You are on page 1of 8

Volume 9 No 2, Desember 2008

EVALUASI DAN ANALISIS PEMASANGAN ARRESTER PADA SALURAN


UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV Di PT. PLN (Persero)
GABANG MATARAM

Evaluation and Examination of Arrester in Overhead Distribution


Sysfem ( 20 KW in PT. PLN (Persero) Cabang Mataram
M. Fauzi Zulkarnaen', Supriono"

ABSTRAK
Petir merupakan fenomena alam yang menjadi penyebab gangguan pada sisfem distribusi
udara. Sepefti yang terjadi pada SUTM 20 kV di PT. PLN (Persero) Cabang Mataram, iumlah
gangguan satu fasa ke tanah yang terdeteksi oleh Earth Fault Relay (EFR) sebanyak 105
gangguan untuk periode november 2006 sampai oktober 2007. Gangguan ini dapat
mengakibatkan pemutusan sementara maupun pemutusan permanen pada jaingan distribusi
Guna meningkatkan performa jaringan distribusi maka perlu diadakan evaluasi dan mencarisolusl
agar gangguan akibat sambaran petir dapat dikurangi.
tJntuk menyelesaikan permasalahan gangguan akibat sambaran petir, salah satu alternatif
solusinya adalah dengan memasang arrester dengan jarak yang ideal pada jaringan distribusi. Hal
ini dimaksudkan untuk meningkatkan keandalan jaringan terhadap sambaran petir. Jarak ideai
pemasangan arrester pada jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV area Mataram
dengan tiang beton maupun tiang besi pada jarak 22 gawang. Dengan jarak pemasangan ideal
tersebut diperoleh peningkatan keadalan sebesar 4,421 % untuk iaringan dengan tiang beton dan
4.417% untuk jaringan tiang besi. Hasil evalusi menunjukkan bahwa pemasangan arrester saat ini
pada SUTM 20 kV PT. PLN (Persero) Cabang mataram area mataram sudah baik.

Kata Kunci : Sambaran Petir, SUTM, Jarak Pemasangan Arrester, Keandalan Jaringan.

ABSTRACT
The thunderstorm is natural phenomenon that causes faults at overhead distribution system.
Example: total of single line to ground fault that detected by earth fault relay (EFR) are 105 faults in
the distribution of 20 kV PT. PLN (Persero) at Mataram District network sysfem at period November
2006 to October 2007. The interruption causes momentary fault and permanent fault toward the
distribution network. To increase the distribution network performance lts necessary to evaluate the
system and find the solution until fault that caused by thunderstorm stroke can reduced.
One off solution the problem as the effect of the thunderstorms strokes ls by installing
lightning arresfers wiht certain distance in the distribution network. The aim of that installation is to
increase the network performance toward the thunderstorms strokes. Ihe tdeal distance of liglrlnirry
arrester installatton at distribution of 20 kV PT. PLN (Persero) at Mataram District network utith
concrete pole and steel pole is 22 spans That method can increase the network performance 4,421
7o for concrete pole and 4.417 % for steel pole. The result of evaluation is the installation of the
lightning arrester in the distribution of 20 kV PT. PLN (Persero) at Mataram District network sysfem
is good, that mean the installation of the lightning arresfers be under the ideal condition.

Keyword: thunderstorms sfrokes, overhead distribution line 20 kV, installation of the lightning
a rreste r, nefuvork pe rform a n ce.

* M. Fauzi Zulkarnaen, Alumni Jurusan Teknik Elektro Fakuttas Teknik Universitas Mataram
" Supriono, ST., MT., Pengajar pada Jurusan Teknik Elektro Universitas Mataram
Sanggahan dan diskusi tentang tulisan ini harus sudah diserahkan ke redaksi sebelum 30 Maret 2009

105
Volume 9 No 2, Desember 2008

PENDAHULUAN ini mungkin terjadi, bila tegangan lebih akibat


Saluran distribusi sebagai bagian dari sambaran petir tadi menyebabkan tembus
sistem penyaluran harus pada isolator yang sudah tua, peralatan pada
mempunyai jaringan yang mengalami kondisi serupa
keandalan agar penyediaan tenaga listrik
dapat terjaga. Untuk itu saluran distribusi (trafo, arrester) atau jaringan menjadi putus,
harus dapat mengantisipasi faktor yang dapat atau hal lain yang merupakan rentetan
menyebabkan putusnya penyaluran listrik kejadian seperti penuaan atau pengotoran
pada konsumen. Petir yang menyambar pada isolator sehingga rentan terhadap
saluran merupakan salah satu faktor yang tegangan lebih petir.
dapat mengganggu kinerja saluran distribusi Darmawan (2003) menyatakan bahwa
dan sering terjadi, baik secara langsung
untuk menentukan letak ideal pemasangan
maupun secara induksi. Jumlah gangguan arrester yaitu dengan mencari nilai keandalan
fasa ke tanah yang terdeteksi oleh Eafth Fauft sistem mencapai nilai kesatabilan dan mencari
Relay (EFR) sebanyak 105 kali pada jaringan titik potong kurva jumlah gangguan dan kurva
pengadaan arrester pada kondisi tersebut.
distribusi udara 20 l(V area Mataram yang
meliputi penyulang Gomong, Cemara, Piantini (2006) menyatakan arrester
Erlangga, Mataram, Cakra Kota, Dasan efektif digunakan untuk melindungi saluran
Cermen, Pagesangan dan Pefumnas distribusi udara meski tidak dltempatkan di
selamaperiode November 2006 sampai setiap tiang. Dalam penelitiannya ini
dengan Oktober 2007. Gangguan ini dapat ditempatkan arrester pada jarak yang tidak
menyebabkan pemutusan beraturan yaitu antara 300 - 600 meter,
sementara
(momentary) maupun pemutusan permanent artinya arrester ditempatkan antara 6 - 12
(permanent). Sambaran petir juga dapat gawang.
menimbulkan flashover pada isolator sehingga Mengacu kepada penelitian yang
mempercepat kerusakan isolator. Dengan telah dilakukan oleh peneliti-peneliti
demikian, perlu dipasang alat pengaman yaitu sebelumnya dengan kondisi daerah dan kasus
arrester untuk menghindari kerusakan yang berbeda pula. Gangguan akibat
peralatan akibat sambaran tersebut. sambaran petir pada jaringan distribusi
Untuk penghematan biaya pengadaan merupakan suatu hal yang menarik untuk
arrester maka perlu diadakan perhitungan dibahas serta perlindungan jaringan dari
untuk menentukan jarak pemasangan arrester sambaran petir dengan pemasangan arrester
yang ideal yaitu korelasi terbaik antara jumlah yang ideal di PT. PLN (persero) Cabang
gangguan yang terjadi dan jumlah pengadaan Mataram.
arester yang ekonomis. METODE PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini dikonsentrasikan pada
Gangguan' akibat sambaran petir pada analisa penentuan lokasi pemasangan
sistem kelisfrikan mulai dari pembangkit, anester ideal dengan didasarkan pada
saluran udara (tegangan menengah, perhitungan jumlah gangguan per 100 km per
tegangan tinggi dan tegangan ekstra tinggi) tahun sebagai akibat sambaran petir dan
serta gardu induk (Gt) di lnQclesia sangat pertimbangan ekonomis. Penentuan lokasi
---pEnrusangfar--Errester ideal dimaksudkan
tinggi. Hal ini karena indonesia merupakan
negara kontinen maritim yang terletak di untuk mengurangi jumlah gangguan yang
sabuk khatulistiwa dengan aktivitas petir yang terjadi dengan biaya pengadaan arrester yang
tinggi. ekonomis pada jaringan Saluran Udara
Gangguan tersebut akan terbaca oleh Tegangan Menengah (SUTM) area Mataram.
sistem relay dan memerintahkan circuit Datadata yang digunakan pada
breaker atau recloser untuk membuka penelitian ini berasal dari PT. pLN dan dari
menutup jaringan. Menurut Zoro dan Merfiadhi Badan Meteorologi dan Geofisika Mataram.
(2005) ada kalanya gangguan Data jumlah gangguan beberapa penyulang di
akibat
sambaran petir tersebut menjadi temporer PT. PLN (Persero) Cabang Mataram periode
akibat adanya shortcircuit pada jaringan. Hal November 2006 - Oktober 2007 (tampiran 1)
yang dipergunakan hanya gangguan yang
Volume 9 No 2, Desember 2008

terekam pada relay Earth Fault (EF). Jumlah saluran distribusi diambil dari hasil survey
gangguan yang terekam pada relay Over yang dilakukan oleh penulis. Data
Cunent (OC) tidak dipergunakan, karena petir Tunderstrom Day kota Mataram tahun
umumnya mengakibatkan relay EF menjadi 20A612007 diperoleh dari BMG Selaparang
trip, sedangkan relay OC tidak terganggu. sebanyak 165 hari guruh.
Data Pemasangan Arrester (tabel 1) pada
Tabel 1. Keberadaan arrester beberapa penyulang di daerah Mataram
Jml Jarak Jarak Jml Arrester
Paniano Gardu Tianq Gardu Anester Tambahaq Total
Rata-rata Arrester
penvulang (km) (unit) (meter) fl-iang) (unit) (unit) (unit)
1 Mataram 11899 21 50 11636 69
10304.9 18 11 54
3E 3686.4 8 9 24
4 Perumnas 20281 27 50 15 81 15

5 Cemara 't5493 26 50 78 21 99
6 Paqesanoan 21721 22 50 66 21 87
7 Cakra Kota 16920 31 11 93 96
8 Dsn Cermen 10175 18 11 u 57
JUMLAH 1 1 0480 513
(Sumber. Hasil Survei laPangan

HASIL DAN PEMBAHASAN sehingga dalam perhitungan inidibagi menjadi


dua bagian yaitu gangguan pada jaringan
Perhitungan jumlah gangguan pada jaringan yang menggunakan tiang beton dan besi.
meliputi perhitungan jumlah gangguan akibat Dimana tiang beton memiliki penambahan
sambaran langsung dan sambaran induksi kemampuan isolasi yang tergantung pada
yang diakumulasikan menjadi gangguan total. tebal beton, sedang pada tiang besi tidak
Perhitungan ini diasumsikan memiliki satuan memiliki penambahan kemampuan isolasi.
gangguan yang terjadi pada radius 100 km per Hasil perhitungan jumlah gangguan
tahun. pada tiang beton dan tiang besi yang terjadi
Ketahanan jaringan terhadap sambaran jika letak dan jumlah arresster terpasang pada
petir dipengaruhi oleh ketahanan isolasi kondisieksisting diperlihatkan pada tabel 2.
saluran (TID) Sedangkan TID saluran
dipengaruhi oleh I/D isolator dan jenis tiang,

Tabel 2. Jumlah gangguan hasil perhitungan kondisi eksisting

Tiang Beton
Sambaran Langsung Sambaran lnduksi
Penyulang
No=Nf+
Ppt Nr- Nr Po NFt M
(sambaran) (gangguan) (sambaran) ^ri
(gangguan) (gangguan)
0.8506
Mataram 0.43 14.25 5.210 0.5096 11.05 4.753 10
Gomong o.8477 0.43 12.34 4.497 0.5095 9.57 4.115
Erlangga o.8124 0.43 4.41 1.542 0.4956 3.33 1.432
Perumnas 0.8643 0.43 24.28 9.024 0.5160 19.08 8.203 17

Cemara 0.8391 0.43 6.692 0.5061 14.29 6.146 13

Paqesanqan 0.8754 0.43 26.00 9.789 0.52c4 20.60 8.860 19

107
Volume I No 2, Desember 2008

Cakra kota 0.8500 0.43 20.26 7.404 0.5104 15.74 6.769


Dsn Cermen 0.8511 0.43 12.18 4.458 0.5108 9.47 4.O74
Tlang Besl
Mataram 0.8662 0.43 14.25 5.306 0.6049 18.52 7.962 13
Gomong 0.8650 0.43 12.34 4.588 0.6048 16.03 6.893 11
Erlangga 0.8289 0.43 4.41 1.573 0.s868 5.56 2.392
Perumnas 0.8819 0.43 24.28 9_207 0.6132 31.99 13.755 23
Cemara 0.8561 0.43 't8.55 6.828 0.6004 23.92 10.288 17
Pagesangan 0.8933 0.43 26.00 9.988 0.6189 34.58 14.868 25
Cakra kota 0.8673 0.43 20.26 7.554 0.60s9 26.37 11.339 19
Dsn Cermen 0.8684 0.43 12.18 4.549 0.6065 15.87 6.825 11

Jumlah gangguan yang terekam pada pada SUTM. Sehingga penambahan kawat
relay EF (Lampiran 1) untuk penyulang tanah pada tiang beton dapat mengurangi
mataram 24 sedangkan jumlah gangguan gangguan akibat petir lebih dari 50 o/o.
penyulang Mataram hasil perhitungan (tabel 2) Pengaruh Luas permukaan penghantar MAC
yaitu pada tiang beton 10 dan tiang besi 13, terhadap gangguan akibat petir tidak
jumlah seluruhnya 23. Berdasarkan hasil dipengaruhi (sedikit sekali bahkan diabaikan)
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil oleh untuk penghantar AAAC dengan
perhitungan memiliki keakuratan yang tinggi. berlcagai besar nilai luas penampang tidak
Tabel 2 memperlihatkan bahwa gangguan terlalu berpengaruh, hanya berpengaruh
pada tiang besi lebih besar daripada sedikit terhadap nilai probabilitas flashover
gangguan pada tiang beton, selain itu juga pada isolator.
pada tiang besi gangguan sambaran induksi Letak dan jumlah anester yang ideal.
lebih tinggi daripada gangguan akibat Hasil perhitungan jumlah gangguan
sambaran langsung. Sambaran induksi pada yang terjadi jika arresster terpasang pada
kawat fase tidak dapat dikurangi tetapi kondisi ideal, yaitu arrester dipasang pada
sambaran langsung pada kawat fase dapat jarak22 tiang diperlihatkan pada tabel 3.
dicegah dengan pemasangan kawat tanah

Tabel 3. Jumlah gangguan tiap penyulang dengan arrester yang ideal

Penyulang

Prt Nr Nt Pn NFt Nr
No=A/f+
Ni
(sambaran) (gangguan) (sambaran) (gangguan) (gangguan)
Mataram 0.8965 0.43 14.25 5.491 0.5281 11.45 4.925 10
Gomong 0.8965 0.43 12.U 4.755 0.5281 9.92 4.265
Erlangga 0.8965 0.43 4.41 1.701 0.5281 3.55 1.526
Perumnas 0.8965 0.43 24.28 9.3s9 0.5281 19.52 8.395 18
Cemara 0.8965 0.43 18.55 7.1 50 0.5281 14.91 6.413
Pagesangan 0.8965 0.43 26.00 10.024 0.5281 20.91 8.991 19
Cakra kota 0.8965 0.43 20.26 7.808 0.5281 16.29 7.OO4 15
Dsn Cermen 0.8965 0.43 12.18 4.696 0.5281 9.79 4.212
Tiang Besi
Mataram 0.9't33 0.43 14.25 5.594 0.6288 18.39 7.907 14
Gomong 0.9133 0.43 12.34 4.U5 0.6288 15.92 6.U7 12
Erlangga 0.9133 0.43 4.41 1.733 0.6288 5.70 2.450

108
Volume 9 No 2, Desember 2008

Perumnas 0.9133 0.43 24.28 9.535 0.6288 31.34 13.476 23


Cemara 0.9133 0.43 18.55 7.284 0.6288 23.94 10.295 18
Pagesangan 0.9133 0.43 26.00 10.212 0,6288 33.57 14.433 25
Cakra kota 0.9133 0.43 20.26 7.955 0.6288 26.15 11.243 19
Dsn Cermen 0.9133 0.43 12.18 4.784 0.6288 15.72 6.761 12
(Sumber : Hasil perhitungan)

Berdasarkan tabel 2 dan tabel 3 dapat dengan menentukan keandalan mencapai nilai
dilihat bahwa nilai probabilitas flashover dan kestabilan. Dalam metode ini terlebih dahulu
probabilitas induksi arus pada isolator pada memperhitungkan jumlah gangguan sambaran
kondisi eksisting lebih rendah dari nilai petir dengan berbagai jarak pemasangan
probabilitas flashover dan probabilitas induksi arrester kemudian mencari keandalan jaringan
arus pada isolator pada kondisi pemasangan dan menentukan jarak ideal pemasangan
arrester ideal, sehingga mengakibatkan arrester pada range nilai keandalan stabil
jumlah gangguan akibat sambaran petir pada (perubahannya tidak terlalu signifikan). Nilai
kondisi eksisting lebih rendah dari pada keandalan jaringan untuk berbagai jarak
kondisi ideal. Oleh karena itu, dapat dikatakan pemasangan arrster jika diterapkan pada
pemasangan arrester yang sekarang sudah jaringan SUTM 20 kV di PT. PLN (Persero)
baik karena telah melebihi nilai ideal. Cabang Mataram adalah sebagai berikut:
Metode yang digunakan untuk
penentuan jarak ideal pemasangan arrester

Tabel 3. Jumlah gangguan dan keandalan

Tiang Beton Tiang Besi


Anester Gangguan Keandalan (%) Gangguan Keandalan (%)
16 82.883 97.'165
47 48.635 48.582
61 32.424 82 32.388
69 24.318 92 24.291
73 19.4il 97 19.433
76 16.212 101 16.194
13.896 1U 13.881
12.159 106 12.146
81 10.808 108 10.796
10 82 9.727 109 9.716
11 83 8.843 110 8.833
12 84 8.1 06 111 8.097
'13 84 7.482 112 7.474
14 6.948 113 6.940
15 6.485 113 6.478
'16 6.079 114 6.073
17 86 5.722 114 5.716
18 86 5.404 114 5.398
19 86 5.120 115 5.114
Volume 9 No 2, Desember 2(E8

4.864 115 4.858


21 4.632 1't5
4.421 116 4.417
116
4.053 116

Berdasarkan tabel 3, diperlihatkan bahwa gawang. Namun untuk menentukan titik paling
keadalan jaringan menacapai kestabilan pada ideal adalah dengan mencari titik potong
pemasangan arrester antara 20 - 24 gawang, antara kurva jumlah gangguan dan kurva
sehingga dapat dikatakan bahwa jarak ideal jumlah pengadaan arrester. Hal ini dapat
pemasangan arrester adalah antara 20 24 - diperlihatkan pada kurva gambar 1.

Jarak ideal pemasangan arrester tiang beton


87.40 340
87.20 330
c 320 5
5P 87.00
310 E
$t geo.ao 3oo EE
.3E
6.
E m.oo 2e0 f;g
zeo E
1S E
86.40
zto 4
86.20
260
86.00 250
?o21 2.n 5Jurnl6h gEngguam
Ja ra k arrester (gawang)
-.-jurnlah anester

Jarak ideal pemasangan arrestertiang besl


116.20 340
1 16.00 3so
c 320 E
sb
6o.
1 15.80
310 ;
o
tDq^
E5c 115.60 300 t
6-:
CDQ.E 115.40 zso E
.cSE G
6-
115.20 280 -c6
EE 270 E
a 1 15.00
260 .:.
I 14.80 2il
21nZ3
.-.l.Jumlah gangguan
Jarak a[esler (gawang]
..+-iumlah arester

Gambar 1. Kurva penentuan jarak ideal arrester (a) Tiang Beton, (b) Tiang Besi.
(Sumber : Hasil Perhitungan)

Berdasarkan kurva gambar 1, 22 gawang akan meningkatkan keandalan


diperlihatkan bahwa titik potong kedua buah 4,421 o/o
untuk tiang beton dan 4,417 o/o untuk
kurva berada pada iarak22 gawang, sehingga tiang besi. Metode tersebut tidak
dapat dikatakan bahwa jarak ideal membutuhkan pengadaan anester yang
pemasangan arrester berada pada jarak 22 banyak sehingga dapat kiranya diterapkan
gawang baik untuk tiang beton maupun tiang pada jaringan SUTM 20 kV di PT. PLN
besi. Dengan pemasangan anester pada jarak (Persero) Cabang Mataram.

110
Volume 9 No 2, DesembEr 2008

KESIMPULAN IEEE/EPS Transmission and Distribution


Conference and Exposition.
1. Jarak ideal pemasangan arrester pada
Tobing, L. Bogas. 2003. Peralatan
SUTM 20 kV area Mataram secara teknis
untuk jaringan tiang beton dan tiang besi
Tegangan Tinggi. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
pada jarak 22 gawang. Berarti bahwa
Yulianto, Darmawan. 2003. Analrsrs
arrester sebaiknya dipasang pada Pemasangan Arrester Untuk Meningkatkan
jaringan tiang beton maupun tiang besi
Keandalan Jaringan Distibusi Udara 20 kV
kurang lebih pada jarak 1100 meter.
Terhadap Sambaran Petir. Jurusan teknik
2. Hasil evaluasi menunjukkan jumlah elektro, Fakultas Teknik Universitas brawijaya
gangguan yang terjadi pada kondisi
Weddy, B.M. and Cory, B.J. 1998.
eksisting pemasangan arrester lebih Electric Power Sysfems. New York.
rendah pada sejumlah penyulang
Wood, A.G. 1991. Electrical Transient
daripada pemasangan arrester yang ideal
sehingga dapat dikatakan pemasngan
ln Power Sysfem. New York : Resselear
arrester pada sejumlah penyulang area
Polytechnic lnstitute Electric Power
Eng ineering Department Troy.
mataram sudah baik.
Zoto, R. 1987. Proteksi Sysfem
DAFTAR PUSTAKA Tenaga Bagian I. Bandung : lTB.
IEC Publication 71-1. 1993. lnsulation
Zoro R dan Mefiarhdi R., 2002.
Evaluasi gangguan akibat sambaran petir
:
Coordination Part l. Geneve lnternational pada jaingan dan gardu induk menggunakan
Electrotechnical Commission.
data petir, Jurusan Teknik Elektro, lnstitut
IEEE. Std.C62.22-1991. IEEE Guide
Teknologi Bandung
For The Application Of Metal Oxide Arrester R
For Altemating Cunenf Sysfem. New York :
Zoro dan Saodah S., 2005.
Peningkatan ketahanan SUTM 20 kV terhadap
IEEE, lnc.
sambaran petir di PLN (Persero) Distribusi
Short, Tom. 1999. Application Of The
Jawa Barat dan Banten - APJ Bogor., Jurusan
IEEE Guide For lmproving The Lightning Teknik Elektro, lnstitut Teknologi Bandung.
Anester Pertormance Ot Electic Power
Overhead Distribution trne (Sfd. 1410-1997).
Volume 9 No 2, Desember 2009

Lampiran I
Tabe! L.l. Jumlah.-gangguan-b-eber_apa-penyulang dl PT. PLN (persero) cabang Mataram
perlode November 2006 - Oktober 2OO7 -
PENYULANG /
KOPEL

CEMARA

GOMONG

PERUMNAS

PAGESANGAN

CAKRA KOTA

MATARAM

BERTAIS
.7.t

105

112

You might also like