You are on page 1of 117

PERENCANAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA

MILIK CARINGIN KOTA BANDUNG


Tema Arsitektur Hijau

LAPORAN PERANCANGAN
STUDIO TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik di Jurusan


Arsitektur Universitas Kebangsaan Bandung

Oleh :
ROCHAMA SIDIQ
2014 121 00 23

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KEBANGSAAN
BANDUNG
2015
LEMBAR PENGESAHAN

PERENCANAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK


CARINGIN KOTA BANDUNG

Laporan Perancangan Studio Tugas Akhir


Semester Ganjil Tahun 2015-2016
diajukan kepada Program Studi Teknik Arsitektur
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Kebangsaan

Oleh :
ROCHAMA SIDIQ
NPM : 2014.121.0023

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

RAHI R. SUKARDI, Ir., MT.


NIK. 19310039

Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi


Sipil dan Perencanaan Teknik Arsitektur

Amat Rahmat, ST., MT. Heru Wibowo, ST., MT


NIK.19308033 NIK. 10612028
Lembar Persembahan

Bapak dan mamah sungguh besar curahan kasih


sayangmu
Tak terbalaskan oleh apapun sehingga cecep sekarang
sudah ...menjadi apa yang selama ini bapak dan
mamah harapkan

Sejatinya “orang hebat itu” bukanlah cecep melainkan


bapak ...dan mamah
Karena bapak dan mamah sudah menjadikan cecep
seseorang yang bisa meraih keberhasilan di universitas
...kebangsaan bandung

Terimakasih Ya Allah engkau masih memberiku


kesempatan kepada orang tuaku yang masih lengkap
dengan kesehatan yang prima sehingga mereka masih
bisa menyaksikan ...hamba dalam meraih kesuksesan ini

Doaku untuk bapak dan mamah

Allahummaghfirli wali wali dayya warkhamhuma


kama ...robbayani soghiro
Ya Allah ampunilah dosa kedua orang tuaku dan
sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku
diwaktu kecil amiiin
ABSTRAK
Rochama Sidiq, 2015 “Sangkuriang vertical house” Rumah susun sederhana milik di kota
Bandung

Dalam arti umum, rumah adalah salah satu bangunan yang dijadikan tempat
tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat
tinggal manusia maupun hewan, namun untuk istilah tempat tinggal yang khusus bagi
hewan adalah sangkar, sarang, atau kandang. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada
konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal,
seperti keluarga, hidup, makan, tidur, beraktivitas, dan lain-lain.

Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat, sekaligus
menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan
merupakan kota terbesar ketiga diIndonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah
penduduk. Selain itu, Kota Bandung juga merupakan kota terbesar di wilayah Pulau Jawa
bagian selatan. Sedangkan wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung)
merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia
setelah Jabodetabek dan Gerbangkertosusila (Gerbangkertosusilo).

Di kota ini tercatat berbagai sejarah penting, di antaranya sebagai tempat berdirinya
sebuah perguruan tinggi teknik pertama di Indonesia (Technische Hoogeschool te
Bandoeng - TH Bandung, sekarang Institut Teknologi Bandung - ITB), lokasi ajang
pertempuran pada masa kemerdekaan, serta pernah menjadi tempat
berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika 1955, suatu pertemuan yang menyuarakan
semangat anti kolonialisme, bahkan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dalam
pidatonya mengatakan bahwa Bandung adalah ibu kotanya Asia-Afrika.

Pada tahun 1990 kota Bandung terpilih sebagai salah satu kota paling aman di
dunia berdasarkan survei majalah Time.

Kota kembang merupakan sebutan lain untuk kota ini, karena pada zaman dulu kota ini
dinilai sangat cantik dengan banyaknya pohon-pohon dan bunga-bunga yang tumbuh di
sana. Selain itu Bandung dahulunya disebut juga dengan Parijs van Java karena
keindahannya. Selain itu kota Bandung juga dikenal sebagai kota belanja,
dengan mall dan factory outlet yang banyak tersebar di kota ini, dan saat ini berangsur-
angsur kota Bandung juga menjadi kota wisata kuliner. Dan pada tahun 2007, British
Councilmenjadikan kota Bandung sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia
Timur. Saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan
utama pariwisata dan pendidikan.

Dalam perencanaan sebuah bangunan Rumah susun, harus benar-benar direncanakan


secara matang, dan disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat modern sekarang
ini. Perencanaan sebuah bangunan Rusun harus memiliki fasilitas yang cukup lengkap
dan sehat, dalam sebuah lingkup kesatuan yang saling mendukung satu sama lain
sehingga terciptakan perpaduan yang cukup baik serta mampu memberikan kenyaman
beraktivitas bagi pengguna. Perencanaan sebuah struktur bangunan Rusun yang atraktiv
yang mendukung tampilan bangunan hijau serta mampu memberikan kesan yang
bersih sebagai cerminan kehidupan sehat yang berkembang di kalangan masyarakat
sekarang ini.

Kata kunci : pembangunan rusunami, efisiensi pemanfaatan lahan, pembangunan


kawasan perumahan dan permukiman berkelanjutan.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT. penguasa segala ilmu pengetahuan dan alam
semesta. Atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Landasan Konseptual Perencanaan dan
Perancangan ini dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana
Teknik Arsitektur. Dalam proses penulisan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada:

• Rahy R Soekardi, Ir., MT. Selaku dosen pembimbing serta Kordinator tugas akhir, terima
kasih atas perhatian serta kesabaranya dalam membimbing saya dalam penulisan tugas
akhir ini serta memberikan begitu banyak bantuan dan dorongan sehingga penulisan
tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
• Amat Rahmat, ST., MT, selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Kebangsaan Bandung.
• Heru Wibowo, ST., MT, selaku Ketua Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan, Universitas Kebangsaan.
• Ir. Diana Astrid H., MT dan Marwoto Pataruka, ST., MT, selaku Dosen Penguji tugas
akhir, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas
Kebangsaan.
• Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Teknik Arsitektur Universitas
Kebangsaan Bandung, yang telah mendidik, mengajar, dan membagikan ilmunya kepada
penulis.
• Bapak dan mamah, Purn TNI Serka Endang Djatnika dan Hj. Tati Kartini terimakasih
banyak untuk semua dukungan moril maupun materilnya karena tanpa bapak dan mamah
saya tidak akan bisa menjadi seperti sekarang ini, selalu saya panjatkan doa untuk bapak
dan mamah di setiap waktu semoga Allah. SWT memberikan yang terbaik untuk bapak
dan mamah selalu.
• Adiku Tendi Suhendi, yang sebentar lagi akan menjadi sarjana juga di UIN Sgd terima
kasih atas doa, dukungan serta bantuannya pada siang dan malam yang selalu menemani
dan membantu pekerjaan kakak, dan kakak selalu mendoakan ade semoga ade diberikan

i
ganjaran oleh Allah SWT. Karena kesolehan ade kakak bisa sukses dan berhasil hari ini
terimakasih.
• Pamanku yaitu Drs. Benny Benyamin, BE., MM. Yang sekarang menjabat menjadi
Kepala Balai di BPSDM kementrian PU dan Perumahan rakyat karena telah
berkontribusi banyak untuk kelulusan saya dalam menjalani Tugas akhir ini, trimakasih
om, atas bantuan dana dan dukungan kata katamu yang selalu memberikanku semangat
sampai detik terakhir perjuanganku, semoga sehat selalu dan dilimpahkan rezeki oleh
yang maha kuasa amin.
• Alm. Ir. Toni Djunaedi. Terimakasih uwa atas semua kebaikan dan kasih sayangmu, saya
banyak belajar mengenai design arsitektur dari rancangan uwa yaitu rumah saya sendiri,
walaupun uwa berbicara dengan bahasa bisu namun saya memahami dari bentuk dan
fungsi rumah tersebut dan saya sekarang tau alasan dari form follow function yang sudah
uwa terapkan pada bangunan rumah saya yang juga saya terapkan sekarang pada progress
tugas akhir ini... terimakasih uwa sermoga uwa tenang dialam sana amin.
• Kepada seluruh pihak keluarga yang sudah membantu dalam proses pengerjaan tugas
akhir ini saya ucapkan terimakasih.
• Siti Ruba’ah Solihati, kekasih yang selama ini telah menemani dan berjuang bersama –
sama. Hingga kita bisa menyelesaikan studi juga bersama – sama. Semoga dikemudian
hari kita juga dapat membangun sebuah keluarga yang hebat. amin
• Kepada seluruh kawan kawanku yaitu ichsan, ogi, arif, dan seluruh teman di Unjani
Teknik Sipil yang sudah membantu proses pengerjaan Tugas akhir ini saya ucapkan
Terimakasih
• Kepada Seluruh kawan kawanku yaitu hanafi, fajar, rizal, dwi, dan seluruh teman di Unla
Teknik Arsitektur yang sudah membantu proses pengerjaan Tugas akhir ini saya ucapkan
Terimakasih
• Kepada seluruh kawan kawanku yaitu yoga, syarif, dewi, eka, dan seluruh teman di UK
Teknik Arsitektur yang sudah membantu proses pengerjaan Tugas akhir ini saya ucapkan
Terimakasih
• Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan Tugas Akhir ini yang
tak bisa di sebutkan satu persatu.

ii
Saya sadar bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, kesalahan dan
kekurangan yang mungkin muncul merupakan cerminan penulis sebagai manusia biasa, sehingga
permohonan maaf menjadi hal yang harus disampaikan kepada semua pihak. Akhir kata semoga
penulisan ini memberikan manfaat bagi semua pihak terutama bagi perkembangan dunia
arsitektur.

Bandung, November 2015

Rochama Sidiq

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iv
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL................................................................................................................. xi
Bab I : PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
I.1.Latar Belakang...................................................................................................... 1
I.1.1.Latar Belakang Pemilihan Lokasi Tapak............................................... 4
I.1.2.Akuisisi Lahan ....................................................................................... 5
I.1.3.Landasan Judul Perancangan Sangkuriang Vertical House DiBandung7
I.2.Maksud dan Tujuan .............................................................................................. 8
I.3.Manfaat ................................................................................................................. 8
I.4.Masalah Perancangan ........................................................................................... 9
I.5.Batasan Masalah ................................................................................................. 11
I.6.Ruang Lingkup ................................................................................................... 11
I.7.Metoda Pembahasan ........................................................................................... 12
I.8.Sistematika Masalah ........................................................................................... 12
I.9.Alur Pemikiran ................................................................................................... 14
Bab II : KAJIAN TEMA DAN KONSEP ........................................................................... 15
II.1.Elaborasi Konsep............................................................................................... 15
II.1.1.Definisi Arsitektur .............................................................................. 15
II.1.2.Menurut Beberapa Pakar Ahli Tentang Definisi Arsitektur............... 16
II.1.3.Penerapan Konsep Pada Bangunan .................................................... 17
II.1.4.Pengaruh Lingkungan Terhadap Rancangan...................................... 18
II.1.5.Pengaruh Konsep Terhadap Bangunan .............................................. 18
II.2.Elaborasi Tema Green Arsitektur ...................................................................... 19
II.2.1.Pengolahan Air ................................................................................... 20
II.2.2.Arsitektur Hijau Pada Hunian ............................................................ 23

iv
II.2.3.Prinsip – Prinsip Green Arsitektur ..................................................... 24
II.2.4.Kesimpulan Tema Arsintektur Hijau (Green Arsitektur) ................... 26
Bab III : TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 27
III.1.Pengertian Rusunami ....................................................................................... 27
III.2.Klasifikasi Rusun ............................................................................................. 28
III.3.Jenis Rusun ...................................................................................................... 30
III.4.Penekanan Konsep ........................................................................................... 31
III.5.Studi Banding Proyek Sejenis .......................................................................... 32
III.5.1.Studi Banding ( Rumah Susun Tanah Abang – Rumah Susun
Kemayoran )................................................................................................. 32
III.5.2.Studi banding survey lokasi bangunan (Rusun cibaligo cimahi) ...... 37
Bab IV : ANALISA PROYEK ............................................................................................ 46
IV.1. Gambaran Umum Tentang Rusunami ............................................................ 46
IV.1.1 Sejarah Rusunami ............................................................................. 46
IV.1.2 Subsidi ............................................................................................... 46
IV.1.2.1.Jenis Subsidi ....................................................................... 46
IV.1.2.2.Syarat Subsidi ..................................................................... 47
IV.2. Peruntukan Rusunami ..................................................................................... 47
IV.3. Simulasi Perhitungan Harga Unit Hunian ...................................................... 48
IV.4. Manajemen Rusun .......................................................................................... 48
IV.5. Analisa Kawasan ............................................................................................ 50
IV.6. Analisa Site ..................................................................................................... 51
IV.7. Analisa Tapak ................................................................................................. 51
IV.7.1 Batasan Tapak Wilayah Caringin...................................................... 52
IV.7.1.1 Batasan Tapak Wilayah Caringin Secara Makro ............... 52
IV.7.1.2 Batasan Tapak Wilayah Caringin Secara Mikro ................ 52
IV.8. Potensi dan Permasalahan Akses pada Tapak ................................................ 52
IV.9. Pandangan Tapak Kawasan Caringin ............................................................. 52
IV.10. Peruntukkan Lahan ....................................................................................... 53
IV.11. Analisa Sirkulasi ........................................................................................... 54
IV.12. Analisa Kebisingan dan Sirkulasi ................................................................. 55

v
IV.13. Kondisi Iklim ................................................................................................ 57
IV.14. Analisa Pencapaian ....................................................................................... 58
IV.15. Analisa Tata Ruang Luar .............................................................................. 58
IV.16. Orientasi Sumbu Jalan dan Arah Pandang.................................................... 61
IV.17. Orientasi Arah Rotasi Matahari .................................................................... 62
IV.18. Aktifitas Pengguna dan Pengelola Rusun ..................................................... 64
IV.19. Program Ruang ............................................................................................. 65
IV.19.1. Program Ruang Rusun Sangkuriang 1 ........................................... 65
IV.19.2. Program Ruang Rusun Sangkuriang 2 ........................................... 67
IV.19.3. Program Ruang Rusun Sangkuriang 3 ........................................... 69
IV.20. Golden Section .............................................................................................. 72
BAB V : KONSEP PERANCANGAN................................................................................ 73
V.1. Konsep Letak dan Orientasi Bangunan ............................................................ 73
V.1.1. Aspek Lingkungan ............................................................................ 73
V.1.2. Aspek Tapak ...................................................................................... 73
V.1.3. Aspek Bangunan ................................................................................ 74
V.2. Konsep Zoning pada Site ................................................................................. 76
V.3. Konsep Jenis dan Pengelompokkan Ruang...................................................... 78
V.3.1. Proses Desain .................................................................................... 78
V.3.2. Pengelompokkan Ruang Berdasarkan Zona...................................... 79
V.4. Konsep Sistem Bangunan................................................................................. 80
V.5. Konsep Utilitas ................................................................................................. 81
V.5.1. Penyediaan Air Bersih ....................................................................... 81
V.5.2. Penanggulangan Air Kotor ................................................................ 82
V.5.3. Sistem Drainase ................................................................................. 82
V.5.4. Pengelolaan Sampah Domestik ......................................................... 83
V.5.5. Konsep Taman / Lansekap ................................................................ 83
V.5.6. Konsep Kebutuhan Pasokan Energi .................................................. 83
V.5.7. Konsep Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran ........................ 84
V.5.8. Konsep Penangkal Petir..................................................................... 85
V.5.9. Konsep Sistem Transportasi .............................................................. 85

vi
V.5.9.1. Sistem Transportasi Vertikal .............................................. 85
V.5.9.2. Sistem Transportasi Horizontal .......................................... 86
V.5.10. Konsep Sistem Penghawaan ............................................................ 86
V.5.11. Green Roof ...................................................................................... 87
V.5.11.1. Manfaat Green Roof ......................................................... 88
V.5.11.2. Insulator Suara .................................................................. 89
V.5.11.3. Memperpanjang Hidup Atap ............................................ 89
V.5.12. Konsep Sistem Pencahayaan ........................................................... 90
V.5.13. Konsep Sistem Keamanan ............................................................... 91
V.5.14. Konsep Sistem Komunikasi ............................................................ 91
V.6. Tata Ruang Dalam............................................................................................ 92
V.6.1. Layout Ruang dan Sirkulasi .............................................................. 92
V.6.2. Tinggi Ruangan ................................................................................. 92
V.7. Interior Fungsi Bangunan ................................................................................. 92
V.8. Konsep Fasad dan Material .............................................................................. 97
V.8.1. Fasade ................................................................................................ 97
V.8.2. Material Kaca .................................................................................... 97
V.8.3. Material dan Warna ........................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 99

vii
DAFTAR DIAGRAM

Diagram I.1 : Data Sensus Penduduk Berdasarkan Gender (DISCASIP BDG) ............... 3

Diagram I.2 : Alur Pemikiran ......................................................................................... 14

Diagram IV.1 : Aktifitas Pengelola dan Penghuni.......................................................... 64

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 : Lokasi Tapak (DISTARCIP BDG)................................................................. 5


Gambar II.1 : Contoh Bangunan Arsitektur Modern ....................................................... 17
Gambar II.2 : Bumi ........................................................................................................... 19
Gambar II.3 : Aplikasi Green Arsitektur .......................................................................... 19
Gambar II.3 : Contoh Aliran Air....................................................................................... 20
Gambar II.4 : Pembuatan Biopori ..................................................................................... 21
Gambar II.5 : Contoh Arsitektur Hijau pada Hunian ........................................................ 23
Gambar II.6 : Green Arsitektur ......................................................................................... 24
Gambar II.7 : Bangunan Green ......................................................................................... 26
Gambar III.1 : Rusun Cibaligo .......................................................................................... 37
Gambar III.2 : Rusun Cibaligo .......................................................................................... 37
Gambar III.3 : Rusun Cibaligo .......................................................................................... 38
Gambar III.4 : Sketsa Siteplan .......................................................................................... 40
Gambar III.5 : Skema Bangunan ...................................................................................... 41
Gambar III.6 : Skema Denah Hunian ............................................................................... 42
Gambar III.7 : Kondisi Toilet Rusun Cibaligo ................................................................. 42
Gambar III.8 : Taman Rusun Cibaligo ............................................................................. 43
Gambar III.9 : Fasilitas pada Rusun Cibaligo ................................................................... 44
Gambar III.10 : Ukuran Jalan di Rusun Cibaligo ............................................................. 45
Gambar IV.1 : Analisa Tapak ........................................................................................... 51
Gambar IV.2 : Regulasi Lahan ......................................................................................... 53
Gambar IV.3 : Ukuran besaran jalan area rusun dan jalan utama soekarno – Hatta ........ 54
Gambar IV.4 : Sirkulasi jalur kendaraan umum dan pribadi ............................................. 55
Gambar IV.5 : Sirkulasi jalur pejalan kaki ....................................................................... 55
Gambar IV.6 : Skema penanaman pohon disekitar tapak ................................................. 56
Gambar IV.7 : Sistem peredam suara dan dimensi pohon ................................................ 56
Gambar IV.8 : Analisa Iklim ............................................................................................. 57
Gambar IV.9 : Akses Masuk ke Area Rusun .................................................................... 58
Gambar IV.10 : Sirkulasi Parkir ....................................................................................... 59

ix
Gambar IV.11 : Paving Block ........................................................................................... 59
Gambar IV.12 : Gambaran Zonasi .................................................................................... 61
Gambar IV.13 : Orientasi Sumbu Jalan dan Arah Pandang .............................................. 61
Gambar IV.14 : Orientasi Bangunan Terhadap Sinar Matahari ....................................... 63
Gambar V.1 : Gubahan Massa Bangunan ......................................................................... 75
Gambar V.2 : Zoning perancangan di atas tapak .............................................................. 76
Gambar V.3 : Struktur Bangunan Tinggi .......................................................................... 80
Gambar V.4 : Skema Air Bersih Rusunami di Caringin ................................................... 81
Gambar V.5 : Skema Air Kotor Rusunami di Caringin .................................................... 82
Gambar V.6 : Skema Jaringan Listrik Rusunami di Caringin .......................................... 84
Gambar V.7 : Rencana Peletakkan Tangga Pada Type 45 ............................................... 85
Gambar V.8 : Rencana Peletakkan Tangga Pada Type 27 ............................................... 86
Gambar V.9 : Tipe Koridor Single Loaded ...................................................................... 86
Gambar V.10 : Contoh Green Roof .................................................................................. 87
Gambar V.11 : Contoh Bukaan pada Bangunan ............................................................... 90
Gambar V.12 : LED Sebagai Contoh Lampu Hemat Energi ............................................ 91
Gambar V.13 : Contoh Aplikasi Lampu Gantung ............................................................ 91
Gambar V.14 : Contoh Potongan Ruang .......................................................................... 92
Gambar V.15 : Contoh Kantin .......................................................................................... 93
Gambar V.16 : Contoh Toko ............................................................................................ 93
Gambar V.17 : Contoh Gedung Serbaguna ...................................................................... 94
Gambar V.18 : Contoh Ruang Bersama ........................................................................... 94
Gambar V.19 : Contoh WC Umum .................................................................................. 95
Gambar V.20 : Contoh Gudang ........................................................................................ 95
Gambar V.21 : Contoh Kantor Pengelola ......................................................................... 96
Gambar V.22 : Contoh Taman .......................................................................................... 96
Gambar V.23 : Contoh Entrance ....................................................................................... 97
Gambar V.24 : Material Kaca ........................................................................................... 98
Gambar V.25 : Aplikasi Spray Foam Sebagai Insulasi ..................................................... 98

x
DAFTAR TABEL

Tabel I.1 : Data Sensus Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian (DISCASIP BDG) .. 4

Tabel III.1 : Tabel 1 dari 3 Studi Banding ........................................................... 33

Tabel III.1 : Tabel 2 dari 3 Studi Banding ........................................................... 34

Tabel III.1 : Tabel 3 dari 3 Studi Banding ........................................................... 35

Tabel III.2 : Perbandingan Karakteristik Bangunan ............................................... 35

Tabel III.3 : Perbandingan Kelengkapan Fasilitas ................................................ 36

Tabel IV.1 : Program Ruang Rusun Sangkuriang 1 ............................................... 67

Tabel IV.2 : Program Ruang Rusun Sangkuriang 2 ............................................... 69

Tabel IV.3 : Program Ruang Rusun Sangkuriang 3 ............................................... 71

Tabel V.1 : Jenis Vegetasi Untuk Tapak ............................................................. 83

xi
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Salah satu cita-cita perjuangan bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, seiring dengan tujuan pembangunan
nasional adalah mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin bagi seluruh rakyat Indonesia secara
adil dan merata. Salah satu unsur pokok kesejahteraan rakyat adalah terpenuhinya kebutuhan
perumahan, yang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga negara Indonesia dan
keluarganya, sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia. Perumahan sangat berpengaruh
dalam pembentukan kepribadian bangsa. Perumahan tidak hanya dilihat sebagai sarana
kebutuhan hidup, tetapi perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, yang
berfungsi dalam mendukung terselenggaranya pendidikan, keluarga, persemaian budaya,
peningkatan kualitas generasi yang akan datang dan berjati diri serta menciptakan tatanan hidup
yang baik di dalam masyarakat.

Di Indonesia, kebutuhan terhadap perumahan juga telah mengalami peningkatan,


sebagaimana yang terjadi pada masyarakat dunia, terutama pada masyarakat perkotaan, di mana
populasi penduduknya sangat besar, sehingga memaksa pemerintah maupun swasta untuk
melaksanakan pembangunan, terutama di bidang perumahan. Pembangunan perumahan
merupakan salah satu hal penting dalam strategi pengembangan wilayah, yang menyangkut
aspek-aspek yang luas di bidang kependudukan, dan berkaitan erat dengan pembangunan
ekonomi dan kehidupan sosial dalam rangka pemantapan ketahanan nasional. Terkait hal
tersebut maka pembangunan perumahan dan pemukiman sebagaimana yang tertuang ditujukan
untuk

1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
2. Mewujudkan pemukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, teratur.
3. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional.
4. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang lainnya.

Dengan demikian sasaran pembangunan perumahan dan pemukiman adalah untuk


menciptakan lingkungan dan ruang hidup manusia yang sesuai dengan kebutuhan hidup yang
hakiki, yaitu agar terpenuhinya kebutuhan akan keamanan, perlindungan, ketenangan,
pengembangan diri, kesehatan dan keindahan serta kebutuhan lainnya dalam pelestarian hidup
manusiawi.

1
Untuk memenuhi kebutuhan rakyat akan perumahan dan pemukiman yang dapat
terjangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah dan/ atau untuk memenuhi tuntutan atau
pemenuhan pola hidup modern berupa bangunan pasar modern dan pemukiman modern,
pemerintah selalu dihadapkan pada permasalahan keterbatasan luas tanah yang tersedia untuk
pembangunan terutama di daerah perkotaan yang berpenduduk padat. Demi meningkatkan daya
guna dan hasil guna tanah yang jumlahnya terbatas tersebut, terutama bagi pembangunan
perumahan dan pemukiman, serta mengefektifkan penggunaan tanah terutama di daerah-daerah
yang berpenduduk padat, maka perlu adanya pengaturan, penatan dan penggunaan atas tanah,
sehingga bermanfaat bagi masyarakat banyak. Apalagi jika di hubungkan dengan hak asasi,
maka tempat tinggal (perumahan dan pemukiman) merupakan hak bagi setiap warga Negara,
sebagaimana diatur dalam pasal 28H ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi : “Setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh layanan kesehatan.”

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992


Tentang Perumahan dan Permukiman pada Pasal 5 Ayat 1 yang berbunyi:
“Setiap warga Negara mempunyai hak untuk menempati dan/atau
menikmati dan/atau memiliki rumah rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman,
serasi dan teratur.”

Pembangunan rumah susun adalah suatu cara yang jitu untuk memecahkan masalah
kebutuhan dari pemukiman dan perumahan pada lokasi yang padat, terutama pada daerah
perkotaan yang jumlah penduduk selalu meningkat, sedangkan tanah kian lama kian terbatas
serta sebagai upaya pemerintah guna memnuhi masyarakat perkotaan akan papan yang layak
dalam lingkungan yang sehat. Pembangunan rumah susun tentunya juga dapat mengakibatkan
terbukanya ruang kota sehingga menjadi lebih lega dan dalam hal ini juga membantu adanya
peremajaan dari kota, sehingga makin hari maka daerah kumuh berkurang dan selanjutnya
menjadi daerah yang rapih, bersih, dan teratur. Pengertian rumah susun menurut UU No. 20
Tahun 2011 tentang Rumah Susun (UU Rusun) adalah bangunan gedung bertingkat yang
dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagianbagian yang distrukturkan secara
fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang
masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang
dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

Rumah susun tersebut terdiri dari dua bagian yaitu rumah susun sederhana milik dan
rumah susun sederhana sewa. Praktek di masyarakat, banyak masyarakat yang masih belum
mampu membuat rumah sendiri, sehingga pemerintah mendirikan rumah susun bagi masyarakat
yang belum mampu memiliki rumah sendiri dengan cara menyewakannya. Menyewa rumah
tentu saja memiliki keterbatasan-keterbatasan dan laranganlarangan, terutama terbatas waktu
yang harus dipenuhi oleh calon penyewa atau penghuninya dan adanya hak dan kewajiban

2
masing-masing apabila penghuni tersebut tidak memenuhi peraturan tersebut maka pihak
pengelola akan memberikan sanksi.

Setelah melakukan berbagai kegiatan survey dan pengolahan data maka kami dapatkan
data dari Dinas Catatan sipil berupa data sensus penduduk yang berisikan mengenai populasi dan
daftar pengelompokan mata pencaharian penduduk wilayah caringin kota bandung berdasarkan
gender yaitu

Berdasarkan Data sensus

Pria
5131 Wanita
5376

( Diagram I.1 : Data Sensus Penduduk Berdasarkan Gender )

Sumber : Dinas Catatan Sipil Bandung

Berikut adalah data pengelompokan masyarakat wilayah caringin berdasarkan mata


pencaharian sesuai dengan sasaran perencanaan bangunan rusunami, maka dari itu saya sebagai
penulis memerlukan data yang rinci agar dapat memenuhi kebutuhan validitas data yang
dibutuhkan yaitu

3
( Tabel I.1 : Data Sensus Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian )

Sumber : Dinas Catatan Sipil Bandung

I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Lokasi Tapak


Lokasi tapak berada di lokasi yang strategis, juga masih berada di area perkotaan
dan di rasa sangat potensial jika dibuat Rusunami karena selain dilalui banyak kendaraan
di area sekitar lokasi juga dekat dengan areal pasar dan perdagangan.

Hal positif dari lokasi tapak :

• Lokasi berada di jalan besar dan dilalui banyak kendaraan umum baik itu
Damri, TMB, maupun Angkutan Kota, sehingga tidak sulit untuk mencapai
lokasi bagi yang tidak memiliki kendaraan pribadi.
• Lokasi tersebut berdekatan dengan area perdagangan
• Lokasi berada di kawasan stasiun atau terminal leuwi panjang yang merupakan
transit antar kota (moda darat)
• Lokasi tidak jauh dari jalan tol yang merupakan akses jalur cepat (moda darat)

4
Hal negatif dari lokasi tapak :

 Karena lokasi berada di antara jalan besar maka pada waktu – waktu tertentu
pasti akan terjadi kemacetan di area tersebut yaitu pada sore hari (Pagi hari
terhitung lancar)

( Gambar I.1 : Lokasi Tapak Sumber Distarcip )

I.1.2. Akuisisi lahan


langkah yang harus dilalui seorang perencana dalam mengakuisi lahan atau
membeli tanah. Langkah pertama adalah membeli tanah dari penduduk yang pada
umumnya tidak berupa luasan yang besar dan bentuk tanah tidak teratur. Kondisi
legalitas kepemilikan lahanpun beragam, ada yang sudah Sertifikat, Tanah
Garapan, Girik, masih Berupa Akta Jual Beli (AJB), Eigendom Verponding atau bentuk
kepemilikan tanah lainnya.

Pada prakteknya pembelian tanah kepada masyarakat bisa dengan Akta Jual
Beli yang dibuat di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah atau PPAT dan bisa juga
dengan Akta Pelepasan atau Pengoperan Hak yang dibuat di hadapan Notaris. AJB dibuat
untuk tanah-tanah yang sudah sertifikat selain Sertifikat Hak Milik (SHM) seperti Hak
Guna Bangunan (HGB), Hak Pakai dan lain-lain. Sedangkan Akta Pelepasan atau Akta
Pengoperan Hak dibuat untuk tanah-tanah yang belum bersertifikat seperti Girik, Tanah
Garapan, Eigendom Verponding dan jenis tanah yang belum sertifikat lainnya.

5
Khusus untuk tanah Sertifikat Hak Milik apabila akan dibeli oleh developer
(dalam bentukPerseroan Terbatas atau PT) maka SHM tersebut harus dirubah terlebih
dahulu menjadi HGB karena menurut UU No. 5 Tahun 1960 atau lebih dikenal
sebagai Undang-Undang Pokok Agraria atau UUPA sebuah PT tidak diperkenankan
memiliki tanah dengan status SHM. Setelah SHM berubah menjadi SHGB barulah bisa
dibuatkan AJB ke atas nama developer. Teknis pembelian SHM oleh PT bisa juga
dilakukan dengan Akta Pelepasah Hak dengan hak mendapatkan ganti rugi bagi pemilik
SHM tersebut. Setelah itu PT memohonkan hak atas tanah untuk mendapatkan HGB.

Langkah selanjutnya adalah PT menggabungkan sertifikat yang sudah atas nama


PT tersebut yang masih berupa bidang-bidang tanah tidak teratur hasil membeli ke
masing-masing pemilik tanah. Penggabungan ini dilakukan di Kantor Pertanahan
setempat., Setelah sertifikat digabung developer bisa mengajukan siteplan kepada Dinas
Tata Ruang daerah setempat. Dimana siteplan ini harus sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah dan peraturan daerah bersangkutan.

Setelah siteplan disetujui selanjutnya developer mengajukan


pemecahan sertifikat sesuai dengan siteplan yang sudah disahkan oleh Dinas Tata
Ruang., Dengan demikian sertifikat sudah menjadi pecahan atas nama developer dan
akan dibaliknama ke atas nama konsumen setelah terjadi jual beli.

ALIH FUNGSI LAHAN DALAM UU NO. 26 TAHUN 2007

Pasal 33

Ayat (1)

Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana
tata ruang dilaksanakan dengan mengembangkan penatagunaan tanah, penatagunaan air,
penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya alam lain.

Ayat (2)

Penatagunaan tanah pada ruang yang direncanakan untuk pembangunan prasarana


dan sarana bagi kepentingan umum memberikan hak prioritas pertama bagi Pemerintah
dan pemerintah daerah untuk menerima pengalihan hak atas tanah dari pemegang hak
atas tanah.

Ayat (3)

Dalam pemanfaatan ruang pada ruang yang berfungsi lindung, diberikan prioritas
pertama bagi Pemerintah dan pemerintah daerah untuk menerima pengalihan hak atas
tanah dari pemegang hak atas tanah jika yang bersangkutan akan melepaskan haknya.

6
Ayat (4)

Penatagunaan tanah pada ruang yang direncanakan untuk pembangunan prasarana


dan sarana bagi kepentingan umum memberikan hak prioritas pertama bagi Pemerintah
dan pemerintah daerah untuk menerima pengalihan hak atas tanah dari pemegang hak
atas tanah.

Pasal 77

Ayat (1)

Pada saat rencana tata ruang ditetapkan, semua pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang harus disesuaikan dengan rencana tata ruang melalui
kegiatan penyesuaian pemanfaatan ruang.

Ayat (2)

Pemanfataan ruang yang sah menurut rencana tata ruang sebelumnya diberi masa
transisi selama 3 (tiga) tahun untuk penyesuaian.

I.1.3 Landasan Judul Perancangan Sangkuriang Vertical house di Bandung


Tujuan pembangunan perumahan dan permukiman adalah menyelenggarakan
pembangunan perumahan dan permukiman yang mengacu pada suatu kerangka penataan
ruang wilayah, sehingga dapat berlangsung tertib,terorganisasi dengan baik, berdaya guna
dan berhasil guna, sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Tujuan tersebuttidak akan tercapai apabila tidak dilakukan perubahan dalam
pengelolaan tanah,termasuk pendaftaran, sertifikasi, pembebasan tanah hingga ganti
rugi.Sasaran dilakukannya rencana pembangunan perumahan dan permukiman,yaitu :

a. Tersedianya rencana pembangunan perumahan dan permukiman didaerah


yang aspiratif dan akomodatif, yang dapat diacu bersamaoleh pelaku dan
penyelenggara pembangunan, yang dituangkandalam suatu Rencana
Pembangunan dan Pengembangan Perumahandan Permukiman di Daerah
(RP4D).
b. Tersedianya skenario pembangunan perumahan dan permukimanyang
memungkinkan terselenggaranya pembangunan secara tertibdan terorganisasi,
serta terbuka peluang bagi masyarakat untuk berperan serta dalam seluruh
prosesnya.
c. Terakomodasinya kebutuhan akan perumahan dan permukimanyang dijamin
oleh kepastian hukum, terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan
rendah.

7
d. Tersedianya informasi pembangunan perumahan dan permukimandi daerah
sebagai bahan masukan bagi penyusunan kebijaksanaan pemerintah serta bagi
berbagai pihak yang akan terlibat.

I.2 Maksud dan Tujuan


Secara umum, pembangunan rumah susun berlandaskan pada asaskesejahteraan umum,
keadilan, dan pemerataan, serta keserasian dankeseimbangan dalam perikehidupan. Menurut
Wijaya (1998), secara umum tujuandibangunnya rumah susun adalah memenuhi kebutuhan akan
rumah di kawasan perkotaan, dimana dalam perkembangannya disertai dengan keterbatasan
lahan untuk permukiman. Sedangkan tujuan pembangunan rumah susun menurut Undang-
undang No. 16 Tahun 1985, yaitu :

a. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutamagolongan masyarakat


yang berpenghasilan rendah, yang menjaminkepastian hukum dalam pemanfaatannya.
b. Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah perkotaandengan
memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakanlingkungan pemukiman
yang lengkap, serasi dan seimbang.
c. Memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna bagikehidupan
masyarakat.

I.3 Manfaat

Secara Subjektif
Memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh Tugas Akhir sebagai
ketentuan kelulusan Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan, Universitas Kebangsaan.

Secara Objektif
Sebagai sebuah pemikiran dalam perancangan arsitektur untuk merencanakan
hunian yang baik, indah, tertata namun tetap tidak mengurangi nilai budaya serta kaidah
yang sudah diterapkan oleh system pemerintahan di NKRI.

8
I.4 Masalah Perancangan

1. Masalah lahan untuk Pembangunan Rumah Susun

Sulitnya mendapatkan lahan untuk pembangunan rumah susun murah.


Kompetisi pemanfaatan lahan yang tinggi akibat peluang yang dibuka lebar-
lebar dalam dunia usaha properti menjadikan semua upaya pembangunan
rumah susun murah (terpogram maupun tidak terprogram) menjadi semakin
terpojook. Pengadaan lahan guna membangun RSM tidak mampu mengacu
pada hukum pasar dimana NJOP bukanlah pegangan utama.

2. Masalah kelompok Sasaran / Calon Penghuni Rumah Susun

Kwalitas warga bandung yang diproyeksikan untuk menjadi Penghuni Rumah


Susun sangat bervariasi, namun lebih banyak yang memerlukan proses
transformasi budaya., khususnya apabila pembangunan Rumah Susun banyak
terjadi pada lokasi yang tak terpogram. Meskipun dari segi fisik dan sosial,
perencanaan Rumah Susun sudah diusahakan untuk memenuhi kebutuhan
minimal masyarakat penghuninya, tapi dari segi ekonomi masih perlu
pembinaan yang serius, karena tinggi di Rumah Susun berarti adanya
pengeluaran ekstra bulannya untuk pemeliharaan / pengelolaan.

3. Masalah Penyuluhan

Pelaksanaan program penyuluhan sangat tersendat – sendat walaupun kota


Bandung sudah memiliki materialnya, pelaksanaan penyuluhan tidak cukup
dilaksanakan oleh aparat Pemerintah, bahkan yang lebih besar akan tergantung
dari keterlibatan swasta/masyarakat luas. Diperlukan penyuluhan intensif dan
mobilisasi dana seluruh pihak yang terlibat guna mendapatkan partisipasi aktif
dari masyarakat dalam pembangunan rumah susun.

4. Masalah Pengelolaan

Pengelolaan pasca pembangunan membutuhkan manajemen tersendiri.


Kaderisasi para calin pengelola rumah susun memerlukan persiapan yang
lebih dini jauh sebelumnya (3-5 bulan) penghunian pertama dilaksanakan,
kenyataan hal ini merata untuk semua lapisan penghuni rumah susun (atas,

9
menengah, murah). Sasaran pelatihan para kader, adalah untuk membantu
pemerintah dalam menghilangkan /sedikitnya meminimalkan perbedaan antara
harapan dan kenyataan menghuni rumah susun, sehingga perlu dilakukan
berbagai antisipasi untuk mengatasi hal tersebut.

5. Permasalahan pembangunan

Pembangunan menimbulkan suatu dampak, baik terhadap makhluk hidup


maupun terhadap lingkungan. Dampak terhadap lingkungan antara lain adalah
terjadinya bencana banjir, kekeringan, erosi tanah, pencemaran lingkungan,
matinya beberapa jenis tumbuhan dan hewan.

Pembangunan tersebut erat kaitannya dengan perubahan penggunaan lahan.


Apabila terjadi perubahan penggunaan lahan, misalnya di daerah hulu/atas
berupa hutan lindung digunakan untuk permukiman atau perumahan
sedangkan daerah hilir digunakan untuk industry dan permukiman, maka akan
berdampak besar untuk daerah itu sendiri maupun daerah di bawahnya.

Terjadi erosi atau longsor di bagian atas/hulu karena terjadi penggundulan


hutan yang dialihfungsikan untuk perumahan. Selain itu karena terjadi
perubahan penggunaan lahan, juga terjadi kerusakan suatu ekosistem yang
menyebabkan habitat tanaman atau binatang rusak. Hal tersebut sangat
berdampak kepada beberapa tumbuhan atau hewan yang punya karakter
khusus, yaitu hanya dapat bertahan hidup pada daerah dengan keadaan
tertentu. Dibagian hilir dapat terjadi banjir karena di bagian hulu telah terjadi
alih fungsi lahan dari hutan lindung menjadi permukiman, sehingga daerah
diatas akan mengirimkan limpasan sedangkan daerah hilir. Karena daerah hilir
juga mengalami perubahan penggunaan lahan, dari kebun menjadi industry
maupun permukiman untuk kegiatan ekonomi, sehingga daerah resapan air
semakin sedikit. Potensi banjir juga semakin besar.

Kekeringan juga mungkin dapat terjadi akibat pembangunan, dengan


penggunaan airtanah yang berlebihan karena pembangunan besar-besaran
maka persediaan airtanah semakin sedikit, sementara air hujan yang masuk
kedalam tanah lebih lambat dari air yang digunakan/dipompa.

6. Koordinasi

Masih belum ada kesamaan wawasan dari instansi terkait dalam hal program
guna mensukseskan pembangunan rumah susun yang merupakan ekstra
prioritasdalam rangka pemenuhan kebutuhan perumahan terutama bagi

10
golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Banyaknya isntansi yang terlibat
mulai dari pendanaannya, penyediaan lahan,penataan lingkungan
perumahan/permukiman yang baru dan penanggulangan lingkungan asalnya,
pembinaan sosial serta pembinaan ekonomi masyarakat calon berpenghun,.
Semuanya melibatkan banyak instansi, program maupun kegiatan yang
memerlukan koordinasi sebaik-baiknya.

I.5 Batasan masalah


Adapun batasan masalah dari proyek ini adalah tentang perancangan fleksibilitas ruang
hidup dan aktifitas penghuni mengenai besaran ruang dan pola gerak manusia. Sangkuriang ini
merupakan sarana hunian kelas menengah kebawah yang diperuntukkan bagi pedagang dan
pengusaha atau wiraswasta. Maka sangat diperlukan perancangan yang cukup intens dengan
memerhatikan segi kencyamanan dan efisiensi pola pergerakan pada point tertentu.

I.6 Ruang Lingkup


Perencanaan dan Perancangan Rusunami (Sangkuriang vertical house ) di Bandung
sebagai suatu bangunan yang memiliki keterpaduan dengan konteks lingkungan di sekitarnya
dan dapat memenuhi kebutuhan fasilitas penghuninya. Menurut pasal 2 yaitu :

Pasal 2

Penyelenggaraan rumah susun berasaskan pada :

a. kesejahteraan;
b. keadilan dan pemerataan;
c. kenasionalan;
d. keterjangkauan dan kemudahan;
e. keefisienan dan kemanfaatan;
f. kemandirian dan kebersamaan;
g. kemitraan;
h. keserasian dan keseimbangan;
i. keterpaduan;
j. kesehatan;
k. kelestarian dan berkelanjutan;
l. keselamatan, kenyamanan, dan kemudahan; dan
m. keamanan, ketertiban, dan keteraturan.

11
I.7 Metode Pembahasan
Metode pembahasan dilakukan dengan menguraikan dan menjelaskan data secara jelas
dan terperinci kemudian dianalisa untuk memperoleh suatu kesimpulan.

Pengumpulan data diperoleh dengan cara :

1. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu, data sekunder yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaa
dan perancangan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan berbagai pihak yang terkait, untuk menggali data yang
berkaitan dengan topik.
3. Observasi lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pendataan langsung
di lokasi.
4. Studi banding
Studi banding dilakukan pada obyek yang hampir serupa yang dianggap dapat
mendukung perencanaan dan perancangan.

I.8 Sistematika Pembahasan


Sistematika pembahasan dan Perancangan Rusunami (Sangkuriang Vertical house ) di
Bandung ini meliputi :

BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang Perancangan Rusunami, maksud dan tujuan,
metode pembahasan dan sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN TEMA DAN KONSEP
Bab ini mengungkapkan kesimpulan, batasan dan tanggapan pengaruh
bangunan terhadap tema dan konsep.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

12
Menguraikan tentang pengertian Rusunami, kalasifikasi Rusunami, kriteria
Rusunami, serta penekanan desain konsep. Studi banding dengan gedung
sejenis yang meliputi kondisi fisik dan non fisik.
BAB IV ANALISIS PROYEK
Membahas mengenai konsep perancangan Rusunami (Sangkuriang Vertical
house ) yang meliputi konsep bentuk, penekanan desain yang
digunakan, dan mengenai program perencanaan yang meliputi lokasi dan
tapak terpilih, program ruang serta struktur dan utilitas bangunan.
BAB V PRODUK PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Berisikan gambar-gambar hasil rancangan beserta penjelasannya, meliputi,
Gambar Rencana Tapak (Siteplan), Gambar Denah (Plan), Gambar Denah tata
letak perabot (layout plan), Gambar Tampak (Elevation), Gambar Potongan
(Section), Gambar Rencana-rencana, Gambar Detail, Gambar Perspektif
Interior dan eksterior.

13
I.9 Alur Pemikiran

( Diagram I.2 : Alur Pemikiran )

14
BAB II
KAJIAN TEMA DAN KONSEP

II.1 Elaborasi Konsep

II.1.1. Definisi Arsitektur


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:

 Seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan.


 Metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan.

Arsitektur merupakan tempat bernaung dari yang paling sederhana hingga yang
paling rumit. Arsitektur juga merupakan lingkungan binaan (built environment)
dan Lingkungan buatan (built environment) mempunyai bermacam-macam kegunaan,
yaitu, melindungi manusia dan kegiatan - kegiatannya serta harta miliknya dari elemen-
elemen, dari musuh-musuh berupa manusia dan hewan, dan dari kekuatan-kekuatan
adikodrati, membuat tempat, menciptakan suatu kawasan aman yang berpenduduk dalam
suatu dunia fana dan cukup berbahaya, menekankan identitas social dan menunjukan
status, dan sebagainya.
Tempat bernaung bukanlah merupakan satu-satunya fungsi, atau bahkan fungsi
pokok dari perumahan. Menurut Aldo Van Eyck, sebuah bangunan adalah suatu kota
kecil, sebuah kota adalah suatu bangunan yang besar.

Beberapa analogi yang digunakan para ahli teori untuk menjelaskan arsitektur:

1. Analogi matematis
2. Analogi Biologis
3. Analogi Romantik
4. Analogi Linguistik
5. Analogi Mekanik
6. Analogi Pemecahan Masalah
7. Analogi Adhocis
8. Analogi Bahasa Pola

Teori-teori tentang apa yang seharusnya dilakukan arsitektur memperhatikan


bagaimana mencirikan cita-cita yang akan memuaskan hati perancang dan bangunan.
Arsitektur pada hakekatnya merupakan suatu bidang teknis. Bangunan harus logis dalam

15
sistem struktur dan produksinya. Pandangan yang lain ialah bahwa tujuan utama
arsitektur bersifat kemasyarakatan.
Secara umum, arsitektur dapat dibayangkan, dirancang, diwujudkan, serta
dibangun dalam menanggapi suatu kondisi yang ada. Secara luas, arsitektur merupakan
kegiatan merancang dan membangun secara keseluruhan lingkungan binaan dalam level
makro maupun level mikro.

Arsitektur memiliki definisi yang luas. Arsitektur mencakup segi keindahan,


kesatuan dan penciptaan ruang dan bentuk. Arsitektur juga merupakan sesuatu yang
dibangun manusia untuk kepentingan badannya dan kepentingan jiwanya. Arsitek adalah
seniman struktur yang menggunakan struktur secara estetis berdasarkan prinsip-prinsip
struktur itu sendiri. Kita harus mengetahui dan memahami definisi arsitektur dari
berbagai para pakar ahli agar menambah pengetahuan tentang arsitektur serta mendalami
tentang arsitektur.

II.1.2. Menurut Beberapa Pakar Ahli tentang Definisi Arsitektur:

 Menurut Vitruvius: Bangunan yang baik harus memiliki tiga aspek yaitu
keindahan/estetika (Venustas), kekuatan (Firmitas), dan kegunaan/fungsi
(Utilitas).
 Menurut Brinckmann: Arsitektur merupakan kesatuan antara ruang dan bentuk.
Arsitektur adalah penciptaan ruang dan bentuk.
 Menurut Djauhari Sumintardja: Arsitektur merupakan sesuatu yang dibangun
manusia untuk kepentingan badannya (melindungi diri dari gangguan) dan
kepentingan jiwanya (kenyamanan, ketenangan, dll).
 Menurut Benjamin Handler: Arsitek adalah seniman struktur yang
menggunakan struktur secara estetis berdasarkan prinsip-prinsip struktur itu
sendiri.
 Menurut Banhart CL. Dan Jess Stein: Arsitektur adalah seni dalam mendirikan
bangunan termasuk didalamnya segi perencanaan, konstruksi, dan penyelesaian
dekorasinya; sifat atau bentuk bangunan; proses membangun; bangunan dan
kumpulan bangunan.
 Menurut Van Romondt : Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia dengan
bahagia. Ruang berarti menunjuk pada semua ruang yang terjadi karena dibuat
oleh manusia atau juga ruang yang terjadi karena proses alam seperti gua,
naungan pohon dan lain-lain
 Menurut JB. Mangunwijaya (1992) : Arsitektur sebagai vastuvidya
(wastuwidya) yang berarti ilmu bangunan. Dalam pengertian wastu terhitung
pula tata bumi, tata gedung, tata lalu lintas (dhara, harsya, yana)

16
 Menurut Amos Rappoport (1981 ) : Arsitektur adalah ruang tempat hidup
manusia, yang lebih dari sekedar fisik, tapi juga menyangkut pranata-pranata
budaya dasar. Pranata ini meliputi: tata atur kehidupan sosial dan budaya
masyarkat, yang diwadahi dan sekaligus memperngaruhi arsitektur
 Menurut Francis DK Ching (1979) : Arsitektur membentuk suatu tautan yang
mempersatukan ruang, bentuk, teknik dan fungsi

II.1.3. Penerapan Konsep Pada Bangunan


Pengertian Form Follow Function dalam bahasa Indonesia adalah bentuk Yang
mengikuti Fungsi. Sehingga bentukan yang yang tercipta dalam sebuah disain
perancangan adalah bentukan-bentukan yang tercipta dari fungsi utama ataupun fungsi-
fungsi yang ada dalam ruangan yang ada didalamnya.

Menurut para modernis, fungsi dapat dikategorikan sebagai penentu bentuk atau
panduan menuju bentuk. Fungsi menunjukan ke arah mana bentuk harus ditentukan. Hal
ini mengacu pada slogan yang diungkapkan oleh Loius Sullivan yaitu Form Follow
Function.

( Gambar II.1 : Contoh Bangunan Arsitektur Modern )

Sumber Internet

Form follows function sering diasosiasikan dengan modern architecture dan


industrial design. Menurut teori ini, modern adalah efisien. Bentuk indah hanya sah jika
memiliki fungsi yang berguna, bukan hanya sekedar hiasan. Segala tambahan atau
ornamen yang tidak memiliki fungsi sebaiknya dipangkas (reduce). Kegenitan dianggap

17
haram. Semuanya bergerak cepat, tak ada waktu untuk lengkungan di tiang atau ukiran di
atas pintu. Sloganform follows function (bentuk mengikuti fungsi) menjadi dasar filosofi
modernisme. Minimalisme adalah puncak dari semua itu adalah Lurus, Polos, Dingin.

Form Follow Function dalam bahasa Indonesia adalah Bentuk Yang mengikuti
fungsi. Terciptanya sebuah bentuk dari obyek bangunan itu sendiri tercipta dari fungsi
fungsi ruang yang ada didalamnya. Tanggapan dari teori ini adalah bentuk dalam
arsitektur meliputi permukaan luar dan ruang dalam. Pada saat yang sama, bentuk
maupun ruang mengakomodasi fungsi-fungsi (baik fungsi fisik maupun non fisik).
Fungsi-fungsi tersebut dapat dikomunikasikan kepada bentuk. Dalam kenyataannya,
keterkaitan fungsi, ruang dan bentuk dapat menghadirkan berbagai macam ekspresi.
Penangkapan ekspresi bentuk bisa sama ataupun berbeda pada setiap pengamat,
tergantung dari pengalaman dan latar belakang pengamat.

II.1.4. Pengaruh lingkungan terhadap rancangan


Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan pembangunan yang
akan dilaksanakan didalam lingkungan tersebut harus memperhatikan kondisi dari
lingkungan tersebut, faktor alam dari lingkungan alam pun dapat mempengaruhi pola
pikir, aktifitas, serta pengembangan dalam peradaban manusia secara umum, dan arsitek
secara khusus dalam mengolah dan membina lingkungan sekitar agar terasa aman dan
nyaman untuk ditempati serta melakukan aktifitas lainnya.

kawasan ini termasuk dalam kawasan perkotaan yang padat akan aktifitas
komersial namun memiliki karakteristik masing – masing. Namun masih terdapat
pemukiman warga yang padat penduduk yang terlihat kumuh.

II.1.5. Pengaruh Konsep Terhadap Bangunan


Hasil dari produk arsitektur adalah bangunan dan merupakan hasil dari
perkembangan peradaban manusia yang dapat mengolah lingkungannya sedemikian
rupa, sehingga mereka dapat mengembangkan lingkungan tersebut menjadi lingkungan
yang memiliki potensi untuk di huni. Bangunan pun sama seperti manusia yaitu harus
mengikuti karakteristik lingkungan demi terciptanya bangunan yang nyaman untuk
ditempati.

bangunan yang layak ditempati harus memiliki energi agar bangunan tersebut
layak untuk di tempati. Pemakaian energi sebagai penunjuang kehidupan dalam

18
bangunan, dan berarti bangunan tersebut juga mengeluarkan energi pembuangan yang
umumnya buruk, baik bagi lingkungan maupun sekitar. Penggunaan energi dengan
pemanfaatan potensi alam di lingkungan sekitar serta pengolahan energi yang bersih bagi
bangunan merupakan metode yanng perlu di terapkan dalam setiap bangunan sehingga
bangunan tersebut selaras dan bersinergi dengan lingkungan dan manusia disekitarnya.

II.2. Elaborasi Tema Green Arsitektur

Green Architecture atau sering disebut


sebagai Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang minim
mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk energi, air, dan
material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan.

Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan


perencanaan bangunan yang berusaha untuk
meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada
kesehatan manusia dan lingkungan.
( Gambar II.2 : Bumi )
Arsitektur hijau merupakan langkah untuk

mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan
lingkungan di mana mereka tinggal. Istilah keberlanjutan menjadi sangat populer ketika mantan
Perdana Menteri Norwegia GH Bruntland memformulasikan pengertianPembangunan
Berkelanjutan (sustaineble development) tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat
memenuhi kebutuhan manusia masa kini tanpa mengorbankan potensi generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi,
ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapan arsitektur hijau akan memberi peluang
besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan. Aplikasui arsitektur hijau akan
menciptakan suatu bentukarsitektur yang
berkelanjutan.

Untuk pemahaman dasar arsitektur hijau yang


berkelanjutan, meliputi di antaranya lansekap, interior,
dan segi arsitekturnya menjadi satu kesatuan. Dalam
contoh kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan di
sekitar lingkungan kita.
( Gambar II.3 : Aplikasi Green Arsitektur

19
misalnya, dalam perhitungan kasar, jika luas rumah adalah 100 meter persegi, dengan pemakaian
lahan untuk bangunan adalah 60 meter persegi, maka sisa 40 meter persegi lahan hijau, Jadi
komposisinya adalah 60:40. Selain itu membuat atap dan dinding menjadi konsep roof garden
dan green wall. Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi
tanaman merambat. Selain itu, tujuan pokok arsitektur hijau adalah menciptakan eco desain,
arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan.

Selain itu, arsitektur hijau diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi,
air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan.
Arsitektur hijau juga dapat direncanakan melalui tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan
bangunan.

II.2.1. Pengelolaan Air

Dalam perencanaan sebuah


bangunan, seorang arsitek selalu
dihadapkan pada masalah pengolahan
air.Air hujan adalah salah satu yang perlu
manajemen yang baik supaya tidak
mengganggu kenyamanan hidup kita.

Air hujan jamaknya dialirkan


melalui saluran-saluran (vertikal maupun
horizontal) yang ada di dalam lahan
sebelum diteruskan ke sistem
drainasekota. Pengaliran dengan
mengandalkan sistem drainae kota ini
( Gambar II.3 : Contoh Aliran Air ) terbukti sudah tidak efektif dalam

mengelola air hujan.

Banjir besar di Jakarta tahun 2002 dan 2007 adalah bukti betapa lemahnya sistem
drainase kota menghadapi air hujan. Terlepas dari tingginya curah hujan, sistem drainae
kebanyakan kota di Indonesia memang sudah tidak memadai karena semrawutnya tata
ruang. Selain itu, kebiasaan hidup masyarakat membuang sampah ke sungai dan tinggal
di bantaran kali juga menyebabkan kurang berartinya sistem drainase dalam menghadapi
limpahan air hujan.

Salah satu alternatif pengolahan air hujan adalah menggunakan lubang resapan
biopori ditemukan oleh Ir. Kamir R. Brata, Msc, seorang Peneliti Institut Pertanian Bogor

20
(IPB). Resapan biopori meningkatkan daya resapan air hujan dengan memanfaatkan
peran aktifitas fauna tanah dan akar tanaman.Lubang resapan biopori adalah lubang
silindris berdiameter 10-30 cm yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan
kedalaman sekitar 100 cm. Dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal,
lubang biopori dibuat tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang
kemudian diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori.

Biopori adalah pori-pori berbentuk


lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh
aktifitas fauna tanah atau akar tanaman.
Kehadiran terowongan/lubang-lubang biopori
kecil tersebut secara langsung akan menambah
bidang resapan air. Sebagai contoh, bila
lubang dibuat dengan diameter 10 cm dan
dengan kedalaman 100 cm, maka luas bidang
resapan akan bertambah sebanyak 3140 cm²
atau hampir 1/3 m².

Sementara, suatu permukaan tanah


berbentuk lingkaran dengan diamater 10 cm,
( Gambar II.4 : Pembuatan Biopori )
yang semula mempunyai bidang resapan 78.5

cm² setelah dibuat lubang resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang
resapannya menjadi 3.218 cm². Lubang biopori disebar dalam jarak tertentu sesuai
dengan luas lahan yang hendak dicover. Selain itu, biopori juga bisa diterapkan diselokan
yang seluruhnya tertutup semen. Dibutuhkan dua sampai tiga kilogram sampah lapuk
untuk sebuah lubang biopori.

Agar orang yang menginjaknya tidak terperosok, lubang ditutup dengan kawat
jaring. Selain memperbesar bidang resapan melalui aktivitas organisme tanah, lubang
resapan biopori juga memiliki dapat mengubah sampah organik menjadi kompos. Lubang
resapan biopori "diaktifkan" dengan memberikan sampah organik didalamnya.

Sampah inilah yang akan menjadi sumber energi bagi organisme tanah untuk
melakukan kegiatan melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekompoisi ini
dikenal sebagai kompos. Melalui proses seperti itu maka lubang resapan biopori akan
berfungsi sekaligus sebagai "pabrik" pembuat kompos. Kompos dapat dipanen pada
setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai jenis
tanaman. Sampai saat ini belum ditemukan apa yang menjadi kelemahan lubang biopori.
Sampah organik yang ada pada lubang biopori dirasa tidak akan mengganggu karena
cepat diuraikan.

21
Sampah akan sulit diuraikan jika lubang resapan terlalu besar dan tidak disebar.
Karena itu sampah harus disebarkan, jangan hanya berada disatu tempat. Hasilnya itu
juga bisa dijadikan kompos. Memakai lubang resapan biopori adalah tampaknya
merupakan langkah yang bijak dalam merencanakan sebuah lingkungan binaan. Arsitek
sebagai perencana seyogyanya tidak hanya memikirkan kepentingan bangunan yang
dirancangannya, tetapi juga memikirkan bagaimana rancangannya itu dapat mandiri dan
tidak menambah beban sistem drainase kota.

Karena lahan perkotaan telah telanjur disesaki bangunan, maka sasaran perolehan
sel-sel hijau daun beralih pada hamparan atap datar gedung-gedung yang justru lebih
banyak dibanjiri cahaya matahari. Sebenarnya gerakan atap hijau telah muncul di Jepang
sejak awal abad ke-20 melalui konsep eco-roof, tetapi sifat pengembangannya masih
ekstensif.

Atap hijau jenis ini ditandai struktur atap beton konvensional dengan biaya dan
perawatan taman relatif murah karena penghijauan atap hanya mengandalkan tanaman
perdu dengan lapisan tanah tipis. Ketika Jepang semakin ketat menjaga lingkungan
melalui pemberlakuan berbagai tolok ukur bangunan ramah lingkungan, para perancang
mulai berpacu mencari solusi cerdas dalam memanfaatkan bidang datar atap bangunan.

Salah satunya adalah intensifikasi taman atap, atau upaya memadukan sistem
bangunan dengan sistem penghijauan atap sehingga dapat diciptakan taman melayang
(sky garden). Berbeda dengan atap hijau ekstensif yang hanya menghasilkan taman pasif,
atap hijau intensif dapat berperan sebagai taman aktif sebagaimana taman di darat.

Dengan lapisan tanah mencapai kedalaman hingga dua meter, atap hijau intensif
mensyaratkan struktur bangunan khusus dan perawatan tanaman cukup rumit. Jenis
tanaman tidak hanya sebatas tanaman perdu, tetapi juga pohon besar sehingga mampu
menghadirkan satu kesatuan ekosistem. Walaupun investasi yang dibutuhkan untuk
membuat atap hijau cukup tinggi, bukan berarti upaya peduli lingkungan ini bertentangan
dengan semangat mengejar keuntungan ekonomi, terbukti kini banyak fasilitas komersial
yang menerapkan konsep atap hijau intensif. Salah satu di antaranya adalah Namba Park,
sebuah mal gaya hidup di pusat kota Osaka.

Manfaat atap hijau bukan hanya sebatas peningkatan nilai estetika dan
penghematan energi, pengurangan gas rumah kaca, peningkatan kesehatan, pemanfaatan
air hujan, serta penurunan insulasi panas, suara dan getaran, tetapi juga penyediaan
wahana titik temu arsitektur dengan jaringan biotop lokal. Perannya sebagai "batu
loncatan" menjembatani bangunan dengan habitat alam yang lebih luas seperti taman
kota atau area hijau kota lainnya

22
II.2.2. Arsitektur Hijau Pada Hunian
Desain rumah yang green
architecture bisa diterapkan dirumah
kita. Sebagai sebuah kesatuan antara
arsitektur bangunan rumah dan
taman tentu harus selaras. Untuk
mendekatkan diri dengan alam,
fungsi ruang dalam rumah ditarik
keluar. Ruang tamu di taman teras
( Gambar II.5 : Contoh Arsitektur Hijau pada Hunian ) depan, ruang makan dan ruang

keluarga ditarik ke taman belakangatau ke taman samping, atau kamar mandi semi
terbuka di taman samping Sebaliknya, fungsi ruang keluar menerus ke dalam ruang.
Ruang tamu atau ruang keluarga hingga dapur menyatu secara fisik dan visual. Rumah
dan taman mensyaratkan hemat bahan efisien, praktis, ringan, tapi kokoh dan
berteknologi tinggi, tanpa mengurangi kualitas bangunan.

Arsitektur hijau mensyaratkan dekorasi dan perabotan tidak perlu berlebihan,


saniter lebih baik, dapur bersih, desain hemat energi, kemudahan air bersih, luas dan
jumlah ruang sesuai kebutuhan, bahan bangunan berkualitas dan konstruksi lebih kuat,
serta saluran air bersih. Keterbukaan ruang-ruang dalam rumah yang mengalir dinamis.
Ketinggian lantai yang cenderung rata sejajar, distribusi void-void, pintu dan jendela
tinggi lebar dari plafon hingga lantai dilengkapi jalusi (krepyak), dinding transparan
(kaca, glassblock, fiberglass, kerawang, batang pohon), atap hijau (rumput) disertai
skylight.
Penempatan jendela, pintu, dan skylight bertujuan memasukkan cahaya dan udara
secara tepat, bersilangan, dan optimal pada seluruh ruangan. Keberadaan tanaman hidup
di ruang dalam atau di taman (void) berguna menjaga kestabilan suhu udara di dalam
tetap segar dan sejuk. Pintu dan jendela kaca selebar mungkin dan memakai tembok dan
kusen seminim mungkin menjadikan ruang terasa lega. Pintu dan jendela bisa dibuka
selebar-lebarnya. Lantai teras dan ruang dalam dibuat dari material sama dan menerus
rata (tidak ada beda ketinggian lantai) membuat kesatuan ruang terasa luas dan menyatu
dengan ruang luar di depannya.
Optimalisasi void menciptakan sirkulasi pengudaraan dan pencahayaan alami
yang sangat membantu dalam penghematan energi. Desain void yang tepat dapat
mengurangi ketergantungan penerangan lampu listrik terutama di pagi hingga sore hari
dan pemakaian kipas angin atau pengondisi udara yang berlebihan. Void dalam bentuk
taman (kering) dapat berfungsi sebagai sumur resapan air. Persenyawaan bangunan dan
taman dalam konsep arsitektur hijau memiliki banyak keuntungan bagi rumah itu
sendiri, lingkungan sekitar, dan skala kota secara keseluruhan. Rumah sehat memiliki

23
sistem terbuka. Maka, setiap rumah yang dibangun berdasarkan konsep arsitektur hijau
dapat mengurangi krisis energi listrik dan BBM serta krisis kualitas lingkungan

II.2.3. Prinsip-prinsip Green Architecture

Penjabaran prinsi-prinsip green architecture beserta


langkah-langkah mendesaingreen building
menurut:Brenda dan Robert Vale, 1991, Green
Architecture Design fo Sustainable Future

1. Conserving Energy (Hemat Energi)

Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara


( Gambar II.6 : Green Arsitektur )
operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin
menggunakan sumber energi yang langka atau
membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat
mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat
beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih
jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain
bangunan agar hemat energi, antara lain:

1. Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan


dan menghemat energi listrik.
2. Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal
sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang
diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah
menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari
untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal
3. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain
itu juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis
sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan
sampai tingkat terang tertentu.
4. Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur
intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
5. Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan,
yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
6. Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan
oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
7. Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.

24
2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi
alami)

Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan


lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan
lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya
dengan cara:
1. Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
2. Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan
udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
3. Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan
membuat kolam air di sekitar bangunan.
4. Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk
mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.

3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)

Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal


ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan
pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.

1. Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti


bentuk tapak yang ada.
2. Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain
bangunan secara vertikal.
3. Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.

4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)

Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang


sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi
pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.

5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)

Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada


dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur
bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.

25
6. Holistic

Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di


atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green
architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan
satu sama lain. Tentu secar parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip
tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green
architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.

II.2.4. Kesimpulan Tema Arsitektur Hijau (Green Architecture)


Arsitektur hijau adalah
suatu pendekatan
perencanaan bangunan yang
berusaha untuk
meminimalisasi berbagai
pengaruh membahayakan
pada kesehatan manusia dan
lingkungan. Sebagai
pemahaman dasar dari
arsitektur hijau yang
( Gambar II.7 : Bangunan Green ) berkelanjutan, elemen-elemen
yang terdapat didalamnya
adalah lansekap, interior, yang menjadi satu kesatuan dalam segi arsitekturnya.
Dalam contoh kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan di sekitar lingkungan
kita. Yang paling ideal adalah menerapkan komposisi 60 : 40 antara bangunan
rumah dan lahan hijau, membuat atap dan dinding dengan konsep roof garden
dan green wall. Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat
ditumbuhi tanaman merambat. Tujuan utama dari green architecture adalah
menciptakan eco desain, arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, dan
pembangunan berkelanjutan. Arsitektur hijau juga dapat diterapkan dengan
meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang
mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan. Perancangan Arsitektur hijau
meliputi tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan. Konsep ini
sekarang mulai dikembangkan oleh berbagai pihak menjadi Bangunan Hijau.

26
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan umum Proyek


Fungsi Bangunan : Rumah Susun Sederhana Milik
Tema : Arsitektur Hijau (Green Architecture)
Lokasi : Jalan Raya Soekarno Hatta Disamping Pom bensin Pasar Caringin
Bandung
Luas Lahan : 9000m
KDB 40 % : 3600m
Luas Bangunan : 2617m

III.1. Pengertian Rusunami


Pengertian rumah susun Rumah susun menurut KBBI (Kamus besar bahasa
indinesia) adalah gedung atau bangunan bertingkat terbagi atas beberapa tempat tinggal
(masing-masing untuk satu keluarga); flat.

Rusun (Rumah susun) dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Condominium.
Condominium ini di dalam UU RI No. 16 Tahun 1985 Juncto UU No. 4 Tahun 1992,
tentang Rumah Susun memberikan pengertian bahwa : “ Condominium/ Rumah Susun
adalah bangunan gedung bertingkat, yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi
dalam arah horizontal dan atau vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-
masing dapat memiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian
yang dilengkapi dengan apa yang disebut “bagian bersama, tanah bersama dan benda
bersama.

Rumah Susun' adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional
dalam arah horizontal maupun vertical dan merupakan satuan-satuan yang masing-
masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang
dilengkapi dengan bagian-bersama, benda-bersama dan tanah bersama.

Masing-masing memiliki batas-batas, ukuran dan luas yang jelas, karena sifat dan
fungsinya harus dinikmati bersama dan tidak dapat dimiliki secara perseorangan.

27
Pembangunan Rumah Susun (Rusun) seharusnya dibangun sesuai dengan tingkat
keperluan dan kemampuan masyarakat terutama bagi yang berpenghasilan rendah. Rusun
hanya dapat dibangun di atas tanah hak milik, hak guna bangunan, hak pakai atas tanah
Negara atau hak pengelolaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pembangunan Rusun berlandaskan pada azas kesejateraan umum, keadilan dan


pemerataan, serta keserasian dan kesimbangan dalam perikehidupan, dengan bertujuan
memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama golongan masyarakat
yang berpenghasilan rendah, yang menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya.

Kepemilikan satuan Rusun dapat dimiliki oleh perseorangan atau badan hukum
yang memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah yang meliputi, hak atas bagian-
bersama, benda-bersama, dan tanah-bersama, yang semuanya merupakan satu-kesatuan
yang tidak terpisahkan dengan satuan yang bersangkutan.

Kepemilikan satuan Rusun dapat dimiliki dengan cara membayar tunai (cash) dan
angsuran (kredit pemilikan rumah atau KPR). Dalam pengelolaannya, setelah Rusun yang
ditempati sudah melunasi angsuran sesuai dengan perjanjian akad kredit yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak (penghuni dan pengembang/pihak perbankan-red),
maka penghuni Rusun wajib membentuk Persatuan Penghuni Rumah Susun (PPRS) dan
diberikan kedudukan sebagai badan hukum, sebagaimana tertuang dalam Pasal 19 ayat 1
dan ayat 2 UndangUndang No. 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun. Yang
ketentuannya diatur dalam Perarturan Pemerintah RI No. 4 thn 1998.

III.2. Klasifikasi Rusun


Menurut peraturan mentri keuangan republic Indonesia Nomor 50/pmk/03/2005,
rumah susun adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
digunakan sebagai tempat hunian dengan luas maksimum 21m2 setiap unit hunian, yang
dilengkapi dengan kamar mandi serta dapur yang dapat bersatu dengan unit hunian
ataupun terpisah dengan penggunaan komunal, dan diperuntukkan bagi masyarakat
berpendapatan rendah, yang pembangunannya mengacu pada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis
Pembangunan Rumah Susun.

Rumah susun juga dapat diklasifikasikan berdasarkan ketinggian lantai bangunan,


yaitu (Paul dalam citaresmi, 2001):

1. Low rise: memiliki ketinggian 2-6 lantai dan menggunakan tangga sebagai
sarana sirkulasi vertikalnya. Jenis ini dikenal dengan walk-up- jlat.

28
2. Medium rise: memiliki ketinggian 6-9 lantai dan bisa menggunakan elevator
listrik sebagai sarana sirkulasi vertikalnya.
3. High rise: memiliki ketinggian di atas 9 lantai dan hams menggunakan
elevator listrik sebagai sarana sirkulasi vertikalnya.

Apabila mengacu pada luas unit hunian, maka rumah susun dibedakan menjadi
tipe studio seluas 18m2 hingga tipe penthouse seluas 200m 2. Pada umumnya yang
bertipe kecil banyak dijumpai pada rumah susun murah dan sederhana yang dihuni
oleh masyarakat berpendapatan menengah ke bawah (Paul dalam citaresmi,2001).

Berdasarkan jumlah lantai dalam satuan unit hunian, rumah susun dibagi
menjadi tigajenis yaitu (Joseph de Chiara, 1984:560):

1. Simplex: merupakan rumah susun yang tiap unitnya terdiri dari 1lantai. Jenis ini
adalah yang paling umum karena merupakan jenis yang paling simpel dan
ekonomis dalam pembangunannya.
2. Duplex: merupakan rumah susun yang tiap unitnya terdiri dari 2 lantai yang
dihubungkan dengan tangga. Ruang keluarga, dapur, dan ruang makan berada
pada satu lantai, sedangkan lantai lainnya digunakan sebagai ruang tidur atau
ruang istirahat. Keunggulan ekonomis dari rumah susun jenis ini adalah
bahwa koridor dan pintu lift tidak perlu disediakan untuk setiap lantai
bangunan.
3. Triplex: merupakan rumah susun yang tiap unitnya terdiri dari 3 lantai. Pada
dasarnya pembagian ruangnya sama denganjenis duplex.

Berdasarkan status kepemilikan satuan unit huniannya, rumah susun


dibagi menjadi tigajenis, yaitu (Joseph de Chiara, 1984:571):

1. Condominium: merupakan bangunan bangunan rumah susun yang dimiliki


secara bersama oleh penghuninya dan setiap penghuninya memiliki surat
hipotek atas unit rumah susun yang dihuni, sedangkan fasilitas umum dimiliki
secara bersama-sama dengan penghuni lainnya.
2. Cooperative Ownership: merupakan bangunan rumah susun di mana
penghuni mempunyai hak kepemilikan yang diberikan oleh suatu instansi
tertentu yang membangun rumah susun dan biasanya dikenakan biaya
pemeliharaan atau biaya-biaya lainnya.
3. Rent: merupakan bangunan rumah susun di mana penghuni tidak memiliki hak
milik atas unit yang dihuninya dan hams membayar biaya sewa serta
pemeliharaan kepada pemiliknya.

Menurut Yudohusodo (1991:357), rumah susun memiliki karakteristik yang


berbeda dengan hunian horizontal. Rumah susun mengandung dualisme sistem

29
kepemilikan, yaitu sistem kepemilikan perseorangan dan bersama baik dalam bentuk
ruang maupun benda. Sistem kepemilikan bersama yang terdiri dari bagian-bagian yang
masing-masing merupakan satuan yang dapat digunakan secara terpisah yang
dikenal dengan istilah condomium. Sistem ini mewajibkan untuk mengadakan
pemisahan hak dari masing-masing satuan yang dilaksanakan dengan pembuatan akta
pemisahan yang mengandung nilai perbandingan proporsional yang akan digunakan
sebagai dasar penerbitan sertifikat hak milik atas satuan yang bersangkutan.

Menurut Danial (1998:20-21), rumah susun merupakan altematif solusi yang


tepat dalam upaya penyediaan perumahan serta peningkatan daya guna lahan kota karena
memiliki beberapa keunggulan, yaitu:

1. Mengefisiensikan pemanfaatan lahan perumahan dengan kemampuannya


untuk menampung lebih banyak penduduk di lahan yang relatif sempit.
2. Menciptakan lingkungan perumahan yang layak huni terutama bagi golongan
masyarakat berpendapatan menengah ke bawah.
3. Efisiensi penyediaan dan optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana
perkotaan, karena dalam penyediaannya tidak perlu dilakukan penyebaran
untuk dapat memperluas jangkauan pelayan atau dengan kata lain lebih
compact.
4. Mengurangi pengeluaran untuk biaya transportasi karena pembangunan rumah
susun yang hanya membutuhkan lahan yang relatif kecil memungkinkan
pembangunannya di kawasan pusat kota yang juga merupakan kawasan tempat
kerja sehingga aksesibilitas ke tempat kerja menjadi lebih mudah.
5. Memperbaiki kualitas fisik lingkungan perkotaan terutama dalam mengatasi
masalah permukiman kumuh dan liar.

III.3. Jenis Rusun


Rumah susun merupakan kategori rumah resmi pemerintah Indonesia untuk tipe
hunian bertingkat seperti apartemen, kondominium, flat, dan lain-lain. Pada
perkembangannya istilah rumah susun digunakan secara umum untuk menggambarkan
hunian bertingkat kelas bawah, yang artinya berbeda dengan apartemen. Ada dua jenis
rusun, yaitu :

1. Rusunami merupakan akronim dari Rumah Susun Sederhana Milik. Penambahan


kata "sederhana" setelah rusun bisa berakibat negatif, karena pada pikiran
masyarakat awam rusun yang ada sudah sangat sederhana. Namun kenyataannya
rusunami yang merupakan program perumahan yang digalakkan pemerintah ini,
merupakan rusun bertingkat tinggi yaitu rusun dengan jumlah lantai lebih dari 8.
Secara fisik, tampilan luarnya mirip dengan apartemen. Kata “milik” yang

30
ditambahkan di belakangnya berarti pengguna tangan pertama adalah pembeli
yang membeli secara langsung dari pengembangnya. Istilah lain yang sering
diusung oleh para pengembang untuk rusunami adalah “apartemen bersubsidi”.
Para pengembang umumnya lebih senang menggunakan istilah “apartemen”
daripada “rusun” karena konotasi negatif yang melekat pada istilah “rusun”.
Sedangkan penambahan kata “bersubsidi” disebabkan karena pemerintah
memberikan subsidi bagi pembeli rusunami. Namun hanya pembeli yang
memenuhi syarat saja yang berhak diberi subsidi. Warga masyarakat yang tidak
memenuhi syarat tetap dapat membeli rusunami, namun tidak berhak atas subsidi.

2. Rusunawa adalah Rumah Susun Sederhana Sewa. Rusunawa umumnya memiliki


tampilan yang kurang lebih sama dengan rusunami, namun bedanya penggunanya
harus menyewa dari pengembangnya.

III.4. Penekanan Konsep


Rusunami yang akan di rancang adalah bangunan berkonsep green arsitektur yang
mempunyai tema Sangkuriang atau sarang lebah, namun dalam penerapan konsep yang
lebih jelas akan tampak pada bagian dalam zoning rusun juga pada fasade bangunan
rusun yang akan di rencanakan.

Muka bangunan atau yang biasa disebut fasade ini akan dirancang mebyerupai
bentuk hexagonal layaknya sarang lebah namun tetap memperhatikan kaidah
pembangunan yang baik dan akan memperhatikan pengaruh iklim, Hasil dari fasade yang
berbentuk hexa gonal akan diberi warna yang mencolok sebagai aksen daya tarik
masyarakat dengan menyimbolkan hunian yang nyaman, indah, unik dan tertata dengan
baik.

Penyesuaian iklim akan sangat ditekankan karena rumah susun ini dirancang
untuk masrakat menengah kebawah maka akan sangat diperhatikan untuk pencahayaan
yang masuk kedalam gedung serta alur udara yang baik agar didalam gedung tetap
memiliki sirkulasi udara yang baik tanpa bantuan media lain seperti ac dan menghemat
pengeluaran listrik dengan konsumsi listrik yang bias terjangkau oleh para penghuni.

31
III.5. Studi Banding Proyek Sejenis

III.5.1. Studi banding ( Rumah Susun Tanah Abang – Rumah Susun Kemayoran )
Rumah Susun Tanah Abang merupakan rumah susun hunian karena seluruhnya
berfungsi sebagai tempat tinggal, diperuntukkan untuk penghuni dengan tingkat
perekonomian menengah bawah, tetapi sekarang ini sudah

mengalami alih pemilik sehingga masyarakat ekonomi menengah ke atas juga


menempati rumah susun ini. Sekarang ini, penghuninya adalah yang berprofesi
sebagai pegawai negeri, pegawai swasta dan pensiunan.

Rumah susun ini terdiri dari 2 wilayah yaitu wilayah A dan wilayah B. Wilayah A
memiliki 32 blok dan wilayah B memiliki 32 blok. Survey dilakukan hanya pada rusun
blok A saja, pada hari Kamis 9 September 2009.

Sebagai bahan perbandingan, dipilih Rumah Susun Kemayoran yang merupakan


rumah susun campuran karena sebagian berfungsi sebagai tempat tinggal dan sebagian
lagi berfungsi sebagai tempat usaha.

Rumah susun Kemayoran merupakan rusun yang diperuntukkan bagi korban


penggusuran, bencana dan masyarakat ekonomi menengah bawah namun sekarang juga
ditempati oleh masyarakat ekonomi menengah atas yang berprofesi sebagai pegawai
negeri, pegawai swasta, bahkan pengusaha. Rata-rata yang menempati rumah susun ini
minimal memiliki sepeda motor.

Rumah susun ini terdiri dari 2 tahap pembangunan yaitu :

2. Tahap Iterdiri dari Rusun jenis Dakonta dan Apron yang tiap unitnya tidak
memiliki WC di dalam tetapi memiliki WC umum/ bersama.
3. Tahap II terdiri dari Rusun jenis Conver dan Boeing yang tiap unitnya memiliki
WC di dalam tiap unitnya.

Survey dilakukan untuk jenis Conver, Berikut ini adalah data dari hasil survey
dan analisa:

32
( Tabel III.1 : Tabel 1 dari 3 Studi Banding )

33
( Tabel III.1 : Tabel 2 dari 3 Studi Banding )

34
( Tabel III.1 : Tabel 3 dari 3 Studi Banding )

Berikut ini adalah tabel perbandingan karakteristik bangunan Rusun


Tanah Abang dengan Rusun Kemayoran (Tabel 2.)

( Tabel III.2 : Perbandingan Karakteristik Bangunan )

35
Sedangkan perbandingan dari segi kelengkapan fasilitas, yakni:

( Tabel III.3 : Perbandingan Kelengkapan Fasilitas )

Dikaitkan dengan penerapan konsep Hemat Energi, kesimpulan yang bisa diambil

dari data dan analisa diatas antara lain:

• Kondisi tapak berpengaruh dalam hal pencapaian ke tapak, yakni seberapa besar
usaha yang dibutuhkan penghuni untuk sampai ke rusun. Lokasi kedua rusun yang
strategis (dekat jalan raya) dapat mengatasi masalah tersebut.
• Ada usaha untuk memanfaatkan penghawaan dan pencahayaan alami melalui Bentuk
dan Gubahan Massa, namun sayangnya usaha itu kurang berhasil khususnya pada
Rusun Tanah Abang.
• Pencahayaan alami dan penghawaan pada rusun kurang
sehingga membutuhkan pencahayaan dan penghawaan buatan (lampu listrik, AC,
kipas angin, exosfan, dll) khususnya pada Rusun Tanah Abang.

36
• Penghijauan juga memegang peranan, karena lingkungan yang asri
akan memancing kegiatan komunal di luar ruangan sehingga menghemat
pemakaian energi listrik. Hal ini terjadi pada Rusun Tanah Abang yang memiliki
penghijauan lebih banyak.
• Material bangunan berperan dalam menyerap atau meredam panas. Hal ini direspon
lebih baik oleh bangunan Rusun Kemayoran yang memiliki finishing relatif
lebih baik.
• Jarak antar bangunan dapat menghemat energi dalam hal sirkulasi manusia.
• Jarak yang jauh mendorong manusia untuk menggunakan kendaraan di dalam area
sirkulasi (misalnya: motor)

III.5.2. Studi banding survey lokasi bangunan (Rusun cibaligo cimahi)

Kebutuhan penyediaan hunian warga


kota yang semakin melonjak dihadapkan pada
permasalahan keterbatasan lahan yang ada. Oleh
karenanya, diperlukan fasilitas hunian massal
yang disusun secara vertikal atau dengan bahasa
awam ‘rumah susun’.

Rumah Susun yang berlokasi di Cigugur-Cimahi


( Gambar III.1 : Rusun Cibaligo ) Jawa Barat ini merupakan rumah susun
percontohan, dengan konsep desain rumah
berbasis rendah emisi dan memanfaatkan
teknologi konstruksi C- Plus. Rendahnya emisi
dicapai melalui desain bangunan serta desain
kawasan yang tepat.

( Gambar III.2 : Rusun Cibaligo )

Kriteria Desain

Pendekatan desain unit hunian rumah susun direncanakan dengan memperhatikan


kenyamanan, dan luas minimal suatu tempat tinggal. Ukuran ruang hunian untuk
beraktivitas dan sirkulasi disesuaikan dengan standar hunian 9m2/orang. Pilihan
rancangan luas satu unit rumah susun sederhana seluas 21 m2 merupakan unit hunian inti
untuk keluarga kecil dengan satu orang anak. Rumah susun sederhana Puskim merupakan
rumah singgah atau transit dalam rangka mendukung proses peremajaan kawasan. Desain
Rumah Susun mengoptimalkan ventilasi udara dan pencahayaan alami yang cukup untuk

37
tiap unit. Setiap blok rumah susun Cimahi terdiri dari lima lantai, lantai 1 sampai lantai 4
merupakan unit hunian dan lantai dasar sebagai fasilitas penunjang dan ruang bersama.
Antar blok massa bangunan dihubungkan oleh selasar yang juga berfungsi sebagai jalur
evakuasi.

Konsep desainnya:

1. Konsep baling-baling, kenyamanan thermal

2. Secara sosial spasial dan bentuk lebih akrab

Desain penataan unit dengan pola


memusat bertujuan mempertahankan skala mikro
komunitas sesuai dengan kehidupan kampung
( Gambar III.3 : Rusun Cibaligo ) sebelumnya.

Rusuna Cigugur adalah hasil penerapan teknologi Puskim secara terintegrasi dari
segi arsitektur,struktur,plumbing, bahan bangunan, sanitasi dan persampahan.

1. Struktur & Konstruksi

Sistem struktur Rumah susun Cigugur menggunakan sistem pracetak C-Plus yang
ditelah diuji pada tahun 2002. Hasil pengujian menunjukkan sistem ini mempunyai
kehandalan sebagai sistem struktur bangunan bertingkat. Parameter keandalan sistem ini
untuk joint balok kolom interior adalah beban lateral leleh sebesar 20,77 ton, beban
maksimum 27,03 ton dan daktilitas sebesar 5,3 sedangkan joint balok kolom
eksterior didapatkan beban leleh lateral 8,75 ton. Sedangkan beban lateral maksimum
yang dapat dipikul adalah 12,82 ton dan daktilitas 3,3. Dari parameter di atas dapat
disimpulkan bahwa sistem ini dapat digunakan pada struktur bangunan bertingkat di
Indonesia.

Bentuk khas Struktur C-Plus adalah berbentuk plus(+). Ditinjau dari segi
kekuatan, bentuk kolom yang simetris akan memberikan kekuatan yang sama pada kedua
arah sumbu utama kolom baik arah x maupun arah y. Dengan inersia yang sama, bentuk
kolom plus membutuhkan volume beton yang lebih kecil dibandingkan dengan bentuk
kolom persegi. Sebagai gambaran, bentuk kolom plus 20/75 yang digunakan pada
rusunawa Puskim memiliki inersia yang sama dengan kolom persegi ukuran 50×50.
Dengan bentuk ini, kolom C-Plus lebih hemat 15% dalam penggunaan beton. Kelebihan
lain dari bentuk ini adalah memungkinkan adanya efisiensi ruang. Pada kolom
konvensional bangunan bertingkat, ukuran kolom persegi harus lebih besar dari tebal
dinding sehingga ada bagian kolom yang menonjol dan memakan ruang. Untuk ruang-

38
ruang yang tidak terlalu luas (unit 18 atau 21), penggunaan kolom C-Plus akan
mengurangi tonjolan sehingga ruang lebih efisien.

Waktu pelaksanaan pekerjaan untuk konstruksi pracetak diperkirakan lebih cepat


daripada konstruksi konvensional karena komponen bangunan telah diproduksi
terlebih dahulu sehingga di lapangan hanya proses perakitan.

2. Bahan Bangunan

Bahan pengisi dinding adalah conblock ukuran 20x30x10 cm dengan campuran


1PC : 5 Pasir. Dinding ditambah perkuatan tulangan tunggal diameter 6mm, dipasang
arah horisontal setiap 5 lapis, dan arah vertikal setiap 5 buah conblock.

Bahan penutup lantai adalah plesteran untuk lantai hunian dan selasar. Bahan
gymstone digunakan pada lantai plaza. Kerangka kuda-kuda menggunakan bahan baja
karena durabilitas lama dan tidak memerlukan perawatan khusus. Kusen jendela
menggunakan bahan alumunium agar tidak memerlukan perawatan khusus.

3. Penyediaan Air Bersih

Sistem plumbing air bersih yang diterapkan pada rumah susun sederhana Puskim
adalah sistem Pemompaan dan Gravitasi. Air dari sumur dalam dipompa ke ground tank,
untuk kemudian dipompa ke roof tank. Air dari roof tank didistribusikan ke tiap unit
dengan sistem gravitasi. Setiap unit dilengkapi meteran air dan listrik untuk mencatat
penggunaan air.

4. Pembuangan dan Pengolahan Air limbah/kotor

Sistem pembuangan limbah menggunakan sistem campuran, yaitu pembuangan


dimana air limbah kamar mandi dan air kotor dikumpulkan dan dialirkan dalam satu
saluran. Sistem Ven yang diterapkan adalah ven tegak tunggal dengan ukuran sama
dengan pipa tegak air limbah, sistem ini akan memberikan penghematan penggunaan pipa
dan efisiensi pengaliran air dalam sistem plumbing. Pengolahan air limbah rumah
tangga menggunakan sistem Biokontraktor. Sistem ini dapat menurunkan
beberapa parameter yang dapat dijadikan indikator pencemaran.

5. Persampahan

Untuk dua blok rusuna Cigugur yang terdiri dari 64 unit hunian dilengkapi empat
unit komposter dengan kapasitas masing-masing 500 L dari bahan tahan karat. Ruang
pemilahan sampah terletak di lantai dasar.

Keunggulan

39
• Dengan teknologi pracetak, lebih cepat dikerjakan. Biaya konstruksi lebih murah.
Dari aspek penghawaan, sirkulasi udara lebih baik.
• Dari aspek pencahayaan alami, pencahayaan alami tiap unit lebih baik dengan
input dari 2 sisi.
• Sistem plumbing lebih efisien .
• Biaya Investasi
• Biaya konstruksi 1,8 juta/m2 (tahun 2006).

Sketsa Siteplan

( Gambar III.4 : Sketsa Siteplan )

Rusunawa Cimahi II terdiri dari 297 unit ruangan bertipe 24 dan 72 unit ruangan
bertipe 27. Namun saat ini rusunawa tersebut belum bisa digunakan karena balum adanya
serahterima dari pemerintah pusat. Rusunawa ini diperuntukkan bagi pekerja yang
berstatus lajang atau mereka yang sudah menikah dan memiliki anak maksimal satu
orang. Lama waktu sewanya pun dibatasi maksimal 3 tahun.

Sementara untuk anggaran Rusunawa Cimahi II, dibangun oleh dana dari APBN
dan APBD Kota Cimahi Tahun Anggaran (TA) 2009 yang memakan waktu

40
pembangunan selama 1 tahun. Rusunawa ini merupakan kerja sama pemerintah pusat
yakni Kemenpera, Kementerian PU, dan Pemkot Cimahi. Total anggaran yang
dikeluarkan dari APBN dan APBD Kota Cimahi sebesar Rp 45,5 miliar.

Dengan rincian, Kementerian PU memberikan anggaran sebesar Rp 30 miliar,


Kemenpera sebesar Rp 10 miliar, dan Pemkot Cimahi sebesar Rp 5,5 miliar dari Pemkot
Cimahi. Bangunan Rusunawa II Cimahi terdiri dari empat twin block di atas tanah seluas
20.000 meter persegi.(Dhany/”Bag.Humas Pemkot Cimahi”)

Skema masa bangunan

( Gambar III.5 : Skema Bangunan )

Hasil dari survey lapangan di peroleh data sbb :

1. 3 block bangunan yaitu bangunan A,B dan C. Dengan jumlah 4 lantai, dan lantai
dasar di peruntukan sebagai sarana sosial.

2. Jumlah unit hunian pada 3 Block rusun yaitu 99 unit x 3block = 297 unit hunian.
3. Pada rusun awalnya terdapat 3 buah warung pada setiap blocknya dan warung
tersebut di kelola oleh para penghuni rusun sendiri, namun pemerintah kota cimahi
sudah melarang membuka warung di lokasi rusun, maka dari itu pemerintah
memberikan tempat khusus yang disebut pasar tradisional rusun tepat di sebelah
rusun seluas 30m x 70m.

41
4. Pasar tradisional di rusun tersebut sementara ini belum difungsikan, dikarenakan
keterbatasan modal dan belum turunya dana dan pengelola system management
keuangan yang akan ditunjuk langsung oleh pemerintah setempat nantinya.
5. Masjid disebelah musholla tersebut terlihat sepi dan belum difungsikan juga
mungkin karena peralihan fungsi ruang serbaguna yang awalnya dijadikan aula,
kini dijadikan musholla dan merata di setiap block terjadi peralihan fungsi yang
sama.
6. Pada tiap block terdapat wc umum dilantai dasar dengan besaran 3 x 8 meter
(terdapat 2 wc umum pada setiap block)

Skema denah hunian

( Gambar III.6 : Skema Denah Hunian )

42
Kondisi Toilet Rusun cibaligo

( Gambar III.7 : Kondisi Toilet Rusun Cibaligo )

Kondisi Taman (RTH) Rusun cibaligo

( Gambar III.8 : Taman Rusun Cibaligo )

43
Fasilitas yang ada pada rusun

1. R. Pertemuan / aula ada 1 di setiap gedung (8m x 10m)


2. Fasilitas pendidikan :
a. TK playgroup bersama radius 1 km
b. TK Al-istiqomah radius 1,5km
c. TK Playgroup gading tutuka 1,5km
d. SDN Cijerah 2 radius 2,5 km
e. SDN shaibi 1 dan 6 radius 2km
f. SDN sayuran Radius 2km
g. SDN Tunas harapan terbaik ke dua di bandung radius 2,5KM
h. SLB radius 3km
i. SLTP swasta pasundan 2 radius 2km
j. SLTP pasundan 7 bandung Radius 3km
k. SLTP Negeri 4 cimahi radius 2km
l. SLTA pasundan 2 cimahi radius 2km
m. SLTA Negri 6 cimahi radius 1,5km
3. Tempat parkir motor dan mobil
4. Parkiran motor ada 2 tempat di tiap gedung
5. Parkiran motor area lantai dasar (8 x 20m), dibelakangnya terdapat area parkir lagi
dengan (luas 8 x 10m).
6. Tps pada gedung A, B, dean C ada 2 di setiap pojok gedung dengan ukuran 3 x
3m.
7. Air menggunakan sibel atau artesis dengan kedalaman kurang lebih 200m hingga
titik air bersih dan dapat dikonsumsi.
8. Gardu listrik ada 1 disetiap gedung, letaknya di bawah tangga.

( Gambar III.9 : Fasilitas pada Rusun Cibaligo )

44
Ukuran jalan

( Gambar III.10 : Ukuran Jalan di Rusun Cibaligo )

Ukuran jalan yang telah saya ukur melalui survey langsung yaitu lebar jalan 6m,
pedestriannya 1,5 meter sedangkan ukuran taman itu sendiri 30m x 30m.

45
BAB IV
ANALISA PROYEK

IV.1. Gambaran umum tentang Rusunami

IV.1.1. Sejarah Rusunami


Rusunami merupakan akronim dari Rumah Susun Sederhana Milik. Rumah Susun
atau Rusun merupakan kategori resmi pemerintah Indonesia untuk tipe hunian
bertingkat seperti apartemen, kondominium, flat, dan lain-lain. Namun pada
perkembangannya kata ini digunakan secara umum untuk menggambarkan hunian
bertingkat kelas bawah. Penambahan kata Sederhana setelah rusun bisa berakibat negatif,
karena pada pikiran masyarakat awam rusun yang ada sudah sangat sederhana.
Kenyataannya rusunami yang digalakkan pemerintah dengan sebutan proyek 1000
Menara merupakan rusuna bertingkat tinggi yaitu rusun dengan jumlah lantai lebih dari
8 yang secara fisik luar hampir mirip dengan rusun apartemen yang dikenal masyarakat
luas. Kata Milik berarti seseorang pengguna tangan pertama harus membeli dari
pengembangnya. SedangkanRusunawa atau Rumah Susun Sederhana Sewa berarti
pengguna harus menyewa dari pengembangnya.

IV.1.2. Subsidi
Istilah lain yang sering diusung oleh para pengembang untuk rusunami adalah
Apartemen Bersubsidi. Pengembang lebih senang menggunakan istilah apartemen
daripada rusun karena konotasi negatif yang melekat. Sedangkan penambahan kata
bersubsidi disebabkan karena pemerintah memberikan subsidi bagi pembeli rusunami
jika memenuhi syarat. Sedangkan yang tidak memenuhi syarat tetap dapat membeli
rusunami namun tidak mendapatkan subsidi.

IV.1.2.1 Jenis Subsidi


Ada banyak subsidi yang diberikan pemerintah untuk meringankan dan
menarik masyarakat untuk membeli rusunami. Beberapa diantaranya adalah:

• Subsidi Selisih Bunga hingga maksimum 5% (sesuai golongan)


• Bantuan Uang Muka hingga maksimum 7 juta (sesuai golongan)
• Bebas

46
IV.1.2.2 Syarat Subsidi

Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan


Rakyat Nomor: 7/PERMEN/M/2007, kelompok sasaran penerima subsisidi
adalah:

1. Keluarga/rumah tangga yang baru pertama kali memiliki rumah dan baru
pertama kali menerima subsidi perumahan (dibuktikan oleh surat pengantar
dari kelurahan)
2. Gaji pokok pemohon atau pendapatan pokok pemohon perbulan maksimum
4,5 juta
3. Memiliki NPWP
4. harga untuk apartemen dibawah Rp. 144 jt dan rumah dibawah Rp. 55jt

IV.2. Peruntukan Rusunami

Redefinisi rusunami itu mencakup harga patokan satuan rusunami, fasilitas minimum
yang wajib disediakan pengembang, maupun penentuan secara tegas proporsi rusunami yang
bersubsidi dan nonsubsidi.

Pemerintah harus kembali pada prioritas peruntukan rusunami bersubsidi, yakni


masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah Kelompok sasaran rusunami bersubsidi terdiri
atas tiga golongan.

 Golongan I adalah masyarakat yang berpenghasilan Rp 3,5 juta-Rp 4,5 juta per bulan.
 Golongan II dengan pendapatan Rp 2,5 juta-Rp 3,5 juta per bulan, dan
 golongan III dengan penghasilan Rp 1,2 juta-Rp 2,5 juta per bulan.

Berdasarkan data Kementerian Negara Perumahan Rakyat, penyaluran anggaran subsidi


untuk rusunami hingga pertengahan 2009 mencapai 118.860 unit. Adapun total pengajuan
subsidi rusunami 167.378 unit.

kepemilikan rusunami bersubsidi di kota metropolitan nyaris tidak terjangkau oleh


masyarakat golongan III. Kepemilikan rusunami yang masih bisa terjangkau oleh golongan
masyarakat itu umumnya berlokasi di kota kecil.

Peruntukan rusunami ditekankan pada masyarakan golongan ke III diantaranya para


pedagang pasar, pegawai negeri sipil (honorer), dan para pegawai buruh harian dikarenakan
mereka harus mendapat hunian yang murah agar terjangkau oleh khalayak banyak

47
IV.3. Simulasi perhitungan harga unit hunian
Rumah susun sangkuriang ini memiliki 3 masa bangunan yang sudah menelan biaya
pembangunan senilai 18 miliyar rupiah, berdasarkan hasil perhitungan anggaran biaya kami
sudah menyimpulkan bahwa harga bangunan sudah ditetapkan yaitu :

Perencanaan bangunan total senilai Rp. 15.120.000.000,-

Fasum + Fasos senilai : Rp. 2.880.000.000,-

Total keseluruhan yaitu : Rp. 18.000.000.000,-

1. Sangkuriang 1 Unit hunian type 27 :


Lama kredit 25 tahun (300 bulan) dengan cicilan Rp. 500.000,-/bulan

2. Sangkuriang 2 Unit hunian type 45 :


Lama kredit 25 tahun (300 bulan) dengan cicilan Rp. 700.000,- /bulan

3. Sangkuriang 2 Unit hunian type 27 :


Lama kredit 25 tahun (300 bulan) dengan cicilan Rp. 500.000,- /bulan

IV.4. Manajemen rusun

Pengelola Penghuni

Pengelola rusun dengan penghuni rusun sangat memiliki kaitan yang erat dalam rangka
pengurusan bangunan rusun juga dalam mengatur ketertiban rusun itu sendiri dan dalam sebuah
sekumpulan rumah perlu ada suatu kepengurusan misalnya RW, RT dsb.

Apabila melihat dari karakteristik rusun ini maka perlu diadakan kepengurusan
management yang baik dan sebagaimana kita ketahui rusun ini memiliki 144 hunian dan akan
dihuni oleh krang lebih 144 kk maka diperlukan seorang ketua RW, dan 3 ketua RT serta
kepengurusan lainnya dan saya akan menguraikan kelompok diagram diatas yaitu :

Pengelola

1. RW (Rukun warga) membawahi 144 kk

TUGAS POKOK DARI KETUA RW Adalah.


 Menggerakan Swadaya gotong royong partisipasi masyarakat diwilayahnya
 membantu kelancaran tugas pokok LPM di desa dan kelurahan dalam bidang
pembangunan

48
Dalam rangka melaksanakan Tugasnya RW mempunyai FUNGSI:
 Pengkordinansian pelaksanaan tugas tugas RW
 Fasilitas dalam hubungan antar RW dan antar masyarakat dengan Pemerintahan
Desa atau kelurahan dan Daerah

2. RT (Rukun Tetangga) membawahi masing – masing 48 kk

TUGAS POKOK DARI KETUA RT Adalah.


 membantu menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat yang menjadi tanggung
jawab pemerintah daerah.
 memelihara kerukunan hidup warga
 menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi
dan swadaya murni masyarakat.

FUNGSI KETUA RT
 Pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya.
 Pemeliharaan keamanan ketertiban dan kerukunan hidup antar warga
 pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan
aspirasi dan swadaya murni masyarakat
 Penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat diwilayahnya

3. Security/satpam (unit keamanan)

Tugas Pokok-nya Satpam adalah “Menyelenggarakan keamanan dan


ketertiban di lingkungan/tempat kerjanya yang meliputi aspek pengamanan fisik,
personel, informasi dan pengamanan teknis lainnya” (Perkapolri No 24 Tahun
2007, BAB III, Pasal 6, Ayat 1).

Menyelenggarakan mengandung arti :


1. Mengurus dan mengusahakan sesuatu (seperti memelihara, memiara,
merawat)
2. Melakukan atau melaksanakan (perintah, peraturan, rencana).
3. Menunaikan atau menyampaikan (maksud, tugas kewajiban).
4. Mengurus dan memperhatikan (kepentingan, usaha, perkara).
5. Mengadakan, mengatur, dan mengurus (pesta, pertunjukan, pameran,
dsb).

4. Pengelola kantin
Tugas pengelola kantin antara lain menyediakan masakan bagi para penghuni
baik pagi siang maupun sore hari, namun makanan yang disajikanpun harus memenuhi
kriteria kesehatan yang baik.

49
Makanan yang disajikan berupa makanan berat maupun makanan siap saji juga
berbagai minuman segar maupun minuman yang siap saji sesuai kebutuhan para
penghuni rusun.

5. Penghuni rusun
Pembentukan Perhimpunan Penghuni Rumah Susun telah diatur dalam UURS dan
PP No. 4 tahun 1988. Pasal 54 ayat (1) PP No. 4 Tahun 1988 berbunyi:
“para penghuni dalam suatu lingkungan rumah susun baik untuk hunian maupun
bukan hunian wajib membentuk perhimpunan penghuni untuk mengatur dan mengurus
kepentingan bersama yang bersangkutan dengan pemilikan, penghunian, dan
pengelolaannya.”
Mengingat pentingnya kedudukan Perhimpunan Penghuni, maka untuk
mempermudah pembentukan Perhimpunan Penghuni dikeluarkanlah SK Menteri Negara
Perumahan Rakyat selaku Ketua Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan
Perumahan dan Pemukiman Nasional No. 6/KPTS/BKP4N/1995, tentang Pedoman
Pembuatan Akta Pendirian, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan
Penghuni Rumah Susun.
PPRSt mempunyai tugas dan wewenang untuk mengelola dan memelihara
lingkungan rumah susun, dan menetapkan peraturan-peraturan mengenai tata tertib
penghunian. Keanggotaan perhimpunan penghuni didasarkan kepada realita penghunian,
artinya yang dapat menjadi anggota perhimpunan penghuni adalah mereka yang benar-
benar menghuni atau menempati satuan rumah susun baik atas dasar pemilikan maupun
hubungan hukum lainnya. Apabila pemilik belum menghuni, memakai atau
memanfaatkan satuan rumah susun yang bersangkutan, maka pemilik menjadi anggota
perhimpunan penghuni. Apabila penyelenggara pembangunan rumah susun terkait belum
dapat menjual seluruh satuan rumah susun, maka penyelenggara pembangunan rumah
susun tersebut bertindak sebagai anggota perhimpunan penghuni

IV.5. Analisa Kawasan


Kawasan terpilih adalah kawasan Caringin, Bandung. Fungsi kawasan yang
diperuntukkan sebagai area komersial dinilai tepat untuk menerapkan konsep arsitektur hijau
bagi bangunan Rusunami yang hemat energi dan ramah lingkungan yang menjadi simbol
kemajuan teknologi. Letak kawasan dikelilingi oleh bangunan komersial dan fasilitas yang
terintegrasi menyebabkan lokasi ini dinilai tepat digunakan sebagai lokasi bangunan Rusunami.
Didukung dengan peruntukan tata guna lahan Kota Bandung, diharapkan dengan adanya
bangunan Rusunami ini efisiensi penggunaan lahan dapat tercapai dan kebutuhan hunian dapat
terwadahi dan terfasilitasi dengan baik.

50
IV.6. Analisa Site
Site berada di jalan Soekarno-Hatta. Lokasi di sepanjang Jalan ini merupakan lokasi
strategis untuk bangunan hunian, perdagangan dan jasa moda transportasi. Area ini adalah lokasi
yang baik bagi para pengembang properti dan peminat bisnis untuk membuka usahakarena
wilayah ini semakin berkembang apalagi dengan banyak bermunculan perumahan baru di sekitar
wilayah ini. Penerapan arsitektur hijau ikut andil sebagai fitur dan pendorong masyarakat agar
sadar lingkungan. Sehingga diharapkan dengan dibangunnya Rusunami ini tersedia fasilitas
hunian yang juga mendorong pembangunan kota yang lebih ‘hijau’. Site merupakan area
perkotaan dengan mobilitas tinggi sehingga akses dan sirkulasi menuju ke site mudah dan lancar.
Namun banyaknya jumlah kendaraan yang melewati site menyebabkan area ini padat dan ramai
sehingga fasilitas parkir dalam bangunan sangat dibutuhkan.

IV.7. Analisa Tapak

( Gambar IV.1 : Analisa Tapak )

51
IV.7.1. Batasan Tapak Wilayah caringin

IV.7.1.1. Batasan Tapak Wilayah caringin secara Makro


• UTARA : (Pasar Burung) Jl. Peta, Bojongloa Kaler,
Bandung, Jawabarat 40242
• BARAT : (Perumahan holis) Jl. holis, Jawa Barat
• TIMUR : (Grand Pasundan Convention Hotel) Jalan
Peta No. 147-149, Lingkar Selatan, Jawa Barat 40233
• SELATAN : (Rs Santosa) Jl. Raya Kopo No.413, Bojongloa
Kidul, KotaBandung Jawa Barat 40235

IV.7.1.2. Batasan Tapak Wilayah caringin secara MIkro

• UTARA : JL. Soekarno-Hatta, Km. 2 No. 176,


Babakan Ciparay, Bandung
• BARAT : (Kantor RW 05) Jl. Babakan ciparay
• TIMUR : (Agen bus lorena) Jl. Soekarno Hatta No.
197A
• SELATAN : (Pasar caringin) Jl. Ps. Induk Caringin, Babakan
Ciparay, KotaBandung, Jawa Barat 40223

IV.8. Potensi dan permasalahan akses pada tapak

POTENSI : Caringin adalah kawasan lokasi yang dapat dinilai sebagai kawasan perkotaan
dan dilokasi tersebut dekat dengan jalan yang sifatnya Padat dan bercampur dengan aktifitas
kehidupan yang cukup besar pada perekonomian kota bandung.

KENDALA : Dengan padatnya aktifitas manusia di wilayah ini pasti akan menyebabkan
kemacetan lalulintas dan ketertiban yang kurang tertata

SOLUSI : harus dilakukan pembenahan sistem lalulintas dan alur yang baik agar
terciptanya akses yang baik teratur dan tertata dengan rapi

IV.9. Pandangan Tapak Kawasan Caringin

POTENSI : titik pandang yang bagus yang bisa diperoleh untuk titik pandang ke lokasi tapak
secara maksimal ada 2 titik yaitu :

52
• Titik yang diperoleh dari arah Timur laut (arah titik agen bus lorena)

• Titik yang diperoleh dari arah utara (akses dari cimahi, tol pasir koja, dan kawasan utara
lainnya)

KENDALA : titik pandang bangunan tidak bisa didapat secara maksimal dari area lain
dikarenakan banyaknya bangunan tinggi yang menghalangi arah pandang terhadap tapak.

SOLUSI : untuk mendapat view dari arah lain mungkin sulit namun kita bisa
mengupayakan cara lain dengan memberikan aksen pada bangunan yang dapat menjadi titik
perhatian warga yang melintas tepat didepan lokasi bangunan.

IV.10. Peruntukkan Lahan


Peta Rencana Pola Ruang RTRW Kota Bandung 2011-2031 TTD

( Gambar IV.2 : Regulasi Lahan )

GSB : 10 meter (1/2 dari jalan)

KDB : 40 %

Lahan : 9000m x KDB 40% = 3600m

Masa bangunan 1 : 1177m

53
Masa bangunan 2 : 720m

Masa bangunan 3 : 720m

Total : 1177m+720m+720m=2617m

Sisa : 3600-2617=983

KLB : 2,4

Lahan : 9000m

Perhitungan : 9000m x 2,4 = 21600

Total KLB : 21600 : (KDB) 3600 = 6 Lantai

IV.11. Analisa Sirkulasi


Analisa sirkulasi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu, analisa sirkulasi kendaraan,
analisa sirkulasi pejalan kaki, analisa pola moda transportasi. Selain itu tapak berada di jalan raya
yang tingkat kepadatannya tinggi yaitu, Jl. Soekarno-Hatta.

( Gambar IV.3 : Ukuran besaran jalan area rusun dan jalan utama soekarno – Hatta )

54
(Gambar IV.4 : Sirkulasi jalur kendaraan umum dan pribadi )

(Gambar IV.5 : Sirkulasi jalur pejalan kaki )

IV.12. Analisa Kebisingan dan sirkulasi


Tapak berada di antara dua jalan raya yang tingkat kepadatan tinggi yang setiap harinya
sealu ramai dilalui oleh kendaraan, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum karena itu
tingkat kebisingan pada tapak bisa mencapai 60 dB ke atas, yang akan mempengaruhi para

55
pengguna bangunan di dalam tapak sehingga bisa menimbulkan ketidaknyamanan akibat
kebisingan dari kendaraan yang melitas di jalan raya di sekitar tapak. Karena itu untuk mengatasi
kebisingan tersebut akan dibuat vegetasi di sekitar tapak untuk menyerap kebisingan dari jalan
raya, vegetasi disekitar tapak juga berguna untuk menyerap polusi yang di keluarkan oleh
kendaraan yang melintas.

(Gambar IV.6 : Skema penanaman pohon disekitar tapak )

(Gambar IV.7 : Sistem peredam suara dan dimensi pohon )

56
IV.13. Kondisi Iklim
Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi wilayahnya
bagaikan sebuah "mangkok raksasa". Bandung terletak pada koordinat 107° BT and 6° 55’ LS.
Luas Kota Bandung adalah 16.767 hektare.

Kota ini secara geografis terletak di tengah-tengah Provinsi Jawa Barat. Dengan
demikian, sebagai ibu kota provinsi, kota Bandung mempunyai nilai strategis terhadap daerah-
daerah di sekitarnya.

Kota Bandung terletak pada ketinggian ±768 m di atas permukaan laut rata-rata (mean
sea level), dengan di daerah utara pada umumnya lebih tinggi daripada di bagian selatan.
Ketinggian di sebelah utara adalah ±1050 msl, sedangkan di bagian selatan adalah ±675 msl.
Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga Bandung merupakan suatu cekungan (Bandung
Basin).

Melalui Kota Bandung mengalir sungai utama seperti Sungai Cikapundung dan Sungai
Citarum serta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di
Sungai Citarum, dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah
banjir

Iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk, dengan
suhu rata-rata 23.5 °C, curah hujan rata-rata 200.4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 21.3 hari
per bulan. Menurut Badan Pusat Statistik Kota Bandung, selama tahun 2011 tercatat suhu
tertinggi di kota Bandung mencapai 30,4oC yang terjadi di bulan September dan Oktober.

Suhu terendah di kota Bandung pada tahun 2011 adalah 18,2oC yaitu pada bulan
Agustus.Curah hujan terringgi di kota Bandung pada tahun 2011 terjadi di bulan April yaitu
sebesar 381,5 mm. Sementara curah huja terendah terjadi di bulan September sebesar 3,1 mm

( Gambar IV.8 : Analisa Iklim )


Sumber Accuweather

57
IV.14. Analisa Pencapaian
Akses masuk ke area rusun ada 3 pintu diantaranya 2 pintu tepat di depan jalan soekarno
– hatta dan 1 pintu masuk di belakang untuk akses warga dari belakang area rusun.

( Gambar IV.9 : Akses Masuk ke Area Rusun )

Akses pintu masuk utama terletak pada panah notasi 1 dan 2 sedangkan untuk private ada
pada notasi yang ke 3.

IV.15. Analisa Tata ruang luar


Tata ruang luar perlu di desain secara terintegrasi karena memberikan impresi pada
bangunan. Tata ruang luar terbagi atas ruang luar aktif dan ruang luar pasif. Ruang luar aktif
dipergunakan untuk jalur sirkulasi kendaraan, jalur sirkulasi orang, area parkir, dan ruang
terbuka hijau yang didalamnya mengandung kegiatan manusia. Ruang luar pasif berupa ruang
terbuka hijau yang tidak mengandung kegiatan manusia. Untuk itu ada beberapa poin yang akan
dimasukkan dalam desain.

• Peletakkan Bangunan
Bangunan diletakkan sesuai dengan setback sempadan 10 m dari jalan.
• Parkir
Area Parkir di terdapat di lantai dasar. Sebagian besar area parkir terdapat di lantai dasar
dan lantai dasar mampu menampung kurang lebih 60 unit kendaraan bermotor, dan

58
penghuni pada 1 bangunan rusun adalah 48kk maka dengan daya tampung 60 unit sudah
mencukupi bagi penghuni, lalu di bagian luar bangunan ada lahan parkir yang
diperuntukan untuk tamu yang akan berkunjung dan bisa menampung 50 motor dan 30
mobil.

( Gambar IV.10 : Sirkulasi Parkir )

• Elemen Perkerasan
Elemen perkerasan pada tata ruang luar bangunan terbagi menjadi dua yaitu aspal,
dan paving block. Aspal digunakan sebagai material penutup untuk sirkulasi kendaraan,
sedangkan paving block digunakan sebagai material penutup untuk pedestrian.

( Gambar IV.11 : Paving Block )

• Landscape
Penataan vegetasi pada ruang luar dilakukan secara horizontal. Dengan tujuan,
yaitu:
 Sebagai aspek arsitektural, yaitu vegetasi sebagai pembentuk ruang, pembatas
ruang, dan pengarah pergerakan.

59
 Sebagai aspek estetika, yaitu vegetasi berfungsi sebagai elemen yang menciptakan
keindahan.
 Sebagai aspek engineering, yaitu vegetasi berfungsi sebagai kontrol kebisingan,
temperatur, angin.

Secara horizontal penataan vegetasi dilakukan di sisi timur, barat dan selatan site, hal ini
memungkinkan karena setback dari site adalah 10m.

• Zonasi
Pembagian zona pada bangunan Rusun sangatlah penting untuk menciptakan
kenyamanan bagi penghuninya. Pembagian zona yang tepat akan menciptakan privasi
yang tinggi pada unit-unit ruang kantor yang disewakan. Zonasi diciptakan baik secara
horisontal maupun vertikal. Zonasi secara horizontal merupakan zonasi pada lingkup
siteplan sedangkan zonasi vertikal adalah zonasi pada lingkup bangunan.
Zonasi pada Rusun terdiri atas:
 Zona publik
Terdapat pada bagian site paling depan. Ketika memasuki area ini, terdapat
petugas keamanan yang mengawasi bagian depan sehingga keamanan Rusun
terjaga. Yang termasuk zona publik adalah area parkir luar dan drop off di depan
bangunan.
 Zona semi-publik
Berada setelah zona publik. Untuk memasuki zona ini, terdapat kontrol keamanan
baik akses ke lobby maupun area parkir. Zona ini terdiri atas lobby, fasilitas-
fasilitas komersial yang dapat diakses oleh pengunjung yang bukan penyewa
dengan pengawasan dari pihak pengelola. Terdapat pada lantai basement
 Zona privat
Merupakan zona dengan tingkat privasi tertinggi dibandingkan zona-zona lainnya.
Terdapat akses dengan kontrol keamanan yang harus dilewati setelah melewati
zona semi-publik. Terdiri atas unit-unit ruang hunian

60
( Gambar IV.12 : Gambaran Zonasi )

IV.16. Orientasi sumbu jalan dan arah pandang


Komentar :

1. Jalan raya Soekarno –


Hatta (V & W) : View
dari lokasi ini memiliki
tampak landscape ke arah
bangunan karena pandangan
manusia terhadap lokasi ini
cukup baik karena berkontur
datar (BAGUS)

2. Pemukiman warga
kumuh (V , W, dan Z) : View
dari lokasi ini memiliki
tampak yang kurang
maksimal ke titik V dan Z
namun untuk W bisa terlihat
baik namun masih kurang
maksimal karena terhalang
oleh pemukiman warga.
( Gambar IV.13 : Orientasi Sumbu Jalan dan Arah Pandang )

61
(BURUK)

3. Pemukiman warga kumuh (W & Z) : View dari lokasi ini memiliki tampak yang sangat
baik karena tepat di depan objek (BAGUS)

4. Pom Bensin (X, Y, dan Z) : View dari lokasi ini memiliki tampak yang kurang
maksimal ke titik X namun untuk Y dan Z bisa terlihat dengan cukup baik ke arah belakang
bangunan (BIASA)

5. Pemukiman warga kumuh blkg pasar (X,Y,Z) : View dari lokasi ini memiliki tampak yang
kurang maksimal ke titik Z namun untuk X dan Y bisa terlihat baik ke arah belakang
bangunan (BAGUS)

6. Pemukiman warga Babakan ciparay (V & X) : View dari lokasi ini memiliki tampak yang
Sangat maksimal ke semua titik karena titik ini juga merupakan akses masuk pintu belakang
warga rusun ke area belakang rusun (BAGUS)

Kesimpulan : Vote untuk titik pandang yang baik adalah no (1, 3, 5, dan 6) sedangkan vote
point buruk yaitu angka 4 dan 6 maka view bangunan terhitung cukup baik

IV.17. Orientasi arah rotasi matahari

Dalam hal orientasi terhadap arah sinar matahari, bagian timur bangunan akan
memperoleh cahaya matahari pagi paling besar sehingga digunakan strategi lightshelves yang
memungkinkan perolehan cahaya masuk ke dalam ruangan tanpa menimbulkan glare. Untuk
memanfaatkan cahaya matahari siang dapat dimanfaatkan skylight pada podium sehingga
diperoleh pencahayaan alami. Untuk merespon cahaya matahari sore yang cukup panas di bagian
barat bangunan akan digunakan sistem naungan (shading system) yang mengurangi dampak
panas yang diterima.

62
barat timur

( Gambar IV.14 : Orientasi Bangunan Terhadap Sinar Matahari )

Dari orientasi arah angin, angin yang berhembus di site tidak terlalu kencang karena berada di
dataran rendah dan suhu udara yang sangat panas. Pada saat musim penghujan kira-kira pada
bulan November hingga April, berhembus angin muson tenggara yang datang dari Samudra
Hindia yang membawa titik-titik uap air yang menyebabkan hujan. Sedangkan pada musim
kemarau yang terjadi sekitar bulan Mei hingga Oktober berhembus angin muson barat laut yang
berasal dari Laut Cina Selatan yang membawa angin panas. Hal ini ditanggapi dengan
penggunaan material kaca double glazing untuk mengurangi panas.

63
IV.18. Aktifitas pengguna dan pengelola rusun

( Diagram IV.1 : Aktifitas Pengelola dan Penghuni )

64
IV.19. Program Ruang

IV.19.1. Program Ruang Rusun Sangkuriang 1

Analisa Lantai dasar Total yaitu 1177m

45

Analisa Lantai 1 Total yaitu 576+246=822m

65
45

Analisa Lantai 2 Total yaitu 576+246=822m

45

66
( Tabel IV.1 : Program Ruang Rusun Sangkuriang 1 )

Analisa Lantai 3 Total yaitu 576+246=822m

IV.19.2. Program Ruang Rusun Sangkuriang 2

Analisa Lantai dasar Total yaitu 720m

67
Analisa Lantai 1 Total yaitu 432+246=678m

Analisa Lantai 2 Total yaitu 432+246=678m

68
( Tabel IV.2 : Program Ruang Rusun Sangkuriang 2 )

Analisa Lantai 3 Total yaitu 432+246=678m

IV.19.3. Program Ruang Rusun Sangkuriang 3

Analisa Lantai dasar Total yaitu 720m

69
Analisa Lantai 1 Total yaitu 432+246=678m

70
Analisa Lantai 2 Total yaitu 432+246=678m

( Tabel IV.3 : Program Ruang Rusun Sangkuriang 3 )

Analisa Lantai 3 Total yaitu 432+246=678m

Total luas keseluruhan dalam meter adalah = 3643 + 2754 + 2754 = 9151m

71
IV.20. Golden Section

 Proporsi dan Skala

Skala menyinggung pada ukuran suatu benda dibandingkan dengan suatu standar
referensi atau dengan ukuran sesuatu yang dapat dijadikan patokan. Sedangkan proporsi
lebih menekankan pada hubungan yang sebenarnya atau yang harmonis dari satu bagian
dengan bagian yang lain.
Beberapa Teori-teori proporsi yang ada diantaranya :

 Golden section
 Penataan klasik
 Teori-teori Renaissance
 Modular
 Ken
 Antropometri
 Skala Visual
 Skala manusia

 Prinsip-prinsip Penataan

Ada banyak metode untuk menciptakan tatanan di dalam suatu komposisi


arsitektur, selain digunakan metode dasar geometrik untuk mengatur ruang dan bentuk
suatu bangunan, dapat pula digunakan prinsip-prinsip tambahan yang memperhitungkan
suatu kondisi dimana setiap bagian dari seluuh komposisi saling berhubungan dengan
bagian lain dengan tujuan untuk menghasilkan suatu tatanan yang harmonis.
Prinsip-pinsip penataan diantaranya adalah :
 Sumbu
 Simetri
 Hirarki
 Irama
 Datum
 Transformasi
Dalam proses penataan masterplan Undip, mungkin terbentuk dari satu atau
beberapa prinsip penataan yang akhirnya secara terpadu dapat membentuk suatu kawasan
kampus Universitas Diponegoro seperti saat ini.

72
BAB V
KONSEP PERANCANGAN

V.1. Konsep letak dan orientasi bangunan


Berdasarkan data-data yang kami dapat di lapangan dan analisa desain, berikut adalah
Konsep Desain Rusunami yang kami tetapkan :

V.1.1. Aspek Lingkungan

Yang di maksud aspek lingkungan adalah : pedoman/pijakan atau dasar dalam


desain rusun sehingga adanya penyesuaian dalam berbagai segi terhadap lingkungan
tapak dalam melokasikan bangunan rumah ini. Berdasarkan analisa yang sudah
dilakukan, maka dapat diambil sebagai dasar-dasar sebagai berikut :

Memanfaatkan ruang-ruang jalur sirkulasi kendaraan yang merupakan jalur utama


ke arah Bandung - cimahi sebagai arah orientasi utama bangunan rumah.
Mengakomodasi bentuk desain rusunami yang menyesuaikan dengan bangunan-
bangunan di sekitarnya. Dan, bangunan pengembangan Klinik Bersalin yang akan datang
menjadi 'vocal point' dikarenakan lokasi lahan sangat strategis dari sisi bidang usaha.

V.1.2. Aspek Tapak

a. Orientasi Bangunan

Dalam menentukan desain rumah, orientasi bangunan ini berpijak pada


pemikiran-pemikiran :

Menghindari orientasi bangunan ke arah matahari terbenam, yaitu ke arah


Barat karena kurangnya sehat efek sinar matahari terbenam terhadap penghuni. Ini
terlihat dengan sedikitnya bukaan-bukaan (jendela) ke arah Barat.
Orientasi bangunan untuk ruang-ruang private seperti ruang tidur adalah ke
arah Timur, karena sinar matahari terbit adalah sehat untuk penghuni rumah. Akan
tetapi ketika siang hari yaitu jam 11.00 ke atas akan terasa panas, hal ini sudah di
antisipasi dangan adanya pohon-pohon rindang pada sisi Timur tapak.

73
Mengutamakan orientasi bangunan rumah ke arah ruang-ruang terbuka,
untuk mendapatkan pandangan yang bagus baik dari tapak atau menuju tapak,
yaitu ke arah Timur dan Utara.
Berusaha membuat orientasi bangunan rusunami yang ke arah depan
memberi kesan "selamat datang" (menerima) yang kesan tersebut juga dimiliki
oleh rumah-rumah sekitar.

b. Pencapaian, Sirkulasi dan Zoning dalam Tapak.

Dasar-dasar desainnya adalah :


Memisahkan sirkulasi antara tamu dan penghuni, dengan adanya pintu
masuk ruang tamu dan pintu masuk samping dan pintu garasi.
Begitu pula pengembangan yang akan datang dengan adanya Klinik Bersalin,
menjadikan area klinik sebagai area publik.
Memisahkan sirkulasi untuk service (kegiatan pelayanan) di sisi Utara dan
sirkulasi penghuni di sisi tengah ruang rumah yang terpusat di ruang-ruang semi
publik seperti ruang keluarga, ruang makan dan pada bagian lantai atas rumah.
Zoning dalam tapak terbagi menjadi beberapa area ; Zoning Publik pada sisi
depan (timur) tapak yang memang merupakan area akses dari depan (jalan) oleh
publik. Zoning Private yaitu terletak di area Ruang Tidur Utama dan Ruang Tidur
Anak pada sisi selatan rumah dan lantai atas. Zoning Service adalah pada sisi
Utara dan Selatan seperti pada ruang-ruang Garasi, Dapur, Kamar Mandi, Ruang
Cuci, Ruang Setrika dan Area Jemur. Zoning Semi Publik seperti Ruang Makan,
Ruang Keluarga, dan Teras Dalam yang menghadap ke taman. Zoning
Pengembangan Klinik di area Utara dan Timur sesuai permintaan Bapak Santo.

V.1.3. Aspek Bangunan

a. Bentuk Bangunan

Berusaha mengekspresikan citra penghuni sejauh yang kami kenal.


Sesuai dengan fungsi-fungsi di dalam bangunan rumah, yang dibagi menjadi :

 Ruang-ruang Private dan Semi Publik seperti Ruang Tidur, Ruang


keluarga, dsbnya orientasi lebih banyak ke dalam tetapi tidak menutup
kemungkinan bentuk yang berorientasi keluar untuk mendapatkan
pandangan yang menyenangkan dan udara yang menyegarkan.
 Ruang-ruang Service (Pelayanan) lebih banyak berorientasi ke dalam.

74
 Ruang-ruang Publik seperti Ruang Tamu berorientasi ke area umum
yaitu ke arah jalan.

b. Gubahan Masa bangunan

( Gambar V.1 : Gubahan Massa Bangunan )

Pembentukan ketiga / Akhir terdiri dari 5 buah masa bangunan yang


digabungkan yaitu :

1. Persegi panjang pertama di transformasikan dengang persegi panjang


kedua

2. Persegi panjang yang kedua / yang abu dimasukan kedalam masa


bangunan

3. Menggandakan persegi panjang ketiga menjadi double lalu


mentransformasikannya dengan sisi kanan dan kiri bangunan
pembentukan pertama

4. Penggabungan atap berbentuk segi enam memanjang

75
V.2. Konsep zoning pada site

Dalam menentukan konsep orientasi bangunan (massa), perancang mencoba memutuskan


peletakan dan posisi blok massa atau bangunan terhadap lahan perancangan.

Dimulai dengan mengkaji lahan perancangan yang memiliki batas – batas lahan yaitu :

 Utara : Pabrik Omedata dan akses jalan ke pemukiman warga RW 05


 Selatan : Pom bensin Caringin
 Barat : Arah pemukiman warga di belakang area rusun (RW 05)
 Timur : Jalan raya Soekarno - Hatta

Fungsi bangunan dan jalan disekitarnya kemudian dijadian bahan pertimbangan untuk
menentukan arah hadap dan pola peruntukan lahan perancangan tersebut. Disinilah perancang
membuat Zoning atau pemintakatan untuk area-area di dalam lahan perancangan.

( Gambar V.2 : Zoning perancangan di atas tapak )

Keterangan :
Hijau zona publik
Kuning zona semi private
Merah zona private

76
Zoning terbagi menjadi 3 area :

 Privat : dipilih area yang paling terhindar dari kebisingan jalan dan lingkungan
sekitar. Maka dipilih area ini adalah area yang jauh dari jalan umum/penduduk. Misalnya
unit hunian pada gedung sangkuriang 1, 2 dan 3.
 Semi Privat : dipilih area yang memiliki kebisingan dan lalulintas kegiatan sedang.
Perancang memilih area ini berada di tengah-tengah lahan perancangan. Misalnya pada
jalan rusun dan lokasi sirkulasi di area sekitar rusun.
 Publik : dipilih area yang paling dekat dengan kebisingan jalan dan kepadatan
lalulintas kegiatan sekitar. Maka yang dipilih adalah area yang paling dekat dengan jalan.
Misalnya pada di area parkir, jalan raya soekarno hatta, RTH atau taman yang ada di
belakang bangunan rusun.

Penentuan zona-zona di atas adalah tahap penting dalam memulai perancangan blok
massa / bangunan. Karena dengan mendefinisikan gambar-gambar zoning, kami dapat
menentukan fungsi arsitektur apa yang hendak ditempatkan di atas lahan perancangan serta
dimana persisnya kami menempatkan setiap fungsi tersebut.

Fungsi arsitektur yang ditempatkan pada tiap area zoning

Sistem pensoningan seperti ini hanya cocok untuk bangunan sederhana seperti rumah
tinggal atau rumah profesi jika bangunan yang lebih komleks akan beda tata pensoningannya

77
V.3. Konsep Jenis dan pengelompokan ruang

V.3.1. Proses Desain


a. Identifikasi kebutuhan dasar rancangan
 Jenis pelaku dan jumlah pelaku
 Pola kegiatan pelaku Kelompok pelaku Hubungan antar kelompok pelaku
Kebutuhan ruang setiap pelaku (jenis, jumlah dan luas ruang)
 Matriks Kriteria & Program Dimensi ruang
 Zonasi ruang (privat, publik)
 Hubungan antar Ruang (Alternatif dapat masuk dalam konsep)

b. Tapak / Site
 Data tapak (lokasi dan luas)
 Analisis tapak

c. Data rancangan
 Kebutuhan spesifik klien (bila ada)
 Anthropometri dan ergonomi
 Perabotan dan lay out
 Preseden desain (kajian tipologi)
 UU BG dan aturan pemerintah

d. Penekanan desain
 Kebutuhan klien
 Kajian tipologi

e. Konsep desain
 Pengelompokkan ruang & hubungan antar ruang
 Program ruang
 Eksplorasi bentuk ruang interior
 Eksplorasi konfigurasi ruang
 Eksplorasi kualitas ruang
 Eksplorasi gubahan massa/transformasi bentuk
 Eksplorasi tampilan fasad bangunan

f. Pradesain
 Situasi,
 site plan,
 denah,
 tampak,

78
 potongan, dan
 perspektif

g. Pengembangan desain
 Rencana detail
 Pola dan detail plafond
 Pola dan detail lantai
 Rencana struktur
 Rencana site/tapak/olahan ruang luar/lansekap
 MAKET STUDI

V.3.2. Pengelompokan ruang berdasarkan zona


Mengkaji lebih detail mengenai zoning pada area bangunan sangkuriang
ada beberapa bagian yang memang harus dipisahkan yaitu :

a. Bangunan Sangkuriang 1 type 45


 Lantai Dasar
• Ruang bersama (publik)
• Taman (publik)
• WC Umum (publik)
• R. Serbaguna (publik)
• Kantin dan toko (publik)
• Kantor pengelola (Private)
• Parkir motor (publik)
• Entrance (publik)

 Lantai 1 (Typical sampai lantai 3)


• Ruang tamu (publik)
• Ruang keluarga (semi private)
• Kamar tidur (Private)
• Dapur (Private)
• WC (Private)
• Balkon (Private)

b. Bangunan Sangkuriang 2 type 27 typical sangkuriang 3


 Lantai dasar
• Ruang bersama (publik)
• Taman (publik)
• WC Umum (publik)

79
• R. Serbaguna (publik)
• pertokoan (publik)
• Kantin (publik)
• Parkir motor (publik)
• Entrance (publik)
 Lantai 1 (typical sampai lantai 3)
• Ruang keluarga (semi private)
• Kamar tidur (Private)
• Dapur (Private)
• WC (Private)
• Balkon (Private)

V.4. Konsep sistem bangunan


Struktur di dalam bangunan tinggi sudah pasti menjadi hal yang perlu dipertimbangkan
sebagai pertahanan terhadap beban lateral. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara lain,
strengthness, stabillity, stiffness. Bangunan tinggi memiliki beragam sistem struktur untuk
diaplikasikan, sistem struktur itu antara lain; bearing wall (a), core and bearing wall (b),
cantilever slab (c), flat slab (d), interspasial (e), suspended (f), rigid frame (g), dan rigid frame
and core (h).

( Gambar V.3 : Struktur Bangunan Tinggi )

80
V.5. Konsep Utilitas

V.5.1. Penyediaan air bersih


Kebutuhan air bersih bagi penghuni direncanakan akan menggunakan
sumber air PDAM dan sumur dalam (deep well), agar tidak mengganggu sumur
dangkal milik penduduk sekitar. Sistem penyediaan air bersih menggunakan
system tangki atap (down feed system). Dalam sistem ini air ditampung terlebih
dahulu di dalam tangki bawah (ground reservoir), selanjutnya dipompakan
dengan pompa transfer ke tangki atas yang dipasang di atas atap atau di lantai
tertinggi bangunan Rusunami. Dari sini air didistribusikan ke seluruh ruangan
bangunan dengan sistem gravitasi.

( Gambar V.4 : Skema Air Bersih Rusunami di Caringin )


Sumber: Ilustrasi penulis

Saat operasional diperkirakan kebutuhan air bersih sebesar 57.600 m³/hari,


dengan kebutuhan air (berdasarkan Soufyan & Moriara, 1993) adalah ±100
liter/orang/hari yang diasumsikan 1 KK rata-rata terdiri dari 4 orang, maka 48 KK
x 4 orang = 192 orang x 3 tower = 576 orang x 100 L/hari = 57600 m3/hari

Pada setiap unit bangunan tower terdapat 4 buah torn air yang dapat
menampung air masing – masing tower yaitu kurang lebih 10.000 L air.
Mengingat lebutuhan air per tower yaitu 192 manusia x 100 L = 19.200 L/ hari
apabila dibulatkan ditambah dengan kebutuhan air di wc umum untuk kebutuhan
peribadatan, dan kebutuhan lainnya kurang lebih 5000 L/hari jadi totalnya kurang
lebih 25000L / hari jadi kapasitas 40.000 L/hari dapat menutupi kebutuhan
manusia yang tinggal di rusun tersebut tanpa kekurangan.

81
V.5.2. Penanggulangan air kotor
Perencanaan pengelolaan air buangan akan berpedoman pada sistem
proses pengolahan yaitu Communal Treatment. Prakiraan volume buangan
domestik KM/WC dan kegiatan rumah tangga adalah sebagi berikut :

Total penggunaan air bersih untuk kebutuhan KM/WC dan pencucian


alatalat RT adalah 57.600 liter/hari jadi perhitungannya sbb :
Penggunaan air = 57600 m³/hari
Volume air limbah = 70% x Q
= 0,7 x 57.600 m³/hari
Limbah harian = 40.320 m³/hari

Sumber-sumber air buangan yang berasal dari limbah air cucian,


floordrain dan closet KM/WC yang terdapat di setiap lantai disalurkan dengan
system perpipaan khusus untuk buangan air limbah yang selanjutnya akan
ditangkap oleh Digester (Dg) untuk menstabilkan lumpur/padatan, kemudian air
yang lolos dialirkan melalui pipa menuju IPAL Komunal (communal treatment)
yang akan diolah dengan proses Anaerobic filter yaitu pengolahan limbah yang
domestik dengan mendegradasi padatan terlarut dan tersuspensi menjadi larutan
air limbah yang memiliki rasio BOD/COD rendah. Setelah melalui proses
pengolahan di unit/bak maturasi secara fisik telah berwarna bening, tidak berbau,
dan rendah kadar coli, selanjutnya melalui pipa outlet dialirkan menuju ke sungai.
Skema system pengelolaan air buangan Rusunawa dapat dilihat berikut ini :

( Gambar V.5. Skema Air Kotor Rusunami di Caringin )


Sumber: Ilustrasi penulis

V.5.3. Sistem drainase


Sumur peresapan air hujan dibangun mengelilingi bangunan dengan total
sumur peresapan air hujan adalah 16 buah (sesuai keluasan bangunan 1.077m²
dibagi 60m²) dan setiap sumur peresapan air hujan terbuat dari pasangan buis
beton ditutup plat beton dengan dasar sumur dilengkapi dengan media penyaring
yang terdiri dari ijuk, arang, kerikil, dan pasir. Ukuran sumur peresapan air hujan
diameter 80cm dengan kedalaman 3,00 meter (di atas muka air tanah).

82
V.5.4. Pengelolaan sampah domestik
Kebersihan dan estetika Rusunamia menyangkut sistem pengelolaan
sampah yang akan diterapkan. Selama kegiatan operasional pola pengelolaan
yang akan digunakan meliputi :

• Sistem pewadahan
• Sistem pengumpulan
• Pembuangan akhir
• Sistem pengangkutan

V.5.5. Konsep taman / lansekap


Akan dilakukan penambahan vegetasi yang bersifat peneduh dan tanaman
hias ke dalam tapak. Secara rinci vegetasi yang direncanakan akan ditanam dapat
dilihat pada tabel berikut :

( Tabel V.1 : Jenis Vegetasi Untuk Tapak )


Sumber: Ilustrasi penulis

V.5.6. Konsep kebutuhan pasokan energi


Sumber energi listrik berasal dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan
genset. Untuk mencukupi kebutuhan energi bagi 576 orang atau sebanyak 192
ruang/unit di dalam rusunami direncanakan menggunakan energi listrik dari PLN
sebesal 50 KVA dan genset sebesar 25 KVA.

83
Berikut adalah skema sistem jaringan listrik pada bangunan Rusunami :

( Gambar V.6 : Skema Jaringan Listrik Rusunami di Caringin )


Sumber: Ilustrasi penulis

V.5.7. Konsep sistem penanggulangan bahaya kebakaran


Pada Rusunami di kota bandung struktur utamanya harus tahan terhadap
api sekurang kurangnya dua jam (kelas B), dan perlu adanya gang kebakaran
untuk memudahkan petugas yang menanggulangi bencana kebakaran. Berikut ini
merupakan persyaratan material dan sistem untuk mencegah kebakaran pada
bangunan Rusunami di kota bandung yaitu :

 Mempunyai sistem pendeteksian dengan sistem alarm, sistem


automatic smoke, dan heat ventilating.
 Mempunyai bahan struktur utama dan finishing yang tahan api.
 Mempunyai jarak bebas dengan bangunan-bangunan di sebelahnya
atau terhadap lingkungannya.
 Mempunyai pencegahan terhadap sistem penangkal petir.
 Hidran diletakkan 1 buah/1000 m² (penempatan hidran harus terlihat
jelas, mudah dibuka, mudah dijangkau, dan tidak terhalang oleh benda-
benda/barangbarang lain yaitu pada selasar), terdapat sprinkler karena
bangunan Rusunami merupakan bangunan 4 lantai.
 Tangga kebakaran harus dilengkapi pintu tahan api, minimum 2 jam
dengan arah bukaan ke arah ruangan tangga dan dapat menutup
kembali secara otomatis, dilengkapi lampu dan tanda petunjuk serta
ruangan tangga yang bebas asap. Tangga dalam ruang efektif
mempunyai jarak maksimum 25 m dengan lebar tangga minimum 120
cm dan tidak boleh menyempit ke arah bawah. Tangga kebakaran tidak
boleh berupa tangga puntir/melingkar. Semua bahan finishing dari
tangga terbuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan api.

84
V.5.8. Konsep penangkal petir
Rusunami direncanakan akan menggunakan sistem penangkal petir dalam
upaya proteksi terhadap bahaya sembaran petir pada saat musim hujan yang dapat
pula memicu terjadinya kebakaran. Petir yang menyambar ke arah Rusunami akan
ditangkap oleh penangkal petir dengan ketinggian 14m seperti pada gambar di
bawah ini dan radius proteksi sejauh 80m, lalu dialirkan dengan penghantar
tahanan 5 ohm ke dalam tanah.

V.5.9. Konsep sistem transportasi

V.5.9.1 Sistem transportasi vertikal


Sistem transportasi vertikal yang digunakan dalam bangunan
adalah dua buah tangga utama di setiap lantai dan dua buah tangga darurat
yang terletak pada bagian ujungujung bangunan. Tangga utama disediakan
untuk jalur utama sirkulasi pergerakan di dalam bangunan. Bentuk tangga
harus mempertimbangkan kemudahan, keamanan dan kenyamanan
sehingga dipilih tangga yang memiliki bordes.

( Gambar V.7 : Rencana Peletakkan Tangga Pada Type 45 )

85
( Gambar V.8 : Rencana Peletakkan Tangga Pada Type 27 )

V.5.9.2 Sistem transportasi horizontal


Untuk sistem transportasi horizontal, diterapkan pola koridor tipe
single loaded ( terbuka pada satu sisi bidang ).

( Gambar V.9 : Tipe Koridor Single Loaded )

V.5.10. Konsep sistem penghawaan


Sistem penghawaan yang diterapkan pada bangunan adalah sistem
penghawaan alami. Sistem penghawaan alami berasal dari pemanfaatan angin dan
udara sekitar. Angin dan udara yang berhembus di sekitar bangunan dialirkan
masuk ke dalam bangunan dengan memanfaatkan arah hembusan angin melalui
atap bangunan melalui kisi – kisi di atap bangunan tepatnya pada dinding
disebelah green roof, lalu akan menyebar melalui void lalu mengarah ke unit –
unit hunian pada setiap lantainya secara merata. Untuk konsep penghawaan alami,
dijelaskan sebagai berikut:

86
a. Optimalisasi vegetasi di sekitar bangunan. Dengan memanfaatkan
vegetasi yang berada di sekitar bangunan yang diatur jenis, ukuran,
jumlah dan posisi yang sedemikian rupa sehingga mengarahkan udara
sejuk masuk ke dalam bangunan. Pengaturan vegetasi dapat
dilakukan melalui penataan lansekap.
b. Bukaan sebagai jalur sirkulasi udara dalam bangunan. Pengaturan
bukaan atau ventilasi pada bangunan berpengaruh terhadap kapasitas
masuknya udara ke dalam bangunan. Ventilasi yang cukup dengan
posisi yang tepat akan memperlancar sirkulasi udara sehingga tidak
pengap atau lembab. Cross ventilation diterapkan dengan membuat
ventilasi di sisi ruang yang berseberangan agar udara mudah
mengalir, dan menghasilkan udara yang bersifat fleksibel.
c. Green roof pada atap bangunan, adanya green roof pada atap
bangunan, apabila dikerjakan dengan metode dan perhitungan yang
tepat, akan dapat mengurangi suhu panas yang dinaunginya, sehingga
dapat memberi kesejukan ruang di dalam bangunan

( Gambar V.10 : Contoh Green Roof )

V.5.11. Green roof


Green roof melengkapi vegetasi tradisional tanpa mengganggu
infrastruktur perkotaan, untuk memanfaatkan ruang yang diabaikan dan
membuatnya berguna. Pendekatan didirikan untuk desain perkotaan yang
menggunakan bahan hidup untuk membuat lingkungan perkotaan lebih layak
huni, efisien, dan berkelanjutan. Istilah umum lain yang digunakan untuk
menggambarkan pendekatan ini adalah eco atap, dan atap bervegetasi. Green Roof
Technology (GRT) adalah sistem yang digunakan untuk mengimplementasikan

87
green roof pada bangunan (Banting, D. et al., 2005). Green roof menggantikan
jejak vegetasi yang hancur ketika bangunan itu dibangun. Konsep taman atap
diperkenalkan dengan tujuan mengurangi keuntungan panas ke dalam bangunan
dan memodifikasi kondisi sekitar melalui fotosintesis dan evapotranspirasi
tanaman.

Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa atap kebun dapat secara
efektif mendinginkan lingkungan ambient langsung oleh 1,5 [derajat] C. (Wong,
N. H. dan et al., 2002). Umumnya, pembacaan suhu permukaan dikumpulkan dari
atap taman yang ditemukan menjadi lebih rendah dari yang tercatat pada atap
beton tandus. Hal ini menunjukkan bahwa isolasi termal bangunan ditingkatkan
dengan adanya tanaman. Kelembaban relatif tinggi (RH) di taman atap juga
diamati karena kehadiran tanaman. Untuk mencegah ketidaknyamanan karena
kelembaban tinggi, ventilasi alami yang memadai harus dipastikan (Wong, NH
dan et al., 2002). Menurut Benting (2005), green roof yang dibangun
menggunakan komponen yang:

• memiliki kekuatan untuk menanggung beban tambahan;


• menutup atap terhadap penetrasi air, uap air, dan akar;
• mempertahankan kelembaban cukup untuk tanaman untuk
bertahan hidup periode curah hujan rendah, namun mampu
menguras kelebihan air bila diperlukan
• menyediakan bahan substrat tanah-seperti untuk mendukung
tanaman;
• mempertahankan tanaman penutup yang berkelanjutan, yang
sesuai untuk wilayah iklim;
• menawarkan sejumlah manfaat hidrologi, atmosfer, termal dan
sosial untuk bangunan, masyarakat dan lingkungan;
• melindungi komponen yang mendasari terhadap ultraviolet dan
degradasi termal (Banting, D. et al., 2005).

V.5.11.1 Manfaat Green roof


Banyak manfaat dapat hasil dari adopsi teknologi green roof.
Selain jelas manfaat estetika dan psikologis yang dikelilingi oleh
pengaturan seperti taman, umum manfaat ekologi dan ekonomi termasuk
pemulihan ruang hijau, moderasi panas perkotaan island heat, perbaikan
manajemen stormwater, air dan pemurnian udara, dan pengurangan
konsumsi energi. Kota perlu mempertimbangkan kebijakan untuk green
roof dan perlu memeriksa manfaat berwujud dan tidak berwujud dan biaya
yang terkait dengan green roof untuk masyarakat luas. Apa yang

88
dibutuhkan adalah pendekatan yang komprehensif dan realistis dalam
menentukan biaya dan manfaat seluruh spektrum keadaan dan peluang
potensial yang mungkin timbul dari menginstal green roof (Banting, D. et
al., 2005). Dampak dari green roof yang telah umum dikutip adalah
sebagai berikut:

• efek pada anggaran energi bangunan individu;


• efek island heat di perkotaan;
• efek pada strategi manajemen stormwater;
• efek pada kualitas udara perkotaan;
• dampak untuk fasilitas perkotaan, seperti produksi pangan,
estetika, rekreasi; pertanian perkotaan, pengurangan kebisingan,
real estate, terapi, ruang terbuka;
• efek pada pengelolaan sampah dari kenaikan bahan atap "siklus
hidup";
• promosi hortikultura / lansekap,
• promosi keanekaragaman hayati dan perlindungan kehidupan
liar;
• promosi kesehatan dan kesejahteraan

V.5.11.2 Insulator suara


Tanaman, tanah, dan udara yang terjebak di dalam tanah
merupakan isolator akustik besar. Dalam Truett R. (2003a) tes
menunjukkan bahwa green roof dapat mengurangi suara dalam ruangan
sebanyak 40 desibel dengan menyerap, mencerminkan, atau membelokkan
gelombang suara yang dihasilkan oleh mesin, lalu lintas, atau pesawat
terbang. Sebuah green roof substrat cenderung untuk memblokir frekuensi
suara rendah dan tanaman memblokir frekuensi yang lebih tinggi.

V.5.11.3 Memperpanjang hidup atap


Ultraviolet (UV) radiasi dan fluktuasi ekstrim suhu harian adalah
dua faktor utama tindakan yang memburuk dan akhirnya menghancurkan
elemen waterproofing pada atap tradisional dikutip oleh Truett R. (2003).
Sebuah green roof buffer waterproofing mendasari dari ini merusak unsur-
unsur alam, yang pada gilirannya dapat lebih dari dua kali lipat harapan

89
hidup atap ini. Green roof juga menambahkan perlindungan penyangga
ekstra dari kerusakan hujan es.

V.5.12. Konsep sistem pencahayaan


Sesuai dengan konsepnya dalam penataan sistem kawasan, maka
bangunan ini menggunakan konsep arsitektur landscape yang dipadukan dengan
green architecture. Untuk sistem pencahayaan alami yang berasaldari matahari,
sesuai dengan arah terbit tenggelamnya matahari, yaitu dari timur ke barat.
Terdapat dinding masiv yang dapat menahan efek kalor matahari, namun karena
matahari memancarkan cahaya 1800, jadi cahaya akan tetap masuk ke dalam unit
hunian dengan estimasi setiap derajatnya. Sesuai dengan kondisi waktu, baik pagi,
siang mapun sore hari. Pemanfaatanya untuk penerangan ruangan, media aktifitas
kebutuhan rumah tangga, misalnya menjemur pakaian, serta kebutuhan lainnya.
Untuk mengoptimalkan sistem pencahayaan alami dijelaskan sebagai berikut:

a. Mengatur intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam


bangunan dengan mengatur peletakan, ukuran dan jumlah jendela
serta penggunaan shading.
b. Menggunakan sistem-sistem yang dapat dimanfaatkan untuk
memasukkan cahaya alami ke dalam bangunan, seperti penggunaan
skylight atau lightshelves. Dengan demikian dapat menghemat
penggunaan energi untuk lampu di siang hari.

( Gambar V.11 : Contoh Bukaan pada Bangunan )

Sistem pencahayaan buatan menggunakan peralatan hemat energi dan


sistem kontrol. Smart LED downlight.

90
( Gambar V.12 : LED Sebagai Contoh Lampu Hemat Energi )

Penggunaan lampu pun juga harus di modifikasi agar cakupan cahayanya


bisa lebih efektif dan maksimal (cont. LED gantung dengan penampang atas
cawan melengkung warna putih untuk memperluas cakupan lampu).

( Gambar V.13 : Contoh Aplikasi Lampu Gantung )

V.5.13. Konsep sistem keamanan


Sistem keamanaan menggunakan sistem keamanan manual. Dengan
menggunakan jasa satuan pengamanan yang di tempatkan pada empat pos, yang
terdiri dari dua satpam pada setiap posnya.

V.5.14. Konsep sistem komunikasi


Jaringan komunikasi yang terdapat pada bangunan rusunami antara lain,
telepon, walkie talkie dan LAN. Sistemnya menggunakan kabel dan tidak
menggunakan kabel. Jaringan distribusinya terletak di bawah lantai untuk
memudahkan perletakan outputnya.

91
V.6. Tata ruang dalam
Secara garis besar penggunaan ruang pada bangunan per lantai adalah:

• Lantai dasar merupakan area publik dan area pengelola.


• Lantai 1 – 3 merupakan area privat, yaitu area hunian

V.6.1 Layout ruang dan sirkulasi


Menggunakan sistem sirkulasi vertikal internal core dimana core
diletakkan pada dua sisi di dalam bangunan. Dengan sistem sirkulasi horizontal
single loaded dimana sirkulasi dan unit-unit hunian berada pada slah satu sisi
core. Core diletakkan di dua sisi bangunan memanjang, tepatnya di tangga.
Memiliki dimensi dinding sebesar 30 cm yang berisikan struktur pembesian total.

V.6.2 Tinggi ruang


Konsep ruang berkaitan dengan tinggi ceiling, jarak antar lantai, dan
kedalaman ruang. Tinggi ceiling ditentukan berdasarkan pertimbangan kenyaman
serta penetrasi pencahayaan alami. Jarak antar lantai sangat berpengaruh pada
tinggi dan efisiensi bangunan. Minimal tinggi ceiling terhadap lantai adalah 2.7m
atau 2.5 m jika aktifitas cenderung duduk.

( Gambar V.14 : Contoh Potongan Ruang )

92
V.7 Interior fungsi bangunan
Area Publik ditujukan bagi penghuni rusunami dan juga pengunjung, berada di
area lantai dasar.

• Kantin

Fasilitas publik sebagai tempat penghuni maupun pengunjung untuk


menikmati makanan.

( Gambar V.15 : Contoh Kantin )

• Pertokoan

Disediakan sebagai sarana bagi penghuni yang ingin membuka usaha


untuk memperoleh pendapatan.

( Gambar V.16 : Contoh Toko )

93
• Gedung Serbaguna

Sebagai sarana penunjang para penghuni bila ada yang akan


mengadakan suatu acara.

( Gambar V.17 : Contoh Gedung Serbaguna )

• Ruang bersama

Sebagai sarana penunjang bagi penghuni untuk berkumpul dan


bersosialisasi.

( Gambar V.18 : Contoh Ruang Bersama )

94
• WC umum

Sebagai fasilitas penunjang bangunan bagi penghuni, pengunjung,


juga pengelola.

( Gambar V.19 : Contoh WC Umum )

• Gudang

Fasilitas penunjang sebagai tempat penyimpanan barang- barang baik


yang sudah digunakan atau yang akan digunakan.

( Gambar V.20 : Contoh Gudang )

95
• Kantor pengelola

Sebagai sarana penunjang aktifitas pengelola bangunan , baik dalam


memasarkan maupun pematauan bangunan.

( Gambar V.21 : Contoh Kantor Pengelola )

• Taman

Sebagai fasilitas pelengkap dalam bangunan agar bangunan lebih


terlihat hijau dan juga sebagai penghasil oksigen dalam ruangan.

( Gambar V.22 : Contoh Taman )

96
• Entrance

Sebagai pintu masuk penghuni bangunan dari lingkungan luar ke


dalam bangunan.

( Gambar V.23 : Contoh Entrance )

V.8 Konsep fasad dan material

V.8.1. Fasade
Ungkapan penampilan yang mengakomodasi seluruh kebutuhan fungsi
yang ada di dalamnya merupakan suatu usaha untuk menggambarkan tampilan
sederhana namun menarik sebagai Rusunami. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan pola fasadnya adalah :

• Komposisi sederhana namun menarik harus dihadirkan dalam


penyajian penampilan pada bangunan.
• Kesan menerima terhadap kehadiran pengunjung harus diutamakan.

V.8.2. Material kaca


Dalam penggunaan bahan kaca sebagai selubung bangunan diperlukan
pertimbangan efek dan kualitasnya terhadap cahaya matahari yang masuk ke
dalam ruangan serta perawatan dan keawetan materialnya. Bahan kaca yang
digunakan adalah jenis double glazing low-e glass yang berfungsi menginsulasi
dan mengurangi solar gain dalam ruangan.

97
( Gambar V.24 : Material Kaca )

V.8.3. Material dan warna


Dalam pemilihan warna dan material perlu dipertimbangkan dari efeknya
terhadap termal, keamanan material, sumber asal material dan perawatannya.
Untuk material konstruksi dinding, digunakan sistem insulasi untuk menjaga
penghawaan di dalam ruangan agar tetap nyaman. Bahan insulasi sebaiknya
menggunakan bahan-bahan yang aman, non-toxic dan ramah lingkungan. Salah
satu contoh adalah spray foam yang terbuat dari campuran karbon dioksida dan air
atau kombinasi magnesium dioksida alami dengan udara terkompresi. Material ini
anti lumut, tidak mudah terbakar serta merupakan insulasi akustik yang baik.

( Gambar V.25 : Aplikasi Spray Foam Sebagai Insulasi )

Pemilihan warna orange pada eksterior digunakan sebagai aksentuasi pada


bangunan, sedangkan warna hijau sebagai sisi konseptual dari konsep green
arsitektur.

98
DAFTAR PUSTAKA

Pemerintah Kota Bandung., Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2011-2031
Pemerintah Kota Bandung., Dinas Catatan Sipil ;Data kependudukan dan mata pencaharian

Afrin, Shahrina., (2009), Master’s Thesis On Green Skyscraper: Integration of Plants into
Skyscrapers. Stockholm, Kungliga Tekniska högskolan.

Poerbo, Hartono., (1992), Utilitas Bangunan. Jakarta, Djambatani.

Tangoro, Dwi., (2006), Utilitas Bangunan. Jakarta, Universitas Indonesia.


Green Council Building Indonesia
Angus J. Mac Donald, 2000, Struktur dan Arsitektur, Jakarta, Erlangga
C. Snyder, James & J. Catanese, 2000, Pengantar Arsitektur, Jakarta, Erlangga
Cok Philip AO, HON. FAIA, Konstruksi, No. 188, halaman 22, Desember 1993
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai
Pustaka
Dirjen PU, 1997, Tata Cara Perencanaa Teknik Bangunan Stadion, SNI – 25 - 1991 – 03, Edisi
ke-3
D.K. Ching, Francis. Arsitektur: Bentuk Ruang dan Susunannya
File Menteri Pemuda dan Olahraga
File PT. IPU (Indo Perkasa Utama)
Geraint, John and Sheard, R, 1997, Stadia A Design and Development Guide, Architectural
Press, 2nd Edition, Brittish
Joseph E Bowels, Analisis dan Desain Pondasi, Edisi ke-4, 1999
Neufert, Ernst. Data Arsitek, Jilid 1Jakarta, Erlangga 1996
Neufert, Ernst. Data Arsitek, Jilid 2Jakarta, Erlangga 1999

Carmona, et al. 2003. Public places – urban spaces, the dimension of urban design.
Architectural press.

Carmona, et al. 2008. Public space: the management dimension. Routledge, Taylor&Francis
group. New York, USA.

99
Mehta. 2007. A toolkit for performance measures of public space. 43rd ISOCARP Congress
2007

Sauter dan Huettenmoser. 2008. Liveable street and social inclusion. Urban design
international
(2008), volume 13, 67-70. www.palgrave-journals.co.uk/udi.

Zhang dan Lawson. 2009. Meeting and greeting: activities in public outdoor spaces
outside high- density urban residential communities. Urban design international (2009), volume
14, 4, 207-214.

Catatan :
Seluruh bahan kepustakaan dapat diperoleh secara on-line dari open source internet

100

You might also like