You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan.
Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan
membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu
perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke
level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk.
Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi
lingkungan yang kondusif, keamanan, dan sebagainya), dan cara (bahan
bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). (Umar, J. Fathul Yasir
D.. 2015. makalah arsitektur klasik dan arsitektur modern.
http://fatthulyasirftarsitektur.blogspot.co.id/2015/05/makalah-arsitektur-
klasik-dan-asr.html. Diakses 5 November 2016)

Berdasarkan pengertian arsitektur di atas bahwa arsitektur adalah seni dan


ilmu merancang bangunan, dapat dikatakan bahwa arsitektur memegang
peranan penting dalam perkembangan bangunan di suatu daerah. Tentu saja,
setiap daerah atau wilayah memiliki ciri khas dan kebutuhan yang berbeda,
maka arsitektur setiap daerah atau wilayah akan berbeda pula. Seiring
berkembangnya zaman, unsur-unsur arsitektur di suatu wilayah dapat
ditemukan di wilayah lain yang bukan asalnya. Hal ini terjadi karena terjadi
pertukaran budaya atau terbawa dari para pendatang yang membawa
budayanya ke suatu wilayah yang baru. Salah satu contohnya, arsitektur
Yunani. Unsur-unsur arsitektur Yunani dapat kita temukan tidak hanya di
Yunani, namun di wilayah lain seperti Bali yang terletak jauh dari Yunani.

Daerah Yunani sendiri, terletak diujung tenggara benua Eropa.


Sebagian besar kepulauan di Laut Aigeia dan Laut Ionia masuk wilayah
Yunani. Bagian utara, Yunani berbatasan dengan Albania, Yugoslavia,
Bulgaria, dan Turki di daratan Eropa. Sebelah Timur, Yunani dikelilingi
oleh Laut Aegea, di sebelah selatan dengan Laut Tengah, dan di sebelah

1
barat dengan Laut Ionia. Yunani beriklim laut tengah yang nyaman. Tanah
Yunani yang bergunung-gunung pada umumnya tidak subur. Mereka yang
pindah adalah para petani (colonus), kemudian mereka mendirikan
Kolonia di negara lain. (Anonim. Peradaban Yunani Kuno/Letak
Geografis.
https://id.wikibooks.org/wiki/Peradaban_Yunani_Kuno/Letak_Geografis.
Diakses 5 November 2016)

Yunani kuno berlangsung dari periode Arkhaik, pada abad 8-6 SM,
hingga tahun 146 SM ketika Romawi menaklukan Yunani setelah
Pertempuran Korinthos. Pusat dari periode ini disebut Yunani Klasik, yang
berlangsung dari abad 5-4 SM, dan diawali oleh keberhasilan Yunani,
dengan dipimpin oleh kota Athena, dalam memukul mundur serangan dari
Persia. Zaman Emas Athena berakhir setelah Sparta mampu mengalahkan
Athena dalam Perang Peloloponnesos. Perang Peloponnesos (431-404
SM) antara Sparta dan Athena, beserta sekutu masing-masing, amat sangat
melemahkan kekuatan kolektif Yunani, dan pada 336 SM, hampir semua
negara-kota di Yunani berada di bawah kekuasaan Makedonia. Itu adalah
untuk pertama kalinya Yunani menjadi satu unit politik. Aleksander III
(kelak dikenal sebagai Aleksander Agung), raja Makedonia berikutnya,
mewarisi Yunani dari ayahnya, Phillip. Dengan pasukan dari Yunani,
Aleksander berhasil menaklukan sebagian besar wilayah yang sudah
dikenal oleh orang Yunani. Bersama penaklukannya, dia juga
menyebarluaskan budaya Yunani (Hellenisme, atau ελληνισμος) ke Mesir,
Persia, dan bahkan India. Setelah kematian Aleksander Agung,
kekaisarannya terpecah menjadi empat, dan salah satunya adalah Yunani,
yang bertahan sampai 168 SM, ketika akhirnya Makedonia ditaklukan oleh
Romawi. Keseluruhan Yunani sendiri benar-benar dikuasai oleh Romawi
pada 146 SM. (Anonim. Yunani Kuno.
https://id.wikibooks.org/wiki/Yunani_Kuno. Diakses 5 November 2016)

Mengutip pada salah satu sumber (Anonim. Yunani Kuno.


https://id.wikibooks.org/wiki/Yunani_Kuno. Diakses 5 November 2016) yang

2
menceritakan bahwa budaya Yunani berkembang pesat dan tersebar ke
penjuru Laut Mediterania melalui Kekaisaran Athena, para pedagang, dan
imigran. Yunani Klasik sangat berpengaruh terhadap Kekaisaran Romawi,
yang pada saat itu ikut tersebar ke seluruh penjuru Mediterania dan Eropa di
bawah kekuasaan Romawi. Karena hal tersebut, Yunani dianggap sebagai
pondasi bagi peradaban Barat.

Dituliskan dalam (Sumalyo, Yulianto. 2003. Arsitektur Klasik Eropa.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press), arsitek Yunani berpusat pada
estetika dibandingkan fungsinya. Hal tersebut dijadikan dasar bahwa apabila
diambil beberapa unsur arsitektur Yunani dan dirancang bangunan yang
sesuai fungsinya, maka akan tercipta sebuah bangunan yang bagus, baik
dilihat dari segi estetika maupun fungsi.

Sekarang ini arsitektur Yunani sudah berkembang dan tersebar ke seluruh


penjuru serta diterapkan dalam bangunan-bangunan seperti gedung
perkantoran hingga rumah tinggal.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penulisan ini antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan Arsitektur Yunani?
2. Bagaimana sejarah berkembangnya Arsitektur Yunani?
3. Apa karakteristik Arsitektur Yunani?
4. Bagaimana unsur-unsur Arsitektur Yunani di objek studi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini antara lain :
1. Mengetahui mengenai Arsitektur Yunani.
2. Mengetahui sejarah perkembangan Arsitektur Yunani.
3. Mengetahui karakteristik Arsitektur Yunani.
4. Mengetahui salah satu contoh penerapan Yunani pada masa
kini.

3
BAB II
PEMBAHASAN

4
2.1 Arsitektur Yunani
Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi dari berbagai gaya
berikutnya yang berkembang di berbagai belahan dunia dan juga
menyumbangkan pemikiran yang paling pintar dan penampilan yang
sempurna di dalam tradisi Eropa Barat. Oleh karena itu, monumen
utamanya begitu penting sebagai bentuk pemahaman tentang Arsitektur
Eropa itu sendiri. Yunani tidak menjadi suatu bangsa yang berdiri sendiri
hingga era modern dimana pulau utama yang bergunung- gunung dan
pulau-pulau lainnya yang terpencar berkembang menjadi city states yang
merupakan kebiasaan yang terjadi dalam persaingan. (Istiqamah, Gita Nur,
dkk. Arsitektur Yunani Kuno.
https://www.scribd.com/doc/37544048/Arsitektur-Yunani-Kuno. Diakses 4
November 2016)

Dituliskan dalam (Prijotomo, Joseph. 1988. Pasang Surut Arsitektur di


Indonesia. Surabaya: Ardjun), menurut Vitruvius, arsitektur Yunani
ditetapkan sebagai induk dan sumber acuan arsitektur Romawi. Karenanya,
arsitektur Yunani sering disalahartikan menjadi sama dengan arsitektur
Romawi, yang sebenarnya kedua hal tersebut adalah beda. Dan setelahnya,
arsitektur Yunani pun menjadi induk dari arsitektur-arsitektur lain, dan
tersebar ke seluruh penjuru dunia.

Peradaban pertama sejarah Yunani Kuno bermula dari Crete (3000-


1400 SM) dan berkembang hingga ke puncaknya yakni pada masa Istana
Knossos. Kemudian digantikan dengan budaya Mycenae dan Tiryns pada
daratan utama. Kemunduran terjadi pada 1100 SM dimana merupakan
masa kegelapan dengan beberapa peninggalan yang masih bertahan.

Masa keemasan terjadi pada periode Hellenic (800-323 SM)


dimana memperlihatkan perkembangan dari kota besar sebagai pusat
komunitas, penemuan kota yang baru dimana munculnya Athens sebagai
kekuasaan tertinggi setelah penentuan kemenangan melawan Persia serta
perkembangan dalam hal demokrasi. Zenith merupakan peraturan Pericles
(444-429 SM) dengan fantasi bunga dalam filosofi, seni, literatur, ilmu,

5
matematika dan drama. Budaya ini berkembang dan direfleksikan ke
dalam prestasi-prestasi arsitektur termasuk di dalamnya Parthenon.

Pertumbuhan yang luar biasa pada bangunan sangat dipengaruhi


oleh iklim dimana kecerahan serta sinar matahari yang begitu indah
memperkuat bayangan dan membersihkan pandangan sehingga terciptanya
suatu bentuk landscape yang begitu kuat. Batu gamping dan marmer lokal
pun tak kalah memberikan nilai yang berkualitas.

Pada periode Hellenistic (323-30 SM), diikuti dengan kematian


Alexander Agung yang mempersatukan Yunani dan memperluas wilayah
kekuasaan hingga ke Timur, bentuk- bentuk bangunan besar (great styles)
tetap berlanjut walaupun dengan kekuatan yang lebih sedikit dan adanya
pengalihan kekuasaan oleh Roma. Arsitektur menampilkan suatu
perpaduan Orde yang meluas hingga ke Spanyol dengan penggunaan
elemen-elemen tapak dan kubah. Bangunan- bangunan kecil tetap terlihat
elegan dengan hiasan yang begitu terperinci namun tidak kehilangan
struktur monumentalnya yang merupakan superhuman scale.

Arsitektur Yunani yang masih tetap ada pada dasarnya merupakan


bangunan–bangunan publik terutama kuil dan teater. Namun, beberapa
rumah biasa juga tetap bertahan.

a. Kuil-Kuil

Dewa-dewa dengan berbagai macam sifat dan aktivitas yang


melekatnya menambah berbagai macam kebiasaan yang melekat dalam
seluruh aspek kehidupan masyarakat Yunani. Suatu bentuk kepentingan
dari ekspresi arsitektur dan bentuk- bentuk bangunan yang dominan pada
masa Hellenic adalah kuil yang merupakan istana tempat tinggal para
dewa.Hal ini tidak dimaksudkan sebagi tempat pemujaan namun secara
tidak langsung altar yang terdapat pada bagian luar bangunan menjadi
ruang ritual bagi masyarakat dimana bentuk didapatkan dari pengalaman
yang datang dari luar.

6
Dari Mycenaem megaron (dinding utama dengan serambi)
mengembangkan bentuk kuil menjadi persegi panjang yang dikelilingi
kolom-kolom untuk memberikan kesan yang mendalam. Konsep yang
simpel ini kemudian diperinci dengan suatu pendalaman pemikiran baik
yang datangnya dari luar maupun dalam sehingga membentuk suatu
desain.

Inti dari kuil adalah naos, suatu ruang tempat meletakkan patung
dewa dengan pintu utamanya menghadap Timur. Patung itu diletakkan di
sebuah podium/panggung yang rendah (crepidoma) sekitar tiga anak
tangga. Bagian depan naos adalah portico atau pronaos (serambi yang
bertiang-tiang). Hal ini merupakan bentuk prostyle dengan kolom-kolom
yang berjajar terbuka di depan pintu masuk-keluar ataupun bisa juga
merupakan antis dengan kolom-kolom (biasanya dua) antara antae
(pilaster-pilaster yang mengakhiri perluasan bagian dinding naos) sehingga
portico agak mundur ke dalam bangunan sebagai pengganti rancangannya.
Di belakang naos kadang-kadang terdapat rear sanctuary (adyton).
Keinginan akan simetri sering ditemukan pada bagian opisthodomus yang
merupakan bagian belakang portico yang biasanya dibuat tanpa akses
langsung dengan kuil utama. Atap kadang-kadang didukung oleh kolom-
kolom yang ada di dalamnya.

Kuil-kuil pada masa awal dibangun dengan menggunakan kayu


dan batu merah dengan dasar dinding batu. Kolom-kolom dan dinding-
dinding utama pada awalnya dibangun dengan batu gamping (diselesaikan
dengan plesteran marmer) pada abad ke-6 SM. Marmer pertama kali
muncul pada bangunan di Asia Minor. Material atap utama menggunakan
atap terakota. (Istiqamah, Gita Nur, dkk. Arsitektur Yunani Kuno.
https://www.scribd.com/doc/37544048/Arsitektur-Yunani-Kuno. Diakses 4
November 2016)

b. Orde Klasik

Sebagian besar arsitektur Yunani dibuat dari susunan kolom dan

7
balok. Kolom adalah sebuah modul untuk keseluruhan bangunan dimana
bagian capital dan basenya dapat diklasifikasikan pada salah satu dari tiga
bentuk yang mendasar yang dikenal sebagai orde klasik.

Orde yang paling awal adalah Doric, dikarakteristikan sebagai


kolom-kolom yang terlihat kuat (powerful-looking), biasanya dengan 20
pinggiran galur yang tajam tanpa base. Tinggi kolom (termasuk capital)
adalah 4-6 x diameter yang mengalami peningkatan hingga 71 kali pada
masa Hellenic. Triglyph dan metope pada frieze (hiasan melintang pada
dinding) berkembang dari kayu.

Orde Ionic merupakan orde yang scroll capitalnya berasal dari Asia
Minor pada abad ke-6 SM. Kolom-kolom yang telah mature memiliki 24
galur yang dipisahkan menjadi lembaran-lembaran kecil. Galur persegi
yang dibuat dari tanah liat (plinth) muncul pada akhir masa Hellenic.
Tinggi kolom (termasuk capital dan base) adalah sekitar 9 x diameter
terendah.

Peninggalan achantus pada capital Corinthian hampir tidak dapat


dibedakan entablature-nya dengan Ionic dimana hampir selalu dapat
dibedakan hanya dari frieze-nya yang populer pada masa Hellenistic.
Tinggi kolom biasanya sekitar 10 x diameter base. (Istiqamah, Gita Nur,
dkk. Arsitektur Yunani Kuno.
https://www.scribd.com/doc/37544048/Arsitektur-Yunani-Kuno. Diakses 4
November 2016)

c. Evolusi Temple Plan

Dengan mengeksperimentasikan pada proporsi, pembangunan kuil


mendapatkan bentuk yang ideal dimana sebagian besar rencana
pembangunan kuil Doric yang mengalami perpanjangan/penguluran secara

8
berangsur-angsur berkembang pada rencana kolom klasik yakni 6 x 13
pada outer colonnade (pteron). Hal ini menjadi populer pada abad ke-5
SM. Kuil-kuil di Asia Minor, Itali, dan Sicily mengikuti bentuk yang tidak
beraturan dalam artian tidak memiliki suatu aturan yang pasti. (Istiqamah,
Gita Nur, dkk. Arsitektur Yunani Kuno.
https://www.scribd.com/doc/37544048/Arsitektur-Yunani-Kuno. Diakses 4
November 2016)

d. Dekorasi Kuil

Pediment Doric sering menggambarkan pemandangan mitologi


pada relief. Genteng atap pada bagian pinggirnya diakhiri dengan hiasan
yang dikenal sebagai antefixae, dimana hal ini meyebabkan bagian joint
tidak kelihatan. Semua orde menggunakan moulding (papan hias tembok)
dengan berbagai macam tipe profil termasuk hawksbeak (tipe Doric) dan
egg- and-dart (Ionic). Dekorasi Doric seringkali dicat sedangkan Ionic dan
Corinthian menggunakan permainan ritme pada motif tumbuh-tumbuhan.
(Istiqamah, Gita Nur, dkk. Arsitektur Yunani Kuno.
https://www.scribd.com/doc/37544048/Arsitektur-Yunani-Kuno. Diakses 4
November 2016)

Aspek yang terdapat pada Arsitektur Yunani :

Sebagian besar tiang pada kuil Yunani diflutasi, yaitu dibuat


saluran kecil vertikal di sekelilingnya.Orang Yunani kemungkinan
melakukan ini karena pada awalnya tiang dibuat dari batang kayu, dan
ketika pembangun kuil mengupas kulit pohon, pada batang tersebut
muncul sisa-sisa potongan berbentuk vertikal. Ketika orang Yunani
menggunakan batu, mereka tetap membuat bentuk sisa-sisa potongan itu
karena dapat membuat tiang terlihat lebih tipis, tinggi, dan elegan. Flutasi
pada tiang juga memberi nuansa ritme pada kuil, yang oleh para arsitek
Yunani kuno dianggap sebagai aspek penting dari kuil.

9
a. Triglif dan Metope

Triglif adalah tiga garis


vertikal di atas tiang, dan metope
adalah ruang berbentuk segi empat di
antara tiap triglif Sebagian besar kuil
Yunani memiliki pola khusus di
bagian bawah pedimen yang disebut
triglif dan metope. Triglif berselang-
seling dengan metope di bagian
depan kuil. Triglif adalah tiga buah
garis vertikal, dan di antara tiap
triglif terdapat metope.Terkadang
metope nampak polos tanpa hiasan Gambar 2- Triglif dan Metope
apapun, misalnya metope yang www.wibuku.org
terdapat di kuil di Agrigento. Pada
metope di kuil lainnya terdapat hiasan, seperti di kuil di Sisilia yang
memiliki metope dengan relief yang menggambarkan adegan Perseus yang
membunuh Medusa. Pada kuil Parthenon, releif pada metopenya
menggambarkan pertempuran antara suku Lapith melawan para Kentaur.
(Anonim. Yunani Kuno/Arsitektur/Triglif dan Metope.
https://id.m.wikibooks.or/wiki/Yunani_Kuno/Arsitektur/Triglif_dan_Meto
pe. Diakses 6 November 2016)

b. Doria/Doric

Bagian atas tiang bergaya Doria. Kuil-kuil Yunani tertua dibangun


dengan gaya Doria. Ciri kuil Doria adalah tampilannya yang sederhana
namun nampak kuat. Pada kuil Doria, di bawah tiang tidak dipasang basis,
jadi tiang langsung ditegakkan di atas lantai. Pada bagian atas tiang,
terdapa kapital batu yang bentuknya amirip bantal, dan di atasnya adalah
balok batu berbentuk segi empat, tepat di bawah arkitraf. Pada arkitraf
terdapat triglif dan metope. (Anonim. Yunani Kuno/Arsitektur/Doria.
https://id.m.wikibooks.or/wiki/Yunani_Kuno/Arsitektur/Doria. Diakses 6

10
November 2016)

Mengutip dari (Snyder, James


C., 1979. Introduction to Architecture.
Amerika: McGraw-Hill Companies),
pilar berjenis doric ini, sering
ditemukan dalam bangunan bank.

Gambar 3-Doric
www.wibuku.org

c. Ionia/Ionic

Bagian atas dan bawah tiang bergaya


Ionia Sekitar tahun 500 SM, terjadi perubahan
pada gaya arsitektur Yunani. Orang Yunani
mulai berslih dari gaya Doria ke gaya baru
yang disebut gaya Ionia. Kuil Ionia memiliki
tampilan yang lebih rumit dan mewah
daripada Doria. Pada kuil Ionia, tiangnya
memiliki basis tempatnya ditegakkan, jadi
tiang tidak langsung diletakkan di atas lantai.
Gambar 4-Ionic
Tiangnya juga memiliki lebih banyak flutasi
www.wibuku.org
daripada tiang Doria. Pada bagian atas tiang,
terdapat lengkungan ganda dari batu, tepat di bawah arkitraf. Pada arkitraf
terdapat friz yanng saling menyambung, alih-alih triglif dan metope.
(Anonim. Yunani Kuno/Arsitektur/Ionia.
https://id.m.wikibooks.or/wiki/Yunani_Kuno/Arsitektur/Ionia. Diakses 6
November 2016)

11
d. Korinthos

Sekitar tahun 400 SM, orang


Yunani menciptakan gaya tiang ketiga,
yaitu gaya Korinthos, yang dinamai dari
nama kota Korinthos. Pada
perkembangannya, gaya pada ini tidak
banyak digunakan oleh orang Yunani
dan lebih banyak digunakan oleh orang
Romawi. Gaya Korinthos memiliki
tampilan yang lebih mewah, indah, dan
rumit daripada gaya Ionia. Pada kuil
Korinhos, tiangnya memiliki basis yang
Gambar 5- Korinthos
lebih mewah. Pada bagian atas tiang, www.wibuku.org
kapitalnya dihiasi dengan pahatan daun
akanthos yang indah. Pada arkitrafnya, kuil jenis ini dihiasi dengan friz
bersambungan, sama seperti kuil Ionia, Salah satu contoh kuil Korinthos
adalah Pantheon. Contoh lainnya adalah kuil Castor di Forum Romawi.
(Anonim. Yunani Kuno/Arsitektur/Korinthos.
https://id.m.wikibooks.or/wiki/Yunani_Kuno/Arsitektur/Korinthos.
Diakses 6 November 2016)

2.2 Salah Satu Contoh Penerapan Arsitektur Yunani Saat Ini


Seperti yang kita ketahui, arsitektur Yunani merupakan arsitektur dengan
nilai estetikanya yang tinggi. Hal itulah yang membuat arsitektur klasik hingga
kini masih digunakan di berbagai belahan dunia sebagai landasan pokok dalam
mendesain suatu bangunan. Tidak jarang ditemukan pula gedung, rumah tinggal,
maupun villa yang masih menggunakan gaya ini. Ornamen-ornamen yang umum
digunakan dalam mendesain suatu bangunan dengan gaya ini yaitu pilar dan
hiasan-hiasan dinding.

Salah satu hal yang membedakan arsitektur Yunani yang dahulu dengan
yang sekarang terletak pada bahan atau material yang digunakan. Dahulu yang
digunakan masih berupa bahan yang memang menjadi kekayaan alam dari daerah

12
tersebut seperti batu marmer, saat ini dengan semakin pesatnya perkembangan
zaman, bahan yang digunakan semakin beraneka ragam tergantung dengan
keinginan pengguna. Namun, hal tersebut tetap disesuaikan dengan fungsi dan
tujuan dari bangunan tersebut, tanpa mengesampingkan aspek estetikanya.

2.2.1 Analisis Bangunan

Objek yang dianalisa adalah bangunan salon dan sekolah model yang
berada di Jalan Dipenogoro No. 135 Kav. 15-16, Denpasar, Bali.

Ciri Arsitektur Yunani dalam objek :


1. Bentuk Simetris dalam Bangunan

13
Gambar Objek
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar Kuil Parthenon


(Sumber: http://www.covingtontravel.com/2014/10/are-you-an-athenian-too/)

Terlihat terdapat bentuk simetris pada bangunan, berupa


pencerminan atau refleksi yang menggambarkan salah satu ciri bangunan
pada zaman Yunani, yang dalam bangunannya terdapat unsur simetris
berupa refleksi sisi kanan dan kiri. Contohnya, pada bangunan peninggalan
masa Yunani, yaitu Parthenon.

2. Pilar besar sebagai struktur dalam bangunan

14
Gambar Pilar Objek Gambar Pilar Ionic
(Sumber: Dokumentasi Penerbit) (Sumber:
http://rollaranger.blogspot.co.id/
2014_01_01archive.html)

Pilar-pilar yang terdapat pada bagian depan bangunan merupakan salah


satu langgam pada arsitektur Yunani. Pilar yang digunakan pada bangunan ini
bergaya ionic.

15
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai arsitektur Yunani di atas, dapat
disimpulkan bahwa langgam arsitektur Yunani muncul bersamaan dengan
dimulainya peradaban tulisan secara formal. Belum ditemukan secara spesifik
kapan era ini dimulai maupun berakhir. Namun, jenis langgam ini banyak
dijumpai di benua Eropa. Dalam beberapa alasan, jenis arsitektur ini
dibangun dengan tiga tujuan: sebagai tempat berlindung (fungsi rumah
tinggal), sebagai wadah penyembahan Tuhan (fungsi rumah peribadatan) dan
tempat berkumpul (balai kota, dan sebagainya). Untuk alasan kedua dan
ketiga inilah bangunan ini dibuat sedetail mungkin dan seindah mungkin
dengan memberi ornamen-ornamen hiasan yang lebih rumit dibandingkan
dengan untuk bangunan rumah tinggal.

Arsitektur Yunani tidak hanya berkembang dan dilestarikan di negara

16
asalnya, namun juga telah berkembang di negara lain, contohnya adalah
Indonesia. Namun memang tidak seluruh aspek atau unsur arsitektur Yunani
diambil atau disadurkan dengan arsitektur khas suatu daerah, namun hanya
unsur-unsur yang dianggap cocok dan selaras dengan arsitektur daerah
tersebut. Contohnya, hanya diambil bagian pilarnya saja.

3.2 Saran

Arsitektur Yunani memang sangat mementingkan dan mengagung-


agungkan unsur estetika dalam bangunan, dan mengesampingkan fungsi dari
bangunan itu sendiri, sehingga bangunan tidak berfungsi dengan baik dan
kurang memberikan kenyamanan bagi pengguna. Sehingga, penulis
menyarankan dalam merancang bangunan, ambil beberapa bagian yang
menurut perancang dianggap akan menambah unsur estetika bangunan. Selain
itu, hal tersebut dilakukan agar tidak menggeser unsur khas daerah tersebut.

Lalu, semakin banyaknya bangunan bergaya arsitektur Yunani,


khususnya di Bali, tentu saja lambat laun akan mengikis atau menggeser
arsitektur Tradisional Bali, yang tentu saja hal tersebut tidak boleh terjadi
karena bagaimanapun arsitektur Tradisional Bali merupakan salah satu
warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Maka dari itu, penulis
menyarankan agar setiap membangun bangunan yang akan memakai unsur
arsitektur Yunani, maka dalam bangunan juga harus ditampilkan unsur-unsur
Tradisional Bali atau gaya Balinya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Peradaban Yunani Kuno/Letak Geografis.


https://id.wikibooks.org/wiki/Peradaban_Yunani_Kuno/Letak_Geografis. Diakses
5 November 2016

Anonim. Yunani Kuno. https://id.wikibooks.org/wiki/Yunani_Kuno. Diakses 5


November 2016

Anonim. Yunani Kuno/Arsitektur/Doria.


https://id.m.wikibooks.or/wiki/Yunani_Kuno/Arsitektur/Doria. Diakses 6
November 2016

Anonim. Yunani Kuno/Arsitektur/Ionia.


https://id.m.wikibooks.or/wiki/Yunani_Kuno/Arsitektur/Ionia. Diakses 6
November 2016

18
Anonim. Yunani Kuno/Arsitektur/Korinthos.
https://id.m.wikibooks.or/wiki/Yunani_Kuno/Arsitektur/Korinthos. Diakses 6
November 2016

Anonim. Yunani Kuno/Arsitektur/Triglif dan Metope.


https://id.m.wikibooks.or/wiki/Yunani_Kuno/Arsitektur/Triglif_dan_Metope.
Diakses 6 November 2016

Istiqamah, Gita Nur, dkk. Arsitektur Yunani Kuno.


https://www.scribd.com/doc/37544048/Arsitektur-Yunani-Kuno. Diakses 4
November 2016

Prijotomo, Joseph. 1988. Pasang Surut Arsitektur di Indonesia. Surabaya: Ardjun

Salain, Putu Rumawan. 1984. Sejarah dan Perkembangan Arsitektur Barat.


Denpasar: Fakultas Teknik Universitas Udayana

Snyder, James C., 1979. Introduction to Architecture. Amerika: McGraw-Hill


Companies

Sumalyo, Yulianto. 2003. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press

Umar, J. Fathul Yasir D.. 2015. makalah arsitektur klasik dan arsitektur modern.
http://fatthulyasirftarsitektur.blogspot.co.id/2015/05/makalah-arsitektur-klasik-
dan-asr.html. Diakses 5 November 2016

19

You might also like