You are on page 1of 13

Mine Scheduling Penambangan Batugamping

di Kuari Tuban P.T. Semen Gresik (Persero) Tbk.


III-1
Periode Penambangan Tiga Tahun (2003-2005)

BAB III
DASAR PEMIKIRAN, DATA, dan
ANALISIS

III.1. Dasar Pemikiran


III.1.1. Penjadwalan Penambangan (Mine Scheduling)
Mine scheduling atau penjadwalan penambangan merupakan strategi yang
diterapkan pada suatu kegiatan penambangan dengan menentukan daerah-daerah
yang akan ditambang berkaitan dengan faktor-faktor pembatas, terutama faktor
waktu. Dalam hal ini, faktor waktu yang dimaksudkan adalah yang terkait dengan
cuaca dan musim.
Karena batugamping di P.T. Semen Gresik sepenuhnya ditambang dengan
metode penambangan terbuka, maka faktor cuaca menjadi sangat berpengaruh.
Kehadiran hujan (terutama pada musim penghujan) membatasi kegiatan
penambangan, sehingga tidak semua daerah pada kuari batugamping dapat
ditambang. Tentu saja untuk tetap memenuhi kebutuhan kualitas dan kuantitas
batugamping sesuai dengan yang telah disyaratkan, maka penambangan pada saat
kering (kemarau) juga akan terbatas pula pada daerah yang tidak bisa ditambang
pada musim hujan.
Jadi secara umum, mine scheduling terkait dengan kualitas batugamping (kondisi
kimia) dan sifat fisiknya yang berkenaan dengan keberadaan air (dari hujan) untuk
memenuhi kebutuhan crusher sebanyak 9.890.000 ton batu gamping per tahunnya.
III.1.1.1. Kondisi Fisik
Iklim di kuari Tuban tergolong tropis dengan dua macam musim, yaitu musim
hujan (sekitar bulan November sampai April) dan kemarau (lihat Lampiran B).
Hujan mempengaruhi kondisi fisik batugamping yang akan ditambang. Pada
musim penghujan, terdapat air yang lebih banyak dari kondisi normal, hingga
mencapai 10% (kondisi normal 3 hingga 4%). Selain itu, keberadaan air hujan
juga mengakibatkan lapisan tanah atas atau top soil—yang berada pada lapisan

Bab III. Dasar Pemikiran, Data, dan Analisis


Mine Scheduling Penambangan Batugamping
di Kuari Tuban P.T. Semen Gresik (Persero) Tbk.
III-2
Periode Penambangan Tiga Tahun (2003-2005)

di atas lapisan gamping atau yang mengisi rekahan-rekahan pada cap rock—
menjadi lengket, sehingga dapat mengganggu kinerja crusher. Batugamping low
grade—yang mengandung CaO dibawah 52%—juga akan lengket bila terkena air
berlebih.
Kondisi kemarau memang agak memudahkan proses penambangan karena
tidak dibatasi kondisi fisik batugamping, namun perlu diingat bahwa diharapkan
seluruh areal batugamping dapat ditambang. Oleh karena itu, diperlukan
strategi penjadwalan penambangan agar—disamping terpenuhinya target
produksi (dalam ton)—juga termanfaatkannya seluruh sumberdaya yang tersedia.

Dengan dasar itulah, maka mine scheduling di kuari batugamping Tuban


dilakukan sebagai berikut:
1. Musim hujan; penambangan dilakukan di daerah yang tidak dilalui air
(limpasan) dalam jumlah besar atau daerah batugamping low grade.
2. Musim kemarau; penambangan dilakukan di daerah-daerah sebgai
berikut:
a. Daerah cap rock,
b. Daerah yang apabila hujan, menjadi daerah limpasan air dalam
jumlah besar, dan
c. Daerah klastik, yaitu daerah yang mengandung pedel atau
batugamping yang low grade.
III.1.1.2. Kondisi Kimia
Secara kualitas, batugamping di kuari Tuban dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok utama:
1. Batugamping High Grade;
2. Batugamping Medium Grade; dan
3. Batugamping Low Grade.
Pengolongan ini didasarkan atas kandungan CaO dalam batugamping.
Kalsium-oksida atau CaO merupakan unsur paling dominan yang menyusun
batugamping, sehingga dijadikan patokan kualitasnya.
Batugamping high grade (kadar tinggi) mengandung CaO yang lebih besar
dari 54% beratnya (kadarnya bisa mencapai angka 56%). Batugamping jenis ini
memiliki sifat fisik yang keras dan tidak menyerap banyak air.
Batugamping medium grade (kadar sedang) mengandung CaO 52 sampai 54%
berat. Sedangkan kelompok low grade (kadar rendah) adalah batugamping yang
mengandung CaO yang lebih rendah dari 52%. Biasanya, batugamping yang

Bab III. Dasar Pemikiran, Data, dan Analisis


Mine Scheduling Penambangan Batugamping
di Kuari Tuban P.T. Semen Gresik (Persero) Tbk.
III-3
Periode Penambangan Tiga Tahun (2003-2005)

mengandung CaO di bawah 50% dinamakan pedel, namun pengelompokannya


disatukan dengan batugamping low grade.
Batugamping tipe ini (low grade) memiliki sifat yang relatif lunak karena
mengandung CaO yang lebih rendah dan mengandung silika yang lebih tinggi dari
kedua kelompok sebelumnya. Karena lunak, maka batugamping tipe ini mudah
menyerap air dalam jumlah yang relatif lebih banyak.
Dalam proses pembuatan semen, dibutuhkan batugamping dengan kualitas
tertentu seperti yang telah disyaratkan untuk crusher, yaitu mengandung kadar
CaO di atas 52% tapi juga tidak lebih dari 54%. Persebaran kualitas batugamping
yang tidak merata ini jugalah yang akan mempengaruhi perencanaan
penambangan.

III.1.2. Sistem Penambangan


Cara penambangan batugamping dilakukan dengan pemberaian menggunakan
bahan peledak, pemuatan, dan pengangkutan ke crusher. Sistem penambangannya
memakai sistem single bench. Artinya, kegiatan penambangan dilakukan tahap demi
tahap per bench (jenjang). Ketebalan rata-rata tiap bench sekitar 6 (enam) meter,
namun hal ini dapat bervariasi sesuai dengan kondisi lapangan. Disyaratkan pula
penambangan dilakukan pada jarak 50 meter dari batas patok, dengan kemiringan
bench sekitar 70o. Untuk mempermudah, proses penambangannya diusahakan
dilakukan dari atas ke bawah.

Patok Batas Penambangan P.T.


Semen Gresik

Jarak minimum penambangan

Pit Limit

Gambar 3. 1 Ilustrasi jenjang pada penambangan batugamping

Bab III. Dasar Pemikiran, Data, dan Analisis


Mine Scheduling Penambangan Batugamping
di Kuari Tuban P.T. Semen Gresik (Persero) Tbk.
III-4
Periode Penambangan Tiga Tahun (2003-2005)

Untuk mempermudah penamaan daerah yang akan diberai atau dimuat pada
proses penambangan, maka di kuari Tuban digunakan sistem blok. Areal kuari
tambang batugamping dibagi dalam kotak-kotak atau blok dengan dimensi 100 x 100
meter dan diberi nama A, B, C, dan seterusnya arah barat ke timur, serta 1, 2, 3,
dan seterusnya dari arah utara ke selatan (lihat Lembar Peta 2).
Blok-blok penambangan ditentukan miring lebih kurang N 27 o E untuk
menyesuaikan kegiatan penambangan dengan batas pertambangan yang telah
ditentukan. Di samping itu, eksplorasi—yang juga dilakukan sistem blok—membentuk
kemiringan yang sama. Dan secara kebetulan terdapat pula sumbu antiklin dengan
sumbu perlipatan pada arah tegak lurus (arah barat timur).

III.2. Data dan Pemakaiannya


Data yang diperoleh adalah:
1. Peta topografi dan persebaran lubang bor eksplorasi awal yang dilakukan oleh
tim Direktorat Sumberdaya Mineral yang dilaporkan pada tahun 1991 untuk
batugamping dan tanah liat (Lembar Peta 1).
2. Data eksplorasi yang berisi hasil analisis kandungan kimia batugamping yang
meliputi analisis kandungan SiO2, Al2O3, Fe2O3, H2O, CaO, MgO, dan LOI pada
tiap ketebalan pengeboran satu meter dari permukaan (Lampiran A)
3. Data rekapitulasi curah hujan di zona luah pabrik Tuban selama sebelas tahun
terakhir (Januari 1992 – Mei 2003), yang berisi data total curah hujan dan
banyaknya hari hujan setiap bulannya. Data yang tersedia adalah untuk daerah
Goa Banyu, Pongpongan, dan Temandang (lihat Lampiran B).
Data no. 1 dan 2 dipergunakan untuk menentukan peta kondisi fisik dan
persebaran kualitas kimia batugamping (Lembar Peta 2) serta peta rencana
penjadwalan penambangan selama tiga tahun (Lembar Peta 3, 4, dan 5).
Data pada curah hujan (no. 3) dipergunakan untuk mengetahui kondisi umum iklim
di daerah areal penambangan. Data curah hujan yang dipergunakan sebagai acuan
utama adalah data curah hujan di stasiun hujan Temandang, yang ditempatkan pada
blok AA15. Sedangkan kedua stasiun lainnya (Goa Banyu dan Pongpongan) berada jauh
dari lokasi penambangan yang sedang direncanakan. Kedua data pada kedua stasiun
tersebut tetap saya tampilkan pada Lampiran B.
Sebagai dasar pengerjaan, saya memakai peta topografi yang dibuat pada bulan
Desember 2002, dengan asumsi tidak banyak perubahan yang terjadi selama periode
tersebut hingga dengan Mei 2003.

Bab III. Dasar Pemikiran, Data, dan Analisis


Mine Scheduling Penambangan Batugamping
di Kuari Tuban P.T. Semen Gresik (Persero) Tbk.
III-5
Periode Penambangan Tiga Tahun (2003-2005)

III.3. Pengolahan Data dan Pengerjaan


III.3.1. Analisis Data Curah Hujan
Analisis terhadap data curah hujan bulanan dilakukan untuk menentukan
kecenderungan terjadinya musim hujan dan kemarau pada tiap tahunnya.
Berikut data curah hujan 5 tahun terakhir:

1998 1999 2000 2001 2002 2003


Bulan mm hari mm hari mm hari mm hari mm hari mm hari
Januari 65 5 96 13 631 14 112 11 382 17 171 8
Februari 474 10 177 20 166 9 202 13 173 14 353 22
Maret 179 11 239 15 446 15 180 12 152 7 142 7
April 63 10 222 13 47 5 51 5 163 6 120 6
Mei 319 8 38 3 30 4 46 6 46 3 82 5
Juni 133 6 14 3 129 4 155 8 0 0
Juli 338 14 96 3 96 3 62 2 0 0
Agustus 0 0 23 2 23 2 1 1 0 0
September 52 4 0 0 0 0 2 1 0 0
Oktober 154 12 45 4 135 10 53 6 0 0
November 265 12 171 7 139 11 139 6 79 7
Desember 250 14 158 8 74 7 225 9 690 8
Total 2292 106 1279 91 1916 84 1228 80 1685 62 868 48

Tabel 3.1 Data curah hujan peiode


Januari 1998 – Mei 2003

Dari data tersebut, kemudian dapat dilihat kecenderungan kondisi hujan pada
setiap bulan dalam satu tahunnya. Dari data tersebut kemudian dibuat grafik curah
hujan (dalam mm) dalam setiap bulannya dari tahun 1998 sampai dengan 2002.
Dari Grafik 3.1, dapat dilihat kecenderungan curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan november hingga april, periode ini yang kemudian disebut musim penghujan.
Rataan curah hujan pada bulan-bulan ini adalah 212,0556 mm tiap bulannya.
Sedangkan bulan mei sampai oktober rataan curah hujannya hanya mencapai
65,95 mm. Bulan-bulan inilah yang kemudian disebut terjadi kemarau.
Mengetahui periode pergiliran musim sangat penting karena tambang terbuka—
seperti yang dilakukan di kuari batugamping Tuban milik P.T. Semen Gresik—sangat
dipengaruhi oleh kondisi iklim dan cuaca. Keberadaan hujan akan menghambat
penambangan karena disamping akan mempengaruhi kondisi jalan yang dilalui, juga
akan mempengaruhi kegiatan penambangan (peledakan, pemuatan, dan pengang-
kutan) dan yang lebih penting lagi akan menaikkan kadar air dalam batu gamping
yang ditambang.

Bab III. Dasar Pemikiran, Data, dan Analisis


Mine Scheduling Penambangan Batugamping
di Kuari Tuban P.T. Semen Gresik (Persero) Tbk.
III-6
Periode Penambangan Tiga Tahun (2003-2005)

Grafik 3.1 Grafik curah hujan bulanan dari tahun 1998-2002

III.3.2. Pengerjaan Peta


Ploting data lubang bor dan penentuan persebaran kualitas batugamping
Untuk mengetahui persebaran kualitas kimia batugamping pada peta topografi
yang tersedia, maka dilakukan analisis dan intrepretasi data eksplorasi awal yang
pernah dilakukan oleh tim dari Direktorat Sumberdaya Mineral yang dilaporkan pada
tahun 1991 untuk daerah penambangan batugamping dan tanah liat di Tuban.
Karena tidak diketahui secara pasti posisi dari lubang-lubang bor eksplorasi
tersebut pada peta topografi teraktual, maka dilakukan pengeplotan dengan
perkiraan dan memperhatikan kesamaan kontur topografi pada kedua peta. (Kedua
peta tersebut saya lampirkan pada Lembar Peta).
Setelah dilakukan plotting, maka dapat diperkirakan kadar—dalam hal ini hanya
mempertimbangkan CaO—batugamping didaerah lubang bor dan disekitarnya.
Pembagian jenis batugamping dan simbol warna yang dipergunakan didasarkan
pada kadar CaO sebagai berikut:
1. Batugamping High Grade (diberi warna merah);

Bab III. Dasar Pemikiran, Data, dan Analisis


Mine Scheduling Penambangan Batugamping
di Kuari Tuban P.T. Semen Gresik (Persero) Tbk.
III-7
Periode Penambangan Tiga Tahun (2003-2005)

2. Batugamping Medium Grade (diberi warna hijau);


3. Batugamping Low Grade (diberi warna kuning).
Sebagai perbandingan, saya juga mempertimbangkan peta sebaran dan
kemajuan tambang batugamping yang telah dibuat oleh Dinas Perencaan dan
Pengawasan Tambang P.T. Semen Gresik (Persero) Tbk.
Secara umum hasilnya adalah sebagai berikut (untuk lebih jelasnya, lihat juga
Peta Sebaran Kualitas pada Lembar Peta 2):
- Di bagian selatan, dijumpai batugamping jenis peddle, yang mengandung CaO
di bawah 50% (berwarna jingga/oranye);
- Sebagian besar batugamping yang berada di sebelah utara berjenis High-grade
(berwarna merah) dengan sedikit variasi penampakan jenis Medium-grade
(berwarna hijau).
Penentuan daerah penambangan
Untuk dapat merencanakan daerah mana saja yang dapat ditambang—yang
berkenaan dengan kondisi fisik—maka perlu diketahui beberapa hal sebagai berikut:
1. Daerah aliran air. Daerah ini tidak dapat ditambang pada saat musim hujan
karena merupakan daerah yang mana air paling banyak melewatinya,
sehingga akan banyak mengandung air. Daerah ini berada pada bagian
timur areal penambangan, yaitu di sekitar blok FF dan GG nomor 8 sampai
dengan 13.
2. Daerah Klastik. Di daerah ini batugampingnya bertipe Very-Low Grade atau
berada di bawah 50% (CaO). Daerah ini tidak dapat ditambang pada musim
hujan, karena sifat batugamping tipe ini yang akan menjadi lengket bila
terkena air hujan. Daerah Klastik berada di bagian selatan peta yang
berwarna oranye.
3. Daerah yang mengandung cap rock. Cap Rock merupakan lapisan teratas
batugamping high grade dengan tebal lebih kurang tiga meter yang
mengandung banyak rekahan-rekahan yang terisi oleh tanah/soil. Tanah
inilah yang akan menyebabkan lengket apabila lapisan ini terkena air.
4. Daerah lewat-air. Di daerah ini air hujan hanya akan lewat begitu saja dan
dalam jumlah yang tidak besar. Daerah ini ideal untuk ditambang pada
musim penghujan.
Dari keterangan tersebut, maka barulah dapat dilakukan analisis dan
perhitungan daerah-daerah yang akan ditambang.

Bab III. Dasar Pemikiran, Data, dan Analisis


Mine Scheduling Penambangan Batugamping
di Kuari Tuban P.T. Semen Gresik (Persero) Tbk.
III-8
Periode Penambangan Tiga Tahun (2003-2005)

Penentuan Pit Limit


Yang dimaksudkan dengan pit limit dalam tulisan ini adalah lantai batas
penambangan. Dari pit limit inilah kemudian dibuat jenjang-jenjang (bench)
setinggi 6 meter. Hal ini terkait dengan sistem penambangan yang dipergunakan,
yaitu sistem single benching. Oleh karena itu, diharapkan, pada proses penentuan
penambangan nantinya akan mengikuti kaidah jenjang ini. Dalam pengerjaan ini,
ditetapkan pit limit pada elevasi 78 meter di atas permukaan laut.
Dalam mine scheduling, keberadaan pit limit tidak terlalu membatasi
penambangan karena ditargetkan agar seluruh daerah—yang tergantung pada kondisi
fisik dan kimianya—dapat ditambang.

III.3.3. Metode Perhitungan Tonase Batugamping yang akan ditambang


Untuk menghitung tonase batugamping yang akan ditambang, maka saya
melakukan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut:
1. Menentukan areal yang akan ditambang yang mempertimbangkan kualitasnya
(dengan melihat Peta Sebaran Kualitas) dan cuaca/musim.
2. Memperkirakan luas daerah yang akan ditambang:
a. Menentukan penampang-penampang melintang vertikal yang diperkirakan
dapat mewakili areal tersebut (no.1) beserta jaraknya. Posisi penampang
di peta disesuaikan dengan garis pembagian blok-blok penambangan.
Ilustrasi:

A2

A1

A3

L1 L2

Gambar 3. 2. Ilustrasi Peta Topografi dan Perhitungan

Bab III. Dasar Pemikiran, Data, dan Analisis


Mine Scheduling Penambangan Batugamping
di Kuari Tuban P.T. Semen Gresik (Persero) Tbk.
III-9
Periode Penambangan Tiga Tahun (2003-2005)

b. Mentransformasikan data koordinat-koordinat penampang ke ukuran


sebenarnya di lapangan—berdasarkan skala pada peta.
c. Menghitung luas penampang pada point (a) dengan dasar penambangan
yang sesuai dengan kedudukan jenjang penambangan yang diharapkan.
Misalkan saja luasnya adalah A1, A2, dan A3 dengan jarak antar penampang
yang bersebelahan L1 dan L2, maka untuk menghitung volume (V) daerah,
saya menggunakan rumus:

 A  A2   A  A3   A  An 
V  1  L1   2  L2  ...   n 1  Ln 1
 2   2   2 

3. Menentukan tonase (m) batugamping dilakukan dengan mengalikan volume


batugamping yang akan ditambang dengan berat jenis ( ) batugamping 1,8
gr
/cc atau sama dengan 1,8 ton
/m3.
m=.V
4. Perhitungan yang sama dilakukan pada areal-areal lainnya.

Salah satu hal yang penting untuk ditentukan adalah kualitas batugamping yang
akan di tambang. Telah ditentukan bahwa kualitas batugamping yang masuk ke
crusher harus mengandung CaO sekitar 52 sampai 54%. Setelah memperoleh berat
batugamping yang akan ditambang di seluruh areal, maka ditentukan pula kualitas
per bench-nya (6 meter) dengan merata-ratakan data hasil eksplorasi awal yang—
sebisa mungkin—berada atau setidaknya paling dekat dengan wilayah yang akan
ditambang.
Pada kenyataan di lapangan, setelah dilakukan perencanaan dan sebelum areal
tersebut diberaikan dengan peledakan, maka dilakukan juga analisis kandungan
kimia kembali pada tiap lubang ledak. Material sisa pemboran pada lubang-lubang
bor yang akan diledakkan—biasanya hanya diambil lima sample secara acak—
dikumpulkan dan dilakukan quartering, yang hasilnya dikirim ke laboratorium di CCR
(Central Control Room) Tuban I dan II. Hasil analisis ini dijadikan bahan
perbandingan dengan hasil perkiraan dari data eksplorasi awal dan untuk
mengevaluasi kualitas batugamping yang nantinya akan diberai.

Bab III. Dasar Pemikiran, Data, dan Analisis


Mine Scheduling Penambangan Batugamping
di Kuari Tuban P.T. Semen Gresik (Persero) Tbk.
III-10
Periode Penambangan Tiga Tahun (2003-2005)

III.3.4. Perhitungan Tonnase Batugamping untuk Periode 2003-2005


Asumsi-asumsi yang dipakai dalam penentuan daerah dan perhitungan tonnase
batugamping yang dihasilkan:
1. Pada daerah yang direncanakan untuk ditambang, diasumsikan bahwa sebisa
mungkin seluruhnya—hingga elevasi terbawah—dapat ditambang.
2. Untuk menghindari pengurangan tonase akibat sistem penambangan jenjang
(lihat Gambar 3.4 dibawah ini), maka dipakai Mine Lost samadengan 10%. Maka
target penambangan untuk memenuhi kebutuhan 9.890.000 ton batugamping
dilakukan perencanaan penambangan hingga 11 juta ton. Misalkan T adalah
jumlah ton batugamping yang harus ditambang dalam satu tahun, maka:
9.890.000 = T – (T.10%)
9.890.000 = T.90%
T = 9.890.000/90%
T = 10.988.889 ≈ 11 juta ton
3. Karena data lubang bor tidak dapat dipergunakan seluruhnya dalam penentuan
daerah yang akan ditambang, maka untuk menentukan kualitas suatu
batugamping yang akan ditambang dilakukan perkiraan dari data lubang bor
yang berada di dalam atau setidaknya terdekat dengan daerah yang akan
ditambang.

Pedel (Klastik)
CaO << Daerah yang bisa ditambang
High-Grade
CaO >>

Medium Grade Daerah yang tidak bisa ditambang

Dolomit

Gambar 3.3. Ilustrasi perbandingan


Gambar daerah
3.4. Ilustrasi yang dapat
Perbandingan ditambang
Daerah (secara
yang Akan teoritis) dan kenyataan yang
Ditambang
dapat ditambang
(Teoritis) dengan mengikuti
Kenyataan di Lapangansistem benching
dengan Adanya Sistem
Benching

Bab III. Dasar Pemikiran, Data, dan Analisis


Mine Scheduling Penambangan Batugamping
di Kuari Tuban P.T. Semen Gresik (Persero) Tbk.
III-11
Periode Penambangan Tiga Tahun (2003-2005)

Asumsi-asumsi yang dipakai dalam penentuan daerah dan perhitungan tonnase


batugamping yang dihasilkan:
1. Berat jenis batugampingnya relatif homogen;
2. Perhitungan volume (yang nantinya akan mempengaruhi perhitungan tonase)
dianggap mendekati kondisi sebenarnya yang direncanakan.

A. Periode 2003 (lihat juga lembar peta 1)


A.1. Penambangan pada musim kemarau
Pada peiode ini, direncanakan penambangan dilakukan pada daerah-daerah
sebagai berikut:
- Daerah Pedel (Klastik), yaitu pada blok AA14-17, BB14-17, CC14-17,
sampai DD15-17 (diberi kode P1);
- Daerah Run Off, yaitu pada blok Q5-11 sampai dengan R6-10 (diberi kode
(R1);
- Daerah yang masih mengandung Cap Rock (kode C1), pada blok N11-15,
O9-15, P9-13, Q9-14, sampai R11-15.

A.2. Penambangan pada musim penghujan


Penambangan dilakukan pada daerah yang telah dikupas sebelumnya (tidak
mengandung soil atau cap rock), yaitu pada daerah S12-15, T13-15, U~V14-
16, W13-16, X12-16, sampai dengan Y12-14 (kode H1).

Berikut rekapitulasi hasil penambangannya dalam tabel:

Persentase
No. Nama Daerah Kadar CaO Volume Tonase (V.ρ)
terhadap Target (%)
1 Pedel (P1) 46,408 1.443.629,41 2.598.532,94 23,62
2 Run Off (R1) 55,106 1.216.000,00 2.188.800,00 19,90
3 Cap Rock (C1) 53,118 1.852.789,55 3.335.021,19 30,32
4 Hujan (H1) 54,587 1.613.250,00 2.903.850,00 26,40

Tabel 3.2. Rekapitulasi rencana hasil penambangan tahun 2003

B. Periode 2004 (lihat juga lembar peta 2)


B.1. Penambangan pada musim kemarau
Pada peiode ini, direncanakan penambangan dilakukan pada daerah-daerah
berikut:

Bab III. Dasar Pemikiran, Data, dan Analisis


Mine Scheduling Penambangan Batugamping
di Kuari Tuban P.T. Semen Gresik (Persero) Tbk.
III-12
Periode Penambangan Tiga Tahun (2003-2005)

- Daerah Pedel (Klastik), yaitu pada blok V~X 17-18 sampai dengan Y~Z 15-
18 (kode P21) dan P 14-16, Q~R 15-16, sampai dengan S~T 16 (kode P22);
- Daerah Run Off, yaitu pada blok J~K~L 9-12 (diberi kode (R2);
- Daerah yang masih mengandung Cap Rock, pada blok M 9-14 sampai N 9-
10 (kode C21)dan J~K~L 13-15, sampai I 13-14(kode C22).
B.2. Penambangan pada musim penghujan
Penambangan dilakukan pada daerah yang telah dikupas sebelumnya (tidak
mengandung soil atau cap rock) dan untuk mencapai penambangan sampai
pit limit (kode H2).

Berikut rekapitulasi hasil penambangannya dalam tabel:

Tonase Persentase
No. Nama Daerah Kadar CaO Volume
(V.ρ) terhadap Target (%)
1 Pedel (P21) 49,40 1.076.000,00 1.936.800,00 17,607
2 Pedel (P22) 44,92 268.013,13 482.423,63 4,386
3 Run Off (R2) 55,28 1.048.687,50 1.887.637,50 17,160
4 Cap Rock (C21) 51,21 1.358.025,00 2.444.445,00 22,222
5 Cap Rock (C22) 55,28 707.812,50 1.274.062,50 11,582
6 Hujan (H2) 53,76 1.668.689,42 3.003.640,96 27,306

Tabel 3.3. Rekapitulasi rencana hasil penambangan tahun 2004

C. Periode 2005 (lihat juga lembar peta 3)


C.1. Penambangan pada musim kemarau
Pada peiode ini, direncanakan penambangan dilakukan pada daerah-daerah
berikut:
- Daerah campuran Pedel (Klastik) dan batugamping High-grade, yaitu di
sekitar blok J-O 16-18 (kode P3);
- Daerah Run Off dan cap Rock di sekitar blok E-I 10-15(kode C3).
C.2. Penambangan pada musim penghujan
Penambangan dilakukan pada daerah yang telah ditambang sebelumnya,
yaitu di sekitar blok N-R 9-14, sehingga mencapai level 60 dpl (kode H3).

Berikut rekapitulasi hasil penambangannya dalam tabel:

Bab III. Dasar Pemikiran, Data, dan Analisis


Mine Scheduling Penambangan Batugamping
di Kuari Tuban P.T. Semen Gresik (Persero) Tbk.
III-13
Periode Penambangan Tiga Tahun (2003-2005)

Persentase
No. Nama Daerah Kadar CaO Volume Tonase (V.ρ)
terhadap Target (%)
1 Run Off & Cap Rock (C3) 52,556 1.677.183,75 3.018.930,75 27,44
2 Pedel & Cap Rock (P3) 52,939 1.534.187,50 2.761.537,50 25,10
3 Hujan (H3) 54,720 3.269.659,37 5.885.386,86 53,50

Tabel 3.4. Rekapitulasi rencana hasil penambangan tahun 2005

Dari hasil pengolahan data tersebut diatas, maka diperoleh bahwa:


- Pada penambangan pada tahun 2003, dihasilkan jumlah kotor batugamping
sebanyak 11.026.204,13 ton. Kandungan rata-rata keseluruhan batu-
gamping adalah:

K p .T p  K r .Tr  K c .Tc  K hTh 


K 
T p  Tr  Tc  Th 

Dengan K adalah kadar batugamping dan V adalah volumenya. Dengan rumus


ini, diperoleh kandungan rata-rata total ( K ) batugamping yang ditambang
adalah sebesar 52,34% CaO.
- Pada tahun 2004, jumlah kotor batugamping yang ditambang sebanyak
10.877.252,71 ton. Dengan kadar rata-rata 52,582% CaO.
- Pada tahun 2005, jumlah kotor batugamping yang ditambang sebanyak
11.665.855,11 ton, dengan kadar rata-rata 53,74% CaO.
Detail perhitungan secara detail akan saya lampirkan pada Lampiran C.

Bab III. Dasar Pemikiran, Data, dan Analisis

You might also like