You are on page 1of 13

TUGAS MAKALAH

BAHASA INDONESIA

“ HUBUNGAN BAHASA DALAM BERKOMUNIKASI SEHINGGA


MENGHASILKAN KEBUDAYAAN “

DISUSUN OLEH

NAMA : LA ODE ARDINA

STAMBUK : S1B117026

KELAS : A

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah yang berjudul " Hubungan Bahasa Dalam
Berkomunikasi Sehingga Menghasilkan Kebudayaan " ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 14 Oktober 2017

Penulis
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 4


1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
2.1 Pengertian Bahasa dan Budaya ............................................................................................... 5
a. Pengertian Bahasa................................................................................................................. 5
b. Pengertian Budaya ................................................................................................................ 5
2.2 Proses Pembentukan Bahasa .................................................................................................. 6
2.3 Bahasa Dalam Berkomunikasi ................................................................................................. 6
2.4 Aspek Budaya Dalam berkomunikasi ...................................................................................... 7
2.5 Proses Komunikasi Menghasilkan Kebudayaan ....................................................................... 8
Bagaimana Budaya mempengaruhi Komunikasi? ....................................................................... 8
Bagaimana Komunikasi mempengaruhi Budaya? ..................................................................... 11
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan salah satu bagian dalam kebudayaan yang ada pada semua
masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari
kebudayaan di mana manusia memegang peranan penting, bahasa juga turut ambil bagian
dalam peran manusia itu karena fungsinya sebagai alat komunikasi yang terus berkembang
sesuai dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri. Karena bagian dari budaya dan
peranannya terhadap manusia inilah maka bahasa perlu dilestarikan, terutama yang berkenaan
dengan pemakaian bahasa daerah karena merupakan lambang identitas suatu daerah,
masyarakat, keluarga dan lingkungan. Pemakaian bahasa daerah dapat menciptakan
kehangatan, dan keakraban. Oleh karena itu, bahasa daerah diasosiasikan dengan perasaan,
kehangatan, keakraban dan spontanitas (Alwasilah, 1993).

Bangsa Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku atau kelompok etnis di tanah
air. Tiap kelompok etnis mempunyai bahasa masing-masing yang dipergunakan dalam
komunikasi antaretnis atau sesama suku. Bahasa memegang peranan penting dalam setiap
bidang karena dengan bahasa dapat diungkapkan atau disampaikan isi pikiran si pemakai
bahasa. Dengan bahasa dapat pula terjalin interaksi dalam masyarakat walaupun terdiri atas
beberapa kelompok etnis yang berbeda. Bahasamerupakan salah satu unsur kebudayaan yang
sangat penting peranannya sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud dan
pokok pikirannya.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang di bahas dalam makalah ini adalah “ Bagaimanakah Hubungan Antar
Bahasa Dalam Berkomunikasi Sehingga Menghasilkan Kebudayaan “

1.3 Tujuan

Hasil dari penulisan makalah diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak. Khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahun dan wawsasan mengenai
Hubungan bahasa dan kebudayaan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahasa dan Budaya

a. Pengertian Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang
dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-
masing mempunyai makna, yaitu, hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan
objek atau konsep yang diwakili kumpulan kata atau kosakata itu oleh ahli bahasa disusun
secara alfabetis, atau menurut urutan abjad,disertai penjelasan artinya dan kemudian
dibukukan menjadi sebuah kamus.

b. Pengertian Budaya

Secara etimologis budaya adalah sesuatu yg sudah menjadi kebiasaan yg sudah sukar
diubah dalam konteks peradaban masyarakat. Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata
budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai
singkatan kata kebudayaan, yang berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah yaitu bentuk
jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda
di istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture.

Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah,
mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini
berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk
mengolah dan mengubah alam. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
2.2 Proses Pembentukan Bahasa

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa budaya merupakan pembentuk


bahasa maka bahasa yang terbentuk ini pun sebenarnya juga merupakan kesepakatan atau
konvensi yang mengakar budaya pada suatu komunitas yang lebih kecil (mikrosistem). Jika
bahasa yang digunakan mikrosistem ini eksis, berkembang dan menyebar maka dapat
diterima oleh makrosistem. Sebagai contoh, bahasa Melayu (Riau & Kepulauan Sumatera)
yang merupakan dasar pembentukan bahasa Indonesia dapat berkembang karena menjadi
lingua franca atau bahasa pergaulan, seperti dalam perdagangan, penaklukan suatu kerajaan
(politik), pendidikan dan perkawinan.

Bahasa Melayu sudah lama digunakan dalam budaya Melayu di wilayah Nusantara,
antaranya di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand Selatan (Pattani), Filipina,
Vietnam, Kemboja, Kepulauan Pasifik, Sri Lanka, Cape Town, Papua dan Timor Leste. Oleh
karena itu, diperkirakan lebih dari 300 juta orang menggunakan bahasa Melayu sebagai
bahasa kehidupan sehari-hari. Bahkan bahasa Melayu dikenal sebagai bahasa terbesar
keempat di dunia setelah bahasa Inggeris, bahasa Mandarin dan bahasa Hindi/ Urdu (Asmah,
1998). Kemudian bahasa Melayu ini berkembang sesuai dengan kondisi sejarah, demografi,
pendidikan dan politik di setiap wilayah yang menggunakannya (Zack, 2007).

Dalam bahasa Indonesia sendiri telah mempunyai kesepakatan untuk membakukan


bahasa verbal dalam bentuk tulisan (simbol) dan ucapan. Kesepakatan budaya ini yang telah
dibakukan dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

2.3 Bahasa Dalam Berkomunikasi

Dalam sebuah komunikasi bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan mutlak
adanya. Bahasa menjadi sebuah alat dalam komunikasi yang mana bahasa dan komunikasi ini
memiliki hubungan yang tak terpisahkan. Bahasa merupakan interpretasi dari apa yang
hendak disampaikan oleh komunikator terhadap komunikan. Penggunaan bahasa yang baik
dan mudah untuk dimengerti oleh orang lain akan berdampak pada komunikasi yang berjalan
dengan baik pula.

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang bergerak maju dalam berbagai
kegiatan, termasuk kegiatan dalam bidang sains, ilmu-ilmu sosial, kemanusiaan, dan
teknologi didasari generasi tua ke generasi muda, pendokumentasian karya ilmiah, dan
penyebarluasan penemuan baru. Banyak buku ilmiah sudah diterbitkan, baik berupa karya
asli maupun terjemahan, dan banyak pula artikel dan makalah yang disebarluaskan.
Semuanya itu dilakukan untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan teknologi di
bumi Indonesia tercinta ini. Semua kegiatan ilmiah yang dikemukakan di atas dilakukan
dengan menggunakan alat komunikasi bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan. Jadi
jelas, bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi untuk menyebarluaskan informasi tentang
kegiatan ilmiah dalam berbagai bidang ilmu, baik ilmu-ilmu sosial, kemanusiaan, sains,
maupun teknologi

Bahasa selalu berkembang sebagai alat komunikasi bahasa selalu mengikuti


perkembangan teknologi dan budaya manusia yang menggunakannya. ragam bahasa ilmiah
alat komunikasi dalam lingkup resmi atau ilmiah dengan demikian juga akan mengalami
proses seiring dengan perkembangan teknologi dan budaya manusia yang menggunakannya
itu. hal ini brarti proses pembakuan kata atau ejaan pun juga akan berjalan seiring dengan
perjalanan waktu

2.4 Aspek Budaya Dalam berkomunikasi

Para sosiolog antropolog menyarikan bahwa budaya merupakan proses konvensi atau
kesepakatan berdasarkan pemikiran dan perasaan manusia dengan kumpulannya. Termasuk
salah satunya ialah kesepakatan bahasa. Perlu ditekankan dalam pemaknaan bahasa di sini
bukan saja perihal komunikasi verbal tetapi juga bahasa yang mengarah kepada non verbal.
Secara jelas, mungkin kita tetap bisa hidup tanpa budaya dan bahasa, namun tidak sebaik
sekarang. Mungkin kita tetap bisa hidup di zaman batu karena budaya dan bahasa yang
disepakati pada saat itu lebih sederhana daripada sekarang ini. Namun karena kita telah
terbiasa dengan kemajuan budaya dan bahasa kita sehingga kalau sekarang kita diminta
kembali ke zaman batu tentunya akan mengalami tekanan (stress). Mengapa stress? Karena
terjadi kesenjangan antara harapan kita yang ingin berkomunikasi da berbudaya secara maju
namun realitanya kalau kita kembali ke zaman batu, hal tersebut tidak mungkin terjadi. Oleh
karena itu, fenomena akan selalu kembali merujuk kepada konteksnya (Albert Camus).

Oleh karena pentingnya budaya dalam proses komunikasi sebagai salah satu
determinan atau faktor penentu maka Burgon & Huffner (2002) menjelaskan bahwa budaya
merupakan salah satu fondasi utama dalam proses komunikasi. Pernyataan ini mempunyai
alas an bahwa budaya merupakan faktor pembentuk adanya bahasa yang disepakati dalam
komunitas tertentu. Sekali lagi, perluasan jenis bahasa ini termasuk bahasa verbal dan non
verbal. Contoh bahasa yang terbentuk dengan kesepakatan budaya secara verbal ialah Bahasa
Indonesia. Sedangkan contoh bahasa yang terbentuk dengan kesepakatan budaya secara non
verbal dalam konteks budaya Indonesia ialah ‘anggukan’ yang berarti setuju atau ‘ya’.
Mungkin akan berbeda kalau kita melihat dalam konteks budaya lain, seperti ‘anggukan’ di
konteks budaya India berarti ‘tidak’ atau ‘nehi’ dan sebaliknya untuk ‘gelengan’ kepala.
Sekali lagi semua terikat dalam suatu konteks budaya.

2.5 Proses Komunikasi Menghasilkan Kebudayaan

Budaya dan komunikasi memiliki hubungan timbal balik. Budaya mempengaruhi


komunikasi dan sebaliknya komunikasi mempengaruhi budaya. Karena itulah menjelaskan
keterkaitan kedua unsur ini menjadi sedikit rumit.

Martin dan Nakayama (2003:86) menjelaskan bahwa melalui budaya dapat


mempengaruhi proses dimana seseorang mempersepsi suatu realitas. Semua komunitas dalam
semua tempat selalu memanifestasikan atau mewujudnyatakan apa yang menjadi pandangan
mereka terhadap realitas melalui budaya. Sebaliknya pula, komunikasi membantu kita dalam
mengkreasikan realitas budaya dari suatu komunitas.

Bagaimana Budaya mempengaruhi Komunikasi?

Porter dan Samovar (1993:26) menyatakan bahwa hubungan reciprocal (timbal balik)
antara budaya dan komunikasi penting untuk dipahami bila ingin mempelajari komunikasi
antarbudaya secara mendalam. Hal ini terjadi karena melalui budayalah orang-orang dapat
belajar berkomunikasi.

Selanjutnya Porter dan Samovar kembali menegaskan, kemiripan budaya dalam


persepsi akan memungkinkan pemberian makna yang cenderung mirip pula terhadap suatu
realitas sosial atau peristiwa tertentu. Sebagaimana kita memiliki latar belakang budaya yang
berbeda-beda maka dengan sendirinya akan mempengaruhi cara dan praktek berkomunikasi
kita.
Banyak aspek/unsur dari budaya yang dapat mempengaruhi perilaku komunikasi
seseorang. Pengaruh tersebut muncul melalui suatu proses persepsi dan pemaknaan suatu
realitas. Berikut kita akan membicarakan beberapa unsur sosial budaya sebagai bagian dari
komunikasi antarbudaya, yang dapat berpengaruh secara langsung terhadap makna-makna
yang kita bangun dalam persepsi kita sehingga mempengaruhi perilaku komunikasi kita
(Porter dan Samovar, 2003:28-32).

Sistem kepercayaan (belief), nilai (values), dan sikap (attitude).


Mari kita tinjau satu per satu. Kepercayaan dalam pandangan Mulyana (2004) adalah suatu
persepsi pribadi.. Dalam konteks komunikasi antar budaya, kita tidak bisa memvonis bahwa
suatu kepercayaan itu salah dan benar. Bila kita ingin membangun suatu komunikasi yang
memuaskan dan sukses maka kita harus menghargai kepercayaan dari lawan bicara kita yang
sekalipun apa yang dipercayainya itu tidak sesuai dengan apa yang kita percayai.

Sementara nilai-nilai dijelaskan Porter dan Samovar sebagai aspek evaluatif dari
sistem-sistem kepercayaan. Dimensi evaluatif dari nilai-nilai ini meliputi kualitas
kemanfaatan, kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan kebutuhan dan kesenangan.Dalam
pandangan Mulyana (2004:43), nilai merupakan kepercayaan yang relatif bertahan lama akan
suatu benda, peristiwa, dan fenomena

Nilai-nilai budaya tersebut kemudian dipakai oleh seseorang menjadi rujukan dalam
mempersepsi apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang benar dan yang salah, sejati dan
palsu, positif dan negatif, dll. Nilai-nilai rujukan ini kemudian akan mempengaruhi perilaku
komunikasi seseorang sehingga dapat membedakan atau mentaati perilaku yang mana yang
harus dilakukan dan perilaku komunikasi yang seperti apa yang harus dihindari (Porter dan
Samovar, 1993:29).

Nilai-nilai dalam suatu budaya tampak dalam bentuk perilaku-perilaku para anggota
budaya sebagaimana dituntut atau disyaratkan oleh budaya yang bersangkutan. Misalnya,
umat muslim dituntut untuk menjalankan ibadah puasa dalam bulan Ramadhan, umat
katholik dituntut untuk menghadiri misa, dsb. Nilai-nilai ini disebut oleh Porter dan Samovar
sebagai nilai-nilai normatif.
Selanjutnya, kepercayaan dan nilai ini berkontribusi pada pengembangan sikap. Sikap
dalam pandangan Porter dan Samovar dipahami sebagai suatu kecenderungan yang diperoleh
dengan cara belajar untuk merespons suatu objek atau realitas secara konsisten. Sikap
tersebut dipelajari dalam suatu konteks budaya. Kepercayaan dan nilai-nilai yang kita anut
sehubungan dengan suatu objek akan mempengaruhi sikap kita terhadap objek tersebut.
Misalnya, jika kita percaya bahwa mandi malam tidak baik untuk kesehatan tubuh, maka kita
akan menghindari untuk mandi malam Pandangan dunia (world view)
Unsur sosial budaya kedua yang mempengaruhi persepsi kita terhadap suatu objek atau
realitas dan akhirnya mempengaruhi perilaku komunikasi yakni pandangan dunia. Menurut
Porter dan Samovar (1993:30), pandangan dunia merupakan salah satu unsur terpenting
dalam aspek-aspek perseptual komunikasi antarbudaya. Pandangan dunia berkaitan erat
dengan orientasi suatu budaya terhadap hal-hal seperti Tuhan, kemanusiaan, alam semesta,
dll.

Deddy Mulyana (2004:32-4) kemudian menegaskan, pandangan dunia mempengaruhi


pemaknaan suatu pesan. Sebagai salah satu unsur budaya, jelas bahwa pandangan dunia
mempengaruhi komunikasi kita dengan orang lain. Dicontohkan Mulyana, karena
kepercayaan seseorang yang teguh akan agamanya maka akan mendorongnya untuk
bertindak hati-hati, tidak berbohong, menghina atau memfitnah orang lain, karena meyakini
semua tindakan komunikasinya itu kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.

Menurut Mulyana, salah satu kategori pandangan dunia adalah agama. Hal ini terjadi
karena agama lazimnya terdapat ajaran mengenai bagaimana seharusnya manusia
berhubungan dengan dirinya sendiri, orang lain, alam semesta, dan Tuhan. di hadapan Tuhan.

Menurut Mulyana, salah satu kategori pandangan dunia adalah agama. Hal ini terjadi
karena agama lazimnya terdapat ajaran mengenai bagaimana seharusnya manusia
berhubungan dengan dirinya sendiri, orang lain, alam semesta, dan Tuhan.Organisasi sosial
(social organization)Porter dan Samovar (1993:31-32) berpendapat, cara bagaimana suatu
budaya mengorganisasikan dirinya dan lembaga-lembaganya juga mempengaruhi bagaimana
anggota-anggota budaya mempersepsi dunia dan bagaimana mereka berkomunikasi.
Menurut Porter dan Samovar, ada dua institusi atau organisasi sosial yang berperanan
penting dalam kaitannya dengan persepsi. Pertama keluarga, yang meskipun merupakan
organisasi sosial terkecil dalam suatu budaya, ia juga mempunyai pengaruh penting. Keluarga
memberi banyak pengaruh budaya kepada anak. Keluargalah yang membimbing anak dalam
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, mulai dari cara memperoleh kata hingga dialek.

Kedua, sekolah dimana diberi tanggung jawab besar untuk mewariskan dan
memelihara suatu budaya. Sekolah memelihara budaya dengan cara memberitahu murid
tentang apa yang telah terjadi di dunia sekitar, apa yang penting, dan apa yang harus
diketahui sebagai anggota dari suatu komunitas budaya.

Bagaimana Komunikasi Mempengaruhi Budaya?

Martin dan Nakayama (2004:97-99) mengulas bagaimana komunikasi mempengaruhi


budaya. Dijelaskan, bahwa budaya tidak akan bisa terbentuk tanpa komunikasi. Pola-pola
komunikasi yang tentunya sesuai dengan latar belakang dan nilai-nilai budaya akan
menggambarkan identitas budaya seseorang.

Contoh yang paling sederhana, Wilibrodus, seorang mahasiswa yang berasal dari
Manggarai berbicang-bincang dengan Andre dari suku Rote. Dialek yang terdengar baik dari
Wilibrodus maupun Andre tersebut setidaknya mencerminkan identitas budaya masing-
masing. Dari dialek Manggarai yang disampaikan Wilibrodus setidaknya memberi gambaran
bahwa ia adalah seorang anggota dari komunitas budaya Manggarai. Begitu pun dengan
Andre.

Jadi jelaslah bahwa perilaku-perilaku komunikasi yang sudah terbangun dan terpola
sedemikian rupa sehingga melahirkan suatu kharakteristik yang khas akan membentuk suatu
kebiasaan/budaya komunikasi bagi suatu komunitas budaya tertentu. Singkatnya, aktivitas
komunikasi dari seorang anggota budaya dapat merepresentasikan kepercayaan, nilai, sikap
dan bahkan pandangan dunia dari budayanya itu. Selain itu, melalui komunikasi dapat pula
memperkuat nilai-nilai dasar dan esensial suatu budaya.
BAB III

PENUTUP

\3.1 Kesimpulan

Tidak bisa disangkal bahwa Kaitan bahasa dalam komunikasi dengan kebudayaan
memiliki peran yang sangat penting dalam rangka melestarikan nilai-nilai budaya sekaligus
menjadi pemersatu budaya nasional sebagai bentuk asimilasi berbagai budaya. proses ini
hanya dapat dilaksanakan apabila setiap individu dari suatu budaya dapat bersikap toleransi,
saling menghargai terbuka dan tidak bersikap ekslusif. Dan dapat menerima keanekaragaman
budaya lain tanpa rasa curiga akan adanya sikap monopoli budaya yang cenderung lebih
menguntungkan sebagian pihak. Selain itu pemerintah sebagai instansi yang menaungi
budaya dapat menjadi media penyelenggaraan seminar budaya dalam rangka konsolidasi dan
komunikasi budaya dalam membangun budaya nasional. Media sebagai sarana informasi juga
hendaknya berperan sebagai penyalur informasi budaya yang memungkinkan setiap individu
lebih memahami budaya yang berbeda sebagai cirri khas bangsa yang majemuk. Pada
akhirnya penerimaan keanekaragaman budaya menjadi kekuatan pemersatu yang menjadikan
bangsa ini bangsa yang berbudaya.
DAFTAR PUSTAKA

https://ciahreza.wordpress.com/…/12/01/komunikasi-antarbud…/

https://nyepsycho.wordpress.com/…/budaya-bahasa-dan-komuni…/

http://js-patalatu.blog.ugm.ac.id/…/komunikasi-lintas-buda…/

You might also like