Professional Documents
Culture Documents
Alam
THE UNIVERSE Semesta
RIFKY N. SARANTIE
NIM 127795012
BAB I
PENDAHULUAN
Astronomi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang obyek-obyek dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan Alam Semesta. Sedangkan orang yang mempelajari
ilmu Astronomi disebut Astronom. Hubungan antara ilmu Astronomi dan cabang ilmu
pengetahuan alam sangat erat karena Alam Semesta beserta isinya adalah merupakan sebuah
media (laboratorium) dalam skala besar. Di samping untuk menguji teori, ilmu Astronomi
juga digunakan untuk mengetahui sifat (karakteristik) dan perilaku (gerak) obyek yang ada di
Alam. Kondisi-kondisi ekstrem yang sulit atau tidak mungkin dibuat di laboratorium yang ada
di dunia (seperti ruang hampa, materi dengan kerapatan tinggi (masif), medan gravitasi dan
medan magnet yang sangat kuat) dapat diperoleh di Alam Semesta.
Ilmu Astronomi mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan ilmu
Astronomi yang ada saat ini menunjukkan bahwa Matahari adalah pusat dari tata surya di
Alam Semesta. Karena banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab mengenai Alam
Semesta, para Astronom berusaha keras berlomba-lomba untuk mempelajari dan mengungkap
serta menjelaskan segala sesuatu yang ada di Alam Semesta ini. Salah satu cara yang
digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu para Astronom memakai Bumi sebagai
acuan dalam pengamatannya guna mengungkapkan dan menjelaskan hal tersebut.
Bumi adalah salah satu obyek (komponen) yang ada dalam Alam Semesta. Bumi
digunakan sebagai acuan dalam pengamatan dalam ilmu Astronomi karena para Astronom
hidup di Bumi. Para Astronom menggunakan Bumi sebagai acua untuk mengamati obyek-
obyek yang ada di luar angkasa yang ada di Alam Semesta. Berdasarkan hasil pengamatan,
Alam Semesta tidak hanya dihuni oleh Bumi, Bulan dan Matahari saja. Namun, masih banyak
obyek-obyek lain yang ada di Alam Semesta.
Nah, untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai apa saja komponen Alam Semesta,
marilah kita belajar bersama mengenai seperti apa dan bagaimanakah rancangan Alam
Semesta kita.
Jarak yang begitu jauh yang terlibat dalam ilmu Astronomi dapat dipahami dengan lebih baik
dengan memodelkannya sedemikian rupa sehingga jarak antara Bumi dan Matahari, yaitu
sekitar 93 juta mil jauhnya diwakili oleh satu inci (2,54 cm). Jarak inilah yang biasa dikenal
sebagai jarak dasar. Jarak dasar ini disebut Astronomical Unit (AU). Berdasarkan skala ini,
jarak Pluto (planet terjauh dari Matahari dalam tata surya kita) adalah 39 inci (atau sekitar
1
satu meter). Sedangkan Bintang yang paling dekatdengan Matahari, terletak pada 4 mil
3
≈
1 AU
39 inches
1
4 miles
3
Berdasarkan model ini, diperoleh jarak galaksi Andromeda sejauh dua juta atau lebih dari
delapan kali jarak sebenarnya ke Bulan. Saat ini para Astronom sekarang dapat mengambil
foto obyek yang letaknya beberapa miliar mil jauhnya. Tapi ingat bahwa jarak ini adalah jarak
pada skala di mana jarak antara Bumi dan Matahari diwakili oleh skala satu inci (hanya 1
inci).
Pemilihan skala ini adalah salah satu cara yang sangat nyaman karena merupakan
suatu kebetulan yang menarik, pada skala ini (1 inci = 1 Astronomical Unit) satu mil hampir
setara dengan satu tahun cahaya, yang umum digunakan sebagai tolak ukur di bidang
1
Astronomi. Jarak Bintang yang paling dekat dengan Matahari mencapai 43 tahun cahaya. Satu
"tahun cahaya" didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh cahaya dalam kurun waktu satu
tahun. Kecepatan cahaya, yang merupakan kecepatan tercepat yang dikenal manusia (yang
kita tahu), adalah sekitar 186.300 mil/detik (atau 3 1010 cm/detik). Jika kita kalikan jumlah
ini dengan jumlah detik dalam setahun, yaitu sekitar 3,1 107, kita akan memiliki jarak yang
ditempuh cahaya dalam satu tahun sekitar 6 triliun mil.
Definisi satu tahun cahaya dapat digambarkan sebagai panjang tali yang melilit mengelilingi
garis khatulistiwa Bumi sebanyak 236 juta kali (Gambar 2).
Kita gunakan patokan yang besar ini dalam Astronomi karena jarak yang kita amati
sangat jauh (besar). Gunakanlah satuan mil atau kilometer untuk jarak yang jauh seperti
halnya menggunakan satuan inci atau milimeter dalam mengukur jarak antara New York dan
San Fransisco. Untuk satuan jarak obyek pada tata surya, kita dapat menggunakan
Astronomical Unit (AU), tetapi ketika kita meninjau/mengamati bintang-bintang, kita harus
memiliki satuan yang jauh lebih besar.
Oleh karena itu, ketika kita mengatakan bahwa jarak bintang yang paling dekat dengan
1
Matahari adalah 43 tahun cahaya, itu berarti bahwa cahaya yang kita terima hari ini adalah
1
cahaya yang berasal dari bintang yang tersisa di sana selama 43 tahun yang lalu, dan bintang
yang kita lihat sekarang adalah bintang yang tampak ketika cahaya dari bintang tersebut
meninggalkannya. Contohnya, jika galaksi Andromeda meledak satu juta tahun yang lalu, kita
tidak akan pernah tahu tentang peristiwa selama berjuta-juta tahun yang lalu. Seperti halnya
para Astronom yang melihat lebih dalam dan lebih dalam lagi ke ruang angkasa, maka
Astronom tersebut juga sedang melihat lebih jauh dan lebih jauh lagi ke masa lampau.
Demikian pula, ahli geologi pada saat ia menyelidiki lebih dalam dan lebih dalam lagi sebuah
Berdasarkan Gambar 3. dapat diketahui bahwa: untuk setiap fosil yang dapat digali ahli
geologi, para astronom dapat mengarahkan teleskop ke arah sebuah galaksi, cahaya dari yang
tertinggal di sana merujuk pada saat itu binatang purba atau tumbuhan masih hidup. Dan
cahaya yang kita terima dari beberapa galaksi yang jaraknya sangat jauh hari ini adalah
cahaya yang ditinggalkan galaksi sebelum kehidupan setelah berevolusi terhadap Bumi
(berputar mengelilingi Bumi).
Lihatlah gambar galaksi Andromeda pada Gambar 4. Bintang-bintang pada gambar
atas adalah di galaksi kita sendiri, yaitu galaksi Bima Sakti, dan kita lihat "melalui mereka" ke
galaksi luar yang sangat jauh sekali. Efeknya banyak seperti kita duduk memandang layar di
sebuah teras dan kita seolah merasa masuk ke dalamnya (bersama serangga dan daun di
sekitarnya) ke luar taman yang jauh. Galaksi Andromeda, sama seperti galaksi kita, berisi
lebih dari 100 miliar bintang, dan diperkirakan bahwa setidaknya ada satu miliar galaksi di
seluruh Alam Semesta yang terlihat.
-- Rifky N.Sarantie (127795012) -- Halaman 4 dari 18
Kita tidak dapat melihat
galaksi kita sendiri secara
keseluruhan karena kita di
berada dalamnya, tapi setelah
melihat galaksi lain ditambah
dengan belajar lebih banyak
tentang galaksi kita, dapat
disimpulkan bahwa galaksi
Bima Sakti itu sama dengan
galaksi-galaksi lain.
Gambar 5 menunjukkan bahwa
gambar galaksi kita berbentuk
lensa, dengan Matahari (yang
hanya salah satu dari miliaran
bintang) terletak di salah satu
"lengan spiral" yang letaknya
cukup jauh dari pusatnya. Kita
tidak tau pasti mengapa banyak
galaksi berbentuk spiral,
Gambar 4. Galaksi Andromeda walaupun beberapa teori
Besar galaksi pada konstelasi Andromeda
menunjukkan bahwa ini adalah
bagian dari proses evolusi dari
(M31) (foto dari hasil Lick Observatory)
galaksi.
Sumber: diambil dari buku ASTRONOMY
ONE karangan J. Allen Hynek dan Necia H.
Apfel (halaman 33)
Pengetahuan tentang galaksi kita dan distribusi galaksi di Alam Semesta telah
berkembang selama abad kedua puluh. Ketika teleskop menjadi alat dasar astronom pada abad
ketujuh belas, ia mengungkapkan bahwa banyak obyek yang tidak jelas (kabur), bercak (titik-
titik) yang yang tidak jelas di langit. Hari ini kita tahu bahwa beberapa bercak (titik-titik)
galaksi jauh, sedangkan yang lain adalah hanya awan berupa gas yang hanya berukuran besar
atau nebula diterangi oleh bintang terdekat dalam galaksi kita. Sayangnya, karena Huggins
hanya bercak (titik-titik) ini kabur sehingga semua obyek ayang teramati tampak hampir sama
Gambar 9. Hubungan antara Periode dan Tingkat Kecerahan Bintang Cepheid pada Awan
Magellan.
Sumber: diambil dari buku ASTRONOMY ONE karangan J. Allen Hynek dan Necia H. Apfel (halaman 39)
Di bidang Astronomi, hukum kuadrat terbalik ini cahaya adalah alat yang sangat
penting dalam menentukan jarak. Penerapannya (dalam hubungannya dengan hubungan
periode-tingkat kecerahan) akan menghasilkan jarak dari bintang Cepheid, dan dengan
demikian mengantarkan kita pada konsep Alam Semesta yang jauh diperluas. Pada tahun
1924, hanya empat tahun setelah perdebatan besar antara Curtis dan Shapley, Hubble
menggunakan hubungan periode-tingkat kecerahan bintang Cepheid dan hukum kuadrat
terbalik untuk menentukan jarak obyek di luar Bima Sakti, sehingga menghasilkan sebuah
pengamatan penting guna menjawab pertanyaan besar, yaitu: Apa hakikat nebula ini?
Hubble telah mengambil foto dari daerah luar galaksi Andromeda (atau nebula,
seperti yang disebut kemudian), dan menemukan beberapa variabel bintang Cepheid di sana.
Penemuan ini dilakukan dengan menggunakan teleskop baru yang berukuran 100-inch yang
letaknya di Gunung Wilson (yang kemudian menjadi paling kuat di dunia) dan kenyataannya
bahwa bintang Cepheid adalah salah satu bintang paling terang. Dengan menggunakan
hubungan antara periode dan tingkat kecerahan (luminositas) serta hukum kuadrat terbalik,
Hubble menemukan bahwa galaksi Andromeda adalah jelas di luar dari Bima Sakti kita.
Sekarang kita tahu bahwa jaraknya adalah sekitar dua juta tahun cahaya, sedangkan galaksi
kita sendiri (Bima Sakti) diameternya kurang dari 100.000 tahun cahaya.
Metode ini menggunakan obyek bintang Cepheid kemudian digunakan untuk
mencari jarak relatif kedekatan dari galaksi lain, tetapi untuk galaksi yang jaraknya jauh,
masing-masing bintang tidak dapat diamati. Dengan menggunakan asumsi logis bahwa rata-
rata semakin jauh galaksi maka semakin kecil dan redup tingkat kecerahan yang akan muncul,
jarak yang lebih besar ini dapat diukur. Bukti lain yang kemudian menunjukkan bahwa
Efek Doppler
Dalam mempelajari rancangan Alam Semesta secara lebih jauh, ada komponen kedua dari
cahaya yang juga menjadi alat yang ampuh dalam bidang Astronomi. Komponen tersebut
adalah efek Doppler, dikemukakan oleh Christian Doppler, seorang Fisikawan Austria yang
pertama kali menemuan prinsip tersebut pada tahun 1842.
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita tidak lepas dari efek Doppler, terutama suara
(bunyi). Contohnya, jika Anda berdiri di perlintasan kereta api. Pada saat kereta api melintas
mendekati Anda, suara peluit kereta tersebut akan terdengar jelas (bernada lebih tinggi)
dibandingkan pada saat kereta api melintas menjauhi Anda (berlalu). Perubahan frekuensi
gelombang suara ini disebabkan oleh gerakan kereta api.
Jika Anda masih berdiri diam di tempat dan peluit kereta api tetap berbunyi,
panjang gelombang suara dalam jumlah tertentu sampai akan sampai ke telinga Anda setiap
Slit Prism
Collimating lens
Camera lens
Photographic
plate
Red image
Violet image
Comparison
(Laboratory) lines
Stellar spectrum
Comparison
(Laboratory) lines
Karena setiap baris mewakili panjang gelombang tertentu, jika spektrum digeser
oleh efek Doppler, maka garis juga akan bergeser dengan jumlah yang sama. Dengan
mengukur perubahannya menggunakan mikroskop, kemudian dibandingkan dengan garis-
garis laboratorium di titik stasioner, kita dapat memperoleh besar perubahan panjang
gelombang (warna) (lihat gambar 13). Kemudian kita menerapkan persamaan perbandingan,
yang biasanya ditulis:
∆𝜆 𝑣
=
𝜆 𝑐
Di mana:
disebut “lambda” yaitu panjang gelombang;
Perhatikan bahwa v dalam persamaan di atas adalah "kecepatan radial" karena kita
mengukur kecepatan (tepatnya, komponen kecepatan) dalam arah radial dibandingkan
kecepatan yang melintasi garis pandang kita. (Tidak peduli seberapa cepat sebuah bintang
bergerak melintasi garis pandang kita, tidak terjadi efek Doppler yang biasa terjadi kecuali
bintang tersebut juga bergerak mendekat atau menjauh dari kita).
Jika bintang bergerak mendekati kita, panjang gelombang cahaya menjadi lebih
pendek (seperti halnya panjang gelombang bunyi yang menjadi lebih pendek contohnya bunyi
kereta api). Oleh karena itu, perubahan panjang gelombang atau pergeserannya adalah menuju
ujung spektrum warna biru-violet. Jika bintang ini bergerah menjauh, maka panjang
gelombang menjadi lebih panjang dan pergeserannya adalah menuju ujung spektrum warna
Gambar 14. Hubungan antara Kecepatan Radial dan Jarak pada Cluster dari sebuah Galaksi
Sumber: diambil dari buku ASTRONOMY ONE karangan J. Allen Hynek dan Necia H. Apfel (halaman 46)
Red shifts are expressed as velocities, cd/ . Arrows indicate shift for calcium lines H
and K. One light-year equals about 6 trillion miles or 6 1012 miles.
Hynek, J.Allen dan Apfel, Necia H., 1972. “Astronomy One”. California: W.A. Benjamin, Inc.