You are on page 1of 24

3

Getaran Paksa

Operasi i dalam Vektor


Kita telah melihat bahwa getaran harmonik dapat dilambangkan dengan bentuk eiωt . Sebagai
tambahan untuk kecocokan perhitungan matematis, i juga dapat digunakan sebagai operator
vektor dari signifikansi fisis. Kita katakan bahwa ketika i mendahului ataupun beroperasi
pada suatu vektor, arah dari vektor berada di sudut positif (berlawanan arah jarum jam) dari
𝜋/2, a.k.a i berfungsi selaku suatu operator yang meningkatkan fase dari suatu vektor dalam
cakupan sudut 900 . Operator –i merotasikan vektor menjadi searah jarum jam dari 𝜋/2 dan
melambatkan fase dalam cakupan sudut 900 . Perhitungan matematis dari i selaku operator
berbeda dengan penggunaannya sebagai √−1 dan mulai sekarang i menjalankan peran
keduanya.

Vektor r = a + b yang ditunjukkan dalam Gambar 3.1, di mana arah dari b adalah tegak
lurus terhadap a lantaran didahului oleh i. Besaran atau modulus atau r ditulis:

r = |r| = (𝑎2 + 𝑏 2 )1/2


dan

𝑟 2 = (𝑎2 + 𝑏 2 ) = (a + ib)(a – ib) = 𝐫𝐫 ∗,

di mana (a – ib) = 𝐫 ∗ didefinisikan sebagai konjugasi kompleks dari (a + ib); maka, tanda
dari i berubah.

Vektor 𝐫 ∗ = a – ib juga ditunjukkan dalam Gambar 3.1.

Vektor r dapat ditulis sebagai produk dari besaran r (besaran skalar) dan fase atau
arahnya dalam bentuk berikut (Gambar 3.1)

r = 𝑟ei∅ = r(cos∅ + i sin∅)

= a + ib

Menunjukkan bahwa a = r cos∅ dan b = r sin ∅.

53
Gambar 3.1 Representasi vektor menggunakan i selaku operator dan indeks eksponensial.
Tanda bintang di atas menunjukkan konjugasi kompleks di mana –i menggantikan i

Mengikuti
𝑎 𝑎
cos∅ = =
𝑟 (𝑎2 + 𝑏2 )1/2

dan
𝑏 𝑏
sin∅ = = d
𝑟 (𝑎2 + 𝑏2 )1/2

memberikan nilai tan∅ = b/a.


Membentuk persamaan,

𝐫 ∗ = 𝑟ei∅ = r(cos ∅ - i sin ∅)


𝑎 −𝑏 −𝑏
cos∅ = , sin∅ = , dan tan∅ = (Gambar 3.1)
𝑟 𝑟 𝑎

Pembaca harus memastikan bahwa operator i merotasikan vektor dari total sudut 𝜋/2 dengan
arah positif (sebagaimana yang dinyatakan dalam paragraf pertama hal. 53) dengan
mengambil ∅ = 𝜋/2 dalam pernyataan

r = 𝑟ei∅ = r(cos 𝜋/2 + i sin 𝜋/2)

Catat bahwa ∅ = −𝜋/2 pada r = 𝑟e−iπ/2 merotasikan vektor menjadi dalam arah negatif.

Bentuk Vektor dari Hukum Ohm


Hukum Ohm pertama kali dipenuhi oleh persamaan skalar V = IR, di mana V adalah
tegangan, hambatan adalah R, dan I adalah arus. Bentuk skalar ini menyatakan bahwa
tegangan dan arus selalu berada dalam fase. Keduanya akan mengikuti kurva persamaan a sin
(𝜔t + ∅) ataupun a cos (𝜔t + ∅), dan nilai dari ∅ akan sama untuk kedua tegangan dan arus.

Meskipun demikian, keberadaan satu komponen elektrik ataupun keduanya, yakni


induktansi L dan kapasitas C, akan menghasilkan fase yang berbeda dengan persamaan yang

54
Gambar 3.2 Suatu getaran elektrik paksa.Tegangan 𝑉𝑎 diaplikasikan pada seri sirkuit LCR
memberikan persamaan 𝑉𝑎 = 𝐿𝑑 I/dt + IR + q/C

hanya terdiri dari tegangan dan arus, serta Hukum Ohm menghasilkan bentuk vektor

V = I𝐙𝑒 ,

di mana 𝐙𝑒 disebut impedansi, menggantikan hambatan, dan merupakan penjumlahan vektor


hambatan efektif dari R, L, dan C pada suatu sirkuit.

Ketika suatu tegangan alternatif 𝐕𝑎 dengan frekuensi 𝜔 diaplikasikan terhadap suatu


hambatan, induktansi dan kondensator yang ditunjukkan dalam Gambar 3.2a, menghasilkan
persamaan tegangan yang seimbang sebagai berikut:
d𝐼
𝑉𝑎 = IR + L + q/C
dt

dan arus yang melalui sirkuit didapat dari I = 𝐼0 ei𝜔t. Tegangan terhadap induktansi
d
𝑉𝐿 = L 𝐼0 ei𝜔t = i𝜔L𝐼0 ei𝜔t = i𝜔LI
dt

Tetapi 𝜔L, sebagaimana yang kita lihat dari bab terakhir, memiliki dimensi berupa ohm,
yang menjadi nilai dari hambatan efektif yang dipresentasikan oleh induktansi L ke arus
frekuensi 𝜔. Hasil dari 𝜔LI dengan dimensi arus waktu ohm, sebagai contoh volts, didahului
oleh i; hal ini memberitahu kita bahwa fase dari tegangan terhadap induktansi adalah 900
ketika arus melalui sirkuit.
Membentuk persamaan tegangan terhadap kondensator
𝑞 1 1 iI
= ∫ 𝐼 d𝑡 = 𝐼0 ei𝜔t = -
𝐶 𝐶 𝐶 𝜔𝐶

(karena 1/i = -i).

1/𝜔𝐶, dinyatakan dalam ohm, adalah nilai dari hambatan efektif yang dipresentasikan oleh
kondensator ke frekuensi arus 𝜔 . Kini, bagaimanapun juga, tegangan I/ 𝜔𝐶 terhadap
kondensator didahului oleh –i dan sebab itu membuat arusnya lambat dalam cakupan sudut
900 . Tegangan dan arus terhadap hamatan adalah fase dan Gambar 3.2b menunjukkan bahwa
bentuk vektor dari Hukum Ohm dapat dituliskan dengan V = I𝐙𝑒 = I[R + i(𝜔𝐿 − 1/𝜔𝐶)],
dengan impedansi 𝐙𝑒 = R + i(𝜔𝐿 − 1/𝜔𝐶), nilai 𝜔𝐿 dan 1/𝜔𝐶 dinamakan resistensi karena

55
mereka menunjukkan hubungan fase dengan baik sebagai resistensi efektif dan (𝜔𝐿 − 1/𝜔𝐶)
sering dituliskan sebagai Xe , komponen penting dari Ze

 𝑖(𝜔𝐿 − 𝜔𝐶)
1 1
iX0 = 𝑖(𝜔𝐿 − 𝜔𝐶)

Gambar 3.2b Penjumlahan vektor resistansi dan reaktansi memberikan impedansi listrik
1
𝑍𝑒 = 𝑅 + 𝑖(𝜔𝐿 − )
𝜔𝐶

Besarnya Ze (nilai impedansi) dalam satuan ohm, dapat dituliskan dengan formula
sebagai berikut.
Ze = [R2 + (𝜔𝐿 − 1/𝜔𝐶)]1/2
dan vektor Ze dirumuskan melalui besar dan fase sebagai,
Ze = Zeei𝜙 = Ze(cos 𝜙 + i sin 𝜙)
Kemudian didapatkan,
cos 𝜙 = R/Ze, sin 𝜙 = Xe/Ze
dan
tan 𝜙 = Xe/R
dengan ∅ adalah beda fase antara total tegangan yang melalui sirkuit dan arus yang
melaluinya.
Nilai ∅ dapat berupa bilangan negatif atau positif tergantung nilai relatif dari 𝜔𝐿 dan 1/𝜔𝐶,
ketika 𝜔𝐿 > 1/𝜔𝐶 , maka ∅ bernilai positif, tetapi ketergantungan frekuensi komponen
menunjukkan ∅ dapat berubah tanda dan besarnya.
Besar dari Ze juga bergantung pada frekuensi dan mempunyai nilai minimum saat
Ze = R ketika 𝜔𝐿 = 1/𝜔𝐶.
Dalam bentuk vektor pada hukum ohm, V = IZe , jika V = V0ei𝜔t dan Ze = Ze ei∅ , maka
kita dapatkan,
I = V0ei𝜔t /Zeei𝜙 = (V0/Ze) ei(𝜔𝑡−𝜙)
Dengan amplitudo arus V0/Ze dengan keterlambatan tegangan oleh sudut fase ∅.

Impedansi dari Rangkaian Mekanik


Argumen serupa berlaku saat kita menganggap bukan osilator listrik tetapi rangkaian
mekanik yang memiliki massa, kekakuan dan resistansi.

56
Impedansi mekanik didefinisikan sebagai gaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan
satuan kecepatan dalam getaran, yaitu Zm = F/v atau F = vZm.
Kemudian, impedansi mekanik dapat kita tulis sebagai berikut

Zm = r + i(𝜔m – s/𝜔) = r + iXm

di mana
Zm = Zmei𝜙
dan
tan 𝜙 = Xm/r
𝜙 menjadi beda fase antara gaya dan kecepatan. Besar Zm = [r2 + (𝜔m – s/𝜔)2]1/2
Massa, sama halnya dengan induktansi, menghasilkan reaktansi positif, serta kekakuan
berlaku sama dengan kapasitansi.

Ciri dalam Getaran Paksa

Kita sekarang berada dalam posisi yang pas untuk mendiskusikan ciri fisik dari getaran paksa
dari massa m, kekakuan s, dan resistansi s yang didorong oleh gaya alternative F0 cos 𝜔t
dimana F0 adalah amplitudo dari gaya (Gambar 3.3). Getaran listrik yang ekuivalen akan
tertulis sebagai tegangan alternatif V0 cos 𝜔 t diterapkan pada lintasan induktansi L,
kapasitansi C, dan resistansi R pada Gambar 3.2a.
Persamaan mekanika gerak, yaitu keseimbangan gaya dinamis, ditunjukkan oleh
m𝒙̈ + r𝒙̇ + sx = F0 cos 𝜔t
dan persamaan tegangan pada kasus kelistrikan adalah
L𝒒̈ + R𝒒̇ + q/C = V0 cos 𝜔t
Kita harus menganalisis ciri dari sistem mekanika kecuali analisisnya sesuai dengan getaran
listrik sama baiknya.

s
r m F0 cos ωt

Gambar 3.3 Getaran listrik mekanik dengan gaya F0 cos ωt diterapkan pada lintasa mekanik teredam
dari Gambar 2.

57
Solusi lengkap dari x dalam persamaan gerak terdiri dari dua ketentuan:

(1) Ketentuan “tidak tetap” yang mana dipengaruhi oleh waktu, dan solusi persamaan m𝒙̈ +
r𝒙̇ + sx = 0 sudah dijelaskan pada Bab 2. Hal tersebut membuat solusi menjadi (s/m –
r2/4m2)1/2 pada frekuensi perpindahan resonan 𝜔 = (s/m – r2/2m2)1/2
2 /4𝑚2 )1/2 𝑡
x = Ce−𝑟𝑡/2𝑚 ei(𝑠/𝑚 – 𝑟
yang mengalami penurunan dengan e–rt/2m . Ketentuan kedua
(2) Disebut dengan ketentuan “stabil”, dan mendeskripsikan ciri dari getaran setelah pada
ketentuan pertama habis.
Pada mulanya kedua ketentuan saling berkontribusi pada persamaan, tetapi pada
momen ini kita berfokus pada ketentuan “stabil” yang mendeskripsikan ciri pokok dari
getaran.
Untuk melakukan ini kita harus menulis ulang persamaan gaya dalam bentuk vector
dan menyatakan cos ωt dengan eiωt seperti di bawah ini:

m𝒙̈ + r𝒙̇ + sx = F0 eiωt (3.1)


Penyelesaian vector x akan menghasilkan besaran dan fase dengan memperhatikan gaya
penggerak F0e iωt . Sebagai awal, mari kita coba solusi x = Aeiωt , dimana A adalah bilangan
kompleks, sehingga solusi tersebut bisa memiliki komponen di luar dan di dalam fase dengan
gaya penggerak.
Kecepatan
𝐱̇ = iωAeiωt = iωx
sehingga
𝐱̈ = i2ω2x = –ω2x
dan persamaan (3.1) menjadi
(–Aω2m + iωAr + As) eiωt = F0 eiωt
atau, setelah mengalikan pembilang dan penyebut dengan –i
−𝑖𝐹0
A = –iF0/{ω[r + i(ωm – s/ω)]} =
𝜔𝑍𝑚
dengan hal itu
−𝑖𝐹0 𝑒 𝑖𝜔𝑡 −𝑖𝐹0 𝑒 𝑖𝜔𝑡
x = A eiωt = =
𝜔𝑍𝑚 𝜔𝑍𝑚 𝑒 𝑖𝜙

−𝑖𝐹0 𝑒 𝑖(𝜔𝑡−𝜙)
=
𝜔𝑍𝑚

58
di mana

𝑍𝑛 = √𝑟 2 + (𝜔𝑚 − 𝑠/𝜔)2

Vektor ini bentuk dari karakteristik keadaan tetap dari x yang memberikan tiga potongan
informasi dan secara utuh membatasi besar dari perpindahan x dan fase tersebut dengan
memperhatikan gaya penggerak setelah batas lewat habis. Hal itu memberitahukan kita
1. Bahwa beda fase 𝜙 berada di antara x dan gaya karena bagian reaktif (𝜔m – s/𝜔) dari
impedansi mekanik.
2. Bahwa sebuah perbedaan tambahan diketahui oleh faktor –i dan jika 𝜙 nol
perpindahan x akan membelakang gaya F0 cos 𝜔t oleh 90o.
3. Bahwa amplitudo maksimum dari perpindahan x adalah F0/𝜔Zm. Kita tahu bahwa
secara dimensi benar karena kecepatan x/t berdimensi F0/Zm.
Setelah digunakan F0 eiωt untuk menyatakan bagian riil F0 cos 𝜔t, kita sekarang ambil
bagian riil dari solusi

−i𝐹0 ei(𝜔𝑡− 𝜙)
x=
𝜔𝑍𝑚
untuk memperoleh nilai asli dari x. (Jika gaya merupakan F0 sin 𝜔t, kita sekarang akan
ambil bagian dari x didahului oleh i.)
Sekarang
𝑖𝐹
x = − 𝜔𝑍0 ei(𝜔𝑡− 𝜙)
𝑚

𝑖𝐹
= − 𝜔𝑍0 [cos (𝜔t − 𝜙) + i sin (𝜔t − 𝜙)]
𝑚

𝑖𝐹 𝐹0
= − 𝜔𝑍0 cos (𝜔t − 𝜙) + sin (𝜔t − 𝜙)
𝑚 𝜔𝑍𝑚

Nilai dari x dihasilkan dari F0 cos 𝜔t karena itu

𝐹0
x= sin (𝜔𝑡 − 𝜙)
𝜔𝑍𝑚

[nilai dari x dihasilkan dari F0 sin 𝜔t akan menjadi –F0 cos (𝜔t – 𝜙)/Zm].
Perhatikan bahwa kedua solusi ini memenuhi persyaratan bahwa total beda fase antara
perpindahan dan gaya adalah 𝜙 ditambah −𝜋 /2 diketahui oleh faktor –i. Ketika 𝜙 = 0
perpindahan x = F0 sin 𝜔t/Zm tertinggal gaya F0 cos 𝜔t dengan tepat 90o.

59
Untuk mendapatkan kecepatan dari osilasi paksa dalam keadaan tetap kita tulis

(−i𝐹0 ) i(𝜔𝑡− 𝜙) 𝐹0
v = 𝐱̇ = (i𝜔) e = ei(𝜔𝑡− 𝜙)
𝜔𝑍𝑚 𝑍𝑚

Kita tahu dengan segera bahwa

1. Tidak ada faktor i mendahului sehingga kecepatan v dan gaya berbeda hanya dalam
fase 𝜙, dan ketika 𝜙 = 0 kecepatan dan gaya dalam fase.
2. Amplitudo dari kecepatan adalah F0/Zm, yang mana kita harapkan dari definisi
impedansi mekanik Zm = F/v.
Kembali kita ambil bagian riil dari bentuk vektor untuk kecepatan, yang mana akan
bersesuaian dengan bagian riil dari gaya F0 eiωt . Berikut
𝐹0
v= cos (𝜔t – 𝜙)
𝑍𝑚

Jadi, kecepatan dengan tepat selalu 90o di depan perpindahan dalam fase dan berbeda dari
gaya hanya dengan sudut fase 𝜙, di mana

(𝜔𝑚 – 𝑠/𝜔) 𝑋𝑚
tan 𝜙 = =
𝑟 𝑟

sehingga gaya F0 cos 𝜔t memberikan perpindahan

𝐹0
x= sin (𝜔t – 𝜙)
𝜔𝑍𝑚

dan kecepatan

𝐹0
v= cos (𝜔t – 𝜙)
𝑍𝑚

(Masalah 3.1, 3.2, 3.3, 3.4)

Karakteristik Kecepatan v dalam Besaran dan Fase terhadap Frekuensi


Gaya Penggerak 𝝎

Amplitudo kecepatan adalah

𝐹0 𝐹0
=
𝑍𝑚 [𝑟2 + (𝜔𝑚 – 𝑠/𝜔)]1/2

Sehingga besar kecepatan akan beragam dengan frekuensi 𝜔 karena Zm frekuensi bergantung.

60
F0/r

Kecepatan

ω⬚
0 = (s/m)
1/2

Gambar 3.4 Kecepatan osilasi penggerak terhadap frekuensi penggerak 𝜔.


Kecepatan maksimum vmax = F0/r pada ω20 = s/m

Pada frekuensi rendah, suku –s/ 𝜔 terbesar dalam Zm dan impedansi dikatakan
terkontrol tetap. Pada frekuensi tinggi 𝜔 m adalah suku dominan dan impedansi adalah
terkontrol massa. Pada frekuensi 𝜔0 di mana 𝜔0m = s/𝜔0, impedansi bernilai minimum Zm = r
dan banyaknya riil dengan reaktansi nol.
Kecepatan F0/Zm kemudian bernilai maksimum v = F0/r, dan 𝜔0 dikatakan menjadi
frekuensi dari kecepatan resonansi. Perhatikan bahwa tan 𝜙 = 0 pada 𝜔0, kecepatan dan gaya
dalam fase.
Beragam besaran kecepatan dengan frekuensi penggerak, 𝜔 , ditunjukkan pada
Gambar 3.4, tinggi dan kelancipan dari puncak pada resonansi bergantung pada r, yang mana
suku efektif hanya Zm pada 𝜔0.
Bentuk
v = (F0/Zm) cos (𝜔t – 𝜙)
di mana
tan 𝜙 = (𝜔m – s/𝜔)/r
menunjukkan bahwa untuk 𝜙 positif; bahwa, 𝜔m > s/𝜔, kecepatan v akan membelakang gaya
karena −𝜙 muncul dalam argumen kosinus. Ketika frekuensi gaya penggerak 𝜔 sangat tinggi
dan 𝜔 → ∞, kemudian 𝜙 → 90o dan kecepatan membelakang gaya dalam jumlah tersebut.
Ketika 𝜔m < s/𝜔, 𝜙 negatif, kecepatan di depan gaya dalam fase, dan pada frekuensi
agaya penggerak rendah ketika 𝜔 → 0 suku s/𝜔 → ∞, kemudian 𝜙 → –90o.
Jadi, pada frekuensi rendah kecepatan mendahului gaya ( 𝜙 negatif) dan pada
frekuensi tinggi kecepatan membelakang gaya (𝜙 positif).
Pada frekuensi 𝜔 0, namun, 𝜔 0m = s/𝜔 0 dan 𝜙 = 0, sehingga kecepatan dan gaya
dalam fase. Gambar 3.5 menunjukkan variasi 𝜙 dengan 𝜔 untuk kecepatan, bentuk asli dari
kurva bergantung pada nilai r.

61
v lebih kecil
dari F

Pretambahan r
Sudut fase dalam
Φ (radian) antara
v dan F
v dan f dalam fase

v lebih besar dari F


Gambar 3.5 Variasi sudut fasa Φ terhadap frekuensi penggerak, di mana Φ sudut fase antara
kecepatan osilator paksa dan kekuatan pendorongnya. Φ=o pada resonansi kecepatan. Setiap kurva
mewakili nilai resistansi tetap.

Jalannya Perpindahan Melawan Gaya Tenaga Penggerak ω


Perpindahan fasa
𝐹0
x = ωZm sin ( 𝜔𝑡 − ∅)

Setiap saat tepat 90o di belakang kecepatan. Sedangkan grafik dari Φ terhadap ω tetap
sama, perbedaan fasa total antara perpindahan dan gaya melibatkan retardasi ekstra 90o yang
diperkenalkan oleh operator -i. Jadi, pada frekuensi sangat rendah, ketika Φ= π/2 rad dan
kecepatan mendahului gaya, perpindahan dan gaya berada dalam fase seperti yang kita
harapkan. Pada frekuensi tinggi perpindahan tertinggal dari gaya oleh π rad dan berada tepat
di luar fase, sehingga kurva yang menunjukkan sudut fasa antara perpindahan dan gaya sama
dengan kurva Φ terhadap ω, tergeser dengan jumlah yang sama dengan π/2 rad. Ditunjukkan
pada gambar 3.6.
Perpindahan amplitudo x= Fo/ωZm dan pada frekuensi rendah,
𝑠 𝑠 𝜔𝑠
Zm =[r2_(𝜔)2]1/2 →𝜔 sehingga, x≈ 𝐹𝑜⁄ 𝜔 = 𝐹𝑜⁄𝑠

X lebih kecil dari F

Jumlah Sudut
Jumlah Pembesaran r
fase sudut
dalam Fase sudut
(radian) antara 𝛷 (rad)
x dan F x lebih kecil dari F
𝜋
dengan 2 𝑟𝑎𝑑

x dan f dalam fase

Gambar 3.7 Variasi sudut fasa total antara perpindahan dan gaya penggerak terhadap frekuensi
penggerak ω. Total sudut fasa adalah -Φ-π/2 rad.

62
Pada frekuensi tinggi Zm→ωm sehingga x ≈ Fo⁄𝜔^2m yang cenderung nol karena ω
menjadi sangat besar. Pada frekuensi yang sangat tinggi, oleh karena itu, amplitudo
perpindahan hampir nol karena pengaruh massa atau efek inersia.
Resonansi kecepatan terjadi pada wo2= 𝑠⁄𝑚 dimana denominator Zm dari amplitudo
kecepatan adalah minimum, tetapi resonansi perpindahan akan terjadi, sejak
x= Fo/ωZm sin(ωt-Φ) ketika denominatot ωZm minimum. Ini terjadi saat

[r2 𝑠 ]1
𝑑 𝑑 ( )2
𝜔
(ωZm) = 𝜔 =0
𝑑𝜔 𝑑𝜔 2

yaitu ketika

2𝜔𝑟2 + 4𝜔m(𝜔2m-s)= 0
atau
2𝜔 [𝑟2+2m( 𝜔2m-s) = 0
begitu juga 𝜔=0
Atau
𝑠 𝑟2 𝑟2
𝜔2= 𝑚 = 2𝑚2 = 𝜔𝑜2 - 2𝑚2

Jadi resonansi perpindahan terjadi pada frekuensi yang sedikit kurang dari ω0, frekuensi
resonansi kecepatan. Untuk konstanta redaman kecil atau massa besar m kedua resonansi ini,
untuk semua tujuan praktis, terjadi pada frekuensi ω0.
Menandakan frekuensi resonansi perpindahan dengan
𝑠 𝑟2
𝜔𝑟= (𝑚 − 2𝑚2 )

kita bisa menulis perpindahan maksimal dengan


xmax = Fo/ωZm

nilai dari 𝜔r Zm di 𝜔r dapat dengan mudah menjadi sama dengan 𝜔′r dimana
𝑠 𝑟2 𝑟2
𝜔′2 = 𝑚 = 4𝑚2 = 𝜔𝑜2 - 4𝑚2

Nilai x pada resonansi perpindahan oleh karenanya diberikan oleh


Fo
xmax =
𝜔′𝑟

𝑟2
Dimana 𝜔′ = (𝜔𝑜2 − )1⁄2
4𝑚2

63
Pemindahan x

Pembesaran r

Gambar 3.7 Variasi perpindahan osilator paksa terhadap frekuensi gaya penggerak 𝜔 untuk berbagai
nilai r

Sejak xmax = F0=𝜔′r di resonansi, amplitudo pada resonansi dijaga rendah dengan
meningkatkan r dan variasi x dengan 𝜔 untuk nilai r berbeda ditunjukkan pada Gambar 3.7.
Nilai r yang dapat diabaikan menghasilkan penguat yang besar pada resonansi: ini adalah
dasar dari selektivitas tinggi dalam perputaran radio yang disetel (lihat bagian dalam bab ini
tentang Q sebagai faktor penguat). Mempertahankan amplitudo resonansi rendah adalah
prinsip isolasi getaran.
(Permasalahan 3.6, 3.7)

Masalah pada Isolasi Getaran


Variasi khusus isolator getaran ditunjukkan pada Gambar 3.8. Basa berat didukung pada
lantai bergetar oleh sistem pegas dari kekakuan dan peredam r yang kental. Isolator umumnya
akan beroperasi pada ujung spektrum frekuensi yang dikendalikan massal dan frekuensi
resonansi dirancang lebih rendah daripada kisaran frekuensi yang mungkin akan dipenuhi.
Misalkan getaran vertikal dari lantai diberikan oleh x= A cos 𝜔𝑡 dengan posisi setimbangnya
dan y adalah perpindahan vertikal dasar yang sama dengan posisi berhentinya. Fungsi isolator
adalah menjaga rasio y = A ke minimum.
Persamaan gerak diberikan oleh
mÿ = −𝑟(ẏ − ẋ)- s(y-s)

Masalah pada isolasi getaran

Dasar Berat 64
Posisi Keseimbangan

Dasar

Lantai Bergetar

Tingkat Referensi Tetap

Gambar 3.8 Isolator getaran. Sebuah


dasar berat di dukung oleh sebuah
pegas dan sistem peredam viscous
diatas sebuah lantai yang bergetar

Dimana, jika y – x = X, maka

𝑚𝑋̈ + 𝑟𝑋̇ + 𝑠𝑋 = −𝑚𝑥̈ = 𝑚𝐴𝜔2 𝑐𝑜𝑠𝜔𝑡

= 𝐹0 𝑐𝑜𝑠𝜔𝑡,

Dimana

𝐹0 = 𝑚𝐴𝜔2

Gunakan solusi dari X yang tersedia untuk menunjukkan bahwa

𝐹0
𝑦= sin(𝜔𝑡 − 𝜙) + 𝐴𝑐𝑜𝑠𝜔𝑡
𝜔𝑍𝑚

Dan (perhatikan bahwa y bukanlah superposisi dari 2 getaran harmonis dengan beda fase
yang konstan) menunjukkan bahwa

𝑠2 2
𝑦𝑚𝑎𝑥 (𝑟 2 + )
= 𝜔2
𝐴 𝑍𝑚

Dimana

2
𝑠
𝑍𝑚 = 𝑟 2 + (𝜔𝑚 − )2
𝜔

65
Perhatikan bahwa

𝑦𝑚𝑎𝑥 2𝑠
> 1 jika 𝜔2 <
𝐴 𝑚

Jadi, s/m harus bernilai sekecil mungkin untuk menjaga frekuensi yang telah diberikan ω

(a) Menunjukkan bahwa


𝑦𝑚𝑎𝑥 2𝑠
= 1 untuk 𝜔2 =
𝐴 𝑚

(b) Menunjukkan bahwa


𝑦𝑚𝑎𝑥 2𝑠
< 1 untuk 𝜔2 >
𝐴 𝑚

(c) Menunjukkan bahwa jika ω = s/m, kemudian ymax/A>1 tetapi damping term r sangat
2

membantu untuk menjaga gerakan dasar


(d) Menunjukkan bahwa ω2>2s/m, ketika ymax/A<1 tetapi redaman yang merugikan

Arti dari Dua Komponen Perpindahan Kurva

Pada kurva tunggal pada gambar 3.7, superposisi dari 2 komponen kurva (a) dan (b) ada
gambar 3.9, untuk pemindahan x bisa dituliskan sebagai berikut

𝐹0 𝐹0
𝑥= sin(𝜔𝑡 − 𝜙) = (𝑠𝑖𝑛𝜔𝑡𝑐𝑜𝑠𝜙 − 𝑐𝑜𝑠𝜔𝑡𝑠𝑖𝑛𝜙)
𝜔𝑍𝑚 𝜔𝑍𝑚

Gambar 3.9 Sebuah kurva yang unik pada gambar 3.7 terselesaikan menjadi ‘anti-
fase’nya komponen (kurva(a)) dan 90o-nya diluar fase (kurva(b)). Kurva(b) mewakili
pecahan yang resistif (dapat melawan) dari impedansi dan kurva(a) pecahan yang reaktif.
Kurva(b) sesuai terhadap penyerapan dan kurva(a) dispersi yang tidak wajar dari sebuah

66
gelombang elektromagnetik pada sebuah mediuam yang membuat atom atau molekur
frekuensi yang ikut bergetar sama dengan frekuensi dari gelombang itu sendiri

Atau, karena

𝑟 𝑋𝑚
𝑐𝑜𝑠𝜙 = 𝑍 dan 𝑠𝑖𝑛𝜙 =
𝑚 𝑍𝑚

Karena

𝐹0 𝑟 𝐹0 𝑋𝑚
𝑥= 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑡 − 𝑐𝑜𝑠𝜔𝑡
𝜔 𝑍𝑚 𝜔𝑍𝑚 𝑍𝑚

Komponen dari cosωt(dengan tanda negatif) adalah anti-fase dengan patuh terhadap gaya
penggerak F0cosωt. Adalah amplitudi, digambarkan sebagai kurva(a) bisa dinyatakan
sebagai

𝐹0 𝑋𝑚 𝐹0 𝑚(𝜔02 − 𝜔2 )
− =
𝜔 𝑍𝑚2 𝑚2 (𝜔02 − 𝜔 2 )2 + 𝜔 2 𝑟 2

𝑠
Dimana 𝜔0 2 = 𝑚 dan ω0 adalah frekuensi dari resonansi kecepatan

sinωt komponen tertinggal dari gaya dorong F0cosωt dari 90o. Amplitudonya
digambarkan sebagai kurva (b) menjadi

𝐹0 𝑟 𝐹0 𝜔𝑟
= 2
(3.2)
𝜔 𝑟 2 + 𝑋𝑚
2 𝑚2 (𝜔0 − 𝜔 2 )2 + 𝜔 2 𝑅 2

Kita lihat bahwa pada ω0 kurva (a) adalah nol dan kurva (b) dekat dengan nilai
maksimum tetapi digabungkan untuk memberikan sebuah nilai maksimum pada ω
dimana

𝑟2
2
𝜔 = 𝜔02 −
2𝑚2

Frekuensi resonansi untuk perpindahan amplitudo

Kurva ini sangat dikenal pada studi dispersi optik dimana osilator paksa adalah
sebuah elektron pada suatu atom dan gaya pendorong adalah vektor medan berisolasi
pada suatu gelombang elektromagnetik dengan frenkuensi ω. Disaat ω adalah frekuensi
resonansi elektron dalam atom, atom menyerap energi dalam jumlah besar dari
gelombang elektromagnetik dan kurva (b) adalah bentuk dari karekteristik kurva

67
penyerapan. Tandai bahwa kurva (b) mewakili penghampuran atau penyerapan pecahan
dari impedensi

𝑟
(𝑟 2 + 𝑋𝑚2 )1/2

Dan bahwa bagian dari perpindahan dimana gaya dorong yang tertinggal 90o. Kecepatan
terkait dengan komponennya karena itu akan berada dalam fase dengan gaya dorong dan
ini adalah bagian dari kecepatan yang mana muncul pada energi lepas dengan syarat 𝑟𝑥̇ 2
disebabkan oleh resistensi dari osilator dan yang mana muncul pada absopsi

Di sisi lain, kurva (a) mewakili reaktif atau peyimpanan energi pecahan dari impedensi

𝑋𝑚
(𝑟 2 2 )1/2
+ 𝑋𝑚

Dan komponen reaktid pada sebuah medium menyatakan kecepatan dari gelombang pada
medium yang mana dalam giliran memerintah indekx reaktif n. Nyatanya, kurva (a)
adalah grafik dari nilai n2 pada sebuah wilayah dispersi anomali dimana sumbu ω
mewakili nilai n=1. Region ini muncil pada setiap frekuensi resonansi dari unsur atom
dari medium. Kita harus kembali pada topik ini di buku ini nanti

Daya yang Disediakan Untuk Osilator dari Gaya Dorong

Dalam kebutuhan untuk mempertahankan osilasi yang stabil dari sistem gaya dorong
harus menggantikan energi yang hilang setiap siklunya yang dikarenakan oleh
keberadaan dari resistansi. Sekarang kita akan memperoleh hasil yang paling penting
bahwa :

‘pada amplitudo yang stabil dan fase sebuah osilator yang menyesuaikan diri mereka
sendiri jadi daya rata-rata yang disediakan oleh gaya pendorong sama bahwa telah
dihampurkan oleh gaya gesekan’.

Daya P sesaat disediakan sama dengan produk atau hasil dari gaya dorong sesaat dan
kecepatan ssaat; bahwa,

𝐹0
𝑃 = 𝐹0 𝑐𝑜𝑠𝜔𝑡 cos(𝜔𝑡 − 𝜙)
𝑍𝑚

𝐹02
= 𝑐𝑜𝑠𝜔𝑡 𝑐𝑜𝑠(𝜔𝑡 − 𝜙)
𝑍𝑚

68
Daya rata-ratanya adalah

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑜𝑠𝑖𝑙𝑎𝑠𝑖


𝑃𝐴𝑉 =
𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑜𝑠𝑖𝑙𝑎𝑠𝑖

𝑇
𝑃 𝑑𝑡
∴ 𝑃𝐴𝑉 = ∫ 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑇 = 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑜𝑠𝑖𝑙𝑎𝑠𝑖
0 𝑇

𝐹02 𝑇
= ∫ 𝑐𝑜𝑠𝜔𝑡 𝑐𝑜𝑠(𝜔𝑡 − 𝜙)𝑑𝑡
𝑍𝑚 𝑇 0

𝐹02 𝑇
= ∫ [𝑐𝑜𝑠 2 𝜔𝑡 𝑐𝑜𝑠 𝜙 + 𝑐𝑜𝑠𝜔𝑡 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑡 𝑠𝑖𝑛𝜙)𝑑𝑡
𝑍𝑚 𝑇 0

𝐹02
= 𝑐𝑜𝑠𝜙
2𝑍𝑚

Pada frekuensi rendah (𝜔 0) simpangan memiliki nilai A0 = F0/s, sehingga


𝐴𝑚𝑎𝑥 2 𝐹02 𝑠2 𝑚2 𝜔04
( ) = = 𝑟2
𝐴0 𝜔′2 𝑟 2 𝐹02 𝑟 2 [𝜔02 − ]
4𝑚2

𝑚2 𝜔02 𝑄2
= 1 1/2 = 1
𝑟 2 [1− ] [1− ]
4𝑄2 4𝑄2

Maka:
𝐴𝑚𝑎𝑥 𝑄 1
= 1 1/2
≈ Q[1 + 8𝑄2 ] ≈ Q
𝐴0 [1− 2 ]
4𝑄

untuk Q besar.
Q=5

Q=4
Displacement in units of F0/s

Q=3

Q=2

69
F0/s

ω0
Gambar 3.11 Kurva pada gambar 3.7 sekarang diberikan istilah kualitas faktor Q pada
sistem, dimana Q adalah amplifikasi resonansi pada respon frekuensi rendah x = f0/s

Jadi, simpangan pada frekuensi rendah diperkuat oleh faktor Q pada resonansi
simpangan.
Gambar 3.7 sekarang ditunjukkan pada Gambar 3.11 dimana nilai Q (Q-value) telah
dicantumkan pada masing-masing kurva. Dalam menyetel lintasan radio, Q-value digunakan
sebagai pengukuran dalam penyaringan, dimana ketajaman respon memungkinkan sebuah
sinyal untuk diperoleh dengan bebas dari interferensi sinyal pada frekuensi terdekat. Pada
lintasan radio konvensional pada frekuensi siklus besar,

A2
A A3
1

A4

t
t=0

(a)
Saat t = 0 , vektor tidak stabil = BO = BA0

Vector stabil
A0 OB A4 B A3
0

70
A2

A1
(b)

Gambar 3.12 (a) Getaran stabil (heavy curve) dimodulasikan oleh kurva tidak tetap yang
mengecil secara eksponensial terhadap waktu. (b) Pada diagram vector (b) OB merupakan
panjang konstan pada vector stabil dan BA, adalah vektor tidak tetap. Tiap vector berotasi
berlawanan arah jarum jam dengan kecepatan angularnya. Saat t = 0 vektor OB dan BA0
sama dan berlawanan pada sumbu horizontal dan jumlah vektornya adalah nol. Pada waktu
berikutnya total amplitudonya adalah panjang dari OA1, yang berubah seiring A melalui
spiral yang mengelilingi B. Titik A1, A2, A3, dan A4 mengindikasikan bagaimana amplitude
berubah pada (a).
Q-value adalah urutan dari beberapa ratus; pada frekuensi radio yang lebih tinggi, resonansi
rongga tembaga memiliki Q-value sekitar 30.000 dan kristal piezo-elektrik dapat
menghasilkan Q-value sebesar 500.000. Penyerapan cahaya pada kristal dan resonansi nuklir
magnetic seringkali dideskripsikan dengan istilah Q-value. Efek Mossbauer pada fisika nuklir
melibatkan Q-value sebesar 1010.

Efek Aturan Ketidaktetapan


Pada bab ini kita hanya mempertimbangkan vektor stabil tanpa memperhitungkan
vektor tidak stabil/tidak tetap yang disebutkan pada halaman 58. Aturan ini membuat sebuah
kontribusi awal pada simpangan total tetapi mengecil seiring waktu dengan e-rt/2m. Efeknya
dapat diperlihatkan dengan memperhitungkan jumlah vektor dari komponen stabil dan tidak
stabil.
Aturan kestabilan bisa direpresentasikan oleh vektor pada panjang konstan yang
berotasi berlawanan arah jarum jam pada kecepatan angular 𝜔 oleh gaya penggerak. Ujung
vektor menjejaki sebuah lingkaran. Semua di atas disuperposisikan vektor tidak tetap pada
berkurangnya panjang yang berotasi berlawanan arah jarum jam dengan kecepatan angular 𝜔’
= (s/m – r2/4m2)1/2. Ujung vektor tersebut menjejaki sebuah spiral.
Lokus perbesaran jumlah vektor pada aturan ini adalah amplop dari bervariasinya
amplitude pad getaran. Amplop ini memodulasi getaran tidak tetap dengan frekuensi 𝜔 pada
frekuensi yang tergantung pada 𝜔’ dan fase relatif antara 𝜔t dan 𝜔’t.
Kemudian, pada Gambar 3.12(a) dimana simpangan total getaran adalah nol pada
waktu t = 0 kita memiliki vektor tetap dan tidak tetap, sama dan berlawanan pada Gambar
3.12(b), tetapi dikarenakan 𝜔 ≠ 𝜔’, fase relatif antara vektor-vektornya akan berubah seiring
ketidaktetapannya mengecil. Ujung vektor tidak tetap ditunjukkan oleh spiral dan total
amplitudo diasumsikan sebagai variasi panjang OA1, OA2, OA3, OA4, dst.

(Soal 3.12, 3.13, 3.14, 3.15, 3.16, 3.17, 3.18)

Soal 3.1
Tunjukkan, jika F0 𝑒 𝑖𝜔𝑡 merepresentasikan F0sin𝜔𝑡 pada bentuk vektor dengan persamaan
gerak untuk getaran paksa

71
𝐹0
𝑥=− cos(𝜔𝑡 − 𝜙)
𝜔𝑍𝑚
Dan kecepatan
𝐹0
𝑣= sin(𝜔𝑡 − 𝜙)
𝑍𝑚

Soal 3.2
Simpangan dari getaran paksa adalah nol pada waktu t = 0 dan dan tingkat perbesarannya
diatur oleh tingkat pengecilan dari aturan tidak tetap. Jika aturan ini mengecil hingga e-k dari
nilai aslinya pada waktu t, untuk redaman kecil, tingkat rata-rata perbesaran getaran diberikan
oleh x0/t = F0/2km𝜔0 dimana x0 adalah simpangan tetap maksimum, F0 adalah amplitudo
gaya dan 𝜔02 = x/m.

Soal 3.3
Persamaan 𝑚𝑥̈ + 𝑠𝑥 = F0 sin𝜔𝑡 mendeskripsikan pergerakan dari getaran harmonik
sederhana tidak teredam yang dipengaruhi oleh frekuensi gaya 𝜔 . Ditunjukkan, dengan
menyelesaikan persamaan dalam bentuk vektor, solusi tetap dari persamaan tersebut
𝐹𝜊 sin𝜔t 𝑠
𝑥= di mana 𝜔𝜊2 =
𝑚(𝜔𝜊 2 −𝜔2 ) 𝑚

Sketsalah karakteristik amplitudo dari x terhadap 𝜔 dengan catatan bahwa perubahan tanda
ketika 𝜔 melewati 𝜔𝜊 mendefinisikan suatu perubahan fase dari 𝜋 rad dalam perpindahan.
Sekarang, tunjukkan bahwa solusi umum dari perpindahan sebagaimana yang ditunjukkan
berikut ini
𝐹𝜊 sin𝜔𝑡
𝑥= + 𝐴 cosωο𝑡 + 𝐵 sinωο𝑡
𝑚(𝜔𝜊2 − 𝜔 2 )
di mana A dan B bersifat konstan.
Soal 3.4
Dalam soal 3.3, jika 𝑥 = 𝑥̇ = 0 pada 𝑡 = 0 menunjukkan bahwa
𝐹𝜊 1 𝜔
𝑥= 2 2
(sin 𝜔t − sinωο𝑡)
𝑚 (𝜔𝜊 − 𝜔 ) 𝜔𝜊
dan, dengan menuliskan 𝜔 = 𝜔𝜊 + Δ𝜔) di mana Δ𝜔/𝜔𝜊 << 1 dan Δ𝜔𝑡 << 1, menunjukkan
bahwa resonansi dekat,
𝐹𝜊
𝑥= (sin𝜔𝜊𝑡 − 𝜔𝜊𝑡 cos𝜔𝜊𝑡)
2𝑚𝜔𝜊2
Sketsalah karakteristik yang dihasilkan, dengan catatan bahwa nilai kedua meningkat
terhadap waktu, menyebabkan osilasi dapat meningkat (resonansi antara osilasi bebas dan
osilasi paksa). Catat bahwa kondisi Δ𝜔𝑡 ≪ 1 berfokus pada transien.
Soal 3.5

72
Apakah pernyataan umum untuk percepatan 𝒗̇ dari osilator mekanik teredam sederhana yang
dipengaruhi oleh gaya 𝐹𝜊 cos𝜔t? Turunkan persamaan tersebut untuk memperoleh frekuensi
dari percepatan maksimum and tunjukkan bahwa jika 𝑟 = √𝑠𝑚, lalu amplitudo percepatan
pada frekuensi resonansi kecepatan sama dengan limit dari amplitudo percepatan pada
frekuensi-frekuensi tinggi.
Soal 3.6
Buktikan bahwa amplitudo pasti pada perpindahan resonansi dari osilator mekanik terkendali
dapat dituliskan 𝑥 = 𝐹𝜊/𝜔′𝑟 di mana 𝐹𝜊 dipengaruhi oleh gaya amplitudo
𝑠 𝑟2
𝜔′2 = −
𝑚 4𝑚2
Soal 3.7
Osilator mekanik paksa menunjukkan bahwa nilai-nilai berikut ini bersifat tidak bergantung
terhadap frekuensi (a) perpindahan amplitudo saat frekuensi rendah (b) kecepatan amplitudo
pada kecepatan resonansi dan (c) percepatan amplitudo pada frekuensi tinggi, (𝜔 → ∞).

Soal 3.8
Dalam gambar 3.9, ditunjukkan bahwa untuk r bernilai kecil, nilai maksimum dari kurva (a)
𝐹𝜊
adalah ≈ 𝐹𝜊/2𝜔𝜊𝑟 pada 𝜔1 = 𝜔𝜊 − 𝑟/2𝑚 dan nilai minimumnya adalah ≈ − 2𝜔𝜊𝑟 pada
𝑟
𝜔2 = 𝜔𝜊 + 2𝑚.

Soal 3.9
𝑒𝐸𝜊
Persamaan 𝑥̈ + 𝜔𝜊2 𝑥 = (− ) cos𝜔𝑡 mendeskripsikan pergerakan dari suatu ikatan
𝑚
muatan listrik tidak teredam –e dari massa m di bawah pengaruh dari medan listrik alternatif
E = 𝐸𝜊 cos𝜔𝑡. Untuk suatu nilai massa jenis elektron n yang menunjukkan bahwa polarisasi
terinduksi setiap unit volume (susteptibilitas dinamis) dari suatu medium
𝑛𝑒𝑥 𝑛𝑒 2
Xe = − 𝜀𝜊𝐸 = 𝜀𝜊𝑚(𝜔𝜊 2 −𝜔2 )

(Permitivitas dari medium dijelaskan sebagai 𝜀 = 𝜀𝜊(1 + 𝜒) di mana 𝜀𝜊 adalah permitivitas


dari ruang kosong. Permitivitas relatif 𝜀𝑟 = 𝜀/𝜀𝜊 disebut dielektrik konstan dan merupakan
akar dari indeks refraktif ketika E adalah medan listrik dari gelombang elektromagnetik.)
Soal 3.10
Mengulang soal 3.9 untuk kasus elektron osilator teredam, dengan memisalkan perpindahan x
sebagai komponen yang dipresentasikan oleh kurva (a) dalam Gambar 3.9 untuk
menunjukkan bahwa
𝑛𝑒 2 𝑚(𝜔𝜊2 − 𝜔2 )
𝜀𝑟 = 1 + 𝜒 = 1 +
𝜀𝜊[𝑚2 (𝜔𝜊2 − 𝜔 2 )2 + 𝜔 2 𝑟 2 ]
Faktanya, Gambar 3.9(a) mengeplot 𝜀𝑟 = 𝜀/𝜀𝜊. Dengan catatan

73
𝑛e2
𝜔 ≪ 𝜔𝜊, 𝜀𝑟 ≈ 1 +
𝜀𝜊𝑚𝜔𝜊2
dan untuk
𝑛e2
𝜔 ≫ 𝜔𝜊, 𝜀𝑟 ≈ 1 −
𝜀𝜊𝑚𝜔 2
Soal 3.11
Menunjukkan bahwa energi yang terbagi setiap siklus oleh gaya friksional 𝑟𝑥̇ pada frekuensi
sudut 𝜔 diperoleh dari 𝜋𝑟𝜔𝑥 2 𝑚𝑎𝑥 .
Soal 3.12
Menunjukkan bahwa bandwith (lebar pita) dari kurva absorsi resonansi didefinisikan sebagai
fase jangkauan sudut 𝑡𝑎𝑛 𝜙 = ±1.
Soal 3.13
Tegangan alternatif, amplitudo 𝑉𝜊 diaplikasikan melewati suatu seri sirkuit RLC.
Menunjukkan bahwa tegangan pada resonansi arus melewati induktansi ataupun
kondenser yakni 𝑄𝑉𝜊.
Soal 3.14
Tunjukkan bahwa dalam rangkaian seri RLC resonansi tegangan maksimum di seluruh
kondensor terjadi pada frekuensi 𝜔 = 𝜔0(1 – 1/2Q02)1/2 di mana 𝜔02 = (LC)–1 dan Q0 = 𝜔0L/R.

Soal 3.15
Pada Masalah 3.14 tunjukkan bahwa tegangan maksimum di seluruh induktansi terjadi pada
frekuensi 𝜔 = 𝜔0(1 – 1/2Q02)1/2

Soal 3.16

Cahaya dengan panjang gelombang 0,6 𝜇m (6000 Å) diemisi oleh sebuah elektron dalam
atom berperan sebagai osilator harmonik sederhana ringan teredam dengan nilai Q, 5 × 107.
Tunjukkan dari bandwidth resonansi bahwa lebar garis spektrum sebuah atom 1,2 × 10–14 m.

Soal 3.17
Jika nilai Q dari Masalah 3.6 tinggi, tunjukkan bahwa lebar kurva resonansi perpindahan
kira-kira √3r/m di mana lebar diukur antara frekuensi tersebut di mana x = xmaks/2.

Soal 3.18

74
Tunjukkan bahwa dalam Masalah 3.10, laju rata-rata penyerapan energi per satuan volume;
yaitu, terisi daya
P = ½ {ne2E02}{𝜔2r/[m2(𝜔02 – 𝜔2)2 + 𝜔2r2]}

Rangkuman Hasil Penting

Impedansi Mekanik Zm = F/v (gaya per satuan kecepatan)

Zm = Zmei𝜙 = r + i(𝜔m – s/𝜔)


di mana Zm2 = r2 + (𝜔m – s/𝜔)2
sin 𝜙 = (𝜔m – s/𝜔)/Zm, cos 𝜙 = r/Zm, tan 𝜙 = (𝜔m – s/𝜔)/r
𝜙 adalah sudut fase antara gaya dan kecepatan.

Osilasi Paksa

Persamaan gerak m𝑥̈ + r𝑥̇ + sx = F0 cos 𝜔t


(Bentuk vektor) m𝐱̈ + r𝐱̇ + sx = F0 ei𝜔𝑡
Gunakan x = Aei𝜔𝑡 untuk memberikan keadaan perpindahan tetap
x = (–iF0/𝜔Zm)ei(𝜔𝑡−𝜙)
dan kecepatan

𝐱̇ = v = (F0/Zm)ei(𝜔𝑡−𝜙)

Ketika F0 ei(𝜔𝑡−𝜙) menyatakan F0 cos 𝜔t


x = (F0/𝜔Zm) sin 𝜔t
v = (F0/Zm) cos 𝜔t

Kecepatan maksimum = F0/r pada frekuensi kecepatan resonan 𝜔0 = (s/m)1/2


Perpindahan maksimum = F0/𝜔’r di mana 𝜔’ = (s/m – r2/4m2)1/2 pada frekuensi
perpindahan resonan 𝜔 = (s/m – r2/2m2)1/2

Penyerapan Daya oleh Getaran dari Gaya Penggerak

75
Penggetar mengatur amplitudo dan fase sehingga daya yang tersedia sama dengan daya yang
disipasi.
Daya yang yang terserap = ½ (F02/Zm) cos 𝜙 (cos 𝜙 adalah faktor daya)
Daya maksimum yang diserap = F02/2r pada 𝜔0
½(Daya maksimum) yang diserap = F02/4r pada 𝜔1 = 𝜔0 – r/2m dan 𝜔2 = 𝜔0 + r/2m
Faktor kualitas Q = 𝜔0m/r = 𝜔0/(𝜔2 – 𝜔1)
Q = (perpindahan maksimum pada resonansi perpindahan)/(perpindahan ketika 𝜔 → 0)
= A (maks)/(F0/s)
Untuk bentuk ekuivalen untuk getaran listrik ganti m dengan L, r dengan R, s dengan 1/C,
dan F0 dengan V0 (tegangan.)

76

You might also like