Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Dosen Pengampuh :
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
i
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan kami buat
dengan waktu yang telah di tentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya
penyusunan makalah seperti ini, pembaca dapat belajar dengan baik dan benar mengenai
katalis, Penulis mengucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi
sumbangsi kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Dan tentunya penulis juga
menyadari, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini. Hal
ini Karena keterbatasan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah
ini.
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita
dan kemajuan ilmu pengetahuan.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mekanisme reaksi pembuatan
aldehida dengan metode Hidroformilasi menggunakan katalis Cobalt dan katalis Rhodium.
1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
2
BAB II
ISI
2.1 Hidroformilasi
Aldehide adalah bahan kimia yang banyak digunakan baik dalam sintesis obat-obatan,
bahan kimia pertanian, perasa, zat adiktif pada makanan dan lainnya. Sehingga banyak cara
untuk memperoleh senyawa aldehide. Berikut beberapa cara memperoleh senyawa aldehyde,
sebagai berikut:
3. Reduksi nitril.
HCl / SnCl H2O
R CN R CH NH2Cl R CHO
Salah satu cara untuk membuat senyawa aldehide ini dengan reaksi hidroformilasi
Hidroformilasi olefin adalah salah satu proses industri yang paling penting dalam katalis
homogen untuk sintesis aldehida, dengan lebih dari 10 juta ton diproduksi secara global
setiap tahun. Hidroformilasi (Proses Oxo) yaitu reaksi antara olefin dengan hidrogen dan
karbon monoksida (syn-gas) dengan keberadaan katalis Cobalt/lainnya membentuk aldehyde
yang mengandung satu atom karbon lebih banyak daripada jumlah atom karbon olefinnya.
Otto Roelen formaldehyde (HCOH) pada ikatan rangkap olefin, sehingga reaksi ini
(1897-1993)
disebut reaksi hidroformilasi. Secara umum, persamaan reaksi
hidroformilasi sebagai berikut :
3
HCo(CO)
R CH CH2 + H2 + CO R CH2 CHO + R' CH(R") CHO
Perbandingan antara normal aldehid dan iso-aldehid bervariasi terhadap temperatur,
tekanan, dan konsentrasi reaktan. Pada umumnya perbandingannya berkisar 40-60 % iso
aldehyde dan 60-40 % normal aldehyde tanpa membedakan dimana posisi ikatan ganda
olefin. Reaksi samping juga dapat terjadi yaitu reaksi lanjutan hidrogenasi aldehyde
membentuk alkohol, terutama bila reaksi berlangsung pada suhu tinggi (± 180°C), sehingga
reaksi hidroformilasi dianjurkan pada suhu rendah.
Pada proses pembuatan aldehyde dengan metode Hidroformilasi ada beberapa hal yang
mempengaruhi reaksinya, yaitu:
1. Gas sintesis (syn-gas)
Gas sintesis yang dipakai untuk reaksi hidroformilasi memiliki rasio volume H
banding CO mendekati satu banding satu (1:1). Gas sintesis dapat diperoleh dari
proses gasifikasi batu bara dengan steam menurut reaksi :
C + H2O CO + H
Meskipun secara stoikhiometri konsumsi syn-gas dan olefin ekuimolar, tetapi
biasanya dipakai syn-gas dalam jumlah berlebih.
2. Olefin
Olefin ialah senyawa alkena yang merupakan bahan baku utama dalam pembuatan
senyawa aldehyde. Olefin yang dipakai tidak perlu 100% murni karena keberadaan
hidrokarbon jenuh tidak berpengaruh terhadap laju reaksi hidroformilasi.
3. Katalisator
Katalisator yang biasa dipakai dalam proses Oxo adalah logam karbonil dari golongan
VII, yaitu Fe, Co, Ni, Ru, dan Rh (Kirk and Othmer, 1978). Perbandingan tingkat
kereaktifan logam-logam tersebut terhadap Cobalt (Co) adalah sebagai
berikut :
Rh > Co > Ru > Ni
103 1 102 0
Dari perbandingan reaktivitas tersebut tampak bahwa Rh dan Co merupakan katalis
yang paling baik dipakai dalam proses Oxo.
4. Temperatur dan tekanan
Temperatur hidroformilasi berlangsung antara 110-190°C, tergantung reaktifitas
katalis dan olefin yang digunakan. Untuk memperoleh produk aldehyde yang
4
maksimum, reaksi harus dioperasikan pada temperatur terendah yang sesuai dimana
reaksi masih dapat berlangsung dengan baik.
2.2 Mekanisme Reaksi
Salah satu reaksi dari reaksi Hidroformilasi yaitu dalam pembuatan n-butiraldehid dan
iso-butiraldehid. Kedua senyawa tersebut memiliki kegunaan masing- masing. Diantaranya
sebagai berikut:
a. Kegunaan n-butiraldehid yaitu :
1. Bahan baku Poly Vinyl Butyral yang digunakan sebagai lapisan batas safety glass
2. Kondensasi butiraldehid dengan fenol dan HCl atau NaOH serta formaldehid akan
menghasilkan resin yang digunakan sebagai molding powder dan coating
3. Bahan baku pembuatan 2-Ethyl-1-Hexanol yang digunakan sebagai solvent, defoaming,
dispersing dan wetting agent
4. Bahan baku pembuatan Butyric Acid dan Butyric Anhydride
5. Bahan intermediet pada produksi resin sintetis, akselerator karet, plasticizer,
antioksidan, alat pembantu dalam industri tekstil dan parfum
b. Kegunaan i-butiraldehid yaitu :
1. Bahan baku pembuatan valine yang digunakan untuk suplemen makanan
2. Bahan pembuatan Leucin yang digunakan untuk suplemen makanan
3. Sintesa parfum, flavoring agent, plasticizer, resin dan gasoline additive
4. Derivatif dari i-butiraldehid digunakan untuk corosion inhibitor, insektisida dan Asam
Amino
Penggunaan Katalis Rh
Pembuatan n-butiraldehid dan iso-butiraldehid dilakukan dengan proses hidroformilasi
menggunakan bahan baku propilen, Syn Gas (H2 dan CO) dengan katalis RhTPP.
Perbandingan mol reaktan CO : H2 : propilen yang digunakan adalah 1 : 1 : 1. Hidrogen (H2)
yang digunakan tidak berlebih karena akan meningkatkan pembentukan propana. Propilen
yang diumpankan dengan perbandingan tersebut sudah menghasilkan konversi yang tinggi.
Reaksi hidroformilasi propilen dengan katalis Rhodium Triphenylphosphine 99% yang
dikenal dengan RhH(CO)((C6H5)3P)3 dilakukan dalam kondisi operasi tekanan 14 atm dan
temperatur 100oC. Waktu tinggal dalam reaktor dengan katalis rhodium 10-102 kali lebih
cepat daripada waktu tinggal dengan menggunakan katalis Cobalt yang membutuhkan waktu
tinggal 1-2 jam. Perbandingan n-butiraldehid dan iso- butiraldehid yang dihasilkan adalah 20
: 1. Konversi olefin menjadi butiraldehid sebesar 98-99%.
5
Reaksi umum yang terjadi:
Reaksi dimulai dari bagian atas siklus, subtitusi ligan L dengan ligan CO untuk mengubah
RhH(CO)L3 komplek menjadi RhH(CO)2L2. Hal ini diikuti dengan :
6
dengan logam komplek kembali seperti pada tahap awal siklus.
Penggunaan Katalis Co
Menggunakan katalis Co pada prosesnya, propilen dan syn gas (CO dan H2) bereaksi
menghasilkan n-butiraldehid dan i-butiraldehid. Kondisi reaktor pada tekanan 200-300 atm
dan temperatur 150-200oC. Katalis yang digunakan adalah Cobalt Tetracarbonyl Hydride
dengan konsentrasi 0,1-1%. Waktu tinggal dalam reaktor antara 1-2 jam. Rasio mol H2 : CO
yaitu 1,2 : 1,0. Konversi propilen sebesar 90-98%. Dapat dilihat proses mekanisme reaksi
dengan menggunakan katalis Co pada gambar dibawah:
7
Kompleks ini dapat mengalami penyisipan CO ke dalam ikatan logam-alkil masing-
masing untuk menghasilkan 5.25 dan 5.23. Produk aldehida dihasilkan dari spesies ini
melalui reaksi dengan dihidrogen dan HCo(CO)4. Di bawah kondisi katalitik reaksi yang
terakhir tidak signifikan dibandingkan dengan yang pertama.
Katalis kobalt dan rodium memiliki satu perbedaan penting antara masing-masing
mekanisme. Tidak seperti dalam proses katalisisasi rodium, tidak ada penambahan oksidatif
atau tahap eliminasi reduktif dalam reaksi hidrofobikasi kobalt-katalis. Ini mengingatkan
pada perbedaan mekanistik antara reaksi karbonilasi berbasis rodium dan kobalt .
Studi spektroskopi IR in situ telah dilakukan pada CO2(CO)8 ditambah sistem katalitik
n
berbasis PBu 3 dengan etilena atau n-oktena sebagai olefin. Tidak seperti pada kasus
n
Co2(CO)8, di mana HCo(CO)4 dan Co(CO)(COR) dapat diamati, dengan adanya PBu 3,
n n
tidak ada Co(CO)3 (PBu 3)(COR) atau Co(CO)3 (PBu 3))(R) jenis kompleks dapat dilihat.
Hal ini diduga karena konsentrasi rendah zat antara semacam itu dalam kondisi operasi.
Mekanisme hidroformilasi diasumsikan serupa dengan yang ditunjukkan pada Gambar diatas.
Bukti mekanistik langsung yang sangat sedikit pada tingkat molekuler tersedia pada reaksi
hidrogenasi aldehida.
Dalam tekanan rendah UCC dan Mitsubishi Kasei oxo memproses produk reaksi
(isononyl aldehida, dll.) Dipisahkan dengan distilasi dari fase katalis. Seperti telah
8
disebutkan, dalam proses hidroilasi hidrogen Ruhrchemie / Rhone-Poulenc, fasa berair
yang mengandung katalis dikeluarkan setelah reaksi dari fase organik dengan dekantasi.
Juga dalam proses ini, panas dari reaksi okso dipulihkan dalam evaporator film jatuh yang
tergabung di dalam reaktor, yang bertindak sebagai reboiler untuk kolom distilasi n-
butanal / isobutanal.
Sedangkan untuk reaksi Hidroformilasi yang menggunakan katalis Rh, pada prosesnya,
campuran gas propilen, CO, dan H2 dengan perbandingan 1:1:1 digelembungkan dari bawah
reaktor. Kondisi operasi di dalam reactor pada tekanan 14-35 atm dan pada temperatur
100oC. Konversi propilen sebesar 99%. Perbandingan produk n-butiraldehid dan i-
butiraldehid yang dihasilkan adalah antara 2 : 1 sampai 20 : 1.
9
Perbandingan dua katalis tersebut dapat terlihat pada table hasil kuantitatif.
3. Kondisi Operasi
n-C4H8O : i- C4H8O
Sehingga dapat dilihat dari table bahwa penambahan katalis Rh, lebih selektif
terhadap produk utama yaitu n-Butiraldehid dibandingkan dengan katalis Co. Serta kondisi
pada tekanan dan temperature yang rendah pada katalis Rh dari pada katalis Co. Kondisi
yang tinggi akan membuat waktu yang lebih lama dan membuat biaya produksi meningkat
akibat penggunaan tekanan dan temperature yang tinggi dan hasil yang kurang selektif
dikarenakan diperlukannya tekanan dan temperature yang lebih rendah agar selektivitas
terhadap produk meningkat. Oleh karena itu, pada pembuatan n-Butiraldehid lebih dianjurkan
menggunakan katalis Rh daripada Co.
10
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah :
a. Hidroformilasi (Proses Oxo) yaitu reaksi antara olefin dengan hidrogen dan karbon
monoksida (syn-gas) dengan keberadaan katalis Cobalt/lainnya membentuk aldehyde
yang mengandung satu atom karbon lebih banyak daripada jumlah atom karbon
olefinnya.
b. Mekanisme reaksi Hidroformilasi dengan katalis Co dan Rh pada reaksi pembuatan
aldehida menghasilkan n-butiraldehid dan iso-butiraldehid menggunakan bahan baku
propilen, Syn Gas (H2 dan CO) yang dalam prosesnya menggunakan katalis Cobalt
dan Rhodium dengan perbandingan mol H2 dan CO yang berbeda. Pada mekanisme
reaksi dengan katalis CO digunakan Rasio mol H2 : CO yaitu 1,2 : 1,0 dan dengan
katalis Rh digunakan rasio mol H2 : CO yaitu 1: 1.
c. Ppenambahan katalis Rh, lebih selektif terhadap produk utama yaitu n-Butiraldehid
dibandingkan dengan katalis Co serta kondisi pada tekanan dan temperature yang
rendah pada katalis Rh dari pada katalis Co dimana kondisi yang tinggi akan
membuat waktu yang lebih lama dan membuat biaya produksi meningkat akibat
penggunaan tekanan dan temperature yang tinggi dan hasil yang kurang selektif
dikarenakan diperlukannya tekanan dan temperature yang lebih rendah agar
selektivitas terhadap produk meningkat. Dimana didapatkan perbandingan produk n-
butiraldehid dan i-butiraldehid yang dihasilkan dengan katalis Rh dan Co adalah 5 : 1
sampai 20 : 1. Oleh karena itu, pada pembuatan n-Butiraldehid lebih dianjurkan
menggunakan katalis Rh daripada Co.
12
DAFTAR PUSTAKA
Blaser, H., Indolese, A., Schnyder, A., Ag, S., & Basel, C.-. (2000). Applied homogeneous
catalysis by organometallic complexes.
Lang, R., Li, T., Matsumura, D., Miao, S., Ren, Y., Cui, Y., … Zhang, T. (2016).
Hydroformylation of Olefins by a Rhodium Single-Atom Catalyst with Activity
Comparable to RhCl ( PPh 3 ) 3, 1–6. https://doi.org/10.1002/anie.201607885
Wahyuningtyas, Dewi. 2012. Prarancangan Pabrik n-Butiraldehid Dari Propilen dan Syn
Gas dengan Proses Hidroformilasi kapasitas 45.000 Ton/Tahun.
Perpustakaan.uns.ac.id
13