Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
KELOMPOK 4
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Disusun Oleh :
Kelompok 3
i
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
DI RUANG DAHLIA
RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
PERIODE 06 NOVEMBER – 02 DESEMBER 2017
Dr. Hanik E. N., S.Kep. Ns., M.Kep. Deni Yasmara, S.Kep. Ns., M.Kep. Sp. Kep. MB
NIP. 197606162014092006 NIK. 198409282015041002
Mengetahui,
PJMA Profesi Manajemen Keperawatan
Program Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Diseminasi Akhir Praktik Profesi Manajemen Keperawatan di Ruang Bedah
Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Dalam menyelesaikan laporan ini kami mendapat bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. dr. Harsono selaku PLT Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang telah
memberi kesempatan kepada kami untuk melaksanakan Praktik Profesi
Manajemen Keperawatan di Ruang Bedah Dahlia.
2. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons), selaku Dekan dan PJMA Profesi
Manajemen Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang
telah memberikan arahan dan bimbingan kepada kami.
3. Muzidah S.Kep., Ns. selaku Kepala Bidang Keperawatan RSUD Dr. Soetomo
Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada kami
untuk melaksanakan Praktik Profesi Manajemen Keperawatan di Ruang
Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
4. Sri Endang P. S.Kep., Ns., M.Kes. selaku Kepala Seksi Pengembangan Mutu
Keperawatan RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang telah memberikan
kesempatan dan dukungan kepada kami untuk melaksanakan Praktik Profesi
Manajemen Keperawatan di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
5. Endang Pantjarwati S.Kep., Ns. selaku Kaper IRNA Medik RSUD Dr.
Soetomo Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada
kami untuk melaksanakan Praktik Profesi Manajemen Keperawatan di Ruang
Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
6. Djemadi, SST. selaku Kepala Ruang Bedah Dahlia yang telah memberikan
fasilitas, arahan dan bimbingan dengan sabar kepada kami.
7. Rini Winiasih, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku pembimbing klinik Ruang Dahlia
yang telah membantu dan membimbing dalam menyusun laporan diseminasi
akhir ini.
iii
8. Dr. Hanik Endang N., S.Kep. Ns., M.Kep. selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dengan sabar kepada kami.
9. Deni Yasmara, S.Kep. Ns., M.Kep. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada kami.
10. Semua staf Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
11. Seluruh teman-teman Fakultas Keperawatan khususnya Angkatan B18 atas
kerjasama
Kami menyadari bahwa Laporan Diseminasi Akhir Praktik Profesi
Manajemen Keperawatan yang kami buat ini banyak kekurangan, untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya laporan ini.
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Lembar Pengesahan ......................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................... v
Daftar Tabel ..................................................................................................... vi
Daftar Gambar .................................................................................................. ix
v
4.3.6 Ronde Keperawatan .......................................................... 127
4.3.7 Dokumentasi Keperawatan ............................................... 128
4.4 M4 (Money)................................................................................. 131
4.5 M5 (Mutu) ................................................................................... 132
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah Tenaga Keperawatan di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya Pada November 2017 .......................................... 8
Tabel 2.2 Tenaga Keperawatan di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya pada November 2017 ......................................................... 9
Tabel 2. 3 Jumlah Tenaga Non Keperawatan di Ruang Bedah Dahlia RSUD
Dr. Soetomo Pada November 2017 .................................................. 11
Tabel 2.4 Nilai Standar Jumlah Perawat Per Shift Berdasarkan Klasifikasi
Pasien ............................................................................................... 11
Tabel 2.5 Komposisi Kebutuhan Perawat di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya pada tanggal 6 – 7 November 2017 .................. 12
Tabel 2.6 Komposisi Kebutuhan Tenaga Di Ruang Bedah Dahlia Pada
Tanggal 6 – 7 November November 2017 (Pasien Pre Kelolaan) ... 13
Tabel 2.7 Tabel Analisa Beban Kerja Untuk Kebutuhan Perawat Di Ruang
Dahlia RSUD Dr. Soetomo Tahun 2017 .......................................... 16
Tabel 2.8 Tabel Analisa Beban Kerja Untuk Kebutuhan Kepala Ruang di
Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Tahun 2017 ................... 18
Tabel 2.9 Perbandingan Penghitungan Jumlah Tenaga Keperawatan Antara
Rumus Menurut Depkes (2011), Metode Gillies, dan Metode
Douglas di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
pada 6 - 7 November 2017 ............................................................... 20
Tabel 2.10 Tingkat Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Bedah Dahlia RSUD
Dr. Soetomo Surabaya pada tanggal 7 November 2017 .................. 20
Tabel 2.11 Hasil Angket Ketenagaan Perawat Berdasarkan Distribusi
Pertanyaan Di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Pada
Tanggal 7 November 2017 ............................................................... 21
Tabel 2.12 Rata-Rata Beban Kerja Perawat Di Ruang Bedah Dahlia RSUD
Dr. Soetomo Surabaya Pada 7 November 2017 ............................... 22
Tabel 2.13 Jumlah tempat tidur di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya Pada 6 – 7 November 2017 .............................................. 24
Tabel 2.14 Jumlah Tempat Tidur Pasien Pre Kelolaan di Ruang Bedah Dahlia
RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada 6 – 7 November 2017 ............. 24
Tabel 2.15 Data Diagnosis Penyakit Terbanyak Yang Didapat Pada Bulan
Oktober 2017 Di Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya ....... 25
Tabel 2.16 Fasilitas Untuk Pasien Di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Seotomo Surabaya Pada November 2017 ........................................ 27
Tabel 2.17 Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet dan Kamar Mandi di
Kepmenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2010 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Di Rumah Sakit .......................................... 28
Tabel 2.18 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan dengan Jumlah Toilet dan
Jumlah Kamar Mandi (Kepmenkes 2004) ....................................... 30
Tabel 2.19 Peralatan Medis di Ruang Dahlia RSUD Dr Soetomo pada Bulan
November 2017 ................................................................................ 30
Tabel 2.20 Sarana dan Prasarana di Ruang Dahlia RSUD Dr Soetomo
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor
340/MENKES/III/2010) ................................................................... 32
vi
Tabel 2.21 Daftar Obat Emergency Di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya Pada Bulan November 2017 ............................................. 33
Tabel 2.22 Hasil Angket Sarana dan Prasarana Di Bedah Dahlia Pada
November 2017 ................................................................................ 35
Tabel 2.23 Hasil Angket Model Asuhan Keperawatan Di Ruang Dahlia
RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada November 2017 ...................... 36
Tabel 2.24 Hasil Angket Timbang Terima Di Ruang Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya pada November 2017 ........................................ 38
Tabel 2.25 Hasil Angket Ronde Keperawatan Di Ruang Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya pada November 2017 ........................................ 41
Tabel 2.26 Hasil Angket Sentralisasi Obat Di Ruang Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya pada November 2017 ........................................ 46
Tabel 2.27 Hasil Angket Supervisi Di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya pada November 2017 ....................................................... 49
Tabel 2.28 Hasil Angket Penerimaan Pasien Baru Di Ruang Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya pada November 2017 ........................................ 51
Tabel 2.29 Hasil Angket Discharge Planning Di Ruang Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya pada November 2017 ........................................ 53
Tabel 2.30 Hasil Angket Dokumentasi Keperawatan Di Ruang Dahlia RSUD
Dr. Soetomo Surabaya pada November 2017 .................................. 55
Tabel 2. 31 Tarif Pelayanan Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada
November 2017 ................................................................................ 58
Tabel 2. 32 Tarif Pelayanan Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada
November 2017 ................................................................................ 58
Tabel 2.33 Tarif Pemeriksaan Laboratorium Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya pada November 2017 ....................................................... 59
Tabel 2.34 Tarif Pelayanan Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada
November 2017 ................................................................................ 60
Tabel 2. 35 Kejadian Phlebitis Di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
pada 7 November 2017 .................................................................... 66
Tabel 2.36 Kejadian pasien Dekubitus di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya 7 November 2017 ............................................................. 67
Tabel 2.37 Kejadian pasien jatuh di Ruang Dahlia RSUD Dr.Soetomo
Surabaya 7 November 2017 ............................................................. 67
Tabel 2.38 Tingkat Kepuasan pasien di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya tanggal 7 November 2017 ................................................ 69
Tabel 2.39 Penilaian Tingkat Nyeri pada Pasien Di Ruang Ruang Dahlia
RSUD Dr Soetomo Surabaya Tanggal 7 November 2017 ............... 69
Tabel 2.40 Tingkat Kepuasan pasien di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya tanggal 7 November 2017 ................................................ 70
Tabel 2.41 Penilaian tingkat perawatan diripada pasien di Ruang Dahlia
RSUD Dr Soetomo Surabaya tanggal 7 November 2017 ................ 70
Tabel 2. 42 Penilaian Tingkat Pengetahuan pada Pasien Di Ruang Ruang
Dahlia RSUD Dr Soetomo Surabaya Tanggal 7 November 2017 ... 71
Tabel 2.43 Analisis SWOT Di Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Pada
November 2017 ................................................................................ 71
Tabel 2.44 Identifikasi Masalah Di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya Pada November 2017 ....................................................... 87
vii
Tabel 2.45 Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan di Bedah Dahlia
RSUD Dr. Soetomo Pada November 2017 ...................................... 90
Tabel 3.1 Planning Of Action Manajemen Keperawatan Di Bedah Dahlia
RSUD Dr. Soetomo Pada November 2017 .................................... 108
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya ........................................................................................... 7
Gambar 2.2 Denah Ruangan Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya ......................................................................................... 26
Gambar 2.3 Diagram Alur Timbang Terima ...................................................... 38
Gambar 2.4 Alur Timbang Terima ..................................................................... 41
Gambar 2.5 Alur Ronde Keperawatan ............................................................... 42
Gambar 2.6 Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat ................................................ 43
Gambar 2.7 Alur Pelayanan Farmasi Ruang Bedah Dahlia IRNA Bedah
RSUD Dr. Soetomo Surabaya ........................................................ 45
Gambar 2.8 Alur Penerimaan Pasien Baru ......................................................... 52
Gambar 2.9 Diagram Evaluasi Kepuasan Klien Terhadap Kinerja Perawat Di
Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada November
2017 ................................................................................................ 68
Gambar 3.1Alur Timbang Terima 41
Gambar 3.8 Diagram Sistem Asuhan Keperawatan "Primary Nursing" ............ 93
Gambar 3.9 Alur Timbang Terima Pasien......................................................... 103
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
menerapkan suatu model asuhan keperawatan yang baik. Dengan demikian, maka
pelayanan pasien menjadi sempurna sehingga dapat meningkatkan kepuasan
pasien selama di rumah sakit (Hidayah, 2014).
Model Asuhan Keperawatan Profesional Primer merupakan salah satu
metode pelayanan keperawatan professional yang dapat dilakukan dimana satu
orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai dengan keluar dari rumah
sakit. MAKP primer memiliki keuntungan antara lain asuhan keperawatan yang
diberikan bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Selain tu, MAKP ini
meringankan beban kerja perawat melalui pembagian tugas yang jelas dan
dilakukan sesuai peran. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kepuasan bagi
pasien, perawat dan tenaga kesehatan lainnya (Nursalam, 2014).
Berdasarkan pengkajian yang dilaksanakan di Ruang Bedah Dahlia RSUD
Dr. Soetomo Surabaya pada tanggal 6 – 7 November 2017 bahwa Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) yang digunakan adalah MAKP Modular.
Pengembangan MAKP modular merupakan pengembangan dari primary nursing
yang digunakan dalam keperawatan dengan melibatkan tenaga professional dan
nonprofessional. Namun, ada beberapa komponen MAKP yang dilaksanakan
belum optimal.
Perawat sebagai ujung tombak dari pelayanan kesehatan diharapkan mampu
memberikan konstribusi yang optimal sesuai dengan ilmu pengetahuan yang
dimiliki. Hal ini dapat terwujud bila sistem dari pemberi asuhan keperawatan pada
klien menunjang. Oleh karena itu, praktik keperawatan manajemen dilaksanakan
kepada mahasiswa pendidikan profesi ners untuk dapat menganalisa, mencari
solusi dari permasalahan yang ada serta untuk belajar langsung mengenai
penerapan manajemen keperawatan yang baik dan benar.
Berdasarkan uraian diatas, maka mahasiswa Program Pendidikan Profesi
Ners (P3N) program B angkatan 2015 mencoba menerapkan Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) dengan metode pelayanan asuhan keperawatan
Primary Nursing di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah melaksanakan program profesi manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen Primary Nursing
dalam melaksanakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di tatanan
rumah sakit.
1.2.2 Tujuan khusus
Dalam program profesi Manajemen Keperawatan diharapkan mahasiswa
mampu:
1. Melaksanakan pengkajian situasi di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
2. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT.
3. Menentukan rumusan masalah.
4. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP): Ketenagaan
(M1), Sarana Prasarana (M2), Metode (M3) yang terdiri dari: Timbang
Terima, Penerimaan Pasien Baru, Sentralisasi Obat, Supervisi Keperawatan,
Discharge Planning, Dokumentasi Keperawatan, Keuangan (M4), Mutu
(M5).
5. Pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP): (1) Timbang
terima, (2) Ronde keperawatan, (3) Sentralisasi obat, (4) Supervisi
keperawatan, (5) Discharge planning, (6) Dokumentasi keperawatan (7)
Penerimaan pasien baru.
6. Melakukan evaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan
berdasarkan hasil pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP): (1) Timbang terima, (2) Ronde keperawatan, (3) Sentralisasi obat,
(4) Supervisi keperawatan, (5) Discharge planning, (6) Dokumentasi
keperawatan, (7) Penerimaan pasien baru dan mutu layanan.
4
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi pasien
Tercapainya kepuasan pasien terkait dengan patient safety yang optimal
meliputi identifikasi pasien, komunikasi yang efektif, ketepatan dalam pemberian
obat, ketepatan lokasi operasi, penurunan resiko infeksi nosokomial dan
penurunan resiko jatuh pasien selama dilakukan perawatan.
1.3.2 Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat menerapkan model asuhan keperawatan profesional
Primary Nursing yang mencakup timbang terima, ronde keperawatan, sentralisasi
obat, supervisi keperawatan, discharge planning, dan dokumentasi keperawatan.
1.3.3 Bagi perawat Ruang Bedah Dahlia
Perawat dapat mengetahui masalah yang ada di Ruang Bedah Dahlia
berkaitan dengan pelaksanaan manajemen keperawatan, mempelajari penerapan
model asuhan keperawatan professional, menumbuhkan disiplin diri, dan
membina hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
BAB 2
PENGKAJIAN
4. Visi Instalasi Rawat Inap Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Menjadi Rumah Sakit yang Terpercaya, Aman, Bermutu Tinggi dan
Mandiri.
5
6
5. Misi Instalasi Rawat Inap Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
a. Melaksanakan pelayanan dan jejaring pelayanan sebagai Rumah Sakit
Rujukan Tersier yang Aman, Bermutu Tinggi dan Terjangkau.
b. Melaksanakan pendidikan – Penelitian tenaga kesehatan yang
berintegrasi tinggi, profesional, inovatif dan melakukan jejaring
pendidikan penelitian yang terintegrasi (Academic Health Center), pusat
pengembangan bidang kesehatan yang bermutu tinggi serta mewujudkan
sumber daya manusia yang handal.
c. Mewujudkan kejandalan sarana dan prasarana penunjang pelauanan
yang terstandar serta lingkungan kerja yang aman dan nyaman.
d. Melaksanakan tata kelola organisasi yang terintegrasi, efektif, efesien,
dan akuntabel.
1. Struktur Organisasi
Ruang Bedah Dahlia dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu oleh wakil
ruangan, 18 Perawat Pelaksana (PP), 1 Pekarya Rumah Tangga, 3 Tenaga
Pembantu Perawat (TPP) dan 1 Tata Usaha (TU).
Menurut Nursalam (2014), perawat yang bertugas sebagai Perawat Primer
(PP) memiliki tingkat pendidikan minimal S-1. Sedangkan berdasarkan
wawancara dengan Kepala Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo, diketahui
bahwa perawat yang menjabat sebagai Perawat Primer (PP) berjumlah 3 orang, 2
diantaranya memiliki tingkat pendidikan D-3 sedangkan sisanya memiliki tingkat
pendidikan S-2. Menurut Kepala Ruang Bedah Dahlia, pemberian tugas sebagai
Perawat Primer (PP) ditunjuk berdasarkan senioritas ruangan.
7
Kepala Ruangan
Djemadi, SST
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Sumber : Data Sekunder Hasil Wawancara Kepala Ruang Bedah Dahlia
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Tabel 2.1 Jumlah Tenaga Keperawatan di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya Pada November 2017
No. Kualifikasi Jumlah Masa Kerja Jenis
1. S2 Keperawatan 1 15 – 20 tahun : 1 orang PNS
2. S1 Keperawatan 5 5 – 10 tahun : 3 orang BLUD
3 tahun : 2 orang BLUD
3. D4 Keperawatan 1 > 25 tahun : 1 orang PNS
4. D3 Keperawatan 13 5 – 10 tahun : 3 orang BLUD
> 25 tahun : 1 orang PNS
25 tahun : 3 orang PNS
20 – 25 tahun : 3 orang PNS
15 – 20 tahun : 3 orang PNS
Sumber: Data Sekunder Hasil Wawancara Wakil Kepala Ruangan dan Dokumentasi
Tenaga Kerja Ruang Bedah Dahlia Dr. Soetomo Surabaya
Tabel 2.2 Tenaga Keperawatan di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada November 2017
Tingkat Masa Status Jabatan Klasifikasi Pelatihan Yang Pernah Diikuti
No. Nama
Pendidikan Kerja Kepegawaian Saat Ini PK
1. Djemadi DIV 30 PNS Kepala III ATLS, Askep Bedah, BLS. PKMRS, CI, UPI, PPGD,
Keperawatan tahun Ruangan K3RS, DALIN, AT, Terminologi, Radiologi, Patologi
Klinik, LKE, SASETA, PPOSR, Pemadam kebakaran,
Manajemen keperawatan, Audit Keperawatan, PPRA,
Advan PPGD.
2. Diyah DIII 25 PNS Wakil III PKMRS, LKE, DALIN, UPI, Patologi Klinik, PPGD,
Purwaningrum Keperawatan tahun Ruangan Transfusi, Paliatif, CI, BLS, Transfortasi, Manajemen
Keperawatan, LSH, ATLS, Askep Bedah, PPOSR,
SASETA, K3RS, GKM, Audit Keperawatan, Patient
Safety.
3. Sumini DIII 23 PNS Perawat II LKE, BLS, DALIN, Radiologi, Patologi Klinik, P4,
Keperawatan tahun Pelaksana Paliatif, LSH, PKMRS, AT, PPOSR, K3RS,
Manajemen Keperawatan, Transfusi, CI, PPGD.
4. Suwono DIII 17 PNS Perawat III Askep Bedah, Transfusi, PPOSR, Pemadam
Keperawatan tahun Pelaksana kebakaran, ATLS, UPI, CI, DALIN, PKMRS, AT,
LSH, BLS.
5. Sutrisno DIII 19 PNS Perawat II DALIN, Pratugas, AT, ATLS, Prajabatan, Pemadam
Keperawatan tahun Pelaksana kebakaran, BLS, PPOSR, K3 RS, Patiatif, Patient
Safety, CI, Askep Bedah, LPKRS, LKE, LSH.
6. Lukman DIII 17 PNS Perawat III DALIN, AT, Transfusi, ATLS, Paliatif, CI, PKRS,
Abidin Keperawatan tahun Pelaksana Askep Medik, PPOSR, Pratugas, Askep Medik, LSH.
7. Rini Winasih Masigter 18 PNS Perawat III DALIN, LSH, AT, PPGD, CI, PPOSR, PPRA, Askep,
Keperawatan tahun Pelaksana SP2KP, Audit Keperawatan, IPCLN, PKMRS, Diklat
Perawat Ahli, Diklat Penyakit Tropis.
8. Hari Karyoso DIII 27 PNS Perawat III Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran, Paliatif,
Keperawatan tahun Pelaksana PKMRS, DALIN, LSH, AT.
10
Tabel 2. 3 Jumlah Tenaga Non Keperawatan di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Pada November 2017
No. Kualifikasi Jumlah Jenis
1. Tata Usaha (TU) 1 PNS
2. Tenaga Pembantu Perawat (TPP) 2 PNS
1 BLUD
3. Pekarya Rumah Tangga (PRT) 1 PNS
Sumber : Data Primer Hasil Wawancara Wakil Kepala Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
3. Kebutuhan Tenaga
Kebutuhan tenaga memaparkan penghitungan kebutuhan tenaga
keperawatan di ruang rawat inap dengan menggunakan Metode Douglas, Metode
Gillies, dan rumus Departemen Kesehatan (Depkes).
a. Metode Douglas
Jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien dan tingkat
ketergantungannya. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu :
1) Perawatan minimal, memerlukan waktu 1-2 jam sehari
2) Perawatan parsial, memerlukan waktu 3-4 jam sehari
3) Perawaan total, memerlukan waktu 5-6 jam sehari
Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit
perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, dimana masing-masing kategori
mempunyai nilai standar per shift.
Tabel 2.4 Nilai Standar Jumlah Perawat Per Shift Berdasarkan Klasifikasi Pasien
Klasifikasi pasien
Jumlah
pasien Minimal Parsial Total
P S M P S M P S M
1 0.17 0.14 0.07 0.27 0.15 0.10 0.36 0.30 0.20
2 0.34 0.28 0.20 0.54 0.30 0.14 0.72 0.60 0.40
3 0.51 0.42 0.30 0.81 0.45 0.21 1.08 0.90 0.60
Dst
Sumber: Nursalam (2015)
12
Tabel 2.5 Komposisi Kebutuhan Perawat di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya pada tanggal 6 – 7 November 2017
Tingkat Jumlah Jumlah Kebutuhan Tenaga
Ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 18 × 0,17 = 3,06 18 × 0,14 18 × 0,07
18
= 2.52 = 1,26
Parsial 8 8 × 0,27 = 2,16 8 × 0,15 = 1,2 8 × 0,10 = 0,8
Total 0 0 × 0,36 = 0 0 × 0,30 = 0 0 × 0,2 = 0
Jumlah 5,22 3,64 2,06
26
5 4 2
Sumber : Data Primer Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Tabel 2.6 Komposisi Kebutuhan Tenaga Di Ruang Bedah Dahlia Pada Tanggal 6
– 7 November November 2017 (Pasien Pre Kelolaan)
Tingkat Jumlah Jumlah Kebutuhan Tenaga
Ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 5 5 × 0,17 = 0,85 5 × 0,14 = 0,7 5 × 0,07 = 0,35
Parsial 3 3 × 0,27 = 0,81 3 × 0,15 = 0,45 3 × 0,10 = 0,3
Total 0 0 × 0,36 = 0 0 × 0,30 = 0 0 × 0,2 = 0
Jumlah 1,66 1,15 0,65
7
2 1 1
Sumber : Data Primer Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Jadi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di Ruang Bedah Dahlia pada
pasien pre kelolaan pada tanggal 6 – 7 November 2017 menurut Rumus Douglas
adalah 7 orang.
Hasil perhitungan dengan Metode Douglas menunjukkan bahwa tenaga yang
diperlukan pada pasien pre kelolaan di Ruang Dahlia pada tanggal 6 – 7
November sejumlah 2 orang tenaga perawat pada shift pagi, 1 orang tenaga
perawat pada shift sore, 1 orang tenaga perawat pada shift malam.
b. Metode Gillies
Tingkat ketergantungan pasien ruangan dan kebutuhan tenaga keperawatan
dengan metode Gilles di Ruang Bedah dahlia pada tanggal 6 – 7 November 2017.
𝑨×𝑩×𝑪
𝑹𝒖𝒎𝒖𝒔 = =𝑭
𝑪−𝑫 ×𝑬
Keterangan :
A : Rata-rata jumlah jam perawatan pasien/ hari
B : Rata-rata jumlah pasien/ hari
C : Jumlah hari/tahun
D : Jumlah hari libur masing-masing perawat
E : Jumlah jam kerja masing-masing perawat
F : Jumlah perawatan yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Tabel 2.7 Tabel Analisa Beban Kerja Untuk Kebutuhan Perawat Di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo Tahun 2017
Satuan Waktu Waktu Kerja Beban Pegawai Yang
No. Uraian Tugas
Hasil Penyelesaian Efektif Kerja Dibutuhkan
1 Memberikan pelayanan perawatan secara langsung berdasarkan
proses perawatan dengan SKS (sentuhan kasih sayang).
Menyusun rencana perawatan sesuai masalah pasien. Kegiatan 10 300 15 0,5
1) Melaksanakan tindakan perawatan sesuai
Kegiatan 20 300 15 1
rencana.
1) Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan. Kegiatan 10 300 15 0,5
d. Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan
Kegiatan 5 300 15 0,3
respon pasien pada catatan perawatan.
2 Melaksanakan program-program medik dengan penuh tanggung
jawab, antara lain:
a. Pemberian obat Kegiatan 10 300 40 1,3
b. Pemeriksaan laboratorium, radiologi, USG, EEG, dll Kegiatan 20 300 10 0,7
3 Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial
Kegiatan
dan spiritual dari pasien, antara lain:
a. Memelihara kebersihan pasien dan lingkungan Kegiatan 10 300 20 0,6
b. Mengurangi penderitaan pasien dan memberikan rasa aman,
Kegiatan 10 300 10 0,3
nyaman, dan ketenagaan.
c. Pendekatan dan komunikasi terapeutik. Kegiatan 10 300 10 0,3
4 Mempersiapkan penderita secara fisik dan mental untuk
menghadapi tindakan perawatan dan pengobatan atau diagnosis. Kegiatan 5 300 10 0,2
17
Tabel 2.8 Tabel Analisa Beban Kerja Untuk Kebutuhan Kepala Ruang di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Tahun 2017
Satuan Waktu Waktu Kerja Beban Pegawai Yang
No. Uraian Tugas
Hasil Penyelesaian Efektif Kerja Dibutuhkan
1 Melaksanakan fungsi perencanaan.
a. Menyusun rencana kerja kepala unit. Laporan 30 72000 1 0,0004
b. Menyusun falsafah dan tujuan pelayanan. Laporan 60 72000 1 0,0008
c. Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan. Laporan 60 72000 1 0,0008
2 Melaksanakan fungsi penggerakan & pelaksanaan.
a. Mengatur & mengkoordinasikan kerjasama dengan petugas
Kegiatan 30 300 1 0,1
lain yang bertugas di ruang rawat.
b. Menyusun jadwal / daftar dinas tenaga keperawatan. Kegiatan 60 1500 1 0,04
c. Memberikan orientasi kepada tenaga baru & mahasiswa. Kegiatan 30 1500 5 0,1
d. Memberikan orientasi kepada pasien & keluarga. Kegiatan 10 300 6 0,2
d. Mengadakan pertemuan berkala / sewaktu – waktu
Kegiatan 60 6000 1 0,01
dengan staf keperawatan dengan petugas lain.
e. Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan. Kegiatan 30 1500 1 0,02
f. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat. Kegiatan 30 1500 1 0,02
g. Meneliti / memeriksa pengisian daftar permintaan
Kegiatan 10 300 1 0,03
makanan pasien.
h. Meneliti / memeriksa ulang pada saat penyajian makanan Kegiatan 10 300 1 0,03
19
Berdasarkan tabel 2.7 dan 2.8, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan perawat menurut perhitungan Analisa Beban Kerja (ABK) di
Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo adalah sebanyak 20 orang yang terdiri dari 18 tenaga perawat dan 2 tenaga kepala ruangan. Hal
ini sesuai dengan jumlah pegawai di Bedah yang terdiri dari 18 perawat, 1 wakil kepala ruang, dan 1 kepala ruang.
20
Tabel 2.10 Tingkat Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Bedah Dahlia RSUD
Dr. Soetomo Surabaya pada tanggal 7 November 2017
No Tingkat Kepuasan Jumlah Perawat Persentase
1 Cukup puas 14 Perawat 100%
Total 14 Perawat 100%
Sumber : Data Primer Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
5. Beban Kerja
Pengukuran beban kerja dilakukan untuk mengetahui penggunaan waktu
tenaga keperawatan dalam melaksanakan aktivitas baik untuk tugas pokok,
penunjang, kepentingan pribadi dan lain-lain. Adapun pembagian jam kerja secara
normatif pada setiap shif yaitu:
Tabel 2.12 Rata-Rata Beban Kerja Perawat Di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya Pada 7 November 2017
7 November 2017
Kegiatan
Pagi Sore Malam
Tindakan Produktif
DIRECT
- Memberi obat kepada pasien 30 menit 10 menit 30 menit
(injeksi; oral)
- Pengambilan specimen lab 10 menit 5 menit 5 menit
- Rawat luka 20 menit - -
- Observasi TTV 30 menit 75 menit 30 menit
- Merapikan tempat tidur 50 menit 10 menit -
- Memenuhi kebutuhan nutrisi 10 menit 5 menit 5 menit
dan elektrolit
- Memenuhi kebutuhan rasa 25 menit 10 menit 10 menit
aman dan nyaman
- Menerima pasien baru - - -
- Pendidikan kesehatan 30 menit 10 menit -
- Persiapan operasi - - -
TOTAL 205 (3,4 jam) 125 (2,08 jam) 80 (1,33 jam)
Tindakan Produktif Tidak
Langsung
INDIRECT
- Operan dinas 30 menit 20 menit 20 menit
- Timbang terima pasien 10 menit 10 menit 10 menit
- Menulis dokumentasi tindakan 45 menit 40 menit 40 menit
di RM
- Menulis laporan 40 menit 35 menit 35 menit
- Membantu transport pasien dari - - -
dan ke ruang operasi
Total 140 (2,33 jam) 105 (1,75 jam) 105 (1,75 jam)
Waktu non produktif
- Duduk di nurse station 30 menit 30 80
- Shalat 10 menit 10 30
- Makan dan minum 15 menit 15 30
- Toilet 10 menit 10 30
Total 65 (1,08 jam) 65 (1,08 jam) 170 (2,83 jam)
Sumber : Data Primer Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
23
Shift pagi
Waktu produktifitas : 5,73 jam
Tidak produktif : 1,08 jam
Jumlah jam kerja : 6,81 jam
Prosentase produktifitas kerja : 97,2%
Shift sore
Waktu produktifitas : 3,83 jam
Tidak produktif : 1,08 jam
Jumlah jam kerja : 4,91 jam
Prosentase produktivitas kerja : 70,1%
Shift malam
Waktu produktifitas : 3,08 jam
Tidak produktif : 2,83 jam
Jumlah jam kerja : 5,91 jam
Prosentase produktivitas kerja : 59,1 %
Keterangan: Tinggi > 80 %, Sedang 60-80 % dan Rendah < 60 %
Jumlah perawat yang ada pada Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Sutomo
Surabaya adalah 18 orang disertai 2 orang struktural (kepala ruang dan wakil
kepala ruangan). Berdasarkan Time Motion Study di Ruang Bedah Dahlia RSUD
Dr. Sutomo Surabaya Surabaya pada Shift Pagi, 7 November 2017, beban kerja
objektif perawat pada shift pagi berada dalam kriteria beban kerja tinggi (97,2%),
shift sore berada dalam kriteria beban kerja sedang (70,1%) dan shift malam
berada dalam kriteria beban kerja rendah (59,1%).
Tugas perawat di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Sutomo Surabaya tidak
hanya memberikan pelayanan kesehatan berupa asuhan keperawatan, namun juga
melakukan tugas diluar wewenang perawat seperti transportasi pasien, sarana
prasarana, dan sebagainya. Hal ini dapat mempengaruhi nilai ideal antara jumlah
perawat dan jumlah pasien.
24
6. BOR
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 6 – 7 November 2017,
didapatkan data kapasitas tempat tidur Ruang Bedah Dahlia sejumlah 34 tempat
tidur untuk pasien kelas III dan 4 tempat tidur untuk pasien kelas II, dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 2.13 Jumlah tempat tidur di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya Pada 6 – 7 November 2017
No. Shift Kelas II Kelas III BOR
4 bed 34 bed 𝟐𝟔
1. Pagi 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟔𝟖, 𝟒%
(0 kosong) (12 kosong) 𝟑𝟖
4 bed 34 bed 𝟐𝟔
2. Sore 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟔𝟖, 𝟒%
(0 kosong) (12 kosong) 𝟑𝟖
4 bed 34 bed 𝟐𝟔
3. Malam 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟔𝟖, 𝟒%
(0 kosong) (12 kosong) 𝟑𝟖
Sumber: Data Primer Ruang Dahlia RSUD Dr. Soeotomo Surabaya
Tabel 2.14 Jumlah Tempat Tidur Pasien Pre Kelolaan di Ruang Bedah Dahlia
RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada 6 – 7 November 2017
No. Shift Jumlah Bed BOR
1. Pagi 8 bed 8
𝑥 100% = 100%
(0 kosong) 8
2. Sore 8 bed 8
(0 kosong) 𝑥 100% = 100%
8
3. Malam 8 bed 8
(0 kosong) 𝑥 100% = 100%
8
Sumber: Data Primer Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Gambar 2.2 Denah Ruangan Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Sumber : Data Primer Hasil Observasi dan Wawancara Kepala Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
27
2. Fasilitas
a. Fasilitas untuk pasien
Tabel 2.16 Fasilitas Untuk Pasien Di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Seotomo
Surabaya Pada November 2017
No. Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan
1. Tempat tidur 38 Kurang - 1:1 Sesuai ideal
cukup baik
2. Meja pasien 38 Cukup baik 1:1 Sesuai ideal
3. Kipas angin 3 Baik 4/ruangan Ditambah 1
4. AC 4 Kurang Baik Diperbaiki
5. Kursi roda 3 Cukup baik 2-3/ruangan Sesuai ideal
6. Branchart 2 Baik 1/ruangan Sesuai ideal
7. Jam dinding 3 Baik 2/ruangan Sesuai ideal
8. Timbangan 1 Cukup baik 1/ruangan Sesuai ideal
9. Kamar mandi 4 Baik 1/10 pasien Sesuai ideal
10. Toilet 2 Baik 1/10 pasien Ditambah 2
11. Ruang tunggu 1 Baik 1/ruangan Sesuai ideal
12. Wastafel 2 Baik 2/ruangan Sesuai ideal
13. Lampu 14 Baik Sesuai ideal
14. Kartu penunggu 38 Baik 1:1 Sesuai ideal
15. Kursi klien 2 Cukup baik Ditambah 36
Sumber: Data Primer Ruang Dahlia RSUD Dr. Soeotomo Surabaya
28
Hasil observasi fasilitas pasien pada tabel 2.14 menunjukkan bahwa pasien
sudah mendapatkan fasilitas cukup memenuhi standar. Ruangan telah dilengkapi
dengan AC, namun tidak berfungsi dengan optimal. Hal ini disebabkan
penggunaan AC yang terus-menerus sehingga sedikit demi sedikit fungsi dari AC
mulai menurun. Namun menurut keterangan Kepala Ruang Bedah Dahlia, Kepala
Ruang selalu memanggil teknisi setiap 3 bulan sekali untuk melakukan perbaikan
pada AC.
Berdasarkan tabel 2.14, dapat diketahui bahwa kursi klien tidak sesuai
dengan jumlah bed di ruang Bedah Dahlia. Hasil wawancara dengan Wakil
Kepala dan perawat pelaksana Ruang Bedah Dahlia, ditemukan bahwa rumah
sakit memberikan fasilitas kursi kepada penunggu pasien berupa kursi kayu,
sementara kursi plastik yang digunakan penunggu pasien yang lain merupakan
barang yang dibawa sendiri dari penunggu. Berdasarkan hasil observasi,
didapatkan hanya 2 buah kursi yang merupakan fasilitas dari rumah sakit.
Hasil observasi ditemukan bahwa terdapat 1 bed di Ruang Dahlia ditemukan
memiliki roda yang pecah, namun masih dapat digunakan dengan baik. Selain itu,
terdapat beberapa hal yang masih belum memadai seperti privasi pasien karena
ketidakadaannya pintu ruang dan luas ruangan kelas II tidak sesuai standar.
Pada tabel 2.14 dapat diketahui bahwa Ruang Bedah Dahlia RSUD dr.
Soetomo Surabaya memiliki 2 toilet dan 4 kamar mandi. Di bawah ini merupakan
tabel perbandingan jumlah tempat tidur dengan jumlah kamar mandi dan jumlah
toilet berdasarkan Kepmenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004.
Tabel 2.18 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan dengan Jumlah Toilet dan
Jumlah Kamar Mandi (Kepmenkes 2004)
No Jumlah Karyawan Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 1 s/d 20 1 1
2 21 s/d 40 2 2
3 41 s/d 60 3 3
4 61 s/d 80 4 4
5 81 s/d 100 5 5
Note Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi
Sumber: Kepmenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004
Sesuai dengan tabel 2.16 dapat diketahui bahwa indeks perbandingan jumlah
karyawan dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi berdasarkan standart
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Di Rumah Sakit, menunjukkan bahwa Ruang Dahlia
RSUD Dr. Soetomo Surabaya sudah memenuhi standart tentang jumlah
karyawan, toilet dan kamar mandi yaitu sejumlah 2 buah.
Tabel 2.19 Peralatan Medis di Ruang Dahlia RSUD Dr Soetomo pada Bulan
November 2017
Jumlah
No. Jenis Alat Jumlah Kondisi Usulan
Ideal
1. ECG - 1/ruangan - Pengadaan ECG
2. Suction 2 2/ruangan Baik Sesuai ideal
3. Nebulizer 1 2/ruangan Baik Ditambah 1
4. Ambubag 1 1/ruangan Baik Sesuai ideal
Baik Ditambahkan
5. Standar infuse 21 1:1
sesuai jumlah bed
6. Gunting verban 5 2/ruangan Baik Sesuai ideal
- Pengadaan
7. Termometer - 4/ruangan
Termometer
8. Tensi meter 4 2/ruangan Baik Sesuai ideal
9. Stetoskop 3 2/ruangan Baik Sesuai ideal
10. Bengkok 7 2/ruangan Baik Sesuai ideal
31
Jumlah
No. Jenis Alat Jumlah Kondisi Usulan
Ideal
Baik Pengadaan infus
11. Infuse pump - 7/ruangan
pump
12. Kursi roda 3 2/ruangan Baik Sesuai ideal
13. Troli injeksi 3 1/ruangan Baik Sesuai ideal
14. Oxigen transport 2 2/ruangan Baik Sesuai ideal
15. Bak injek sistenlis 5 2/ruangan Baik Sesuai ideal
16. Bak instrument 5 2/ruangan Baik Sesuai ideal
17. Lemari obat 2 Baik
18. Set rawat steril 4 Baik
- Pengadaan
19. Gerusanobat -
gerusan obat
20. Tromol kecil 3 Baik
21. Kulkasdarah 1 1/rungan Baik Sesuai ideal
22. Timbangan 1 1/ruangan Baik Sesuai ideal
23. Kereta obat 1 1/ruangan Baik Sesuai ideal
24. Troli Emergency 1 1/ruangan Baik Sesuai ideal
25. Syringe pump 1 Baik
26. Oksigen besar 8 Baik
27. Tromol sedang 3 Baik
28. Tromol besar 3 Baik
29. Baki 3 Baik
30. GDA 1 Baik
31. Manometer 4 Baik
32. Sketsel 2 Baik
33. Tempat sampah medis 7 Baik
Sumber: Data Primer Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Berdasarkan data pada tabel 2.17, peralatan medis di ruang Dahlia sudah
cukup baik sesuai denganstandar Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia (Permenkes RI) Nomor 340/MENKES/III/2010, namun perlu beberapa
alat yang ditambah dan perlu pengadaan seperti EKG, standar infuse, termometer,
dan gerusan obat.
Menurut wawancara Kepala Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo,
setiap bed pasien dilengkapi dengan standar infuse. Namun, karena beberapa hal,
standar infuse sedikit demi sedikit mulai berkurang. Hal ini dapat disebabkan
tertinggalnya standar infuse saat menjemput pasien atau tertukarnya dengan
ruangan lain.
32
Tabel 2.20 Sarana dan Prasarana di Ruang Dahlia RSUD Dr Soetomo (Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Nomor 340/MENKES/III/2010)
No Jenis alat Jumlah yang Jumlah ideal Kondisi Usulan
tersedia
1. Korden 10 Secukupnya Baik
2. Jam dinding 3 14 Baik Ditambah 11
3. Kereta cucian 2 1-2 ruangan Baik
kotor/bersih
4. Kereta makan 1 1/ruangan Baik
pasien
5. Kursi pasien 38 38 Baik
6. Meja pasien 38 38 Baik
7. Sarung bantal 240 Secukupnya Baik
8. Baju pasien 38 38 Baik
9. Perlak 38 38 Baik
11. Bantal dewasa 80 36 Baik
13. Selimut tebal 120 8 Baik
16.. Tempat tidur 38 1:1 Baik
17. Alat pemadam 6 1/ruangan Baik
kebakaran
18. Waslap 24 Baik
19. Stik laken 180 24 Baik
20 Kursi lipat 28 5/ruangan Baik
21 Papan tulis/white 2 1/ruangan Baik
board
22 Lemari besi 3 1/ruangan Baik
23 Lemari Kaca 1 1/ruangan Baik
24 Dapur 1 1/ruangan Baik
25 Wastafel cuci 2 2/ruangan Baik
tangan
26 Kursi roda 5 5/ruangan Baik
27 Komputer 2 1/ruangan Baik
28 Printer 1 1/ruangan Baik
29 Telepon 1 1/ruangan Baik
30 Scaner 1/ruangan Baik
31 Kotak saran 1 1/ruangan Baik
32 Oksigen Sentral 10 1:1
Sumber: Data Primer Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Tabel 2.21 Daftar Obat Emergency Di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya Pada Bulan November 2017
Jumla Tanggal
No. Nama Barang Jumlah Kondisi Keterangan
h Ideal Kadaluarsa
1. Aminophylin 3 3 Baik 1 November Sesuai
2018 standar
2. Atrophyn Sulfat 5 5 Baik 1 Januari Sesuai
2018 standar
3. Ca Glukonas 1 1 Baik 1 Januari Sesuai
2019 standar
4. Dexamethasone 5 5 Baik 1 Februari Sesuai
2018 standar
5. D40% 3 3 Baik 9 Februari Sesuai
2018 standar
6. Diazepam 2 2 Baik 1 April 2020 Sesuai
standar
7. Diphenhydramine 5 5 Baik 1 Juli 2020 Sesuai
standar
8. Dobutamin 1 1 Baik 11 Juni 2018 Sesuai
standar
9. Ephineprin 5 5 Baik 1 Maret Sesuai
2020 standar
Jumla Tanggal
No. Nama Barang Jumlah Kondisi Keterangan
h Ideal Kadaluarsa
22. RL 1 1 Baik Juni 2022 Sesuai
standar
23. Spuit 3 cc 5 5 Baik 1 Oktober Sesuai
2021 standar
24. Spuit 5 cc 5 5 Baik 1 Maret Sesuai
2022 standar
25. Spuit 10 cc 5 5 Baik 1 September Sesuai
2021 standar
Sumber: Data Primer Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Kegiatan persiapan obat dan consumable di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Soetomo dilakukan oleh pihak farmasi. Sedangkan stok obat dan alat emergency
sudah tersedia di ruangan, namun pada tabel 2.19 dapat diketahui bahwa terdapat
beberapa alat dan obat yang kurang atau belum tersedia dalam stok yang
disediakan seperti furosemid dan venflon. Selain itu, alat intubasi juga belum
tersedia di stok emergency. Pada saat dilakukan observasi pada fasilitas troli
emergency, ditemukan bahwa troli emergency tidak terkunci.
5. Administrasi Penunjang
a. Lembar Rencana Pemberian Obat
b. Buku laporan harian
c. Lembar observasi
d. Buku vital sign
e. SOP
f. Buku laboratorium
g. Rekam medis
h. Buku rekapan transfusi
i. Leaflet
Ruang Dahlia memiliki administrasi penunjang yang lengkap. Namun
Ruang Dahlia belum memiliki leafet atau booklet yang lengkap sebagai bahan
edukasi ke pasien dan sebagai komponen kelengkapan penerimaan pasien baru
dan discharge planning, seperti tata tertib di Ruang Dahlia atau informasi
mengenai penyakit yang di derita.
35
Tabel 2.22 Hasil Angket Sarana dan Prasarana Di Bedah Dahlia Pada November
2017
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah lokasi dan denah ruangan Anda sudah baik? 100% 0
2. Apakah Anda berencana untuk merenovasi 0 100%
ruangan?
3. Apakah peralatan di ruangan Anda sudah lengkap 57% 43%
untuk perawatan pasien?
4. Apakah Anda berencana untuk menambah peralatan 57% 43%
perawatan?
5. Apakah jumlah alat yang tersedia sesuai dengan 29% 71%
rasio pasien?
6. Apakah fasilitas di ruangan Anda sudah lengkap 14% 86%
untuk perawatan pasien?
7. Apakah semua perawat mengerti cara menggunakan 40% 60%
semua alat-alat perawatan?
8. Apakah administrasi penunjang yang dimiliki sudah 67% 33%
memadai?
Sumber : Angket Sarana dan Prasarana Menurut Nursalam (2014).
2.1.4 M3 - Method
1. Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional Di Ruang Bedah
Dahlia
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruang Bedah Dahlia, model
asuhan keperawatan yang diterapkan di Ruang Bedah Dahlia adalah metode Tim.
Berdasarkan hasil observasi, perawat di Ruang Dahlia dibagi menjadi 3 tim, yakni
Tim I menangani bed 1-12, Tim II menangani bed 13-26, dan Tim III menangani
bed 27-38. Masing-masing tim terdapat perawat primer dan perawat assosiate.
Namun untuk shift sore dan malam menggunakan metode Moduler, hanya saja
dalam penerapannya perawat menggunakan metode Tim. Metode ini
menggabungkan model perawat primer dan perawat tim untuk melaksanakan
suatu asuhan keperawatan. Nursalam (2011) menyatakan bahwa MAKP moduler
dilakukan karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagian besar adalah
lulusan D-3 sehingga dengan kombinasi ini diharapkan perawat primer atau ketua
tim dapat memberikan bimbingan asuhan keperawatan kepada lulusan D3. Pada
pelaksanaannya, perawat primer dan perawat pelaksana akan bekerja sama dalam
pengelolaan pasien setiap shift. Pada masing-masing shift, terdapat perawat
penanggung jawab yang bertugas atas shift tersebut mulai dari timbang terima
sampai dengan tanggung jawab terhadap pasien. Namun untuk shift sore dan
malam perawat primer merangkap sebagai perawat asosiate.
Tabel 2.23 Hasil Angket Model Asuhan Keperawatan Di Ruang Dahlia RSUD
Dr. Soetomo Surabaya pada November 2017
No. Pertanyaan Jawaban
1 Model asuhan keperawatan yang digunakan Ya Tidak
1) Apakah model asuhan keperawatan yang Primer = 0%
Moduler
digunakan perawat di ruangan saat ini? Tim = 0%
100,00%
Kasus = 0%
2) Apakah Perawat mengerti/memahami dengan
model asuhan keperawatan yang digunakan 92,86% 7,14%
saat ini?
3) Menurut Bapak/Ibu, Apakah model tersebut 100,00% 0%
cocok digunakan di ruangan Bapak/Ibu?
4) Apakah model yang digunakan sesuai dengan 71,43% 28,57%
visi dan misi ruangan?
2 Efektifitas dan efisiensi model asuhan
Ya Tidak
keperawatan
1) Apakah dengan menggunakan model saat ini 7,14% 92,86%
menjadikan semakin pendek lama rawat inap
37
1. Timbang Terima
Timbang terima pasien merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien
(Nursalam, 2014). Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan
sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga
informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum
dilaksanakan (Nursalam, 2011).
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah Situation,
Background, Assessmentdan Recommendation.
Tabel 2.24 Hasil Angket Timbang Terima Di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya pada November 2017
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah dilakukan timbang terima di ruangan? 1 kali 2 kali
35,71 % 64,29 %
2. Apakah timbang terima telah dilaksanakan tepat
57,14% 42,86%
waktu?
3. Apakah timbang terima dihadiri oleh semua perawat
100,00% 0%
yang berkepentingan?
4. Apakah karu/katim selalu memimpin timbang
100,00% 0%
terima?
5. Adakah yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan
85,71% 14,29%
timbang terima?
6. Tahukah Ibu, apa saja yang harus disampaikan dalam
78,57% 21,43%
pelaporan timbang terima?
7. Adakah buku khusus untuk mencatat hasil laporan
78,57% 21,43%
timbang terima?
8. Adakah kesulitan dalam mendokumentasikan laporan
0% 100,00%
timbang terima?
39
No Pertanyaan Ya Tidak
9. Apakah ada interaksi dengan pasien saat timbang
85,71% 14,29%
terima berlangsung?
10. Tahukan Anda, bagaimana teknik pelaporan timbang
35,71% 64,29%
terima ketika berada di depan pasien?
11. Apa membutuhkan waktu yang lama untuk < 5 menit > 5 menit
mengunjungi masing- masing pasien? 100,00% 0%
12. Tahukah Ibu, bagaimana persetujuan atas penerimaan
57,14% 42,86%
timbang terima?
13. Apakah Anda (shift pengganti) di evaluasi
78,57% 21,43%
kesiapannya oleh kepala ruangan?
Sumber: Data Primer Dari Angket Timbang Terima Di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
terpasang serta program cairan. A (Assesment) meliputi keadaan umum dan vital
sign klien. R (Recommendation) meliputi rencana pengobatan atau terapi yang
akan dilakukan dan yang perlu dilanjutkan untuk klien. Apabila terdapat masalah
belum terselesaikan, maka didiskusikan kembali tindakan selanjutnya untuk
menyelesaikan masalah. Kegiatan timbang terima ditutup dengan validasi pada
pasien yaitu berkeliling dari satu pasien ke pasien yang lain, dimana perawat
menanyakan langsung kepada pasien mengenai keluhan yang dirasakan. Selain
itu, beberapa pasien juga diberikan health education ataupun pemberian motivasi
secara singkat.
Pelaksanaan timbang terima shift siang dan malam kurang lebih sama
dengan shift pagi, hanya saja timbang terima dilakukan secara individu antar
perawat dengan cara timbang terima dahulu baru validasi langsung ke pasien. Hal-
hal yang disampaikan antara lain kondisi pasien saat itu, rencana intervensi dan
terapi yang telah dan akan dilakukan. Hasil kegiatan timbang terima yang telah
dilakukan di ruangan kemudian didokumentasikan ke dalam buku khusus (buku
operan), dimana di dalam buku tersebut terdapat tanda tangan perawat di akhir
penulisan. Dalam buku khusus (operan) juga disertakan jumlah seluruh pasien,
jumlah pasien yang KRS, dan jumlah pasien yang MRS.
Hasil wawancara mengenai proses timbang terima disampaikan bahwa
prinsip timbang terima belum sesuai dengan prosedur timbang terima, yaitu
semua pasien yang dirawat tidak dioperkan ke perawat selanjutnya, data yang
disampaikan sudah sesuai, serta masalah keperawatan sudah benar.
41
2. Ronde Keperawatan
Tabel 2.25 Hasil Angket Ronde Keperawatan Di Ruang Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya pada November 2017
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah ruangan ini mendukung adanya ronde
35,71% 64,29%
keperawatan?
2. Apakah sebagian besar perawat di ruang bedah
42,86% 57,14%
D mengerti adanya ronde keperawatan?
3. Apakah pelaksanaan ronde keperawatan di
21,43% 78,57%
ruangan ini telah optimal?
4. Berapa kali ronde keperawatan dilakukan
100,00% 0%
dalam 1 bulan ? Kurang dari 2 kali?
5. Apakah keluarga pasien mengerti tentang
adanya ronde keperawatan? 7,14% 92,86%
3. Sentralisasi obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2011). Sentralisasi adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
diberikan pada klien diserahkan sepenuhnya pada perawat. Pengeluaran dan
pembagian obat sepenuhnya dilakukan perawat. Penanggung jawab dalam
pengelolaan adalah kepala ruangan diserahkan operasional dapat didegasikan pada
staf yang di tunjuk (PP). Tujuan dari pengelolaan obat adalah menggunakan obat
secara bijaksana dan menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan pasien dapat terpenuhi.
Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat merupakan salah satu
peran perawat sehingga perlu dilakukan dalam satu pola/alur yang sistematis
sehingga penggunaan obat benar-benar dikontrol oleh perawat dan untuk
meminimalisir resiko kerugian baik material maupun non material. Upaya
sistematik meliputi uraian terinci tentang pengelolaan obat secara ketat oleh
perawat, serta didukung peran keluarga untuk mengetahui dan ikut serta
mengontrol penggunaan obat.
Alur sentralisasi obat yang ada di ruangan adalah sebagai berikut, pada
awalnya pasien mendapat RPO (Resep Pemberian Obat) dari dokter yang
merawat, kemudian di koordinasikan dengan perawat, lalu perawat menyerahkan
kepada pasien atau keluarga untuk menyerahkan RPO tersebut ke depo farmasi
yang ada di ruangan Bedah Dahlia. Pasien dengan BPJS dan pasien umum
memiliki perbedaan yaitu pasien dengan BPJS harus membawa persyaratan yang
diperlukan serta RPO yang akan ditebus, sedangkan pasien umum hanya
membawa RPO dan biaya yang dibutuhkan. Setelah administrasi obat selesai,
petugas depo farmasi akan mengantarkan obat yang telah dibeli pasien atau
keluarga kepada perawat yang bertugas saat itu. Obat yang diterima dari depo
farmasi akan disimpan di lemari obat sesuai dengan nomer bed pasien kemudian
obat tersebut akan diberikan pada pasien sesuai dengan jadwal dengan prinsip 5T,
tepat obat, tepat jadwal, tepat dosis, tepat pasien, tepat cara pemberian, dan
waspada efek samping. Perawat memastikan aspek tepat obat dengan cara
menyesuaikan terapi di rekam medis dengan obat yang didapatkan dari farmasi.
Aspek tepat jadwal dilakukan dengan cara memeriksa jadwal pemberian obat pada
RPO dengan jam pemberian obat tersebut. Aspek tepat dosis dilakukan dengan
cara memeriksa dosis terapi pasien di rekam medis dengan dosis obat yang
diberikan farmasi. Sebagian perawat melakukan aspek tepat pasien dengan cara
memanggil nama pasien, sebagian dengan mencocokan nomor bed, dan sebagian
mencocokkan dengan Id band. Aspek cara pemberian dilakukan dengan cara
mencocokkan terapi di RPO dengan rekam medis. Aspek waspada efek samping
dilakukan dengan cara memantau kondisi klinis pasien.
Prosedur penerimaan obat di sore atau malam hari serta pada hari libur,
dengan kondisi Depo Farmasi Bedah Dahlia tutup, maka prosedur pengambilan
obat yaitu bagian depo farmasi menyiapkan obat yang akan diberikan pada hari
selanjutnya.
Berikut adalah alur prosedur unit pelayanan farmasi yang ada di Ruang
Bedah Dahlia:
45
Resep
Resep lengka
p Menghubungi keluarga pasien
pasien
Apoteker
Mengkaji penggunaan obat
Ada DRPs
(Drugs Related Problem)
Tidak ada DRPs
(Drugs Related Problem)
Menghubungi dokter
Perawat
Memberikan Obat/alkes kepada pasien sesuai
waktu pemberian
Gambar 2.7 Alur Pelayanan Farmasi Ruang Bedah Dahlia IRNA Bedah RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
Sumber : Data Primer Hasil Wawancara Staf Farmasi Ruang Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
46
Tabel 2.26 Hasil Angket Sentralisasi Obat Di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya pada November 2017
No Pertanyaan Jawaban
1. Pengadaan sentralisasi obat Ya Tidak
1) Apakah anda mengetahui tentang sentralisasi obat? 78,57% 21,43%
2) Apakah di ruangan anda ini terdapat sentralisasi obat? 100,00% 0%
3) Jika Ya, apakah menurut anda sentralisasi obat yang 92,86% 7,14%
ada sudah dilaksanakan secara optimal?
4) Apakah selama ini anda pernah diberi wewenang 14,29% 85,71%
dalam sentralisasi obat?
5) Apakah ada format daftar pengadaan tiap-tiap macam
obat?(Oral-Injeksi-Supositoria-Infus-Insulin-Obat 78,57% 21,43%
gawat darurat)
2. Alur penerimaan obat
1) Apakah selama ini ada format persetujuan sentralisasi 92,86% 7,14%
obat dari pasien/keluarga pasien?
2) Bagaimana proses penerimaan obat dari
pasien/keluarga pasien ?
100 % 0%
Dokter (RPO)Perawat keluarga/pasien
farmasiperawatpasien
3. Cara penyimpanan obat
1) Apakah di ruangan ini terdapat ruangan khusus untuk 100,00% 0%
sentralisasi obat?
2) Apakah kelengkapan sarana dan prasarana 64,29% 35,71%
mendukung sentralisasi obat?
3) Apakah selama ini Bapak/Ibu memisahkan 100,00% 0%
kepemilikan antar obat-obat pasien?
4) Apakah selama ini Bapak/Ibu memberi etiket dan 85,71% 14,29%
alamat pada obat-obat pasien?
4. Cara penyiapan obat
1) Apakah selama ini sebelum memberikan obat kepada
pasien Bapak/Ibu selalu menginformasikan jumlah 42,86% 57,14%
kepemilikan obat yang telah digunakan?
2) Apakah ada format tiap jenis obat sebelum Bapak/Ibu 57,14% 42,86%
memberikan obat ke pasien?
Sumber: Data Primer Dari Sentralisasi Obat Di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
4. Supervisi Keperawatan
Supervisi keperawatan menurut Nursalam (2015) adalah suatu bentuk dari
kegiatan manajemen keperawatan yang bertujuan pada pemenuhan dan
peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan,
keterampilan dan kemampuan perawat dalam melaksakan tugas. Teknik supervisi,
diantaranya:
a. Proses supervisi keperawatan terdiri dari atas tiga elemen kelompok, yaitu :
1) Mengacu pada standar asuhan keperawatan;
2) Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapaian;
3) Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas
asuhan.
b. Area supervisi
1) Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan kepada klien;
2) Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar;
3) Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran dan empati.
48
Tabel 2.27 Hasil Angket Supervisi Di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya pada November 2017
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Anda mengerti tentang supervisi? 92,86% 7,14%
2. Apakah supervisi telah dilakukan di ruangan? 78,57% 21,43%
3. Apakah supervisi dilakukan rutin/terjadwal? 14,29% 85,71%
4. Apakah karu/bidang keperawatan melakukan
100,00%
supervisi?
5. Apakah anda mengerti tentang alur supervisi? 78,57% 21,43%
6. Apakah sudah ada format baku supervisi ? 21,43% 78,57%
7. Apakah format untuk supervisi sudah sesuai standar
85,71% 14,29%
keperawatan ?
8. Apakah alat (instrumen) untuk supervisi tersedia
85,71% 14,29%
secara lengkap ?
9. Apakah hasil dari supervisi disampaikan kepada
85,71% 14,29%
perawat pelaksana?
10. Apakah selalu ada feed back dari supervisor untuk
85,71% 14,29%
setiap tindakan?
11. Apakah Anda puas dengan hasil dari feed back
85,71% 14,29%
tersebut?
12. Apakah ada follow up untuk setiap hasil dari
85,71% 14,29%
supervisi?
13. Apakah Anda menginginkan perubahan untuk setiap
85,71% 14,29%
tindakan sesuai dengan hasil perbaikan dari supervisi?
14. Apakah Anda pernah mendapatkan pelatihan dan
14,29% 85,71%
sosialisasi tentang supervisi ?
Sumber: Data Primer Dari Supervisi Keperawatan Di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
Tabel 2.28 Hasil Angket Penerimaan Pasien Baru Di Ruang Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya pada November 2017
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Anda mengerti bagaimana penerimaan pasien
100%
baru?
2. Apakah sudah ada pembagian tugas tentang penerimaan
50% 50%
pasien baru
3. Apakah setiap selesai melakukan Penerimaan Pasien
75% 25%
Baru Anda melakukan pendokumentasian?
4. Apakah Penanggung Jawab memberitahu bahwa akan
100%
ada pasien baru
Sumber: Data Primer Dari Angket Penerimaan Pasien Baru Di Ruang Bedah Dahlia
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Dari hasil observasi terkait penerimaan pasien baru di Ruang Bedah Dahlia,
ditemukan bahwa proses penerimaan pasien baru yang ada di Ruang Bedah
Dahlia sudah memenuhi standar dari teori. Tetapi dalam penerimaan pasien baru
masih belum tercantum tentang informed consent tentang sentralisasi obat dari
perawat ke pasien, serta dalam penyampaian info tentang aturan / hak dan
kewajiban pasien hanya melalui lisan, belum menggunakan leaflet maupun
booklet.
53
6. Discharge planning
Tabel 2.29 Hasil Angket Discharge Planning Di Ruang Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya pada November 2017
No. Pertanyaan Ya Tidak
Apakah Anda mengerti tentang discharge
1. 85,71% 14,29%
planning?
Apakah yang Anda memberikan HE saat
2. 100,00%
melakukan discharge planning?
Apakah Anda bersedia melakukan discharge
3. 100,00%
planning?
Apakah discharge planning dilakukan saat pasien
4. 71,43% 28,57%
pulang saja?
Apakah sudah ada pembagian tugas tentang
5. 14,29% 85,71%
discharge planning?
Apakah operasional pemberian tugas discharge
6. 14,29% 85,71%
planning ditentukanoleh kepala ruangan?
Apakah sudah ada pemberian brosur/leaflet saat
7. 78,57% 21,43%
melakukan discharge planning?
Adakah teknik khusus yang digunakan saat
8. 78,57% 21,43%
pemberian discharge planning?
Apakah anda mengunakan bahasa Indonesia saat 92,86% 7,14%
9. melakukan discharge planning?
54
7. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah catatan otentik yang dapat dibuktikan atau dijadikan
buku dalam persoalan hukum. Komponen penting dalam pendokumentasian
adalah komunikasi, proses keperawatan, standar asuhan keperawatan. Efektifitas
dan efisiensi sangat bermanfaat dalam mengumpulkan informasi yang relevan
serta akan meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan. Berdasarkan hasil
observasi pada dokumentasi keperawatan, didapatkan bahwa Ruang Bedah Dahlia
menggunakan instrumen berupa medical record dan instrument pengkajian yang
digunakan menggunakan format Review Of System (ROS). Format diagnosis
keperawatan, intervensi, dan implementasi terintegrasi dalam Integrated Note
(IN) serta menggunakan sistem komunikasi SOAP.
Manfaat Dokumentasi keperawatan menurut Nursalam (2015) yaitu:
a. Sebagai alat komnikasi antar ners dan dengan tenanga kesehatan lain;
b. Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hukum;
c. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan;
d. Sebagai referensi pembelajaran dalam peningkatan ilmu keperawatan;
e. Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan keperawatan.
Tabel 2.30 Hasil Angket Dokumentasi Keperawatan Di Ruang Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya pada November 2017
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah dokumentasi keperawatan di ruangan
Bedah Dahlia RSUD Dr Soetomo mengunakan
SOAPI? 71,43% 28,57%
Apakah sudah ada format pendokumentasian yang
baku?
2. Apakah Anda sudah mengerti cara pengisian
format dokumentasi tersebut dengan benar dan 85,71% 14,29%
tepat?
3. Apakah menurut Anda format yang digunakan ini
bisa membantu (memudahkan) dalam melakukan 78,57% 21,43%
pengkajian pada pasien?
4. Apakah Anda sudah melaksanakan
pendokumentasian dengan tepat waktu (segera 57,14% 42,86%
setelah melakukan tindakan)?
5. Apakah menurut Anda model dokumentasi yang
57,14% 42,86%
digunakan ini menambah beban kerja?
6. Apakah menurut Anda model dokumentasi yang
64,29% 35,71%
digunakan ini menyita banyak waktu?
Sumber: Data Primer Dari Angket Discharge Planning Di Ruang Bedah Dahlia RSUD
Dr. Soetomo Surabaya
56
2.1.5 M4-Money
Berdasarkan hasil wawancara tentang sistem keuangan di Ruang Dahlia
RSUD Dr. Soetomo didapatkan data sebagai berikut:
1. Sumber Dana
Sebagian besar pembiayaan ruangan dan pelatihan pegawai ruangan berasal
dari rumah sakit yang diperoleh dari APBD provinsi Jawa Timur. Sedangkan
pebiayaan klien sebagian besar dari BPJS baik BPJS PBI maupun BPJS Non-PBI
dan biaya sendiri (umum). Biaya perawatan yang berlaku saat ini sesuai kelas
perawatan.
2. Jenis pembiayaan klien di Ruang Dahlia
a. BPJS
Peserta BPJS terdiri dari:
1) PBI (Penerimaan Biaya Iuran)
Peserta PBI antara lain adalah klien yang mendapatkan jaminan dari
pemerintah seperti, Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Jamkesmas. Kartu
Indonesia belum tentu diberikan pada klien atau peserta yang kurang mampu
(miskin) yang ditempatkan di kelas 3, tetapi terdapat kode tertentu di KIS
yang menunjukkan wilayah dan kelas.
57
2) Non-PBI
Peserta BPJS non-PBI adalah klien yang menggunakan BPJS peserta
umum atau mandiri dimana setiap bulan membayar iuran sesuai dengan
kelas yang dikehendaki.
Alur penerimaan klien unit rawat inap yang menggunakan BPJS yaitu
klien melakukan proses transaksi di loker BPJS dengan sebelumnya
mendapatkan surat pengantar rawat inap dari ruangan (Dahlia) yang
digunakan sebagai jaminan. Selain surat pengantar rawat inap yang
dibutuhkan lagi antara lain, kartu BPJS, surat pengantar dari Poli atau SMF
Irna Bedah, serta fotocopy KTP/KK. Kemudian diserahkan pada tim
pengendali BPJS, setelah dari tim pengendali klien akan mendapat SEP
(Surat Eligibitas Peserta) sebagai bukti bahwa klien telah dijamin oleh pihak
BPJS.
Alur pembayaran pasien dengan BPJS, yaitu setelah pasien disetujui
dokter untuk keluar rumah sakit (KRS). Keluarga mengurus kepulangan
pasien ke bagian administrasi ruangan untuk memenuhi persyaratan pulang,
kemudian keluarga ke bagian tim pengendali (Senin-Kamis pukul 08.00-
14.30, Jumat pukul 08.00-14.00, Sabtu pukul 08.00-13.00, Minggu libur),
dengan membawa persyaratan sebagai berikut:
a) BPJS Mandiri
Form SJP, photo copy kartu BPJS.
b) BPJS Askes
Form SJP, photo copy kartu BPJS askes,
c) Jamkesmas
Form SJP, photo copy kartu jamkesmas, photo copy kartu keluarga.
d) SKTM
Form SJP, photo copy surat SKTM dari RT dan RW, photo copy kartu
keluarga, photo copy KTP
Setelah selesai keluarga kembali lagi ke bagian administrasi ruangan.
58
b. Biaya Umum
Setelah pasiendisetujui dokter untuk keluar rumah sakit (KRS), keluarga
mengurus kepulangan di bagian kasir IRNA Medik dengan membawa surat
persetujuan dokter dan ID Rumah Sakit. Kemudian keluarga kembali ke
bagian administrasi ruangan.
c. Billing System
Pelaksanaan billing klien di ruang Dahlia dilakukan oleh petugas
administrasi. Adanya petugas yang melaksanakan billing dapat mengurangi
beban kerja perawat. Petugas administrasi merekap semua jenis pelayanan
yang diterima klien kemudian disajikan dalam bentuk Rincian Biaya Klien.
d. Tarif Rawat Inap
1) Tarif Pelayanan Rawat Inap
Tabel 2. 31 Tarif Pelayanan Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada
November 2017
Kelas Tarif Ruangan Fasilitas
II Rp 55.000,00 1 kamar 2 pasien, 1 bed, 1 meja bedside, 1
kursi, tirai, kamar mandi luar.
III Rp 45.000,00 1 kamar 2 pasien, 1 bed, 1 meja bedside,
kursi, kamar mandi luar.
Sumber: Observasi Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Berdasarkan tabel 2.29 dapat diketahui bahwa kelas II dan kelas III
memiliki fasilitas yang sama, dan hanya dibedakan dengan adanya
fasilitas tirai sebagai privacy pasien.
Tabel 2. 32 Tarif Pelayanan Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada
November 2017
Tarif
No. Tindakan
Kelas 2 (Rp) Kelas 3 (Rp)
1. Perawatan dower kateter 11.000
2. Injeksi IM/SC/IV/IC 53.000 10.000
3. Injeksi sitostatika/hari 82.000
4. Vena punksi 12.000 10.000
5. Pengambilan sampel darah 28.600 19.000
6. Pemasangan Infuse 28.000
7. Pelepasan infuse 10.000
8. Pemasangan transfuse 10.000
9. Kalsium 29.000 22.000
10. Komponen darah PRC 195.000
59
Tarif
No. Tindakan
Kelas 2 (Rp) Kelas 3 (Rp)
11. Perawatan kolostomi 65.000
12. Oral higiene 15.600
13. Memandikan pasien 28.600
14. Luka bersih kecil (d< 10 cm) 28.600
15. Luka kotor sedang (d=10-12 cm) 133.000
16. Bersih sedang (d=10-20 cm) 48.000
17. Ambulatory Blood Pressure Monitoring 246.000 214.000
18. Perawatan drain 22.000
19. Mobilisasi log roling 15.000
20. Oksigen/jam 12.000
21. Pelayanan Invasif Minimal Urogenital 250.000
Uroflometri
Sumber: Data Sekunder Kwitansi Pembayaran Di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
3) Tarif Laboratorium
Tabel 2.33 Tarif Pemeriksaan Laboratorium Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya pada November 2017
Tarif
No. Pemeriksaan
Kelas 2 (Rp) Kelas 3 (Rp)
1. UL 25.000
2. Sedimen urin 5.000
3. Darah Lengkap - CBC 44.000
4. PPT 44.000
5. APTT 44.000
6. Analisa Gas Drah 83.000
7. SGOT 21.000
8. SGPT 21.000
9. Asam urat 20.000
10. HBsAg 57.000
11. BUN 20.000
12. K, Na, Cl 57.200
13. Albumin 20.000
14. Kreatinin serum 19.800
15. GDA 20.000
16. Kolesterol 24.000
17. Trigliserida 25.000
18. HDL-Kolesterol 24.000
19. Magnesium 36.300
20. Direk Bilirubin 20.000
21. Bilirubin Total 21.000
22. Anti HVC 114.000
23. IgM Anti HAV 172.000
60
Tarif
No. Pemeriksaan
Kelas 2 (Rp) Kelas 3 (Rp)
24. Analisa Batu 57.000
25. Pewarnaan Gram 25.000
26. Biakan Aerob + Uji Kepekaan 545.000
27. Komponen Darah – B.CrossMatch 160.000
28. Komponen Darah – Packet Red Cell 295.000
(PRC)
Sumber: Data Sekunder Kwitansi Pembayaran Di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
4) Obat/Barang
Tabel 2.34 Tarif Pelayanan Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada
November 2017
No Nama Barang/Obat Tarif (Rp)
1. Spuit 3 cc nipro 2.376
2. Spuit 5 cc nipro 2.937
3. KN-2 500ml infus 13.213
4. Spuit 10 cc terumo 12.045
5. Surflo 18 14.850
6. Dermafix S 6x7 cm IV 2.052
7. RL 500 ml infus 7.461
8. 3 Way stop cock+slang/BB 32.150
9. Blood set 49.190
10. Ceftriaxone 1 gr inj 20.460
11. NS 500 ml 13.378
12. Antrain injeksi 19.830
13. Asam tranexamat 500 gr injeksi 6.855
14. Amlodipin 5mg 116
15. Cefixim 100 mg 9.396
16. D5 1/5 Ns/Wida19.618 19.618
17. Spinocan 26 44.000
18. Infus set Y-Set 7.920
19. Surflo 18 14.850
20. Dermafix S 6x7 cm IV 2.052
21. RL 500 ml infus 7.461
22. 3 Way stop cock+slang/BB 32.150
23. Blood set 49.190
24. Tablet tambah darah 444
25. Acetylcystein 200 mg 463
26. Ureter Cateter 111.015
27. NS 100 ml Piggyback/Otsu 6.958
28. Fentanyl injeksi 41.739
29. NS 100 ml Piggyback/Otsu 6.958
30. Iopamiro 370/100 ml cair 579.887
31. NS 500 ml 13.378
32. Transofix 3.400
33. Surflo 18 14.850
61
3. Gaji Pegawai
Gaji pegawai dengan status kepegawaian PNS mendapatkan gaji dari
negara, sedangkan Pegawai Non PNS mendapatkan Gaji dari RSUD Dr. Soetomo
sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Soetomo Surabaya Nomor 188.4/737/301/SK/2011 tanggal 20 Januari 2011
tentang pedoman pemberian gaji pegawai harian kontrak di lingkungan rumah
sakit umum Dr. Soetomo Surabaya. Gaji pegawai RSUD Dr. Soetomo terdiri dari
gaji pokok, remunerasi, serta tunjangan daerah.
Berikut ini adalah rincian gaji pokok pegawai berdasarkan status
kepegawaian dan golongan:
a. Golongan IIId : 4.162.900
b. Golongan IIIc : 3.300.000
c. Golongan IIIb : 3.100.000
d. Golongan IIIa : 2.935.000
e. Golongan IId : 2.886.000
f. Golongan IIc : 2.400.000
g. Golongan IIb : 2.315.800
h. BLUD : 2.400.000 (S1)
2.390.000 (D3)
2.380.000 (SMA)
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat Ruang Bedah Dahlia,
tunjangan dan lain-lain mulai ada sejak kurang lebih dua tahun yang lalu. Lain-
lain tersebut meliputi remunerasi, tunjangan lauk-pauk, dan tunjangan daerah.
62
2.1.6 M5-Mutu
1. Standard Keselamatan Pasien
Menurut Joint Commision International Accreditation Standards for
Hospital Mutu pelayanan keperawatan berdasarkan Joint Commission
International Accreditation Standards for Hospital yaitu Standar Keselamatan
Pasien yang meliputi:
penggunaan obat high alert, obat-obatanLook A Like, Sound A Like juga sudah
terdapat dan ditempelkan pada lemari obat.
1) Kejadian Phlebitis
0
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑙𝑒𝑏𝑖𝑡𝑖𝑠 = × 100% = 0%
10
Tabel 2.36 Kejadian pasien Dekubitus di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya 7 November 2017
No Variabel Jumlah Total
1 Jumlah Pasien dengan Decubitus 0 0
2 Jumlah pasien yang berisiko Decubitus 0 0
Sumber: Data Primer Pengkajian pada Tanggal 7 November 2017
0
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑘𝑢𝑏𝑖𝑡𝑢𝑠 = × 100% = 0%
0
Tabel 2.37 Kejadian pasien jatuh di Ruang Dahlia RSUD Dr.Soetomo Surabaya 7
November 2017
No Variabel Jumlah
1. Jumlah Pasien Jatuh 0
2. Jumlah pasien yang tidak berisiko jatuh 24
3. Jumlahpasien yang berisiko rendah jatuh 3
4. Jumlahpasien yang berisiko tinggi jatuh 0
Sumber: Data Primer Pengkajian pada Tanggal 7 November 2017
0
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑗𝑎𝑡𝑢 = × 100% = 0%
3
jatuh. Pasien dengan risiko jatuh ditempeli sticker fall risk warna kuning pada
gelang identitas, namun belum diberikan tanda pencegahan jatuh (segitiga
kuning) pada bed pasien.
Hasil wawancara dengan perawat bedah Dahlia mengenai pengkajian resiko
jatuh yaitu memang tidak setiap hari dilakukan pengkajian pada pasien yang
tidak memiliki resiko, pengkajian biasanya sekali pada saat masuk dan setelah
operasi. Jika ada yang beresiko biasanya baru rutin dilakukan.
Pemberian intervensi pada pasien disesuaikan dengan kriteria rendah,
sedang atau tinggi berdasarkan SPO yang telah ada. Intervensi yang dilakukan
sebagai penanggulangan risiko jatuh yaitu harus ada satu penunggu pasien, side
rail harus selalu ditutup dan memastikan ke keluarga untuk selalu menutupnya.
2. Kepuasan pasien
kepuasan pasien
100%
90%
80%
70%
60%
50%
kepuasan pasien
40%
30%
20%
10%
0%
puas cukup puas kurang puas
Tabel 2.38 Tingkat Kepuasan pasien di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya tanggal 7 November 2017
No Tingkat Kepuasan Jumlah Pasien Persentase
1. Puas 19 Pasien 95 %
2. Cukup puas 0 Pasien 0%
3. Kurang puas 1 Pasien 5%
Total 20 Pasien 100%
Sumber: Data Primer DI Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo
3. Kenyamanan
Tabel 2.39 Penilaian Tingkat Nyeri pada Pasien Di Ruang Ruang Dahlia RSUD
Dr Soetomo Surabaya Tanggal 7 November 2017
No. Skala Nyeri Total
1. Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol 9
2. Total pasien yang nyeri 9
Sumber: Data Primer DI Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo
70
9
× 100% = 100%
9
4. Kecemasan
Tabel 2.40 Tingkat Kepuasan pasien di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya tanggal 7 November 2017
No Tingkat Kepuasan Jumlah Pasien Persentase
1. Tidak cemas 25 Pasien 96,15 %
2. Kecemasan ringan 1 Pasien 3,84 %
Total 26 Pasien 100%
Sumber: Data Primer DI Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo
5. Perawatan diri
9
× 100% = 61%
26
c. Adanya kesempatan.
pengembangan skill 0,2 3 0,6
perawatan.
d. Adanya hubungan dan
kerjasama antarperawat yang 0,2 3 0,6
baik serta kinerja perawat
diruangan yang baik.
e. Penghitungan BOR sudah
dilakukan setiap shift. 0,2 3 0,6 S–W=
3,2 – 2 =
TOTAL 3,2 0,2
1
WEAKNESS
a. Pembagian tenaga tidak sesuai
menurut perhitungan Dougles. 0,25 0,75
3
b. Perawat Primer terdiri dari 3
orang yang 2 diantaranya
0,5 3 1,5
memiliki tingkat pendidikan D-
3 dengan pemilihan
berdasarkan senioritas dan 1
lainnya memiliki tingkat
pendidikan S-2.
c. Tidak adanya keinginan
perawat untuk melanjutkan
pendidikan bagi D-3. 0,25 3 0,75
TOTAL
EksternalFaktor (EFAS) 1 3
OPPORTUNITY
a. Adanya kebijakan RS untuk
perawat mendapatkan beasiswa
dan kesempatan untuk kuliah 0,3 2 0,6
maupun pelatihan keperawatan.
b. Adanya mahaiswa profesi ners
dan mahasiswa D-3
keperawatan yang sedang 0,2 0,8
praktik. 4
c. Adanya kebijakan pemerintah
tentang profesionalisasi
perawat.
0,3 3 0,9
d. Perawat mendapatkan
kesempatan cuti. O – T = 3,1
0,2 0,8 – 2,7 = 0,4
TOTAL 4
THREATENED
a. Tuntutan masyarakat tentang 1 3,1
pelayanan yang lebih
professional.
b. Makin tingginya kesadaran 0,3 2 0,6
73
1 2,7
2. Sarana & prasarana (M2)
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
a. 57% perawat menyatakan bahwa 0,2 3 0,6
alat yang tersedia di ruangan
sudah lengkap untuk mendukung
perawat pasien.
b. Terdapat administrasi penunjang 0,2 3 0,6
(misal ; buku observasi, SOP)
c. Tersedianya nurse station 0,3 4 1,2
dengan posisi strategis .
d. Mempunyai penerangan dan 04 3 1,2
ventilasi yang memadai.
1 3,6
TOTAL
S–W=
WEAKNESS 3,6 – 3 =
a. Terdapat 43% perawat 0,6
0,3 3 0,9
menyatakan peralatan tidak
lengkap (seperti tidak ada infus
pump, EKG)
b. Kurangnya saluran oksigen
sentral, hanya terdapat di 10 0,3 3 0,9
titik.
c. Kursi pasien tidak sesuai
dengan jumlah pasien . 0,2 3 0,6
d. Kurangnya fasilitas toilet.
0,2 3 0,6
TOTAL
1 3
Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Adanya pengadaan sarana dan
prasarana yang rusak dari 0,3 2 0,6
bagian pengadaan barang.
b. Adanya kesempatan menambah
anggaran untukpengadaan alat- 0,3 3 0,9
alat kesehatan yang dibutuhkan.
c. Adanya kesempatan untuk
menambah fasilitas ruangan.
74
THREATENED
a. Ada tuntutan tinggi dari
masyarakat untuk melengkapi
sarana dan prasarana. 0,2 3 0,6
b. Adanya perkembangan O – T = 2,7
teknologi dalam bidang – 2,8 = -0,1
kesehatan yang semakin pesat. 0,2 4
c. Tingginya standar rumah sakit 0,8
yang semakin meningkat.
d. Adanya peningkatan harga alat- 0,2 2 0,4
alat medis.
e. Makin tingginya kesadaran 0,2 2 0,4
masyarakat akan pentingnya
standar kesehatan 0,2 0,6
3
TOTAL
1 2,8
3. M3 (Metode)
MAKP
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
a. Metode asuhan keperawatan 0,2 3 0,6
yang digunakan yaitu MAKP
modular sesuai dengan kondisi
saat ini yaitu perawat yang ada
di rumah sakit sebagian besar
adalah lulusan D-3.
b. 92,86% perawat mengerti dan
memahami model asuhan 0,2 3 0,6
keperawatan MAKP moduler .
c. 71,43% perawat mengatakan
pembagian tugas sesuai dengan 0,2 3 0,6
Job description.
d. 85,71% perawat menyatakan
terlaksananya komunikasi yang 0,2 3 0,6
adekuat .
e. 78,57% perawat mengetahui
kondisi pasien dan dapat 0,2 3 0,6
menilai kebutuhan pasien.
TOTAL
S–W=3
1 3 –2=1
WEAKNESS
a. 35,71% perawat menyatakan
75
menjalankan kegiatan
keperawatan tidak sesuai 0,5 2 1
standar.
b. 35,71% perawat sering
mendapatkan teguran dari ketua
tim. 0,5 2 1
TOTAL
THREATENED
a. Adanya tuntutan masyarakat yang 1 3,3
semakin tinggi terhadap O–T=
3,3 – 3 =
peningkatan pelayanan
keperawatan yang lebih 0,3
0,3 4 1,2
professional.
b. Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan hukum.
c. Makin tinggi kesadaran
masyarakat mengenai kesehatan. 0,3 0,9
3
d. Bebasnya pers yang langsung
menyebarkan informasi dengan 0,2 0,6
cepat. 3
SENTRALISASI OBAT
Internal faktor (IFAS)
STRENGTH 1 3,3
a. Kepala ruangan mendukung
kegiatan sentralisasi obat.
b. Tersedianya sarana dan
prasarana untuk pengelolaan
sentralisasi obat.
0,2 3 0,6
c. Perawat mengetahui tentang
sentralisasi obat.
0,2 3 0,6
d. Sentralisasi obat sudah
dilaksanakan secara optimal.
e. Adanya ruangan khusus untuk
sentralisasi obat. 0,2 4 0,8
76
TOTAL
0,5 3 1,5
Eksternal faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Adanya mahasiswa keperawatan
yang praktik manajemen 1 3
keperawatan.
b. Kerjasama yang baik antara
perawat dan farmasi.
0,5 3 1,5
TOTAL
SUPERVISI 0,5 1
2
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
a. 92,86% perawat mengerti 1 2,0
tentang supervisi
b.
c. .
d. Sudah dilaksanakan supervisi
sewaktu-waktu oleh kepala
0,25 4 1
ruangan/bidang keperawatan.
e. Selalu ada feedback dari
0,25 3 0,75
supervisor.
f. Ada kemauan perawat untuk
berubah sesuai dengan hasil
perbaikan supervisi. 0,25 4 1
77
WEAKNESS
a. Supervisi belum dilakukan
secara rutin (kadang sebulan 1 3,5 S–W=
sekali dan tidak terjadwal). 3,5 – 3,25=
b. 85,71% perawat belum 0,25
mendapatkan pelatihan 0,5 3 1,5
supervisi.
c. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Kepala Ruang Bedah 0,25 3 0,75
Dahlia ditemukan bahwa tidak
ada supervisi khusus untuk
dokumentasi keperawatan.
0,25 4 1
TOTAL
TOTAL
0,2 2 0,4
THREATENED
a. Tuntutan pasien sebagai
konsumen untuk mendapatkan
pelayanan yang profesional.
1 2,5
O–T=
TOTAL 2,5 – 3 =
1. -0,5
1 3 3
DOKUMENTASI
KEPERAWATAN
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
a. Sudah ada format baku 1 3
pendokumentasian keperawatan.
b. Format yang tersedia
memudahkan pengkajian.
78
c. 57,14% sudah
mendokumentasikan segera
setelah melakukan tindakan. 0,4 4 1,6
0,25 3 0,75
Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Adanya perawat yang pernah
mengikuti program pelatihan /
seminar pendokumentasian 1 3
askep.
b. Adanya Mahasiswa PSIK
praktik manajemen keperawatan
c. Kerjasama yang baik antara
perawat Ruang Bedah D dan 0,2 2 0,4
mahasiswa
d. Perawat terlibat dalam setiap
tindakan.
0,2 3 0,6
TOTAL
DISCHARGE PLANNING
79
0,25 3 0,75
WEAKNESS
a. 71,43% perawat menyatakan
bahwa discharge planning
dilaksanakan saat mau pulang.
1 3
b. Berdasarkan wawancara dengan S–W=
Kepala Ruang didapatkan data 3 – 2,6 =
bahwa setiap pasien pulang tidak 0,4
selalu diberikan edukasi,
berdasarkan hasil observasi saat
pasien pulang juga tidak
diberikan edukasi dan tidak 0,6 3 1,8
diberikan leaflet.
TOTAL
0,2 4 0,8
80
TOTAL 0,5 4 2
TIMBANG TERIMA
Internal Faktor(IFAS)
STRENGTH
0,5 3 0,75
a. Kepala ruangan memimpin
kegiatan timbang terima setiap
hari.
b. Timbang terima dilakukan
setiap shift.
c. Timbang terima sudah 1 2,75
merupakan kegiatan rutin yang
telah dilaksanakan.
d. Adanya kemauan perawat untuk
melakukan timbang terima.
0,25 4 1
TOTAL
WEAKNESS 0,25 4 1
a. Sebanyak 64,29% perawat tidak
mengetahui teknik pelaporan
timbang terima ketika di depan 0,25 3 0,75
pasien.
b. Sebanyak 42,86 % timbang
terima tidak dilakukan tepat 0,25 4 1
waktu.
TOTAL 1 3,75
terima.
d. Adanya kemauan perawat untuk
timbang terima.
0,25 4 1
TOTAL
THREATENED 0,25 4 1
a. Adanya tuntutan yang lebih
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional, 0,2 3 0,6
b. Meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang tanggung
jawab dan tanggung gugat
0,3 2 0,6
perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan.
TOTAL 1 3,2
O–T=
3,2 – 3 =
0,5 3 1,5 0,2
RONDE KEPERAWATAN
Internal faktor (IFAS) 0,5 3 1,5
STRENGTH
a. Bidang keperawatan dan
ruangan mendukung adanya
kegiatan ronde keperawatan.
b. SDM banyak mempunyai
pengalaman dalam bidang 1 3
keperawatan = terdapat 1 orang
berpendidikan S-2, 5 orang
berpendidikan S-1 dan 1 orang
berpendidikan D-4
TOTAL
WEAKNESS
a. 64,29% perawat tidak 0,5 2
4
mendukung ronde keperawatan.
b. 57,14% perawat tidak mengerti
ronde keperawatan.
0,5 3 1,5
c. Belum terbentuknya tim ronde
keperawatan.
TOTAL
TOTAL
1 3,6
THREATENED
a. Adanya tuntutan yang lebih
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan yang 0,3 1,2
4
profesional.
b. Keluarga tidak memahami ronde
keperawatan.
0,4 4 1,6
TOTAL
0,3 3 0,9
1 3,7
O–T=
0,5 3 1,5 3,7 – 3 =
0,7
0,5 3 1,5
1 3
4. M4 (MONEY)
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
a. Tiap perawat memperoleh 0,25 3 0,75
pendapatan dari jasa pelayanan
rumah sakit berupa remunerasi.
b. Tiap perawat mendapatkan dana 0,25 2 0,5
tunjangan.
83
TOTAL 1 3
TOTAL O-T=
1 3,4 3,4 - 3 =
THREATENED 0,4
a. Adanya tuntutan yang lebih
tinggi dari masyarakat untuk 0,5 3 1,5
mendapatkan pelayanan
kesehatan yang lebih
profesional sehingga
membutuhkan pendanaan yang
lebih besar untuk mendanai
sarana dan prasarana
b. Jumlah klien BPJS lebih banyak
daripada klien umum. 0,5 1,5
3
TOTAL
1 3
5. Mutu (M5)
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
a. Tidak ada klien jatuh. 0,1 4 0,4
b. Tidak ada kejadian dekubitus. 0,1 4 0,4
c. Angka kenyamanan 0,1 4 0,4
84
TOTAL S - W=
1 3,9 3,9-3,2=
WEAKNESS 0,7
a. 15 dari 26 klien tidak
memahami fungsi dari gelang 0,1 3 0,3
identitas.
b. Tidak setiap perawat melakukan
identifikasi saat melakukan 0,2 4 0,8
tindakan, seperti memberikan
obat.
c. Tidak semua operator
melakukan marker. 0,1 3 0,3
d. Belum maksimalnya
dokumentasi penilaian mutu 0,2 3 0,6
keperawatan seperti pengkajian
resiko jatuh dan intervensi
pencegahan pasien jatuh
e. Five moment cuci tangan belum
dilaksanakan secara rutin, baik
0,2 4 0,8
oleh perawat, mahasiswa
praktikan dan keluarga.
f. Sebanyak 49% klien tidak
mengerti tentang perawatan
penyakitnya. 0,2 2 0,4
TOTAL
1 3,2
Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Rumah sakit sedang berada
dalam proses menuju akreditasi
85
TREATHENED 1 3,4
a. Tuntutan pasien sebagai O-T=
konsumen untuk mendapatkan 3,4 – 3,2 =
pelayanan yang profesional. 0,4 3 1,2 0,2
b. Tuntunan dari tenaga medis
lainnya (dokter spesialis).
c. Adanya persaingan antar RS 0,2 3 0,6
dalam memberikan pelayanan
keperawatan profesional. 0,2 0,6
3
d. Opini masyarakat tentang status
RS pendidikan untuk praktik
pendidikan.
0,2 4 0,8
TOTAL
1 3,2
86
Tabel 2.44 Identifikasi Masalah Di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya Pada November 2017
Identifikasi Persistem
No. Masalah Penyebab
(M1-M5)
1. M1(Man) a. Pembagian tenaga tidak sesuai menurut perhitungan a. Berdasarkan wawancara dengan perawat di Ruang
Dougles. Bedah Dahlia, perawat yang bertugas pada shift sore
dan malam berjumlah 3 orang setiap shift. Hal ini
ditentukan berdasarkan efisiensi.
b. Perawat Primer terdiri dari 3 orang, 2 diantaranya memiliki b. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Ruang,
tingkat pendidikan D-3 dengan pemilihan berdasarkan pemilihan PP berdasarkan senioritas dan perawat
senioritas, dan 1 perawat lainnya memiliki tingkat senior biasa masuk pagi, sehingga menjadi PP.
pendidikan S-2.
c. Tidak adanya keinginan perawat dengan tingkat pendidikan c. Kepala Ruang menyatakan bahwa tidak ada
D-3 untuk meningkatkan pendidikannya. keinginan para perawat untuk melanjutkan tingkat
pendidikan, karena uang remunisasi akan hilang.
2. M2 (Material) a. Terdapat 43% perawat menyatakan peralatan tidak lengkap a. Hasil wawancara dengan perawat menyatakan bahwa
(seperti tidak ada infus pump, EKG). Oksigen Sentral baru tersedia di 10 titik, karena
bangunan belum mendukung untuk penyediaan
oksigen sentral.
b. Kurangnya saluran oksigen sentral, hanya terdapat di 10 titik. b. Setiap 2 tempat tidur telah disediakan alkohol
gliserin.
c. Kursi pasien tidak sesuai dengan jumlah pasien. c. Hasil wawancara dengan salah satu perawat
menyatakan bahwa ruangan tidak menyediakan kursi
untuk pasien, hanya disediakan kurang lebih 5 kursi.
d. Kurangnya fasilitas toilet. d. Bangunan belum mendukung untuk ditambahnya
toilet baru.
88
3. M3 (Method) a. 35,71% perawat menyatakan menjalankan kegiatan a. Perawat mengatakan pelaksanaan kegiatan sesuai
MAKP keperawatan tidak sesuai standar. SOP memakan waktu yang lama.
b. 35,71% perawat sering mendapatkan teguran dari ketua b. Perawat mendapatkan teguran karena terkadang
tim. melakukan tindakan tidak sesuai standar.
PENERIMAAN Penyampaian informasi hanya berupa lisan, tidak ada dalam Perawat menyatakan secara lisan untuk efisiensi waktu
PASIEN BARU bentuk leaflet maupun booklet mengenai hak dan kewajiban dan biaya.
klien serta tata tertib selama di ruma hsakit.
SENTRALSASI OBAT a. Sebanyak 57,14% perawat mengatakan tidak selalu a. Berkaitan dengan kebijakan sentralisasi obat yang
menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang telah berpusat pada depo farmasi.
digunakan. b. Berkaitan dengan kebiasaan perawat menyampaikan
b. Belum adanya form persetujuan obatan antara perawat secara lisan tentang persetujuan obat kepada klien
dengan klien atau keluarga. atau keluarga di Ruang Dahlia.
SUPERVISI
a. Supervisi belum dilakukan secara rutin (kadang sebulan a. Kegiatan supervisi dilakukan secara accidental.
sekali dan tidak terjadwal).
KEPERAWATAN
b. 85,71% perawat belum mendapatkan pelatihan supervisi. b. Beban kerja perawat maupun kepala ruangan
perawat sebagai pelaksana supervisi yang terlalu
tinggi sehingga pelaksanaan supervisi belum
dilakukan secara optimal.
c. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruang Bedah c. Berdasarkan asas kepercayaan.
Dahlia, ditemukan bahwa tidak ada supervisi khusus pada
dokumentasi keperawatan.
a. Sebanyak 64,29% perawat tidak mengetahui teknik a. Sosialisasi yang kurang mengenai timbang terima
TIMBANG TERIMA pelaporan timbang terima ketika di depan pasien. keperawatan yang baik dan benar.
b. Sebanyak 42,86 % timbang terima tidak dilakukan tepat b. Berkaitan dengan kedisiplinan perawat shift pagi
waktu. yang kurang.
a. 64,29% perawat tidak mendukung ronde keperawatan. a. Ronde keperawatan dinilai menghabiskan banyak
RONDE b. 57,14% perawat tidak mengerti ronde keperawatan. waktu dan tenaga perawat.
KEPERAWATAN c. Belum terbentuknya tim ronde keperawatan. b. Kurangnya sosialisasi tentang ronde keperawatan
terhadap perawat.
c. Adanyaketerbasanwaktu, tempat,
tenagadalampelaksanaanrondekeperawatan
89
Identifikasipersistem Nilai
No. Masalah Prioritas
(M1-M5) (CARL)
MAKP
M3 a. 35,71% perawat menyatakan menjalankan kegiatan keperawatan tidak sesuai
4. 4 180
standar.
b. 35,71% perawat sering mendapatkan teguran dari ketua tim.
Timbang terima
a. Sebanyak 64,29% perawat tidak mengetahui teknik pelaporan timbang terima ketika
5. M3 5 160
di depan pasien.
b. Sebanyak 42,86 % timbang terima tidak dilakukan tepat waktu.
Sentralisasi obat
a. Sebanyak 57,14 % perawat mengatakan tidak selalu menginformasikan jumlah
6. M3 6 144
kepemilikan obat yang telah digunakan.
b. Belum adanya form persetujuan obat antara perawat dengan klien atau keluarga.
Supervisi
7. M3 a. Supervisi belum dilakukan secara rutin (kadang sebulan sekali dan tidak terjadwal). 7 120
b. 85,71% perawat belum mendapatkan pelatihan supervisi.
Ronde keperawatan
a. 64,29% perawat tidak mendukung ronde keperawatan.
8. M3 8 118
b. 57,14% perawat tidak mengerti ronde keperawatan.
c. Belum terbentuknya tim ronde keperawatan.
Penerimaan Pasien Baru
9 M3 Penyampaian informasi hanya berupa lisan, tidak ada dalam bentuk leaflet maupun 9 81
booklet mengenai hak dan kewajiban klien serta tata tertib selama di rumah sakit.
a. Terbatasnya leaflet untuk kebutuhan edukasi pasien.
10 b. Kurangnya sambungan oksigen sentral, hanya tersedia di 10 titik
M2 10 28
c. Kurang tersedia fasilitas wastafel untuk klien
d. Kursi pasien tidak sesuai dengan jumlah pasien dan terdapat kursi pasien yang rusak
92
Identifikasipersistem Nilai
No. Masalah Prioritas
(M1-M5) (CARL)
dan masih digunakan.
PERENCANAAN
3.1 Pengorganisasian
Pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional dalam menentukan
kebijakan-kebijakan internal yang sifatnya umum, kelompok menyusun struktur
organisasi sebagai berikut:
Ketua : Hidayat Arifin, S.Kep.
Sekretaris 1 : Tri Sulistyawati, S.Kep.
Sekretaris 2 : Ardilah Dwiagus Safitri, S.Kep.
Bendahara 1 : Dwi Indah Kurniawati ,S.Kep.
Bendahara 2 : Tutuk Nur Wahyuni, S.Kep.
Penanggung Jawab Kegiatan
1. Penerimaan pasien baru : Tutuk Nur Wahyuni, S.Kep.
Latifatuk Muna, S.Kep.
2. Timbang Terima : Gunawan, S.Kep.
Tri Sulistyawati, S.Kep.
3. Sentralisasi obat : Tutuk Nur Wahyuni, S.Kep.
Latifatul Muna, S.Kep.
4. Ronde Keperawatan : Hidayat Arifin, S.Kep.
Adib Huda Mujtaba, S.Kep.
5. Supervisi : Dwi Indah Kurniawati, S.Kep.
Ignatius Purwo M. S., S.Kep.
6. Discharge Planning : Mulyana, S.Kep.
M. Ali Machrus, S. Kep.
7. Penyuluhan RS : Yohana E. R. Resbal, S.Kep.
Ardilah Dwiagus Safitri, S.Kep.
91
92
Perawat primer
Pasien/klien
1. Pembagian Tugas
a. Tugas Kepala Ruangan
1) Perencanaan
a) Menunjuk perawat primer (PP) dan mendeskripsikan tugasnya masing-
masing.
b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
94
13) Memberikan pertolongan segera pada pasien gawat atau sakaratul maut.
14) Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanakan ruangan secara
admnistratif.
15) Menyiapkan data pasien baru, pulang atau meninggal.
16) Sensus harian atau formulir.
17) Rujukan harian atau formulir.
18) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan menurut
fungsinya supaya siap pakai.
19) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan
keindahan ruangan.
20) Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur secaa
berganti sesuai jadwal tugas.
21) Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya
PKMRS).
22) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan pasien baik secara lisan
maupun tulisan.
23) Membuat laporan harian pasien.
d. Rencana Strategi :
1) Melaksanakan penerimaan pasien baru secara lengkap sesuai format
yang ada.
2) Membuat welcome book yang berisi tata tertib dan denah ruang
Bedah Dahlia RSUD dr. Soetomo.
3) Membuat media penerimaan pasien baru menggunakan video.
4) Optimalisasi identifikasi dan pemasangan gelang pada pasien baru.
e. Kriteria evaluasi
1) Evaluasi struktur
a) Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar
penerimaan pasien baru, informed consent sentralisasi obat,
format pengkajian, nursing kit, status, buku panduan pasien, dan
kartu pengunjung.
b) Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh PJ Unit,
PP, dan PA, sedangkan pada shift sore dilakukan oleh PP dan PA.
2) Evaluasi proses
a) Pasien baru disambut oleh PJ Unit, PP, dan PA.
b) PP melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik dengan dibantu
oleh PA.
c) Pasien baru diberi penjelasan tentang orientasi ruangan,
perawatan (termasuk sentralisasi obat), medis, serta tata tertib
ruangan.
d) Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan
keluarga.
3) Evaluasi hasil
a) Hasil penerimaan pasien baru didokumentasikan dengan benar.
b) Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis,
serta tata tertib ruangan.
c) Pasien sudah menandatangani persetujuan sentralisasi obat.
102
PASIEN
RENCANA
TINDAKAN
MASALAH
( Teratasi, belum teratasi, teratasi sebagian, dan muncul masalah baru)
3. Prosedur Pelaksanaan
a. Kedua kelompok siap.
b. Prinsip timbang terima: tidak semua pasien dilakukan timbang terima,
khusus pada pasien yang memiliki permasalahan yang belum teratasi serta
yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
c. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh
terhadap masalah, kebutuhan dan tindakan yang telah dilaksanakan serta
hal-hal yang penting lainnya selama masa perawatan.
d. Hal-hal yang sifatnya khusus diserahterimakan kepada perawat
berikutnya.
e. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:
1) Identitas pasien dan diagnosis medis.
2) Data (keluhan obyektif dan subyektif).
3) Masalah keperawatan yang masih muncul.
4) Intervensi keperawatan yang sudah dilakukan.
5) Intervensi keperawatan yang belum/akan dilakukan.
6) Intervensi kolaboratif.
104
e. Kriteria Evaluasi:
1) Struktur:
a) Menentukan penanggungjawab timbang terima.
b) Menyusun teknik timbang terima bersama-sama dengan staf
keperawatan.
c) Menentukan materi timbang terima.
d) Status pasien disiapkan.
e) Persiapan buku laporan timbang terima.
2) Proses:
a) Melaksanakan timbang terima bersama dengan Karu dan staf
keperawatan pada pergantian shift.
b) Timbang terima dipimpin oleh perawat primer sebagai
penanggung jawab shift.
c) Timbang terima diikuti oleh perawat, mahasiswa yang berdinas
atau akan berdinas.
3) Hasil
a) Perawat mampu meloparkan timbang terima yang berisi
(identitas, diagnosis medis, masalah keperawatan, intervensi
yang sudah dan belum dilaksanakan, intervensi kolaboratif,
rencana umum pasien).
b) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
c) Dapat meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
d) Menjalin hubungan kerja sama yang bertanggungjawab antar
perawat.
e) Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan
berkesinambungan.
106
d. Pembagian obat
1) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam format
pemberian obat oral/injeksi.
2) Obat-obat yang telah diterima disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh
perawat dengan memperhatikan alur yang telah tercantum format
pemberian obat oral/injeksi.
3) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat dan efek samping kemudian memberi kode dan tanda
tangan setelah melakukan pemberian obat.
4) Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi oleh kepala ruangan
atau petugas yang ditunjuk (PP) dan didokumentasikan dalam format
pemberian obat oral/injeksi.
e. Penambahan obat baru
1) Bila mana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan rute pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan
dalam buku sentralisasi obat dan lembar kontrol obat.
2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu), maka doku-
mentasi tetap di catat pada buku sentralisasi obat dan lembar kontrol obat.
f. Obat khusus
1) Obat tersebut khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup mahal,
menggunakan rute pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping
yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu saja.
2) Pemberian obat khusus tetap dicatat pada buku sentralisasi obat yang
dilaksanakan oleh perawat primer.
Informasi yang diberikan pada pasien/keluarga: nama obat, kegunaan obat,
waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian. Wadah obat
sebaiknya diserahkan/ditunjukkan pada pasien atau keluarga.
108
Tabel 3.1 Planning Of Action Manajemen Keperawatan Di Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Pada November 2017
Penanggung
No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Keberhasilan
jawab
1 M1 – Man Mengusulkan :
a. Pembagian kebutuhan a. Dapat menerapkan a. Penetapan tenaga kerja a. Penetapan tenaga kerja per
tenaga per shift tidak pembagian kebutuhan per shift sesuai dengan shift disesuaikan dengan
sesuai dengan perhitungan tenaga per shift dengan perhitungan metode kebutuhan tenaga kerja
metode Dougles. perhitungan metode Dougles. sesuai metode Dougles.
b. Perawat Primer terdiri dari Dougles. b. Penetapan Perawat b. Penetapan Perawat Primer
3 orang dan 2 diantaranya b. Penetapan Perawat Primer Primer sesuai dengan sesuai dengan tingkat Ardilah
memiliki tingkat di sesuaikan dengan tingkat pendidikan pendidikan minimal S-1. Dwiagus
pendidikan D-3. tingkat pendidikan S-1. minimal S-1. c. Terdapat peningkatan Safitri, S.Kep.
c. Diberikan motivasi dan motivasi perawat dalam
c. Tidak adanya keinginan c. Peningkatan motivasi share pengalaman dalam melanjutkan tingkat
perawat dengan tingkat perawat untuk melanjutkan pendidikan. pendidikan.
pendidikan D-3 untuk meningkatkan pendidikan.
meningkatkan
pendidikannya.
2. M2- Material Mengusulkan :
a. Terdapat 43% perawat Tersedianya peralatan a. Mengajukan pengadaan a. Tersedianya peralatan
menyatakan peralatan kesehatan dan fasilitas lengkap peralatan kesehatan kesehatan yang lengkap
tidak lengkap (seperti tidak untuk pasien (EKG, Infus pump), ( EKG, Infus pump)
ada infus pump, EKG) . kursi pasien b. Tersedianya saluran Latifatul
b. Kurangnya saluran b. Mengadakan renovasi oksigen central pada Muna, S.Kep.
oksigen sentral, hanya ruangan atau bangunan setiap bed dan
terdapat di 10 titik. tersedianya toilet sesuai
c. Kursi pasien tidak sesuai dengan kapasitas
dengan jumlah pasien ruangan.
109
Penanggung
No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Keberhasilan
jawab
d. Kurangnya fasilitas toilet.
3. M3 – Method
MAKP
a. 35,71% perawat Perawat Ruang Dahlia dan a. Mengimplementasikan a. Mahasiswa mampu
menyatakan menjalankan Mahasiswa Profesi tindakan keperawatan mengimplementasikan
kegiatan keperawatan tidak M. Ali
Manajemen Keperawatan sesuai SOP. kegiatan keperawatan sesuai
sesuai standar. Machrus,
mampu melakukan tindakan b. Mengimplementasikan dengan SOP. S.Kep.
b. 35,71% perawat sering keperawatan sesuai dengan model Keperawatan b. Mahasiswa mampu
mendapatkan teguran dari SOP MAKP Primer mempraktikan model
ketua tim. keperawatan MAKP Primer
dengan baik.
Penerimaan Pasien Baru Mengusulkan :
Penyampaian informasi hanya Perawat dan mahasiswa FKP a. Pembuatan “welcoming Mahasiswa mampu menjalankan
berupa lisan, tidak ada dalam praktik manajemen mampu book” kegiatan penerimaan pasien Tutuk
bentuk leaflet maupun booklet melakukan penerimaan pasien b. Mengimplementasikan baru. Nurwahyuni,
mengenai hak dan kewajiban baru dengan baik disertai penerimaan pasien baru S.Kep.
klien serta tata tertib selama di leaflet atau booklet. di ruang dahlia dengan
rumah sakit. role play.
Sentralisasi Obat
a. Sebanyak 57,14 % perawat Diharapkan mahasiswa praktik Menginplementasikan Mahasiswa mampu menjalankan
mengatakan tidak selalu menejemen mampu sentralisasi obat di ruang kegiatan sentralisasi obat.
menginformasikan jumlah menerapkan sentralisasi obat dahlia dengan role play
kepemilikan obat yang dengan baik Latifatul
telah digunakan. Muna S.Kep
b. Belum adanya form
persetujuan obat antara
perawat dengan klien atau
keluarga.
110
Penanggung
No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Keberhasilan
jawab
Supervisi
a. Supervisi belum dilakukan Setelah dilakukan praktik a. Merencanakan supervisi a. Terbentuknya tim supervisi
secara rutin (kadang manajemen keperawatan, yang dilakukan sesuai keperawatan di ruang bedah
sebulan sekali dan tidak diharapkan ruang dahlia dengan struktur Dahlia.
terjadwal) mampu menerapkan supervisi organisasi dan diuraikan b. Supervisi keperawatan dapat
b. 85,71% perawat belum dengan baik dengan jelas, berjalan dengan rutin.
mendapatkan pelatihan terorganisir, serta
supervisi dinyatakan melalui
c. Berdasarkan wawancara petunjuk, peraturan,
dengan Kepala Ruang uraian tugas dan standar
Dahlia ditemukan bahwa b. Berkolaborasi dalam
tidak ada supervisi khusus penyusunan dengan
dokumentasi keperawatan ruang bedah dalam
penyusunan jadwal Dwi Indah K.,
supervisi serta membuat S.Kep.
format penilaian
supervisi yang baku.
c. Melaksanakan
supervisisesuai dengan
perencanaan
d. Melakukan penilaian,
feedback dan followup
setelah supervisi
e. Mendokumentasikan
hasil supervisi dengan
baik
f. Melakukan role play
111
Penanggung
No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Keberhasilan
jawab
supervisi keperawatan
Timbang terima
a. Sebanyak 64,29% perawat a. Setelah dilakukan praktik Melakukan role play Mahasiswa mampu
tidak mengetahui teknik manajemen keperawatan timbang terima. melaksanakan timbang terima
pelaporan timbang terima diharapkan mahasiswa sesuai SOP.
ketika di depan pasien. profesi mampu
Gunawan,
b. Sebanyak 42,86% timbang mempraktekan timbang
S.Kep
terima tidak dilakukan terima.
tepat waktu b. Perawat ruang bedah
dahlia mampu menerapkan
timbang terima secara
efektif dan sesuai konten.
Ronde Keperawatan
a. 64,29% perawat tidak Ronde keperawatan dapat a. Menentukan klien yang a. Terbentuknya tim ronde
mendukung ronde terlaksana sesuai dengan akan dijadikan subyek keperawatan di ruang bedah
keperawatan. adanya kasus yang perlu di dalam ronde Dahlia.
b. 57,14% perawat tidak rondekan. keperawatan b. Ronde keperawatan dapat
mengerti ronde b. Menentukan strategi berjalan dengan rutin.
keperawatan. ronde keperawatan yang
Adib Huda M,
c. Belum terbentuknya tim akan dilakukan.
S.Kep
ronde keperawatan. c. Kolaborasi dalam
penyusunan tim ronde
keperawatan di ruang
bedah dahlia
d. Menyiapkan petunjuk
teknis pelaksanaan ronde
keperawatan
112
Penanggung
No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Keberhasilan
jawab
e. Melaksanakan ronde
keperawatan bersama-
sama kepala ruangan dan
staf keperawatan
f. Mendokumentasi kan
kegiatan ronde
keperawatan sesuai
dengan format yang
telah dibuat
Discharge Planning Mengusulkan :
a. 71,43% perawat Perawat dan mahasiswa FKP a. Penyediaan leaflet untuk a. Tersedianya leaflet
menyatakan bahwa praktikan manajemen diberikan kepada klien. untuk discharge
discharge planning keperawatan mampu b. Mengimplementasikan planning
dilaksanakan saat mau melakukan discharge planning kegiatan Discharge b. Mahasiswa mampu
pulang dengan benar Planning di ruang dahlia melakukan discharge
b. Berdasarkan wawancara dengan role play. planning dengan baik
dengan Kepala Ruang Ignatius
didapatkan data bahwa Purwo M, S.
setiap pasien pulang tidak Kep
selalu diberikan edukasi,
berdasarkan hasil
observasi saat pasien
pulang juga tidak
diberikan edukasi dan
tidak diberikan leaflet.
Penanggung
No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Keberhasilan
jawab
RM pasien tidak disusun sesuai nomor RM. penempelan sticker sesuai nomor RM.
berdasarkan urutan no RM b. Seluruh perawat “urutkan lembar b. Segala tindakan
b. 42,86% perawat belum mendokumentasikan dokumentasi”. keperawatan
mendokumentasikan tindakan segera setelah b. Segera mendokumentasi terdokumentasi dengan
segera setelah tindakan tindakan. kan segala tindakan benar.
c. 42,86% perawat c. Selutuh perawat tidak keperawatan yang telah
merasakan model merasa terbebani dengan dilakukan.
pendokumentasian saat ini kegiatan dokumentasi c. Sosialisasi tentang
menambah beban kerja keperawatan. model.
pendokumentasian yang
benar.
4 M5 - MUTU
Keselamatan pasien
a. 15 dari 26 klien tidak a. Klien memahami fungsi a. Melakukan sosialisasi a. Klien dan keluarga klien
memahami fungsi dari dari gelang identifikasi fungsi dari gelang mampu menyebutkan
gelang identitas. b. Setiap perawat dan identitas. fungsi dari gelang
b. Tidak setiap perawat mahasiswa manajemen b. Melakukan identifikasi identitas.
melakukan identifikasi saat keperawatan melakukan sebelum melakukan b. Identifikasi pasien
melakukan tindakan, identifikasi saat akan tindakan keperawatan. dilakukan sebelum Tri
seperti memberikan obat. melakukan tindakan c. Mengusulkan pembuatan tindakan. Sulistyawati,
c. Tidak semua operator keperawatan formaat penandaan c. Tersedianya format S.Kep
melakukan marker. c. Semua operator melkukan lokasi operasi. penandaan lokasi operasi.
d. Belum maksimalnya tindakan marking d. Pengkajian resiko jatuh d. Pengkajian resiko jatuh
dokumentasi penilaian d. Pengkajian pencegahan pada seluruh pasien. pasien terisi 100%.
mutu keperawatan seperti resiko jatuh e. Melakukan penyuluhan e. Perawatdan keluarga klien
pengkajian resiko jatuh terdokumentasikan dan demonstrasi cuci melakukan five moment
dan intervensi pencegahan seluruhnya tangan. cuci tangan.
pasien jatuh. e. Cuci tangan dapat f. Melakukan penyuluhan f. Klien dan keluarga klien
114
Penanggung
No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Keberhasilan
jawab
e. Five moment cuci tangan dilaksanakan secara rutin kesehatan. mampu menyebutkan
belum dilaksanakan secara oleh perawat, mahasiswa perawatan sakitnya.
rutin, baik oleh perawat, praktikan dan keluarga.
mahasiswa praktikan dan f. Seluruh klien memahami
keluarga. tentang perawatan
f. Sebanyak 49% klien tidak perawatan.
mengerti tentang
perawatan penyakitnya.
BAB 4
PELAKSANAAN
4.1 M1 (Man)
1. Persiapan
Penilaian dan pengawasan M1 (Man) pada perawat ruang Bedah Dahlia
dilakukan pada tanggal 13 – 26 November 2017. Penilaian dan pengawasan
dilakukan dengan menghitung kebutuhan tenaga perawat berdasarkan metode
Douglas, Gillies, Analisa Beban Kerja (ABK) dan Depkes RI pada pasien di
Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional) dimulai
tanggal sejak tanggal 13 – 26 November 2017. MAKP dilakukan oleh mahasiswa
praktik profesi sejumlah 12 orang dengan pembagian shift pagi, sore, dan malam.
Proses pelaksanaan kegiatan perhitungan kebutuhan tenaga perawat
dilakukan oleh mahasiswa praktik profesi manajemen kepada pasien di Ruang
Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya menggunakan metode Douglas,
Gilles, Analisa Beban Kerja (ABK) dan Depkes RI dengan rekaptulasi sebagai
berikut:
115
116
Tabel 4.2 Kebutuhan Tenaga Pada Pasien Kelolaan Di Ruang Bedah Dahlia
tanggal 13 – 25 November 2017
Kebutuhan Perawat
No. Tanggal ∑ Pasien ∑ Perawat BOR (%)
Menurut Douglas
1. 13/11/2017 4 12 5 50
2. 14/11/2017 6 10 5 75
3. 15/11/2017 5 10 5 62,5
4. 16/11/2017 6 11 5 75
5. 17/11/2017 6 10 6 75
6. 18/11/2017 5 10 5 50
7. 19/11/2017 5 10 5 62,5
8. 20/11/2017 7 10 6 87,5
9. 21/11/2017 7 10 6 87,5
10. 22/11/2017 7 12 6 87,5
11. 23/11/2017 6 10 6 75
12. 24/11/2017 5 10 5 62,5
13. 25/11/2017 7 9 6 87,5
14. 26/11/2017 7 10 6 87,5
Rerata 6 10 6 75
117
4.2 M2 (Material)
1. Persiapan
Persiapan pelaksanaan praktik profesi manajemen di Ruang Bedah Dahlia
dimulai dari persiapan ruangan yang digunakan sebagai ners station, serta
melengkapi sarana dan prasarana berupa rekam medis, alat pelindung diri, papan
struktur organisasi kelompok, papan struktur MAKP, pin peran, poster jadwal
dinas, dan poster gen chart.
Pengamatan sarana dan prasarana dilakukan dengan melakukan pengecekan
setiap hari untuk sarana dan prasarana yang kondisinya rusak, baik, kurang, baru
maupun yang tidak tersedia di Ruang Bedah Dahlia. Kemudian kelompok
merencana agar sarana dan prasarana tersebut dapat maksimal.
2. Pelaksanaan
Proses pelaksanaan praktik profesi manajemen di Ruang Bedah Dahlia
RSUD Dr. Soetomo berjalan dengan baik. Sarana dan prasarana pendukung telah
disediakan oleh kelompok seperti rekam medis yang terpakai untuk 11 pasien,
welcome book untuk penerimaan pasien baru, goodie bag untuk pelaksanaan
discharge planning pada pasien yang akan pulang dan leaflet tentang penyakit
terbanyak dan perawatan di rumah pasien yang akan pulang.
Proses pelaksanaan observasi dan pengecekan sarana dan prasarana di
Ruang Bedah Dahlia dilakukan dengan melihat jumlah, kondisi alat yang tersedia
dan melakukan tes pada setiap alat pakah masih berfungsi dengan baik atau tidak.
Selain itu, pelaksanaan juga dilakukan dengan melihat apakah perawat di
ruangan dapat menggunakan alat yang tersedia secara optimal dan melakukan
pemeliharaan alat setiap hari. Sarana dan prasarana yang rusak atau kurang akan
dilaporkan setiap hand over, kemudian dilaporkan ke penanggung jawab sarana
prasarana agar segera ditindaklanjuti.
119
b. Dukungan
Dukungan yang didapatkan mahasiswa praktik profesi manajemen di
Ruang Bedah Dahlia pada proses MAKP tanggal 13 – 26 November
2017 berupa kemudahan akses saat alat kesehatan tersebut dibutuhkan.
4.3 M3 (Method)
4.3.1 Penerapan MAKP
1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan dalam penerapan MAKP di Ruang Bedah Dahlia
diantaranya dibentuknya stuktur organisasi kelompok, gan chart kegiatan,
jadwal dinas, dan alur kegiatan MAKP. Setiap kegiatan dalam MAKP telah
ditentukan penanggung jawab yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
kegiatan, mulai dari tahap persiapan hingga melakukan evaluasi.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan MAKP mahasiswa praktik profesi manajemen dimulai sejak
tanggal 13 November 2017 dan masing-masing anggota menjalankan peran
sesuai dengan tugasnya. Pada tanggal 13 – 26 November 2017, pelaksanaan
120
MAKP sudah dibagi sesuai jadwal dinas pagi, sore, dan malam dengan jumlah
perawat yang sudah disesuaikan dengan beban kerja di ruangan. Kepala ruang
menjalankan tugasnya dalam mengevaluasi perawat primer dan perawat
associate atas tugas yang dijalankan dan memberi penugasan pada perawat.
Sedangkan perawat primer menjalankan tugasnya dalam melakukan penerimaan
pasien baru dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif, membuat
tujuan dan rencana keperacawatan, melaksanakan rencana yang telah dibuat
selama dinas, mengkomunikasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain, mengevaluasi hasil yang dicapai, menerima dan
menyesuaikan rencana, menyiapkan discharge planning, dan membuat catatan
integrasi sistem SBAR. Sementara perawat associate menjalankan tugas
diantaranya melaksanakan asuhan keperawatan, memberikan kebutuhan dasar
pasien, dan mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
MAKP yang dilaksanakan oleh Ruang Bedah Dahlia II RSUD
Dr.Soetmo Surabaya adalah metode MAKP Moduler. Hal ini didasari dengan
tingginya beban kerja ruangan yaitu 97,2% untuk shift pagi, 70,1% untuk
shift sore, 59,1% untuk shift malam.
Pelaksanaan MAKP di Ruang Bedah Dahlia dijalankan oleh perawat primer
dan perawat associate yang memiliki tugas masing masing untuk pasien yang
dikelola. Terdapat tiga Perawat Primer setiap harinya yang bertanggung jawab
pada tiga area kelompok pasien masing-masing. Perawat primer 1 bertanggung
jawab atas pasien dari nomor 1 – 12, perawat primer 2 bertanggung jawab atas
pasien dari nomor 13 – 26, sementara perawat primer 3 bertanggung jawab atas
pasien dari nomor 27 – 38. Namun perawat primer hanya ada pada shift pagi.
Perawat primer dibantu oleh perawat associate dalam mengelola pasien dari
penerimaan pasien baru sampai discharge planning. Pada shift pagi, terdapat 2 –
4 perawat yang bertanggung jawab pada setiap area pasien kelolaan masing-
masing. Sementara pada shift sore dan malam, hanya ada 1 perawat yang
bertanggung jawab pada setiap area pasien masing-masing. Selain itu, pada shift
sore dan malam terdapat 1 perawat yang harus merangkap menjadi PJ
(Penanggung Jawab) setiap shiftnya.
121
2. Pelaksanaan
Kegiatan penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat dilaksanakan pada 13
– 26 November 2017. Persiapan dan pelaksanaan penerimaan pasien baru dan
sentralisasi obat berjalan dengan lancar. Mahasiswa berperan sesuai dengan
perannya masing-masing. Penerimaan pasien baru dilaksanakan untuk
menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan terapeutik
sehingga menurunkan tingkat kecemasan pasien saat masuk rumah sakit serta
agar mahasiswa mengetahui proses penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat
yang benar.
Pelaksanaan role play penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat
dilaksanakan pada minggu pertama, tanggal 15 November 2017 dan dimulai jam
10.00 WIB. Pelaksaan role play dihadiri oleh 1 supervisor dari Pembimbing
Akademik dan 2 supervisor dari Pembimbing Klinik. Penjelasan kegiatan secara
rinci terlampir dalam lampiran laporan kegiatan role play penerimaan pasien
baru dan sentralisasi obat.
3. Hambatan dan Dukungan
b. Hambatan
Hambatan yang ditemukan pada mahasiswa praktik profesi
manajemen keperawatan di Ruang Bedah Dahlia pada 13 – 26
November 2017 terutama dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru
dan sentralisasi obat, antara lain:
Tabel 4.4 Hambatan Dan Dukungan Penerimaan Pasien Baru dan
Sentralisasi Obat di Ruang Bedah Dahlia Pada 13 – 26
November 2017
No. Hambatan Sebab Rekomendasi
1. Saat memberikan informasi Ketakutan adanya Memberikan
kepada keluarga pasien, kekeliruan jika
informasi kepada
keluarga tidak berani langsung keluarga pasien dan
menyampaikan pada pasien. disampaikan oleh pasien sendiri
keluarga sendiri.dengan
menggunakan
media flip chart.
2. Peran keluarga tidak ada Keluarga pasien Peran keluarga bisa
dalam role play. tidak mau digantikan oleh
dilibatkan dalam mahasiswa.
proses role play
123
c. Dukungan
Dukungan yang didapatkan mahasiswa praktik profesi manajemen di
Ruang Bedah Dahlia pada proses penerimaan pasien baru dan
sentralisasi obat tanggal 13 – 26 November 2017 berupa keikutsertaan
apoteker dalam melakukan sentralisasi obat pada pasien. Selain itu,
pasien dan keluarga yang kooperatif sangat mendukung dalam
pelaksanaan role play.
4.3.3 Supervisi
1. Persiapan
Persiapan dalam kegiatan supervisi oleh mahasiswa praktik profesi
manajemen di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo, diantaranya:
a. Menunjuk penanggung jawab kegiatan supervisi.
b. Menyiapkan lembar penilaian SPO kegiatan yang akan di supervisi.
2. Pelaksanaan
Selama periode pelaksanaan MAKP yang dilaksanakan pada tanggal 13 – 26
November 2017 di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo, belum pernah
dilakukan supervisi tindakan secara formal atau terstruktur oleh koordinator
keperawatan atau penanggung jawab ruangan terhadap perawat primer maupun
perawat associate. Salah satu upaya yang dilakukan oleh mahasiswa praktik
profesi manajemen untuk mensosialisasikan supervisi yaitu melalui role play
supervisi yang dihadiri oleh pembimbing klinik dan pembimbing akademik.
Selama periode praktek tersebut, mahasiswa melakukan satu kali role play
supervisi dengan topik pemberian obat melalui intravena yang dilaksanakan
pada tanggal 17 November 2017. Supervisi dilakukan oleh Kepala Ruangan
kepada Perawat Primer pada saat melakukan pemberian injeksi secara intravena.
Pelaksanaan kegiatan supervisi dihadiri oleh 2 orang supervisor dari
pembimbing akademik dan 2 orang supervisor dari pembimbing klinik.
Rekomendasi yang disarankan kepada mahasiwa yakni 3F (fair, feedback, dan
follow up) dalam supervisi harus dilakukan secara runtut dan jelas. Uraian
kegiatan role play supervisi terlampir dalam lampiran laporan kegiatan
supervisi.
124
a. Dukungan
Dukungan yang didapatkan mahasiswa praktik profesi manajemen
dalam pelaksanaan discharge planning di Ruang Bedah Dahlia pada 13
– 26 November 2017 berupa kepercayaan sepenuhnya yang diberikan
oleh pembimbing kepada mahasiswa untuk melakukan discharge
planning dengan pemberian penjelasan terlebih dahulu tentang hal-hal
yang perlu dijelaskan ke pasien dan hal apa saja yang dibawa pulang
pasien seperti penjelasan tentang penyakit, diet, obat yang dibawa
pulang, leaflet, surat keterangan dirawat, aktivitas dan perawatan yang
dapat dilakukan selama dirumah, jadwal kontrol dan hal yang harus
dilakukan ketika terjadi kegawatdaruratan atau kekambuhan dirumah.
126
b. Dukungan
Dukungan yang diperoleh mahasiswa dalam pelaksanaan role play
timbang terima di Ruang Bedah Dahlia yaitu berupa fasilitas ruangan
yang memadai dan bimbingan yang diberikan oleh pembimbing klinik
dan akademik serta dukungan dari perawat ruangan.
2. Pelaksanaan
Pendokumentasian di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo dilakukan
semenjak penerimaan pasien baru hingga melakukan discharge planning saat
pasien pulang. Metode komunikasi yang digunakan dalam pelaporan adalah
sistem komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment,
Reccomendation). SBAR digunakan sebagai alat komunikasi bersama antar
tenaga kesehatan yang bertugas sebagai penanggung jawab pasien, antara lain
dokter, perawat, ahli gizi, farmasi klinis dan lain-lain. SBAR diisi setiap kali shift
oleh perawat. Namun dalam pendokumentasian pada Rekam Medis (RM),
perawat menggunakan metode SOAPI (Subject, Object, Analisis, Planning,
Implementation) sebagai alat komunikasi yang ditulis pada setiap shift.
Pendokumentasian RM (Rekam Medis) pada pasien kelolaan mahasiswa
manajemen keperawatan selama proses pelaksanaan MAKP yang dilakukan
sejak tanggal 13 – 26 November di Ruang Bedah Dahlia dilakukan dengan
mengisi lembar identitas pasien sampai dengan discharge planning. Cover RM,
lembar penerimaan pasien baru, lembar identitas pasien, lembar catatan
perpindahan pasien, lembar pengkajian pasien, lembar diagnosa dan rencana
keperawatan, lembar serah terima obat, dan lembar sentralisasi obat diisi pada
awal pasien masuk. Sementara lembar intervensi, lembar implementasi dan
evaluasi, lembar observasi, lembar catatan integrasi, lembar penilaian risiko
jatuh, lembar penilaian nyeri, lembar pemberian obat, lembar resiko pasien
dekubitus, dan lembar perawatan diri, diisi setiap hari pada shift pagi. Lembar
intervensi keperawatan menggunakan Standart Nursing Language (NANDA,
NIC, dan NOC) yang dibuat oleh kelompok sesuai dengan kondisi pasien.
Lembar risiko phlebitis, lembar persetujuan tindakan medis, lembar penolakan
tindakan medis, lembar kejadian infeksi luka operasi, lembar infeksi saluran
kemih, lembar discharge planning dan lembar pemeriksaan laboratorium diisi
saat hal tersebut diperlukan. Sementara lembar dischrage planning dan lembar
survei kepuasan pasien dilengkapi saat pasien pulang dari Ruang Dahlia.
Perawat primer dan perawat associate melakukan dokumentasi keperawatan
berdasarkan wewenangnya masing-masing. Jumlah dokumentasi yang telah
dilengkapi selama pelaksanaan MAKP adalah sejumlah 11 pasien. Dokumentasi
131
tambahan selain rekam medis adalah dokumentasi M1-M5 yang dilakukan setiap
hari dan dilaporkan saat timbang terima.
3. Hambatan dan Dukungan
b. Hambatan
Hambatan yang ditemukan pada mahasiswa praktik profesi manajemen
keperawatan di Ruang Bedah Dahlia pada 13 – 26 November 2017
terutama dalam pelaksanaan pendokumentasian, antara lain:
Tabel 4.6 Hambatan dan Dukungan MAKP Pada Pasien Kelolaan Di
Ruang Bedah Dahlia pada 13 – 26 November 2017
No. Hambatan Sebab Rekomendasi
1. Kelengkapan tanda tangan Perawat lupa Kepala ruangan
pada lembar dokumentasi menandatangani dapat lebih cekatan
belum terpenuhi. lembar dalam pemeriksaan
dokumentasi. dan mendukung
kelengkapan
dokumentasi.
a. Dukungan
Dukungan yang diperoleh mahasiswa praktik profesi manajemen dalam
pelaksanaan pendokumentasian di Ruang Bedah Dahlia pada 13 – 26
November 2017 yaitu berupa berupa bimbingan oleh pembimbing klinik
untuk melengkapi setiap format yang dibutuhkan dan menyeleksi format
yang tidak digunakan dalam rekam medis. Pembimbing juga memberikan
masukan dan saran tentang dokumentasi keperawatan serta mengijinkan
mahasiswa praktik profesi manajemen untuk membuat sendiri format
dokumentasi dalam rekam medis dan melakukan pengisian rekam medis
secara mandiri.
4.4 M4 (Money)
1. Persiapan
Observasi M4 (Money) dilakukan pada tanggal 13 – 26 November 2017
dengan cara melakukan pendataan kategori status pembayaran klien selama
masuk rumah sakit.
132
2. Pelaksanaan
Pada aspek M4 (Money) mahasiswa praktik profesi manajemen melakukan
pendataan kategori status pembayaran pasien setiap hari dengan perolehan data
dari hasil observasi setiap shift dinas yang dimulai pada tanggal 13 – 26
November 2017.
Selain observasi jenis status pembayaran pasien, mahasiswa tidak
memberikan intervensi apa pun dalam M4 (Money). Hal ini dilatarbelakangi oleh
regulasi perencanaan dan pengelolaan pendapatan dan pengeluaran dana Rumah
Sakit dilaksanakan secara terpusat pada bidang keuangan Rumah Sakit.
Ruang Bedah Dahlia sendiri merupakan salah satu bagian yang
melaksanakan input biling system klien yang masuk rumah sakit sebagai salah
satu komponen pendataan estimasi pendapatan dari salah sumber pendapatan.
3. Hambatan dan Dukungan
a. Hambatan
Dalam pelaksanaan observasi jenis status pembiayaan pasien
kelolaan, mahasiswa tidak mendapat hambatan.
b. Dukungan
Dukungan yang diperoleh mahasiswa praktik profesi manajemen
dalam pelaksanaan observasi status pembayaran pasien kelolaan di
Ruang Bedah Dahlia pada 13 – 26 November 2017 yaitu berupa
dokumen rekam medis klien yang lengkap dengan surat pernyataan jenis
pembiayaan pasien selama di rumah sakit.
4.5 M5 (Mutu)
1. Persiapan
Persiapan pelaksanaan peningkatan mutu (M5) yang dilakukan pada Ruang
Bedah Dahlia, diantaranya:
a. Pembuatan angket pengkajian nyeri, risiko jatuh, phlebitis, risiko dekubitus,
infeksi saluran kemih, infeksi luka operasi, tingkat kemandirian pasien,
kecemasan, kepuasan dan pengetahuan pada di rekam medis.
b. Membuat welcome book yang berisi tata terbit ruangan dan informasi
mengenai cuci tangan.
133
2. Pelaksanaan
Proses pelaksanaan peningkatan mutu di Ruang Bedah Dahlia dilakukan
dengan mengisi secara lengkap rekam medis mutu yang terdiri dari penilaian
nyeri, risiko jatuh, tingkat perawatan diri dan pengetahuan. Semua penilaian
tentang mutu dituliskan dalam buku handover ruangan dan direkaptulasi setiap
hari oleh PJ mutu ruangan.
Proses pelaksanaan peningkatan mutu oleh mahasiswa praktik profesi
manajemen didokumentasikan dalam bentuk form penilaian untuk mutu
pelayanan, antara lain nyeri, risiko jatuh, survey kepuasan pasien, kecemasan,
tingkat kemandirian, phlebitis, dekubitus, infeksi saluran kemih, infeksi luka
operasi, serta pendokumentasian untuk BOR dan LOS yang diisi setiap pasien
dan setiap harinya. Pengisian form dilakukan perawat primer shift pagi dan di cek
kembali oleh perawat primer shift sore dan perawat primer shift malam. Perawat
primer shift malam akan menuliskan hasil rekaptulasi semua form penilaian
sebagai akumulasi selama 24 jam pasien dan melaporkannya kepada Kepala
Ruangan pada keesokan harinya. Kepala ruangan bertugas mengevaluasi hasil
rekaptulasi peningkatan mutu.
Penilaian nyeri dilakukan oleh perawat setiap shift oleh perawat primer
dibantu oleh perawat associate yang bertugas melanjutkan pengisian form nyeri.
Form kepuasan diberikan ketika discharge planning pasien pulang.
Ada pun pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan asuhan diberikan
beberapa format mutu di setiap pasein, antara lain:
a. Nyeri
Pendokumentasian nyeri di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo
dilakukan di RM 05a dengan Wong Baker Face Scale untk anak > 3 tahun
dan dewasa serta skala FLACC untuk anak < 3 tahun. Penilaian nyeri di
Ruang Bedah Dahlia pada RM 05a hanya dilakukan pada saat penerimaan
pasien baru. Penilaian nyeri setiap shiftnya didokumentasikan pada RM 08.
Penilaian skala nyeri pada pasien kelolaan mahasiswa manajemen dilakukan
setiap shift dan didokumentasi pada RM 11a dengan visual aid scale.
Penilaian skala nyeri ditulis berdasarkan PQRST dan didokumentasikan
setiap hari oleh perawat.
134
b. Risiko jatuh
Pendokumentasian risiko jatuh di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Soetomo dilakukan di RM 05b dan dinilai saat penerimaan pasien baru serta
setelah operasi. Penilaian risiko jatuh pada pasien kelolaan mahasiswa
manajemen dilakukan setiap hari dan didokumentasi pada RM 11 dengan
menggunakan morse fall score untuk pasien dewasa dan humpy dumpy
untuk pasien anak-anak.
c. Kepuasan
Pendokumentasian kepuasan pasien di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Soetomo dilakukan di secara tidak menentu, jika ada keperluan. Penilaian
kepuasan pada pasien kelolaan mahasiswa manajemen dilakukan pada saat
pasien sudah discharge planning dan didokumentasi pada RM 11i. penilaian
kepuasan diisi oleh pasien atau keluarga yang terdiri dari penilaian tenaga
kesehatan, dokter, dan fasilitas.
d. Kecemasan
Penilaian kecemasan di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo hanya
dilakukan saat dibutuhkan. Penilaian kecemasan pada pasien kelolaan
mahasiswa manajemen dilakukan saat penerimaan pasien baru, sebelum
operasi, setelah operasi, dan ketika discharge planning. Kecemasan
didokumentasikan pada RM 11h.
e. Perawatan diri
Penilaian perawatan diri di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo
dilakukan setiap hari dan di catat di papan index chart dan di buku laporan..
Penilaian perawatan diri pada pasien kelolaan mahasiswa manajemen
dilakukan setiap hari dan didokumentasi pada RM 11g dengan Indeks Katz.
penilaian perawatan diri diisi oleh perawat setiap hari sesuai dengan tingkat
ketergantungan pasien dari A hingga G.
f. Phlebitis
Pendokumentasian phelebitis di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Soetomo dilakukan di RM 08 dan dinilai jika ada kejadian. Penilaian
phlebitis pada pasien kelolaan mahasiswa manajemen didokumentasi pada
RM 11b. Penilaian phelebitis terdiri atas 6 poin yang diisi setiap hari oleh
135
perawat dan dilakukan pada pasien yang terpasang infus sampai infus
dilepas.
g. Dekubitus
Pendokumentasian dekubitus di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.
Soetomo dilakukan di RM 08 dan dinilai jika ada kejadian. Penilaian
dekubitus pada pasien kelolaan mahasiswa manajemen dilakukan setiap hari
dan didokumentasi pada RM 11c.
h. ISK (Infeksi Saluran Kemih)
Pendokumentasian infeksi saluran kemih (ISK) di Ruang Bedah Dahlia
RSUD Dr. Soetomo dilakukan di RM 08 dan dinilai jika ada kejadian.
Penilaian infeksi saluran kemih (ISK) pada pasien kelolaan mahasiswa
manajemen dilakukan setiap hari dan didokumentasi pada RM 11d.
i. ILO (Infeksi Luka Operasi)
Pendokumentasian pengetahuan pasien / keluarga di Ruang Bedah
Dahlia RSUD Dr. Soetomo dilakukan di RM 08 dan dinilai jika ada
kejadian. Penilaian infeksi luka operasi (ILO) pada pasien kelolaan
mahasiswa manajemen dilakukan setiap hari dan didokumentasikan pada
RM 11e.
j. Pengetahuan Pasien / Keluarga
Pendokumentasian pengetahuan pasien / keluarga di Ruang Bedah
Dahlia RSUD Dr. Soetomo dilakukan di RM 06 dan dinilai saat penerimaan
pasien baru. Sementara pendokumentasian pengetahuan pasien / keluarga
pada pasien kelolaan mahasiswa praktek manajemen dilakukan pada RM
11f. Penialaian tingkat pengetahuan diisi saat penerimaan pasien baru,
setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit dan ketika
discharge planning. Untuk meningkatkan pengetahuan pasien / keluarga,
kelompok mengadakan PKRS dan membuat leaflet berdasarkan kasus
terbanyak yang dialami oleh pasien di Ruang Bedah Dahlia.
136
k. BOR
Penilaian BOR di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo dilakukan
pada shift malam, ditulis pada index chart dan buku laporan. Penilaian BOR
pada pasien kelolaan mahasiswa praktek manajemen dilakukan pada
kapasitas bed kelolaan yaitu 8. Pendokumentasian dilakukan setiap shift
malam dan ditulis pada buku BOR.
l. Length Of Stay (LOS)
Pendokumentasian LOS di Ruang Bedah Dahlia dilakukan bersamaan
dengan discharge planning. LOS dituliskan saat pasien sudah KRS.
m. Patient Safety
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang
berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien
adalah suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan
(KTD) yang sering terjadi pada pasien selama di rawat di rumah sakit.
Adapun pelaksanaan sasaran keselamatan pasien (SKP) di Ruang Bedah
Dahlia RSUD Dr. Soetomo sesuai dengan Standar Akreditas Rumah Sakit
Edisi 1 (Kemenkes, 2011) dan JCI Acreditation antara lain:
1) Ketepatan identifikasi pasien
Identifikasi pasien dilakukan untuk menghindari kesalahan pasien
dengan menggunakan gelang untuk identitas. Gelang terdiri dari 4 warna
yang memiliki definisi tersendiri pada masing-masing warna, yakni:
a) Gelang biru digunakan untuk pasien laki-laki.
b) Gelang merah muda digunakan untuk pasien perempuan.
c) Gelang kuning digunakan untuk pasien risiko jatuh.
d) Gelang merah digunakan untuk pasien alergi.
Gelang identitas pasien terdiri dari beberapa komponen di dalamnya,
meliputi nama lengkap pasien, nomor rekam medik, alamat, jenis
kelamin, dan tanggal lahir. Identifikasi pasien dilakukan dengan
mencocokan gelang identitas yang dipakai pasien. Bebrapa hal yang
perlu dikonfirmasi antara lain nama pasien, nomor register, alamat dan
usia. Identifikasi pasien dilakukan ketika penerimaan pasien baru,
137
b. Dukungan
Dukungan yang didapatkan oleh mahasiswa praktik profesi manajemen
di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo pada 13 – 26 November 2017
berupa fasilitas dan bimbingan yang diberikan secara komprehensif.
BAB 5
EVALUASI
Pada bab ini akan diuraikan evaluasi dalam pelaksanaan Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) yang dilaksanakan dalam Praktik Profesi
Manajemen Keperawatan di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.Soetomo Surabaya
pada tanggal 3 – 26 November 2017. Evaluasi MAKP ditekankan pada komponen
utama yaitu 1) Pengorganisasian, 2) Pelaksanaan MAKP, yang meliputi
Penerimaan Pasien Baru, Sentralisasi Obat, Supervisi, Discharge Planning,
Timbang Terima, Ronde Keperawatan, dan Dokumentasi Keperawatan. Selain itu
pada bab ini akan diuraikan tentang evaluasi pelaksanaan role play.
5.1 M1 (Man)
1. Evaluasi Struktur
Pelaksanaan pengorganisasian di Ruang Bedah Dahlia telah disusun
berdasarkan kepada penanggung jawab ruangan serta perawat penanggung
jawab setiap pasien. Terdapat 3 perawat primer yang membawahi tim
masing-masing. Pembuatan jadwal dinas telah dibuat sebulan sebelumnya
oleh Kepala Ruangan dengan pemerataan jam dinas.
Pelaksanaan pengorganisasian mahasiswa praktek profesi manajemen
keperawatan di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr.Soetomo telah disusun
berdasarkan penanggung jawab pasien setiap harinya. Terdapat 2 perawat
primer pada shift pagi dan 1 Perawat Primer pada shift sore dan shift malam.
Setiap perawat primer membawahi 1 – 2 perawat associate. Selain itu,
jadwal dinas telah dibuat seminggu sebelumnya oleh Ketua dengan
pemerataan jam dinas.
2. Evaluasi Proses
Pelaksanaan pengorganisasian perawat di Ruang Bedah Dahlia RSUD
Dr. Soetomo menyesuaikan dengan MAKP Metode Moduler. Setiap hari,
Kepala Ruang memimpin timbang terima yang dilaksanakan pada
pergantian shift malam ke shift pagi. Perawat yang bertugas pada shift
malam kemudian menyampaikan timbang terima pada perawat primer shift
141
142
5.2 M2 (Material)
5.1 Evaluasi Struktur
Inventarisasi peralatan kesehatan di Bedah Dahlia RSUD Dr.Soetomo
Surabaya yang dilakukan oleh mahasiswa praktik profesi manajemen telah
dilakukan dengan cara pengecekan/observasi, wawancara, dan memberikan
kuesioner pada perawat. Inventaris sarana dan prasarana di Ruang Bedah
Dahlia dapat memberikan informasi mengenai jumlah dan kondisi sarana
prasarana yang rusak atau baik, serta peralatan apa yang dibutuhkan oleh
143
5.3 M3 (Method)
5.3.1 Penerapan MAKP
1. Evaluasi Struktur
Penerapan MAKP pada mahasiswa praktik profesi manajemen
keperawatan telah dilaksanakan dengan pembentukan struktur organisasi
kelompok, Gann Chart kegiatan, jadwal dinas, daftar uraian tugas Kepala
Ruang, Perawat Primer (PP) dan perawat Associate (AN), serta
144
S.Kep., Ns., M.Kep. dan Mikhael Caraka, S.Kep., Ns. dan 12 orang
mahasiswa profesi Manajemen. Kegiatan role play berjalan dengan baik dan
lancar. Pasien telah mengetahui perawat, dokter, dan tenaga non
keperawatan yang bertanggung jawab. Selain itu, pasien dan keluarga
mengetahui tentang Ruang Bedah Dahlia dan tata tertibnya. Pasien
mengetahui alur sentralisasi obat yang ada di ruangan, pasien juga telah
mengetahui hak dan kewajibannya, 5 waktu untuk mencuci tangan dan
langkah yang benar saat cuci tangan, penggolongan sampah, dan jalur
evakuasi saat terjadi kebakaran.
5.3.3 Supervisi
3. Evaluasi Struktur
Pada pelaksaan MAKP Primer pasien kelolaan mahasiswa praktik
profesi manajemen di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo pada 13 –
26 November 2017, diketahui bahwa persiapan supervisi mulai dilaksanakan
pada minggu pertama. Persiapan yang dilakukan diantaranya membentuk
penanggung jawab dari pelaksanaan supervisi keperawatan, membuat
proposal supervisi, membuat SOP supervisi dan SOP tindakan, menyiapkan
format supervisi, dan menyiapkan pelaksanaan supervisi.
4. Evaluasi Proses
Selama pelaksanaan MAKP Primer pada pasien kelolaan di Ruang
Bedah Dahlia pada 13 – 26 November 2017, mahasiswa melakukan satu kali
role play supervisi yang dilakukan pada Jumat, 17 November 2017.
Pelaksanaan role play supervisi sudah dilaksanakan dengan lancar. Namun,
terdapat beberapa saran-saran yang diberikan oleh para supervisor untuk
dapat meningkatkan pelaksanaan supervisi. Evaluasi pelaksanaan kegiatan
role play supervisi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Selama periode pelaksanaan MAKP Primer di Ruang Bedah Dahlia,
perawat di Ruang Bedah Dahlia belum pernah dilakukan supervisi secara
formal yang terjadwal, sehingga tidak dapat dilakukan evaluasi terhadap
proses berjalannya kegiatan suepervisi yang dilakukan oleh perawat di
Ruang Bedah Dahlia secara objektif.
147
5. Evaluasi Hasil
Selama pelaksanaan MAKP Primer pada pasien kelolaan di Ruang
Bedah Dahlia pada 13 – 26 November 2017, mahasiswa melakukan satu kali
role play supervisi yang di hadiri oleh pembimbing akademik yaitu Dr.
Hanik Endang Nihayati, S.Kep, Ns, M.Kep dan Deni Yasmara S.Kep, Ns,
M.Kep, Sp Kep. MB, serta pembimbing klinik yaitu Djemadi, SST dan Rini
Winiasih, S.Kep, Ns, M.Kep. Kegiatan role play supervisi berjalan dengan
lancar. Mahasiswa mampu melakukan supervisi dengan menjalankan
tugasnya sesuai peran masing-masing.
2. Evaluasi Proses
Proses pelaksanaan sistem MAKP Primary Nursing yang dilaksanakan
oleh mahasiswa praktik profesi manajemen di Ruang Bedah Dahlia RSUD
Dr. Soetomo pada 13 – 26 November 2017, pelaksanaan pendokumentasian
pada klien kelolaan melibatkan seluruh perawat baik perawat primer
maupun perawat associate. Perawat associate didelegasikan untuk
melakukan implementasi kepada pasien, selanjutnya diminta untuk
menuliskan implementasinya pada catatan integrasi, lembarobservasi, dan
lembar pemberian obat.
3. Evaluasi Hasil
Pada pelaksanaan sistem MAKP Primary Nursing yang dilaksanakan
oleh mahasiswa praktik profesi manajemen di Ruang Bedah Dahlia RSUD
Dr. Soetomo pada 13 – 26 November 2017, sistem pendokumentasian telah
dilakukan dengan baik. Namun, sesekali antarmahasiswa harus saling
mengingatkan untuk mengisi rekam medis dengan lengkap.
5.4 M4 (Money)
1. Evaluasi Struktur
Buku pendokumentasian M4 (Money) telah disiapkan sebelum
pelaksanaan.
2. Evaluasi Proses
Sistem pendokumentasian M4 (Money) didasari oleh hasil observasi
menurut kategori status pembayaran. Pencatatan dilakukan setiap hari dan
dilaporkan pada saat timbang terima.
3. Evaluasi Hasil
Hasil pendataan pada pasien kelolaan mahasiswa praktik profesi
manajemen di Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo pada tanggal 13 – 26
November 2017 yang berjumlah 11 orang, didapatkan sebanyak 9% pasien
merupakan pasien umum yakni 1 orang, 45% merupakan pasien BPJS kelas
II yakni 5 orang, 46% pasien merupakan BPJS kelas III yakni 5 orang.
153
5.5 M5 (Mutu)
1. Evaluasi Struktur
Format penilaian nyeri, tingkat ketergantungan perawatan diri, resiko
jatuh, phlebitis, dekubitus, ILO (Infeksi Luka Operasi), dan ISK (Infeksi
Saluran Kemih) sudah disiapkan di rekam medis, begitu juga dengan format
kepuasan sudah disiapkan didalam rekam medis dan diberikan ketika
discharge planning.
2. Evaluasi Proses
Peningkatan mutu dalam pelaksanaan MAKP di Ruang Bedah Dahlia
RSUD Dr. Soetomo pada tanggal 13 – 26 November 2017 sudah berjalan
sesuai dengan rencana. Format penilaian nyeri, tingkat perawatan diri, resiko
jatuh, phlebitis, dekubitus, ILO (Infeksi Luka Operasi), dan ISK (Infeksi
Saluran Kemih) sudah diisi setiap hari oleh perawat primer pagi dan dicek
ulang oleh perawat primer sore dan malam.
Pengendalian infeksi dilakukan dengan cara mensosialisasikan cuci
tangan kepada pasien saat penerimaan pasien baru, pada saat PKMRS dan
discharge planning. Selain itu, pengendalian infeksi juga dilakukan dengan
sosialisasi etika batuk dan pemilahan sampah untuk pasien dan keluarga
pasien pada saat penerimaan pasien baru dan PKMRS.
Upaya penurunan kejadian phlebitis terutama secara mekanik dilakukan
dengan cara memberitahukan pasien dan keluarga untuk tidak melakukan
banyak manipulasi pada selang infus.
Peningkatan kepuasan dan penurunan kecemasan pasien sudah
dilaksanakan dengan adanya pemberian penjelasan mengenai hak dan
kewajiban pasien serta tata tertib ruangan yang diberikan melalui welcome
book. Selain itu, pemberian penjelasan mengenai penyakit pasien diberikan
untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga.
3. Evaluasi Hasil
Pelaksanaan hasil peningkatan mutu sudah berjalan sesuai dengan
rencana, adapun hasil penilaian mutu antara lain:
154
a. Nyeri
Tabel 5.4 Kategori Nyeri Pada Pasien Kelolaan di Ruang Bedah
Dahlia pada 13 – 26 November 2017
No. Kategori Pengkajian (2 Hari) Pelaksanaan (3 Minggu)
1. Tidak nyeri 5 (63%) 6 (55%)
2. Ringan 3 (37%) 3 (27%)
3. Sedang 0 2 (18%)
Total 8 (100%) 11 (100%)
6.1 KESIMPULAN
Pelaksanaan keperawatan manajemen telah berjalan dengan lancar yang
sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang telah ditentukan sebelumnya. Kegiatan
tersebut adalah roleplay penerimaan pasien baru, sentralisasi obat, discharge
planning, timbang terima, supervis dan ronde keperawatan.
6.1.1 M1 (Man)
Tenaga keperawatan di Ruang Bedah Dahlia sudah mencukupi, mahasiswa
praktik manajemen keperawatan di Ruang Bedah Dahlia sudah menjalankan
tugas sebagai kepala ruang, perawat primer dan perawat asosiate sesuai
dengan ketentuan.
6.1.2 M2 (Material)
MAKP yang berjalan berhubungan dengan sarana dan prasarana yang tersedia
yang dalam implementasinya beberapa belum terealisasikan
6.1.3 M3 (Method)
1. Penerimaan Pasien Baru dan Sentralisasi Obat
Selama pelaksanaan MAKP di Ruang Bedah Dahlia RSUD dr. Soetomo,
penerimaan pasien baru sebanyak 9 pasien telah dilakukan oleh
mahasiswa praktik profesi sesuai dengan format yang ada, dan sudah
melakukan proses penerimaan pasien baru.
Sentralisasi obat selama praktek manjemen keperawatan sudah
dilaksakan sesuai dengan prosedur.
2. Discharge planning
Discharge planning dilakukan kepada pasien kelolaan mulai dari pasien
masuk, saat perawatan dan saat pasien pulang. Selama proses
pelaksanaan discharge planning 11 pasien yang sudah di discharge
planning, hal-hal yang disampaikan kepada pasien adalah tentang
penyakit, perawatan selama sakit,tindakan operasi yang akan dilakukan,
persiapan operasi, perawatan post operasi di RS, mobilisasi dini/aktivitas,
159
160
6.1.4 M5 (Mutu)
6.1.5 Pendokumentasian
6.2 SARAN
6.2.1 M1 (Man)
6.2.2 M2 (Material)
6.2.3 M3 (Method)
3. Timbang terima
Sebaiknya perawat melaporkan keadaan umum pasien (M1-M5) dan
setelah melakukan validasi ke pasien langsung melanjutkan berdiskusi
diruang perawat, kemudian timbang terima ditutup
6. Supervisi
Mahasiswa praktek manajemen keperawatan periode selanjutnya dapat
bekerjasama dengan kepala ruangan untuk pengajuan pembuatan jadwal
supervisi perawat primer dan perawat asosiate diruangan bedah dahlia.
7. Ronde Keperawatan
Pelaksanaan ronde keperawatan oleh perawat ruangan bisa ditingkatkan
lagi karena sudah dilakukan. Sehingga akan menjadi lebih baik lagi yang
sesuai dengan teori
6.2.4 M5 (Mutu)
Bagi mahasiswa diharapkan dapat tetap melaksanakan 6 sasaran
keselamatan pasien untuk mencapai mutu yang lebih baik.
163
DAFTAR PUSTAKA