Professional Documents
Culture Documents
1) Stadium pertama mungkin tidak terlihat karena penyakit berlangsung dengan cepat. Pada
stadium ini akan terlihat reaksi hiperaktif dan hipersensitif yang diikuti dengan tremor otot,
peregangan otot, dan daun telinga terkulai. Kaki belakang kaku dan sulit digerakan, sapi
menyendiri kemudian terjatuh dan berbaring dengan posisi yang tidak nyaman.
2) Stadium kedua ditandai dengan sapi berbaring pada posisi sternal (sternal recumbency). Sapi
mengalami depresi dan hampir pingsan, tidak mampu mengangkat dan
menggoyanggoyangkan mulut ke bagian perutnya. Kemudian terjadi hypothermia serta stasis
ruminal dan konstipasi mulai terlihat.
3) Stadium ketiga akan terjadi kolaps dan koma. Sistem kardiovaskuler mengalami kegagalan
fungsi ditandai dengan denyut dan suara jantung yang lemah. Kematian pada sapi dapat
terjadi bila tidak diobati. Kematian sapi umumnya disebabkan karena kegagalan pernapasan
akibat bloat dan kolaps jantung merupakan akhir dari proses penyakit.
Ketidakseimbangan makro mineral maupun mikro mineral dalam pakan ternak akan
menyebabkan timbulnya beberapa tanda dan gejala klinis akibat kekurangan ataupun kelebihan
mineral. Tanda dan gejala klinis yang timbul antara lain pneumonia, diare, anoreksia, patah
tulang, kulit kering dan bersisik, gangguan sistem reproduksi, pencernaan maupun pernapasan.
Kalsium berperan sangat penting pada ternak sapi perah dan kebutuhan tertinggi terhadap
kalsium ini terutama pada masa laktasi, kisaran kadar kalsium normal pada sapi adalah 9 – 12
mg/ dL.
Daftar Pustaka :
Eny, Martindah et al.,Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia.Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Bogor.Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor.
Wulansari,Retno et al.,2017. Kadar Kalsium pada Sapi Perah Penderita Mastitis Subklinis di
Pasir Jambu, Ciwidey. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. ACTA
VETERINARIA INDONESIANA. Vol. 5, No. 1: 16-21, Januari 2017. ISSN 2337-3202, E-
ISSN 2337-4373.