You are on page 1of 12

Kelainan Refraksi Hipermetropia

Arditya Destian

102013136

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat, 11510, Telp. (021) 5694-2061

Pendahuluan

Mata merupakan salah satu indera yang sangat penting dan vital bagi manusia. Mata
berbentuk bulat lonjong dan terletak di dalam rongga mata dan dilindungi oleh tulang tengkorak
serta otot mata yang berfungsi untuk menggerakan bola mata. 1 Dengan mata kita dapat melihat
berbagai hal dan dapat menikmati berbagai keindahan yang ada di dunia. Mata mempermudah
dan membantu kita untuk melakukan berbagai aktivitaskarena tanpa mata kita tidak dapat
melihat apapun. Karena begitu penting dan berguna nya mata bagi kehidupan manusia, jika
terjadi gangguan pada organ ini maka aktivitas manusia sehari-hari akan sangat terganggu.
Terdapat berbagai macam gangguan yang dapat menyerang mata kita, contohnya adalah
hipermetropi, miopi, astigmatisma, dan lain-lain. Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah
untuk mengetahui bagian-bagian apa saja yang terdapat di mata, mekanisme penglihatan dari
awal masuknya cahaya hingga penglihatan tersebut ditafsirkan, serta gangguan-gangguan pada
mata dan cara untuk mengatasinya.1

Anatomi Mata

Terdapat tiga lapisan pada bola mata, lapisan terluar/tunika fibrosa, lapisan tengah/tunika
vaskulosa, dan lapisan terdalam/tunika nervousa. Tunika fibrosa terdiri dari kornea, limbus
kornea dan sclera. Lapisan tengah atau tunika vaskulosa terdiri dari iris, korpus siliaris, dan
koroidea. Sedangkan lapisan dalam atau tunika nervousa terdiri dari pars seka retina dan pars
optika retina.2

1
Kornea merupakan jaringan berwarna bening yang membentuk 1/6 bagian depan bola
mata dengan diameter sekitar 11 mm. Di kornea tidak terdapat pembuluh darah (avaskular) tetapi
kornea mengandung banyak serabut syaraf. Kornea merupakan kelanjutan dari sclera dan
pertemuan antara kornea dan sclera dinamakan limbus. Pemberian nutrisi pada kornea diberikan
melalui humour aqeous dan air mata. Kornea tersusun atas 5 lapisan yaitu lapisan epitel,
membrana bowman, stroma, membrana descemet dan endothelium. Epitel merupakan lapisan
yang sangat peka terhadap sentuhan dan berfungsi sebagai proteksi. Jika terjadi kerusakan pada
epitel, maka epitel akan sembuh dengan segera. Membrana bowman terletak di bawah epitel.
Bila terjadi kerusakan pada membrana bowman, maka membrana bowman akan sembuh dengan
jaringan parut (sikatrik). Stroma merupakan jaringan fibrosa bening yang juga merupakan
lapisan kornea yang paling tebal, meliputi 90% tebal kornea. Membrana descemet terletak persis
di bawah stroma dan merupakan lapisan tipis yang kuat tetapi sangat lentur. Endotelium hanya
mempunyai selapis sel yang berfungsi untuk mengatur jumlah cairan di dalam kornea.3

Sklera dikenal dengan sebutan putih mata. Sklera membentuk 5/6 bagian dinding luar
bola mata dengan ketebalan sekitar 1 mm. Sklera memiliki struktur yaitu jaringan fibrosa yang
kuat dan tidak elastis yang berfungsi untuk mempertahankan bentuk bola mata dan sebagai
proteksi bangunan-bangunan halus di bawahnya. Permukaan luar sclera ditutupi oleh jaringan
vascular longgar.3

Konjungtiva adalah membrana mukosa (selaput lendir) yang melapisi kelopak dan
melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai ke limbus. Terdapat dua
konjungtiva yaitu konjungtiva palpebra (melapisi kelopak) dan konjungtiva bulbi (menutupi
bagian depan bola mata). Fungsi konjungtiva yaitu sebagai pelindung pada sclera dan untuk
memberi pelumasan pada bola mata. Konjungtiva mengandung banyak pembuluh darah
(vascular).3

Traktus uvealis (uvea) merupakan lapisan tengah bola mata yang terdiri atas 3 bagian
yaitu iris, badan siliaris, dan koroid. 1) Iris merupakan membrana sirkuler yang berwarna dan
terletak di belakang kornea dan tepat di depan lensa. Pada bagian pusat iris terdapat lubang yang
di sebut pupil. Iris membagi ruangan yang berisi humour aqeous antara kornea dan lensa menjadi
dua yaitu kamera anterior dan kamera posterior. Iris juga terdiri dari jaringan halus yang
mengandung sel-sel pigmen, otot polos, pembuluh darah dan saraf. Warna iris tergantung pada

2
susunan pigmen iris. Otot pada iris adalah otot polos yang tersusun sirkuler dan radier. Otot
sirkuler bila kontraksi akan mengecilkan pupil, dirangsang oleh cahaya sehingga melindungi
retina terhadap cahaya yang sangat kuat. Otot radier dari tepi pupil bila berkontraksi
menyebabkan dilatasi pupil. Bila cahaya lemah, otot radier akan berkontraksi sehingga pupil
dilatasi untuk memasukkan cahaya lebih banyak. Fungsi dari iris adalah untuk mengatur jumlah
cahaya yang masuk ke mata dan juga untuk pengendalian oleh saraf otonom. 2) Badan siliar
merupakan penghubung antara koroid dengan iris. Badan siliar tersusun dalam lipatan-lipatan
yang berjalan radier ke dalam, menyususn prosesus siliaris yang mengelilingi tepi lensa.
Prosesus ini banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Badan siliar juga menghasilkan
humour aqeous. 3) Koroid adalah membrane berwarna coklat yang melapisi permukaan dalam
sclera. Koroid mengandung banyak pembuluh darah dan sel-sel pigmen yang member warna
gelap. Fungsi dari koroid adalah untuk member nutrisi ke retina dan humour vitreous dan juga
untuk mencegah refleksi internal cahaya.3

Humour Vitreous dan Humour Aqeous mempengaruhi tekanan mata. Tekanan mata
dipengaruhi oleh tekanan humour vitreous pada posterior mata dan humour aqeous yang mengisi
kamera anterior (bilik depan). Humour aqeous bertanggung jawab mengatur tekanan intraokuler.
Perubahan kecepatan masuknya humour aqeous ke dalam mata dari prosesus siliaris atau
kecepatan keluarnya humour aqeous dari sudut filtrasi dapat mempengaruhi tekanan intraokuler.
Humour vitreous merupakan jaringan albuminosa setengah cair yang berwarna bening, yang
mengisi ruang antara lensa dan retina. Humour vitreous juga mengisi 4/5 bagian belakang bola
mata dan mempertahankan bentuk bola mata dan juga mempertahankan retina untuk
mengadakan aposisi dengan koroid. Humour vitreous tidak mengandung pembuluh darah
sehingga mengandalkan jaringan disekitarnya untuk mendapatkan nutrisi. Humour vitreous dapat
mengalami kekeruhan dikarenakan oleh sisa-sisa pembuluh darah yang ada di dalam bola mata
selama perkembangan janin. Sedangkan humour aqeous adalah cairan yang diproduksi secara
terus menerus oleh kapiler venosa dalam prosesus siliaris. Humour aqeous berjalan dari kamera
posterior melewati pupil ke kamera anterior lalu meninggalkan mata melalui trabekula menuju
ke kanalis schlemm (suatu sinus yang berjalan melingkar, di perbatasan kornea dan sclera) lalu
melewati sekeliling mata dan kemudian melewati vasa-vasa kecil menuju vena di permukaan
mata.3

3
Lensa terletak di depan humour vitreous dan di belakang iris. Lensa merupakan bangunan
lunak, bening dan berbentuk bikonveks (cembung) yang dilapisi oleh kapsul tipis yang homogen.
Lensa dibungkus suatu kapsul yang mirip membran bening yang menutup lensa dengan erat dan
tebal pada permukaan anterior. Fungsi kapsul tersebut adalah untuk mengubah bentuk lensa dan
melindungi dari humour vitreous dan humour aqeous, serta berperan pada proses akomodasi.
Lensa dipertahankan pada posisinya karena dari depan lensa ditekan oleh humour aqeous
sedangkan dari belakang ditekan oleh humour vitreous dan zonula (ligamentum suspensorium)
yang merupakan membrane tipis yang menutupi permukaan badan siliar, prosesus siliaris dan
lensa.3

Retina merupakan lapisan paling dalam pada mata dan juga sebagai lapisan penerima
cahaya. Retina merupakan membran yang lunak, rapuh dan tipis. Retina berwarna merah
keunguan karena mengandung rodopsin. Terdapat bintik kuning (makuna lutea) pada retina.
Retina merupakan elemen yang peka terhadap cahaya karena mengandung sel-sel batang dan
kerucut.3

Bintik kuning (fovea centralis) merupakan daerah yang peka terhadap rangsangan cahaya
karena banyak mengandung sel-sel saraf berbentuk kerucut. Bayangan benda yang dilihat akan
jatuh tepat pada daerah tersebut.4

Saraf optik terletak di belakang retina, tepatnya di belakang bintik buta. Bintik buta
adalah tempat di mana saraf optik menembus bagian belakang bola mata. Tempat tersebut
disebut bintik buta karena di sana saraf optik tidak memiliki bagian yang menangkap rangsang
cahaya. Saraf optik hanya bertugas untuk meneruskan rangsang cahaya yang telah diterima ke
susunan saraf pusat yang berada di otak.5 (lihat gambar 1)

4
Gambar 1.Anatomi Mata3

Pada mata terdapat berbagai macam otot untuk menggerakkan mata, yaitu rektus medialis
untuk membalik mata kearah dalam, rektus lateralis membalik mata kearah luar, rektus superior
untuk memutar mata keatas dan kedalam, rektus inferior memutar mata kebawah dan kedalam,
oblikus superior memutar mata kebawah dan keluar, dan oblikus inferior memutar mata keatas
dan keluar. Sebagian besar otot-otot mata dipersarafi oleh saraf cranial ketiga (okulomotor).
Rektus lateral dipersarafi oleh saraf cranial keenam dan oblikus superior oleh cranial keempat.6
Tulang mata yang melindungi mata mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu saraf
optikus yang membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak.Saraf lakrimal
yang merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata. Saraf lainnya menghantarkan
sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada tulang orbita. Arteri osthalmika dan
arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan darah dari mata
dibawa oleh vena osthalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui
mata bagian belakang.7

Pembiasan Cahaya

Lensa berperan penting pada proses pembiasan cahaya (refraksi). Saat cahaya masuk ke
dalam lensa, lensa akan membelokkan cahaya tersebut agar cahaya dapat difokuskan di retina.
Dari retina, cahaya diubah menjadi impuls yang dihantarkan melalui nervus optikus ke pusat
penglihatan di lobus occipitalis otak. Saat cahaya datang di bangunan bening mata (media
refrakta), maka cahaya akan harus dibelokan lagi agar terfokus pada fotoreseptor.Cahaya akan

5
dibelokan ketika berkas cahaya melewati 2 medium yang berbeda dengan densitas yang berbeda
pula. Semakin besar perbedaan densitas, maka semakin besar pembelokan cahaya dan juga jika
semakin besar perbedaan sudut kedua medium, maka semakin besar juga pembelokan
cahayanya. Contoh dari media refrakta adalah kornea, lensa, dan badan kaca. Untuk melihat
objek dekat dengan jelas, kecembungan lensa berubah supaya jarak fokusnya juga berubah.
Proses ini disebut dengan akomodasi. Bila otot siliaris berkontraksi, maka ligamentum
suspensorium akan ber relaksasi. Jika ligamentum suspensorium relaksasi, makan hal tersebut
akan menambah derajat kelengkungan lensa dan menyebabkan cahaya melewati bagian sentral
lensa. Mata normal dapat melihat objek dekat pada jarak kurang lebih sekitar 25 cm.2,7

Mekanisme Penglihatan

Bila sebuah bayangan tertangkap mata, maka berkas-berkas cahaya benda yang dilihat
akan menembus kornea, aqueus humor, lensa dan badan vitreus untuk merangsang ujung-ujung
saraf dalam retina. Rangsangan yang diterima retina bergerak melalui traktus optikus menuju
daerah visual dalam otak untuk ditafsirkan. Kedua daerah visual menerima berita dari kedua
mata sehingga menimbulkan lukisan dan bentuk. Di sebelah dalam tepi retina, terdapat lapisan-
lapisan batang dan kerucut yang merupakan sel-sel penglihat khusus yang peka terhadap cahaya.
Sela-sela berupa lingkaran yang terdapat di antaranya disebut dengan granula. Ujung proximal
batang dan kerucut tersebut membentuk sinapsis (penghubung) pertama dengan lapisan sel
bipolar dalam retina. Proses kedua yang dilakukan sel-sel itu adalah membentuk sinapsis kedua
dengan sel-sel ganglion besar, yang juga terdapat di dalam retina. Axon-axon sel ini merupakan
serabut-serabut dalam nervus optikus. Serabut-serabut saraf ini bergerak ke belakang, mula-mula
mencapai pusat yang lebih rendah dalam badan-badan khusus thalamus, lalu akhirnya mencapai
pusat visual khusus dalam lobus oksipitalis otak, dimana penglihatan ditafsirkan.8

Hipermetropi
Rabun dekat adalah cacat mata yang mengakibatkan seseorang tidak dapat melihat benda
pada jarak dekat. Titik dekat penderita rabun dekat akan bertambah, tidak lagi sebesar 25 cm tapi
mencapai jarak tertentu yang lebih jauh. Penderita rabun dekat hanya dapat melihat benda pada
jarak yang jauh.9
Mata hipermetropi disebabkan oleh keadaan fisik lensa mata yang terlalu pipih atau tidak
dapat mencembung dengan optimal, oleh sebab itu bayangan yang dibentuk lensa mata jatuh di

6
belakang retina. Rabun dekat dapat tolong menggunakan kaca mata lensa cembung, yang
berfungsi untuk mengumpulkan sinar sebelum masuk mata, sehingga terbentuk bayangan yang
tepat jatuh di retina.8,9

Etiologi
Penyebab dari hipermetropi adalah sebagai berikut10:
1. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek
Biasanya terjadi karena Mikropthalmia, renitis sentralis, arau ablasio retina(lapisan retina lepas
lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan).
2. Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah
Terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa dan vitreus humor.
Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropi adalah perubahan pada komposisi kornea dan
lensa sehingga kekuatan refraksi menurun dan perubahan pada komposisi aqueus humor dan
viterus humor. Misal pada penderita Diabetes Melitus terjadi hipermetopi jika kadar gula darah
di bawah normal.
3. Kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat
Kelengkungan kornea ataupun lensa berkkurang sehingga bayangan difokuskn di belakang
retina.
4. Perubahan posisi lensa
Dalam hal ini, posisi lensa menjadi lebih posterior.

Gejala Klinis
Tanda dan gejala orang yang terkena penyakit rabun dekat secara obyektif klien susah
melihat jarak dekat atau penglihatan klien akan rabun dan tidak jelas. Sakit kepala frontal.
Semakin memburuk pada waktu mulai timbul gejala hipermetropi dan sepanjang penggunaan
mata dekat.9,10
1. Penglihatan tidak nyaman (asthenopia
2. Terjadi ketika harus fokus pada suatu jarak tertentu untuk waktu yang lama.
3. Akomodasi akan lebih cepat lelah terpaku pada suatu level tertentu dari ketegangan.
4. Bila 3 dioptri atau lebih, atau pada usia tua, pasien mengeluh penglihatan jauh kabur.
5. Penglihatan dekat lebih cepat buram, akan lebih terasa lagi pada keadaan kelelahan, atau
penerangan yang kurang.

7
6. Sakit kepala biasanya pada daerah frontal dan dipacu oleh kegiatan melihat dekat jangka
panjang. Jarang terjadi pada pagi hari, cenderung terjadi setelah siang hari dan bisa membaik
spontan kegiatan melihat dekat dihentikan.
7. Eyestrain
8. Sensitive terhadap cahaya
9. Spasme akomodasi, yaitu terjadinya cramp m. ciliaris diikuti penglihatan buram intermiten.

Patofisiologi
Diameter anterior posterior bola mata yang lebih pendek, kurvatura kornea dan lensa yang
lebih lemah, dan perubahan indeks refraktif menyebabkan sinar sejajar yang dating dari objek
terletak jauh tak terhingga di biaskan di belakang retina.11 Lihat gambar 2.

Gambar 2. Patofisiologi Hipermetropi.


Klasifikasi 12
1. Hipermetropia manifest
Adalah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal yang
memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia absolut
ditambah dengan hipermetropia fakultatif. Hipermetropia manifes didapatkan tanpa siklopegik
dan hipermetropia yang dapat dilihat dengan koreksi kacamata yang maksimal.

2. Hipermetropia Absolut
Dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kacamata
positif untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia laten yang ada berak

8
Hipermetropia manifes yang tidak memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut sebagai
hipermetropia absolut, sehingga jumlah hipermatropia fakultatif dengan hipermetropia absolut
adalah hipermetropia manifes.

3. Hipermetropia Fakultatif
Dimana kelainan hipermatropia dapat diimbangi dengan akomodasi ataupun dengan kaca
mata positif. Pasien yang hanya mempunyai hipermetropia fakultatif akan melihat normal tanpa
kaca mata yang bila diberikan kaca mata positif yang memberikan penglihatan normal maka otot
akomodasinya akan mendapatkan istrahat. Hipermetropia manifes yang masih memakai tenaga
akomodasi disebut sebagai hipermetropia fakultatif
4. Hipermetropia Laten
Dimana kelainan hipermetropia tanpa siklopegi ( atau dengan obat yang melemahkan
akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur
bila siklopegia. Makin muda makin besar komponen hipermetropi laten seseorang. Makin tua
seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi
hipermetropia fakultatif dan kemudian akan menjadi hipermetropia absolut. Hipermetropia laten
sehari-hari diatasi pasien dengan akomodasi terus menerus, teritama bila pasien masih muda dan
daya akomodasinya masih kuat.

5. Hipermetropia Total
Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan siklopegia. Selain
klasifikasi diatas ada juga yang membagi hipermetropia secara klinis menjadi tiga kategori,
yaitu:
1. Simple Hipermetropia, diakibatkan variasi biologis normal seperti etiologi axial atau refraksi.
2. Patological Hipermetropia, diakibatkan anatomi okuler yang berbeda yang disebabkan
3.Fungsional Hipermetropia, merupakan akibat dari paralisis akomodasi.

Klasifikasi Berdasar Berat Ringan Gangguan:


1.Hipermetropia ringan: gangguan refraksi dibawah +2D
2.Hipermetropia sedang: gangguan refraksinya +2.25- +5 D
3.Hipermetropia berat: gangguan refraksinya diatas 5D.

Prognosis

9
Prognosis tergantung onset kelainan, waktu pemberian peengobatan, pengobatan yang
diberikan dan penyakit penyerta. Pada anak-anak, jika koreksi diberikan sebelum saraf optiknya
matang (biasanya pada umur 8-10 tahun), maka prognosisnya lebih baik.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah esotropia dan glaucoma. Esotropia atau juling ke
dalam terjadi akibat pasien selamanya melakukan akomodasi. Glaukoma sekunder terjadi akibat
hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik mata.

Penatalaksanaan11,13
1. Koreksi Optikal
Hipermetropia dikoreksi dengan kacamata berlensa plus (konveks) atau dengan
lensakontak. Pada anak kecil dengan kelainan berderajat rendah yang tidak menunjukan
gejala sakit kepala dan keluhan lainnya, tidak perlu diberi kacamata. Hanya orang-orang
yang derajat hipermetropianya berat dengan atau tanpa disertai mata juling dianjurkan
menggunakan kacamata. Pada anak-anak dengan mata juling ke dalam (crossed eye) yang
disertai hipermetropia, diharuskan memakai kacamata berlensa positif. Karena kacamata
berlensa plus ini amat bermanfaat untuk menurunkan rangsangan pada otot-otot yang
menarik bolamata juling ke dalam.
Biasanya sangat memuaskan apabila power yang lebih tipis (1 D) daripada total
fakultatif dan absolute hyperopia yang diberikan kepada pasien dengan tidak ada ketidak
seimbangan otot ekstraokular. Jika ada akomodatif esotrophia (convergence), koreksi
penuh harus diberikan. Pada exophoria, hyperopianya harus dikoreksi dengan 1-2D. Jika
keseluruhan refraksi manifest kecil, misalnya 1 D atau kurang, koreksi diberikan apabila
pasien memiliki gejala-gejala.

2. Terapi Penglihatan
Terapi ini efektif pada pengobatan gangguan akomodasi dan disfungsi binokuler akibat
dari hipermetropia. Respon akomodasi habitual pasien dengan hipermetropia tidak akan
memberi respon terhadap koreksi dengan lensa, sehingga membutuhkan terapi
penglihatan untuk mengurangi gangguan akomodasi tersebut.
3. Terapi Medis

10
Agen Antikolinesterase seperti diisophropylfluorophospate(DFP) dan echothiopate iodide
(Phospholine Iodide,PI) telah digunakan pada pasien dengan akomodasi eksotropia dan
hipermetropia untuk mengurangi rasio konvergensi akomodasi dan akomodasi(AC/A).
4. Merubah Kebiasaan Pasien
Modifikasi yang dapat dilakukan adalah pengunaan cahaya yang cukup dalam aktivitas,
menjaga kualitas kebersihan mata dan apabila pasien adalah pengguna komputer
sebaiknya menggunakan komputer dengan kondisi ergonomis.
5. Bedah Refraksi
Terapi pembedahan refraksi saat ini sedang dalam perkembangan Terapi pembedahan
yang mungkin dilakukan adalah HOLIUM:YAG laser thermal keratoplasty, Automated
Lamellar Keratoplasty, Spiral Hexagonal Keratotomy, Excimer Laser dan ekstraksi lensa
diganti dengan Intra Oculer Lens. Akan tetapi pembedahan masih jarang digunakan
sebagai terapi terhadap hipermetropia.

Pencegahan
1. Duduk dengan posisi tegak ketika menulis.
2. Istirahatkan mata setiap 30-60 menit setelahmenonton tv, komputer atau setelah
membaca.
3. Aturlah jarak baca yang tepat (> 30 cm).
4. Gunakan penerangan yang cukup
5. Jangan membaca dengan posisi tidur

Kesimpulan

Mata merupakan salah satu indera yang paling penting bagi manusia untuk melakukan
berbagai aktivitas. Tanpa penglihatan / mata, dapat dipastikan bahwa aktivitas kita sehari-hari
akan terganggu. Mata mempunyai banyak bagian-bagian yang memiliki fungsi masing-masing
dan saling melengkapi untuk dapat melakukan fungsinya. Terdapat juga berbagai macam
gangguan / penyakit yang dapat menganggu kerja mata kita, contohnya adalah presbiopia,
hipermetropi, myopia dan lain-lain. Gangguan-gangguan tersebut tentu saja memiliki

11
penyelesaian yang berbeda-beda agar kerja dan fungsi mata dapat kembali seperti semula. Salah
satu contohnya adalah pada penderita hipermetropi/ rabun jauh dapat dibantu dengan
menggunakan lensa cembung agar penglihatannya dapat kembali normal seperti sebelumnya.

Daftar Pustaka

1. Furqonita D. Seri IPA biologi SMP kelas IX. Jakarta: PT. Quadra; 2006.h.71.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit EGC; 2004 .h. 184-5
3. Sudibjo P. Anatomi mata. Diunduh dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Opthalmologi.pdf , 21 April 2013.
4. Aloysius S, Sukirman. Biology for junior high school year IX. Jakarta: Yudhistira;
2008.h.44,46.
5. Tim Matrix Media Literata. Cara mudah menghadapi ujian akhir sekolah 2007. Jakarta:
PT.Grasindo; 2007.h.164.
6. Cambridge Communication Limited. Anatomi fisiologi: sistem lokomotor dan
penginderaan. Diterjemahkan dari Anatomy & physiology A self-instructional course 3:
the locomotor system and the special senses. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.h.49-50,55.
7. Young B, Heath JW. Special sense organs.London: Churchill Livingstone;2005. h. 380-2.
8. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT. Gramedia.h.319-21.
9. Pendit, BU. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Diterjemahkan dari
Sherwood L.Human’s Physiology: From Cell to System. Jakarta: EGC; 2001.h.160-7.
10. Guyton Arthur C, Hall John E. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC;

2007.h.669-670
11. Budhi N. Patofisiologi: buku saku. Diterjemahkan dari Corwin EJ. Handbook of
pathophysiology. Jakarta: EGC; 2009.h.359-61.
12. Budiono Ari. Nervus optikus. 2008. Diunduh dari http://lib.unri.ac.id/index.php/jurnal
online-2008/01/nervus-optikus_files-of-drsmed.pdf, 25 Maret 2018.
13. Pendit BU. Oftalmologi umum Vaughan & Asbury edisi ke 17. Diterjemahkan dari Eva
PR,Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s general ophthalmology. Edisi ke-17. Jakarta:
EGC;2009.h392-4.

12

You might also like