You are on page 1of 19

ARCHITECTURE OF Rancangan

Alam
THE UNIVERSE Semesta

RIFKY N. SARANTIE
NIM 127795012
BAB I
PENDAHULUAN

Astronomi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang obyek-obyek dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan Alam Semesta. Sedangkan orang yang mempelajari
ilmu Astronomi disebut Astronom. Hubungan antara ilmu Astronomi dan cabang ilmu
pengetahuan alam sangat erat karena Alam Semesta beserta isinya adalah merupakan sebuah
media (laboratorium) dalam skala besar. Di samping untuk menguji teori, ilmu Astronomi
juga digunakan untuk mengetahui sifat (karakteristik) dan perilaku (gerak) obyek yang ada di
Alam. Kondisi-kondisi ekstrem yang sulit atau tidak mungkin dibuat di laboratorium yang ada
di dunia (seperti ruang hampa, materi dengan kerapatan tinggi (masif), medan gravitasi dan
medan magnet yang sangat kuat) dapat diperoleh di Alam Semesta.
Ilmu Astronomi mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan ilmu
Astronomi yang ada saat ini menunjukkan bahwa Matahari adalah pusat dari tata surya di
Alam Semesta. Karena banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab mengenai Alam
Semesta, para Astronom berusaha keras berlomba-lomba untuk mempelajari dan mengungkap
serta menjelaskan segala sesuatu yang ada di Alam Semesta ini. Salah satu cara yang
digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu para Astronom memakai Bumi sebagai
acuan dalam pengamatannya guna mengungkapkan dan menjelaskan hal tersebut.
Bumi adalah salah satu obyek (komponen) yang ada dalam Alam Semesta. Bumi
digunakan sebagai acuan dalam pengamatan dalam ilmu Astronomi karena para Astronom
hidup di Bumi. Para Astronom menggunakan Bumi sebagai acua untuk mengamati obyek-
obyek yang ada di luar angkasa yang ada di Alam Semesta. Berdasarkan hasil pengamatan,
Alam Semesta tidak hanya dihuni oleh Bumi, Bulan dan Matahari saja. Namun, masih banyak
obyek-obyek lain yang ada di Alam Semesta.
Nah, untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai apa saja komponen Alam Semesta,
marilah kita belajar bersama mengenai seperti apa dan bagaimanakah rancangan Alam
Semesta kita.

-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 1 dari 18


BAB II
PEMBAHASAN

Jarak yang begitu jauh yang terlibat dalam ilmu Astronomi dapat dipahami dengan lebih baik
dengan memodelkannya sedemikian rupa sehingga jarak antara Bumi dan Matahari, yaitu
sekitar 93 juta mil jauhnya diwakili oleh satu inci (2,54 cm). Jarak inilah yang biasa dikenal
sebagai jarak dasar. Jarak dasar ini disebut Astronomical Unit (AU). Berdasarkan skala ini,
jarak Pluto (planet terjauh dari Matahari dalam tata surya kita) adalah 39 inci (atau sekitar
1
satu meter). Sedangkan Bintang yang paling dekatdengan Matahari, terletak pada 4 mil
3

jauhnya (Gambar 1).

Sun Earth Pluto To nearest star


   )


1 AU

39 inches
1
4 miles
3

Gambar 1. Pemodelan Jarak Dasar (Astronomical Unit)


Pada skala 1 inci = 93 juta mil (1 AU), sehingga akan diperoleh jarak
1
Bintang yang paling dekat dengan Matahari sejauh 4 mil. Pada skala yang
3
sama pula, akan diperoleh jarak galaksi Andromeda sejauh 2 juta mil.
Sumber: diambil dari buku ASTRONOMY ONE karangan J. Allen Hynek
dan Necia H. Apfel (halaman 30)

Berdasarkan model ini, diperoleh jarak galaksi Andromeda sejauh dua juta atau lebih dari
delapan kali jarak sebenarnya ke Bulan. Saat ini para Astronom sekarang dapat mengambil
foto obyek yang letaknya beberapa miliar mil jauhnya. Tapi ingat bahwa jarak ini adalah jarak
pada skala di mana jarak antara Bumi dan Matahari diwakili oleh skala satu inci (hanya 1
inci).
Pemilihan skala ini adalah salah satu cara yang sangat nyaman karena merupakan
suatu kebetulan yang menarik, pada skala ini (1 inci = 1 Astronomical Unit) satu mil hampir
setara dengan satu tahun cahaya, yang umum digunakan sebagai tolak ukur di bidang
1
Astronomi. Jarak Bintang yang paling dekat dengan Matahari mencapai 43 tahun cahaya. Satu

"tahun cahaya" didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh cahaya dalam kurun waktu satu
tahun. Kecepatan cahaya, yang merupakan kecepatan tercepat yang dikenal manusia (yang
kita tahu), adalah sekitar 186.300 mil/detik (atau 3  1010 cm/detik). Jika kita kalikan jumlah
ini dengan jumlah detik dalam setahun, yaitu sekitar 3,1  107, kita akan memiliki jarak yang
ditempuh cahaya dalam satu tahun sekitar 6 triliun mil.

-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 2 dari 18


Gambar 2. Gambaran Definisi 1 Tahun Cahaya.
Panjang tali yang melilit mengelilingi garis khatulistiwa Bumi sebanyak 236 juta kali itu
sama dengan satu tahun cahaya.
Sumber: diambil dari buku ASTRONOMY ONE karangan J. Allen Hynek dan Necia H.
Apfel (halaman 31)

Definisi satu tahun cahaya dapat digambarkan sebagai panjang tali yang melilit mengelilingi
garis khatulistiwa Bumi sebanyak 236 juta kali (Gambar 2).
Kita gunakan patokan yang besar ini dalam Astronomi karena jarak yang kita amati
sangat jauh (besar). Gunakanlah satuan mil atau kilometer untuk jarak yang jauh seperti
halnya menggunakan satuan inci atau milimeter dalam mengukur jarak antara New York dan
San Fransisco. Untuk satuan jarak obyek pada tata surya, kita dapat menggunakan
Astronomical Unit (AU), tetapi ketika kita meninjau/mengamati bintang-bintang, kita harus
memiliki satuan yang jauh lebih besar.
Oleh karena itu, ketika kita mengatakan bahwa jarak bintang yang paling dekat dengan
1
Matahari adalah 43 tahun cahaya, itu berarti bahwa cahaya yang kita terima hari ini adalah
1
cahaya yang berasal dari bintang yang tersisa di sana selama 43 tahun yang lalu, dan bintang

yang kita lihat sekarang adalah bintang yang tampak ketika cahaya dari bintang tersebut
meninggalkannya. Contohnya, jika galaksi Andromeda meledak satu juta tahun yang lalu, kita
tidak akan pernah tahu tentang peristiwa selama berjuta-juta tahun yang lalu. Seperti halnya
para Astronom yang melihat lebih dalam dan lebih dalam lagi ke ruang angkasa, maka
Astronom tersebut juga sedang melihat lebih jauh dan lebih jauh lagi ke masa lampau.
Demikian pula, ahli geologi pada saat ia menyelidiki lebih dalam dan lebih dalam lagi sebuah

-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 3 dari 18


lapisan Bumi, juga "melihat" lebih jauh ke masa lampau. Faktanya, skala waktu geologi dan
Astronomi saling berkaitan (sangat erat kaitannya) (Lihat Gambar 3).

Corresponding Years ago Events on Light seen today (1972)


geologic era Earth left stellar object,
or period light-years ago

Archeozoic Precambrian 4.5 – 2.6 Before life Quasar 3 C 9


billion existed on Earth
Devonian 400 – 350 Fishes Cluster of galaxies in
million Hercules, 340 million
Jurassic 180 – 135 Dinosaurs Cluster of galaxies in
million Perseus, 173 million
Tertiary 70 – 10 Ancient mammals Cluster of galaxies in
million Virgo, 38 million
Pleistocene 2–1 Earliest man Andromeda galaxy,
million 2 million
Recent epoch Date, A.D. Historical event

300 – 400 Fall of the Orion nebula, 1600


Roman Empire
1609 Galileo’s first Pleiades, 400
telescope
1875 First telescope Canopus, 98
1939 World War II began Arcturus, 36
1957 Sputnik, beginning of Altair, 17
the Space Age
1
1968 College freshman in  Centauri, 4
3
1972 was still in
Junior High School

Gambar 3. Skala Waktu


Sumber: diambil dari buku ASTRONOMY ONE karangan J. Allen Hynek dan
Necia H. Apfel (halaman 32)

Berdasarkan Gambar 3. dapat diketahui bahwa: untuk setiap fosil yang dapat digali ahli
geologi, para astronom dapat mengarahkan teleskop ke arah sebuah galaksi, cahaya dari yang
tertinggal di sana merujuk pada saat itu binatang purba atau tumbuhan masih hidup. Dan
cahaya yang kita terima dari beberapa galaksi yang jaraknya sangat jauh hari ini adalah
cahaya yang ditinggalkan galaksi sebelum kehidupan setelah berevolusi terhadap Bumi
(berputar mengelilingi Bumi).
Lihatlah gambar galaksi Andromeda pada Gambar 4. Bintang-bintang pada gambar
atas adalah di galaksi kita sendiri, yaitu galaksi Bima Sakti, dan kita lihat "melalui mereka" ke
galaksi luar yang sangat jauh sekali. Efeknya banyak seperti kita duduk memandang layar di
sebuah teras dan kita seolah merasa masuk ke dalamnya (bersama serangga dan daun di
sekitarnya) ke luar taman yang jauh. Galaksi Andromeda, sama seperti galaksi kita, berisi
lebih dari 100 miliar bintang, dan diperkirakan bahwa setidaknya ada satu miliar galaksi di
seluruh Alam Semesta yang terlihat.
-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 4 dari 18
Kita tidak dapat melihat
galaksi kita sendiri secara
keseluruhan karena kita di
berada dalamnya, tapi setelah
melihat galaksi lain ditambah
dengan belajar lebih banyak
tentang galaksi kita, dapat
disimpulkan bahwa galaksi
Bima Sakti itu sama dengan
galaksi-galaksi lain.
Gambar 5 menunjukkan bahwa
gambar galaksi kita berbentuk
lensa, dengan Matahari (yang
hanya salah satu dari miliaran
bintang) terletak di salah satu
"lengan spiral" yang letaknya
cukup jauh dari pusatnya. Kita
tidak tau pasti mengapa banyak
galaksi berbentuk spiral,
Gambar 4. Galaksi Andromeda walaupun beberapa teori
Besar galaksi pada konstelasi Andromeda
menunjukkan bahwa ini adalah
bagian dari proses evolusi dari
(M31) (foto dari hasil Lick Observatory)
galaksi.
Sumber: diambil dari buku ASTRONOMY
ONE karangan J. Allen Hynek dan Necia H.
Apfel (halaman 33)

Gambar 5. Skema gambaran dari galaksi Bima Sakti.


Sumber: diambil dari buku ASTRONOMY ONE karangan J. Allen Hynek dan Necia H.
Apfel (halaman 34)

-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 5 dari 18


Semua bintang bergerak mengelilingi pusat galaksi. Matahari, bergerak dengan
kecepatan sekitar 150 mil per detik (240 kilometer/detik) relatif terhadap pusat, berlangsung
sekitar 200 juta tahun untuk melakukan satu revolusi penuh.
Karena kita berada dalam galaksi berbentuk lensa, ketika kita melihat melalui
permukaan "lensa" (Lihat Gambar 6), tegak lurus dengan bidang datar, terlihat banyak sekali
bintang. Namun, ketika melihat jauh ke luar bidang datar, menuju tepi, jumlah bintang-
bintang yang jaraknya jauh menjadi berukuran sangat besar sehingga semua yang kita lihat
dengan mata telanjang adalah, samar keputihan, agak tidak beraturan dan gergerombol di
sepanjang langit. Inilah yang disebut "jalur para dewa" oleh para orang terdahulu atau dikenal
dengan sebutan Bima Sakti, sehingga tanpa sadar menjadi nama dari galaksi kita. Kita hanya
dapat melihat bintang yang terpisah di daerah langit ini dengan menggunakan sebuah teleskop
atau teropong yang baik.

Gambar 6. Bentuk Lensa dari galaksi Bima Sakti


Bintang-bintang yang jauh yang terlihat ketika kita melihat pada
arah “permukaan lensa” kemudian ketika lihat sepanjang bidang
datar.
Sumber: diambil dari buku ASTRONOMY ONE karangan J. Allen
Hynek dan Necia H. Apfel (halaman 35)

Pengetahuan tentang galaksi kita dan distribusi galaksi di Alam Semesta telah
berkembang selama abad kedua puluh. Ketika teleskop menjadi alat dasar astronom pada abad
ketujuh belas, ia mengungkapkan bahwa banyak obyek yang tidak jelas (kabur), bercak (titik-
titik) yang yang tidak jelas di langit. Hari ini kita tahu bahwa beberapa bercak (titik-titik)
galaksi jauh, sedangkan yang lain adalah hanya awan berupa gas yang hanya berukuran besar
atau nebula diterangi oleh bintang terdekat dalam galaksi kita. Sayangnya, karena Huggins
hanya bercak (titik-titik) ini kabur sehingga semua obyek ayang teramati tampak hampir sama

-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 6 dari 18


jika dilihat melalui teleskop awal, mereka semua dikategorikan sebagai nebula dan semuanya
diyakini dalam satu sistem bintang.

Gambar 7. Ukuran besar nebula pada konstalasi Orion (M42)


Gambar diambil dari observatorium Hale.
Sumber: : diambil dari buku ASTRONOMY ONE karangan J. Allen Hynek dan Necia H.
Apfel (halaman 36)

Kebanyakan para astronom menolak konsep keberadaan galaksi lain meskipun


pandangan dari beberapa filsuf, terutama Thomas Wright dan Immanuel Kant, yang
berpendapat bahwa keberadaan galaksi lain memang dapat dibuktikan. Perkembangannya
gambar nebula seperti itu telah ditemukan, tetapi mereka semua masih terlihat sangat mirip.
Sampai saat ini belum ada cara untuk membedakan antara nebula yang berupa gas dan galaksi
yang benar (lihat Gambar 7).
Pada tahun 1884, Sir William Huggins menguji salah satu objek kabur di konstelasi
Draco. Dengan menggunakan spektroskopi yang cukup maju saat ini beliau dapat menentukan
sifat dari nebula tertentu. Spektrum yang dihasilkan menunjukkan bahwa obyek kabut itu
sepenuhnya adalah gas. Sayangnya, obyek yang diuji hanya satu, karena setelah penemuan
ini, dunia ilmiah benar-benar telah mengabaikan filosofi dari teori sistem galaksi lain dan
menganggap semua benda yang ada di dalam sebuah galaksi merupakan gas nebula. Pada
pergantian abad, Agnes Clerke menulis:

-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 7 dari 18


Pertanyaan apakah nebula merupakan galaksi luar hampir tidak perlu lagi diskusikan.
Hal tersebut telah dijawab oleh kemajuan penemuan. Sebuah pemikiran yang tidak
berkompeten, dengan seluruh bukti yang ada, bisakah sekarang, yang mengatakan
bahwa, tetap berpikir bahwa nebula tunggal menjadi sistem bintang dari barisan
koordinat dengan Bima Sakti. Sebuah kepastian praktis telah dicapai yang seluruh
isinya, bintang dan nebula, dari sebuah lingkaran termasuk salah satua gabungan
(agregasi) yang sangat kuat.
Pada akhir tahun 1920 pertanyaan mengenai sifat sebenarnya dari nebula sedang
diperdebatkan. Debat yang terkenal di Washington, DC pada tahun 1920, yaitu debat dua
arang astronom, Harlow Shapley dan Heber Curtis, yang menyajikan argument-argumen
(pendapat-pendapat) yang saling bertentangan. Tapi hasil kesimpulan terbaik dari acara ini
adalah kesadaran bahwa perdebatan itu sia-sia dalam ilmu pengetahuan. Apa yang benar-
benar dibutuhkan dalam kasus tersebut adalah pengamatan, bukan pendapat. Dalam
kontroversi ini, pengamatan penting disajikan pada tiga tahun berikutnya. Edwin Hubble di
Gunung Wilson telah memperoleh bukti jarak sebenarnya dari galaksi. Beliau telah
melakukannya dengan cara mengamati jenis khusus dari bintang, bintang berdenyut disebut
Cepheid, Pengamatan yang sangat penting inilah yang biasa disebut dengan istilah "mercusuar
surgawi". Untuk memahami apa yang Hubble pelajari dari bintang Cepheid, maka perlu
kembali ke tahun 1912 yaitu ketika kita benar-benar menyadari akan pentingnya sebuah
bintang khusus ini.

Bintang Jenis Cepheid

Gambar 8. Besar Awan Magellan


Sumber: diambil dari buku ASTRONOMY
ONE karangan J. Allen Hynek dan Necia H.
Apfel (halaman 38)

-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 8 dari 18


Pada tahun 1912, Nona (Miss) Henrietta Leavitt, seorang asisten peneliti di Universitas
Harvard, membuat penemuan yang paling penting yaitu pada saat memeriksa pelat fotografi
dari apa yang saat ini dikenal sebagai dua galaksi satelit kecil dari Bima Sakti kita sendiri,
yang disebut Awan Magellan (Gambar 8). Pemberian nama awan setelah kata Magellan
pertama kali menggambarkan obyek-obyek itu pada perjalanan perputaran-dunia-sejarah.
Hanya terlihat dari belahan Bumi selatan, mereka dikenal oleh para astronom awal abad
kedua puluh terdiri dari bintang, banyak yang bisa dipelajari secara individual dengan bantuan
teleskop. Selain itu, karena "awan" yang dikenal cukup jauh, sedangkan bintang adalah
komponen mereka yang dapat diberi perlakuan dasar seolah-olah mereka berada di jarak yang
sama dari kita.
Kita gunakan pendekatan yang sama ketika kita mempertimbangkan jarak antara New
York dan San Fransisco misalnya. Kita tidak peduli dengan fakta bahwa satu jalan di New
York mungkin lebih dekat ke San Fransisco dari yang lain. Kota-kota yang cukup jauh
terpisah menjadi perlakuan sebagaimana sebuah satu kesatuan.
Dalam mempelajari Awan Magellan, Nona Leavitt menemukan variabel sekelompok
bintang dari jenis bintang Cepheid. Variabel bintang adalah benda-benda yang intensitas
cahaya atau kecerahannya mengalami kenaikan dan penurunan, biasanya dalam interval tetap,
yang disebut periode bintang. Bintang-bintang Cepheid, banyak yang sudah diidentifikasi di
galaksi kita, memiliki cara tertentu yang khas yang bervariasi dalam tingkat kecerahan
sehingga mudah dikenali. Bintang "delta" di konstelasi Cepheus ( Cephei) adalah bintang
jenis ini pertama kali ditemukan dan karenanya di beri nama "Cepheid".
Period, days
Apparent magnitude

Gambar 9. Hubungan antara Periode dan Tingkat Kecerahan Bintang Cepheid pada Awan
Magellan.
Sumber: diambil dari buku ASTRONOMY ONE karangan J. Allen Hynek dan Necia H. Apfel (halaman 39)

-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 9 dari 18


Ketika Nona Leavitt merencanakan kecerlangan kelompok bintang-bintang Cepheid
pada Awan Magellan terhadap panjang periodenya, ia menemukan bahwa semakin lama
periode, bintang tersebut semakin terang (lihat Gambar 9). Sepertinya hubungan ini akan
menjadi sangat sulit jika digunakan untuk menentukan dengan bintang Cepheid yang ada di
galaksi kita karena untuk setiap bintang berada pada jarak yang berbeda dan, oleh karena itu,
kecerlangan bintang-bintang tersebut sebagian bergantung pada jaraknya. Bintang-bintang
Cepheid Magellan, di sisi lain, semuanya bisa dianggap pada jarak yang sama,sehingga
hubungan periode terhadap tingkat kecerahannya dapat diperoleh. Pada saat itu, jarak ke
Awan Magellan belum ditemukan/diketahui dan jadi Nona Leavitt hanya bisa menggunakan
tingkat kecerahan bintang-bintang tersebut dalam merencanakan hubungan ini.
Ketika dia membuat hubungan periode terhadap tingkat kecerahan dari bintang
Cepheid diketahui, astronom Havard Harlow Shapley, meyakini kebenaran penemuannya
sebagai indikator jarak. Dengan menggunakan bintang Cepheid yang ada pada galaksi kita
yang jaraknya bisa ditentukan, ia mampu menghitung kecerahan sejati mereka, yang tentu
saja memiliki tingkat kecerahan masing-masing. Kemudian beliau dapat mengkalibrasi
hubungan antara periode dan tingkat kecerahan sehingga tingkat kecerahan inilah yang
digunakan (yaitu, kecerahan sejati bintang Cepheid terkait dengan periode mereka). Dengan
cara ini, ia menemukan metode yang cukup kuat untuk menentukan jarak dari langit.
Jika kita menentukan sebuah variabel bintang Cepheid di galaksi manapun, untuk
mencari jarak galaksi itu,hal-hal yang diperlukan adalah: 1) tingkat kecerahan sejati bintang
Cepheid (dari hubungan antara periode da tingkat kecerahan), dan 2) bintang Cepheid yang
jelas kecerahan (yang sudah diketahui dari pengamatan).

Hukum kuadrat terbalik


Yang benar dan jelasnya tingkat kecerahan dari setiap benda yang bercahaya (termasuk
bintang) berterkaitan dengan sifat cahaya yang terkenal, yaitu hukum kuadrat terbalik. Dalam
satu halaman cahaya yang jaraknya lima meter hanya akan muncul satu-dua puluh lima
seterang seperti halnya pada satu halaman. Dan bintang yang jaraknya satu tahun cahaya
jauhnya akan muncul dengan 25 kali intensitas itu akan muncul jika bintang tersebut jaraknya
lima tahun cahaya (lihat Gambar 10).
Tanpa sadar, kita menggunakan hukum ini setiap hari. Misalnya, sebelum
menyeberang jalan di malam hari, kita mengukur jarak mobil yang lewat dengan munculnya
lampu mereka, dan dengan cepat memperkirakan tingkat kecerahannya, kita tahu jaraknya dan
memutuskan untuk menjaga keselamatan saat berjalan.

-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 10 dari 18


Gambar 10. Hukum Kuadrat Terbalik
Sumber: diambil dari buku ASTRONOMY ONE karangan J. Allen Hynek dan Necia H. Apfel (halaman 41)

Di bidang Astronomi, hukum kuadrat terbalik ini cahaya adalah alat yang sangat
penting dalam menentukan jarak. Penerapannya (dalam hubungannya dengan hubungan
periode-tingkat kecerahan) akan menghasilkan jarak dari bintang Cepheid, dan dengan
demikian mengantarkan kita pada konsep Alam Semesta yang jauh diperluas. Pada tahun
1924, hanya empat tahun setelah perdebatan besar antara Curtis dan Shapley, Hubble
menggunakan hubungan periode-tingkat kecerahan bintang Cepheid dan hukum kuadrat
terbalik untuk menentukan jarak obyek di luar Bima Sakti, sehingga menghasilkan sebuah
pengamatan penting guna menjawab pertanyaan besar, yaitu: Apa hakikat nebula ini?
Hubble telah mengambil foto dari daerah luar galaksi Andromeda (atau nebula,
seperti yang disebut kemudian), dan menemukan beberapa variabel bintang Cepheid di sana.
Penemuan ini dilakukan dengan menggunakan teleskop baru yang berukuran 100-inch yang
letaknya di Gunung Wilson (yang kemudian menjadi paling kuat di dunia) dan kenyataannya
bahwa bintang Cepheid adalah salah satu bintang paling terang. Dengan menggunakan
hubungan antara periode dan tingkat kecerahan (luminositas) serta hukum kuadrat terbalik,
Hubble menemukan bahwa galaksi Andromeda adalah jelas di luar dari Bima Sakti kita.
Sekarang kita tahu bahwa jaraknya adalah sekitar dua juta tahun cahaya, sedangkan galaksi
kita sendiri (Bima Sakti) diameternya kurang dari 100.000 tahun cahaya.
Metode ini menggunakan obyek bintang Cepheid kemudian digunakan untuk
mencari jarak relatif kedekatan dari galaksi lain, tetapi untuk galaksi yang jaraknya jauh,
masing-masing bintang tidak dapat diamati. Dengan menggunakan asumsi logis bahwa rata-
rata semakin jauh galaksi maka semakin kecil dan redup tingkat kecerahan yang akan muncul,
jarak yang lebih besar ini dapat diukur. Bukti lain yang kemudian menunjukkan bahwa

-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 11 dari 18


metode ini memang salah satu cara yang baik. Ditemukannya bahwa Alam Semesta itu
sangatlah lebih besar daripada yang pernah dibayangkan, yaitu hanya 50 atau 60 tahun yang
lalu. Galaksi, bintang bukan satu-satunya komponen utama penuyusun Alam Semesta.

Efek Doppler
Dalam mempelajari rancangan Alam Semesta secara lebih jauh, ada komponen kedua dari
cahaya yang juga menjadi alat yang ampuh dalam bidang Astronomi. Komponen tersebut
adalah efek Doppler, dikemukakan oleh Christian Doppler, seorang Fisikawan Austria yang
pertama kali menemuan prinsip tersebut pada tahun 1842.
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita tidak lepas dari efek Doppler, terutama suara
(bunyi). Contohnya, jika Anda berdiri di perlintasan kereta api. Pada saat kereta api melintas
mendekati Anda, suara peluit kereta tersebut akan terdengar jelas (bernada lebih tinggi)
dibandingkan pada saat kereta api melintas menjauhi Anda (berlalu). Perubahan frekuensi
gelombang suara ini disebabkan oleh gerakan kereta api.

Gambar 11. Efek Doppler


Kecepatan gelombang bunyi yang merambat di udara konstan dan besarnya sama pada gambar a), b), dan c).
Namun, frekuansi dan panjang gelombangnya yang berubah (sesuai dengan persamaan v =  . f dengan v adalah
cepat rambat bunyi,  adalah panjang gelombang, dan f adalah frekuensi)
Sumber: diambil dari buku ASTRONOMY ONE karangan J. Allen Hynek dan Necia H. Apfel (halaman 43)

Jika Anda masih berdiri diam di tempat dan peluit kereta api tetap berbunyi,
panjang gelombang suara dalam jumlah tertentu sampai akan sampai ke telinga Anda setiap

-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 12 dari 18


detiknya. Ketika kereta mendekat, dengan kecepatan yang tetap (tidak berubah), gelombang
suara dapat "terdorong bersama" gerakan kereta dan dengan demikian panjang gelombang
suara menjadi lebih pendek sehingga frekuensi yang sampai ke telinga Anda tiap detik lebih
besar (lihat Gambar 11). Hal ini menyebabkan Anda mendengar nada yang lebih tinggi.
Ketika kereta api menjauh, gelombang "merambat" dan panjang gelombang suaranya menjadi
lebih panjang, frekuensi yang dihasilkan lebih sedikit dan nada yang terdengar lebih rendah.
Cahaya juga berperilaku sebagai gelombang dan karena itu cahaya juga mengalami
gejala efek Doppler. Namun, karena cahaya mempunyai kecepatan yang jauh lebih cepat
daripada bunyi, perbedaan kecepatan yang dimiliki oleh obyek yang ada di dunia terlalu
signifikan jika dibandingkan dengan kecepatan cahaya untuk melihat efek apapun dalam
kehidupan kita sehari-hari. Ketika kita berhadapan dengan kecepatan yang jauh lebih besar
yang umumnya ditemui dalam bidang astronomi, yang diukur adalah perubahan panjang
gelombang dan frekuensi. Pada bab 2 telah dibahas mengenai spektrum elektromagnetik, yang
di dalamnya membahas warna pelangi mulai dari ungu sampai merah. Perubahan panjang
gelombang pada setiap daerah ditunjukan dengan perubahan warna. Bahkan dengan kecepatan
yang terlibat dalam bidang astronomi, sangat jarang kita bisa benar-benar mendeteksi
pergeseran warna dengan mata kita. Kita harus menggunakan metode baru dalam bidang
astronomi untuk mendeteksi perubahan (pergeseran) warna ini.

Slit Prism
Collimating lens

Camera lens

Photographic
plate

Red image
Violet image

Gambar 12. A simple prism spectrograph.


Sumber: diambil dari buku ASTRONOMY ONE karangan J. Allen Hynek dan Necia H. Apfel (halaman 44)

Pertama kita ambil gambar spektrum bintang dengan melampirkan spektrograf


untuk teleskop. Spektograf adalah instrumen yang dapat "memecah" cahaya bintang menjadi
komponen warnanya atau spektrum (lihat Gambar 12). Dengan spektrogram (hasil gambar
yang diperoleh dari spektograf) ini kita dapat temukan garis-garis gelap atau hitam, atau gap,
yang mewakili tempat berupa spektrum bintang yang mana cahaya telah diserap oleh unsur-

-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 13 dari 18


unsur kimia tertentu pada atmosfer bintang. Inilah yang disebut dengan penyerapan garis
(lihat halaman 123).

Comparison
(Laboratory) lines
Stellar spectrum

Comparison
(Laboratory) lines

Gambar 13. Skema gambar pengilustrasian perubahan garis (efek Doppler)


Sumber: diambil dari buku ASTRONOMY ONE karangan J. Allen Hynek dan Necia H. Apfel (halaman 44)

Karena setiap baris mewakili panjang gelombang tertentu, jika spektrum digeser
oleh efek Doppler, maka garis juga akan bergeser dengan jumlah yang sama. Dengan
mengukur perubahannya menggunakan mikroskop, kemudian dibandingkan dengan garis-
garis laboratorium di titik stasioner, kita dapat memperoleh besar perubahan panjang
gelombang (warna) (lihat gambar 13). Kemudian kita menerapkan persamaan perbandingan,
yang biasanya ditulis:
∆𝜆 𝑣
=
𝜆 𝑐
Di mana:
 disebut “lambda” yaitu panjang gelombang;

∆ disebut “delta” yang berarti “perubahan”;

v adalah kecepatan gerak benda;

c adalah symbol internasional untuk kecepatan cahaya.

Perhatikan bahwa v dalam persamaan di atas adalah "kecepatan radial" karena kita
mengukur kecepatan (tepatnya, komponen kecepatan) dalam arah radial dibandingkan
kecepatan yang melintasi garis pandang kita. (Tidak peduli seberapa cepat sebuah bintang
bergerak melintasi garis pandang kita, tidak terjadi efek Doppler yang biasa terjadi kecuali
bintang tersebut juga bergerak mendekat atau menjauh dari kita).
Jika bintang bergerak mendekati kita, panjang gelombang cahaya menjadi lebih
pendek (seperti halnya panjang gelombang bunyi yang menjadi lebih pendek contohnya bunyi
kereta api). Oleh karena itu, perubahan panjang gelombang atau pergeserannya adalah menuju
ujung spektrum warna biru-violet. Jika bintang ini bergerah menjauh, maka panjang
gelombang menjadi lebih panjang dan pergeserannya adalah menuju ujung spektrum warna

-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 14 dari 18


merah. Dapat dikatakan bahwa pada kasus ini spektrum telah bergeser ke warna merah,
peristiwa inilah yang disebut dengan istilah red shift (lihat Bab 4).
Meskipun kita menggunakan bunyi untuk menggambarkan efek Doppler karena
bunyi adalah gerakan gelombang, akan tetapi bunyi bukanlah merupakan bagian dari
spektrum elektromagnetik. Bunyi adalah gerakan gelombang di udara (atau di beberapa media
lainnya), sedangkan radiasi dari keseluruhan spektrum elektromagnetik adalah gelombang
yang dapat bergerak di ruang kosong. Gelombang bunyi dan cahaya berbeda pula dalam hal
kecepatannya. Cahaya bergerak hampir satu juta kali lebih cepat dari bunyi. Itulah sebabnya
kita melihat petir jauh sebelum kita mendengar bunyi gemuruh guntur (petir).
Pada awal abad ke-20, efek Doppler sudah dapat digunakan dalam menentukan
kecepatan bintang di galaksi kita. Pada tahun 1913 V.M. Slipher mulai mencoba untuk
menentukan kecepatan radial dari apa yang dikenal dengan istilah "fuzzy patches" atau
bagian-bagian kecil dari obyek kabur. Untuk obyek yang cerah Slipher mendapatkan nilai
kecepatan yang positif maupun negatif. (dengan catatan bahwa kecepatan radial yang bernilai
positif diperoleh dari objek yang bergerak mendekat). Slipher juga mengamati obyek yang
redup, beliau menemukan bahwa spektrum yang dihasilkan menunjukkan besar "red shift"
sesuai dengan besarnya nilai kecepatan radial yang positif.

Gambar 14. Hubungan antara Kecepatan Radial dan Jarak pada Cluster dari sebuah Galaksi
Sumber: diambil dari buku ASTRONOMY ONE karangan J. Allen Hynek dan Necia H. Apfel (halaman 46)

Tak lama kemudian, Hubble di Gunung Wilson, dengan menggunakan teleskop


yang lebih canggih, melanjutkan studi (pengamatan obyek) ini. Beliau menemukan bahwa,
secara umum, pada obyek (galaksi) yang redup, red shift (pergeseran merah)-nya semakin
besar dan kemungkinannya, semakin cepat gerak obyek itu menjauhi kita. Dengan asumsi

-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 15 dari 18


bahwa obyek yang redup lebih jauh daripada yang cerah, sehingga didapatkan sebuah
kesimpulan yang menakjubkan yaitu semakin jauh obyek, maka semakin cepat gerak obyek
itu menjauhi kita (lihat Gambar 14)!
Astronom-Astronom saat ini dapat mengetahui spektrum obyek yang sangat redup,
dengan mengetahui red shift dari galaksi-galaksi yang jaraknya jauh menunjukkan bahwa
galaksi-galaksi tersebut menjauhi kita pada kecepatan yang besarnya lebih dari sepertiga kali
kecepatan cahaya. Jadi, kita ditunjukkan sebuah konsep benar-benar baru dari Alam Semesta-
yang mana Astronom terdahulu (100 tahun yang lalu) tidak dapat memahaminya, yaitu
konsep Pengembangan Alam Semesta (lihat Gambar 15).

Red shifts are expressed as velocities, cd/ . Arrows indicate shift for calcium lines H
and K. One light-year equals about 6 trillion miles or 6  1012 miles.

Gambar 15. Hubungan antara Kecepatan dan Jarak.


Hubungan antara red shift jarak galaksi yang jauh (gambar diambil dari Observatorium Hale)
Sumber: diambil dari buku ASTRONOMY ONE karangan J. Allen Hynek dan Necia H. Apfel (halaman 47)

-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 16 dari 18


BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut:


Alam Semesta tersusun atas galaksi-galaksi, nebula dan bintang-bintang. Berdasarkan
hasil pengamatan, semua bintang bergerak mengelilingi pusat galaksi. Di galaksi Bima Sakti,
berisi lebih dari 100 miliar bintang, dan diperkirakan bahwa setidaknya ada satu miliar galaksi
di seluruh Alam Semesta yang terlihat. Nebula adalah awan antar bintang yang berupa gas
dan terdiri atas debu, gas, dan plasma. Nebula pertama kali ditemukan oleh, Sir William
Huggins menguji salah satu objek kabur di konstelasi Draco pada tahun 1884. Sedangkan
Bintang jenis Cepheid merupakan obyek yang memiliki intensitas cahaya atau kecerahan
tertentu yang pertama kali ditemukan oleh Nona Leavitt ketika mengamati nebula (Awan
Magellan) pada tahun 1912.
Adapun teori yang digunakan untuk mengamati dan menjelaskan model Alam Semesta
adalah hukum kuadrat terbalik dan efek Doppler. Hukum Kuadrat Terbalik menjelaskan
bahwa cahaya adalah alat yang sangat penting dalam menentukan jarak. Penerapannya (dalam
hubungannya dengan hubungan periode-tingkat kecerahan) akan menghasilkan jarak dari
bintang Cepheid, dan dengan demikian mengantarkan kita pada konsep Alam Semesta.
Sedangkan Efek Doppler menjelaskan bahwa obyek (sumber bunyi) akan memiliki frekuensi
lebih tinggi apabila obyek tersebut bergerak mendekati kita (pendengar) sedangkan obyek
akan memiliki frekuensi rendah apabila obyek tersebut bergerak menjauhi kita.

-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 17 dari 18


DAFTAR PUSTAKA

Hynek, J.Allen dan Apfel, Necia H., 1972. “Astronomy One”. California: W.A. Benjamin, Inc.

-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 18 dari 18

You might also like