Professional Documents
Culture Documents
baik pada jenjang pendidikan dasar, menengah, disiplin ilmu. Dimana masing-masing disiplin ilmu
maupun tinggi. Jenis pendidikan persekolahan itu memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
sendiri terdiri atas pendidikan umum dan diperlukan suatu acuan atau patokan sebagai
pendidikan kejuruan, yang satu sama lain memiliki pedoman suatu proses pembelajaran. Pedoman
implikasi yang berbeda terhadap pengembangan proses pembelajaran tersebut lazim disebut dengan
SDM. kurikulum. Kurikulum dalam suatu system
Melalui pendidikan ini, sikap dan nilai pendidikan merupakan komponen yang teramat
SDM ditanamkan dan dikembangkan secara penting. Dikatakan demikian karena kurikulum
sistematis dan terprogram sehingga setelah merupakan panutan dalam penyelenggaraan proses
melewati proses tertentu, SDM akan semakin tinggi belajar-mengajar.
nilainya, baik dipandang secara ekonomis, sosial-
Kualitas keluaran proses pendidikan antara
budaya, kepribadian bangsa; maupun nilai-nilai
lain ditentukan oleh kurikulum dan efektivitas
yang lebih bermakna bagai pembangunan bangsa.
pelaksanaannya. Kurikulum itu harus sesuai dengan
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa filsafat dan cita-cita bangsa. Kurikulum sekolah
semakin tinggi jenjang pendidikan yang menengah merupakan seperangkat pengalaman
ditamatkan, semakin tinggi pula kemampuan dan belajar yang dirancang untuk siswa sekolah
keterampilannya sehingga dapat menyumbangkan menengah dalam usaha mencapai tujuan
pendidikan. Mengingat bahwa sekolah menengah
produktivitas yang dimilikinya terhadap
merupakan lembaga pendidikan yang bertanggung
kesejahteraan dirinya atau masyarakat bangsanya.
jawab dalam memberikan kemampuan siswa untuk
Produktivitas itu sendiri merupakan konsep yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
dipengaruhi oleh berbagai nilai, baik yang ada pada tinggi, kurikulum ini harus dipahami secara intensif
diri manusia seperti wawasan, perilaku, oleh semua personel sekolah, terutama oleh kepala
keterampilan, dan keahlian, maupun yang sekolah dan guru.
bersumber dari nilai-nilai budayanya seperti etos
Pelaksanaan manajemen kurikulum
kerja.
tersebut sangat tergantung pada kemampuan kepala
Guru professional sebagai pengganti sekolah untuk dapat berperan secara aktif dalam
(surrogate) orang tua bukan berarti merampas pengelolaan sekolah dengan memberdayakan
kemerdekaan anak didiknya. Sebagai pengganti semua komponen yang terlibat dalam
orang tua guru professional justru lebih membuka penyelenggaraan sekolah secara keseluruhan. Ini
ruang untuk berkembangnya kemerdekaan peserta- berarti kompetensi kepala sekolah dalam
didik. Apabila orang tua sering kehilangan pemberdayaan warga sekolah perlu mendapat
pertimbangan objektif terhadap anaknya, seorang perhatian untuk ditingkatkan secara terus-menerus.
guru professional haruslah bersikap objektif, yang
Pelaksanaan manajemen kurikulum
didalamnya tentu banyak mengalami berbagai
merupakan bagian yang integral dari keseluruhan
hambatan bagi peserta didik yang justru sedang
belajar berdiri sendiri. Dari pengalaman peserta dari manajemen pendidikan yang diterapkan di
didik di dalam menghadapi persoalan-persoalan semua jenis dan jenjang pendidikan. Bahkan tidak
kehidupan, di belajar memperoleh kebijaksanaan berlebihan jika dikatakan bahwa keberhasilan suatu
sendiri secara mandiri berkat bantuan pendidikan lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh
professional. manajemen kurikulumnya. Istilah manajemen dan
administrasi pendidikan yang dipergunakan dalam
Pendidikan adalah suatu proses penulisan ini mengandung arti yang sama yaitu
peningkatan pemahaman dari berbagai bidang pengelolaan pendidikan. Manajemen pendidikan
mempunyai ruang lingkup yang luas. Sehubungan telah ditata dengan baik kondisi sekolah akan
dengan hal ini, Direktorat Jenderal Pendidikan kondusif untuk pengembangan proses pembelajaran
Dasar dan Menengah (2005:66) mengemukakan yang bermutu. Kegiatan manajemen kurikulum di
bahwa: Sekolah Menengah Atas (SMA) dilaksanakan oleh
Pelaksanaan kurikulum harus diarahkan kepala sekolah dan sebagai pelaksana
agar proses pembelajaran berjalan dengan operasionalnya adalah wakil kepala bagian
baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan kurikulum. Kedua pejabat ini yang menjadi
oleh siswa. Jadi bagaimana strateginya
penanggungjawab pelaksanaan manajemen
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Guru perlu didorong untuk terus kurikulum di sekolah. Karena peranan dari
menyempurnakan strategi tersebut, manajemen kurikulum ini sangat penting maka para
misalnya dengan menerapkan kaji tindak pelaksana dituntut memiliki wawasan dan
dalam pembelajaran melalui penelitian kemampuan dalam bidang tersebut.
tindakan kelas (classroom action
research).
Keberhasilan suatu sekolah dalam
meningkatkan prestasi siswanya sebagai indikator
Salah satu bidang garapan dari manajemen
mutu pendidikan dan jenjang pendidikan sangat
pendidikan adalah manajemen kurikulum yaitu
bergantung pada efektifitas pelaksanaan manajemen
kegiatan yang berhubungan dengan upaya kurikulumnya. Jika manajemen kurikulum sudah
merencanakan, melaksanakan, mengendalikan berjalan efektif maka proses pembelajaran juga
proses belajar mengajar agar dapat berjalan secara akan berlangsung efektif dan prestasi siswa juga
efektif. Artinya, manajemen kurikulum merupakan mengalami peningkatan secara signifikan.
kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk memberi kemudahan kepada Pelaksanaan manajemen kurikulum
dituntut untuk dapat memberikan kemudahan atau
guru dan siswa dalam melaksanakan proses
menfasilitasi penerapan kurikulum tersebut menjadi
pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang termasuk
kegiatan pembelajaran. Walaupun terdapat
dalam manajemen kurikulum meliputi pembagian sejumlah persamaan antara kurikulum yang baru
tugas guru, penyusunan jadwal pelajaran, dengan kurikulum yang lama namun kegiatan
pembagian rombongan belajar, membuat absensi pembelajaran harus ditata sedemikian rupa agar
guru dan siswa, menetapkan kegiatan ekstra sasarannya dapat tercapai secara optimal.
kurikuler, membuat daftar nilai, menentukan waktu Pelaksanaan manajemen kurikulum sangat
menentukan keberhasilan sekolah dalam
ujian dan sebagainya. Kesemua kegiatan ini
meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun dalam
ditujukan untuk memberikan kemudahan bagi guru
kenyataannya, pelaksanaan manajemen kurikulum
dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran pada SMA Negeri 1 Buengcala Aceh Besar belum
sebagai aktivitas inti sekolah. berjalan secara efektif. Dengan perkataan lain
manajemen kurikulum belum mendukung
Manajemen kurikulum sangat terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di pada gilirannya prestasi siswa juga masih rendah.
sekolah dalam upaya mewujudkan tujuan Kondisi ini tidak dapat dibiarkan terus berlangsung
karena akan menghambat program pemerintah
pendidikan yang telah ditetapkan. Jika manajemen
untuk meningkatkan mutu pendidikan pada semua
kurikulum tidak berjalan dengan baik maka proses jenis dan jenjang pendidikan.
belajar-mengajar di sekolah tersebut akan
mengalami hambatan sehingga tujuan yang ingin Hal inilah yang mendorong penulis untuk
dicapai melalui proses belajar mengajar juga melakukan suatu penelitian guna mendapatkan data
tentang bagaimana pelaksanaan manajemen
terkendala. Sebaliknya jika manajemen kurikulum
kurikulum pada SMA Negeri 1 Buengcala
Kabupaten Aceh Besar dan hambatan-hambatan mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah
apa yang dialami para pelaksana administrasi ditetapkan.
kurikulum di sekolah tersebut. Hasil penelitian ini
diharapkan menjadi bahan masukan bagi kepala Hubungan sekolah dengan masyarakat
sekolah dan guru-guru serta pelaksana manajemen perlu dikelola secara produktif agar masyarakat
kurikulum pada SMA Negeri 1 Buengcala
merasa memiliki sekolah. Sehingga terbentuk
Kabupaten Aceh Besar khususnya dan SMA Negeri
sinerjik antara sekolah dengan masyarakat untuk
Kabupaten Aceh Besar umumnya untuk
mewujudkan program-program sekolah. Dengan
memperbaiki sistem pelaksanaan manajemen
kurikulum di sekolahnya sehingga mutu demikian keterlibatan masyarakat dalam
pembelajaran dapat ditingkatkan menjadi efektif. manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat
memahami, membantu dan mengontrol
II. TUJUAN PENELITIAN implementasi kurikulum, sehingga lembaga
pendidikan mengidentifikasi kebutuhan kurikulum,
1. Tujuan umum penelitian ini untuk mendesain kurikulum, menentukan prioritas
membuat deskripsi dan analisis tentang bagaimana
kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai
pelaksanaan manajamen kurikulum pada SMA
kurikulum, mengendalikan serta melaporkan
Negeri 1 Buengcala Kabupaten Aceh Besar.
2. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk sumber dan hasil kurikulum baik kepada
mengetahui jawaban atas permasalahan yang masyarakat maupun pemerintah.
diajukan melalui proses mendeskripsikan dan
menganalisis : Daryanto (2005:5) mengatakan bahwa
a) Untuk mengetahui perencanaan manajemen manajemen pendidikan merupakan tindakan
kurikulum pada SMA Negeri 1 Buengcala mengkoordinasikan perilaku manusia dalam
Kabupaten Aceh Besar. pendidikan untuk menata sumber daya yang ada
b) Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan pendidikan
kurikulum pada SMA Negeri 1 Buengcala dapat tercapai secara produktif. Selanjutnya
Kabupaten Aceh Besar. menurut Daryanto (2005: 6): Ada tiga pola pandang
c) Untuk mengetahui hambatan kepala sekolah tentang sekolah yang produktif, yakni (1)
dalam pelaksanaan manajemen kurikulum administrator, (2) psikolog, (3) ekonomi.
pada SMA Negeri 1 Buengcala Kabupaten
Aceh Besar. 1. Pandangan Administrator
Administrator bertanggung jawab untuk
III. TINJAUAN PUSTAKA mengolah sistem pendidikan. Penentuan untuk
mengkategorikan sekolah produktif dapat dilakukan
Manajemen kurikulum adalah sebagai dengan mengaitkan antara input yang digunakan,
suatu sistem pengelolaan kurikulum yang yaitu ruangan, guru, buku, dan peralatan lainnya
kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dengan output yang diharapkan. Output yang
dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan diharapkan harus dapat mencapai keseimbangan
kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen yang paling menguntungkan dengan input yang
tersedia.
kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan
2. Pandangan Psikolog
konteks Manajemen Berbasis Sekolah dan
Mereka mengaitkan ukuran sekolah yang
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Oleh karena
produktif dengan perubahan dan perilaku peserta
itu, otonomi yang diberikan pada lembaga
didik, yang mencakup pertambahan pengetahuan,
pendidikan atau sekolah dalam mengelola
nilai dan peningkatan kemampuan lainnya dengan
kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan
mengaitkan pula dengan input yang tersedia.
kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan
Kesulitan utama dalam pola pandang ini adalah
misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak
cara mengidentifikasikan dan mengukur perubahan
manajemen pada umumnya menempati posisi yang Untuk lebih jelas keenam
amat penting dan amat menentukan. pengorganisasian kurikulum yaitu: (1) mata
pelajaran terpisah (isolated subjek); kurikulum
Proses perencanaan manajemen kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-
di sekolah harus dilaksanakan secara kolaboratif, pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tampa ada
artinya dengan mengikutsertakan personel sekolah hubungan dengan mata pelajaran lainnya. Masing-
masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak
dalam semua tahap perencanaan itu.
mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan
Pengikutsertaan ini akan menimbulkan perasaan
kemampuan peserta didik, semua materi diberikan
ikut memiliki (sense of belonging) yang dapat
sama. (2) Mata pelajaran berkorelasi; korelasi
memberikan dorongan kepada guru dan personel diadakan sebagai upaya untuk mengurangi
sekolah yang lain untuk berusaha agar rencana kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan
tersebut berhasil. Lingkup perencanaan meliputi mata pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah
semua komponen manajemen pendidikan seperti menyampaikan pokok-pokok yang saling
yang telah disebutkan di muka, yaitu perencanaan berkorelasi guna memudahkan peserta didik
kurikulum, layanan khusus, hubungan masyarakat, memahami pelajaran tertentu.
proses belajar-mengajar (fasilitasnya), dan
ketatausahaan sekolah, pengalaman-pengalaman Selanjutnya, (3) Bidang studi (broad field);
yaitu organisasi kurikulum yang berupa
dalam darmawisata dan lain-lain, kesemuanya
pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis
merupakan situasi-situasi belajar yang kaya akan
serta memiliki ciri-ciri yang sama dan dikorelasikan
pendidikan. Karena itu kurikulum meliputi segala
(difungsikan) dalam satu bidang pengajaran. Salah
pengalaman yang sengaja diberikan sekolah untuk satu mata pelajaran dapat dijadikan ”core subject”,
memupuk perkembangan anak-anak dengan jalan dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan dengan
menciptakan situasi belajar-mengajar. core tersebut. (4) Program yang berpusat pada anak
(child centered), yaitu program kurikulum yang
b. Pengorganisasian menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta
Pengorganisasian di sekolah dapat didik, bukan pada mata pelajaran. (5) Inti Masalah
didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk (core program), yaitu suatu program yang berupa
memilih orang-orang (guru dan personel sekolah unit-unit masalah, dimana masalah-masalah diambil
lainnya) serta mengalokasikan sarana dan prasarana dari suatu mata pelajaran tertentu, dan mata
untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam pelajaran lainnya diberikan melalui kegiatan-
rangka mencapai tujuan sekolah. Termasuk di kegiatan belajar dalam upaya memecahkan
masalahnya. Mata pelajaran yang menjadi pisau
dalam kegiatan pengorganisasian adalah penetapan
analisisnya diberikan secara terintegrasi. (6) Electic
tugas, tanggung jawab, dan wewenang orang-orang
program, yaitu suatu program yang mencari
tersebut serta mekanisme kerjanya sehingga dapat
keseimbangan antara organisasi kurikulum yang
menjamin tercapainya tujuan sekolah itu. terpusat pada mata pelajaran dan peserta didik.
penjelasan singkat (briefing), (b) mengadakan rapat manajemen kurikulum pada dasarnya merupakan
kerja, (c) memberikan petunjuk pelaksanaan dan kaidah-kaidah yang menjiwai suatu kurikulum.
petunjuk teknis, dan (d) memberikan balikan
tentang hasil suatu kegiatan. Dalam pelaksanaan manajemen kurikulum
di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin
Selanjutnya pengorganisasian manajemen terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda
kurikulum merupakan suatu keseluruhan proses dengan kurikulum yang digunakan di lembaga
pengelompokan materi, alat-alat, tugas, tanggung pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan
jawab personel pendidik, sehingga tercapainya banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan
tujuan kurikulum yang dapat digerakkan sebagai dalam suatu pengembangan kurikulum. Dalam hal
suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan ini, Sukmadinata (Sudrajat, 2008: 2)
pendidikan. Pengorganisasian mempertimbangkan mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan
hal-hal strukturnya harus mencerminkan tujuan dan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok: (1)
rencana-rencana, pembagian tugas yang jelas, prinsip-prinsip umum : relevansi, fleksibilitas,
mencerminkan lingkungan. kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-
prinsip khusus: prinsip berkenaan dengan tujuan
c. Pelaksanaan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi
Penerapan kurikulum atau biasa disebut pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan
juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan
perencanaan kurikulum ke dalam tindakan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip
operasional. Sehingga tahap pelaksanaan berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
manajemen kurikulum merupakan implementasi Selanjutnya menurutu Sudrajat (2008: 3)
dari perencanaan manajemen kurikulum yang telah mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan
dirumuskan dan mendayagunakan fungsi organisasi kurikulum, yaitu :
pendidikan, sehingga dapat mewujudkan tujuan 1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa
kurikulum yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini, kurikulum memiliki relevansi di antara
sumber daya manusia, dialokasikan, jadwal dan komponen-komponen kurikulum (tujuan,
waktu kegiatan ditetapkan, demikian juga hal-hal bahan, strategi, organisasi dan evaluasi).
lain yang berhubungan dengan pelaksanaan Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-
kegiatan, seperti mekanisme pendelegasian komponen tersebut memiliki relevansi dengan
wewenang, pembagian tugas dan tanggung jawab tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi
(relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi
dan sebagainya.
peserta didik (relevansi psikologis) serta
tuntutan dan kebutuhan perkembangan
Pada tahap pelaksanaan, sumber daya
masyarakat (relevansi sosiologis).
manusia sangat menentukan keberhasilan suatu
2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan
pelaksanaan. Menurut Sule (2005:216) bahwa:
kurikulum mengusahakan agar yang
”Faktor yang sangat menentukan pada tahap
pelaksanaan adalah sejauh mana sumber daya dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan
manusia atau tenaga kerja yang telah dipilih dan fleksibel dalam pelaksanaannya,
ditempatkan dalam organisasi menunjukkan kinerja memungkinkan terjadinya penyesuaian-
yang terbaik, karena faktor manusia menjadi kunci penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi
penting dalam langkah implementasi”. tempat dan waktu yang selalu berkembang,
serta kemampuan dan latar belakang peserta
Berkaitan dengan manajemen kurikulum didik.
tidak dapat dilepaskan dari pelaksanaan 3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya
pengembangan kurikulum itu sendiri. Sedangkan kesinambungan dalam kurikulum, baik secara
prinsip-prinsip yang digunakan dalam kegiatan vertikal, maupun horizontal. Pengalaman-
ruh atau jiwanya kurikulum. Dalam mensikapi pembelajaran, mengenai target yang harus
suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih dicapai dalam pembelajaran.
terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum 2. Materi standar dalam silabus berfungsi untuk
memberikan petunjuk kepada peserta didik
sebagai jasad dari kurikulum. Padahal jauh lebih
dan guru/fasilitator tentang apa yang harus
penting adalah perubahan kultural (perilaku) guna
dipelajari dalam mencapai kompetensi yang
memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung telah ditetapkan.
dalam pengembangan kurikulum. 3. Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai
petunjuk tentang perubahan perilaku yang
Implikasi penerapan Kurikulum Tingkat akan dicapai oleh peserta didik sehubungan
Satuan Pendidikan adalah perlunya pengembangan dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan,
silabus dan sistem penilaian yang menjadikan sesuai dengan kompetensi dasar dan materi
peserta didik mampu mendemonstrasikan standar yang dikaji.
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan 4. Indikator pencapaian hasil belajar dalam
standar kompetensi yang ditetapkan. Mulyasa silabus berfungsi sebagai tanda-tanda yang
(2005:36) menyatakan bahwa: “Silabus merupakan menunjukkan terjadinya perubahan perilaku
seperangkat rencana dan pengaturan tentang pada diri peserta didik dalam proses
pengembangan kurikulum, yang mencakup pembelajaran yang dilakukan.
kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum 5. Penilaian berbasis kelas (PBK) dalam silabus
berbasis sekolah, serta penilaian berbasis kelas”. berfungsi sebagai alat dan strategi untuk
mengukur keerhasilan belajar peserta didik.
penjabaran dari rumusan kurikulum adalah 6. Prosedur pembelajaran dalam silabus
pengembangan silabus dan sistem penilaian yang berfungsi untuk mengarahkan kegiatan
disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pembelajaran yang harus dilakukan oleh
pencapaian kompetensi, dalam pedoman khusus peserta didik dan dalam membentuk
pengembangan silabus dan sistem penilaian kompetensi dasar.
dinyatakan bahwa silabus dan sistem penilaian
berfungsi untuk: (1) mengetahui hasil belajar siswa, Untuk memberi kemudahan kepada guru
(2) mendiagnosis kesulitan belajar siswa,
dan kepala sekolah dalam menyukseskan
(3) memberikan umpan balik, (4) melakukan
implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
perbaikan, (5) memotivasi guru agar mengajar lebih
Pendidikan, perlu dipahami prosedur
baik, dan (6) memotivasi siswa untuk belajar lebih
pengembangan silabus, baik yang mencakup
baik. (Depdiknas: 2004:9)
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi maupun revisi.
Seperti yang dikemukakan oleh Mulyasa (2005:41)
Pengembangan silabus harus dilakukan
prosedur pengembangan silabus sebagai berikut:
secara sistematis, dan mencakup komponen-
komponen yang saling berkaitan untuk mencapai
1. Perencanaan, dalam perencanaan tim
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Beberapa
pengembang harus menyediakan informasi
komponen silabus yang perlu dipahami dalam
dan referensi serta mengidentifikasi sumber
menyukseskan implementasi kurikulum berbasis
belajar termasuk nara sumber yang diperlukan
kompetensi antara lain kompentensi dasar, standar
dalam pengembangan silabus.
kompetensi, hasil belajar, indikator hasil belajar,
2. Pelaksanaan penyusunan silabus meliputi
penilaian berbasis kelas (PBK), dan prosedur
langkah-langkah: menentukan alat evaluasi
pembelajaran.
dan menganalisis kesesuaian silabus dengan
Mulyasa (2005:39) menyatakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan
komponen-komponen silabus sebagai berikut: waktu yang tersedia.
1. Kompetensi dasar dalam silabus berfunngsi 3. Penilaian, proses penilaian silabus harus
untuk mengarahkan guru dan fasilitator dilakukan secara berkala dan
kewenangan secara leluasa untuk menganilisis orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi
silabus tersebut sesuai dengan karakteristik dan dengan mereka dan berusaha memahami dan
kondisi sekolah, serta kemampuan guru sendiri menafsirkan pikiran mereka tentang dunia
dalam menjabarkannya menjadi persiapan mengajar mereka.
yang siap dijadikan pedoman pembentukan
kompetensi peserta didik. Nasution (2002:5) menjelaskan pula
sebagai peneliti kualitatif akan menaruh
perhatiannya untuk memahami perilaku,
IV. METODOLOGI
pandangan, persepsi, sikap dan lain-lain
berdasarkan pandangan subyek yang diteliti di
Penelitian yang dilakukan dalam penulisan
tempat mereka hidup dan biasa melakukan
ini adalah menggunakan metode diskriptif dengan
aktivitasnya.
pendekatan kualitatif. Penggunaan pendekatan ini
disesuaikan dengan tujuan pokok penelitian, yaitu
Dalam metode deskriftif lebih tepat
mendeskripsikan dan menganalisis mengenai
pelaksanaan manajemen kurikulum di SMA Negeri digunakan untuk menjawab permasalahan dalam
1 Buengcala di kabupaten Aceh Besar. Pendekatan penelitian, dengan pertimbangan sesuai dengan
kualitatif lebih mementingkan segi proses dari pada situasi dan keadaan sekarang. Sudjana (2003:120)
hasil, maka berdasarkan hal tersebut penelitian ini menjelaskan bahwa penelitian deskriftif adalah
akan melihat dan menganalisa tentang gambaran penelitian yang berusaha mendeskriftifkan suatu
pelaksanaan manajemen kurikulum sehingga data gejala dan peristiwa.
yang akan dikumpulkan nanti akan lebih lengkap
serta dapat di pertanggungjawabkan secara Berdasarkan uraian pendapat-pendapat di
keilmuan dan lebih objektfi. atas, dapat disimpulkan bahwa, penelitian kualitatif
Menurut Salim (2006:142) “secara umum
yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk dapat
penelitian kualitatif sebagai suatu proses dari
memahami fenomena-fenomena tentang apa yang
berbagai langkah yang melibatkan peneliti,
di alami oleh subjek penelitian. Jadi penelitian ini
paradigm teroritis dan interpretif, strategi
penelitian, metode pengumpulan data dan analisis adalah suatu penelitian yang tidak melalui prosedur
data empiris maupun pengembangan interpretasi analisis statistic atau dengan sistem kuantifikasi
dan pemaparan”. Dalam mencapai tujuan lainnya. Kemudian Penelitian ini juga bertujuan
penelitian, meteode dan pendekatan merupakan untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan
kunci penting, oleh sebab itu penulis menentukan manajemen Kurikulum pada SMA Negeri 1
metode dan pendekatan. Metode yang digunakan Buengcala Kabupaten Aceh Besar pada saat
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. sekarang. Hal ini dipandang sangat sesuai dengan
Sedangkan Margono (2005:39) menyatakan “data masalah dan jenis data yang akan dihimpun serta
yang diperoleh berupa kata-kata, gambar, prilaku tujuan yang ingin dicapai.
tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau
angka statisti, melainkan tetap dalam bentuk Penelitian ini dilakukan pada SMA Negeri
kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari
1 Buengcala Kabupaten Aceh Besar, yang menjadi
sekedar angka atau frekwensi”.
subjek penelitian adalah Kepala Sekolah, Wakil
Dalam penggunaan pendekatan kualitatif,
Nasution (2002:50) menjelaskan bahwa pendekatan Kepala Sekolah bidang kurikukulum, dan Guru
ini : SMA Negeri 1 Buengcala Kabupaten Aceh Besar.
1. Memiliki kelenturan menyesuaikan dengan hal- Moleong (2005:165-166) mengemukakan bahwa
hal yang ganda. ciri-ciri sampel penelitian kualitatif adalah : (a)
2. Menyajikan langsung hakikat dari hubungan
sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik lebih
antara peneliti dengan responden.
3. Lebih peka terhadap adanya penajaman nilai dahulu, (b) pemilihan sampel secara berurutan
yang ditemui peneliti kualitatif, mengamati untuk memperoleh informasi yang telah lebih
1. Hasil Penelitian
2. Selama Tahun Ajaran
a. Perencanaan Manajemen Kurikulum
a. Pemeriksaan dan penandatanganan
persiapan mengajar, analisa materi
Berdasarkan hasil penelitian, terungkap
pelajaran serta kumpulan soal
bahwa perencanaan manajemen kurikulum dimulai
dilaksanakan setiap hari sebelum pelajaran
dari pengembangan silabus yang dilakukan oleh
dimulai.
guru di SMA Negeri 1 Buengcala Kabupaten Aceh
b. Mengawasi proses berlangsungnya belajar
Besar dengan merancang pembelajaran yang berisi
mengajar dilaksanakan setiap hari.
rencana materi ajar yang diasuhnya,
c. Upacara Bendera dilaksanakan setiap hari
pengelompokan materi, mengurutkan, dan
senin dengan petugas secara bergiliran.
penyajian materi sesuai dengan kurikulum yang
d. Upacara Penurunan Bendera dilakukan
berlaku untuk mencapai penguasaan kompetensi
setiap hari Sabtu yang diikuti oleh siswa
dasar bagi siswa. Silabus yang disusun oleh guru
Kelas I, II dan III.
SMA Negeri 1 Buengcala Kabupaten Aceh Besar
e. Kegiatan Pramuka dilakuakn setiap hari
digunakan untuk memperjelas program kegiatan
Sabtu, pukul 13.00 WIB. Diikuti oleh
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
kelas I, II dan III.
diharapkan, silabus yang telah dikembangkan
f. Mengatur pelaksanaan Tes Sub Sumatif
selanjutnya menjadi dokkumen yang menjadi acuan
minimal lima kali.
dalam menyusun rencana pelaksanaan
g. Melaksanakan Ulangan Akhir Semester I
pembelajaran dalam satu tahun atau satu semester,
pada bulan Desember 2010 minggu kedua
serta sebagai pedoman dalam melaksanakannya.
dan semester II dilaksanakan pada minggu
kedua bulan Juni 2011.
Selain penggunaan pendekatan kurikulum
h. Pengisian buku laporan pendidikan
pada mata pelajaran, pengelolaan kurikulum pun di
semester ganjil akan dilaksanakan pada
laksanakan dalam segi rancangan. Adapun rincian
tanggal 14 Desember 2010, untuk semester
pengelolaan kurikulum dan pembelajaran SMA
II akan dilaksanakan pada tanggal 14 Juni
Negeri 1 Beungcala Aceh Besar tahun pelajaran
2010.
2010/2011 adalah sebagai berikut :
i. Penyerahan buku laporan pendidikan
1. Awal Tahun Ajaran
untuk semester ganjil yang dilaksanakan
a. Penyusunan Program Kerja Tahunan
pada tanggal 21 Desember 2010,
dilaksanakan oleh Kepala Sekolah pada
sedangkan untuk semester genap akan
awal bulan Juli 2010 dan hasilnya
dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2011
disampaikan kepada semua personil dan
(harus diambil oleh orang tua siswa).
orang tua siswa, yang bersifat umum yang
j. Penyusunan rencana pelaksanaan Ujian
bisa diketahui oleh orang tua siswa.
Sekolah akan dilaksanakan pada tanggal 4
Mei 2010.
k. Pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah akan belajar guru lebih menekankan pada kognitif dan
dilaksanakan pada minggu pertama bulan afektif saja.
Juni yaitu tanggal 4 s.d. 6 Mei 2011.
l. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan b. Pelaksanaan Manajemen Kurikulum
belajar mengajar untuk tahun Ajaran
2010/2011. Berdasarkan hasil penelitian yang
m. Melaksanakan upacara kenaikan kelas berkaitan dengan pelaksanaan manajemen
akan dilaksanakan dengan penyerahan kurikulum guru SMA Negeri 1 Buengcala
buku laporan pendidikan semester II dan Kabupaten Aceh Besar membentuk wadah
Ijazah peningkatan kapasitas profesionalisme guru melalui
n. Membuat laporan akhir tahun tentang forum MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).
pembelajaran. MGMP ini merupakan wadah guru dalam
menyusun perencanaan dan pengembangan
Dalam menyusun perencanaan dan kurikulum di sekolah, terutamanya perencanaan
mengembangkan sistem penilaian atau evaluasi yang berkaitan dengan peningkatan proses belajar
guru menelaah kurikulum dengan membaca dan mengajar di kelas. Seperti mengembangkan silabus
memahami selanjutnya mendiskusikannya dengan dan menyusun Program Tahunan (Prota), Program
guru-guru yang mengasuh mata pelajaran yang Semester (Prosem), Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
sama. Diskusi ini maksudkan untuk menghindari
(RPP). Selanjutnya merumuskan model
beda penafsiran terhadap standar kompetensi yang
pembelajaran yang inovatif, alat-alat peraga, dan
ada pada silabus, sehingga indikator keberhasilan
simulasi pembelajaran yang sesuai dengan bidang
pembelajaran dapat merepresentasi tagihan yang studi.
diharapkan (kognitif, afektif, atau psikomotor).
Walaupun pada dasarnya sama dengan guru-guru Dari observasi yang dilakukan, salah
lain di SMA Negeri 1 Buengcala Kabupaten Aceh seorang guru menuturkan bahwa selama ini
Besar, tagihan psikomotor kurang diperhatikan kegiatan proses belajar mengajar diawali dengan
dengan alasan ini sulit dalam menyusun instrumen perencanaan yang diikuti oleh semua guru serta
penilaian yang objektif. Walaupun alasan ini tidak menggunakan system yang telah ditentukan dalam
kuat dan tidak mendasar, namun kenyataan ini program pengajaran, dimana sekelompok guru mata
pelajaran duduk berdiskusi dan merancang bersama
terjadi hampir di semua guru SMA Negeri 1
persiapan mengajar dan hasil diskusi dari
Buengcala Kabupaten Aceh Besar. Berikut ini
pembahasan bersama diserahkan kepada kepala
kutipan wawancara peneliti dengan wakil kepala
sekolah untuk dapat pengesahan.
sekolah bidang kurikulum tentang menetapkan jenis
tagihan yang hendak diukur oleh guru: Berdasarkan hasil penelitian, terungkap
Khusus untuk tagihan psikomotor jarang sekali bahwa dalam kerangka tersebut terlihat ada
kami membuat penilaian terhadap itu. Namun beberapa aktivitas yang dilakukan oleh guru di
untuk tagihan pada aspek kognitif dan afektif SMA Negeri 1 Buengcala Kabupaten Aceh Besar.
kami selalu memperhatikan tagihan tersebut.
Antara lain: 1) Mendiagnosa kebutuhan siswa,
Untuk tagihan kognitif biasanya kami
dimana guru berupaya menaruh perhatian khusus
melakukannya dengan ujian/tes, dan untuk afektif
terhadap karakteristik siswa di dalam kelas,
kami melihat siswa dari proses pembelajaran di
kelas, hal ini karena kemampuan psikomotor sehingga memahami benar kebutuhan siswa yang
dibutuhkan kemampuan kognitif juga. berkaitan dengan kompetensi-kompetensi dasar
siswa. Antara lain bertalian dengan minat para
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru individu, kebutuhan dan kemampuan mereka.
di atas, tergambar bahwa guru SMA Negeri 1 Selanjutnya dicari jalan keluar bagaimana
Buengcala Kabupaten Aceh Besar dalam memenuhi hal tersebut. 2) Memilih isi dan
perencanaan dan pengembangan penilaian hasil menentukan sasaran, sasaran pengajaran guru
melukiskan apa yang sebenarnya diharapkan dari lain yang terdapat dalam kerangka kerja
siswa, agar mereka mampu melakukan sesuatu sebagaimana diutarakan di atas.
sesuai dengan urutan pembelajaran, dengan
demikian para guru mengetahui bahwa “siswa” Untuk membuat perencanaan yang baik dan
tersebut telah mempelajari sesuatu dalam kelas. dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang
Dalam hubungan ini para guru juga perlu ideal, setiap guru harus mengetahui unsur-unsur
mempertimbangkan adanya perbedaan individu perencanaan pembelajaran yang baik, antara lain:
yang terdapat dalam kelas tersebut selama mengidentifikasi kebutuhan siswa, tujuan yang
mengajar. 3) Mengidentifikasi teknik-teknik hendak dicapai, berbagai strategi dan skenario.
Bersamaan dengan itu peran guru dalam
“pembelajaran”. Aktivitas ini dilakukan karena
mengembangkan strategi amat penting, karena
guru telah mengetahui sasaran-sasaran tertentu
aktivitas belajar siswa sangat dipengaruhi oleh sikap
yang dapat dipergunakan sebagai basis untuk
dan perilaku guru di dalam kelas.
mengambil suatu keputusan. Guru dapat memilih
secara bebas setiap teknik pembelajaran, sehingga Selanjutnya berdasarkan temuan penelitian
merupakan penyelesaian yang bersifat professional, terungkap bahwa penyusunan program
dan tindakan ini dapat membantu siswa untuk dapat pembelajaran di mulai dari persiapan mengajar
mencapai sasaran yang telah ditentukan semula. 4) sebagai produk program pembelajaran jangka
Merencanakan aktivitas, merumuskan unit-unit da pendek yang mencakup komponen kegiatan belajar
merencanakan pelajara. Dalam aktivitas ini yang dan proses pelaksanaan program, sehingga proses
paling penting adalah mengorganisasikan pembelajaran yang dimulai dengan fase persiapan
keputusan-keputusan yang telah diambil, yaitu mengajar ketika kompetensi dan metodologi telah
mengenai siswa secara individu, sasaran-sasaran, diidentifikasi, akan membantu guru dalam
dan teknik pembelajaran dan dibukukan pada mengorganisasikan materi standar serta
mengantisipasi siswa dan masalah-masalah yang
dokumen resmi, sehingga dapat dipergunakan
mungkin timbul dalam pembelajaran. Sebaliknya,
untuk melanjutkan pembelajaran berikut. 5)
tanpa persiapan mengajar , seorang guru akan
Memberikan motivasi dan implementasi program.
mengalami hambatan dalam proses pembelajaran
yang akan dilakukannya.
Perencanaan pada aktivitas ini
Berdasarkan keterangan kepala sekolah
mempersiapkan guru secara khusus bertalian SMA Negeri 1 Buengcala Kabupaten Aceh Besar di
dengan teknik motivasional yang akan diterapkan atas, dapat diutarakan bahwa guru SMA Negeri 1
dan beberapa prosedur manajemen yang perlu Buengcala Kabupaten Aceh Besar dituntut untuk
diikuti agar rencana pengajaran tersebut dapat membuat rencana mengajar dan merupakan tugas
dilaksanakan dengan baik. Hubungannya dengan guru yang utama. Rencana mengajar merupakan
tugas atau aktivitas ini terdapat suatu keputusan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah
yang sangat penting yang harus dilakukan, yaitu ditetapkan pada tahapan penentuan pengalaman
menetapkan transisi antara satu bagian dari belajar. Guru dapat mengembangkan rencana
pelajaran yang diberikan pada hari itu ke pelajaran pengajaran dalam berbagai bentuk (Lembar Kerja
pada hari-hari berikutnya. 6) merupakan aktivitas Siswa, Lembar Tugas Siswa, Lembar Informasi,
yang terakhir, yaitu perencanaan yang dipusatkan dan lain-lain), sesuai dengan strategi pembelajaran
kepada “pengukuran, evaluasi, dan penetuan dan penilaian yang akan digunakan oleh guru di
tingkat”. Aktivitas ini merupakan pengembangan SMA Negeri 1 Buengcala Kabupaten Aceh Besar.
perencanaan untuk mengadakan tes dan Berkaitan dengan ini Kepala Sekolah SMA Negeri
penyesuaian tentang penampilan siswa secara 1 Buengcala Kabupaten Aceh Besar juga
individual. Guru berusaha memperhatikan bahwa menerangkan bahwa:
terdapat hubungan antara pengukuran, evaluasi dan Guru diberi kewenangan secara leluasa untuk
menganalisa silabus sesuai dengan karakteristik
penentuan tingkat tersebut dengan keenam aktivitas
dan kondisi sekolah serta kemampuan dalam
Buengcala Kabupaten Aceh Besar secara dan tercapainya tujuan. Selanjutnya Meysin
berkelompok atau bergabung dalam satu rumpun (2009:2) manajemen kurikulum bertujuan untuk: 1)
mata pelajaran yang sama atau melalui MGMP. Hal membantu para pelaksana pendidikan dalam
ini sesuai dengan pedoman pengembangan silabus memahami cara merencanakan, mengorganisasikan,
Depdiknas (2003:7): Silabus dikembangkan oleh melaksanakan, mengendalikan, serta menilai proses
guru dapat dilakukan cara: belajar mengajar di sekolah. 2) meningkatkan
1. Disusun secara mandiri oleh guru apabila keterkaitan dan kesepadanan pendidikan dengan
guru yang bersangkutan mampu mengenali lingkungan sebagai sumber belajar dan kebutuhan
karakteristik siswa, kondisi siswa untuk bekal hidup di masyarakat.
sekolah/madrasah dan lingkungannya.
2. Apabila guru mata pelajaran karena Berkaitan fungsi manajemen kurikulum,
sesuatu hal belum dapat melaksanakan perencanaan merupakan upaya untuk merumuskan
pengembangan silabus secara mandiri,
apa yang ingin dicapai serta bagaimana sesuatu
maka pihak sekolah/madrasah dapat
yang ingin dicapai tersebut dalam terlaksana
mengusahakan untuk membentuk
melalui rumusan rencana kegiatan sesuai dengan
kelompok guru mata pelajaran untuk
mengembangkan silabus yang akan ketentuan kurikulum yang berlaku sekarang.
digunakan oleh sekolah/madrasah tersbut. Menurut Simamora (1988:61) mengemukakan
3. Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I bahwa: “pada hakekatnya perencanaan merupakan
sampai dengan kelas VI, menyusun silabus usaha sadar, terorganisasi dan terus menerus
secara bersama. Di SMP/MTs untuk mata dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik
pelajaran IPA dan IPS terpadu disusun dari sejumlah alternatif diadakan guna mencapai
secara bersama oleh guru yang terkait. tujuan”. Sehingga perencanaan manajemen
4. Sekolah/Madrasah yang belum mampu merupakan langkah awal dari suatu kegiatan
mengembangkan silabus secara mandiri,
pembelajaran, berkaitan dengan pembelajaran,
sebaiknya bergabung dengan sekolah-
langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru
sekolah/madrasah-madrasah lain melalui
adalah menelaah kurikulum dengan menyusun
forum MGMP/PKG untuk bersama-sama
mengembangkan silabus yang akan silabus, hal ini dimaksudkan untuk menjaga
digunakan oleh sekolah-sekolah/madrasah- kesesuaian antara kurikulum yang berlaku dengan
madrasah dalam lingkup MGMP/PKG kondisi dan perkembangan siswa di sekolah.
setempat.
5. Dinas Pendidikan/Departemen yang Untuk dapat menyusun perencanaan
menangani urusan pemerintahan di bidang manajemen kurikulum yang baik guru harus aktif
agama setempat dapat menfasilitasi dalam mengembangkan kemampuan baik melalui
penyusunan silabus dengan membentuk diskusi dengan teman sejawat, melalui pelatihan,
sebuah tim yang terdiri dari pada guru penataan atau pun kegiatan MGMP, sehingga guru
berpengalaman di bidangnya masing- mempunyai sifat yang dinamis terhadap
masing. perkembangan dunia pendidikan, hal ini sesuai
dengan pendapat Irawan (2001:23) menyatakan
Perencanaan manajemen kurikulum itu “Guru merupakan sumber insane yang sangat
sendiri, merupakan upaya yang dilakukan guru menentukan keberhasilan pendidikan”. Peran guru
untuk merumuskan tujuan dan sasaran tingkat haruslah dinamis, sehingga guru dituntut untuk
satuan pendidikan tertentu. Untuk mencapai tujuan mengembangkan diri secara professional, karena
guru mempunyai tanggung jawab yang besar untuk
pendidikan pada satuan jenjang pendidikan,
menghasilkan pendidikan yang berkualitas.
termasuk pada jenjang Sekolah Menengah Atas
(SMA) perlu adanya suatu sistem yang mengatur
dalam pengelolaan manajemen kurikulum yang
dijadikan pedoman dalam rangka menjamin mutu
mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, pelaksanaan remedial bagi siswa yang belum
serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah tuntas. Dalam pelaksanaan manajemen
dan tuntutan masyarakat, dan 8) Menyeluruh: kurikulum dan pengambilan keputusan serta
komponen silabus mencakup keseluruhan ranah mengimplementasikan program pengajaran
yang bekerja sama dengan dewan guru lainnya
kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
dan kepala sekolah dalam mempersiapkan
persiapan mengajar di dalam kelas serta
berpartisipasi dalam setiap pengambilan
keputusan untuk mempromosikan pengajaran
VI. PENUTUP
yang efektif dan efesien.
A. Kesimpulan
3. Hambatan yang dialami kepala sekolah dalam
pelaksanaan manajemen kurikulum dapat diatasi
Berdasarkan hasil penelitian dan
dengan pembinaan dan komitmen guru dalam
pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
rangka peningkatan kualitas pelaksanaan
berikut:
manajemen kurikulum pada SMA Negeri 1
1. Perencanaan manajemen kurikulum disusun
Buengcala Kabupaten Aceh Besar. Dalam hal
oleh guru SMA Negeri 1 Buengcala Kabupaten
ini kepala sekolah mengikuti dan mengamati
Aceh Besar telah sesuai dengan standar pelaksanaan manajemen kurikulum untuk
kurikulum yang berlaku sekarang (KTSP), hal memperoleh data dalam menetapkan program
ini dapat dilihat dari perencanaan manajemen pembinaan peningkatan mutu pelaksanaan
kurikulum dimulai dari pengembangan silabus manajemen kurikulum.
yang mengikuti format pengembangan silabus
Depdiknas yaitu meliputi: identifikasi nama B. Implikasi
mata pelajaran, jenjang sekolah, kelas, semester,
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi Berdasarkan pemikiran-pemikiran diatas
pokok/pembelajaran, pengalaman belajar siswa, maka dapat ditarik implikasi-implikasi sebagai
alokasi waktu, dan sumber rujukan, selain berikut:
mengembangkan silabus guru juga menyusun
Program Tahunan, (Prota), Program Semester 1. Perencanaan dalam mempersiapkan dan
menyusun silabus, program tahunan, program
(Prosem), Satuan Pelajaran (Satpel), dan
semester, membuat rencana pelaksanaan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
pembelajaran, dan menentukan kriteria
Selanjutnya merumuskan model pembelajaran
kelulusan belajar siswa, yang dalam
yang inovatif, alat-alat peraga, dan simulasi
pengembangannya dilakukan oleh guru dengan
pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi berdiskusi atau bergabung dalam satu rumpun
yang diasuhnya. mata pelajaran yang sama dalam lingkungan
2. Pelaksanaan manajemen kurikulum dilakukan SMA Negeri 1 Buengcala Kabupaten Aceh
oleh guru SMA Negeri 1 Buengcala Kabupaten Besar, kegiatan perencanaan manajemen
Aceh Besar dalam bentuk-bentuk dokumen guru kurikulum karena guru dapat saling membantu
untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran 2. Pelaksanaan kegiatan manajemen kurikulum
yang meliputi pengembangan silabus, Program dalam tindakan opersional, sehingga guru harus
Tahunan (Prota), Program Semester (Prosem), aktif dalam mengembangkan kemampuan baik
Satuan Pelajaran (Satpel), dan Rencana melalui diskusi dengan teman sejawat, melalui
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), selain hal itu pelatihan, penataran ataupun kegiatan MGMP,
dalam pelaksanaan manajemen kurikulum karena kegiatan ini sangat membantu guru
adalah penugasan guru, pemberian tugas dalam pelaksanaan manajemen kurikulum
tambahan, penyusunan jadwal, pembagian tersebut.
rombongan belajar, pengisian absen guru dan 3. Hambatan kepala sekolah dalam pelaksanaan
siswa, penetapan kegiatan ekstra kurikulur, manajemen kurikulum di SMA Negeri 1
pelaksanaan ujian dan pengisian rapor, serta Buengcala Kabupaten Aceh Besar dapat diatasi
dengan pembinaan yang tepat untuk mencapai Ali, M, 2005. Guru dalam Proses Belajar
tingkat sempurna dalam mempersiapkan Mengajar, Bandung : Sinar
manajemen kurikulum sebagaimana tuntutan
Ali, M, 2007. Pengembangan Kurikulum Berbasis
KTSP, karena guru tidak semuanya mendapat
Kompetensi (KBK). Jakarta: Dirjen
kesempatan untuk mengikuti pelatihan- Depdiknas.
pelatihan yang berhubungan dengan kurikulum Arikunto, S, 2005. Prosedur Penelitian Suatu
yang berlaku sekarang. Untuk mengantisipasi Pendekatan Praktik, Jakarta: PT.
hal tersebut maka kepala sekolah biasanya pada Rineka Cipta
awal semester membuat suatu pertemuan dalam
rangka pembinaan guru-guru dengan tujuan Arikunto, S, 2006. Manajemen Penelitian, Jakarta:
Rineka Cipta
untuk meningkatkan kinerja dan profesional
guru melalui forum MGMP. Asmani, Jamal Ma`ruf, 2009. Manajemen
Pengelolaan dan Kepemimpinan
B. Saran Profesional, Yogyakarta: Diva Press.
1. Kepada kepala sekolah dan guru di lingkungan Daryanto, 2005. Administrasi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Kabupaten Aceh Besar khususnya dan di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam umumnya Depdiknas, 2005. Kurikulum Sebagai Alat Untuk
dapat agar dapat meningkatkan kompetensi dan Mencapai Tujuan Pendidikan, Jakarta:
memperkaya pengetahuan terhadap perencanaan Dirjen Depdiknas
manajemen kurikulum pembelajaran yang
sesuai dengan kurikulum yang berlaku sekarang Depdiknas, 2008. Petunjuk Pelaksanaan Proses
Belajar Mengajar, Jakarta: Depdikbud
(KTSP). Apalagi sekolah sekarang sudah
Direktorat Jendral Pendidikan.
diberikan kebebasan untuk menyusun
kurikulum sendiri sesuai dengan standar Depdiknas, 2003. Undang-Undang RI Nomor 20
nasional pendidikan dan sesuai dengan kondisi Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
daerah satuan pendidikan itu sendiri. Nasional. Jakarta: Depdiknas
2. Kepada Dinas yang terkait, agar memperhatikan
kendala dan kesulitan guru di lapangan, Depdiknas, 2006. Undang-Undang RI Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
sehingga perlu adanya perhatian dan pembinaan
Jakarta: PB. PGRI
yang lebih baik melalui penataran, pelatihan,
seminar, dan forum MGMP ataupun pendekatan Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
lain yang dapat meningkatkan kemampuan guru Pendidikan. Jakarta: Puskur Balitbang
dalam pelaksanaan manajemen kurikulum. Departemen Pendidikan Nasional.
3. Kepada perguruan tinggi yang memiliki LPTK,
diharapkan dapat meningkatkan kompetensi Koentjaraningrat, 2010. Metode-metode Penelitian
Masyarakat Cetakan IV, Jakarta: PT.
lulusan dengan kemampuan mahasiswa calon
Gramedia.
guru dalam pelaksanaan manajemen kurikulum
dan pembelajarannya, sehingga dapat Hamalik, 2007. Kurikulum Sebagai Pedoman
meningkatkan mutu pendidikan ke depan yang dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan,
lebih baik Jakarta: Dirjen Depdiknas
Margono, S., 2005. Metodologi Penelitian Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. 19 tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: PT.
Meysin, 2009. Tujuan Administrasi Kurikulum. Gramedia.
http.//sindemeysin.blogspot.com
2009/04/tujuan-administrasi- Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 Tentang
kurikulum. html. Kompetensi Pengawas Sekolah.
Moleong, Lexy J., 2006. Metodologi Penelitian Jakarta: PT. Gramedia.
Kualitatif, Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya. Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 Tentang
Kompetensi Kepala Sekolah. Jakarta:
Muhajir, H. Noeng, 2005. Metodelogi Penelitian PT. Gramedia.
Kualitatif. Edisi IV, Yogyakarta:
Rakesarasin. Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 Tentang
Kompetensi Guru. Jakarata: PT.
Mukti, 2006. Analisis Kesulitan Guru Dalam Gramedia.
Pembelajaran Matematika
Berdasarkan Kurikulum Berbasis Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang
Kompetensi Pada SMP Negeri Kota Standar Isi. Jakarta: PT. Gramedia
Malang. Tesis pada PPs UM. Tidak
diterbitkan. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang
Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta:
Mulyasa, E., 2005. Menjadi Guru Profesional, PT. Gramedia.
Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung: PT. Siswanto, H.B., 2007. Pengantar Manajemen,
Remaja Rosdakarya. Jakarta: Bumi Aksara.
_______, 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Siagian. Sondang. P., 2007. Fungsi-fungsi
Bandung: Penerbit PT. Remaja Manajerial, Jakarta: Bumi Aksara.
Rosdakarya.
Sudrajat, Akhmad, 2008. Prinsip Pengembangan
_______, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Kurikulum.
Pendidikan, Bandung: Penerbit http://akhmadsudrajat.blogspot.com.
PT. Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana, 2008. Metode Penelitian
_______, 2009. Manajemen Berbasis Sekolah, Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Konsep, Strategi dan Implementasi, Rosdakarya.
Bandung: Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya. Sule, Ernie Tisnawati, 2005. Penantar manajemen.
Jakarta: Prenada Media.
Nasution, 2010. Metode Penelitian Kualitatif,
Jakarta: Bumi Aksara Suryo Subroto, 2004. Manajemen Pendidikan di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasution, S., 2005. Asas-asas Kurikulum, Bandung:
Penerbit Jemmars. Suwarno, 2007. Metoda Kuantitatif Untuk
Penelitian Ilmu Sosial dan Pendidikan
Nata, Abuddin, 2007. Manajemen Pendidikan, Cetakan II, Bandung: Bagian Kesatu,
Jakarta: Prenada Media Group. Sekolah Pascasarjana IKIP.
Nazir, Moh., 2005. Metode Penelitian, Jakarta: Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan,
Ghalia. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, Bandung: Alfabeta.
Oteng Sutisna, 1994. Administrasi Pendidikan,
Teori dan Praktek Profesional, Winarni, 2006. Analisis Kesulitan Guru Dalam
Bandung: Penerbit Alumni. Melaksanakan Pembelajaran di Kelas
Pada SMA Negeri Kota Malang. Tesis
pada PPs UM. Tidak diterbitkan.