You are on page 1of 16

Titania Suwarto

Pengaruh Iklim dan Perubahannya terhadap Destinasi Pariwisata Pantai Pangandaran


Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 22 No. 1, April 2011, hlm. 17- 32

PENGARUH IKLIM DAN PERUBAHANNYA TERHADAP


DESTINASI PARIWISATA PANTAI PANGANDARAN

Titania Suwarto

Colliers International Indonesia


World Trade Center Lantai 10th Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta
E-mail: titania.suwarto@yahoo.com

Abstrak

Perubahan iklim global diperkirakan akan mempengaruhi penawaran dan permintaan


pariwisata di Kawasan Pantai Pangandaran. Dari segi penawaran, perubahan iklim
diprediksi akan mengakibatkan kerusakan sumber daya alam dan budaya yang menjadi
produk utama pariwisata. Sedangkan, dari sisi permintaan, perubahan iklim akan
memengaruhi pola kunjungan wisatawan serta persepsi dan preferensi wisatawan. Studi ini
bertujuan untuk menemukenali pengaruh dari iklim dan perubahannya terhadap destinasi
pariwisata Pantai Pangandaran, khususnya pada perubahan kondisi fisik (lingkungan) daya
tarik wisata serta pola kunjungan, persepsi, dan preferensi wisatawan. Penelitian ini
mencoba mengidentifikasi dampak potensial dari perubahan iklim terhadap variabel
penawaran (supply) dan permintaan (demand) dalam sektor pariwisata. Pengidentifikasian
dampak perubahan iklim terhadap variabel penawaran (supply) dapat dilihat dari dampak
potensial yang ditimbulkan perubahan iklim pada kondisi fisik daya tarik wisata yang
berimplikasi pada perubahan pengelolaan destinasi pariwisata. Sedangkan,
pengidentifikasian dampak perubahan iklim terhadap variabel permintaan (demand) dapat
dilihat melalui pengidentifikasian relevansi faktor iklim sebagai faktor penarik suatu
destinasi pariwisata.

Kata kunci: perubahan iklim, destinasi, permintaan, penawaran

Abstract

Global climate change is expected to affect the supply and demand for tourism in
Pangandaran beach area. In terms of supply, climate change is predicted to result in damage
to natural resources and cultural tourism as its main product. Meanwhile, from the demand
side, climate change will affect the pattern of tourist arrivals, perceptions and preferences.
This study aims to identify the influence of climate change on Pangandaran beach tourism
destinations, especially on changes in physical conditions (environment), tourists’ attraction,
as well as visit patterns, perceptions, and preferences of tourists. This study sought to identify
potential impacts of climate change on supply variables and demand in the tourism sector.
Identifying the impacts of climate change on supply variables can be seen from the potential
impacts of climate change posed to the physical condition that implicates a major tourist
attraction in tourism destination management changes. Meanwhile, identification of climate
change impacts on the variable demand can be seen by identifying relevance of climatic
factors as a tourism destination pull factors.

Keywords: climate change, destination, demand, supply

1. Pendahuluan (Aguiló et al. 2005, 219). Iklim merupakan


faktor penarik bagi wisatawan yang ingin
Iklim adalah salah satu penggerak utama berelaksasi pada tempat yang memiliki iklim
dalam pariwisata internasional, sebagaimana yang lebih nyaman daripada tempat
sebagian besar wisatawan mencari kesempatan tinggalnya. Mereka yang tinggal di daerah
untuk berelaksasi di bawah matahari atau salju yang dingin dan jarang mendapatkan sinar

17
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 20/No.1 April 2011

matahari akan memiliki kecenderungan untuk 2. Perubahan Iklim dan Kepariwisataan


berwisata ke tempat-tempat yang memiliki
iklim tropis yang kaya akan sinar matahari. Trenberth, Houghton, dan Filho (1995) dalam
Sebaliknya, mereka yang tinggal di iklim yang Hidayati (2001) mendefinisikan perubahan
cenderung panas, akan mencari tempat-tempat iklim sebagai perubahan pada iklim yang
yang sejuk untuk tujuan berwisata. Fenomena dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh
ini terjadi di destinasi-destinasi pariwisata aktivitas manusia yang merubah komposisi
utama di Indonesia. Meningkatnya temperatur atmosfer yang akan memperbesar keragaman
permukaan global yang terjadi hampir di iklim teramati pada periode yang cukup
seluruh belahan dunia pada beberapa dekade panjang. Perubahan iklim mencakup
terakhir ini (Brohan et al, 2006) berdampak perubahan suhu atau temperatur udara, tekanan
pada kenaikan temperatur, perubahan pola udara, angin, kelembaban udara, dan curah
cuaca, kenaikan muka air laut, dan terjadinya hujan, yang terjadi secara berangsur-angsur
berbagai peristiwa ekstrim yang juga akan dalam jangka waktu yang panjang. Sedangkan,
berdampak besar terhadap destinasi-destinasi pemanasan global menurut Kartiwa (2007)
pariwisata yang mengandalkan iklim serta merupakan peningkatan temperatur rata-rata
sumber daya alam dan budaya sebagai daya atmosfer, laut, dan daratan bumi akibat
tarik wisata utamanya, contohnya pada sektor peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca di
pariwisata di Indonesia. Perubahan iklim akan lapisan atmosfer. Adapun dampak nyata dari
memberikan pengaruh yang besar terhadap pemanasan global adalah terjadinya perubahan
dunia kepariwisataan, baik itu terhadap iklim yang ekstrim.
preferensi wisatawan akan daerah tujuan
wisatanya, maupun berubahnya daya tarik Berdasarkan studi yang dilakukan oleh IPCC
wisata yang dimiliki destinasi yang berakibat (2007), perubahan iklim akan berdampak pada
juga pada perubahan pengelolaan destinasi perubahan siklus alam yang disebabkan oleh
pariwisata (Hamilton et al. 2005, 253). Dengan pemanasan global, terutama pada temperatur,
kata lain, perubahan iklim global diperkirakan muka air laut, presipitasi, dan bencana terkait
akan memengaruhi penawaran (supply) dan (extreme events). Secara global, telah terjadi
permintaan (demand) dari sektor pariwisata di peningkatan temperatur yang berkisar antara
Indonesia. 0,20C hingga 0,60C pada beberapa abad
terakhir ini (Prasad et al. 2009, 30).
Dilihat dari sisi permintaan, dengan adanya Berdasarkan proyeksi yang dilakukan oleh
perubahan iklim global, Kawasan Pantai IPCC pada tahun 1996, rata-rata temperatur
Pangandaran yang pada awalnya beriklim permukaan global akan meningkat sebesar 10C
hangat dan dianggap nyaman bagi wisatawan pada 2040 dan 1,50C pada 2100, jika tidak
akan menjadi semakin panas dan mengurangi dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi
kenyamanan para wisatawan sehingga emisi gas rumah kaca. Bahkan, tetap akan
menyebabkan penurunan minat wisatawan terjadi peningkatan rata-rata temperatur
untuk melakukan kunjungan. Ditinjau dari sisi permukaan global paling tidak sebesar 0,50C
penawaran, perubahan iklim diprediksi akan walaupun emisi gas rumah kaca berhenti,
mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada kemudian akan stabil pada 2050. Perubahan
sumber daya alam dan budaya yang menjadi iklim menyebabkan terjadinya peningkatan
daya tarik wisata Kawasan Pariwisata Pantai curah hujan secara global, dengan pola curah
Pangandaran. hujan yang berubah seiring dengan waktu.

18
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 20/No.1 April 2011

Setiap tahunnya, jumlah hari hujan yang intens iklim tersebut terasa terutama pada pariwisata
dan temperatur yang sangat tinggi akan terus alam, seperti gunung, pantai, laut, dan sungai.
meningkat. Dampak perubahan iklim tersebut dapat berupa
dampak positif dan dampak negatif. Apabila
Dampak dari perubahan iklim terhadap dampak negatif yang terjadi maka
kenaikan temeperatur akan berpengaruh pada keberlangsungan sektor pariwisata, sebagai
hal-hal sebagai berikut: perubahan temperatur sektor unggulan Indonesia dapat terganggu.
pada musim dingin lebih besar dari musim Oleh karena itu penting untuk memasukkan
panas; suhu harian minimum akan meningkat unsur perubahan iklim dalam pengembangan
lebih dari suhu harian maksimum; daratan kepariwisataan Indonesia.
akan hangat lebih dari lautan, menyebabkan
aktivitas muson kuat; daerah pada lintang dan Perubahan iklim akan memberikan pengaruh
ketinggian yang lebih tinggi akan mengalami yang besar terhadap dunia kepariwisataan, baik
pemanasan yang lebih besar; dan jumlah hari itu terhadap preferensi wisatawan akan daerah
turun salju akan berkurang, dan curah hujan tujuan wisatanya, maupun berubahnya daya
lebih cenderung akan menjadi hujan bukan tarik wisata yang dimiliki destinasi yang
salju, memengaruhi siklus penyimpanan dan berakibat juga pada perubahan pengelolaan
pelepasan air yang mengakibatkan musim destinasi pariwisata (Hamilton et al. 2004,
panas yang lebih panas dan kering. 253). Hubungan perubahan iklim dengan
pariwisata dapat dilihat dari 2 cara yang
Perubahan iklim yang terjadi dengan cepat berbeda, yaitu dengan: (1) melihat
akibat semakin meningkatnya konsentrasi gas pengaruhnya terhadap wisatawan, apa yang
rumah kaca di atmosfer, akan meninggalkan harus persiapkan dan bagaimana mereka
kerentanan terhadap ekosistem dan menyikapinya; serta (2) melihat pengaruhnya
memengaruhi kehidupan dan penghidupan terhadap destinasi pariwisata, bagaimana
masyarakat melalui kenaikan permukaan laut; perubahan daya tarik wisata seiring dengan
peningkatan intensitas badai, siklon, perubahan iklim dan pengelolaannya
kekeringan, dan banjir; frekuensi yang lebih (Hamilton et al. 2005, 245). Dengan kata lain,
besar dari gelombang panas dan dingin; perubahan iklim global diperkirakan akan
penyebaran penyakit yang lebih cepat; serta memengaruhi penawaran (supply) dan
perpindahan penduduk yang lebih besar dan permintaan (demand) dari sektor pariwisata di
terjadinya konflik atas sumber daya yang Indonesia.
langka. Perubahan iklim terjadi secara global,
tidak ada wilayah yang terbebas oleh Dari segi penawaran, perubahan iklim akan
perubahan sebesar ini. Dampak negatif paling berdampak pada kerusakan-kerusakan sumber
besar akan dirasakan oleh negara-negara daya alam dan budaya yang menjadi produk
miskin dengan populasi yang besar, seperti di utama pariwisata yang ditawarkan di
sebagian Afrika dan Asia bagian selatan (Stern Indonesia. Menurut Widhiyanti (2007),
2006, 55). kenaikan temperatur dan muka air laut akan
mengancam keberlanjutan kegiatan wisata dan
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang keanekaragaman hayati laut pada destinasi
sangat rentan terhadap perubahan iklim pariwisata pantai. Bila terjadi kenaikan suhu
(Amelung et al. 2007, 8). Dampak perubahan rata-rata global sebesar 1,5oC hingga 2,5oC
maka terdapat kemungkinan terjadinya

19
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 20/No.1 April 2011

kepunahan 20-30 jenis flora dan fauna. Tingkat kualitas lingkungan. Padahal kondisi alam
keasaman laut yang meningkat akibat dan lingkungan merupakan sumber daya
bertambahnya CO2 di atmosfer, akan tarik yang utama bagi kegiatan pariwisata,
berdampak negatif pada organisme laut seperti maka dengan terjadinya degradasi
terumbu karang dan organisme-organisme lingkungan akan memberikan dampak
yang hidupnya bergantung kepada terumbu buruk yang besar pada sektor pariwisata
karang. Daerah pantai akan mengalami dalam tingkat destinasi dan regional.
kenaikan muka air laut dan semakin rentan c. Dampak kebijakan mitigasi pada
terhadap erosi pantai. pergerakan wisatawan. Kegiatan
pariwisata merupakan salah satu
Sedangkan, dari sisi permintaan, perubahan penyumbang meningkatnya emisi GRK
iklim akan memengaruhi pola kunjungan yang cukup besar. Mobilitas wisatawan
wisatawan serta persepsi dan preferensi dari satu tempat ke tempat lain
wisatawan terhadap daerah tujuan wisatanya. menggunakan kendaraan tentunya
Adanya perubahan iklim dapat mengakibatkan menyebabkan pengeluaran gas
iklim yang pada awalnya dianggap nyaman karbondioksida yang tinggi. Hal tersebut
bagi wisatawan menjadi tidak nyaman lagi mendorong dunia nasional maupun
sehingga berimplikasi terhadap pola kunjungan internasional dalam menyusun kebijakan
wisatawan ke suatu destinasi pariwisata. mitigasi yang menetapkan wisatawan
Perubahan iklim juga dapat berimplikasi pada untuk mengubah pola pergerakan
perubahan persepsi dan preferensi wisatawan perjalanannya, contohnya mengubah moda
terhadap daerah tujuan wisatanya yang dipicu transportasi atau mengubah pilihan daerah
oleh adanya kerusakan pada kondisi fisik daya tujuan wisata.
tarik wisata yang ditawarkan. d. Dampak tidak langsung dalam perubahan
sosial. Perubahan iklim memberikan resiko
Terdapat 4 kategori utama dampak perubahan bagi pertumbuhan ekonomi masa depan
iklim yang dapat memengaruhi destinasi dan stabilitas politik suatu negara.
pariwisata, daya saing, dan sustainabilitasnya Perubahan iklim yang terus menerus akan
(Amelung et al. 2007, 5-7). menyebabkan kekacauan pertumbuhan
a. Dampak langsung. Iklim merupakan ekonomi secara global, pengurangan GDP
sumber daya bagi pariwisata yang global yang diakibatkan perubahan iklim
menentukan kesesuaian lokasi untuk dapat mengurangi minat konsumen untuk
mendukung aktivitas wisatawan, pariwisata dan mempunyai implikasi
memengaruhi permintaan (demand) negatif untuk pertumbuhan pariwisata.
pariwisata dan memengaruhi biaya
operasional, seperti heating-cooling, biaya Terintegrasinya berbagai dampak perubahan
salju buatan, serta ketersediaan air dan iklim dengan tidak terduga akan berpengaruh
irigasi. Iklim juga memengaruhi preferensi besar terhadap keberjalanan industri dan
masyarakat untuk berlibur ke suatu tempat. destinasi pariwisata. Sektor pariwisata sangat
b. Dampak tidak langsung. Perubahan iklim rentan terhadap dampak perubahan iklim.
dapat menimbulkan berbagai macam Sangat penting untuk diketahui bahwa
bencana. Bencana tersebut lama-kelamaan perubahan iklim akan menghasilkan dampak
akan memberikan efek negatif yang lebih negatif maupun positif dalam sektor
luas, seperti degradasi atau penurunan pariwisata, dimana dampak ini akan secara

20
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 20/No.1 April 2011

substansial bervariasi tergantung dari segmen 3.1 Dampak Perubahan Iklim terhadap
pasar dan wilayah geografis. Dampak Kondisi Fisik (Lingkungan) Daya Tarik
perubahan iklim untuk suatu industri dan Wisata di Kawasan Pantai Pangandaran
destinasi pariwisata juga selalu bergantung
pada dampak perubahan iklim terhadap Kawasan Pantai Pangandaran merupakan salah
kompetitornya. Sampai dengan adanya satu kawasan wisata rekreasi pantai yang
penilaian sistematis pada tingkat regional maka diunggulkan di Jawa Barat dan bahkan
pernyataan definitif tentang biaya ekonomi nasional. Kawasan Pantai Pangandaran
atau dampak sosial dari perubahan iklim memiliki potensi yang besar karena keragaman
menjadi tidak nyata. Dampak terhadap sektor daya tarik wisatanya, terutama daya tarik
pariwisata dapat sangat paralel dengan wisata alam dan budaya. Kawasan Pantai
perekonomian global, di mana kenaikan suhu Pangandaran tidak hanya menawarkan pantai
sebesar 1ºC dapat menghasilkan keuntungan dengan pasir putih yang sangat indah, tetapi
bersih bagi ekonomi dunia, tetapi peningkatan juga Suaka Alam laut Pangandaran, Cagar
suhu yang lebih besar malah akan Alam Pananjung, serta goa alam dan goa-goa
menghasilkan penurunan (Amelung et al. buatan peninggalan Jepang. Daya tarik wisata
2007, 8). budaya ditawarkan melalui berbagai upacara
tradisional yang diadakan rutin setiap
3. Pengaruh Iklim dan Perubahannya tahunnya, seperti Hajat laut dan Nyiur Lumar.
terhadap Variabel Permintaan dan Selain daya tarik wisata alam dan budaya yang
Penawaran pada Destinasi Pariwisata beragam, kelengkapan sarana dan prasarana
Pantai Pangandaran pendukung serta kemudahan aksesibilitasnya
menjadikan pantai ini banyak dikunjungi
Perubahan iklim terhadap destinasi pariwisata wisatawan. Kegiatan yang dapat dilakukan pun
Pantai Pangandaran dilihat dari variabel sangat beragam dari mulai berenang,
penawaran (supply) dan permintaan (demand) berperahu mengelilingi semenanjung,
dari sektor pariwisata di Pantai Pangandaran. menyelam menikmati taman laut dengan aneka
Dari sisi penawaran (supply) akan fauna dan flora laut, memancing, bersepeda di
diidentifikasi perubahan kondisi fisik sepanjang pantai, bahkan berwisata kuliner.
(lingkungan) daya tarik wisata di Kawasan
Pantai Pangandaran terkait perubahan iklim Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
yang terjadi. Sedangkan, Dari sisi permintaan sumber daya alam dan cagar budaya sangat
(demand) akan diidentifikasi pengaruh rentan terhadap dampak perubahan iklim.
perubahan iklim terhadap perubahan pola Dengan kata lain pariwisata di Kawasan Pantai
kunjungan wisatawan di Kawasan Pantai Pangandaran sangat rentan terhadap dampak
Pangandaran serta persepsi dan preferensi perubahan iklim. Adanya perubahan iklim di
wisatawan terkait perubahan iklim yang terjadi Kawasan Pantai Pangandaran yang
di Kawasan Pantai Pangandaran. ditunjukkan oleh temperatur udara rata-rata di
Pangandaran pada dekade 1991-2000 yang
mengalami peningkatan bervariasi antara
0,1°C sampai 0,5°C dibandingkan 3 dekade
sebelumnya serta perubahan pola hujan
diprediksikan akan membawa dampak yang
signifikan terhadap kondisi fisik (lingkungan)

21
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 20/No.1 April 2011

daya tarik wisata Kawasan Pantai Kenaikan muka air laut yang merupakan
Pangandaran. Menurut Widhiyanti (2007), dampak perubahan iklim terbesar bagi seluruh
kenaikan temperatur dan muka air laut akan kawasan pantai sudah mulai dirasakan di
mengancam keberlanjutan kegiatan wisata dan sekitar Pantai Selatan Jawa, termasuk Pantai
keanekaragaman hayati laut pada destinasi Pangandaran. Berdasarkan studi yang
pariwisata pantai. dilakukan oleh Djoko Suroso dan Ibnu Sofyan
(2009) telah terjadi kenaikan muka air laut
Studi yang dilakukan oleh Djoko Suroso dan rata-rata yang bervariari antara 0,2 cm/tahun
Ibnu Sofyan (2009) manunjukkan bahwa sampai dengan 0,4 cm/tahun di Pantai Selatan
berdasarkan data tahun 1983 hingga 2008, Jawa, termasuk Pantai Pangandaran. Lebih
terdapat kenaikan temperatur permukaan laut jauh lagi, berdasarkan prediksi ke depan untuk
rata-rata sebesar 0,020C/tahun pada Pantai seluruh wilayah pantai di Indonesia
Selatan Jawa, termasuk Pantai Pangandaran. diperkirakan akan terjadi kenaikan muka air
semakin menghangatnya permukaan laut di laut antara 15 cm-18 cm pada tahun 2030 dan
masa yang akan datang diperkirakan akan dapat mencapai 50 cm-60 cm pada tahun 2100.
mengakibatkan terjadinya migrasi ikan dari Adanya kenaikan muka air laut tentunya akan
perairan Indonesia ke daerah sub-tropis yang berdampak terhadap keberadaan fasilitas
temperaturnya lebih rendah. Adanya kenaikan penunjang wisata yang tersebar di sepanjang
temperatur permukaan air laut secara Pantai Pangandaran. Bahkan di masa yang
berkelanjutan akan berdampak terhadap akan datang dimungkinkan terjadinya relokasi
ekosistem terumbu karang yang sangat peka dari berbagai fasilitas tersebut.
terhadap perubahan temperatur permukaan
laut. Secara umum, terumbu karang dapat Berdasarkan hasil wawancara dengan
hidup normal antara suhu 260C-300C. responden penelitian yang berasal dari UPTD
Kenaikan temperatur sebesar 10C - 20C dalam Pangandaran, dalam 10 tahun terakhir ini,
waktu yang lama akan mengakibatkan perubahan iklim global yang terasakan
pemutihan terumbu karang (coral bleaching). dampaknya di pantai ini adalah adanya
perubahan pola cuaca yang ditunjukkan
Berdasarkan studi yang telah dilakukan dengan adanya perubahan pola musim hujan
Marshall dan Schuttenberg (2006) ditemukan dan curah hujan yang tidak dapat diprediksi.
bahwa telah terjadi pemutihan terumbu karang Sedangkan, dampak dari perubahan iklim
hampir di seluruh pantai Indonesia. Adanya terhadap kondisi fisik (lingkungan) daya tarik
kerusakan terumbu karang sebagai habitat dari wisata di Kawasan Pantai Pangandaran
ikan dan makhluk laut lainnya akan berdampak maupun jumlah kunjungan wisatawan kurang
pada ekosistem laut yang menjadi daya tarik terasakan. Keindahan alam Pantai Pangandaran
utama dalam wisata minta khusus menyelam di memegang peranan utama untuk menarik
Suaka Alam Laut Pangandaran. Berkurangnya kunjungan wisatawan. Namun, terkait dengan
keindahan terumbu karang dan terganggunya pelaksanaan International Kite Festival
ekosistem laut akan berdampak pada tentunya faktor iklim, seperti temperatur yang
penurunan minat wisatawan untuk menyelam sejuk, tidak hujan, dan angin yang relatif
sehingga lama-kelamaan keberadaan Suaka kencang, sangat memengaruhi
Alam Laut Pangandaran sebagai salah satu keberlangsungan kegiatan ini. Perubahan pola
objek wisata di Kawasan Pantai Pangandaran cuaca seperti yang terjadi pada beberapa
akan ditinggalkan. dekade terakhir ini, tentunya akan

22
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 20/No.1 April 2011

memengaruhi keberlangsungan beberapa event air laut) dan berkurangnya vegetasi. Perubahan
tahunan yang diadakan secara outdoor di yang tidak signifikan mengakibatkan sebagian
Kawasan Pantai Pangandaran. besar responden wisatawan tidak merasakan
adanya perubahan kondisi fisik daya tarik
Kejadian tsunami yang merupakan bencana wisata di Kawasan Pantai Pangandaran akibat
yang tidak disebabkan oleh perubahan iklim adanya perubahan iklim.
global lebih berpengaruh terhadap kondisi
kepariwisataan di kawasan Pantai 3.2 Perubahan Pola Kunjungan Wisatawan
Pangandaran. Bencana tsunami tanggal 17 Juli Akibat Perubahan Iklim Yang Terjadi Di
2006 menyebabkan kerusakan yang parah Kawasan Pantai Pangandaran
terhadap kawasan ini. Kunjungan wisatawan
menurun drastis, meskipun telah pulih kembali International Conference on Climate Change
dalam kurun waktu setahun berikutnya. and Tourism yang pertama kali
Adanya pergeseran sesar yang membangkitkan diselenggarakan di Djerba, Tunisia, pada
gempa berskala 6,8 SR disertai dengan tanggal 9-11 April 2003 menghasilkan
gelombang tsunami dengan ketinggian beberapa kesimpulan, salah satunya yaitu
bervariasi dari 1-3.5 m dan rambahan 75-500 sumber daya wisata yang mendapat pengaruh
m. Keberadaan paparan pantai dengan dari perubahan iklim global adalah dua sumber
kedalaman air relatif dangkal kemungkinan daya wisata vital, yaitu kawasan pantai/pesisir
menyebabkan pecahnya gelombang tsunami dan kawasan pegunungan. Konferensi
pada saat menghantam pantai sehingga internasional tersebut juga mengemukakan
menimbulkan kerusakan yang sangat parah bahwa unsur-unsur iklim yang memengaruhi
sampai 100-300 m dari titik pasang tertinggi. pariwisata adalah temperatur/suhu udara, curah
hujan, angin, dan kelembapan udara. Mengacu
Rekaman data lapangan di sepanjang wilayah pada hasil konferensi internasional tentang
bencana menunjukan bahwa Pantai perubahan iklim dan pariwisata, serta hasil-
Pangandaran Barat relatif mengalami hasil penelitian tentang dampak perubahan
kerusakan paling parah akibat terjangan iklim terhadap kepariwisataan, maka studi ini
gelombang pasang jika dibandingkan pantai akan memfokuskan penelitian pada pengaruh
Pangandaran Timur, hampir seluruh fasilitas unsur-unsur iklim temperatur/suhu udara,
penunjang wisata di sepanjang pantai hancur. kelembaban udara, dan curah hujan, sebagai
unsur iklim yang paling mudah diukur,
Untuk mendukung hasil studi yang dipaparkan terhadap sumber daya wisata Pantai
sebelumnya dilakukan identifikasi persepsi Pangandaran.
wisatawan terkait dampak perubahan iklim
terhadap daya tarik wisata yang dilakukan Analisis yang digunakan untuk mengukur
kepada 75 responden wisatawan yang telah hubungan antara berbagai variabilitas iklim
mengunjungi Kawasan Pantai Pangandaran (temperatur udara rata-rata, kelembaban, dan
lebih dari sekali. Berdasarkan survei yang curah hujan) dan kunjungan wisatawan adalah
dilakukan, hanya 37% responden wisatawan analisis asosiasi menggunakan korelasi r-
yang merasakan adanya perubahan kondisi pearson berdasarkan data-data variabilitas
fisik pada daya tarik wisata pantai di Kawasan iklim (temperatur udara rata-rata, kelembaban,
Pantai Pangandaran, yang ditunjukkan oleh dan curah hujan) dan kunjungan wisatawan
menyempitnya pantai (akibat kenaikan muka

23
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 20/No.1 April 2011

Kawasan Pantai Pangandaran selama periode penurunan curah hujan di wilayah tersebut
tahun 1998-2008. akan memengaruhi peningkatan jumlah
kunjungan wisatawannya, namun pengaruhnya
Tabel 1 relatif kecil. Hubungan yang cukup kuat
Korelasi setiap Faktor Iklim (Temperatur
ditunjukkan antara variabel kelembaban udara
Udara, Kelembaban, dan Curah Hujan) dengan
Jumlah Kunjungan Wisatawan dengan jumlah kunjungan wisatawan, dengan
Jumlah
Tempe-
ratur
SMEAN
(Kelem-
SMEAN korelasi pearson sebesar (+) 0,571. Angka
Wisatawan (Hujan)
Udara baban)
Jumlah Wisatawan 1,000 ,348 ,571 -,412
tersebut menunjukkan korelasi yang cukup
Pearson Temperatur Udara ,348 1,000 ,582 ,142
Correaltion SMEAN (Kelembaban) ,571 ,582 1,000 -,123 signifikan, peningkatan tingkat kelembaban
SMEAN (Hujan) -,421 ,142 -,123 1,000
Jumlah Wisatawan . ,147 ,033 ,104 udara di Kawasan Pantai Pangandaran akan
Sig. Temperatur Udara ,147 . ,030 ,339
(1-tailed) SMEAN (Kelembaban) ,033 ,030 . ,359 berpengaruh terhadap peningkatan jumlah
SMEAN (Hujan) ,104 ,339 ,359 .
Jumlah Wisatawan 11 11 11 11 kunjungan wisatawan ke Kawasan Pantai
Temperatur Udara 11 11 11 11
N
SMEAN (Kelembaban)
SMEAN (Hujan)
11
11
11
11
11
11
11
11
Pangandaran.
Sumber: Hasil Analisis, 2009
Untuk mengetahui hubungan antara seluruh
Dari Tabel 1, kita mengetahui bahwa terdapat variabel iklim (temperatur udara, kelembaban
korelasi yang lemah antara variabel-variabel udara, dan curah hujan) dengan jumlah
iklim dengan jumlah kunjungan wisatawan. kunjungan wisatawan di Kawasan Pantai
Korelasi antara jumlah kunjungan wisatawan Pangandaran digunakan analisis regresi
dengan temperatur udara rata-rata yang berganda. Regresi berganda mengestimasikan
ditunjukkan oleh angka (+) 0,348 nilai suatu variabel kriteria (dependent)
menunjukkan hubungan yang searah namun bedasarkan banyak variabel prediktor
paling lemah, kedua variabel tersebut tidak (independent). Variabel dependen (Y) pada
berkorelasi secara signifikan. Berdasarkan analisis ini adalah jumlah kunjungan
hasil tersebut, dapat diketahui bahwa wisatawan ke Kawasan Pantai Pangandaran,
peningkatan suhu udara di Kawasan Pantai sedangkan variabel independen (x1, x2, dan x3)
Pangandaran akan berpengaruh terhadap adalah variabilitas iklim yang terdiri dari
kenaikan jumlah kunjungan wisatawan ke temperatur udara, kelembaban udara, dan
Kawasan Pantai Pangandaran, walaupun curah hujan di Kawasan Pantai Pangandaran.
pengaruhnya tidak signifikan. Kenyataannya
terdapat batas temperatur tertentu yang dapat Tabel 2
diterima wisatawan untuk beraktivitas di pantai Korelasi Variabililitas Iklim (Temperatur
sehingga kenaikan temperatur udara yang Udara, Kelembaban dan Curah Hujan) dengan
Jumlah Kunjungan Wisatawan
terus-menerus pada akhirnya akan menurunkan Model Summaryb
jumlah kunjungan wisatawan. Korelasi yang Change Statistics
Adjust- Std. Error
Mo- R Durbin-
lemah juga ditunjukkan antara variabel curah del
R
Square
ed R
Square
of the Esti-
mate R Square Sig. f
Watson
F Change df1 df2
Change Change
hujan dengan jumlah kunjungan wisatawan
1 .677a .458 .225 315527.606 .458 1.970 3 7 .207 1.310
yang ditunjukkan oleh angka (-) 0,412. Angka a. Predictors: (Constant), SMEAN(Hujan), SMEAN(Kelembaban), Temperatur Udara
b. Dependent Variabel: Jumlah Wisatawan
tersebut menunjukkan hubungan yang Sumber: Hasil Analisis, 2009
berlawanan antara kedua variabel, dimana
peningkatan curah hujan di Kawasan Pantai Tabel 2 menggambarkan hubungan antara pola
Pangandaran akan berpengaruh pada perubahan iklim dan pola kunjungan
penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke wisatawan berikut ini:
Kawasan Pantai Pangandaran. Sebaliknya,

24
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 20/No.1 April 2011

 Angka R sebesar 0,677 menunjukkan Dengan Y menggambarkan jumlah kunjungan


bahwa terdapat korelasi (keeratan wisatawan, X1 menggambarkan temperatur
hubungan) antara perubahan iklim dengan udara, X2 menggambarkan kelembaban udara,
jumlah kunjungan wisatawan di Kawasan dan X3 menggambarkan kelembaban udara.
Pantai Pangandaran adalah cukup erat Jadi, berdasarkan analisis tersebut variabel
berdasarkan Kriteria Guilford (1956), dependen jumlah kunjungan wisatawan
namun masih kurang signifikan. dipengaruhi oleh tiga variabel prediktor yaitu
 Nilai Adjusted R Squared sebesar 0,225 temperatur udara, kelembaban, dan curah
menunjukkan bahwa hanya 22,5% variasi hujan. Berdasarkan model dapat disimpulkan
dari jumlah kunjungan wisatawan bisa bahwa semakin tinggi nilai variabel temperatur
dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel udara dan kelembaban yang disertai dengan
iklim tersebut, sedangkan sisanya sebesar penurunan curah hujan maka semakin tinggi
77,5% dijelaskan oleh variabel-variabel jumlah kunjungan wisatawan. Setiap
0
lain yang tidak disertakan dalam analisis. penambahan 1 C temperatur udara akan
Nilai Adjusted R2 tidak signifikan sehingga menambah jumlah kunjungan wisatawan
model yang ada tidak bisa digunakan sekitar 239.327 wisatawan. Setiap penambahan
untuk peramalan. Apabila hubungan antara 1% kelembaban udara akan meningkatkan
berbagai variabel variabiltas iklim jumlah kunjungan wisatawan sekitar 9.053
(temperatur udara, kelembaban, dan curah wisatawan. Sedangkan, Setiap penambahan 1
hujan) dengan jumlah kunjungan mm curah hujan akan menurunkan jumlah
wisatawan sangat lemah maka model yang kunjungan wisatawan sekitar 261 wisatawan.
dihasilkan menjadi tidak representatif
(tidak valid). Hal tersebut ditunjukkan oleh Namun, adanya data variabilitas iklim yang
Tabel III yang menjadi dasar model regresi sangat minim menyebabkan variabel-variabel
berganda antara variabel dependen jumlah variabilitas iklim yang ada tidak dapat
kunjungan wisatawan dengan variabel menggambarkan jumlah kunjungan wisatawan
independen variabilitas iklim (temperatur sehingga model regresi yang dihasilkan tidak
udara, kelembaban, dan curah hujan). valid dan tidak dapat digunakan. Hal tersebut
juga ditunjukkan bahwa model yang dihasilkan
Tabel 3 tidak dapat memenuhi salah satu persyaratan
Koefisien Model Variabilitas Iklim yaitu tes sinifikansi. Berdasarkan Tabel IV
(Temperatur Udara, Kelembaban dan Curah dapat dilihat bahwa nilai Sig C > 0.05, yaitu
Hujan) dengan Jumlah Kunjungan Wisatawan
0,207, menggambarkan bahwa model tidak
Coefficientsa
Standard-
ized Colinearity
signifikan dan tidak valid untuk dapat
Unstandardized Coefficients
Coeffi- Statistics
Model cients t Sig. digunakan untuk analisis selanjutnya. Hal
Tole-
B Std. Error Beta VF
1 (Constant) -1E+007 1E+007 -1,000 ,351
rance
tersebut juga disebabkan oleh nilai korelasi
Temperatur udara 239367,2 582380,3 ,146 ,411 ,693 ,615 1,627
SMEAN(Kelembaban) 89053,130 71683,100 ,440 1,242 ,254 ,618 1,618 yang sangat kecil antara berbagai variabel
SMEAN(Hujan) -261,394 201,010 -,378 -1,300 ,235 ,916 1,092
a. Dendent Variabel: Jumlah Wisatawan variabiltas iklim (temperatur udara,
Sumber: Hasil Analisis, 2010 kelembaban, dan curah hujan) dengan jumlah
Berdasarkan tabel 3 tersebut, diperoleh model kunjungan wisatawan, variabel-variabel
sebagai berikut: tersebut mungkin tidak berkorelasi secara
Y = (-1E+007) + 239327,2 X1 + 9053,1 X2 - linier. Selain itu, ada batasan-batasan (limitasi)
261,4 X2 tertentu dimana iklim dianggap nyaman oleh
wisatawan. Jadi, jika berdasarkan model

25
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 20/No.1 April 2011

ditunjukkan bahwa kenaikan temperatur akan pada suatu negara/daerah akan menjadi bahan
cenderung mangakibatkan peningkatan jumlah pertimbangan yang sangat penting bagi
kunjungan wisatawan, pada kenyataannya seseorang dalam melakukan kunjungan wisata
ketika temperatur terus-menerus mengalami ke negara/daerah tersebut.
peningkatan dan tidak nyaman bagi wisatawan
maka jumlah kunjungan wisatawan akan Gambar 1
berkurang. Grafik Perbandingan Pola Kunjungan
Wisatawan dengan Pola Perubahan Iklim di
Tabel 4 Pantai Pangandaran Periode Tahun 1998-2008
Hasil Analisis Anova untuk Model Variabilitas
Iklim (Temperatur Udara, Kelembaban dan
Curah Hujan) dengan Jumlah Kunjungan
Wisatawan
ANOVAb
Sum of
Model df Mean Square F Sig.
Squares
1 Regression 5,9E+011 3 1,961E+011 1,970 ,207a
Residual 7,0E+011 7 9,956E+010 Sumber: Hasil Analisis, 2010
Total 1,3E+012 10
a. Predictors: (Constant), SMEAN(Hujan), SMEAN(Kelembaban), Temperatur Udara
b. Dependent Variabel: Jumlah Wisatawan Selain itu, pola kunjungan dari wisatawan ke
Sumber: Hasil Analisis, 2009
Kawasan Pantai Pangandaran juga sangat
Korelasi linear yang cukup lemah antara pola ditentukan oleh keberadaan hari libur. Hal
kunjungan wisatawan dengan variabel tersebut ditunjukkan dengan adanya lonjakan
variabiltas iklim (temperatur udara, kunjungan wisatawan pada setiap libur
kelembaban, dan curah hujan) juga ditunjukan nasional, seperti libur lebaran, natal dan tahun
pada Gambar 1. Kunjungan wisata yang baru, maupun libur sekolah. Lonjakan
berfluktuasi antara tahun ke tahun tidak wisatawan terjadi pada bulan Agustus, Oktober
berhubungan secara linier dengan perubahan dan Desember hingga awal Januari, kemudian
iklim yang terjadi di Pantai Pangandaran menurun drastis pada bulan Februari-Maret.
dalam 10 tahun terkahir ini. Berdasarkan grafik Keberadaan Bulan Desember yang merupakan
tersebut, perubahan iklim yang terjadi di puncak musim hujan dengan intensitas curah
Kawasan Pantai Pangandaran tidak terlalu hujan yang sangat tinggi cenderung tidak
signifikan sehingga tidak memengaruhi pola memengaruhi keputusan wisatawan untuk
kunjungan wisatawan. Adanya faktor-faktor melakukan liburan natal dan tahun baru di
lain seperti terjadinya Bom Bali pada tahun Kawasan Pantai Pangandaran. Adanya
2005 dan bencana tsunami pada Juli 2006 di lonjakan pengunjung ke Pantai Pangandaran
Pantai Pangandaran lebih memengaruhi pola pada bulan-bulan tersebut juga disebabkan
kunjungan wisatawan, hal tersebut ditunjukkan adanya atraksi wisata yang rutin diadakan pada
dengan adanya penurunan jumlah pengunjung bulan-bulan tersebut, seperti International Kite
secara signifikan pada tahun 2006 dan pada Festival pada Bulan Juli-Agustus, Hajat Laut,
tahun 2007. Kemudian sedikit demi sedikit dan Nyiur Lumar. Jadi, pola kunjungan
jumlah kunjungan wisatawan kembali wisatawan ke Kawasan Pantai Pangandaran
mengalami peningkatan. Dalam hal ini, pola lebih dipengaruhi oleh daya tarik wisata alam
kunjugan wisatawan di Kawasan Pantai dan atraksi budaya yang ditawarkan. Terkait
Pangandaran sangat dipengaruhi oleh faktor dengan pelaksanaan International Kite Festival
keamanan dari destinasi wisata tersebut. tentunya faktor iklim, seperti temperatur yang
Stabilitas politik maupun bencana yang terjadi sejuk, tidak hujan, dan angin yang relatif

26
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 20/No.1 April 2011

kencang, sangat memengaruhi sebagai faktor yang berpengaruh dalam


keberlangsungan kegiatan ini. Perubahan pola keputusan wisatawan dalam melakukan
cuaca seperti yang terjadi pada beberapa kunjungan wisata ke suatu destinasi wisata.
dekade terakhir ini, tentunya akan Selain itu, identifikasi mengenai preferensi
memengaruhi keberlangsungan beberapa event responden wisatawan terkait perubahan iklim
tahunan yang pada akhirnya dapat yang terjadi di Kawasan Pantai Pangandaran
memengaruhi pola kunjungan wisatawan. sangat penting untuk dilakukan untuk melihat
kecenderungan di masa yang akan datang.
Dari hasil analisis dapat diambil kesimpulan
bahwa terdapat hubungan antara perubahan Berdasarkan hasil wawancara dengan
iklim dengan kunjungan wisatawan, walaupun responden penelitian yang berasal dari UPTD
tidak begitu erat. Unsur-unsur iklim tersebut Pangandaran, dalam 10 tahun terakhir ini,
tidak sepenuhnya memengaruhi pola perubahan iklim global yang terasakan
kunjungan wisatawan, ada faktor-faktor di luar dampaknya di pantai ini adalah musim hujan
iklim yang memberikan pengaruh lebih besar dan curah hujan yang tidak dapat diprediksi.
terhadap pola kunjungan wisatawan. Daya Informan yang diwawancarai menyatakan
tarik wisata alam seperti alam yang asri dan pengaruh dari perubahan iklim terhadap
pemandangan pantai yang indah merupakan kondisi daya tarik wisata di Kawasan Pantai
faktor yang lebih memengaruhi kunjungan Pangandaran maupun jumlah kunjungan
wisatawan. Hasil survei yang telah dipaparkan wisatawan kurang terasakan. Wisatawan yang
sebelumnya menunjukkan bahwa hanya 7% datang umumnya terkait dengan waktu libur.
responden yang menyatakan bahwa faktor Kejadian bencana seperti tsunami lebih
iklim sebagai alasan dalam berkunjung ke berpengaruh terhadap kondisi fisik kawasan
Kawasan Pantai Pangandaran. Selain itu, daya dan jumlah kunjungan wisatawan ke Kawasan
tarik wisata budaya (atraksi budaya tahunan) Pantai Pangandaran.
juga lebih memengaruhi pola kunjungan
wisatawan dibandingkan perubahan iklim yang Berdasarkan survei yang dilakukan, 77%
ada. Perubahan yang tidak signifikan pada responden wisatawan menyatakan bahwa
daya tarik wisata yang ditawarkan juga faktor iklim, seperti temperatur udara, curah
memiliki andil besar dalam tidak hujan, dan kelembaban udara, memengaruhi
terpengaruhnya pola kunjungan wisatawan keputusan mereka dalam menentukan
oleh perubahan iklim secara signifikan. kunjungan ke suatu destinasi wisata. Para
responden wisatawan menyatakan bahwa
3.3 Persepsi dan Preferensi Wisatawan alasan untuk mencari iklim yang nyaman serta
Terkait Dampak Perubahan Iklim pada keberadaan hujan yang akan mengganggu
Daya Tarik Wisata di Kawasan Pantai kegiatan berwisata berpengaruh dalam
Pangandaran penentuan keputusan dalam melakukan
kunjungan wisata. Survei juga membuktikan
Untuk mendukung hasil analisis statistik bahwa hampir seluruh responden (99%)
terkait data-data sekunder variabilitas menyatakan bahwa suhu/temperatur udara dan
perubahan iklim dan kunjungan wisatawan curah hujan adalah faktor iklim yang
yang telah dipaparkan sebelumnya, sangat memengaruhi kunjungan mereka ke Kawasan
penting untuk melakukan identifikasi terhadap Pantai Pangandaran.
persepsi responden wisatawan terkait iklim

27
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 20/No.1 April 2011

Gambar 2 menggambarkan bahwa sekitar 50% daerah tujuan wisatawanya. Wisatawan pada
responden wisatawan menyetujui bahwa faktor umumnya berwisata dalam mencari sesuatu
temperatur/suhu udara dan curah hujan yang berbeda dengan apa yang biasa mereka
merupakan faktor penarik dalam melakukan hadapi sehari-hari. Wisatawan dari daerah
perjalanan wisata ke Kawasan Pantai dingin misalnya, bisa saja ingin mencari
Pangandaran. Hanya satu responden wisatawan daerah dengan suhu yang lebih hangat atau
yang menyatakan bahwa gelombang laut sebaliknya. Mereka yang biasa tinggal di
adalah faktor yang penting karena tujuannya daerah pegunungan, mencoba mengunjungi
berwisata ke Pantai Pangandaran adalah untuk daerah pantai atau sebaliknya. Kondisi iklim di
surfing. Di sisi lain, para responden wisatawan daerah tujuan wisata merupakan salah satu
yang menyatakan bahwa faktor iklim tidak faktor penarik bagi wisatawan untuk datang
berpengaruh terhadap keputusan mereka dalam berkunjung. Daya tarik wisata di destinasi
melakukan kunjungan wisata, lebih disebabkan sangat terkait dengan iklim di daerah tersebut.
karena adanya faktor-faktor lain yang lebih Temperatur cuaca yang sejuk dan nyaman,
berpengaruh, seperti alam asri dan lama penyinaran matahari dan jumlah hari
pemandangan indah, jarak tempuh yang dekat, hujan akan membentuk dan menentukan
dan biaya yang terjangkau. tingkat menarik tidaknya suatu tempat.
Meskipun hanya merupakan tempat yang
Gambar 2 dilalui wisatawan dari atau menuju daerah asal
Persepsi Responden Wisatawan Terkait Faktor ke destinasi tujuannya, kondisi iklim di daerah
Iklim yang menjadi Faktor Penarik dalam transit juga dapat berpengaruh terhadap
Melakukan Kunjungan Wisata ke Kawasan
Pantai Pangandaran pemilihan daerah tesebut dalam perjalanan
yang dilakukan seseorang atau sekelompok
orang. Sehingga identifikasi motivasi serta
karakteristik daerah asal, tujuan, dan transit
dari wisatawan juga perlu dilakukan untuk
mendukung hasil analisis sebelumnya.

Survei yang dilakukan terkait iklim di daerah


Sumber: Hasil Analisis, 2009
asal wisatawan dalam skala likert menunjukan
Hubungan antara unsur-unsur iklim juga bahwa 46% dari responden wisatawan berasal
terkait dengan komponen-komponen elemen dari daerah yang lebih dingin (Gambar 3 (A)).
geografik dalam sistem kepariwisataan, yang Sedangkan, ditinjau dari faktor curah hujan,
mencakup: (1) daerah asal wisatawan; (2) 42% responden wisatawan berasal dari daerah
daerah tujuan wisata; serta (3) daerah transit, yang memiliki curah hujan yang lebih tinggi
yang dilalui wisatawan dari asalnya hingga ke (Gambar 3 (B)). Hal tersebut sangat terkait
daerah tujuan dan sebaliknya. Iklim dan dengan asal daerah (domisili) sebagian besar
perubahan iklim yang terjadi di ketiga daerah responden wisatawan adalah dari Bandung dan
tersebut akan berpengaruh langsung ataupun sekitarnya yang merupakan daerah
tidak langsung, sedikit ataupun banyak pegunungan yang beriklim sejuk dan
terhadap sektor pariwisata. Kondisi iklim dan cenderung memiliki curah hujan yang tinggi.
perubahannya yang terjadi di daerah asal
wisatawan dapat berpengaruh terhadap Berdasarkan studi yang dilakukan Amelung
motivasi seseorang berwisata dan menentukan (2005) bahwa wisatawan yang berkunjung ke

28
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 20/No.1 April 2011

daerah pantai biasanya berasal dari daerah bahwa adanya perubahan iklim/cuaca atau
yang lebih sejuk/dingin. Adanya pencarian rusaknya kondisi fisik (lingkungan) pada daya
iklim dan suasana yang berbeda dari daerah tarik wisata (objek wisata) ini memengaruhi
asalnya merupakan salah satu pertimbangan keputusannya dalam menentukan destinasi
para responden wisatawan. Di sisi lain, pariwisata. Hal tersebut disebabkan oleh
sebagian responden wisatawan tidak dapat pertimbangan bahwa apabila terjadi perubahan
membedakan perbedaan iklim antara daerah cuaca yang tidak diinginkan dan tidak dapat
asalnya dengan Kawasan Pantai Pangandaran. diprediksi, seperti hujan badai atau panas yang
Hal tersebut dipengaruhi oleh responden ekstrim, maka mereka tidak dapat menikmati
wisatawan memang berasal dari wilayah yang daya tarik wisata pantai yang ada. Selain itu,
dekat dengan Kawasan Pantai Pangandaran apabila terjadi kerusakan fisik (lingkungan) di
sehingga perbedaan temperatur/suhu udara dan Kawasan Pantai Pangandaran akibat perubahan
curah hujan memang tidak signifikan. iklim maka akan memengaruhi daya tarik
wisata yang dimiliki sehingga kurang menarik
Gambar 3 lagi, padahal tujuan utama dari sebagian besar
Persepsi Wisatawan Terkait Perbandingan (A)
Suhu Udara dan (B) Curah Hujan di Daerah responden adalah untuk menikmati alam asri
Asal dengan Kawasan Pantai Pangandaran dan pemandangan indah. Berdasarkan survei
yang dilakukan, 52% responden wisatawan
merasakan kenyamanan dalam berwisatanya
terganggu akibat adanya perubahan
iklim/cuaca atau rusaknya kondisi fisik
(lingkungan) di Kawasan Pantai Pangandaran.
Iklim merupakan faktor penarik bagi
wisatawan yang ingin berelaksasi pada tempat
yang memiliki iklim yang lebih nyaman
daripada tempat tinggalnya.

Preferensi wisatawan terkait perubahan iklim


Sumber: Hasil Analisis, 2010
yang mungkin terjadi di Kawasan Pantai
Persepsi responden terkait perubahan iklim di Pangandaran di masa yang akan datang
Kawasan Pantai Pangandaran cukup beragam. menjadi bagian yang sangat penting dalam
Identifikasi persepsi wisatawan terkait studi ini. Berdasarkan survei yang dilakukan
perubahan iklim di Kawasan Pantai kepada 100 responden wisatawan, 70%
Pangandaran hanya dilakukan kepada responden menyatakan bahwa mereka akan
responden wisatawan yang mengunjungi tetap mengunjungi Kawasan Pantai
Kawasan Pantai Pangandaran lebih dari sekali, Pangandaran walaupun di masa yang akan
yaitu sebanyak 75 responden wisatawan. datang terjadi perubahan iklim/cuaca,
Sebanyak 68% responden wisatawan perubahan kondisi fisik (lingkungan), atau
merasakan bahwa terdapat perubahan extreme events (bencana banjir dan
iklim/cuaca di Kawasan Pantai Pangandaran, kekeringan) di Kawasan Pantai Pangandaran.
seperti temperatur/suhu udara yang semakin Mereka menilai bahwa perubahan iklim terjadi
meningkat serta cuaca dan musim yang tidak secara global tidak (hanya di Kawasan Pantai
menentu. Dari 53 responden wisatawan, Pangandaran) dan dampak perubahan iklim
sebagian dari mereka (55%) menyatakan terhadap Kawasan Pantai Pangandaran tidak

29
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 20/No.1 April 2011

akan membawa perubahan yang signifikan perubahan iklim dan pola kunjungan
sehingga tidak akan mengganggu keasrian dan wisatawan Sebagian dari responden merasakan
keindahan alam yang menjadi daya tarik adanya perubahan variabilitas iklim/cuaca
utama. Sedangkan, 30% responden wisatawan maupun perubahan kondisi fisik (lingkungan)
memilih untuk mencari daerah tujuan wisata yang mungkin diakibatkan oleh perubahan
yang cenderung lebih aman dari dampak iklim, namun hal tersebut tidak terlalu
perubahan iklim. berpengaruh terhadap pola kunjungan mereka.
Hal tersebut terlihat dari walaupun wisatawan
Untuk lebih menggali preferensi wisatawan merasakan adanya perubahan iklim, wisatawan
terkait perubahan iklim yang mungkin terjadi tetap melakukan kunjungan ke Kawasan Pantai
pada masa yang akan datang di Kawasan Pangandaran. Terdapat temuan penting terkait
Pantai Pangandaran maka dilakukan survei preferensi wisatawan yang searah dengan studi
lanjutan terhadap 50 responden wisatawan yang dilakukan oleh Hamilton (2005) dimana
terkait berbagai pilihan yang mungkin ditemukan bahwa meskipun cuaca merupakan
dilakukan ketika mereka mengetahui bahwa faktor penting, tujuan juga tetap akan dipilih
pada waktu yang telah mereka tentukan untuk meskipun kemungkinan cuaca buruk.
melakukan kunjungan wisata ke Kawasan
Pantai Pangandaran akan terjadi cuaca ekstrim Gambar 4
Preferensi Responden Wisatawan Terkait
akibat adanya perubahan iklim. Berdasarkan
Perubahan Iklim yang akan Terjadi di
survei yang dilakukan, mayoritas responden Kawasan Pantai Pangandaran
wisatawan (48%) menyatakan bahwa mereka
akan tetap mengunjungi Kawasan Pantai
Pangandaran, namun pada waktu yang
berbeda. Kawasan Pantai Pangandaran sudah
memiliki citra tersendiri di mata para
wisatawan sehingga tetap menarik untuk
dikunjungi. Bahkan, terdapat 14% responden
wisatawan yang menyatakan bahwa mereka
akan tetap mengunjungi Kawasan Pantai
Sumber: Hasil Analisis, 2010
Pangandaran pada waktu yang sama, walaupun
sudah diprediksi akan terjadi cuaca ekstrim. 4. Kesimpulan
Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 4.
Berdasarkan analisis data-data variabilitas
Dari hasil identifikasi terkait persepsi dan iklim dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
preferensi responden wisatawan terkait perubahan kondisi iklim di Kawasan Pantai
perubahan iklim yang terjadi di Kawasan Pangandaran yang selaras dengan pola
Pantai Pangandaran, dapat diambil kesimpulan perubahan iklim di Indonesia. Peningkatan
bahwa sebagian besar wisatawan menganggap temperatur (rata-rata 0,3°C/tahun) dan
bahwa faktor iklim, terutama temperatur/suhu perubahan pola curah hujan yang cukup
udara dan curah hujan, memengaruhi signifikan dalam 4 dekade terakhir ini juga
keputusan mereka dalam dalam melakukan memperkuat asumsi bahwa telah terjadi
perjalanan wisata ke Kawasan Pantai perubahan iklim di wilayah tersebut.
Pangandaran. Hal ini memperkuat hasil Perubahan iklim yang terjadi di wilayah kajian
analisis keeratan hubungan antara pola juga sangat terkait dengan faktor-faktor lokal

30
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 20/No.1 April 2011

seperti kondisi topografi atau variabilitas iklim menyebabkan perubahan lingkungan atmosfer
yang lebih besar. Adanya perubahan iklim (cuaca harian) secara langsung dapat
akan memberikan dampak tertentu terhadap memengaruhi kenyamanan wisatawan. Adanya
penawaran (supply) dan permintaan (demand) pencarian iklim dan suasana yang berbeda dari
dari destinasi pariwisata, khususnya di daerah asalnya merupakan salah satu
Kawasan Pantai Pangandaran. pertimbangan para responden wisatawan.
Selain itu, perubahan/variabilitas iklim di
Berdasarkan survei, perubahan/variabilitas tempat asal wisatawan dapat memengaruhi
iklim menyebabkan perubahan yang tidak keputusan seseorang untuk berwisata keluar
begitu signifikan terhadap kondisi lingkungan daerahnya. Sebagaimana hasil temuan studi
alam maupun lingkungan binaan objek tujuan bahwa masyarakat dari wilayah Bandung dan
wisata. Dampak perubahan iklim global tidak sekitarnya yang memiliki iklim sejuk
terlalu dirasakan di Kawasan Pantai pegunungan memilih untuk berlibur ke
Pangandaran, diperkirakan karena memang Kawasan Pantai Pangandaran yang beriklim
bukan dampak dari perubahan iklim global lebih hangat.
secara langsung dan/atau ketidaktahuan
pemerintah/pengelola objek wisata setempat Variabilitas iklim tidak sepenuhnya
akibat kurang pekanya mereka terhadap memengaruhi pola kunjungan wisatawan, ada
perubahan iklim global yang dampaknya lebih faktor-faktor di luar iklim yang memberikan
terasa dalam jangka panjang. Kenaikan muka pengaruh lebih besar terhadap pola kunjungan
air laut rata-rata antara 0,3 cm/tahun di Pantai wisatawan. Daya tarik wisata alam seperti
Selatan Jawa, diprediksi dapat mencapai alam yang asri dan pemandangan pantai yang
50cm-60cm pada tahun 2100 akan berdampak indah merupakan faktor yang lebih
terhadap keberadaan fasilitas penunjang wisata memengaruhi kunjungan wisatawan. Selain
yang tersebar di sepanjang Pantai itu, daya tarik wisata budaya (atraksi budaya
Pangandaran, yang memungkikan terjadinya tahunan) juga lebih memengaruhi pola
relokasi dari berbagai fasilitas tersebut di masa kunjungan wisatawan dibandingkan perubahan
yang akan datang. Ditinjau dari pandangan iklim yang ada. Perubahan yang tidak
wisatawan, perubahan kondisi fisik pada daya signifikan pada daya tarik wisata yang
tarik wisata pantai di Kawasan Pantai ditawarkan juga memiliki andil besar dalam
Pangandaran tidak begitu dirasakan karena tidak terpengaruhnya pola kunjungan
perubahan yang tidak signifikan pada kondisi wisatawan oleh perubahan iklim secara
fisik daya tarik wisata di Kawasan Pantai signifikan. Faktor keberadaan hari-hari libur
Pangandaran akibat adanya perubahan iklim. nasional juga sangat memengaruhi pola
kunjungan wisatawan ke Kawasan Pantai
Dari hasil analisis dapat diambil kesimpulan Pangandaran. Hasil survei yang telah
bahwa terdapat hubungan antara perubahan dipaparkan sebelumnya menunjukkan bahwa
iklim dengan kunjungan wisatawan, walaupun hanya 7% responden yang menyatakan bahwa
tidak begitu erat. Faktor iklim, terutama faktor iklim sebagai alasan dalam berkunjung
temperatur udara dan curah hujan, dianggap ke Kawasan Pantai Pangandaran. Besarnya
sebagai faktor penarik yang cukup motivasi wisatawan untuk melakukan
dipertimbangkan oleh wisatawan dalam relaksasi/bersantai (refreshing) dan tujuan
melakukan kunjungan ke Kawasan Pantai untuk berlibur menjadi faktor pendorong untuk
Pangandaran. Perubahan iklim yang

31
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 20/No.1 April 2011

melakukan kunjungan wisata walaupun terjadi Brohan, P., J.J. Kennedy, I. Harris, S.F.B. Tett dan
perubahan iklim. P.D. Jones. 2006. Uncertainty Estimates in
Regional and Global Observed Temperature
Changes: A New Dataset From 1850. J.
Sebagian dari responden merasakan adanya Geophysical Research.
perubahan variabilitas iklim/cuaca maupun Diposaptono, Subandono. Menyiasati Perubahan
Iklim di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
perubahan kondisi fisik (lingkungan) yang Kecil. Bogor: Penerbit Buku Ilmiah Populer,
mungkin diakibatkan oleh perubahan iklim, 2009.
namun hal tersebut tidak terlalu berpengaruh Hamilton, Jacqueline M., David J. Maddison, dan
Richard S.J. Tol. Climate Change and
terhadap pola kunjungan mereka. Hal tersebut International Tourism: A Simulation Study.
terlihat dari walaupun wisatawan merasakan Global Environmental Change 15 (2005):
adanya perubahan iklim, wisatawan tetap 253–266.
Hamilton, Jacqueline M., David J. Maddison, dan
melakukan kunjungan ke Kawasan Pantai Richard S.J. Tol. Effect of Climate Change
Pangandaran. Terdapat temuan penting terkait on International Tourism. Climate Research
preferensi wisatawan yang searah dengan studi 29 (2005): 245–254.
Hidayati, Rini. 2001. Masalah Perubahan Iklim di
yang dilakukan oleh Hamilton (2005) dimana Indonesia Beberapa Contoh Kasus. Program
ditemukan bahwa meskipun iklim merupakan Pasca Sarjana S-3, Institut Pertanian Bogor,
faktor penting, wisatawan akan tetap Noveber 2001.
Intergovernmental Panel on Climate Change.
berkunjung ke Kawasan Pantai Pangandaran Climate Change 2007: Mitigation.
walau diprediksi akan terjadi cuaca buruk, Contribution of Working Group III to the
seperti hujan lebat, pada kawasan tersebut. Fourth Assessment Report of the
Intergovernmental Panel on Climate Change.
Summary for Policymakers ( B. Metz, O. R.
Ucapan Terima Kasih Davidson, P.R. Bosch, R. Dave, L. A.
Meyer). Cambridge, United Kingdom and
Penulis mengucapkan terima kasih kepada New York, AMERIKA SERIKAT:
Drs. Arief Rosyidie., MSP., M. Arch., Ph.D Cambridge University Press, 2007.
untuk arahan dan bimbingan sehingga artikel Marshall, P., Schuttenberg, H. 2006. A Reef
ini dapat ditulis. Terima kasih juga kepada Manager’s Guide to Coral Bleaching. Great
dua mitra bestari yang telah memberikan Barrier Reef Marine Park Authority,
Townsville, Australia.
komentar yang berharga.
Prasad, Neeraj, Federica Ranghieri, Fatima Shah,
Zoe Trohanis, Earl Kessler, dan Ravi Sinha.
Daftar Pustaka 2009. Climate Resilience Cities: A Primer on
Reducing Vulnerabilities of Disaster.
Aguiló E, Alegre J, dan Sard M. The Persistence of Washington D.C., AMERIKA SERIKAT:
the Sun and Sand Tourism Model. Tourism The World Bank Publisher.
Manage 26 (2005): 219-231. Stern, N. 2006. The Economics of Climate Change:
Amelung, B. dan D. Viner. Mediterranean The Stern Review. Cambridge, United
Tourism: Exploring the Future with The Kingdom: Cambridge University Press.
Tourism Climatic Index. Sustainable Suroso, Djoko dan Ibnu Sofyan. 2009.
Tourism 14 (2006): 349-366. Vulnerability of The Northern Coast of Java,
Amelung, B., S. Nicholls, dan D. Viner. Indonesia to Climate Change and The Need
Implications of Global Climate Change for of Planning to Response. Dipresentasikan
Tourism Flows and Seasonality. Travel pada International Conference of Urban and
Research 45 (2007): 285-296. Regional Planning, Bandung, Indonesia, 12-
Amelung, Bass dan Alvaro Moreno. How Hot Is 13 November, 2009.
Too Hot? A Survey on Climate (Change and Widhiyanti, Ni Nyoman Sri. 2007. Perubahan Iklim
Tourism). Dipresentasikan pada The 6th dan Dampaknya Bagi Kehidupan. Dalam
International Congress on Coastal and http://walhibali.org/terbaru%20/perubahan-
Marine Tourism, Nelson Mandela Bay, iklim-dan-dampaknya-bagi-kehidupan.html
South Africa, 23-26 Juni, 2009.

32

You might also like