You are on page 1of 12

Nama : Ardina Ayu Wulandari Kelompok : Olive Oil

NPM : 1706104363 Dikumpulkan : 3 November 2018


Prodi : Teknik Kimia

Ujian Tengah Semester


Mata Kuliah Pilihan Industri Oleokimia

1. Pada saat ini dan pada waktu yang akan datang, produk oleokimia diperkirakan akan
semakin banyak berperan menggantikan produk-produk turunan minyak bumi
(petrokimia). Bagaimana pendapat anda akan hal ini? (nyatakan dengan data dan bukti
pendukung)
Jawab :
Oleokimia merupakan senyawa turunan minyak lemak yang dihasilkan melalui
proses kimia. Minyak atau lemak secara umum merupakan trigliserida yang
mengandung gliserol dan asam lemak baik jenuh maupun tidak jenuh. Bahan baku
oleokimia diperoleh dari minyak nabati seperti minyak kelapa sawit. Olahan kelapa
sawit yang digolongkan dalam oleokimia sebagai berikut: fatty acid, metil ester
(biodiesel), gliserol, ethoxylate. Salah satu produk oleokimia yang digadang-gadang
akan menggantikan produk turunan minyak bumi adalah Biodiesel.
Menurut pendapat saya, kebijakan dengan menggantikan produk turunan
minyak bumi dengan produk oleokimia merupakan kebijakan yang tepat. Hal ini
didukung dengan beberapa permasalahan minyak bumi yang ada, seperti yang kita
ketahui bersama minyak bumi adalah salah satu sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui dan jumlah produksinya saat ini mulai mengalami penurunan. Berikut data
produksi minyak bumi dan kondensat.

Universitas Indonesia
Gambar 1. Produksi Minyak Bumi dan Kondensat
Sumber. http://statistik.migas.esdm.go.id

Sedangkan penurunan jumlah minyak bumi berbanding terbalik dengan


konsumsi minyak di Indonesia. Peningkatan konsumsi ini dikarenakan jumlah
penduduk yang bertumbuh, peningkatan jumlah penduduk kelas menengah, dan
pertumbuhan ekonomi; permintaan untuk bahan bakar terus-menerus meningkat
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Gambar 2. Konsumsi Minyak Bumi di Indonesia


Sumber : BP Statistical Review of World Energy 2016

Ketidak linieran antara jumlah produksi dan konsumsi minyak bumi di


Indonesia memaksa pemerintah Indonesia melakukan impor minyak bumi. Jumlah
impor minyak bumi yang dilakukan indonesia semakin tahun semakin meningkat.
Menurut data yang diperoleh dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
Direktoral Jendral Minyak dan Gas Bumi, pada tahun 2017 Indonesia mengimpor
minyak mentah sebesar 141.616.050 barel. Berikut data impor minyak mentah yang
dilakukan Inodonesia dalam kurun waktu 2009-2017

Universitas Indonesia
Gambar 3. Impor Minyak Mentah dan Kondensat
Sumber . http://statistik.migas.esdm.go.id

Kegiatan Impor yang dilakukan Pemerintah Indonesia guna memenuhi


kebutuhan dalam negri memberikan dampak juga bagi segi ekonomi, karena harga
minyak bumi yang mengalami kenaikan dan penurunan secara fluktuatif.

Gambar 4. Rata-rata Harga Minyaj Mentah Indonesia


Sumber . http://statistik.migas.esdm.go.id

Kondisi ini tentunya tidak dapat dibiarkan karena selain mempengaruhi


ketahanan energi di Indonesia juga mempengaruhi ketahanan ekonomi. Hal ini juga
telah disadari pemerintah, sehingga melalui beberapa peraturan yang ditetapkan,
pemerintah telah mulai melirik bahan bakan alternatif lain sebagai sumber pemenuhan
kebutuhan minyak bumi. Salah satu yang dicanangkan sebagai bahan bakar pengganti
bahan bakar minyak bumi adalah bahan bakar nabati (BBN).
Penggunaan bahan bakar nabati terutama produk olahan olekimia ,salah satunya
biodiesel, merupakan pilihan yang tepat. Karena selain dapat menanggulangi

Universitas Indonesia
permasalahan minyak bumi di Indonesia, penggunaan bahan bakar nabati di Indonesia
sangat cocok karena didukung dengan kondisi geografis Indonesia yang memiliki
berbagai macam jenis tanaman yang berpotensi sebagai bahan baku sintesis biodiesel.
Indonesia memiliki lebih dari 50 jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan biodiesel. Berikut disajikan beberapa jenis bahan baku yang potensial
dikembangkan untuk sintesis bahan baku biodiesel.
Tabel 1. Potensi Bahan Baku Biodiesel

Sumber. Diolah dari berbagai sumber

Selain dari sektor ketahanan energi, produk olahan oleokimia juga dapat
menggantikan fungsi dari produk turunan minyak bumi. Salah satu hasil turunan dari
oleokimia adalah Fatty Esters yang banyak digunakan di industri makanan & minuman.
Kebanyakan Fatty Esters termasuk dalam kelas surfactant jenis non-ionic yang juga
mempunyai aplikasi yang luas di bidang industri lainnya selain industri makanan &
minuman, seperti personal care, plastics, lubricants, dll. Beberapa contoh aplikasi Fatty
Esters di dalam produk makanan minuman adalah di dalam produk-produk seperti
bakeries & cookies, chocolate products, snacks, nutritional foods, instant cream, topping
& whippings dan flavour compounds. Quality Control serta kualitas produk yang baik
merupakan kunci keberhasilan pemasaran produk Fatty Esters, dimana secara komersial
margin keuntungan yang ada masih sangat potensial.
Dari berbagai macam data yang telah disajikan diatas, semakin mendukung
pendapat saya bahwa menggantikan produk olahan minyak bumi dengan bahan olahan
oleokimia merupakan kebijakan yang tepat.

Universitas Indonesia
2. Analisis sumber minyak biji buah (fruit seed oil) yang paling berpotensi dikembangkan
sebagai sumber asam lemak esensial di Indonesia. Gunakan data yang ditunjukkan oleh
Tabel 1 hingga Tabel 4 pada tulisan Usha Kiran dan Tilak Ram Prajapati berjudul Study
of fatty acid composition of fruit seed oils, yang diterbitkan dalam International Journal
of Academic Research and Development Volume 2; Issue 5; September 2017; Page No.
36-40.
Jawab :

Suatu jenis bahan dapat dikategorikan berpotensi dikembangkan sebagai sumber


asam lemak esensial harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut :

Universitas Indonesia
1. Karakteristik bahan baku
2. Ketersediaan bahan baku
3. Ketersediaan lahan produksi
4. Kemudahan proses produksi
5. Faktor ekonomi
Berdasarkan Tabel 1 hingga Tabel 4 pada tulisan Usha Kiran dan Tilak Ram
Prajapati berjudul Study of fatty acid composition of fruit seed oils, yang diterbitkan
dalam International Journal of Academic Research and Development Volume 2; Issue
5; September 2017; Page No. 36-40, menurut saya jenis biji buah yang paling berpotensi
dikembangkan di Indonesia adalah minyak biji manggaPernyataan ini didukung oleh
beberapa data yang diperoleh dari Kementrian Pertanian Direktorat Jendral
Holtikultura.
Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data SPH tahun 2014, lima
komoditas yang memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi buah nasional
adalah: pisang, mangga, nenas, jeruk siam/keprok dan salak.

Gambar 5. Persentase Produksi Buah di Indonesia Tahun 2014


Sumber. Kementrian Pertanian Direktorat Jendral Holtikultura

Berdasakan pada data yang diluncurkan dalam statistik produksi hortikultura


tahun 2014, menyatakan bahwa produksi buah mangga menempati urutan kedua dengan
produksi sebesar 2.431.330 ton atau sekitar 12,28 persen dari total produksi buah
nasional. Sentra produksi mangga di Indonesia adalah Pulau Jawa dengan total produksi
sebesar 1.813.281 ton atau sekitar 74,58 persen dari total produksi mangga nasional.
Provinsi penghasil mangga terbesar adalah Jawa Timur dengan produksi sebesar
922.727 ton atau sekitar 37,95 persen dari total produksi mangga nasional, diikuti oleh
Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sedangkan provinsi penghasil mangga terbesar di luar
Jawa adalah Sulawesi Selatan dengan produksi sebesar 161.829 ton atau sekitar 6,66

Universitas Indonesia
persen dari total produksi mangga nasional, diikuti oleh Nusa Tenggara Barat.
Persentase produksi mangga pada beberapa sentra produksi di Indonesia tahun 2014
secara rinci disajikan dalam Gambar berikut.

Gambar 6. Sentra Produksi Mangga di Indonesia Tahun 2014


Sumber. Kementrian Pertanian Direktorat Jendral Holtikultura

Dalam data statistik tahun 2014 menyajikan pula data yang menuunjukkan
peningkatan jumlah lahan panen dan rata-rata produksi buah mangga dalam jangka
waktu 2009-3014 sebagai berikut.

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Rata-rata Hasil dan Produksi Mangga di


Indonesia Tahun 2009 – 2014

Sumber. Kementrian Pertanian Direktorat Jendral Holtikultura

Universitas Indonesia
Gambar 6. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Mangga di Indonesia Tahun 2009 – 2014
Sumber. Kementrian Pertanian Direktorat Jendral Holtikultura

Meningkatnya jumlah lahan panen dan produksi mangga berbanding lurus


terhadap ketersediaan biji mangga. Ketersediaan dalam jumlah besar merupakan salah
satu alasan utama menjadikan mangga sebagai bahan potensial yang dikembangkan
sebagai sumber lemak essensial. Faktor pendukung lainnya adalah, dibandingkan
dengan jenis biji buah lain seperti melon, semangka, kurma, apel dan jenis berry lainnya,
mangga lah jenis tanaman yang paling mudah dikembang biakan sesuai dengan iklim
di Indonesia.
Meskipun buah apel, melon, semangka dan anggur juga termasuk dalam 26 jenis
buah yang menjadi komoditi di Indonesia, mangga menempati posisi kedua, jadi
dibandingkan dengan buah lainnya mangga adalah jenis buah yang paling potensial.

Tabel 3. Produksi Buah di Indonesia Berdasarkan Urutan Kontribusi Produksi Tahun 2014

Universitas Indonesia
Sumber. Kementrian Pertanian Direktorat Jendral Holtikultura

Universitas Indonesia
3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi komposisi dan kualitas asam lemak?
Berikan penjelasan dari aspek sumber minyak biji buah itu sendiri atau pada proses
sintesis/pembuatannya.
Jawab :
Faktor- faktor yang mempengaruhi komposisi dan kualitas asam lemak
dikategorikan menjadi 2 aspek utama, yaitu berdasarkan karakteristik bahan dan proses
produksinya. Disini akan dibahasa kedua aspek tersebeut.

a. Karakteristik bahan baku


Seperti yang dibahas dalam jurnal dengan judul berjudul Study of fatty acid
composition of fruit seed oils, yang diterbitkan dalam International Journal of Academic
Research and Development Volume 2; Issue 5; September 2017; Page No. 36-40, dalam
jurnal tersebut dibahas berbagai macam biji buah yang memiliki komposisi penyusun
asam lemak yang berbeda-beda. Perbedaan itu disebabkan karena setiap bahan memiliki
karakteristik berbeda yang menyebabkan komposisi asam lemak dari setiap bahan
berbeda-beda.

b. Proses produksi
Produksi minyak atau asam lemak dapat dilakukan dengan berbagai metode,
metode yang paling umum adalah metode pressing dan ekstraksi. Penggunaan metode
produksi akan mempengaruhi kualitas dari asam lemak yang dihasilkan. Pada proses
produksi dengan metode cold pressing, dimana tidak melibatkan panas atau kalor dalam
prosesnya akan menghasilkan kualitas asam lemak terbaik karena tidak adanya kalor
akan menjaga kualitas dan struktur dari asam lemak tersebut.
Sedangkan dalam proses produksi dengan metode ekstraksi, jenis pelarut
(solvent) dan kondisi operasinya harus dipehatikan agar diperoleh asam lemak dengn
kualtitas yang terbaik. Biasanya ekstraksi dilakukan dengan menggunakan solvent
Ethanol, ethanol merupakan salah satu pelarut yang umum dan banyak digunakan oleh
industri, memiliki titik didih rendah dan cenderung aman digunakan. Etanol mempunyai
titik didih 700C sehingga suhu ekstraksi yang digunakan dapat menarik seluruh
komponen dalam bahan baku. Menurut Shahidi dan Wanasundara (2002) pelarut yang
biasa digunakan untuk mengekstrak lemak adalah golongan alkohol (methanol, etanol,
isopropanol, n-butanol),aseton, eter (dietil eter, isopropyl eter,dioksan), halokarbon
(kloroform, diklorometan), hidrokarbon (heksana, benzene, sikloheksan, isooktan), atau
campuran dari pelarut-pelarut tersebut. Ketaren (1986) menyatakan bahwa minyak dan

Universitas Indonesia
lemak memiliki sifat umum larut dalam pelarut organik, seperti eter, benzene, aseton,
kloroforn, dan sedikit larut dalam alkohol. Sumardjo (2006) mengungkapkan semakin
banyak jumlah pelarut organik yang digunakan dalam proses ekstraksi maka semakin
tinggi jumlah komponen terlarutnya.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Carolina Maria Susanti pada tahun 2014
menyimpulkan bahwa Faktor jumlah pelarut etanol dan suhu fraksinasi masing-masing
berpengaruh nyata terhadap aroma lemak yang dihasilkan serta Kombinasi jumlah
pelarut etanol dan suhu fraksinasi berpengaruh nyata pada rendemen fraksi lemak, kadar
lemak, dan komposisi asam lemak yang dihasilkan.

Universitas Indonesia
Daftar Pustaka
Anonim, 2016, Minyak Bumin, www.indonesia-investments.com diakses 3 November 2018
pukul 12.00
http://statistik.migas.esdm.go.id diakses 3 November 2018 pukul 12.00
Kiran, U. dan Tilak Ram. Study of Fatty Acid Composition of Fruit Seed Oils. International
Journal of Academic Research and Development Volume 2; Issue 5; September
2017; Page No. 36-40.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2017) Buku Informasi Bioenergi.Ketaren, S.
1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press.
Kementrian pertanian direkrorat jendral hortikultura, 2015 . statitik produksi hortikultura tahun
2014.
Masud, Fajriyanti. Puspaitasari, 2017. Studi Pendahuluan Ekstraksi Bertingkat Minyak Biji
Mangga Arumanis (Mangifera Indica) Menggunalan Pelarut N-Heksan dan Etanol.
Journal INTEK. April 2017, Volume 4 (1): 42-48
Susanti. Carolina Maria. Dkk. 2014. Pengaruh Jumlah Pelarut Etanol Dan Suhu Fraksinasi
Terhadap Karakteristik Lemak Kakao Hasil Ekstraksi Non Alkalized Cocoa Powder.
Jurnal Teknologi Industri Dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014.

Universitas Indonesia

You might also like