You are on page 1of 20

9/14/18

STRUKTUR BETON
BERTULANG

LENTUR
Teori Dasar, Analisis dan Desain
Balok Segiempat

TEORI LENTUR

  Balok adalah komponen struktur yang


memikul beban-beban yang bekerja melalui
internal momen dan geser. Gaya normal N ~0
  Jika gaya N = aksial tekan, maka komponen
struktur disebut balok-kolom.
  Jika gaya N = aksial tarik, maka komponen
struktur disebut batang tarik.

1
9/14/18

TEORI LENTUR
  Balok dari bahan homogen dan elastis, dibebani
w dan P seperti gambar berikut:
P
w/satuan panjang

N =0 N =0 M om en pada A
Secti on A

(b) Di agram M om en
(a) Bal ok Beton dan Beban
P P
w w
M
C
V V V V jd
T

(c) FBD m om en dal am dan gaya geser (c) FBD, Gaya kopel
3

TEORI LENTUR
  Momen yang bekerja dipikul oleh momen kopel dari
C dan T.
C – T = 0 atau C = T
M = C.jd atau M = T.jd
  Teori elastis balok diketahui: σ = M.y/I
à Material homogen, tidak retak dan elastis
M .y
σ =
I
M M y

(a) (b)
4

2
9/14/18

TEORI LENTUR
  Besarnya C dan T dapat dihitung berdasarkan
“volume” blok tegangan yang terjadi.
σc,max
b

h/2
C (d)
Jd

(c) T

  Resultan tegangan tekan (gaya C)


σ c ,max ⎛ h ⎞
C= ⎜b ⎟
2 ⎝ 2⎠
5

TEORI LENTUR
  Lengan kopel (jd) = h-2(1/3)(h/2) = 2h/3, maka
M didapat:
M = C.jd = σ,cmax(b.h/4)(2h/3)
M = σ,cmax. (Bh3/12)/(h/2)
  Karena I =bh3/12 dan ymax = h/2, maka
M = (σ,cmax.I)/ymax
Catatan:
Teori elastis balok tidak dapat digunakan dalam
mendesain balok beton bertulang, karena:
à Tegangan tekan beton adalah non-linear
à Adanya baja tulangan untuk memikul tegangan
tarik pada beton (i,.e gaya Ts).
6

3
9/14/18

TEORI LENTUR BALOK BETON BERTULANG

  Perilaku balok beton bertulang yang dibebani


secara bertahap sampai runtuh dapat dipahami
dari diagram momen-kurvaturnya (M-φ).
P P

Beton hancur Retak geser


Retak
Tul angan

P P
  Kurvatur (φ) merupakan perubahan sudut
kelengkungan sepanjang jarak tertentu komponen
struktur.
φ = ε’c/c atau εs/(d-c)
7

TEORI LENTUR BALOK BETON BERTULANG

  Diagram M-φ:
50 D = Tulangan leleh
E = Runtuh
40
Momen, M (kN.m)

R
30
C = Beban Layan εc
φ
c
20 M
Tulangan
M
d
n.a
d-c
Tulangan Retak ϕ
10 B = Kondisi retak εs

A dx "Strain Diagram"
0
0,0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06
Kurvatur (φ
φ), 1/mm
8

4
9/14/18

Kondisi (A): Belum Retak


P P

Tul an gan

P ε' c P
f' c

n.a
h d
d' ε s tari k
fs tari k

b ε c tari k fc tari k

Secti on Regan gan Tegan gan

(a) Kon di si A - Kon di si sebel um retak


9

Kondisi (C)
Setelah retak, Belum leleh, Beban layan
P P

Retak
Tul an gan

P P
ε' c
Cc
c
n.a
h d jd
d'
Ts
ε s tari k fs tari k
b
Secti on Regan gan Tegan gan

(b) Kon di si C- Kon di si sesudah retak, sebel um l el eh, beban kerj a

10

5
9/14/18

Kondisi (E) : Balok Runtuh


P P
Beton han cur Retak geser

P P
ε ' cu
Cc
c n.a
h d jd
d'

ε s > ey fs > fy
b
Secti on Regan gan Tegan gan
(b) Kon di s E- Kon di si Run tuh
11

Anggapan Dlm Teori Lentur


Tiga Anggapan Dasar dalam teori lentur:
  Penampang datar tegak lurus sumbu lentur, sebelum
dan sesudah melentur tetap datar (Prinsip Bernoulli).
  Regangan pada baja tulangan sama dengan regangan
pada beton yang jaraknya sama dari garis netral
(lekatan sempurna). Nilai regangan ini terdistribusi
linear atau berbanding lurus dengan jaraknya ke garis
netral (Azas Navier).
  Tegangan beton dan baja tulangan dapat dihitung
berdasarkan kurva σ-ε material tersebut.
12

6
9/14/18

Anggapan Dlm Teori Lentur


Anggapan tambahan dalam teori lentur
untuk desain penampang:
Kuat tarik beton diabaikan dalam perhitungan
kekuatan lentur.
Beton dianggap runtuh bila mencapai regangan
tertentu (εcu).--à εcu = 0.003 (SNI-2013)
Hubungan antara tegangan dengan regangan bisa
berdasarkan kurva σ-ε materialnya atau berbagai
bentuk yang menghasilkan kekuatan yang sesuai
dengan hasil-hasil test yang komprehensip
13

Regangan Beton Hancur (εcu)


  SNI-13 memperhitungkan regangan hancur beton
(εcu) = 0.003. Nilai ini merupakan batas bawah dari
nilai-nilai yang pernah diukur secara ekperimen.
εcu diambil pada kondisi dimana momen-kurvatur
penampang dihitung. Setelah melalui titik leleh,
momen-kurvatur adalah datar sehingga εcu dipilih
agar momen nominal penampang tidak dipengaruhi
secara significant
Hubungan tipe elemen struktur dan karakteristik
beton dengan regangan maksimum (εcu) sbb:
14

7
9/14/18

Regangan Beton Hancur (εcu)


Regangan hancur beton (εcu) = 0.003. Nilai ini merupakan batas bawah
dari nilai-nilai yang pernah diukur secara ekperimen pada penampang
Balok dan kolom
Dilihat juga jenis beton, nilai εcu juga diambil batas bawah dari beton
hancur.

15

Blok Tegangan Tekan Beton


  Tegangan tekan beton dapat dinyatakan secara
matematika sbb:
f"c = k3f'c

k2c
C = k1k3f'cbc
c

Garis Netral
Dimana:
k1 = rasio antara tegangan rata-rata dengan tegangan maksimum (atau
rasio luas daerah terarsir dengan luas segiempat)
k2 = rasio antara jarak resultan gaya tekan (C) ke serat tekan terluar
dengan tinggi garis netral.
k3 = rasio tegangan tekan maksimum f”c didaerah tekan penampang balok
terhadap kuat tekan silinder, f’c.
16

8
9/14/18

Blok Tegangan Tekan Beton


  Bila daerah tekan berbentuk segiempat
dengan lebar b, maka:
C = k1.k3f’c.b.c
  Momen terhadap garis netral oleh gaya C
tersebut:
M = k1.k3(1-k2)f’c.b.c2

Nilai k2 dan k3 tergantung pada bentuk σ-ε


yang diperhitungkan.
17

Blok Tegangan Tekan Beton


  Berbagai nilai k1 dan k2 untuk beberapa bentuk
blok tegangan tekan beton.
k3f'c

k2c k2c k2c


c C = k1k3f'cbc

k1 = 0,85 k1 = 0,50 k1 = 0,67


k2 = 0,425 k2 = 0,333 k2 = 0,375

Ts Ts Ts
18

9
9/14/18

Blok Tegangan Tekan Beton


  Penyederhanaan lebih jauh dari blok tegangan,
SNI 03-2847-2002 mengijinkan penggunaan blok
tegangan ekivalen segiempat untuk perhitungan
kekuatan batas (ultimate strength).
α1f'c

k2c = (β
β 1/2).c a/2
a = β 1c
c Cc = α1f'cb.a
ca
Cc
Garis netral (εε = 0) grs netral
jd = d-a/2
As
Ts = As.fy
Ts
19

Blok Tegangan Tekan Beton


  Blok tegangan ekivalen segiempat ditentukan oleh hal-hal
berikut:
  Tegangan beton sebesar α1f’c dianggap terdistribusi
merata pada daerah ekivalen segiempat dengan sisi-sisi:
lebar penampang (b) dan tinggi blok tegangan (a = β1.c).
  Jarak c dari serat tekan terluar ke garis netral diukur
tegak lurus terhadap garis netral.
  Faktor α1 dan β1 menurut SNI-2002:
α1 = 0,85 (tetap untuk semua f’c)
β1 = 0,85 untuk 0 < f’c < 30 MPa
= 0,85 – 0,007 (f’c – 30) untuk 30 < f’c < 55 MPa
= 0,65 untuk f’c > 55 MPa
20

10
9/14/18

Analisis v.s Desain


  Analisis: menghitung kapasitas penampang balok
berdasarkan dimensi, kuat tekan beton (f’c), kuat
leleh baja (fy), luas dan lokasi tulangan yang
diberikan.
  Desain: menghitung dimensi balok dan luas
tulangan yang diperlukan untuk memikul gaya-gaya
dalam terfaktor yang diketahui (Mu, Vu, Nu, Tu),
sesuai dengan material (f’c dan fy) yang dipilih.
  Secara umum, analisis lebih mudah daripada desain
karena dalam desain meliputi pemilihan dimensi
struktur dan material yang digunakan.
21

Analisis Penampang Balok


  Dua persyaratan yang harus dipenuhi baik dalam analisis
maupun desain:

1. Kompatibilitas tegangan dengan regangan: tegangan


pada setiap lokasi dari penampang harus berhubungan
dengan regangan pada lokasi tersebut.
2. Kesetimbangan (Equilibrium): Gaya-gaya dalam pada
penampang harus mengimbangi gaya-gaya luar.

  Penerapan kedua persyaratan ini dalam analisis


penampang balok bertulangan tunggal meliputi 4 langkah.

22

11
9/14/18

Analisis penampang
ε ' cu 0,85f'c
a C=0,85f'c.b.a
c n.a
h d jd
d'
As
Ts = As.fs
ε s > ey fs
b
Section Regangan Tegangan

1. Pertama-tama anggap fs = fy (leleh), kemudian hitung Ts.


Ts = As.fy
2. Hitung luas blok tegangan dengan memakai blok tegangan ekivalen
segiempat, α1=0,85
C = 0,85f’c.b.a,
Karena C-T=0 à C = T à 0,85f’c.b.a = As.fy
a = (As.fy)/(0,85f’c.b) didapat à c = a/β1
β1 = 0,85 untuk 0 < f’c < 30 MPa
= 0,85 – 0,008(f’c-30) untuk30 < f’c < 55 MPa
= 0,65 untuk f’c > 55 Mpa
23

Analisis penampang

3. Cek apakah benar fs = fy??


εcu = 0,003; εs = (εcu/c)(d-c) ; εy = fy/Es
Jika εs > εy à anggapan benar, maka lanjutkan ke
langkah berikutnya.
Jika εs < εy à anggapan salah, maka ulangi dari
langkah 1 dengan fs = εs.Es

4. Hitung Mn = C.jd = Ts.jd, dengan jd = d-a/2

24

12
9/14/18

Flowchart analisis penampang


Mulai

Input b, d, As, f'c, fy, Es

r= As/(b.d)

rmin = 1,4/fy

Perbesar Luas Y
Tulangan Tarik, As r< rmin

N
Y
f'c < 30 MPa b1 = 0,85

N
b1 = 0,65 Y f'c > 55 MPa

N
b1 = 0,85-0,007(f'c-30)

,
0 ,85 f c β 1 ⎛ 0 , 003 ε s ⎞
0 , 75 ρ b = ⎜ ⎟ 0 , 75
fy ⎜ 0 , 003 ε + f ⎟
⎝ s y ⎠

Penampang tidak cukup, N r< 0


,75 rb
Besarkan penampang
Y
As f y
a = '
0 ,85 f c .b

Mn = As.fy (d - a/2)

Selesai
25

Definisi Kondisi Seimbang (ρb)


  Kondisi dimana tercapainya kapasitas nominal pada kondisi dicapainya
εcu dan εy secara bersamaan.
  Tulangan yang diperlukan saat kondisi ini sering dinyatakan dengan
rasio tulangan seimbang (rb)
  Dari kopel gaya, untuk tulangan tunggal:
ε ' cu 0,85f'c
a C=0,85f'c.b.a
c n.a
h d jd
d'
As
Ts = Asfy
C =T εy fy
b
0,85 f c' .β1c.b = As f y Secti on Regangan Tegangan

⎛ c ⎞ ⎛⎜ ε cu ⎞⎟ ⎛⎜ 600 ⎞⎟
⎜ ⎟ =⎜ = untuk εcu = 0,003
⎝ d ⎠b ⎝ ε cu + ε y ⎟⎠ ⎜⎝ 600 + f y ⎟⎠
Substitusi (2) ke (1) maka didapat :
0,85 f c' ⎛ 600 ⎞
ρb = β1 ⎜⎜ ⎟⎟
fy ⎝ 600 + fy ⎠ 26

13
9/14/18

Definisi Tinggi efektif dan jarak ke


tulangan Tarik (ACI Code)
  Tinggi efektif (d) adalah jarak dari serat tekan terluar ke titik berat
tulangan Tarik.
  Tinggi kondisi Tarik (dt) adalah jarak dari serat tekan terluar ke titik
berat layer tulangan Tarik terluar.
  Nilai dt dipergunakan menghitung εt (regangan baja pada serat terluar)
untuk menentukan tipe keruntuhan balok

27

Definisi Tesion-Controlled sections


Penampang terkontrol Tarik adalah penampang dengan luas
tulangan Tarik, dimana pada saat kapasitas nominalnya
(Mn) dicapai, regangan pada tulangan lapis terluar (et) >=
0.005
Untuk penampang terkontrol tarik, Tinggi garis netral
c(TCL) = 3/8 dt
Bila c(perhitungan) < c(TCL), Penampang runtuh tarik

28

14
9/14/18

Definisi Compression-Controlled
Sections
Penampang terkontrol Tekan adalah penampang dengan luas
tulangan Tarik, dimana pada saat kapasitas nominalnya
(Mn) dicapai, regangan pada tulangan lapis terluar (εt) < εy
(regangan leleh =fy/Es).
Untuk penampang terkontrol tekan, Tinggi garis netral
c(CCL) = 3/5 dt
atau 0.60 dt
Bila c(perhitungan) > c(CCL), maka regangan baja > εy, maka
Penampang runtuh tekan

29

Strength Reduction Factor (φ)


Nilai φ tergantung dari definisi
keruntuhannya.
n  Untuk εt>=0.005à keruntuhan terkontrol
tarik, struktur berperilaku daktail apabila
terjadi beban berlebih, maka φ = 0.9
n  Untuk εt < 0.002 à penampang terkontrol
tekan, struktur berperilaku getas apabila
terjadi beban berlebih, maka φ = 0.65 (i.e
balok dan kolom dengan sengkang).
n  Untuk kondisi antara 0.002 < εt < 0.005, maka
φ diperoleh dengan interpolasi.
30

15
9/14/18

Strength Reduction Factor (φ)

31

Hubungan (φ) dengan kapasitas


momen
n  Balok segiempat tulangan tunggal
n  Rasio tulangan ditingkatkan.
n  Momen kapasitas (Mn).
n  Momen kapasitas tereduksi (φMn)

32

16
9/14/18

Hubungan (φ) dengan kapasitas


momen

n  Meningkatkan
jumlah tulangan,
sehingga nilai εt
<0.005 tidak
effective
meningkatkan fMn,
karena nilai φ juga
mengalami
penurunan.

33

Tipe-Tipe Keruntuhan Lentur


  Tergantung properti balok, keruntuhan
lentur dapat dibagi menjadi tiga.
1. Keruntuhan tarik: tulangan mencapai leleh sebelum beton
hancur atau mencapai εcu. Balok seperti in disebut under-
reinforced. (terkontrol Tarik, et >=0.005)àSNI 2847:13
2. Keruntuhan tekan: Beton hancur terlebih dahulu sebelum
tulangan mencapai leleh. Balok seperti in disebut Over-
reinforced (Terkontrol tekan et < 0.002)àSNI 2847:13
3. Keruntuhan seimbang: Beton hancur dan baja mencapai
leleh saat bersamaan. Balok seperti in mempunyai
tulangan seimbang (balanced reinforcement)

34

17
9/14/18

Tipe-Tipe Keruntuhan Lentur


  Memahami ketiga tipe keruntuhan tersebut,
maka 3 penampang balok dengan variasi luas
tulangannya saja, diplot momen kurvaturnya.
400
BalokBB
Balok BalokCC
Balok
- Keruntuhan tekan - Keruntuhan seimbang
300 - Over-reinforced
Momen (kN.m)

200
BalokA A
Balok
- Keruntuhan tarik
100
- Under-reinforced

0 0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50


Kurvatur x h = φ h (%) 35

Balok A: Keruntuhan tarik


ε cu = 0,003
c=124
n.a
h=500 d=435
d' 2D30

b=300 εy
Secti on ε s = 4,4ε y
Regangan
  Keruntuhan tarik terjadi bila w = ρfy/f’c kecil.
  Regangan beton εc <εcu dan regangan baja εs >> εy.
  Balok sebelum runtuh memberikan peringatan, berupa
lendutan atau lebar retak yang besar. In terlihat dari
M-φ diagramnya. Keruntuhan balok ini disebut
keruntuhan daktail.
  Keruntuhan daktail sangat diharapkan dalam mendesain
struktur beton bertulang.
36

18
9/14/18

Balok B : Keruntuhan Tekan


ε cu = 0,003

c=274
h=500 d=390
n.a
d' 6D30

ε s = 0, 74ε y
b=300
εy
Secti on Regangan

  Keruntuhan tekan biasanya terjadi pada balok


dengan w = ρfy/f’c besar.
  Saat runtuh regangan εc = εcu dan εs < εy.
  Diagram M-φ dari balok in tidak menunjukan
respons daktail, keruntuhan seperti in adalah
keruntuhan getas (brittle failure)
37

Balok C: Keruntuhan seimbang


ε cu = 0,003

c=247
h=500 d' d=390 n.a
4D30

εs = εy
b=300
Secti on Regan gan

  Keruntuhan seimbang terjadi bila beton mencapai


εcu dan baja tulangan mencapai εy secara
bersamaan.
  Keruntuhan seimbang in juga masih menunjukan
keruntuhan getas (brittle), dan terletak diantara
keruntuhan tarik dan keruntuhan tekan.
38

19
9/14/18

Pembatasan Tulangan Longitudinal


Rasio tulangan (ρ) merupakan rasio antara luas tulangan
tarik (As) atau tekan (A’s) terhadap luas penampang
efektif balok (b.d)
ρ = As/(b.d) atau ρ’ = A’s/(b.d).
Rasio tulangan minimum: SNI-2013 mensyaratkan bahwa
pada balok harus dipasang tulangan minimum sebesar:
ρmin = (f’c)1/2 /4fy dan tidak kurang dari 1,4/fy
Rasio tulangan maksimum SNI-2002 mensyaratkan rasio
tulangan tidak lebih dari ρmax = 0,75ρb.
Pembatasan ini diambil untuk menjamin bahwa balok tetap
berperilaku under-reinforced. Faktor 0,75 adalah untuk
memperhitungkan variasi dari material yang dipakai. SNI
2013 menggunakan batasan luas tulangan yang
menghasilkan εt = 0.004. 39

MATUR SUKSME

40

20

You might also like