mengirimka rotan
ke Batavia. Rotan yang merupakan salah satu hasil hutan dan pada umumnya
tidak dibudidayakan manusia, merupakan barang daganagan yang bersifat ekspor
saat itu. kawasan hutan yang berada disebelah selatan kota Banten agaknya
berpotensi dalam menghasilkan rotan yang cukup banyak.
d. Cangkang Kura-kura
Barang ini sangat diminati oleh pedagang Cina untuk dibawa ke negerinya.
Besar kemungkinan cangkak kura-kura ini digunakan sebagai bahan baku
berbagai ragam perhiasan maupun alat. Berdasarkan pengamatan saat ini, tidak
sedikit perhiasan seperti bros, tusuk konde dan anting-anting.
e. Gading Gajah
Barang ekspor lain yang dituliskan sebagai mata dagangan dari Banten, dan
banyak dijual ke negeri Cina adalah gading gajah. Keberadaan gading gajah di
Banten diperkirakan tidak betalian dengan habitat binatang tersebut, karena
kawasan Banten bukan merupakan daerah hunian gajah. Besar kemungkinan
gading gajah diperoleh dari Lampung, karena habitat gajah sampai saat sekarang
masih ditemukan diarea lampung.
f. Opium
2. Bahan Sandang
Selain pangan dan sandang, Banten juga mengimpor beraneka peralatan dan
bahan baku. Di Kesultanan Banten banyak terdapat keramik yang bersal dari
Cina, Jepang, Thailand,Eropa, dan lain sebagainya. Selain untuk diperjual
belikan, keramik juga bisa didapatkan kesultanan Banten melalui hadiah yang
bersifat politis.
3. Budak
Salah satu komoditas penting yang banyak diperdagangkan pada masa lalu
adalah budak. Besar kemungkinan penyebab utama munculnya perdagangan
budak di Kesultanan Banten dikarenakan sebagian dari masyarakatnya
membutuhkan banyak tenaga kerja terutama tenaga kasar. Sultan, sebagai
penguasa tertinggi memiliki jumlah budak yang banyak.
Keadaan ini dapat terjadi akibat kalah perang, upeti, warisan orang tua,
orang hukuman, dan sebagainya. Budak-budak yang di perdagangkan di Banten
berasal dari Bali, Maluku, Lombok, dan Sulawesi Selatan. Budak selain sebagai
komoditas dapat pula merangkap sebagai “alat” produksi bagi pemiliknya, yang
dapat diperjual belikan bagi pemenuhan kebutuhan orang lain.
Banten Kota Pelabuhan Jalan Sutera; Kumpulan Makalah Diskusi. 1995. Jakarta.
Depdikbud.