You are on page 1of 8

Ardyah D. P. (1601470023) S. Tr.

II-A

Laporan Pendahuluan Kehilangan

Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang


sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respons emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-
lain.

Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang
yang sangat berarti/dicintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang
yang berhenti bekerja/PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya
menjadi menurun.

Faktor Penyebab Kehilangan


Tergantung dari:
1. Arti dari kehilangan
Misalnya Kehilangan orang yang dicintai atau dihormati.
2. Sosial budaya
Misalnya kehilangan karena perpisahan dengan lingkungan yang dikenal.
3. Kepercayaan / spiritual
Misalnya kehilangan rasa kepercayaan kepada orang lain.
4. Status social ekonomi
Misalnya kehilangan harta dikarnekan bangkrut atau yang lainnya.
5. Kondisi fisik dan psikologi individu
Misalnya kehilangan kesejahteraan fisik, psikologik dan social.

Tahap Reaksi Berduka


(Potter, 1989 dan Tarwoto, 2003)
1. Pengingkaran (Denail)
Tahap kejutan dan penolakan : merupakan awal diagnosa penyakit.
Respons individu : seperti “itu tidak mungkin!” atau “saya tidak percaya”.
Fokus pada pengingkaran disebabkan tidak dapat memperhatikan fakta yang dijelaskan.
Perasaan tidak percaya dan syok.
Tanda:
- Menangis - Letih
- Gelisah - Pucat
- Lemah

2. Marah (Anger)
Perasaan marah yang tidak terkendali. Perasaan ini dapat diproyeksikan pada benda atau
orang.
Respons individu : “saya…?, tidak, mengapa saya?” dan muncul perasaan sedih, rasa
bersalah dan marah.
Tanda:
- Muka merah - Nadi cepat
- Suara keras - Gelisah dan prilaku agresif,
merupakan mekanisme pertahanan
- Tangan mengepal yang ditujukan pada kesehtan dan
kehidupan.
3. Tawar menawar (bargaining)
Individu mampu mengungkapkan marah akan kehilangan, ia akan merefleksikan rasa
bersalah, takut dan rasa berdosa
Respons individu/keluarga: “ya, benar”., “tapi…, kalau terjadi sesuatu pada saya, biarlah
setelah saya tobat”
Kesempatan menyelesaikan urusan dunia at, pembagian harta).
Semua permohonan hendaknya dipenuhi karena merupakan hal yang harus dibereskan
sebelum mati.

4. Depresi
Proses menghadapi kematian sehingga klien dan keluarga mengalami perasaan
kehilangan yang mendalam disertai depresi dan putus asa
Individu menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau bicara, putus asa.
Perilaku : menolak makan dan susah tidur
Respons Klien : “ya, benar saya…”.
5. Menerima (acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang terpusat pada
objek kehilangan mulai berkurang.
Individu menyadari dan menerima proses kematian sehingga minat dan aktivitas jangka
panjang menurun.

Proses Kehilangan
1. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi makna
positif – melakukan kompensasi dengan kegiatan positif – perbaikan (beradaptasi dan
merasa nyaman).
2. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi makna –
merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi – diekpresikan ke dalam diri – muncul
gejala sakit fisik.
3. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi makna –
merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi – diekspresikan ke luar diri individu –
kompensasi dengan perilaku konstruktif – perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman).
4. Stressor internal dan eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi makna -
merasa tidak brdaya – marah dan berlaku agresi diekspresikan ke luar diri individu –
kompensasi dengan perilaku destruktif – merasa bersalah – ketidakberdayaan.
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Data yang dapat dikumpulkan adalah:
a. Perasaan sedih, menangis. g. Tidak berminat dalam berinteraksi
dengan orang lain
b. Perasaan putus asa, kesepian
h. Merenungkan perasaan bersalah secara
c. Mengingkari kehilangan berlebihan
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan i. Reaksi emosional yang lambat
e. Konsentrasi menurun j. Adanya perubahan dalam kebiasaan
makan, pola tidur, tingkat aktivitas
f. Kemarahan yang berlebihan

DIAGNOSA KEPERAWATAN:
1. Berduka
Suatu keadaan dimana individu atau keluarga mengalami respons manusia alami yang
melibatkan reaksi psikososial dan fisiologik pada kehilangan actual atau dirasakan
(orang, objek, fungsi, status, hubungan)
2. Berduka, antisipasi
Keadaan dimana seorang individu/kelompok mengalami reaksi-reaksi dalam
berespons terhadap kehilangan bermakna yang diperkirakan.
3. Berduka Disfungsional
Keadaan dimana seorang individu atau kelompok mengalami berduka yang
berkepanjangan dan terlibat dalam aktivitas yang menyimpang.

INTERVENSI
Tujuan Umum: Klien mampu melakukan hubungan interpersonal tanpa hambatan.
Tujuan khusus;
Klien mampu;
a. Mengungkapkan perasaan berduka
b. Menjelaskan makna dari kehilangan
c. Menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan damai.
d. Membina hubungan baru yang bermakna.
e. Mendapatkan dukungan keluarga dalam mengatasi kehilangan.

TINDAKAN KEPERAWATAN
1.1 Lakukan pendekatan dengan prinsip hubungan perawat – klien yang terapeutik
- Empati dan perhatian
- Jujur dan tepati janji
- Terima klien apa adanya
1.2 Beri dorongan klien mengungkapkan perasaan berdukanya
1.3 Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien, jangan menghukum / menghakimi.

2.1 Tingkatkan kesadaran klien terhadap kenyataan kehilangan.


2.2 Diskusikan dengan klien respon marah, sedih, perasaan bersalah merupakan hal
yang wajar bila seseorang mengalami kehilangan.
2.3 Beri dukungan secara non verbal seperti; memegang tangan , menepuk bahu.
2.4 Amati perilaku verbal dan non verbal selama klien bicara.

3.1 Sediakan waktu untuk kontak dengan klien secara teratur


3.2 Ajarkan pada klien tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku yang
berhubungan dengan setiap tahapan.
3.3 Dorong klien untuk berbagi rasa dengan sumber-sumber yang tersedia untuk saling
berbagi.

4.1 Bantu klien dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya.


4.2 Bantu mengidentifikasi aktifitas yang disukai dan dorong klien untuk melaksanakannya
4.3 Libatkan klien dalam aktivitas motorik
4.4 Beri umpan balik positip atas keterlibatan klien dalam aktivitas.

5.1 Diskusikan dengan keluarga tentang proses berduka yang dialami klien dan ajarkan
pada keluarga tahapan berduka serta cara untuk mengatasinya.
5.2 Anjurkan keluarga untuk memberikan perhatian kepada klien, mendengarkan
ungkapan klien berkaitan dengan pengalaman kehilangan.

EVALUASI
Respon klien dinilai berdasarkan pertanyaan dibawah ini:
1. Apakah klien sudah dapat mengungkapkan perasaannya secara spontan ?
2. Apakah klien dapat menjelaskan makna kehilangan terhadap hidupnya ?
3. Apakah klien mempunyai system pendukung untuk mengungkapkan perasaannya ?
4. Apakah klien menunjukan tanda-tanda penerimaan terhadap kenyataan kehilangan ?
5. Apakah klien sudah dapat membina hubungan baru yang bermakna dengan orang lain ?
6. Apakah klien sudah mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah yang dihadapi
akibat kehilangan ?
Kesimpulan

Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada
menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respons emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-
lain.
Faktor penyebab kehilangan dapat tergantung dari arti dari kehilanganitu sendiri, sosial
budaya, kepercayaan / spiritual, status social ekonomi dan kondisi fisik dan psikologi
individu.
Tahap Reaksi Berduka
Pengingkaran (Denail) ---- Marah (Anger) ---- Tawar menawar (bargaining) ---- Depresi
---- Menerima (acceptance)

Saran

Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa dapat dengan sunguh-sungguh untuk memahami
materi masalah psikososial kehilangan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Maslim. Rusdi; Diagnosis Gangguan Jiwa> Rujukan Ringkasan dari PPDGJ –III.Jakarta
1997.
Marmis.Wf: catatan ilmu kedokteran jiwa, Airlangga University Press, Surabaya 1994

You might also like