You are on page 1of 40

1

CASE REPORTS
LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS HALMAHERA

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Program Pendidikan Profesi
Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Disusun oleh
Hevatika Farma.M
01.210.6181

Pembimbing :
dr. Joko Wahyu W, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG

2016
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang masih

menjadi masalah kesehatan masyarakat. TB adalah suatu penyakit infeksi

yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama

Mycobacterium tuberculosis dan ditularkan melalui perantara droplet udara

(Hiswani, 2004).

Mycobacterium tuberkulosis telah menginfeksi sepertiga pendudiuk

dunia. Pada Tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit

TB karena pada sebagian besar negara di dunia. Penyakit TB tidak terkendali,

ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan,

terutama penderita menular / BTA (+). Pada tahun 1995 diperkirakan setiap

tahun terjadi sekitar 9 juta penderita baru TBC dengan kematian 3 juta orang.

Jumlah penderita TB diperkirakan akan meningkat seiring dengan munculnya

epidemi HIV/AIDS di dunia (Depkes RI, 2002; Kemenkes RI, 2011).

Tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus

baru TB dengan kematian karena TB sekitar 140.000. Secara kasar

diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru

TB paru BTA (+) (Depkes RI, 2002; Girsang, 2002; Permatasari, 2005).

Seorang penderita TB aktif dapat menularkan basil TB kepada 10 orang di

sekitarnya dalam kurun waktu 1 tahun. (Girsang, 2002; Permatasari, 2005).


3

Pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak lengkap diduga

telah menimbulkan kekebalan ganda kuman TB terhadap obat Anti–

tuberkulosis (OAT) atau Multi Drug Resistance (MDR) (Depkes RI, 2002;

Hiswani, 2004; Kemenkes RI, 2011).

Puskesmas Halmahera dari bulan Januari-Desember2015 kasus yang

terjadi sekitar22 kasus TB. Kasus TB BTA (+) yang ditemukan sebanyak 16

kasus. Kemudian untuk TB Anak sebanyak 2 kasus. Sedangkan untuk kasus

TB BTA (–) ditemukan sebanyak 4 kasus. Angka kejadian TB di lingkungan

puskesmas halmahera masih tinggi yang dikarenakan kurangnya pengetahuan

mengetahui TB dan kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat.

Dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk

lebih mendalami Diagnosis Holistik dan Komprehensif Dalam Layanan

Kedokteran Keluarga Terhadap Pasien dengan TB.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana diagnosis Holistik Dan Terapi Komprehensif Dalam Layanan

Kedokteran Keluarga Terhadap Pasien dengan tuberkulosis ?

1.3 TUJUAN

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi mengenai diagnosis Holistik Dan

Terapi Komprehensif Dalam Layanan Kedokteran Keluarga Terhadap

Pasien dengan Tuberkulosis.


4

1.3.2. Tujuan Khusus

a) Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku yang

mempengaruhi terjadinya Tuberkulosis.

b) Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan yang

mempengaruhi terjadinya Tuberkulosis.

c) Untuk memberikan solusi terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya Tuberkulosis.

1.4 MANFAAT

1.4.1. Bagi Masyarakat

a) Masyarakat mengetahui mengenai Tuberkulosis

b) Masyarakat mengetahui tentang kesehatan lingkungan yang

berpengaruh dengan terjadinya Tuberkulosis

1.4.2. Bagi Mahasiswa

a) Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang ada

di lapangan.

b) Mahasiswa dapat melakukan diagnosis Holistik Dan Terapi

Komprehensif Dalam Layanan Kedokteran Keluarga


5

BAB II

ANALISA SITUASI

2.1 CARA PENGAMATAN DAN WAKTU PENGAMATAN

Pengamatan dilakukan secara langsung terhadap aspek perilaku,

lingkungan dan pelayanan kesehatan.Aspek Perilaku dan lingkungan

dilakukan diamati dengan melakukan kunjungan rumah pasien di Gembong

selatan Sarirejo wilayah kerja Puskesmas Halmahera Semarang.

Waktu pengamatan:

1) Selasa, 8 Maret2016 pukul 11.00 WIB

2) Kamis, 10Maret 2016 pukul 10.00 WIB

2.2 HASIL PENGAMATAN

2.2.1 Identitas pasien

Nama : Tn. N

Umur : 32 tahun

JenisKelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : Tidak Bekerja


6

Alamat :Gembong selatan RT 5 RW 6 Sarirejo

Semarang Timur

Kewarganegaraan : WNI

2.2.2 Anamnesis Holistik

A. ASPEK 1

Keluhan Utama Batuk lama

Harapan Sembuh sehingga pasien bisa sehat seperti

semula dan tidak kambuh lagi.

Kekhawatiran Sakit yang dialami bertambah parah

sehingga pasien tidak dapat beraktifitas

lagi seperti sebelumnya.

B. ASPEK 2

ANAMNESIS

Riwayat Pasien sedang menjalani pengobatan fase

Penyakit intensif yang sudah berlangsung selama 2

Sekarang bulan. Awalnya pasien mengeluhkan

adanya batuk berdahak yang hilang timbul

sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu.

Awalnya pasien mengira batuk yang

dialaminya adalah batuk biasa, sehingga

pasien tidak pernah memeriksa


7

penyakitnya ke fasilitas kesehatan. Namun

pasien merasakan batuknya semakin

memberat disertai dengan dahak yang

terkadang berwarna hijau yang kurang

lebih satu sendok makan setiap kali batuk,

namun pasien menyangkal adanya riwayat

batuknya bercampur darah sejak pertama

kali keluhan batuk muncul. Batuk

dirasakan paling berat pada malam hari

sampai mengganggu tidur, dan biasanya

dahak paling banyak pada saat pagi hari.

pasien juga mengeluh sering berkeringat

pada malam hari walau tanpa aktifitas.

pasien mengaku berat badannya terasa

menurun dan sering merasa lemas sejak

pertama kali mengalami keluhan batuk

tersebut.

Riwayat a. Sakit serupa : (-), Riwayat Diabetes

Penyakit Dahulu Mellitus (-),Hipertensi (-),Asma (-),

Bronkhitis (-),Penyakit jantung (-)

Riwayat a. Keluarga pasien sakit serupa : (-)

Penyakit Riwayat Diabetes Mellitus

Keluarga (-),Hipertensi (-),Asma (-), Bronkhitis


8

(-),Penyakit jantung (-)

Riwayat Sosial Pasien sudah tidak bekerja sebagai

Ekonomi mekanik dengan penghasilan perbulan

rata-rata sama dengan UMR.Kakak

mempunyai usaha ternak ayam. Adik

bekerja sebagai buruh. Pasien tinggal

bersama ayah,ibu,kakak kandung, dan adik

kandung.

Memiliki fasilitas MCK dirumah.

Air untuk minum dan masak dengan air

sumur.

Kesan : tingkat ekonomi cukup.

C. ASPEK 3

Faktor Resiko Internal

Perilaku Kesehatan Pasien

Pengetahuan pasien kurang mengenai Tuberculosis. Pasien

mempunyai kebiasaan sering merokok, satu bungkus rokok habis

dalam 2 hari. Kebiasaaan merokok meningkatkan resiko untuk

terkena TB paru sebanyak 2,2, kali.Sebelum datang berobat

pasien memiliki kebiasaan meludah sembarangan yang

berpengaruh terhadap penularan TB disekitar lingkungan pasien.


9

Hal ini berkaitan dengan kekurangan pengetahuan pasien dan

keluarga tentang penyakit TB itu sendiri.

D. ASPEK 4

Faktor Resiko Eksternal

Perilaku kesehatan keluarga pasien

Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai Tuberkulosis,

keluarga jarang mengikuti kerja bakti untuk membersihkan

lingkungan. Rumah dibersihkan ibu kandung pasien. Keluarga

juga memiliki pengetahuan yang kurang dalam penerapan

PHBS.Kakak dan adik pasien sering merokok dirumah.

Pencahayaan dan sirkulasi udara di rumah pasien kurang.

Pelayanan Kesehatan

Keluarga pasien tinggal di Gembong selatan Sarirejo, cakupan

Puskesmas Halmahera. Jarak rumah tempat tinggal keluarga

pasien dengan puskesmas dapat ditempuh dalam waktu 10 menit

dengan menggunakan motor. Tidak ada penyuluhan mengenai

Tuberkulosis kepada warga setempat sebagai salah satu upaya

peningkatan promosi kesehatan masyarakat

Lingkungan :

Pada bagian depan rumah pasien terdapat tempat sampah dan di

sebelah kiri rumah terdapat kandang ayam yang kotorannya

disembarang tempat. Di sebelah kandang ayam terdapat tempat


10

cuci baju dan piring. Keadaan jamban cukup bersih.

Masalah bangunan rumah:

Atap : langsung genteng, tetapi tidak ada genteng kaca

Jendela : jendela rumah ada 3. Jendela pertama dan kedua berada

di ruang tamu tetapi jarang dibuka. Jendela kamar tidur terbuka

namun udara kurang leluasa masuk karena dekat sekali jaraknya

dengan rumah tetangga pasien. Lantai rumah terbuat dari

keramik. Dinding rumah terbuat dari tembok batu bata yang

tidak disemen dan ada yang disemen.

Luas rumah : 4m x 6m

Luas kamar pasien : 3m2 ( untuk 1 orang)

Jumlah penghuni rumah : 5 orang

E. ASPEK 5

Derajat Fungsional

1. Mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit

2. Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan

luar rumah

3. Mampu melakukan perawatan diri, tapi tidak mampu

melakukan pekerjaan ringan

4. Dalam keadaan tertentu masih mampu merawat diri, tapi

sebagian besar aktivitas hanya duduk dan berbaring

5. Perawatan diri oleh orang lain, hanya berbaring pasif


11

DERAJAT FUNGSIONAL : 3

ANAMNESIS KELUARGA

Genogram

Keterangan :

: Perempuan hidup

: Laki laki hidup

: Pasien laki - laki

: Tinggal serumah

Bentuk dan struktur keluarga

Pasien merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Pasien tinggal

bersama ayah kandung,ibu kandung,kakak dan adik pasien.


12

Fase kehidupan keluarga

Ayah dan ibu pasien menikah saat usia 20 tahun, anak pertama

laki-laki lahir tahun 1980, anak kedua adalah pasien lahir tahun

1984, anak ketiga adik pasien,laki-laki lahir tahun 1986. Pasien

dan kakak pasien sekolah sampai lulus SD. Adik pasien sekolah

sampai SLTP.

Identifikasi fungsi keluarga

 Sumber penghasilan keluarga berasal darikakak pasien yang

mempunyai usaha ternak ayam. Dan adik pasien yang bekerja

sebagai buruh pabrik.

 keluarga tidak melakukan pengaturan penghasilan untuk

kebutuhan hidup.

 Menu makanan dirumah seadanya, jarang ada sayur dan buah

Resiko internal keluarga

Keluarga pasien terdiri dari ayah, ibu, kakak dan adik pasien.

Aspek kebiasaan keluarga pasien menjadi aspek resiko bagi

penyakit yang dialaminya saat ini.

Resiko eksternal keluarga

 Perilaku kesehatan lingkungan

Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai TB, keluarga


13

jarang mengikuti kerja bakti untuk membersihkan lingkungan.

Rumah dibersihkan ibu kandung pasien. Keluarga juga memiliki

pengetahuan yang kurang dalam penerapan PHBS. Pasien, Kakak

dan adik pasien sering merokok dirumah.

 Keadaan Lingkungan

Pasien tinggal di lingkungan sarirejo. Luas rumah lebih kurang 24

m2. Pada bagian depan rumah pasien terdapat tempat sampah dan

di sebelah kiri rumah terdapat kandang ayam yang kotorannya

disembarang tempat. Di sebelah kandang ayam terdapat tempat

cuci piring, cuci baju. Keadaan jamban cukup bersih. Terdapat tiga

kamar tidur di dalam rumah. Hanya diisi bed tempat tidur dan

lemari pakaian kecil. Ventilasi udara bangunan rumah hanya

berasal dari pintu depan, jendela kamar tidur orang tua pasien.

Penerangan pada siang hari berasal dari dari cahaya matahari yang

masuk lewat pintu depan. Sumber air untuk mencuci dan

kebutuhan sehari-hari berasal dari air sumur. Untuk keperluan

minum, biasanya air sumur dimasak lebih dulu sampai mendidih.

Penilaian air minum secara fisik: kualitas air jernih, tidak

berwarna, tidak berbau.


14

DenahRumah Keluarga Pasien

Teras4

1
5
1
1 1

2 3

Keterangan :

1. Kamar tidur
2. Kamar mandi
3. Dapur
4. Teras
5. Ruang tamu

Pelayanan Kesehatan

Masyarakat sekitar rumah tempat tinggal juga berada dalam

wilayah cakupan Puskesmas Halmahera. Akses terhadap

puskesmas dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi.

2.2.3 Pemeriksaan Fisik

 Status praesens

Umur : 32 th

BB : 41kg

PB : 160 cm

 Keadaan umum : baik

 Kesadaran : komposmentis
15

 Tanda Vital

Nadi : 88 x/menit, isi dan tegangan cukup

RR : 22 x/menit

Temperatur : 37 C

 Keadaan tubuh

Anemik : (-)

Sianotik : (-)

Ikterik : (-)

Turgor : cukup

Tonus : normotoni

Rambut : kemerahan (-), tidak mudah dicabut

Kulit : petechie (-)

Oedema : (-)

Cerebral : kejang (-)

Dyspnoe : (-)

 Kepala : mesosefal

 Mata : konjungtiva palpebra anemis - / - , sklera

ikterik +/+

 Hidung : napas cuping (-), perdarahan hidung (-)

 Telinga : sekret (-)

 Mulut : sianosis (-), kering (-)

 Bibir : kering (-), mukosa dalam sianosis (-)


16

 Lidah : kotor (-), tremor (-)

 Tenggorokan : T1-1, faring hiperemi(-), pseudomembran

(-)

 Leher : Pembesaran KGB (-)

 Dada

 Paru

Inspeksi : simetris, statis, dinamis, retraksi (-)

Palpasi : stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : sonor seluruh lapangan paru

Auskultasi

- suara dasar : vesikuler

- suara tambahan : ronkhi -/-, bising -/-, hantaran -/-

seluruh lapanganparu

 Jantung

- Inspeksi : Pungtum maksimum jantung tidak tampak

- Palpasi : Pungtum maksimum jantung teraba di ICS

V, 2 cm medial linea midclavicularis, sinistra, pulsus

para sternal (-), pulsus epigastrium (-)

- Perkusi : Batas jantung

Kiri bawah : ICS V, 2 cm medial linea midclavicularis

sinistra

Kiri atas : ICS II linea sternalis sinistra

Kanan atas : ICS II linea sternalis dextra


17

Pinggang jantung : SIC III linea parasternalis sinistra

- Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, bising (-),

gallop (-), murmur(-).

 Abdomen

Inspeksi : Datar, Meteorismus (-)

Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) pada epigastrium

Perkusi : Timpani (+) disemua kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus normal

 Alat kelamin : laki-laki, dalam batas normal

 Ekstremitas

Superior Inferior

Akraldingin -/- -/-


Oedem -/- -/-
Pucat -/- -/-
Gerak Dalam batas normal Dalam batas normal
Reflex fisiologis +/+ +/+
Reflex patologis -/- -/-
18

PEMERIKSAAN STATUS GIZI

Status Gizi Antropometri NCHS – WHO

Laki-laki : BB = 41kg, PB = 160 cm

BMI : 16

PEMERIKSAAN PENUNJANG

SPUTUM

Pemeriksaan sputum hasil BTA +1 ( di puskesmas )

2.2.4 DIAGNOSIS HOLISTIK

a Aspek 1 Personal

- Keluhan : batuk lama

- Kekhawatiran : keadaan memburuk

- Harapan : agar sehat dan bisa bekerja kembali

b Aspek 2 Anamnesis Medis Umum

- Diagnosis kerja :Tuberkulosis paru kasus baru BTA positif

- Diagnosis Banding :Pneumonia, bronkiektasis

c Aspek 3 Kondisi Internal

Pengetahuan pasien kurang mengenai Tuberculosis.Pasien

mempunyai kebiasaan sering merokok, satu bungkus rokok habis

dalam 2 hari. Kebiasaaan merokok meningkatkan resiko untuk

terkena TB paru sebanyak 2,2, kali.Sebelum datang berobat pasien


19

memiliki kebiasaan meludah sembarangan yang berpengaruh

terhadap penularan TB disekitar lingkungan pasien. Hal ini

berkaitan dengan kekurangan pengetahuan pasien dan keluarga

tentang penyakit TB itu sendiri.

d Aspek 4 Kondisi Eksternal

Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai Tuberkulosis,

keluarga jarang mengikuti kerja bakti untuk membersihkan

lingkungan.Rumah dibersihkan ibu kandung pasien.Keluarga juga

memiliki pengetahuan yang kurang dalam penerapan PHBS.Kakak

dan adik pasien sering merokok dirumah. Pencahayaan dan

sirkulasi udara di rumah pasien kurang.

e Aspek 5 Derajat Fungsional

Derajat fungsional :3

4. Diagnosis keluarga

ASPEK 1

Keluhan -

Harapan -

Kekhawatiran -

ASPEK 2

Diagnosis kerja -

Diagnosis -

banding
20

ASPEK 3

Faktor resiko -

internal

ASPEK 4

Faktor resiko -

eksternal

ASPEK 5

Derajat -

fungsional

5. Usulan Penatalaksanaan Komprehensif

1) Identifikasi Masalah

Dalam kasus ini terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab

timbulnya tuberkulosis, yaitu:

1. Kebiasaan pasien meludah sembarangan.

2. Pasien mempunyai kebiasaan sering merokok, satu bungkus rokok

habis dalam 2 hari.

3. Lingkungan tempat tinggal pasien yang lembab, pencahayaan dan

sirkulasi udara rumah kurang.

4. Pekerjaan pasien yang bekerja sebagai mekanik di pabrik jakarta

yang sering terpapar partikel debu.

5. Pasien kurang memperhatikan adanya orang-orang di lingkungan

tempat tinggal dan di lingkungan kerjanya yang memiliki gejala

batuk berdahak.
21

ENVIRONMENT HOST

1. Lingkungan tempat tinggal 1. Tingkat pengetahuan pasien yang

pasien yang lembab, kurang mengenai TB.

pencahayaan dan sirkulasi 2. Pasien mempunyai kebiasaan sering

udara rumah kurang. merokok, satu bungkus rokok habis

2. Pekerjaan pasien yang bekerja dalam 2 hari.

sebagai mekanik di pabrik 3. Pasien kurang memperhatikan

jakarta yang sering terpapar adanya orang-orang di lingkungan

partikel debu. tempat tinggal dan di lingkungan

kerjanya yang memiliki gejala batuk

berdahak.

AGENT

Penyebab biologiMycobacterium tuberculosis

Gambar 2.1 Diagram Trilogi Epidemiologi


22

Urutan penyebab masalah

1. Pasien kurang memperhatikan adanya orang-orang di lingkungan

tempat tinggal dan di lingkungan kerjanya yang memiliki gejala

batuk berdahak.

2. Kebiasaan pasien meludah sembarangan.

3. Pasien mempunyai kebiasaan sering merokok, satu bungkus

rokok habis dalam 2 hari.

4. Lingkungan tempat tinggal pasien yang lembab, pencahayaan

dan sirkulasi udara rumah kurang.

5. Pekerjaan pasien yang bekerja sebagai mekanik di pabrik jakarta

yang sering terpapar partikel debu.

Table 2.5 Plan of Action

No Masalah Intervensi Indikator Sasaran Waktu Coping

Keberhasilan Yang Score

Diperlukan

1 Kurangnya Edukasi Pasien dan Pasien Kunjungan 5

perhatian mengenai keluarga dan dirumah

dengan penyakit mengerti keluarga

lingkungan TBmulai dari tentang TB

terhadap definisi,

orang penyebab,

terdekat cara
23

yang batuk penularan,

berdahak dan tata

laksana yang

benar.

2 Kebiasaan Edukasi Pasien Pasien kunjungan 4

pasien mengenai memakai rumah

meludah penyakit masker

sembara- TBmulai dari

ngan definisi,

penyebab,

cara

penularan,

dan tata

laksana yang

benar.

3 Kebiasaan Edukasi Pasienminimal Pasien Kunjungan 4

pasien tentang mengurangi ke rumah

merokok akibat frekuensi

merokok bagi merokok setiap

kesehatan harinya sampai

bisa merokok

4 Lingkungan Edukasi Menambah Keluarga Kunjungan 5

pasien yang bahwapencah jendela rumah dan ke rumah


24

kurang ayaan rumah pasien

pencahayaa, yang cukup

lembab penting agar

terhindar dari

penyakit

5. Pekerjaan Edukasi Memakai Pasien Kunjungan 4

yang tentang masker ke rumah

terpapar pentingnya

debu masker

selama

bekerja

2) Intervensi

a Promotif

 Patient centered

 Memberikan pendidikan sederhana mengenai penyakit TB.

Penjelasan tentang TB meliputi : definisi TB, penyebab TB

adalah Mycbacterium tuberculosis yang menular ke manusia

melalui dahak. Gejala klinis TB diantaranya batuk lama,

berdahak, demam, lebih parah pada malam hari dan penurunan

berat badan.Tatalaksana pengobatan dan perawatan dengan


25

memberikan obat OAT, perawatan umum, pemberian nutrisi

serta pengobatan dan tindakan medis.

 Memberikan informasi mengenai manfaat penggunaan masker

untuk pencegahan dan penyebara penyakit.

 Memberikan informasi penjelasan kepada pasien mengenai

bahaya merokok bagi kesehatan.

 Family oriented

Memberikan pendidikan sederhana mengenai penyakit TB.

Penjelasan tentang TB meliputi : definisi TB, penyebab TB adalah

Mycbacterium tuberculosis yang menular ke manusia melalui

dahak. Gejala klinis TB diantaranya batuk lama, berdahak, demam,

lebih parah pada malam hari dan penurunan berat

badan.Tatalaksana pengobatan dan perawatan dengan memberikan

obat OAT, perawatan umum, pemberian nutrisi serta pengobatan

dan tindakan medis.

Memberikan informasi mengenai manfaat penggunaan masker

untuk pencegahan dan penyebara penyakit.

Memberikan informasi penjelasan kepada pasien mengenai

bahaya merokok bagi kesehatan..

 Community oriented

 Memberikan pendidikan sederhana mengenai penyakit TB.

Penjelasan tentang TB meliputi : definisi TB, penyebab TB

adalah Mycbacterium tuberculosis yang menular ke manusia


26

melalui dahak. Gejala klinis TB diantaranya batuk lama,

berdahak, demam, lebih parah pada malam hari dan penurunan

berat badan. Tatalaksana pengobatan dan perawatan dengan

memberikan obat OAT, perawatan umum, pemberian nutrisi

serta pengobatan dan tindakan medis.

 Memberikan informasi mengenai manfaat penggunaan masker

untuk pencegahan dan penyebara penyakit.

 Memberikan informasi penjelasan kepada pasien mengenai

bahaya merokok bagi kesehatan.

b. Preventif

 Patient centered

 Memakai masker saat di dalam dan diluar rumah.

 Tidak boleh meludah di sembarang tempat.

 Menghentikan kebiasaan merokok

 Family oriented

 Semua anggota keluarga ikut serta menjaga kebersihan rumah,

menambah ventilasi rumah dan pencahayaan yang baik.

 Menghentikan kebiasaan merokok

 Community oriented

 Mengadakan kerja bakti seminggu sekali

 Penyuluhan tentang TB

 Makan makanan 4 sehat 5 sempurna


27

 Olahraga teratur

c. Kuratif

 Patient centered

1. Non medikamentosa

- Tirah baring

- Nutrisi

2. Medikamentosa

PO : Rifampisin 150 mg

Isoniazid 75 mg

Pirazinamid 400 mg

Ethambutol HCL 275 mg

 Family oriented

 Community oriented

d. Rehabilitatif

 Patient centered

 motivasi kepatuhan minum obat

 perilaku hidup bersih dan sehat

 Menjaga gizi tetap baik, maka penderita diberitahukan untuk

menjaga kualitas dan kuantitas makanan di rumah


28

 Family oriented

 Dukungan keluarga agar pasien minum obat teratur

 Memotivasi keluarga untuk menghindarkan pasien hal-hal

yang memungkinkan memperburuk keadaan pasien atau

menyebabkan kekambuhan

 Memotivasi keluarga untuk mengantarkan pasien kontrol ke

puskesmas hingga dinyatakan sembuh oleh dokter

 Community oriented

1. Pemantauan/ follow up

8 Maret 2016 Didapatkan gambaran mengenai

lingkungan tempat tinggal pasien dan

keadaan rumah tempat tinggal. Pasien

dan keluarganya tinggal di pemukiman

padat dan lingkungan yang kurang

bersih. Bahan bangunan rumah yaitu

dinding terbuat dari tembok batu bata

yang tidak di semen, lantai dari semen,

atapnya adalah genting

10 Maret 2016 Melakukan intervensi berupa

penyuluhan kepada pasien dan

keluarga tentang penyakit TB mulai

dari definisi, penyebab, cara


29

penularan, dan pengobatan yang benar.

Edukasi tentang manfaat masker dan

edukasi tentang makanan bergizi

tinggi dan edukasi mengenai PHBS.


30

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. GAMBARAN PROSES DAN MASALAH YANG DIAMATI

ENVIRONMENT HOST

1. Lingkungan tempat tinggal pasien 1. Tingkat pengetahuan pasien yang

yang lembab, pencahayaan dan kurang mengenai TB.

sirkulasi udara rumah kurang. 2. Pasien mempunyai kebiasaan

2. Pekerjaan pasien yang bekerja sering merokok, satu bungkus

sebagai mekanik di pabrik jakarta rokok habis dalam 2 hari.

yang sering terpapar partikel 3. Pasien kurang memperhatikan

debu. adanya orang-orang di lingkungan

tempat tinggal dan di lingkungan

kerjanya yang memiliki gejala

batuk berdahak.

AGENT

Penyebab biologiMycobacterium tuberculosis

Gambar 3.1 Diagram Trilogi Epidemiologi


31

3.2. URAIAN TEMUAN PADA SETIAP ASPEK

Berdasarkan masalah yang ditemukan dari aspek yang berhubungan dengan

munculnya TB pada pasien, analisis terhadap masalah tersebut didasarkan

pada teori adalah sebagai berikut:

1. Agent (Faktor penyebab)

Penyebab suatu penyakit (agent) adalah semua unsur atau elemen

hidup maupun tak hidup, bila diikuti dengan kontak yang efektif

terhadap manusia yang rentan dalam keadaan yang memungkinkan,

akan menjadi stimuli untuk menginisiasi dan memudahkan terjadinya

suatu proses penyakit biologis, kimia, nutrisi, mekanik dan agent fisik

(Bakti Husada, 2012).

Penyebab biologis terdapat 6 kelompok agent biologis yaitu

protozoa, metazoa, bakteri, virus, jamur, dan riketsia. Penyebab kimia

antara lain pestisida, obat-obatan, limbah industri, zat-zat yang

diproduksi oleh tubuh sebagai akibat dari suatu penyakit misalnya pada

diabetic asidosis, uremia. .(Bakti Husada, 2012). Penyebab nutrisi yang

termasuk kategori ini adalah karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan

air. Kekurangan atau kelebihan zat tersebut dapat mengganggu

keseimbangan mengakibatkan timbulnya penyakit. Penyebab mekanik

adalah friksi yang kronik, kekuatan mekanik yang mengakibatkan

dislokasi atau patah tulang. Penyebab fisik melalui radiasi, suhu udara,

kelembaban, getaran, panas, terang cahaya.


32

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa agent (factor

penyebab) pada penyakit TB adalah factor biologi yang disebabkan

infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosa (Bakti Husada, 2012).

2. Environment

Faktor lingkungan dapat diklasifikasikan dalam empat komponen,

yaitu lingkungan fisik, biologi, sosial, dan ekonomi. Lingkungan fisik

meliputi kondisi udara, musim, cuaca dan kondisi geografi serta

geologinya. Lingkungan biologi meliputi hewan atau tumbuh-

tumbuhan, mikroorganisme saprofit. Lingkungan social seperti

kepadatan penduduk, stratifikasi social berdasarkan tingkat pendidikan.

Lingkungan ekonomi seperti kemiskinan, dan ketersediaan fasilitas

kesehatan(Bakti Husada, 2012).

Masalah kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari akibat

masih rendahnya tingkat pendidikan penduduk, masih terikat eratnya

masyarakat Indonesia dengan adat istiadat kebiasaan, kepercayaan dan

lain sebagainya yang tidak sejalan dengan konsep kesehatan. Penyebab

yang mempengaruhi PHBS adalah faktor perilaku dan non perilaku

fisik, sosial ekonomi dan sebagainya, oleh sebab itu penanggulangan

masalah kesehatan masyarakat juga dapat ditunjukkan pada kedua

faktor utama tersebut.(Eddy, 2002;Ditjen P2M & PL. D, 2005;

Simanjutak,2006).
33

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk

atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk

percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan

sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam

ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.

Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari

langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama

beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan

seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari

parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak,

makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang

terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara

dan lamanya menghirup udara tersebut (Werdhani, 2006).

Lingkungan memegang peranan yang sangat penting dalam

terjadinya sebuah penyakit, apalagi penyakit tersebut adalah penyakit

berbasis lingkungan. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan mudahnya

terjadi infeksi apabila tidak ada keseimbangan dalam lingkungan.

Dalam kasus ini, lingkungan tempat tinggal Tn. N mendukung

terjadinya penyakit TB yang dialaminya tersebut. Lingkungan rumah

merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap

status kesehatan penghuninya. Lingkungan rumah merupakan salah satu

faktor yang berperan dalam penyebaran kuman tuberkulosis. Kuman

tuberkulosis dapat hidup selama 1-2 jam bahkan sampai beberapa hari
34

hingga berminggu-minggu tergantung pada ada tidaknya sinar

ultraviolet, ventilasi yang baik, kelembaban, suhu rumah dan kepadatan

penghuni rumah (Keman, 2005).

3. Host (Faktor Pejamu)

Pada kasus ini, pasien adalah seorang laki-laki berusia 32 tahun

dengan status gizi kurang. Penyakit TB paru cenderung lebih tinggi

pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Penyakit TB paru

paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif, 15–50

tahun. Keadaan malnutrisi, gizi kurang, atau kekurangan kalori, protein,

vitamin, zat besi dan lain-lain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh

sesoeranga sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB paru

(Hiswani, 2004). Pasien kurang memperhatikan adanya orang-orang di

lingkungan tempat tinggal dan di lingkungan kerjanya yang memiliki

gejala batuk berdahak yang lama seperti yang dialaminya. Pasien

menyangkal adanya orang tua ataupun saudara pasien yang memiliki

gejala yang sama dengan pasien sebelumnya. Sudah dilakukan

pemeriksaan sputum BTA pada semua anggota keluarga yang tinggal

bersama pasien, dan semua menunjukkan hasil negatif. Sehingga sulit

untuk mencari sumber penularan kuman BTA positif pada pasien.

Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan.

Pengetahuan penderita TB paru yang kurang tentang cara penularan,

bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan


35

perilaku sebagai orang sakit dan akhinya berakibat menjadi sumber

penular bagi orang disekelilingnya.

Pasien dan keluarga sebelumnya tidak mengetahui tentang TB,

pengertian, faktor resiko, penularan, akibat dsb. Pengetahuan yang

rendah ini mempengaruhi tindakanya yang menjadi kurang tepat. Pasien

dan keluarga mengaku jarang membuka jendela rumah dan tidak segera

memeriksakan diri ketika sudah ada gejala sakit yang mengarah ke TB.

Sebelum datang berobat, pasien memiliki kebiasaan meludah

sembarangan yang sangat berpengaruh terhadap penularan TB di

lingkungan sekitar pasien. Hal ini berkaitan dengan kurangnya

pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit TB itu sendiri.

Bukan hanya pasien saja, namun masih banyak didapatkan warga

masyarakat yang meludah sembarangan, dan ini cukup menghawatirkan

apabila warga-warga tersebut memang menderita penyakit TB paru

BTA positif.

Pasien dalam kasus ini termasuk mempunyai riwayat perokok

berat. Dalam satu hari pasien bisa menghabiskan ½ bungkus rokok per

hari. Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru

sebanyak 2,2 kali. Dengan adanya kebiasaan merokok akan

mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru.


36

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

1. Dalam program TB yang dilaksanakan di Puskesmas Halmaherabelum

mencapai target yang telah ditentukan.

2. Faktor yang menjadi faktor resiko terjadinya TB pada pasien dalam

kasus ini yaitu faktor usia, jenis kelamin, pencahayaan rumah,

pengetahuan, kebiasaan merokok.

4.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan laporan kasus di atas:

1. Perlu dilakukan Community Based Approach di daerah-daerah yang

tinggi jumlah pasien baru TB paru BTA positif agar penemuan kasus

lebih terarah dengan perencanaan yang lebih matang.

2. Upaya promosi dan preventif terutama dari aspek peningkatan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai salah satu upaya dalam

menurunkan angka kejadian penyakit TB masih perlu terus dilakukan.

3. Untuk puskesmas dapat meningkatkan pengetahuan dan pendidikan

keluarga seperti menggandeng kelurahan untuk mengadakan kegiatan

aktif kebersihan lingkungandan penyuluhan rumah ke rumah.

4. Untuk FK Unissula agar dapat membantu masyarakat dan puskesmas

untuk berpartisipasi dalam menanggulangi TB.


37

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T.Y., 2006, ‘XDR-TB’, Jurnal Tuberkulosis Indonesia, September,

3(2), 20-22.

Asy’ari, 2005, ‘Determinan Pencapaian Penemuan Kasus (Case Finding)

Penderita TB Paru Di Puskesmas Mandala Kota Medan Tahun 2005’,

Skripsi S.KM, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatra Utara,

Medan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002, ‘Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis, Cetakan ke-8’, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, 2012, ‘Penemuan Suspek Dan BTA

(+) Per Puskesmas Di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011-2012’, Dinas

Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, Lombok Barat.

Girsang, M., 2002, Pengobatan Standar Penderita TBC’, Cermin Dunia

Kedokteran 137, 6-8.

Hasanah, 2013, ‘Data Hasil Cakupan P2 TB Puskesmas Narmada 2010-2012’,

P2M, Puskesmas Narmada, Narmada, Lombok Barat.

Helmia, Lulu, M., 2004, ‘Tuberkulosis’, dalam Alsagaff, H., Wibisono, M.J., &

Winariani, Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru, pp. 10-28, Bagian Ilmu Penyakit

Paru, FK UNAIR-RSU dr. Soetomo, Surabaya.


38

Hiswani, 2004, ‘Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi

Masalah Kesehatan Masyarakat’, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Sumatra Utara, Medan.

Keman, S., 2005, ‘Kesehatan Perumahan Dan Lingkungan Pemukiman’, Jurnal

Kesehatan Lingkungan, Juli, 2(1), 29-42.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian

Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2011, ‘Pedoman Nasional

Pengendalian Tuberkulosis’, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian

Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2012, ‘Monitoring Dan Evaluasi

Program Pengendalian Tuberkulosis’, Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Permatasari, A., 2005, ‘Pemberantasan Penyakit TB Paru Dan Strategi DOTS’,

Bagian Paru, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatra Utara, Medan.

Puskesmas Narmada, 2013, ‘Laporan Tahunan Puskesmas Narmada Tahun

2012’, Puskesmas Narmada, Narmada, Lombok Barat.

Syahrini, H., Zubir, Z., Keliat, E.N., Abidin, A., 2008, ‘Tuberkulosis Paru

Resistensi Ganda’, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran,

Universitas Sumatra Utara, Medan.

Yunita, R., 2011, ‘Multi-Drug Resistance Tuberculosis’, Departemen

Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatra Utara, Medan.


39

Lampiran 1 Formulir Pendaftaran Pasien Baru

REKAM MEDIS PELAYANAN DOKTER KELUARGA

DENGAN DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF

No RM :
Identitas Umum Pasien :
Nama Lengkap :
Tempat Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin : □ LAKI-LAKI □ PEREMPUAN
Alamat :
DESA/KELURAHAN :
KAB/KOTA :
Agama : □ ISLAM □ HINDU
□ KRISTEN □ BUDHA
□ KATHOLIK □ KHONGHUCU
Status Perkawinan : □ KAWIN □ JANDA
□ BELUM KAWIN □ DUDA
Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/DIPLOMA/S1/S2/S3/LAINYA
Pekerjaan : □ PNS
□ WIRASWASTA
□ TNI/POLRI
□ PELAJAR/MAHASISWA
□ LAIN-LAIN.....................................
Kewarganegaraan : □ WNI □ WNA
Cara Pembayaran : □ BPJS
□ ASURANSI SWASTA
□ UMUM/MANDIRI
Nama Penanggung :
Jawab
Notelp/ Hp :
40

Klinik Yang Dituju : □ Balai Pengobatan Umum

□ Kesehatan Ibu Dan Bayi

□ Lansia

□ Rehabilitasi Medik

Dengan ini saya menyatakan setuju untuk dilakukan pemeriksaan dan tindakan

yang diperlukan dalam upaya kesembuhan / keselamatan jiwa saya/ pasien

tersebut di atas.

Semarang,................................

(..............................................)

You might also like