Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PERANCANGAN
STUDIO TUGAS AKHIR
Oleh :
ROCHAMA SIDIQ
2014 121 00 23
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KEBANGSAAN
BANDUNG
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
ROCHAMA SIDIQ
NPM : 2014.121.0023
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dalam arti umum, rumah adalah salah satu bangunan yang dijadikan tempat
tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat
tinggal manusia maupun hewan, namun untuk istilah tempat tinggal yang khusus bagi
hewan adalah sangkar, sarang, atau kandang. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada
konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal,
seperti keluarga, hidup, makan, tidur, beraktivitas, dan lain-lain.
Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat, sekaligus
menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan
merupakan kota terbesar ketiga diIndonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah
penduduk. Selain itu, Kota Bandung juga merupakan kota terbesar di wilayah Pulau Jawa
bagian selatan. Sedangkan wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung)
merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia
setelah Jabodetabek dan Gerbangkertosusila (Gerbangkertosusilo).
Di kota ini tercatat berbagai sejarah penting, di antaranya sebagai tempat berdirinya
sebuah perguruan tinggi teknik pertama di Indonesia (Technische Hoogeschool te
Bandoeng - TH Bandung, sekarang Institut Teknologi Bandung - ITB), lokasi ajang
pertempuran pada masa kemerdekaan, serta pernah menjadi tempat
berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika 1955, suatu pertemuan yang menyuarakan
semangat anti kolonialisme, bahkan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dalam
pidatonya mengatakan bahwa Bandung adalah ibu kotanya Asia-Afrika.
Pada tahun 1990 kota Bandung terpilih sebagai salah satu kota paling aman di
dunia berdasarkan survei majalah Time.
Kota kembang merupakan sebutan lain untuk kota ini, karena pada zaman dulu kota ini
dinilai sangat cantik dengan banyaknya pohon-pohon dan bunga-bunga yang tumbuh di
sana. Selain itu Bandung dahulunya disebut juga dengan Parijs van Java karena
keindahannya. Selain itu kota Bandung juga dikenal sebagai kota belanja,
dengan mall dan factory outlet yang banyak tersebar di kota ini, dan saat ini berangsur-
angsur kota Bandung juga menjadi kota wisata kuliner. Dan pada tahun 2007, British
Councilmenjadikan kota Bandung sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia
Timur. Saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan
utama pariwisata dan pendidikan.
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT. penguasa segala ilmu pengetahuan dan alam
semesta. Atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Landasan Konseptual Perencanaan dan
Perancangan ini dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana
Teknik Arsitektur. Dalam proses penulisan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada:
• Rahy R Soekardi, Ir., MT. Selaku dosen pembimbing serta Kordinator tugas akhir, terima
kasih atas perhatian serta kesabaranya dalam membimbing saya dalam penulisan tugas
akhir ini serta memberikan begitu banyak bantuan dan dorongan sehingga penulisan
tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
• Amat Rahmat, ST., MT, selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Kebangsaan Bandung.
• Heru Wibowo, ST., MT, selaku Ketua Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan, Universitas Kebangsaan.
• Ir. Diana Astrid H., MT dan Marwoto Pataruka, ST., MT, selaku Dosen Penguji tugas
akhir, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas
Kebangsaan.
• Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Teknik Arsitektur Universitas
Kebangsaan Bandung, yang telah mendidik, mengajar, dan membagikan ilmunya kepada
penulis.
• Bapak dan mamah, Purn TNI Serka Endang Djatnika dan Hj. Tati Kartini terimakasih
banyak untuk semua dukungan moril maupun materilnya karena tanpa bapak dan mamah
saya tidak akan bisa menjadi seperti sekarang ini, selalu saya panjatkan doa untuk bapak
dan mamah di setiap waktu semoga Allah. SWT memberikan yang terbaik untuk bapak
dan mamah selalu.
• Adiku Tendi Suhendi, yang sebentar lagi akan menjadi sarjana juga di UIN Sgd terima
kasih atas doa, dukungan serta bantuannya pada siang dan malam yang selalu menemani
dan membantu pekerjaan kakak, dan kakak selalu mendoakan ade semoga ade diberikan
i
ganjaran oleh Allah SWT. Karena kesolehan ade kakak bisa sukses dan berhasil hari ini
terimakasih.
• Pamanku yaitu Drs. Benny Benyamin, BE., MM. Yang sekarang menjabat menjadi
Kepala Balai di BPSDM kementrian PU dan Perumahan rakyat karena telah
berkontribusi banyak untuk kelulusan saya dalam menjalani Tugas akhir ini, trimakasih
om, atas bantuan dana dan dukungan kata katamu yang selalu memberikanku semangat
sampai detik terakhir perjuanganku, semoga sehat selalu dan dilimpahkan rezeki oleh
yang maha kuasa amin.
• Alm. Ir. Toni Djunaedi. Terimakasih uwa atas semua kebaikan dan kasih sayangmu, saya
banyak belajar mengenai design arsitektur dari rancangan uwa yaitu rumah saya sendiri,
walaupun uwa berbicara dengan bahasa bisu namun saya memahami dari bentuk dan
fungsi rumah tersebut dan saya sekarang tau alasan dari form follow function yang sudah
uwa terapkan pada bangunan rumah saya yang juga saya terapkan sekarang pada progress
tugas akhir ini... terimakasih uwa sermoga uwa tenang dialam sana amin.
• Kepada seluruh pihak keluarga yang sudah membantu dalam proses pengerjaan tugas
akhir ini saya ucapkan terimakasih.
• Siti Ruba’ah Solihati, kekasih yang selama ini telah menemani dan berjuang bersama –
sama. Hingga kita bisa menyelesaikan studi juga bersama – sama. Semoga dikemudian
hari kita juga dapat membangun sebuah keluarga yang hebat. amin
• Kepada seluruh kawan kawanku yaitu ichsan, ogi, arif, dan seluruh teman di Unjani
Teknik Sipil yang sudah membantu proses pengerjaan Tugas akhir ini saya ucapkan
Terimakasih
• Kepada Seluruh kawan kawanku yaitu hanafi, fajar, rizal, dwi, dan seluruh teman di Unla
Teknik Arsitektur yang sudah membantu proses pengerjaan Tugas akhir ini saya ucapkan
Terimakasih
• Kepada seluruh kawan kawanku yaitu yoga, syarif, dewi, eka, dan seluruh teman di UK
Teknik Arsitektur yang sudah membantu proses pengerjaan Tugas akhir ini saya ucapkan
Terimakasih
• Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan Tugas Akhir ini yang
tak bisa di sebutkan satu persatu.
ii
Saya sadar bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, kesalahan dan
kekurangan yang mungkin muncul merupakan cerminan penulis sebagai manusia biasa, sehingga
permohonan maaf menjadi hal yang harus disampaikan kepada semua pihak. Akhir kata semoga
penulisan ini memberikan manfaat bagi semua pihak terutama bagi perkembangan dunia
arsitektur.
Rochama Sidiq
iii
DAFTAR ISI
iv
II.2.3.Prinsip – Prinsip Green Arsitektur ..................................................... 24
II.2.4.Kesimpulan Tema Arsintektur Hijau (Green Arsitektur) ................... 26
Bab III : TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 27
III.1.Pengertian Rusunami ....................................................................................... 27
III.2.Klasifikasi Rusun ............................................................................................. 28
III.3.Jenis Rusun ...................................................................................................... 30
III.4.Penekanan Konsep ........................................................................................... 31
III.5.Studi Banding Proyek Sejenis .......................................................................... 32
III.5.1.Studi Banding ( Rumah Susun Tanah Abang – Rumah Susun
Kemayoran )................................................................................................. 32
III.5.2.Studi banding survey lokasi bangunan (Rusun cibaligo cimahi) ...... 37
Bab IV : ANALISA PROYEK ............................................................................................ 46
IV.1. Gambaran Umum Tentang Rusunami ............................................................ 46
IV.1.1 Sejarah Rusunami ............................................................................. 46
IV.1.2 Subsidi ............................................................................................... 46
IV.1.2.1.Jenis Subsidi ....................................................................... 46
IV.1.2.2.Syarat Subsidi ..................................................................... 47
IV.2. Peruntukan Rusunami ..................................................................................... 47
IV.3. Simulasi Perhitungan Harga Unit Hunian ...................................................... 48
IV.4. Manajemen Rusun .......................................................................................... 48
IV.5. Analisa Kawasan ............................................................................................ 50
IV.6. Analisa Site ..................................................................................................... 51
IV.7. Analisa Tapak ................................................................................................. 51
IV.7.1 Batasan Tapak Wilayah Caringin...................................................... 52
IV.7.1.1 Batasan Tapak Wilayah Caringin Secara Makro ............... 52
IV.7.1.2 Batasan Tapak Wilayah Caringin Secara Mikro ................ 52
IV.8. Potensi dan Permasalahan Akses pada Tapak ................................................ 52
IV.9. Pandangan Tapak Kawasan Caringin ............................................................. 52
IV.10. Peruntukkan Lahan ....................................................................................... 53
IV.11. Analisa Sirkulasi ........................................................................................... 54
IV.12. Analisa Kebisingan dan Sirkulasi ................................................................. 55
v
IV.13. Kondisi Iklim ................................................................................................ 57
IV.14. Analisa Pencapaian ....................................................................................... 58
IV.15. Analisa Tata Ruang Luar .............................................................................. 58
IV.16. Orientasi Sumbu Jalan dan Arah Pandang.................................................... 61
IV.17. Orientasi Arah Rotasi Matahari .................................................................... 62
IV.18. Aktifitas Pengguna dan Pengelola Rusun ..................................................... 64
IV.19. Program Ruang ............................................................................................. 65
IV.19.1. Program Ruang Rusun Sangkuriang 1 ........................................... 65
IV.19.2. Program Ruang Rusun Sangkuriang 2 ........................................... 67
IV.19.3. Program Ruang Rusun Sangkuriang 3 ........................................... 69
IV.20. Golden Section .............................................................................................. 72
BAB V : KONSEP PERANCANGAN................................................................................ 73
V.1. Konsep Letak dan Orientasi Bangunan ............................................................ 73
V.1.1. Aspek Lingkungan ............................................................................ 73
V.1.2. Aspek Tapak ...................................................................................... 73
V.1.3. Aspek Bangunan ................................................................................ 74
V.2. Konsep Zoning pada Site ................................................................................. 76
V.3. Konsep Jenis dan Pengelompokkan Ruang...................................................... 78
V.3.1. Proses Desain .................................................................................... 78
V.3.2. Pengelompokkan Ruang Berdasarkan Zona...................................... 79
V.4. Konsep Sistem Bangunan................................................................................. 80
V.5. Konsep Utilitas ................................................................................................. 81
V.5.1. Penyediaan Air Bersih ....................................................................... 81
V.5.2. Penanggulangan Air Kotor ................................................................ 82
V.5.3. Sistem Drainase ................................................................................. 82
V.5.4. Pengelolaan Sampah Domestik ......................................................... 83
V.5.5. Konsep Taman / Lansekap ................................................................ 83
V.5.6. Konsep Kebutuhan Pasokan Energi .................................................. 83
V.5.7. Konsep Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran ........................ 84
V.5.8. Konsep Penangkal Petir..................................................................... 85
V.5.9. Konsep Sistem Transportasi .............................................................. 85
vi
V.5.9.1. Sistem Transportasi Vertikal .............................................. 85
V.5.9.2. Sistem Transportasi Horizontal .......................................... 86
V.5.10. Konsep Sistem Penghawaan ............................................................ 86
V.5.11. Green Roof ...................................................................................... 87
V.5.11.1. Manfaat Green Roof ......................................................... 88
V.5.11.2. Insulator Suara .................................................................. 89
V.5.11.3. Memperpanjang Hidup Atap ............................................ 89
V.5.12. Konsep Sistem Pencahayaan ........................................................... 90
V.5.13. Konsep Sistem Keamanan ............................................................... 91
V.5.14. Konsep Sistem Komunikasi ............................................................ 91
V.6. Tata Ruang Dalam............................................................................................ 92
V.6.1. Layout Ruang dan Sirkulasi .............................................................. 92
V.6.2. Tinggi Ruangan ................................................................................. 92
V.7. Interior Fungsi Bangunan ................................................................................. 92
V.8. Konsep Fasad dan Material .............................................................................. 97
V.8.1. Fasade ................................................................................................ 97
V.8.2. Material Kaca .................................................................................... 97
V.8.3. Material dan Warna ........................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 99
vii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram I.1 : Data Sensus Penduduk Berdasarkan Gender (DISCASIP BDG) ............... 3
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar IV.11 : Paving Block ........................................................................................... 59
Gambar IV.12 : Gambaran Zonasi .................................................................................... 61
Gambar IV.13 : Orientasi Sumbu Jalan dan Arah Pandang .............................................. 61
Gambar IV.14 : Orientasi Bangunan Terhadap Sinar Matahari ....................................... 63
Gambar V.1 : Gubahan Massa Bangunan ......................................................................... 75
Gambar V.2 : Zoning perancangan di atas tapak .............................................................. 76
Gambar V.3 : Struktur Bangunan Tinggi .......................................................................... 80
Gambar V.4 : Skema Air Bersih Rusunami di Caringin ................................................... 81
Gambar V.5 : Skema Air Kotor Rusunami di Caringin .................................................... 82
Gambar V.6 : Skema Jaringan Listrik Rusunami di Caringin .......................................... 84
Gambar V.7 : Rencana Peletakkan Tangga Pada Type 45 ............................................... 85
Gambar V.8 : Rencana Peletakkan Tangga Pada Type 27 ............................................... 86
Gambar V.9 : Tipe Koridor Single Loaded ...................................................................... 86
Gambar V.10 : Contoh Green Roof .................................................................................. 87
Gambar V.11 : Contoh Bukaan pada Bangunan ............................................................... 90
Gambar V.12 : LED Sebagai Contoh Lampu Hemat Energi ............................................ 91
Gambar V.13 : Contoh Aplikasi Lampu Gantung ............................................................ 91
Gambar V.14 : Contoh Potongan Ruang .......................................................................... 92
Gambar V.15 : Contoh Kantin .......................................................................................... 93
Gambar V.16 : Contoh Toko ............................................................................................ 93
Gambar V.17 : Contoh Gedung Serbaguna ...................................................................... 94
Gambar V.18 : Contoh Ruang Bersama ........................................................................... 94
Gambar V.19 : Contoh WC Umum .................................................................................. 95
Gambar V.20 : Contoh Gudang ........................................................................................ 95
Gambar V.21 : Contoh Kantor Pengelola ......................................................................... 96
Gambar V.22 : Contoh Taman .......................................................................................... 96
Gambar V.23 : Contoh Entrance ....................................................................................... 97
Gambar V.24 : Material Kaca ........................................................................................... 98
Gambar V.25 : Aplikasi Spray Foam Sebagai Insulasi ..................................................... 98
x
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 : Data Sensus Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian (DISCASIP BDG) .. 4
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
2. Mewujudkan pemukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, teratur.
3. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional.
4. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang lainnya.
1
Untuk memenuhi kebutuhan rakyat akan perumahan dan pemukiman yang dapat
terjangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah dan/ atau untuk memenuhi tuntutan atau
pemenuhan pola hidup modern berupa bangunan pasar modern dan pemukiman modern,
pemerintah selalu dihadapkan pada permasalahan keterbatasan luas tanah yang tersedia untuk
pembangunan terutama di daerah perkotaan yang berpenduduk padat. Demi meningkatkan daya
guna dan hasil guna tanah yang jumlahnya terbatas tersebut, terutama bagi pembangunan
perumahan dan pemukiman, serta mengefektifkan penggunaan tanah terutama di daerah-daerah
yang berpenduduk padat, maka perlu adanya pengaturan, penatan dan penggunaan atas tanah,
sehingga bermanfaat bagi masyarakat banyak. Apalagi jika di hubungkan dengan hak asasi,
maka tempat tinggal (perumahan dan pemukiman) merupakan hak bagi setiap warga Negara,
sebagaimana diatur dalam pasal 28H ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi : “Setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh layanan kesehatan.”
Pembangunan rumah susun adalah suatu cara yang jitu untuk memecahkan masalah
kebutuhan dari pemukiman dan perumahan pada lokasi yang padat, terutama pada daerah
perkotaan yang jumlah penduduk selalu meningkat, sedangkan tanah kian lama kian terbatas
serta sebagai upaya pemerintah guna memnuhi masyarakat perkotaan akan papan yang layak
dalam lingkungan yang sehat. Pembangunan rumah susun tentunya juga dapat mengakibatkan
terbukanya ruang kota sehingga menjadi lebih lega dan dalam hal ini juga membantu adanya
peremajaan dari kota, sehingga makin hari maka daerah kumuh berkurang dan selanjutnya
menjadi daerah yang rapih, bersih, dan teratur. Pengertian rumah susun menurut UU No. 20
Tahun 2011 tentang Rumah Susun (UU Rusun) adalah bangunan gedung bertingkat yang
dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagianbagian yang distrukturkan secara
fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang
masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang
dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.
Rumah susun tersebut terdiri dari dua bagian yaitu rumah susun sederhana milik dan
rumah susun sederhana sewa. Praktek di masyarakat, banyak masyarakat yang masih belum
mampu membuat rumah sendiri, sehingga pemerintah mendirikan rumah susun bagi masyarakat
yang belum mampu memiliki rumah sendiri dengan cara menyewakannya. Menyewa rumah
tentu saja memiliki keterbatasan-keterbatasan dan laranganlarangan, terutama terbatas waktu
yang harus dipenuhi oleh calon penyewa atau penghuninya dan adanya hak dan kewajiban
2
masing-masing apabila penghuni tersebut tidak memenuhi peraturan tersebut maka pihak
pengelola akan memberikan sanksi.
Setelah melakukan berbagai kegiatan survey dan pengolahan data maka kami dapatkan
data dari Dinas Catatan sipil berupa data sensus penduduk yang berisikan mengenai populasi dan
daftar pengelompokan mata pencaharian penduduk wilayah caringin kota bandung berdasarkan
gender yaitu
Pria
5131 Wanita
5376
3
( Tabel I.1 : Data Sensus Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian )
• Lokasi berada di jalan besar dan dilalui banyak kendaraan umum baik itu
Damri, TMB, maupun Angkutan Kota, sehingga tidak sulit untuk mencapai
lokasi bagi yang tidak memiliki kendaraan pribadi.
• Lokasi tersebut berdekatan dengan area perdagangan
• Lokasi berada di kawasan stasiun atau terminal leuwi panjang yang merupakan
transit antar kota (moda darat)
• Lokasi tidak jauh dari jalan tol yang merupakan akses jalur cepat (moda darat)
4
Hal negatif dari lokasi tapak :
Karena lokasi berada di antara jalan besar maka pada waktu – waktu tertentu
pasti akan terjadi kemacetan di area tersebut yaitu pada sore hari (Pagi hari
terhitung lancar)
Pada prakteknya pembelian tanah kepada masyarakat bisa dengan Akta Jual
Beli yang dibuat di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah atau PPAT dan bisa juga
dengan Akta Pelepasan atau Pengoperan Hak yang dibuat di hadapan Notaris. AJB dibuat
untuk tanah-tanah yang sudah sertifikat selain Sertifikat Hak Milik (SHM) seperti Hak
Guna Bangunan (HGB), Hak Pakai dan lain-lain. Sedangkan Akta Pelepasan atau Akta
Pengoperan Hak dibuat untuk tanah-tanah yang belum bersertifikat seperti Girik, Tanah
Garapan, Eigendom Verponding dan jenis tanah yang belum sertifikat lainnya.
5
Khusus untuk tanah Sertifikat Hak Milik apabila akan dibeli oleh developer
(dalam bentukPerseroan Terbatas atau PT) maka SHM tersebut harus dirubah terlebih
dahulu menjadi HGB karena menurut UU No. 5 Tahun 1960 atau lebih dikenal
sebagai Undang-Undang Pokok Agraria atau UUPA sebuah PT tidak diperkenankan
memiliki tanah dengan status SHM. Setelah SHM berubah menjadi SHGB barulah bisa
dibuatkan AJB ke atas nama developer. Teknis pembelian SHM oleh PT bisa juga
dilakukan dengan Akta Pelepasah Hak dengan hak mendapatkan ganti rugi bagi pemilik
SHM tersebut. Setelah itu PT memohonkan hak atas tanah untuk mendapatkan HGB.
Pasal 33
Ayat (1)
Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana
tata ruang dilaksanakan dengan mengembangkan penatagunaan tanah, penatagunaan air,
penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya alam lain.
Ayat (2)
Ayat (3)
Dalam pemanfaatan ruang pada ruang yang berfungsi lindung, diberikan prioritas
pertama bagi Pemerintah dan pemerintah daerah untuk menerima pengalihan hak atas
tanah dari pemegang hak atas tanah jika yang bersangkutan akan melepaskan haknya.
6
Ayat (4)
Pasal 77
Ayat (1)
Pada saat rencana tata ruang ditetapkan, semua pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang harus disesuaikan dengan rencana tata ruang melalui
kegiatan penyesuaian pemanfaatan ruang.
Ayat (2)
Pemanfataan ruang yang sah menurut rencana tata ruang sebelumnya diberi masa
transisi selama 3 (tiga) tahun untuk penyesuaian.
7
d. Tersedianya informasi pembangunan perumahan dan permukimandi daerah
sebagai bahan masukan bagi penyusunan kebijaksanaan pemerintah serta bagi
berbagai pihak yang akan terlibat.
I.3 Manfaat
Secara Subjektif
Memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh Tugas Akhir sebagai
ketentuan kelulusan Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan, Universitas Kebangsaan.
Secara Objektif
Sebagai sebuah pemikiran dalam perancangan arsitektur untuk merencanakan
hunian yang baik, indah, tertata namun tetap tidak mengurangi nilai budaya serta kaidah
yang sudah diterapkan oleh system pemerintahan di NKRI.
8
I.4 Masalah Perancangan
3. Masalah Penyuluhan
4. Masalah Pengelolaan
9
menengah, murah). Sasaran pelatihan para kader, adalah untuk membantu
pemerintah dalam menghilangkan /sedikitnya meminimalkan perbedaan antara
harapan dan kenyataan menghuni rumah susun, sehingga perlu dilakukan
berbagai antisipasi untuk mengatasi hal tersebut.
5. Permasalahan pembangunan
6. Koordinasi
Masih belum ada kesamaan wawasan dari instansi terkait dalam hal program
guna mensukseskan pembangunan rumah susun yang merupakan ekstra
prioritasdalam rangka pemenuhan kebutuhan perumahan terutama bagi
10
golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Banyaknya isntansi yang terlibat
mulai dari pendanaannya, penyediaan lahan,penataan lingkungan
perumahan/permukiman yang baru dan penanggulangan lingkungan asalnya,
pembinaan sosial serta pembinaan ekonomi masyarakat calon berpenghun,.
Semuanya melibatkan banyak instansi, program maupun kegiatan yang
memerlukan koordinasi sebaik-baiknya.
Pasal 2
a. kesejahteraan;
b. keadilan dan pemerataan;
c. kenasionalan;
d. keterjangkauan dan kemudahan;
e. keefisienan dan kemanfaatan;
f. kemandirian dan kebersamaan;
g. kemitraan;
h. keserasian dan keseimbangan;
i. keterpaduan;
j. kesehatan;
k. kelestarian dan berkelanjutan;
l. keselamatan, kenyamanan, dan kemudahan; dan
m. keamanan, ketertiban, dan keteraturan.
11
I.7 Metode Pembahasan
Metode pembahasan dilakukan dengan menguraikan dan menjelaskan data secara jelas
dan terperinci kemudian dianalisa untuk memperoleh suatu kesimpulan.
1. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu, data sekunder yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaa
dan perancangan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan berbagai pihak yang terkait, untuk menggali data yang
berkaitan dengan topik.
3. Observasi lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pendataan langsung
di lokasi.
4. Studi banding
Studi banding dilakukan pada obyek yang hampir serupa yang dianggap dapat
mendukung perencanaan dan perancangan.
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang Perancangan Rusunami, maksud dan tujuan,
metode pembahasan dan sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN TEMA DAN KONSEP
Bab ini mengungkapkan kesimpulan, batasan dan tanggapan pengaruh
bangunan terhadap tema dan konsep.
12
Menguraikan tentang pengertian Rusunami, kalasifikasi Rusunami, kriteria
Rusunami, serta penekanan desain konsep. Studi banding dengan gedung
sejenis yang meliputi kondisi fisik dan non fisik.
BAB IV ANALISIS PROYEK
Membahas mengenai konsep perancangan Rusunami (Sangkuriang Vertical
house ) yang meliputi konsep bentuk, penekanan desain yang
digunakan, dan mengenai program perencanaan yang meliputi lokasi dan
tapak terpilih, program ruang serta struktur dan utilitas bangunan.
BAB V PRODUK PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Berisikan gambar-gambar hasil rancangan beserta penjelasannya, meliputi,
Gambar Rencana Tapak (Siteplan), Gambar Denah (Plan), Gambar Denah tata
letak perabot (layout plan), Gambar Tampak (Elevation), Gambar Potongan
(Section), Gambar Rencana-rencana, Gambar Detail, Gambar Perspektif
Interior dan eksterior.
13
I.9 Alur Pemikiran
14
BAB II
KAJIAN TEMA DAN KONSEP
Arsitektur merupakan tempat bernaung dari yang paling sederhana hingga yang
paling rumit. Arsitektur juga merupakan lingkungan binaan (built environment)
dan Lingkungan buatan (built environment) mempunyai bermacam-macam kegunaan,
yaitu, melindungi manusia dan kegiatan - kegiatannya serta harta miliknya dari elemen-
elemen, dari musuh-musuh berupa manusia dan hewan, dan dari kekuatan-kekuatan
adikodrati, membuat tempat, menciptakan suatu kawasan aman yang berpenduduk dalam
suatu dunia fana dan cukup berbahaya, menekankan identitas social dan menunjukan
status, dan sebagainya.
Tempat bernaung bukanlah merupakan satu-satunya fungsi, atau bahkan fungsi
pokok dari perumahan. Menurut Aldo Van Eyck, sebuah bangunan adalah suatu kota
kecil, sebuah kota adalah suatu bangunan yang besar.
Beberapa analogi yang digunakan para ahli teori untuk menjelaskan arsitektur:
1. Analogi matematis
2. Analogi Biologis
3. Analogi Romantik
4. Analogi Linguistik
5. Analogi Mekanik
6. Analogi Pemecahan Masalah
7. Analogi Adhocis
8. Analogi Bahasa Pola
15
sistem struktur dan produksinya. Pandangan yang lain ialah bahwa tujuan utama
arsitektur bersifat kemasyarakatan.
Secara umum, arsitektur dapat dibayangkan, dirancang, diwujudkan, serta
dibangun dalam menanggapi suatu kondisi yang ada. Secara luas, arsitektur merupakan
kegiatan merancang dan membangun secara keseluruhan lingkungan binaan dalam level
makro maupun level mikro.
Menurut Vitruvius: Bangunan yang baik harus memiliki tiga aspek yaitu
keindahan/estetika (Venustas), kekuatan (Firmitas), dan kegunaan/fungsi
(Utilitas).
Menurut Brinckmann: Arsitektur merupakan kesatuan antara ruang dan bentuk.
Arsitektur adalah penciptaan ruang dan bentuk.
Menurut Djauhari Sumintardja: Arsitektur merupakan sesuatu yang dibangun
manusia untuk kepentingan badannya (melindungi diri dari gangguan) dan
kepentingan jiwanya (kenyamanan, ketenangan, dll).
Menurut Benjamin Handler: Arsitek adalah seniman struktur yang
menggunakan struktur secara estetis berdasarkan prinsip-prinsip struktur itu
sendiri.
Menurut Banhart CL. Dan Jess Stein: Arsitektur adalah seni dalam mendirikan
bangunan termasuk didalamnya segi perencanaan, konstruksi, dan penyelesaian
dekorasinya; sifat atau bentuk bangunan; proses membangun; bangunan dan
kumpulan bangunan.
Menurut Van Romondt : Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia dengan
bahagia. Ruang berarti menunjuk pada semua ruang yang terjadi karena dibuat
oleh manusia atau juga ruang yang terjadi karena proses alam seperti gua,
naungan pohon dan lain-lain
Menurut JB. Mangunwijaya (1992) : Arsitektur sebagai vastuvidya
(wastuwidya) yang berarti ilmu bangunan. Dalam pengertian wastu terhitung
pula tata bumi, tata gedung, tata lalu lintas (dhara, harsya, yana)
16
Menurut Amos Rappoport (1981 ) : Arsitektur adalah ruang tempat hidup
manusia, yang lebih dari sekedar fisik, tapi juga menyangkut pranata-pranata
budaya dasar. Pranata ini meliputi: tata atur kehidupan sosial dan budaya
masyarkat, yang diwadahi dan sekaligus memperngaruhi arsitektur
Menurut Francis DK Ching (1979) : Arsitektur membentuk suatu tautan yang
mempersatukan ruang, bentuk, teknik dan fungsi
Menurut para modernis, fungsi dapat dikategorikan sebagai penentu bentuk atau
panduan menuju bentuk. Fungsi menunjukan ke arah mana bentuk harus ditentukan. Hal
ini mengacu pada slogan yang diungkapkan oleh Loius Sullivan yaitu Form Follow
Function.
Sumber Internet
17
haram. Semuanya bergerak cepat, tak ada waktu untuk lengkungan di tiang atau ukiran di
atas pintu. Sloganform follows function (bentuk mengikuti fungsi) menjadi dasar filosofi
modernisme. Minimalisme adalah puncak dari semua itu adalah Lurus, Polos, Dingin.
Form Follow Function dalam bahasa Indonesia adalah Bentuk Yang mengikuti
fungsi. Terciptanya sebuah bentuk dari obyek bangunan itu sendiri tercipta dari fungsi
fungsi ruang yang ada didalamnya. Tanggapan dari teori ini adalah bentuk dalam
arsitektur meliputi permukaan luar dan ruang dalam. Pada saat yang sama, bentuk
maupun ruang mengakomodasi fungsi-fungsi (baik fungsi fisik maupun non fisik).
Fungsi-fungsi tersebut dapat dikomunikasikan kepada bentuk. Dalam kenyataannya,
keterkaitan fungsi, ruang dan bentuk dapat menghadirkan berbagai macam ekspresi.
Penangkapan ekspresi bentuk bisa sama ataupun berbeda pada setiap pengamat,
tergantung dari pengalaman dan latar belakang pengamat.
kawasan ini termasuk dalam kawasan perkotaan yang padat akan aktifitas
komersial namun memiliki karakteristik masing – masing. Namun masih terdapat
pemukiman warga yang padat penduduk yang terlihat kumuh.
bangunan yang layak ditempati harus memiliki energi agar bangunan tersebut
layak untuk di tempati. Pemakaian energi sebagai penunjuang kehidupan dalam
18
bangunan, dan berarti bangunan tersebut juga mengeluarkan energi pembuangan yang
umumnya buruk, baik bagi lingkungan maupun sekitar. Penggunaan energi dengan
pemanfaatan potensi alam di lingkungan sekitar serta pengolahan energi yang bersih bagi
bangunan merupakan metode yanng perlu di terapkan dalam setiap bangunan sehingga
bangunan tersebut selaras dan bersinergi dengan lingkungan dan manusia disekitarnya.
mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan
lingkungan di mana mereka tinggal. Istilah keberlanjutan menjadi sangat populer ketika mantan
Perdana Menteri Norwegia GH Bruntland memformulasikan pengertianPembangunan
Berkelanjutan (sustaineble development) tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat
memenuhi kebutuhan manusia masa kini tanpa mengorbankan potensi generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi,
ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapan arsitektur hijau akan memberi peluang
besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan. Aplikasui arsitektur hijau akan
menciptakan suatu bentukarsitektur yang
berkelanjutan.
19
misalnya, dalam perhitungan kasar, jika luas rumah adalah 100 meter persegi, dengan pemakaian
lahan untuk bangunan adalah 60 meter persegi, maka sisa 40 meter persegi lahan hijau, Jadi
komposisinya adalah 60:40. Selain itu membuat atap dan dinding menjadi konsep roof garden
dan green wall. Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi
tanaman merambat. Selain itu, tujuan pokok arsitektur hijau adalah menciptakan eco desain,
arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, arsitektur hijau diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi,
air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan.
Arsitektur hijau juga dapat direncanakan melalui tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan
bangunan.
Banjir besar di Jakarta tahun 2002 dan 2007 adalah bukti betapa lemahnya sistem
drainase kota menghadapi air hujan. Terlepas dari tingginya curah hujan, sistem drainae
kebanyakan kota di Indonesia memang sudah tidak memadai karena semrawutnya tata
ruang. Selain itu, kebiasaan hidup masyarakat membuang sampah ke sungai dan tinggal
di bantaran kali juga menyebabkan kurang berartinya sistem drainase dalam menghadapi
limpahan air hujan.
Salah satu alternatif pengolahan air hujan adalah menggunakan lubang resapan
biopori ditemukan oleh Ir. Kamir R. Brata, Msc, seorang Peneliti Institut Pertanian Bogor
20
(IPB). Resapan biopori meningkatkan daya resapan air hujan dengan memanfaatkan
peran aktifitas fauna tanah dan akar tanaman.Lubang resapan biopori adalah lubang
silindris berdiameter 10-30 cm yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan
kedalaman sekitar 100 cm. Dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal,
lubang biopori dibuat tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang
kemudian diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori.
cm² setelah dibuat lubang resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang
resapannya menjadi 3.218 cm². Lubang biopori disebar dalam jarak tertentu sesuai
dengan luas lahan yang hendak dicover. Selain itu, biopori juga bisa diterapkan diselokan
yang seluruhnya tertutup semen. Dibutuhkan dua sampai tiga kilogram sampah lapuk
untuk sebuah lubang biopori.
Agar orang yang menginjaknya tidak terperosok, lubang ditutup dengan kawat
jaring. Selain memperbesar bidang resapan melalui aktivitas organisme tanah, lubang
resapan biopori juga memiliki dapat mengubah sampah organik menjadi kompos. Lubang
resapan biopori "diaktifkan" dengan memberikan sampah organik didalamnya.
Sampah inilah yang akan menjadi sumber energi bagi organisme tanah untuk
melakukan kegiatan melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekompoisi ini
dikenal sebagai kompos. Melalui proses seperti itu maka lubang resapan biopori akan
berfungsi sekaligus sebagai "pabrik" pembuat kompos. Kompos dapat dipanen pada
setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai jenis
tanaman. Sampai saat ini belum ditemukan apa yang menjadi kelemahan lubang biopori.
Sampah organik yang ada pada lubang biopori dirasa tidak akan mengganggu karena
cepat diuraikan.
21
Sampah akan sulit diuraikan jika lubang resapan terlalu besar dan tidak disebar.
Karena itu sampah harus disebarkan, jangan hanya berada disatu tempat. Hasilnya itu
juga bisa dijadikan kompos. Memakai lubang resapan biopori adalah tampaknya
merupakan langkah yang bijak dalam merencanakan sebuah lingkungan binaan. Arsitek
sebagai perencana seyogyanya tidak hanya memikirkan kepentingan bangunan yang
dirancangannya, tetapi juga memikirkan bagaimana rancangannya itu dapat mandiri dan
tidak menambah beban sistem drainase kota.
Karena lahan perkotaan telah telanjur disesaki bangunan, maka sasaran perolehan
sel-sel hijau daun beralih pada hamparan atap datar gedung-gedung yang justru lebih
banyak dibanjiri cahaya matahari. Sebenarnya gerakan atap hijau telah muncul di Jepang
sejak awal abad ke-20 melalui konsep eco-roof, tetapi sifat pengembangannya masih
ekstensif.
Atap hijau jenis ini ditandai struktur atap beton konvensional dengan biaya dan
perawatan taman relatif murah karena penghijauan atap hanya mengandalkan tanaman
perdu dengan lapisan tanah tipis. Ketika Jepang semakin ketat menjaga lingkungan
melalui pemberlakuan berbagai tolok ukur bangunan ramah lingkungan, para perancang
mulai berpacu mencari solusi cerdas dalam memanfaatkan bidang datar atap bangunan.
Salah satunya adalah intensifikasi taman atap, atau upaya memadukan sistem
bangunan dengan sistem penghijauan atap sehingga dapat diciptakan taman melayang
(sky garden). Berbeda dengan atap hijau ekstensif yang hanya menghasilkan taman pasif,
atap hijau intensif dapat berperan sebagai taman aktif sebagaimana taman di darat.
Dengan lapisan tanah mencapai kedalaman hingga dua meter, atap hijau intensif
mensyaratkan struktur bangunan khusus dan perawatan tanaman cukup rumit. Jenis
tanaman tidak hanya sebatas tanaman perdu, tetapi juga pohon besar sehingga mampu
menghadirkan satu kesatuan ekosistem. Walaupun investasi yang dibutuhkan untuk
membuat atap hijau cukup tinggi, bukan berarti upaya peduli lingkungan ini bertentangan
dengan semangat mengejar keuntungan ekonomi, terbukti kini banyak fasilitas komersial
yang menerapkan konsep atap hijau intensif. Salah satu di antaranya adalah Namba Park,
sebuah mal gaya hidup di pusat kota Osaka.
Manfaat atap hijau bukan hanya sebatas peningkatan nilai estetika dan
penghematan energi, pengurangan gas rumah kaca, peningkatan kesehatan, pemanfaatan
air hujan, serta penurunan insulasi panas, suara dan getaran, tetapi juga penyediaan
wahana titik temu arsitektur dengan jaringan biotop lokal. Perannya sebagai "batu
loncatan" menjembatani bangunan dengan habitat alam yang lebih luas seperti taman
kota atau area hijau kota lainnya
22
II.2.2. Arsitektur Hijau Pada Hunian
Desain rumah yang green
architecture bisa diterapkan dirumah
kita. Sebagai sebuah kesatuan antara
arsitektur bangunan rumah dan
taman tentu harus selaras. Untuk
mendekatkan diri dengan alam,
fungsi ruang dalam rumah ditarik
keluar. Ruang tamu di taman teras
( Gambar II.5 : Contoh Arsitektur Hijau pada Hunian ) depan, ruang makan dan ruang
keluarga ditarik ke taman belakangatau ke taman samping, atau kamar mandi semi
terbuka di taman samping Sebaliknya, fungsi ruang keluar menerus ke dalam ruang.
Ruang tamu atau ruang keluarga hingga dapur menyatu secara fisik dan visual. Rumah
dan taman mensyaratkan hemat bahan efisien, praktis, ringan, tapi kokoh dan
berteknologi tinggi, tanpa mengurangi kualitas bangunan.
23
sistem terbuka. Maka, setiap rumah yang dibangun berdasarkan konsep arsitektur hijau
dapat mengurangi krisis energi listrik dan BBM serta krisis kualitas lingkungan
24
2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi
alami)
25
6. Holistic
26
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Rusun (Rumah susun) dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Condominium.
Condominium ini di dalam UU RI No. 16 Tahun 1985 Juncto UU No. 4 Tahun 1992,
tentang Rumah Susun memberikan pengertian bahwa : “ Condominium/ Rumah Susun
adalah bangunan gedung bertingkat, yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi
dalam arah horizontal dan atau vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-
masing dapat memiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian
yang dilengkapi dengan apa yang disebut “bagian bersama, tanah bersama dan benda
bersama.
Rumah Susun' adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional
dalam arah horizontal maupun vertical dan merupakan satuan-satuan yang masing-
masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang
dilengkapi dengan bagian-bersama, benda-bersama dan tanah bersama.
Masing-masing memiliki batas-batas, ukuran dan luas yang jelas, karena sifat dan
fungsinya harus dinikmati bersama dan tidak dapat dimiliki secara perseorangan.
27
Pembangunan Rumah Susun (Rusun) seharusnya dibangun sesuai dengan tingkat
keperluan dan kemampuan masyarakat terutama bagi yang berpenghasilan rendah. Rusun
hanya dapat dibangun di atas tanah hak milik, hak guna bangunan, hak pakai atas tanah
Negara atau hak pengelolaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kepemilikan satuan Rusun dapat dimiliki oleh perseorangan atau badan hukum
yang memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah yang meliputi, hak atas bagian-
bersama, benda-bersama, dan tanah-bersama, yang semuanya merupakan satu-kesatuan
yang tidak terpisahkan dengan satuan yang bersangkutan.
Kepemilikan satuan Rusun dapat dimiliki dengan cara membayar tunai (cash) dan
angsuran (kredit pemilikan rumah atau KPR). Dalam pengelolaannya, setelah Rusun yang
ditempati sudah melunasi angsuran sesuai dengan perjanjian akad kredit yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak (penghuni dan pengembang/pihak perbankan-red),
maka penghuni Rusun wajib membentuk Persatuan Penghuni Rumah Susun (PPRS) dan
diberikan kedudukan sebagai badan hukum, sebagaimana tertuang dalam Pasal 19 ayat 1
dan ayat 2 UndangUndang No. 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun. Yang
ketentuannya diatur dalam Perarturan Pemerintah RI No. 4 thn 1998.
1. Low rise: memiliki ketinggian 2-6 lantai dan menggunakan tangga sebagai
sarana sirkulasi vertikalnya. Jenis ini dikenal dengan walk-up- jlat.
28
2. Medium rise: memiliki ketinggian 6-9 lantai dan bisa menggunakan elevator
listrik sebagai sarana sirkulasi vertikalnya.
3. High rise: memiliki ketinggian di atas 9 lantai dan hams menggunakan
elevator listrik sebagai sarana sirkulasi vertikalnya.
Apabila mengacu pada luas unit hunian, maka rumah susun dibedakan menjadi
tipe studio seluas 18m2 hingga tipe penthouse seluas 200m 2. Pada umumnya yang
bertipe kecil banyak dijumpai pada rumah susun murah dan sederhana yang dihuni
oleh masyarakat berpendapatan menengah ke bawah (Paul dalam citaresmi,2001).
Berdasarkan jumlah lantai dalam satuan unit hunian, rumah susun dibagi
menjadi tigajenis yaitu (Joseph de Chiara, 1984:560):
1. Simplex: merupakan rumah susun yang tiap unitnya terdiri dari 1lantai. Jenis ini
adalah yang paling umum karena merupakan jenis yang paling simpel dan
ekonomis dalam pembangunannya.
2. Duplex: merupakan rumah susun yang tiap unitnya terdiri dari 2 lantai yang
dihubungkan dengan tangga. Ruang keluarga, dapur, dan ruang makan berada
pada satu lantai, sedangkan lantai lainnya digunakan sebagai ruang tidur atau
ruang istirahat. Keunggulan ekonomis dari rumah susun jenis ini adalah
bahwa koridor dan pintu lift tidak perlu disediakan untuk setiap lantai
bangunan.
3. Triplex: merupakan rumah susun yang tiap unitnya terdiri dari 3 lantai. Pada
dasarnya pembagian ruangnya sama denganjenis duplex.
29
kepemilikan, yaitu sistem kepemilikan perseorangan dan bersama baik dalam bentuk
ruang maupun benda. Sistem kepemilikan bersama yang terdiri dari bagian-bagian yang
masing-masing merupakan satuan yang dapat digunakan secara terpisah yang
dikenal dengan istilah condomium. Sistem ini mewajibkan untuk mengadakan
pemisahan hak dari masing-masing satuan yang dilaksanakan dengan pembuatan akta
pemisahan yang mengandung nilai perbandingan proporsional yang akan digunakan
sebagai dasar penerbitan sertifikat hak milik atas satuan yang bersangkutan.
30
ditambahkan di belakangnya berarti pengguna tangan pertama adalah pembeli
yang membeli secara langsung dari pengembangnya. Istilah lain yang sering
diusung oleh para pengembang untuk rusunami adalah “apartemen bersubsidi”.
Para pengembang umumnya lebih senang menggunakan istilah “apartemen”
daripada “rusun” karena konotasi negatif yang melekat pada istilah “rusun”.
Sedangkan penambahan kata “bersubsidi” disebabkan karena pemerintah
memberikan subsidi bagi pembeli rusunami. Namun hanya pembeli yang
memenuhi syarat saja yang berhak diberi subsidi. Warga masyarakat yang tidak
memenuhi syarat tetap dapat membeli rusunami, namun tidak berhak atas subsidi.
Muka bangunan atau yang biasa disebut fasade ini akan dirancang mebyerupai
bentuk hexagonal layaknya sarang lebah namun tetap memperhatikan kaidah
pembangunan yang baik dan akan memperhatikan pengaruh iklim, Hasil dari fasade yang
berbentuk hexa gonal akan diberi warna yang mencolok sebagai aksen daya tarik
masyarakat dengan menyimbolkan hunian yang nyaman, indah, unik dan tertata dengan
baik.
Penyesuaian iklim akan sangat ditekankan karena rumah susun ini dirancang
untuk masrakat menengah kebawah maka akan sangat diperhatikan untuk pencahayaan
yang masuk kedalam gedung serta alur udara yang baik agar didalam gedung tetap
memiliki sirkulasi udara yang baik tanpa bantuan media lain seperti ac dan menghemat
pengeluaran listrik dengan konsumsi listrik yang bias terjangkau oleh para penghuni.
31
III.5. Studi Banding Proyek Sejenis
III.5.1. Studi banding ( Rumah Susun Tanah Abang – Rumah Susun Kemayoran )
Rumah Susun Tanah Abang merupakan rumah susun hunian karena seluruhnya
berfungsi sebagai tempat tinggal, diperuntukkan untuk penghuni dengan tingkat
perekonomian menengah bawah, tetapi sekarang ini sudah
Rumah susun ini terdiri dari 2 wilayah yaitu wilayah A dan wilayah B. Wilayah A
memiliki 32 blok dan wilayah B memiliki 32 blok. Survey dilakukan hanya pada rusun
blok A saja, pada hari Kamis 9 September 2009.
2. Tahap Iterdiri dari Rusun jenis Dakonta dan Apron yang tiap unitnya tidak
memiliki WC di dalam tetapi memiliki WC umum/ bersama.
3. Tahap II terdiri dari Rusun jenis Conver dan Boeing yang tiap unitnya memiliki
WC di dalam tiap unitnya.
Survey dilakukan untuk jenis Conver, Berikut ini adalah data dari hasil survey
dan analisa:
32
( Tabel III.1 : Tabel 1 dari 3 Studi Banding )
33
( Tabel III.1 : Tabel 2 dari 3 Studi Banding )
34
( Tabel III.1 : Tabel 3 dari 3 Studi Banding )
35
Sedangkan perbandingan dari segi kelengkapan fasilitas, yakni:
Dikaitkan dengan penerapan konsep Hemat Energi, kesimpulan yang bisa diambil
• Kondisi tapak berpengaruh dalam hal pencapaian ke tapak, yakni seberapa besar
usaha yang dibutuhkan penghuni untuk sampai ke rusun. Lokasi kedua rusun yang
strategis (dekat jalan raya) dapat mengatasi masalah tersebut.
• Ada usaha untuk memanfaatkan penghawaan dan pencahayaan alami melalui Bentuk
dan Gubahan Massa, namun sayangnya usaha itu kurang berhasil khususnya pada
Rusun Tanah Abang.
• Pencahayaan alami dan penghawaan pada rusun kurang
sehingga membutuhkan pencahayaan dan penghawaan buatan (lampu listrik, AC,
kipas angin, exosfan, dll) khususnya pada Rusun Tanah Abang.
36
• Penghijauan juga memegang peranan, karena lingkungan yang asri
akan memancing kegiatan komunal di luar ruangan sehingga menghemat
pemakaian energi listrik. Hal ini terjadi pada Rusun Tanah Abang yang memiliki
penghijauan lebih banyak.
• Material bangunan berperan dalam menyerap atau meredam panas. Hal ini direspon
lebih baik oleh bangunan Rusun Kemayoran yang memiliki finishing relatif
lebih baik.
• Jarak antar bangunan dapat menghemat energi dalam hal sirkulasi manusia.
• Jarak yang jauh mendorong manusia untuk menggunakan kendaraan di dalam area
sirkulasi (misalnya: motor)
Kriteria Desain
37
tiap unit. Setiap blok rumah susun Cimahi terdiri dari lima lantai, lantai 1 sampai lantai 4
merupakan unit hunian dan lantai dasar sebagai fasilitas penunjang dan ruang bersama.
Antar blok massa bangunan dihubungkan oleh selasar yang juga berfungsi sebagai jalur
evakuasi.
Konsep desainnya:
Rusuna Cigugur adalah hasil penerapan teknologi Puskim secara terintegrasi dari
segi arsitektur,struktur,plumbing, bahan bangunan, sanitasi dan persampahan.
Sistem struktur Rumah susun Cigugur menggunakan sistem pracetak C-Plus yang
ditelah diuji pada tahun 2002. Hasil pengujian menunjukkan sistem ini mempunyai
kehandalan sebagai sistem struktur bangunan bertingkat. Parameter keandalan sistem ini
untuk joint balok kolom interior adalah beban lateral leleh sebesar 20,77 ton, beban
maksimum 27,03 ton dan daktilitas sebesar 5,3 sedangkan joint balok kolom
eksterior didapatkan beban leleh lateral 8,75 ton. Sedangkan beban lateral maksimum
yang dapat dipikul adalah 12,82 ton dan daktilitas 3,3. Dari parameter di atas dapat
disimpulkan bahwa sistem ini dapat digunakan pada struktur bangunan bertingkat di
Indonesia.
Bentuk khas Struktur C-Plus adalah berbentuk plus(+). Ditinjau dari segi
kekuatan, bentuk kolom yang simetris akan memberikan kekuatan yang sama pada kedua
arah sumbu utama kolom baik arah x maupun arah y. Dengan inersia yang sama, bentuk
kolom plus membutuhkan volume beton yang lebih kecil dibandingkan dengan bentuk
kolom persegi. Sebagai gambaran, bentuk kolom plus 20/75 yang digunakan pada
rusunawa Puskim memiliki inersia yang sama dengan kolom persegi ukuran 50×50.
Dengan bentuk ini, kolom C-Plus lebih hemat 15% dalam penggunaan beton. Kelebihan
lain dari bentuk ini adalah memungkinkan adanya efisiensi ruang. Pada kolom
konvensional bangunan bertingkat, ukuran kolom persegi harus lebih besar dari tebal
dinding sehingga ada bagian kolom yang menonjol dan memakan ruang. Untuk ruang-
38
ruang yang tidak terlalu luas (unit 18 atau 21), penggunaan kolom C-Plus akan
mengurangi tonjolan sehingga ruang lebih efisien.
2. Bahan Bangunan
Bahan penutup lantai adalah plesteran untuk lantai hunian dan selasar. Bahan
gymstone digunakan pada lantai plaza. Kerangka kuda-kuda menggunakan bahan baja
karena durabilitas lama dan tidak memerlukan perawatan khusus. Kusen jendela
menggunakan bahan alumunium agar tidak memerlukan perawatan khusus.
Sistem plumbing air bersih yang diterapkan pada rumah susun sederhana Puskim
adalah sistem Pemompaan dan Gravitasi. Air dari sumur dalam dipompa ke ground tank,
untuk kemudian dipompa ke roof tank. Air dari roof tank didistribusikan ke tiap unit
dengan sistem gravitasi. Setiap unit dilengkapi meteran air dan listrik untuk mencatat
penggunaan air.
5. Persampahan
Untuk dua blok rusuna Cigugur yang terdiri dari 64 unit hunian dilengkapi empat
unit komposter dengan kapasitas masing-masing 500 L dari bahan tahan karat. Ruang
pemilahan sampah terletak di lantai dasar.
Keunggulan
39
• Dengan teknologi pracetak, lebih cepat dikerjakan. Biaya konstruksi lebih murah.
Dari aspek penghawaan, sirkulasi udara lebih baik.
• Dari aspek pencahayaan alami, pencahayaan alami tiap unit lebih baik dengan
input dari 2 sisi.
• Sistem plumbing lebih efisien .
• Biaya Investasi
• Biaya konstruksi 1,8 juta/m2 (tahun 2006).
Sketsa Siteplan
Rusunawa Cimahi II terdiri dari 297 unit ruangan bertipe 24 dan 72 unit ruangan
bertipe 27. Namun saat ini rusunawa tersebut belum bisa digunakan karena balum adanya
serahterima dari pemerintah pusat. Rusunawa ini diperuntukkan bagi pekerja yang
berstatus lajang atau mereka yang sudah menikah dan memiliki anak maksimal satu
orang. Lama waktu sewanya pun dibatasi maksimal 3 tahun.
Sementara untuk anggaran Rusunawa Cimahi II, dibangun oleh dana dari APBN
dan APBD Kota Cimahi Tahun Anggaran (TA) 2009 yang memakan waktu
40
pembangunan selama 1 tahun. Rusunawa ini merupakan kerja sama pemerintah pusat
yakni Kemenpera, Kementerian PU, dan Pemkot Cimahi. Total anggaran yang
dikeluarkan dari APBN dan APBD Kota Cimahi sebesar Rp 45,5 miliar.
1. 3 block bangunan yaitu bangunan A,B dan C. Dengan jumlah 4 lantai, dan lantai
dasar di peruntukan sebagai sarana sosial.
2. Jumlah unit hunian pada 3 Block rusun yaitu 99 unit x 3block = 297 unit hunian.
3. Pada rusun awalnya terdapat 3 buah warung pada setiap blocknya dan warung
tersebut di kelola oleh para penghuni rusun sendiri, namun pemerintah kota cimahi
sudah melarang membuka warung di lokasi rusun, maka dari itu pemerintah
memberikan tempat khusus yang disebut pasar tradisional rusun tepat di sebelah
rusun seluas 30m x 70m.
41
4. Pasar tradisional di rusun tersebut sementara ini belum difungsikan, dikarenakan
keterbatasan modal dan belum turunya dana dan pengelola system management
keuangan yang akan ditunjuk langsung oleh pemerintah setempat nantinya.
5. Masjid disebelah musholla tersebut terlihat sepi dan belum difungsikan juga
mungkin karena peralihan fungsi ruang serbaguna yang awalnya dijadikan aula,
kini dijadikan musholla dan merata di setiap block terjadi peralihan fungsi yang
sama.
6. Pada tiap block terdapat wc umum dilantai dasar dengan besaran 3 x 8 meter
(terdapat 2 wc umum pada setiap block)
42
Kondisi Toilet Rusun cibaligo
43
Fasilitas yang ada pada rusun
44
Ukuran jalan
Ukuran jalan yang telah saya ukur melalui survey langsung yaitu lebar jalan 6m,
pedestriannya 1,5 meter sedangkan ukuran taman itu sendiri 30m x 30m.
45
BAB IV
ANALISA PROYEK
IV.1.2. Subsidi
Istilah lain yang sering diusung oleh para pengembang untuk rusunami adalah
Apartemen Bersubsidi. Pengembang lebih senang menggunakan istilah apartemen
daripada rusun karena konotasi negatif yang melekat. Sedangkan penambahan kata
bersubsidi disebabkan karena pemerintah memberikan subsidi bagi pembeli rusunami
jika memenuhi syarat. Sedangkan yang tidak memenuhi syarat tetap dapat membeli
rusunami namun tidak mendapatkan subsidi.
46
IV.1.2.2 Syarat Subsidi
1. Keluarga/rumah tangga yang baru pertama kali memiliki rumah dan baru
pertama kali menerima subsidi perumahan (dibuktikan oleh surat pengantar
dari kelurahan)
2. Gaji pokok pemohon atau pendapatan pokok pemohon perbulan maksimum
4,5 juta
3. Memiliki NPWP
4. harga untuk apartemen dibawah Rp. 144 jt dan rumah dibawah Rp. 55jt
Redefinisi rusunami itu mencakup harga patokan satuan rusunami, fasilitas minimum
yang wajib disediakan pengembang, maupun penentuan secara tegas proporsi rusunami yang
bersubsidi dan nonsubsidi.
Golongan I adalah masyarakat yang berpenghasilan Rp 3,5 juta-Rp 4,5 juta per bulan.
Golongan II dengan pendapatan Rp 2,5 juta-Rp 3,5 juta per bulan, dan
golongan III dengan penghasilan Rp 1,2 juta-Rp 2,5 juta per bulan.
47
IV.3. Simulasi perhitungan harga unit hunian
Rumah susun sangkuriang ini memiliki 3 masa bangunan yang sudah menelan biaya
pembangunan senilai 18 miliyar rupiah, berdasarkan hasil perhitungan anggaran biaya kami
sudah menyimpulkan bahwa harga bangunan sudah ditetapkan yaitu :
Pengelola Penghuni
Pengelola rusun dengan penghuni rusun sangat memiliki kaitan yang erat dalam rangka
pengurusan bangunan rusun juga dalam mengatur ketertiban rusun itu sendiri dan dalam sebuah
sekumpulan rumah perlu ada suatu kepengurusan misalnya RW, RT dsb.
Apabila melihat dari karakteristik rusun ini maka perlu diadakan kepengurusan
management yang baik dan sebagaimana kita ketahui rusun ini memiliki 144 hunian dan akan
dihuni oleh krang lebih 144 kk maka diperlukan seorang ketua RW, dan 3 ketua RT serta
kepengurusan lainnya dan saya akan menguraikan kelompok diagram diatas yaitu :
Pengelola
48
Dalam rangka melaksanakan Tugasnya RW mempunyai FUNGSI:
Pengkordinansian pelaksanaan tugas tugas RW
Fasilitas dalam hubungan antar RW dan antar masyarakat dengan Pemerintahan
Desa atau kelurahan dan Daerah
FUNGSI KETUA RT
Pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya.
Pemeliharaan keamanan ketertiban dan kerukunan hidup antar warga
pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan
aspirasi dan swadaya murni masyarakat
Penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat diwilayahnya
4. Pengelola kantin
Tugas pengelola kantin antara lain menyediakan masakan bagi para penghuni
baik pagi siang maupun sore hari, namun makanan yang disajikanpun harus memenuhi
kriteria kesehatan yang baik.
49
Makanan yang disajikan berupa makanan berat maupun makanan siap saji juga
berbagai minuman segar maupun minuman yang siap saji sesuai kebutuhan para
penghuni rusun.
5. Penghuni rusun
Pembentukan Perhimpunan Penghuni Rumah Susun telah diatur dalam UURS dan
PP No. 4 tahun 1988. Pasal 54 ayat (1) PP No. 4 Tahun 1988 berbunyi:
“para penghuni dalam suatu lingkungan rumah susun baik untuk hunian maupun
bukan hunian wajib membentuk perhimpunan penghuni untuk mengatur dan mengurus
kepentingan bersama yang bersangkutan dengan pemilikan, penghunian, dan
pengelolaannya.”
Mengingat pentingnya kedudukan Perhimpunan Penghuni, maka untuk
mempermudah pembentukan Perhimpunan Penghuni dikeluarkanlah SK Menteri Negara
Perumahan Rakyat selaku Ketua Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan
Perumahan dan Pemukiman Nasional No. 6/KPTS/BKP4N/1995, tentang Pedoman
Pembuatan Akta Pendirian, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan
Penghuni Rumah Susun.
PPRSt mempunyai tugas dan wewenang untuk mengelola dan memelihara
lingkungan rumah susun, dan menetapkan peraturan-peraturan mengenai tata tertib
penghunian. Keanggotaan perhimpunan penghuni didasarkan kepada realita penghunian,
artinya yang dapat menjadi anggota perhimpunan penghuni adalah mereka yang benar-
benar menghuni atau menempati satuan rumah susun baik atas dasar pemilikan maupun
hubungan hukum lainnya. Apabila pemilik belum menghuni, memakai atau
memanfaatkan satuan rumah susun yang bersangkutan, maka pemilik menjadi anggota
perhimpunan penghuni. Apabila penyelenggara pembangunan rumah susun terkait belum
dapat menjual seluruh satuan rumah susun, maka penyelenggara pembangunan rumah
susun tersebut bertindak sebagai anggota perhimpunan penghuni
50
IV.6. Analisa Site
Site berada di jalan Soekarno-Hatta. Lokasi di sepanjang Jalan ini merupakan lokasi
strategis untuk bangunan hunian, perdagangan dan jasa moda transportasi. Area ini adalah lokasi
yang baik bagi para pengembang properti dan peminat bisnis untuk membuka usahakarena
wilayah ini semakin berkembang apalagi dengan banyak bermunculan perumahan baru di sekitar
wilayah ini. Penerapan arsitektur hijau ikut andil sebagai fitur dan pendorong masyarakat agar
sadar lingkungan. Sehingga diharapkan dengan dibangunnya Rusunami ini tersedia fasilitas
hunian yang juga mendorong pembangunan kota yang lebih ‘hijau’. Site merupakan area
perkotaan dengan mobilitas tinggi sehingga akses dan sirkulasi menuju ke site mudah dan lancar.
Namun banyaknya jumlah kendaraan yang melewati site menyebabkan area ini padat dan ramai
sehingga fasilitas parkir dalam bangunan sangat dibutuhkan.
51
IV.7.1. Batasan Tapak Wilayah caringin
POTENSI : Caringin adalah kawasan lokasi yang dapat dinilai sebagai kawasan perkotaan
dan dilokasi tersebut dekat dengan jalan yang sifatnya Padat dan bercampur dengan aktifitas
kehidupan yang cukup besar pada perekonomian kota bandung.
KENDALA : Dengan padatnya aktifitas manusia di wilayah ini pasti akan menyebabkan
kemacetan lalulintas dan ketertiban yang kurang tertata
SOLUSI : harus dilakukan pembenahan sistem lalulintas dan alur yang baik agar
terciptanya akses yang baik teratur dan tertata dengan rapi
POTENSI : titik pandang yang bagus yang bisa diperoleh untuk titik pandang ke lokasi tapak
secara maksimal ada 2 titik yaitu :
52
• Titik yang diperoleh dari arah Timur laut (arah titik agen bus lorena)
• Titik yang diperoleh dari arah utara (akses dari cimahi, tol pasir koja, dan kawasan utara
lainnya)
KENDALA : titik pandang bangunan tidak bisa didapat secara maksimal dari area lain
dikarenakan banyaknya bangunan tinggi yang menghalangi arah pandang terhadap tapak.
SOLUSI : untuk mendapat view dari arah lain mungkin sulit namun kita bisa
mengupayakan cara lain dengan memberikan aksen pada bangunan yang dapat menjadi titik
perhatian warga yang melintas tepat didepan lokasi bangunan.
KDB : 40 %
53
Masa bangunan 2 : 720m
Total : 1177m+720m+720m=2617m
Sisa : 3600-2617=983
KLB : 2,4
Lahan : 9000m
( Gambar IV.3 : Ukuran besaran jalan area rusun dan jalan utama soekarno – Hatta )
54
(Gambar IV.4 : Sirkulasi jalur kendaraan umum dan pribadi )
55
pengguna bangunan di dalam tapak sehingga bisa menimbulkan ketidaknyamanan akibat
kebisingan dari kendaraan yang melitas di jalan raya di sekitar tapak. Karena itu untuk mengatasi
kebisingan tersebut akan dibuat vegetasi di sekitar tapak untuk menyerap kebisingan dari jalan
raya, vegetasi disekitar tapak juga berguna untuk menyerap polusi yang di keluarkan oleh
kendaraan yang melintas.
56
IV.13. Kondisi Iklim
Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi wilayahnya
bagaikan sebuah "mangkok raksasa". Bandung terletak pada koordinat 107° BT and 6° 55’ LS.
Luas Kota Bandung adalah 16.767 hektare.
Kota ini secara geografis terletak di tengah-tengah Provinsi Jawa Barat. Dengan
demikian, sebagai ibu kota provinsi, kota Bandung mempunyai nilai strategis terhadap daerah-
daerah di sekitarnya.
Kota Bandung terletak pada ketinggian ±768 m di atas permukaan laut rata-rata (mean
sea level), dengan di daerah utara pada umumnya lebih tinggi daripada di bagian selatan.
Ketinggian di sebelah utara adalah ±1050 msl, sedangkan di bagian selatan adalah ±675 msl.
Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga Bandung merupakan suatu cekungan (Bandung
Basin).
Melalui Kota Bandung mengalir sungai utama seperti Sungai Cikapundung dan Sungai
Citarum serta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di
Sungai Citarum, dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah
banjir
Iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk, dengan
suhu rata-rata 23.5 °C, curah hujan rata-rata 200.4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 21.3 hari
per bulan. Menurut Badan Pusat Statistik Kota Bandung, selama tahun 2011 tercatat suhu
tertinggi di kota Bandung mencapai 30,4oC yang terjadi di bulan September dan Oktober.
Suhu terendah di kota Bandung pada tahun 2011 adalah 18,2oC yaitu pada bulan
Agustus.Curah hujan terringgi di kota Bandung pada tahun 2011 terjadi di bulan April yaitu
sebesar 381,5 mm. Sementara curah huja terendah terjadi di bulan September sebesar 3,1 mm
57
IV.14. Analisa Pencapaian
Akses masuk ke area rusun ada 3 pintu diantaranya 2 pintu tepat di depan jalan soekarno
– hatta dan 1 pintu masuk di belakang untuk akses warga dari belakang area rusun.
Akses pintu masuk utama terletak pada panah notasi 1 dan 2 sedangkan untuk private ada
pada notasi yang ke 3.
• Peletakkan Bangunan
Bangunan diletakkan sesuai dengan setback sempadan 10 m dari jalan.
• Parkir
Area Parkir di terdapat di lantai dasar. Sebagian besar area parkir terdapat di lantai dasar
dan lantai dasar mampu menampung kurang lebih 60 unit kendaraan bermotor, dan
58
penghuni pada 1 bangunan rusun adalah 48kk maka dengan daya tampung 60 unit sudah
mencukupi bagi penghuni, lalu di bagian luar bangunan ada lahan parkir yang
diperuntukan untuk tamu yang akan berkunjung dan bisa menampung 50 motor dan 30
mobil.
• Elemen Perkerasan
Elemen perkerasan pada tata ruang luar bangunan terbagi menjadi dua yaitu aspal,
dan paving block. Aspal digunakan sebagai material penutup untuk sirkulasi kendaraan,
sedangkan paving block digunakan sebagai material penutup untuk pedestrian.
• Landscape
Penataan vegetasi pada ruang luar dilakukan secara horizontal. Dengan tujuan,
yaitu:
Sebagai aspek arsitektural, yaitu vegetasi sebagai pembentuk ruang, pembatas
ruang, dan pengarah pergerakan.
59
Sebagai aspek estetika, yaitu vegetasi berfungsi sebagai elemen yang menciptakan
keindahan.
Sebagai aspek engineering, yaitu vegetasi berfungsi sebagai kontrol kebisingan,
temperatur, angin.
Secara horizontal penataan vegetasi dilakukan di sisi timur, barat dan selatan site, hal ini
memungkinkan karena setback dari site adalah 10m.
• Zonasi
Pembagian zona pada bangunan Rusun sangatlah penting untuk menciptakan
kenyamanan bagi penghuninya. Pembagian zona yang tepat akan menciptakan privasi
yang tinggi pada unit-unit ruang kantor yang disewakan. Zonasi diciptakan baik secara
horisontal maupun vertikal. Zonasi secara horizontal merupakan zonasi pada lingkup
siteplan sedangkan zonasi vertikal adalah zonasi pada lingkup bangunan.
Zonasi pada Rusun terdiri atas:
Zona publik
Terdapat pada bagian site paling depan. Ketika memasuki area ini, terdapat
petugas keamanan yang mengawasi bagian depan sehingga keamanan Rusun
terjaga. Yang termasuk zona publik adalah area parkir luar dan drop off di depan
bangunan.
Zona semi-publik
Berada setelah zona publik. Untuk memasuki zona ini, terdapat kontrol keamanan
baik akses ke lobby maupun area parkir. Zona ini terdiri atas lobby, fasilitas-
fasilitas komersial yang dapat diakses oleh pengunjung yang bukan penyewa
dengan pengawasan dari pihak pengelola. Terdapat pada lantai basement
Zona privat
Merupakan zona dengan tingkat privasi tertinggi dibandingkan zona-zona lainnya.
Terdapat akses dengan kontrol keamanan yang harus dilewati setelah melewati
zona semi-publik. Terdiri atas unit-unit ruang hunian
60
( Gambar IV.12 : Gambaran Zonasi )
2. Pemukiman warga
kumuh (V , W, dan Z) : View
dari lokasi ini memiliki
tampak yang kurang
maksimal ke titik V dan Z
namun untuk W bisa terlihat
baik namun masih kurang
maksimal karena terhalang
oleh pemukiman warga.
( Gambar IV.13 : Orientasi Sumbu Jalan dan Arah Pandang )
61
(BURUK)
3. Pemukiman warga kumuh (W & Z) : View dari lokasi ini memiliki tampak yang sangat
baik karena tepat di depan objek (BAGUS)
4. Pom Bensin (X, Y, dan Z) : View dari lokasi ini memiliki tampak yang kurang
maksimal ke titik X namun untuk Y dan Z bisa terlihat dengan cukup baik ke arah belakang
bangunan (BIASA)
5. Pemukiman warga kumuh blkg pasar (X,Y,Z) : View dari lokasi ini memiliki tampak yang
kurang maksimal ke titik Z namun untuk X dan Y bisa terlihat baik ke arah belakang
bangunan (BAGUS)
6. Pemukiman warga Babakan ciparay (V & X) : View dari lokasi ini memiliki tampak yang
Sangat maksimal ke semua titik karena titik ini juga merupakan akses masuk pintu belakang
warga rusun ke area belakang rusun (BAGUS)
Kesimpulan : Vote untuk titik pandang yang baik adalah no (1, 3, 5, dan 6) sedangkan vote
point buruk yaitu angka 4 dan 6 maka view bangunan terhitung cukup baik
Dalam hal orientasi terhadap arah sinar matahari, bagian timur bangunan akan
memperoleh cahaya matahari pagi paling besar sehingga digunakan strategi lightshelves yang
memungkinkan perolehan cahaya masuk ke dalam ruangan tanpa menimbulkan glare. Untuk
memanfaatkan cahaya matahari siang dapat dimanfaatkan skylight pada podium sehingga
diperoleh pencahayaan alami. Untuk merespon cahaya matahari sore yang cukup panas di bagian
barat bangunan akan digunakan sistem naungan (shading system) yang mengurangi dampak
panas yang diterima.
62
barat timur
Dari orientasi arah angin, angin yang berhembus di site tidak terlalu kencang karena berada di
dataran rendah dan suhu udara yang sangat panas. Pada saat musim penghujan kira-kira pada
bulan November hingga April, berhembus angin muson tenggara yang datang dari Samudra
Hindia yang membawa titik-titik uap air yang menyebabkan hujan. Sedangkan pada musim
kemarau yang terjadi sekitar bulan Mei hingga Oktober berhembus angin muson barat laut yang
berasal dari Laut Cina Selatan yang membawa angin panas. Hal ini ditanggapi dengan
penggunaan material kaca double glazing untuk mengurangi panas.
63
IV.18. Aktifitas pengguna dan pengelola rusun
64
IV.19. Program Ruang
45
65
45
45
66
( Tabel IV.1 : Program Ruang Rusun Sangkuriang 1 )
67
Analisa Lantai 1 Total yaitu 432+246=678m
68
( Tabel IV.2 : Program Ruang Rusun Sangkuriang 2 )
69
Analisa Lantai 1 Total yaitu 432+246=678m
70
Analisa Lantai 2 Total yaitu 432+246=678m
Total luas keseluruhan dalam meter adalah = 3643 + 2754 + 2754 = 9151m
71
IV.20. Golden Section
Skala menyinggung pada ukuran suatu benda dibandingkan dengan suatu standar
referensi atau dengan ukuran sesuatu yang dapat dijadikan patokan. Sedangkan proporsi
lebih menekankan pada hubungan yang sebenarnya atau yang harmonis dari satu bagian
dengan bagian yang lain.
Beberapa Teori-teori proporsi yang ada diantaranya :
Golden section
Penataan klasik
Teori-teori Renaissance
Modular
Ken
Antropometri
Skala Visual
Skala manusia
Prinsip-prinsip Penataan
72
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
a. Orientasi Bangunan
73
Mengutamakan orientasi bangunan rumah ke arah ruang-ruang terbuka,
untuk mendapatkan pandangan yang bagus baik dari tapak atau menuju tapak,
yaitu ke arah Timur dan Utara.
Berusaha membuat orientasi bangunan rusunami yang ke arah depan
memberi kesan "selamat datang" (menerima) yang kesan tersebut juga dimiliki
oleh rumah-rumah sekitar.
a. Bentuk Bangunan
74
Ruang-ruang Publik seperti Ruang Tamu berorientasi ke area umum
yaitu ke arah jalan.
75
V.2. Konsep zoning pada site
Dimulai dengan mengkaji lahan perancangan yang memiliki batas – batas lahan yaitu :
Fungsi bangunan dan jalan disekitarnya kemudian dijadian bahan pertimbangan untuk
menentukan arah hadap dan pola peruntukan lahan perancangan tersebut. Disinilah perancang
membuat Zoning atau pemintakatan untuk area-area di dalam lahan perancangan.
Keterangan :
Hijau zona publik
Kuning zona semi private
Merah zona private
76
Zoning terbagi menjadi 3 area :
Privat : dipilih area yang paling terhindar dari kebisingan jalan dan lingkungan
sekitar. Maka dipilih area ini adalah area yang jauh dari jalan umum/penduduk. Misalnya
unit hunian pada gedung sangkuriang 1, 2 dan 3.
Semi Privat : dipilih area yang memiliki kebisingan dan lalulintas kegiatan sedang.
Perancang memilih area ini berada di tengah-tengah lahan perancangan. Misalnya pada
jalan rusun dan lokasi sirkulasi di area sekitar rusun.
Publik : dipilih area yang paling dekat dengan kebisingan jalan dan kepadatan
lalulintas kegiatan sekitar. Maka yang dipilih adalah area yang paling dekat dengan jalan.
Misalnya pada di area parkir, jalan raya soekarno hatta, RTH atau taman yang ada di
belakang bangunan rusun.
Penentuan zona-zona di atas adalah tahap penting dalam memulai perancangan blok
massa / bangunan. Karena dengan mendefinisikan gambar-gambar zoning, kami dapat
menentukan fungsi arsitektur apa yang hendak ditempatkan di atas lahan perancangan serta
dimana persisnya kami menempatkan setiap fungsi tersebut.
Sistem pensoningan seperti ini hanya cocok untuk bangunan sederhana seperti rumah
tinggal atau rumah profesi jika bangunan yang lebih komleks akan beda tata pensoningannya
77
V.3. Konsep Jenis dan pengelompokan ruang
b. Tapak / Site
Data tapak (lokasi dan luas)
Analisis tapak
c. Data rancangan
Kebutuhan spesifik klien (bila ada)
Anthropometri dan ergonomi
Perabotan dan lay out
Preseden desain (kajian tipologi)
UU BG dan aturan pemerintah
d. Penekanan desain
Kebutuhan klien
Kajian tipologi
e. Konsep desain
Pengelompokkan ruang & hubungan antar ruang
Program ruang
Eksplorasi bentuk ruang interior
Eksplorasi konfigurasi ruang
Eksplorasi kualitas ruang
Eksplorasi gubahan massa/transformasi bentuk
Eksplorasi tampilan fasad bangunan
f. Pradesain
Situasi,
site plan,
denah,
tampak,
78
potongan, dan
perspektif
g. Pengembangan desain
Rencana detail
Pola dan detail plafond
Pola dan detail lantai
Rencana struktur
Rencana site/tapak/olahan ruang luar/lansekap
MAKET STUDI
79
• R. Serbaguna (publik)
• pertokoan (publik)
• Kantin (publik)
• Parkir motor (publik)
• Entrance (publik)
Lantai 1 (typical sampai lantai 3)
• Ruang keluarga (semi private)
• Kamar tidur (Private)
• Dapur (Private)
• WC (Private)
• Balkon (Private)
80
V.5. Konsep Utilitas
Pada setiap unit bangunan tower terdapat 4 buah torn air yang dapat
menampung air masing – masing tower yaitu kurang lebih 10.000 L air.
Mengingat lebutuhan air per tower yaitu 192 manusia x 100 L = 19.200 L/ hari
apabila dibulatkan ditambah dengan kebutuhan air di wc umum untuk kebutuhan
peribadatan, dan kebutuhan lainnya kurang lebih 5000 L/hari jadi totalnya kurang
lebih 25000L / hari jadi kapasitas 40.000 L/hari dapat menutupi kebutuhan
manusia yang tinggal di rusun tersebut tanpa kekurangan.
81
V.5.2. Penanggulangan air kotor
Perencanaan pengelolaan air buangan akan berpedoman pada sistem
proses pengolahan yaitu Communal Treatment. Prakiraan volume buangan
domestik KM/WC dan kegiatan rumah tangga adalah sebagi berikut :
82
V.5.4. Pengelolaan sampah domestik
Kebersihan dan estetika Rusunamia menyangkut sistem pengelolaan
sampah yang akan diterapkan. Selama kegiatan operasional pola pengelolaan
yang akan digunakan meliputi :
• Sistem pewadahan
• Sistem pengumpulan
• Pembuangan akhir
• Sistem pengangkutan
83
Berikut adalah skema sistem jaringan listrik pada bangunan Rusunami :
84
V.5.8. Konsep penangkal petir
Rusunami direncanakan akan menggunakan sistem penangkal petir dalam
upaya proteksi terhadap bahaya sembaran petir pada saat musim hujan yang dapat
pula memicu terjadinya kebakaran. Petir yang menyambar ke arah Rusunami akan
ditangkap oleh penangkal petir dengan ketinggian 14m seperti pada gambar di
bawah ini dan radius proteksi sejauh 80m, lalu dialirkan dengan penghantar
tahanan 5 ohm ke dalam tanah.
85
( Gambar V.8 : Rencana Peletakkan Tangga Pada Type 27 )
86
a. Optimalisasi vegetasi di sekitar bangunan. Dengan memanfaatkan
vegetasi yang berada di sekitar bangunan yang diatur jenis, ukuran,
jumlah dan posisi yang sedemikian rupa sehingga mengarahkan udara
sejuk masuk ke dalam bangunan. Pengaturan vegetasi dapat
dilakukan melalui penataan lansekap.
b. Bukaan sebagai jalur sirkulasi udara dalam bangunan. Pengaturan
bukaan atau ventilasi pada bangunan berpengaruh terhadap kapasitas
masuknya udara ke dalam bangunan. Ventilasi yang cukup dengan
posisi yang tepat akan memperlancar sirkulasi udara sehingga tidak
pengap atau lembab. Cross ventilation diterapkan dengan membuat
ventilasi di sisi ruang yang berseberangan agar udara mudah
mengalir, dan menghasilkan udara yang bersifat fleksibel.
c. Green roof pada atap bangunan, adanya green roof pada atap
bangunan, apabila dikerjakan dengan metode dan perhitungan yang
tepat, akan dapat mengurangi suhu panas yang dinaunginya, sehingga
dapat memberi kesejukan ruang di dalam bangunan
87
green roof pada bangunan (Banting, D. et al., 2005). Green roof menggantikan
jejak vegetasi yang hancur ketika bangunan itu dibangun. Konsep taman atap
diperkenalkan dengan tujuan mengurangi keuntungan panas ke dalam bangunan
dan memodifikasi kondisi sekitar melalui fotosintesis dan evapotranspirasi
tanaman.
Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa atap kebun dapat secara
efektif mendinginkan lingkungan ambient langsung oleh 1,5 [derajat] C. (Wong,
N. H. dan et al., 2002). Umumnya, pembacaan suhu permukaan dikumpulkan dari
atap taman yang ditemukan menjadi lebih rendah dari yang tercatat pada atap
beton tandus. Hal ini menunjukkan bahwa isolasi termal bangunan ditingkatkan
dengan adanya tanaman. Kelembaban relatif tinggi (RH) di taman atap juga
diamati karena kehadiran tanaman. Untuk mencegah ketidaknyamanan karena
kelembaban tinggi, ventilasi alami yang memadai harus dipastikan (Wong, NH
dan et al., 2002). Menurut Benting (2005), green roof yang dibangun
menggunakan komponen yang:
88
dibutuhkan adalah pendekatan yang komprehensif dan realistis dalam
menentukan biaya dan manfaat seluruh spektrum keadaan dan peluang
potensial yang mungkin timbul dari menginstal green roof (Banting, D. et
al., 2005). Dampak dari green roof yang telah umum dikutip adalah
sebagai berikut:
89
hidup atap ini. Green roof juga menambahkan perlindungan penyangga
ekstra dari kerusakan hujan es.
90
( Gambar V.12 : LED Sebagai Contoh Lampu Hemat Energi )
91
V.6. Tata ruang dalam
Secara garis besar penggunaan ruang pada bangunan per lantai adalah:
92
V.7 Interior fungsi bangunan
Area Publik ditujukan bagi penghuni rusunami dan juga pengunjung, berada di
area lantai dasar.
• Kantin
• Pertokoan
93
• Gedung Serbaguna
• Ruang bersama
94
• WC umum
• Gudang
95
• Kantor pengelola
• Taman
96
• Entrance
V.8.1. Fasade
Ungkapan penampilan yang mengakomodasi seluruh kebutuhan fungsi
yang ada di dalamnya merupakan suatu usaha untuk menggambarkan tampilan
sederhana namun menarik sebagai Rusunami. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan pola fasadnya adalah :
97
( Gambar V.24 : Material Kaca )
98
DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah Kota Bandung., Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2011-2031
Pemerintah Kota Bandung., Dinas Catatan Sipil ;Data kependudukan dan mata pencaharian
Afrin, Shahrina., (2009), Master’s Thesis On Green Skyscraper: Integration of Plants into
Skyscrapers. Stockholm, Kungliga Tekniska högskolan.
Carmona, et al. 2003. Public places – urban spaces, the dimension of urban design.
Architectural press.
Carmona, et al. 2008. Public space: the management dimension. Routledge, Taylor&Francis
group. New York, USA.
99
Mehta. 2007. A toolkit for performance measures of public space. 43rd ISOCARP Congress
2007
Sauter dan Huettenmoser. 2008. Liveable street and social inclusion. Urban design
international
(2008), volume 13, 67-70. www.palgrave-journals.co.uk/udi.
Zhang dan Lawson. 2009. Meeting and greeting: activities in public outdoor spaces
outside high- density urban residential communities. Urban design international (2009), volume
14, 4, 207-214.
Catatan :
Seluruh bahan kepustakaan dapat diperoleh secara on-line dari open source internet
100