You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Profil Klub
Arema FC (dahulu bernama Arema Malang), atau biasa disebut dan dikenal sebagai Arema,
adalah sebuah klub sepak bola yang berasal dari Malang, Jawa Timur, Indonesia. Arema didirikan
pada tanggal 11 Agustus 1987, Arema mempunyai julukan "Singo Edan". Dalam Liga 1, Arema
ber- "home base" di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang dan Stadion Gajayana, Kota Malang.
Arema adalah tim sekota dari Persema Malang, Persekam Metro, dan Malang United. Di musim
2010-11, di acara launching sempat menggunakan nama Arema FC.
Sejak hadir di persepakbolaan nasional, Arema telah menjadi ikon dari warga Malang Raya
(Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu) dan sekitarnya. Sebagai perwujudan dari simbol
Arema, hampir di setiap sudut kota hingga gang-gang kecil terdapat patung dan gambar singa.
Kelompok suporter mereka dipanggil Aremania dan Aremanita (untuk pendukung wanita).

Nama lengkap : Arema Football Club


Julukan : Singo Edan
Didirikan : 11 Agustus 1987
Stadion : Stadion Kanjuruhan (Kapasitas: 42,449)
Pemilik : Yayasan Arema
Manajer : Ruddy Widodo
Pelatih : Joko Susilo
Asisten Pelatih : Kuncoro
: Singgih Pitono
Situs web : http://aremafc.com/
Kelompok suporter : Aremania (Laki-laki)
: Aremanita (Perempuan)
Nama Arema adalah legenda Malang. Adalah Kidung Harsawijaya yang pertama kali
mencatat nama tersebut, yaitu kisah tentang Patih Kebo Arema di kala Singosari diperintah Raja
Kertanegara. Prestasi Kebo Arema gilang gemilang. Ia mematahkan pemberontakan Kelana
Bhayangkara seperti ditulis dalam Kidung Panji Wijayakrama hingga seluruh pemberontak hancur
seperti daun dimakan ulat. Demikian pula pemberontakan Cayaraja seperti ditulis dalam Kitab
Negarakertagama. Kebo Arema pula yang menjadi penyangga politik ekspansif Kertanegara.
Bersama Mahisa Anengah, Kebo Arema menaklukkan Kerajaan Pamalayu yang berpusat di Jambi.
Kemudian bisa menguasai Selat Malaka. Sejarah heroik Kebo Arema memang tenggelam. Buku-
buku sejarah hanya mencatat Kertanegara sebagai raja terbesar Singosari, yang pusat
pemerintahannya dekat Kota Malang.
Sampai akhirnya pada dekade 1980-an muncul kembali nama Arema. Tidak tahu persis,
apakah nama itu menapak tilas dari kebesaran Kebo Arema. Yang pasti, Arema merupakan
penunjuk sebuah komunitas asal Malang. Arema adalah akronim dari Arek Malang. Arema
kemudian menjelma menjadi semacam "subkultur" dengan identitas, simbol dan karakter bagi
masyarakat Malang. Diyakini, Arek Malang membangun reputasi dan eksistensinya di antaranya
melalui musik rock dan olahraga. Selain tinju, sepak bola adalah olahraga yang menjadi jalan bagi
arek malang menunjukkan reputasinya. Sehingga kelahiran tim sepak bola Arema adalah sebuah
keniscayaan.
Arema Football Club (Persatuan Sepak Bola Arema, nama resminya) lahir pada 11 Agustus
1987, dengan semangat mengembangkan persepakbolaan di Malang. Pada masa itu, tim asal
Malang lainnya Persema Malang bagai sebuah magnet bagi Arek Malang. Stadion Gajayana –
home base klub pemerintah itu – selalu disesaki penonton. Di mana posisi Arema waktu itu? Yang
pasti, klub itu belum mengejawantah sebagai sebuah komunitas sepak bola. Ia masih jadi sebuah
“utopia”.
Adalah Acub Zaenal mantan Gubernur Irian Jaya ke-3 dan mantan pengurus PSSI periode
80-an yang kali pertama punya andil menelurkan pemikiran membentuk klub Galatama di kota
Malang setelah sebelumnya membangun klub Perkesa 78 bersama Dirk “Derek” Sutrisno (Alm),
pendiri klub Armada ‘86.
Berkat hubungan baik antara Dirk dengan wartawan olahraga di Malang, khususnya sepak bola,
maka SIWO PWI Malang mengadakan seminar sehari untuk melihat "Sudah saatnyakah Kota
Malang memiliki klub Galatama?" Drs. Heruyogi sebagai Ketua SIWO dan Drs. Bambang Bes
(Sekretaris SIWO) menggelar seminar itu di Balai Wartawan Jl. Raya Langsep, Kota Malang
dengan tema "Klub Galatama dan Kota Malang", dengan nara sumber antara lain; Bapak Acub
Zainal (Administratur Galatama), dari Pengda PSSI Jatim, Komda PSSI Kota Malang, dan Dr.
Ubud Salim, MA. Acara itu dibuka oleh Bapak Wali kota Tom Uripan (Alm). Hasil atau
rekomendasi yang didapatkan dari seminar yaitu: Kota Malang dinilai sudah layak memiliki
sebuah klub Galatana yang professional.
Harus diakui, awal berdirinya Arema tidak lepas dari peran besar Derek dengan Armada
86-nya. Nama Arema awalnya adalah Aremada, yaitu gabungan dari Armada dan Arema. Namun
nama itu tidak bisa langgeng. Beberapa bulan kemudian diganti menjadi Arema`86. Sayang, upaya
Derek untuk mempertahankan klub Galatama Arema`86 banyak mengalami hambatan, bahkan tim
yang diharapkan mampu berkiprah di kancah Galatama VIII itu mulai terseok-seok karena
dihimpit kesulitan dana.
Dari sinilah, Acub Zaenal lantas mengambil alih dan berusaha menyelamatkan Arema`86
supaya tetap survive. Setelah diambil alih, nama Arema`86 akhirnya diubah menjadi Arema dan
ditetapkan pula berdirinya Arema Galatama pada 11 Agustus 1987 sesuai dengan akta notaris
Pramu Haryono SH–almarhum–No 58. Penetapan tanggal 11 Agustus 1987 itu, seperti air
mengalir begitu saja, tidak berdasar penetapan (pilihan) secara khusus.
Dari pendirian bulan Agustus itulah kemudian simbol Singo (Singa) muncul. Agustus itu
identik dengan Zodiac Leo atau Singo (sesuai dengan horoscop).
BAB II
PEMBAHASAN

Secara hukum pemilik Arema adalah Yayasan Arema. Berdasarkan pengesahan SK


Menkumham No. AHU-AH.01.06-317 pada tanggal 9 Mei 2012 atas akta Yayasan Arema yang
dibuat oleh Notaris Nurul Rahadianti disebutkan bahwa pengurus Yayasan Arema adalah;
 Pembina Yayasan : Darjoto Setyawan
 Ketua Yayasan : Muhammad Nur
 Bendahara : Rendra Kresna
 Sekretaris : Mujiono Mujito
 Pengawas Yayasan : Bambang Winarno.
Pada saat Arema dikelola oleh Bentoel, Badan Hukum yang digunakan adalah PT. Arema
Indonesia. Badan Hukum tersebut tetap digunakan oleh Yayasan Arema setelah Bentoel
mengembalikan Arema kepada Yayasan pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2015. Pada saat
dikembalikan kepada Yayasan pada tahun 2009 tersebut, susunan Pemegang saham PT. Arema
Indonesia adalah Yayasan Arema sebesar 13 lembar saham (93%, mayoritas) dan Lucky
Andriandana Zainal sebesar satu lembar saham (7%), yang diberikan sebagai penghormatan
kepada beliau sebagai pendiri Arema. Direktur Utama PT. Arema Indonesia adalah Iwan Budianto
dan General Manager adalah Ruddy Widodo.
Sejak 2015 Yayasan Arema membentuk badan hukum baru sebagai pengelola Arema FC
akibat dari adanya larangan menggunakan PT. Arema Indinesia dari Badan Olahraga Profesional
Indonesia (BOPI) akibat adanya klaim kepemilikan dari pihak di luar Yayasan Arema. Badan
Hukum baru yang digunakan dan didaftarkan oleh Arema sejak 2015 adalah PT. Arema Aremania
Bersatu Bersaudara Indonesia (AABBI).

Kepemilikan Saham

7%

Yayasan Arema
Lucky Andriandana Zainal

93%
Pengelola
 Lucky Acub Zaenal (1987 - 2003)
 Lucky Acub Zaenal/H.M Mislan (1995 - 1996)
 PT Bentoel Investama, Tbk (2003 - 2009)
 PT. Arema Indonesia (2009 - 2011)
 IPL: Grup Ancora (2011 - 2013)
 ISL: PT. Arema Indonesia (2011 - 2015)
 PT. Arema Aremania Bersatu Bersaudara Indonesia (2015 - sekarang)
Arema sempat beberapa kali berganti nama:
 PS Arema Malang (1987 - 1995)
 PS Arema Bentoel (1995 - 2009)
 Arema Indonesia FC (2009 - 2013)
 Arema Cronus FC (2013 - 2016)
 Arema FC (2017 - Sekarang)
Arema yang berlaga di Indonesian Super League menerima akuisisi dengan klub Pelita Jaya
diakuisisinya Arema ISL oleh Bakrie Group ditegaskan langsung oleh CEO Nirwana Pelita Jaya,
Iwan Budianto, di Malang, Jawa Timur.
Akuisisi adalah pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh kelompok
investor. Akuisisi berasal dari sebuah kata dalam bahasa Inggris acquisition yang berarti
pengambilalihan.
Menurut Iwan, proses akuisisi itu dilakukan tidak lain karena kerja sama yang sebelumnya
sudah dijalankan oleh manajemen Arema ISL dan Pelita Jaya. "Setelah jalin kerja sama, saatnya
melakukan merger," aku Iwan.
Konsekuensi perubahan nama dari merger antara PT Pelita Jaya Cronus dengan Arema
pada 2012 lalu. Atau sebelum kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2012/2013 bergulir.
Awalnya, Arema ISL masih malu-malu menggunakan nama belakang Cronus. Tapi, sejak musim
2013/2014, mereka mulai berani menggunakan nama baru Arema Cronus dan pada Liga1 berubah
nama menjadi Arema FC
Arema Indonesia Super League resmi beralih pengelolaan. PT Pelita Jaya Cranous resmi
mengambil alih tim yang bermain di stadion Kanjuruhan ini. Kepastian itu didapat usai dua
perwakilan melakukan penandatanganan kesepakatan yang digelar di hotel Savana, Malang.
Dalam acara yang menentukan masa depan klub Singo Edan itu dihadiri sejumlah pengurus
penting. Untuk Arema diwakili presiden klub H. Rendra Kresna dan direktur utama Ruddy
Widodo. Sedangkan Pelita Jaya Cronous diwakili vice president PT Pelita Jaya Cronous Helmi
Rahman dan CEO PT Nirwana Pelita Jaya Iwan Budianto.
Helmi Rahman usai penandatanganan mengatakan jika keputusannya untuk menjual Pelita
dan mengakuisisi Arema ISL sudah dipertimbangkan masak-masak. Dia berniat membuat Arema
menjadi tim yang disegani, terutama di level Asia.
Dirut Arema Ruddy Widodo kepada GOAL.com Indonesia mengatakan jika semua ini
digunakan untuk melangsungkan kejayaan Arema. Klub yang bermarkas di Kanjuruhan itu sangat
tepat dikelola oleh Pelita Jaya Cronous yang juga mengelola tim lain di luar negeri. Sehingga
diharapkan ada efek dari pengelolaan, terutama kesempatan adanya pemain Indonesia yang
bermain di luar negeri.
Pelita Jaya Cronous sendiri diketahui mengelola sejumlah tim luar negeri, yaitu Brisbane
Roar, CS Visse, SAD, dan lain-lain.
Sementara itu, Iwan Budianto mengatakan, pengelolaan Arema ditangan Cranous bukanlah
proses jual beli yang ada uangnya. Namun, mekanismenya adalah Cranous menyuntikkan
sejumlah dana untuk mengelola Arema plus perubahan struktur di dalamnya.
Keadaan ini membuat seluruh kebijakan ada ada di tangan Cronous, termasuk penentuan
susunan pengurusnya. Menurut Iwan, susunan pengurus baru Arema ISL akan diisi oleh presiden
kehormatan, presiden direktur, vice president, general manager, general football dan general
marketing
Jual beli tim sepak bola Indonesia adalah hal yang biasa terjadi. Bahkan, ada klub baru
yang bisa saja berada di kasta tertinggi liga Indonesia jika membeli saham klub divisi teratas. Akan
tetapi, sebagai konsekuensinya mereka tidak bisa ikut lisensi dari AFC dalam waktu dekat.
Sebelumnya, pekan lalu PSSI sebagai Licencor dan Club Licensing Department telah
mengundang 18 klub peserta Liga 1 sebagai kandidat untuk mengikuti proses lisensi yang setelah
dua tahun terakhir tidak dilakukan dan akhirnya pada tahun ini diberlakukan kembali. Proses
lisensi ini merupakan salah satu hal yang merupakan permintaan oleh AFC kepada seluruh member
asosiasi yang termasuk di dalamnya, Indonesia. Nantinya, hasil dari proses lisensi ini adalah
terbitnya surat kelayakan sebagai persyaratan untuk ikut berkompetisi di AFC.
Namun, ada pengecualian bagi empat klub yang baru berganti nama. Madura United,
Bhayangkara FC, PS TNI, dan Arema FC harus menerima konsekuensi terkait lisensi dari AFC ini
karena belum berusia genap dua tahun. Namun entah bagaimana ceritanya Arema FC bisa lolos
verifikasi AFC disaat isu gaji yang terlambat dibayarkan kepada sejumlah pemain-pemainnya dan
juga Arema FC belum genap 2tahun lebih setelah berganti nama dari Arema Cronus
Saat ini Arema FC memakai legal PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia
(AABBI). Perusahaan ini kali pertama diperkenalkan ke publik pada 2 Januari 2016. Saat itu
Arema FC masih bernama Arema Cronus. (Pergantian nama dari Arema Cronus ke Arema FC
terjadi pada 20 Desember 2016, atau beberapa pekan jelang kompetisi Liga 1 musim lalu bergulir).
Dalam dokumen akta perusahaan, PT AABBI didirikan pada 3 Maret 2015, atau 10 bulan
sebelum dirilis ke media.
Merunut kegaduhan persepakbolaan nasional pada 2015, pemicu awal pembekuan PSSI
bisa dibilang bermula dari laporan Jawa Pos yang rilis pada 26 Februari 2015.
Temuan Jawa Pos mengungkap bahwa Arema Cronus, saat itu mendaku pemilik sah dari
PT Arema Indonesia, tak memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
NPWP itu dimiliki oleh Arema Indonesia, klub lain di Malang yang dikontrol Novi Acub
Zaenal, istri pendiri Arema. Sejak 2011 ada dualisme Arema: Arema Cronus dan Arema Indonesia.
Kedua klub ini sama-sama saling mengklaim sebagai pemilik sah PT Arema Indonesia. Berbeda
dari Cronus, posisi Arema Indonesia yang bertentangan dengan pengurus PSSI, membuatnya
vakum sejak 2012 seiring kompetisi Indonesian Premier League yang bubar.
Kegaduhan soal NPWP antara Arema Cronus dan Arema Indonesia membuat Badan
Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), yang ditugasi memverikasi klub-klub peserta ISL,
akhirnya melarang Arema Cronus ikut kompetisi. Larangan BOPI tak digubris oleh PSSI, yang
saat itu dipimpin La Nyalla Mattalitti. Kemenpora kemudian membekukan PSSI pada 17 April
2015.
Pembekuan ini bertahan cukup lama. Kevakuman kompetisi resmi PSSI dimanfaatkan
orang-orang yang disokong Kemenpora untuk menggelar turnamen singkat macam Piala Presiden,
Piala Jenderal Sudirman, Piala Bhayangkara, dan liga sementara bertajuk Indonesia Soccer
Championship (ISC). Alhasil, klub-klub yang semula jadi loyalis La Nyalla berbalik
meninggalkannya. Puncaknya, saat Panglima Kostrad Edy Rahmayadi terpilih jadi Ketua Umum
PSSI pada November 2016.
Merunut kronologis di atas dan mengaitkannya dengan pembentukan PT AABBI, artinya
ada jeda lima hari antara pemberitaan di Jawa Pos dan berdirinya PT AABBI. Pada 27 Februari
2015, masih di koran Jawa Pos, CEO Arema Cronus, Iwan Budianto, mengakui bahwa Arema
Cronus memang tak memiliki NPWP PT Arema Indonesia.
Menilik komposisi saham dalam akta PT AABBI, tak tercantum Yayasan Arema. Saham
Arema FC hanya dikuasai dua orang: Iwan Budianto (70 persen) dan Agoes Soerjanto (30 persen).
Padahal, klub sepakbola Arema tak pernah lepas dari Yayasan Arema. Saat berkompetisi
di Galatama tahun 1987, legal yang kali pertama dipakai sang pendiri, Acub Zaenal dan Lucky
Acub Zaenal, adalah Yayasan Arema. Yayasan inilah yang menaungi Persatuan Sepakbola Arema.
Abdul Muntholib dalam Arema Never Die (2009: 164) menulis bahwa sejak 1987 hingga
2003, Yayasan Arema mampu membuat PS Arema tetap eksis tanpa menyusu APBD sesuatu yang
bertolak belakang dengan persatuan klub-klub bola lain di era perserikatan.
Namun, seiring waktu, dinasti Acub Zaenal tumbang pada 2003. Krisis finansial memaksa
Lucky Acub menjual kepemilikan PS Arema ke PT Bentoel Prima Tbk. Meski beralih
kepemilikan, pengelolaan PS Arema tetap dipegang oleh Yayasan Arema.
Kiprah Bentoel dan Arema hanya bertahan enam tahun. Masuknya perusahaan rokok
multinasional British American Tobacco, yang mengakuisisi Bentoel pada 2009, membuat
sokongan finansial itu bubrah. Di sisi lain, saat itu PSSI sedang menggiatkan pengelolaan klub
lebih profesional. Para peserta Indonesia Super League (ISL) kini bernama Liga 1 diwajibkan
berbadan hukum perseroan terbatas.
Jauh sebelum aturan ini ditetapkan, Arema sudah berbentuk perseroan lewat PT Arema
Indonesia yang dilegalkan pada 3 September 2004. Di PT ini, komposisi saham mayoritas
dipegang oleh Yayasan Arema. Sejak beralih dari Bentoel, Arema Malang dikelola langsung oleh
PT Arema Indonesia.
Namun, dualisme PSSI sejak 2011 membuat kepemilikan perusahaan diperebutkan dua
pihak: Arema Indonesia yang berkancah di Indonesia Premier League dan Arema Cronus yang
bermain di ISL (Liga 1). Buntutnya, ketika kubu La Nyalla Mattalitti tersingkir, dan kubu Edy
Rahmayadi naik, Arema Indonesia ikut terbuang. Saat penyatuan Liga, Arema Indonesia harus
menjalani kompetisi kasta terendah.
Pemberitaan Jawa Pos soal NPWP membuktikan setidaknya legalitas PT Arema Indonesia
memang di tangan Arema Indonesia.
Dalam akta PT Arema Indonesia yang disimpan redaksi Tirto, Yayasan Arema masih diberi
porsi saham, meski jumlahnya hanya 13 persen. Mayoritas 80 persen dipegang oleh Winarso,
pengusaha asal Jakarta, perwakilan dari Grup Ancora milik mantan Menteri Perdagangan Gita
Wirjawan. Sementara 7 persen dikendalikan oleh (alm) Lucky Acub yang kini diserahkan kepada
istrinya, Novi Acub Zaenal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Arema FC yang dijuluki singo edan adalah salah satu klub sepak bola Indonesia yang
terkenal dengan legendanya. Mengalami banyaknya perubahan nama dikarenakan akusisi dari
berbagai pihak yang salah satunya adalah berasal dari yayasan arema sebanyak 93% dan
sisanya 7% saham menjadi milik Lucky Adrianda Zaenal yang berstatus sebagai pendiri klub
dengan syarat bakrie ak boleh mengelola dua klub di liga yang sama. Dengan resminya
mengelola arema maka grup bakrie semakin menunjukkan dominasinya dalam ISL yang
sebelumnya bakrie sudah mempunyai pelita jaya.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Arema_FC#Pengurus_Klub[5]
https://tirto.id/kisruh-pssi-dualisme-arema-dan-tak-ada-saham-yayasan-di-arema-fc-cGfl
https://agunkzscreamo.blogspot.com/2017/08/apa-bedanya-arema-fc-arema-
chronus.html#.Wv75-xuFNqM

You might also like