Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka
dibagian akhir Skripsi ini.
Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Juli 2011 di perairan Teluk
Jakarta. Pengambilan sedimen dilakukan pada 4 stasiun, Stasiun 1 terletak paling
jauh dari daratan, Stasiun 2, 3, dan 4 semakin mendekati wilayah daratan. Analisis
sampel sedimen dilakukan di Laboratorium Pencemaran dan Laboratorium
Geologi P2O-LIPI. Metode yang digunakan untuk analisis logam berat adalah
Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS), sedangkan fraksi sedimen
menggunakan metode pengayakan basah.
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
NRP : C54070016
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Halaman
1. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
LAMPIRAN ................................................................................................... 28
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
6. Komposisi Fraksi Lumpur, Pasir Halus dan Pasir Kasar (%) di Lokasi
Pengamatan Teluk Jakarta ....................................................................... 19
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xi
1. PENDAHULUAN
bahan limbah bersifat racun yang dibuang ke perairan Teluk Jakarta. Bahan
limbah dapat berasal dari limbah industri, limbah rumah tangga, pertambakan,
PLTU, daerah wisata dan rekreasi, pelabuhan dan jalur transportasi yang berada di
sekitar perairan Teluk Jakarta. Keberadaan limbah di dalam perairan laut akan
ada di dalamnya.
makro) yang hidup ataupun yang telah mati, serasah atau detritus hasil penguraian
anorganik adalah logam berat seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As),
tembaga (Cu), kadmium (Cd), kromium (Cr), dan nikel (Ni) (Sanusi, 2006).
dalam sedimen.
baku mutu atau melewati nilai ambang batas tertentu. Logam berat Cu, Zn, dan
haemosianin dalam sistem darah dan enzimatik, sedangkan logam berat Cd, Cr,
Pb, dan Hg belum dapat diketahui peranannya dalam tubuh (Sanusi, 2006).
1
2
lumpur mengandung logam berat cukup tinggi (Rozak dan Rochyatun, 2007).
oleh ukuran partikel dimana semakin kecil ukuran partikel, kandungan Pb dan Cu
semakin besar.
(Cd) dan tembaga (Cu) di sedimen serta hubungan logam berat tersebut dengan
ukuran partikel sedimen. Menurut Sudarso et al. (2005) partikel yang berukuran
kecil seperti silt dan clay memiliki kemampuan yang lebih tinggi mengikat logam
berat karena luasnya area permukaan dan relatif tingginya gaya elektrostatis.
Pemilihan logam Cd karena unsur ini lebih bersifat toksik dibandingkan Pb, dan
1.2 Tujuan
kadmium (Cd) dan tembaga (Cu) terhadap sebaran partikel dalam sedimen.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Jakarta. Teluk Jakarta membentang dari Tanjung Kait di bagian barat hingga
Tanjung Karawang di bagian timur dengan panjang pantai kurang lebih 89 km.
Teluk Jakarta merupakan tempat bermuaranya 13 sungai yang terdiri atas 4 sungai
besar dan 9 sungai sedang. Topografi perairan Teluk Jakarta umumnya didominasi
oleh lumpur, pasir, dan kerikil serta merupakan perairan dangkal dengan
limbah industri, limbah rumah tangga, pertambakan, PLTU, daerah wisata dan
besar mengingat jumlah penduduk yang meningkat. Kegiatan industri yang terus
berkembang dan pola penggunaan tanah yang intensif baik langsung maupun
tidak langsung juga dapat memberikan tekanan yang terus meningkat terhadap
Logam berat adalah unsur logam dengan berat molekul yang tinggi,
mempunyai daya hantar, panas listrik yang tinggi dan memiliki densitas >5 g/cm3
3
4
(Hutagalung et al., 1997). Logam berat di perairan terdiri atas logam berat
esensial dan non esensial. Logam berat yang sering mencemari lingkungan atau
non esensial adalah Hg, Zn, Cd, As, dan Pb. Selain logam berat non esensial (Hg,
Zn, Cd, As, dan Pb) terdapat juga logam berat yang bersifat esensial dimana
logam berat ini dibutuhkan dalam pembentukan haemosianin dalam sistem darah
Menurut Sanusi (2006) daftar urutan toksisitas logam paling tinggi ke paling
logam berat, sedangkan perairan dengan tingkat kesadahan yang tinggi dapat
mengurangi toksisitas logam berat, karena logam berat dalam air dengan
alumunium (Gambar 1) dengan berat atom 112.41 g/mol dengan titik cair 321
0
C dan titik didih 765 0C. Kadmium tergolong dalam logam berat dan memiliki
afinitas yang tinggi terhadap sulfohidril dan kelarutannya akan meningkat dalam
dan membentuk ikatan kompleks dengan bahan organik di perairan alami yang
bersifat basa. Pada kadar 0.01-0.1 mg/l CdCl2 dapat mereduksi ATP, klorofil dan
lentur, tahan terhadap tekanan, memiliki titik lebur rendah dan dapat
dimanfaatkan untuk pencampur logam lain seperti nikel, perak, tembaga, dan besi.
Sumber kadmium juga berasal dari pabrik peleburan besi, baja, produksi semen,
produksinya (pabrik baterai, aki, pigmen warna, pestisida, gelas, dan keramik
(Darmono, 1995).
Sifat racun kadmium terhadap ikan yang hidup dalam air laut berkisar antara
10-100 kali lebih rendah dari pada dalam air tawar yang memiliki tingkat
kadmium turun pada salinitas dengan kondisi dimana konsentrasi kadmium sama
diketahui perannya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Kadmium bersifat
kumulatif dan sangat toksik bagi manusia karena dapat mengakibatkan gangguan
ppm maka perairan termasuk ke dalam kategori bahaya dan harus segera
nomor atom 29 dan mempunyai berat atom 63.546 g/mol, berbentuk kristal
dengan warna kemerahan (Gambar 2). Logam Cu yang masuk ke dalam tatanan
lingkungan perairan dapat terjadi secara alamiah maupun sebagai efek samping
dari kegiatan manusia. Secara alamiah Cu masuk ke dalam perairan melalui erosi,
maka perairan termasuk ke dalam kategori bahaya dan harus segera dilakukan
aliran sungai akan teradsorpsi oleh padatan tersuspensi dan mengendap di perairan
7
partikel, pH, salinitas dan kehadiran ligan organik maupun unsur Fe dan Mn
sedimen dan bahan tersuspensi yaitu melalui proses adsorpsi fisika-kimia dari
kolom perairan, proses uptake oleh bahan organik atau organisme dan akumulasi
fisik dari bahan partikulat yang banyak mengandung logam oleh proses
sedimentasi.
Adsorpsi secara fisik terjadi ketika logam berat diabsorpsi oleh bahan
biologi dan kimia lebik kompleks prosesnya karena dikontrol oleh banyak faktor
Kenaikan pH dan suhu air laut akan menurunkan kelarutan logam dalam air
oksigen daya larut logam berat akan menjadi lebih rendah dan mudah mengendap.
kation pada air laut, selanjutnya diikuti dengan proses sedimentasi (pengendapan).
8
Hal ini dapat terjadi karena massa jenis partikel akan lebih besar dari massa jenis
air laut. Sedimen merupakan bagian dari akumulasi material sepanjang tahun, dan
sedimen dimana konsentrasi logam berat tinggi terdapat pada sedimen yang
memiliki ukuran partikel lebih halus dibandingkan dengan sedimen kasar. Fraksi
9
sedimen halus memiliki area permukaan yang luas dan relatif tingginya gaya
elektrostatis dari permukaan partikel tersebut (Sudarso et al., 2005; Hutabarat dan
bahan organik memiliki hubungan yang positif dengan konsentrasi logam berat
hubungan konsentrasi logam berat Cu, Pb, dan Zn terhadap beberapa ukuran
butiran sedimen.
Tabel 2. Hubungan antara ukuran butiran sedimen (µm) dan konsentrasi logam
berat Cu, Pb, dan Zn (µg/g) (Gaw, 1997 dalam Parera, 2004)
ukuran terbagi atas batu (stones), pasir (sand), lanau (silt), dan lempung (clay).
Sedimen terdiri atas batu jika butiran memiliki ukuran 2-256 mm, pasir 0.063-2
mm, lanau 0.004-0.0063 mm, dan lempung <0.004 mm. Ukuran partikel sedimen
merupakan salah satu cara yang mudah untuk menentukan klasifikasi sedimen.
3. BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Juli 2011, merupakan
kegiatan dari pemantauan kadar logam berat yang dilakukan oleh P2O-LIPI.
Lokasi pengambilan contoh sedimen berada di sekitar muara sungai Cilincing dan
pelabuhan Tanjung Priuk, Teluk Jakarta (Gambar 3). Analisis sampel sedimen
11
12
terdiri dari GPS garmin, Ekman grab, kotak es, timbangan digital BP 210 S,
oven Memmert Model 100-800, Spectra AA 20 plus dan ayakan bertingkat ukuran
63 μm, 250 μm, dan 1000 μm stainless steel. Bahan yang digunakan terdiri atas
sedimen.
menggunakan transek garis yang diambil tegak lurus dengan garis pantai.
Pengambilan sedimen dilakukan pada 4 stasiun, Stasiun 1 terletak paling jauh dari
komposisi pasir di sedimen relatif meningkat ke arah tepi pantai. Lokasi Stasiun 4
berada dekat dengan muara sungai Cilincing dimana daerah ini terdapat berbagai
aktivitas penduduk seperti adanya pasar ikan dan tempat kapal berlabuh. Jarak
antara stasiun satu dengan stasiun lainnya ±1 km, dan jarak antara Stasiun 4 ke
24 m, 20 m, 11 m dan 3 m.
ke dalam wadah yang terbuat dari polietilen yang terlebih dahulu direndam dalam
13
untuk dianalisis.
yang masing-masing memiliki ukuran bukaan 1000 µm, 250 µm, dan 63 µm.
Metode yang digunakan yaitu metode pengayakan basah (Lampiran 2), dalam
(Wibisono, 2005). Tahapan awal analisis ukuran butiran sedimen ini adalah
dituangkan ke dalam ayakan dan hasil dari ayakan ini dipisahkan berdasarkan
fraksi butiran yang berbeda yaitu pasir kasar 250-1000 µm, pasir halus 63-250
µm, dan lumpur <63 µm. Fraksi butiran sedimen yang telah dipisahkan dipindah
ke dalam suatu wadah untuk dikeringkan kembali. Sampel yang kering kemudian
berdasarkan ukuran 250-1000 µm, 63-250 µm, <63 µm digerus dan ditumbuk
Tahapan berikutnya yaitu proses destruksi, dalam proses ini sedimen kering
pada suhu ruang, ditambahkan 2 ml air suling, 5 ml H2O2 30% dan dilanjutkan
sebanyak 10 ml. Hasil destruksi ini disaring dengan kertas Whatman No 41 dan
ditepatkan dalam labu ukur 100 ml, selanjutnya dilakukan pengukuran konsentrasi
logam berat dengan menggunakan AAS Spectra 20 plus (Lampiran 7). Logam Cd
dapat diukur pada panjang gelombang 228 nm dan Cu pada panjang gelombang
324.8 nm.
Keseluruhan data konsentrasi rata-rata logam berat dan fraksi sedimen yang
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jakarta berkisar antara 0.32-2.82 μg/g dengan konsentrasi terendah pada Stasiun 3
ukuran partikel 63-250 μm dan tertinggi pada Stasiun 4 ukuran partikel 250-1000
1.22 μg/g sedangkan ukuran partikel <63 μm konsentrasinya 0.49 μg/g. Kondisi
yang sama juga terlihat pada Stasiun 2 dan 4 konsentrasi logam berat tertinggi
terdapat pada sedimen yang memiliki ukuran partikel 250-1000 μm yaitu 1.19
μg/g dan 2.82 μg/g. Pada Stasiun 3 konsentrasi logam berat tertinggi terdapat pada
15
16
Teluk Jakarta berkisar antara 2.98-127.89 μg/g dengan konsentrasi terendah pada
tertinggi terdapat pada sedimen yang memiliki ukuran partikel <63 μm yaitu 9.67
nilai yang sama yaitu 12.85 μg/g. Stasiun 3 dan 4 konsentrasi Cu tertinggi pada
sedimen yang memiliki ukuran partikel 250-1000 μm yaitu 32.77 μg/g dan 127.89
μg/g.
lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi logam Cd. Perbedaan ini dapat
17
diakibatkan oleh berbagai macam faktor, dan dalam penelitian ini sumber logam
indikasi yang sama yaitu konsentrasi Cu lebih tinggi dari pada konsentrasi Cd.
Menurut Rozak dan Rochyatun (2007) bahwa kisaran logam berat pada bulan Juni
antara 0.79-40.59 μg/g. Pengamatan kandungan logam berat dalam sedimen juga
Disamping itu, kegiatan intensif juga terjadi pada wilayah pesisir teluk khususnya
sebagai cat anti karat atau anti fouling (Effendi, 2003; Mukhtasor, 2007).
Seluruh logam berat apabila masuk ke laut akan mengalami berbagai proses
semua senyawa. Berbagai macam proses yang dialami oleh logam berat dalam
kolom air pada akhirnya akan diendapkan dalam sedimen. Oleh karena itu,
18
sedimen dapat dijadikan sebagai record kejadian senyawa terlarut logam berat
yang terjadi dalam kolom air dalam kurun waktu lama (Libes, 2009). Oleh
fraksi lumpur. Komponen fraksi pasir kasar memiliki kisaran nilai 0.12-2.67%
(Gambar 6), fraksi pasir halus 0.18-4.87%, dan fraksi lumpur 89.70-99.61%
(Gambar 7). Kondisi sedimen ini umumnya berwarna hitam dan abu-abu
dijumpai pada perairan teluk yang bersifat semi tertutup atau terlindung karena
kondisi perairan relatif tenang dapat memberikan waktu deposisi sedimen halus.
sedimen yang hitam serta berbau amoniak. Warna dan bau sedimen tersebut
merupakan indikasi perairan telah tercemar terutama akibat bahan organik, oleh
mengendap di sedimen.
adalah sumber komponen sedimen yang berasal dari daratan seperti proses abrasi
Gambar 6. Komposisi Fraksi Lumpur, Pasir Halus, dan Pasir Kasar (%) di Lokasi
Pengamatan Teluk Jakarta
(Rachman, 2008). Ukuran partikel sedimen yang kasar akan dengan mudah
diendapkan, tetapi untuk ukuran yang halus termasuk lanau dan lempung lebih
lama terendapkan karena terbawa arus menjauh dari pantai. Penelitian ini Stasiun
1, 2, 3, dan 4 lebih didominasi oleh lumpur karena letaknya jauh dari pantai.
Sebagai contoh Prartono et al. (2009) menunjukkan bahwa dominasi lanau dan
kandungan logam berat dan spesiasinya dalam sedimen, sedimen yang banyak
mengandung fraksi yang lebih halus memiliki kemampuan mengikat logam berat
20
lebih tinggi bila dibandingkan fraksi yang sifatnya kasar seperti pasir maupun
dalam sedimen menunjukkan hubungan yang erat dengan nilai koefisien korelasi
66.2%.
0.61±0.33 μg/g, dan 1.42±1.00 μg/g (Gambar 8). Konsentrasi rata-rata Cd pada
konsentrasi rata-rata Cd pada ukuran partikel <63 μm dan 63-250 μm. Konsentrasi
ukuran partikel <63 μm, 63-250 μm, dan 250-1000 μm berturut-turut adalah
penggabungan dan pengikatan partikel halus. Aglomerasi ini terjadi akibat adanya
perbedaan salinitas antara air laut dengan air tawar yakni pada saat penyaringan
sampel sedimen.
21
Sedimen basah yang masih mengandung ion-ion Na+, K+, Cl- bertemu
dengan air aquades yang tidak bersalinitas saat penyemprotan. Faktor-faktor yang
bentuk dari partikel itu sendiri. Pengikatan antar partikel ini dapat terjadi secara
kesatuan (Pietsch, 2002). Jumlah logam berat yang tertahan oleh partikel dengan
lebih besar lebih lama terendapkan didaerah dangkal yang beroksigen dan
mangan dan besi oksida dalam sedimen mampu mengikat logam 10-50 % bahkan
lebih dari total logam dalam sedimen walaupun fraksi mangan dan besi oksida
Kehadiran mineral logam atau fraksi kasar limbah industri daerah litogenik juga
awal sedimen ini partikel yang berukuran lebih besar kemungkinan memiliki
Partikel kasar dan halus ini masuk ke perairan, partikel halus akan memiliki daya
adsorpsi logam yang lebih tinggi, walaupun daya adsorpsi tinggi pada partikel
yang halus tidak sebanding dengan konsentrasi awal yang mungkin tinggi pada
sumber alami untuk tembaga adalah chalcopyrite (CuFeS2), copper sulfide (CuS2),
logam berat. Logam berat mempunyai sifat mudah terikat pada bahan organik
tinggi pada partikel ukuran 250-1000 μm diduga mengandung bahan organik yang
tinggi. Pada penelitian ini belum terdapat informasi besarnya kandungan bahan
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Cu yang tinggi pada fraksi pasir disebabkan karena partikel ukuran 250-1000 μm
Cu yang lebih tinggi pada partikel yang berukuran lebih besar saat pembentukan
5.2 Saran
kandungan bahan organik untuk setiap ukuran partikel, sehingga dapat melihat
24
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. 2011. Konsentrasi Logam Berat di Air, Sedimen, dan Biota di Teluk
Kelabat, Pulau Bangka. E-journal. 3(1):104-114.
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta (ID): UI
Press. 140 hlm.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius. 252 hlm.
Firmansyah, I. 2007. Model Pengendalian Pencemaran Laut untuk Meningkatkan
Daya Dukung Lingkungan Teluk Jakarta. [Tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor. 232 hlm.
Gray, T. W. 2003. Cadmium. www.webelements.com [diunduh 4 Desember
2011]
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta (ID): Pradnya Paramita.
332 hlm.
25
Parera, P. 2004. Heavy Metal Concentrations in the Pacific Oyster; Crassostrea
gigas. [Tesis]. Auckland(NZ): Auckland University of Technology. 116
hlm.
Rachman, A. A. 2008. Sebaran Menegak Konsentrasi Pb, Cu, Zn, Cd, dan Ni di
Sedimen Pulau Pari Bagian Utara Kepulauan Seribu. [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor. 55 hlm.
Sanusi, H. S. 2006. KIMIA LAUT. Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan
Lingkungan. Prartono T, Supriyono E, editor. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor. 188 hlm.
Siantingsih, A. 2005. Pendugaan Sebaran Spasial Logam Berat Cd, Cu, Zn, dan
Ni dalam Air dan Sedimen di Perairan Teluk Jakarta. [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor. 73 hlm.
Situmorang, S. P, Sanusi, H. S, dan Arifin, Z. 2010. Geokimia Logam Berat (Pb,
Cr, dan Cu) dalam Sedimen dan Potensi Ketersediaannya pada Biota
Bentik di Perairan Delta Berau, Kalimantan Timur. Ilmu Kelautan. 1(Edisi
khusus): 1-11.
26
Supriyaningrum, E. 2006. Fluktuasi Logam Berat Timbal dan Kadmium dalam
Air dan Sedimen di Perairan Teluk Jakarta (Tanjung Priuk, Marina, dan
Sunda Kelapa). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 36 hlm.
Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta (ID): PT. Grasindo. 224
hlm.
27
LAMPIRAN
29
Lampiran 1. Prosedur analisis logam dalam contoh sedimen (US EPA Methods
3050B)
2. Sedimen dikeringkan dalam oven Memmert Model 100-800 pada suhu 103-
105 0C selama kurang lebih 12 jam
Keterangan:
U : Konsentrasi logam berat (μg/g)
C : Kadar hasil pengukuran dengan AAS/Absorbansi contoh (μg/ml)
B : Absorbansi blanko (μg/ml)
V : Volume akhir penempatan larutan contoh (ml)
W : Berat contoh sedimen (g)
30
1. Sedimen basah dipanaskan dalam oven Memmert Model 100-800 pada suhu
103-105 0C selama kurang lebih 12 jam
3. Sedimen yang telah ditimbang kemudian direndam dengan aquades hingga air
menyatu dengan sampel
4. Sampel di ayak dengan ayakan berukuran 1000 µm, 250 µm, dan 63 µm,
bagian yang tersaring dipindahkan kedalam wadah porselin untuk dikeringkan
kembali. Proses pengeringan dilakukan pada suhu 103-105 0C selama kurang
lebih 12 jam
5. Sampel yang telah kering kemudian ditimbang sesuai dengan ukuran partikel
>1000 µm (B gram), 250-1000 µm (C gram), 63-250 µm (D gram), dan <63
µm (E gram)
%FPK= x100%
%FPH= x100%
%FL= x100%
Keterangan:
31
Grain size
Stasiun
250-100 μm 63-250 μm <63μm
1 1.218 0.520 0.491
2 1.188 0.511 0.511
3 0.447 0.318 0.577
4 2.822 1.080 0.719
Rata-rata 1.418±1.001 0.607±0.328 0.574±0.103
Grain size
Stasiun
250-100 μm 63-250 μm <63μm
1 3.164 8.276 9.674
2 2.977 12.846 12.846
3 32.772 19.705 25.347
4 127.893 79.821 64.499
Rata-rata 41.702±59.142 30.162±33.438 28.092±25.197
32
Sedimen basah
yang disaring
pada ayakan 63
µm
Sedimen basah
Sedimen <63 µm
yang telah disaring
dan didekantasi
33