Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Kelompok 7
Lukmana Tejo (1605511043)
Ni Made Vania Sukmasari Marsha (1605511044)
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan karuniaNya sehingga laporan mengenai Drainase Jalan Raya dapat
diselesaikan tepat waktu.
Tugas akhir ini disusun dengan dibantu oleh banyak pihak. Melalui
kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. I Nyoman Widana Negara, M.Sc. selaku Dosen mata kuliah
Geometrik Jalan.
2. Dan segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
mendukung terselesaikannya tugas ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas laporan presentasi ini jauh
dari kata sempurna. Semoga tugas laporan presentasi ini dapat menambah
pengetahuan dan manfaat bagi para pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih.
Penulis
1
ABSTRAK
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
ABSTRAK...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.4 Metode Penulisan...........................................................................................2
BAB II DASAR TEORI..........................................................................................3
2.1 Pengertian Drainase........................................................................................3
2.2 Macam-Macam Drainase...............................................................................3
2.3 Pola Jaringan Drainase...................................................................................6
2.4 Fungsi Drainase..............................................................................................7
BAB III HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN...............................................8
3.1 Sistem Drainase Jalan Raya...........................................................................8
3.1.1 Drainase Permukaan................................................................................8
3.1.2 Sistem Drainase Permukaan....................................................................8
3.1.3 Prinsip-prinsip Umum Perencanaan Drainase.........................................8
3.1.4 Kemiringan Melintang Perkerasan dan Bahu Jalan.................................9
3.1.5 Selokan Samping.....................................................................................9
3.2 Perhitungan Drainase Jalan..........................................................................10
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................15
4.1 Kesimpulan...................................................................................................15
4.2 Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Masalah
1. Apa yang dimaksud sistem drainase jalan?
2. Bagaimana perhitungan drainase jalan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan disusunya makalah ini antara lain:
1. Untuk menjelaskan sistem drainase jalan.
2. Untuk menjelaskan perhitungan drainase jalan.
2
BAB II
DASAR TEORI
3
2. Drainase Buatan ( Arficial Drainage )
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan – bangunan khusus seperti selokan pasangan
batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya.
4
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan
melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-
alasan tertentu. Alasan itu antara lain Tuntutan artistik, tuntutan fungsi
permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah
seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.
c. Menurut Fungsi
1. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya
seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain – lain.
2. Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air
buangan baik secara bercampur maupun bergantian.
d. Menurut Konstruksi
1. Saluran Terbuka. Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan
yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk
drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu
lingkungan
2. Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk
aliran kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk
saluran yang terletak di kota/permukiman.
5
2.3 Pola Jaringan Drainase
1. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari
pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir
berada di tengah kota.
2. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran
cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila
terjadi perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan
diri.
6
Pola Jaringan Drainase Pararel
3. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga
saluran-saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.
4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih
besar
7
b) Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki
daerah becek, genangan air/banjir.
e) Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir.
BAB III
8
a. Kapasitas sistem harus mencukupi, baik untuk melayani pengaliran air ke badan
penerima air, maupun untuk meresapkan air ke dalam tanah. Untuk mencapai
kapasitas yang memadai dilakukan perancangan berdasarkan prinsip hidrologi dan
hidrolika.
b. Sedapat mungkin menggunakan sistem gravitasi, hanya dalam hal sistem gravitasi
tidak memungkinkan baru digunakan sistem pompa.
c. Meminimalisasi pembebasan lahan
d. Meminimalkan aliran permukaan dan memaksimalkan resapan
e. Letak sistem drainase jalan memenuhi kriteria aman untuk struktur jalan, utilitas,
dan perlengkapan jalan lainnya dan memiliki kesempatan untuk perluasan sistem.
Dalam pelaksanaannya harus mempehatikan segi hidraulik dan tata letak dalam
kaitannya dengan prasarana lainnya (jalan, dan utilitas kota).
f. Stabilitas bangunan harus terjamin, baik dari segi struktural, keawetan sistem dan
kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan.
Ketentuan teknis,
metode/cara
pengerjaan
Selesai
9
(Gambar 3.1 Skema Perancangan Sistem Drainase Jalan)
10
a. Perhitungan luas daerah layanan didasarkan pada panjang segmen jalan yang
ditinjau.
b. Luas daerah layanan (A) untuk saluran samping jalan perlu diketahui agar
dapat diperkirakan daya tampungnya terhadap curah hujan atau untuk
memperkirakan volume limpasan permukaan yang akan ditampung saluran
samping jalan (Gambar 3.3).
c. Luas daerah layanan terdiri atas luas setengah badan jalan (A 1), luas bahu jalan
(A2) dan luas daerah di sekitar (A3).
d. Batasan luas daerah layanan tergantung dari daerah sekitar dan topografi dan
daerah sekelilingnya. Panjang daerah pengaliran yang diperhitungkan terdiri
atas setengah lebar badan jalan (l1), lebar bahu jalan (l2), dan daerah sekitar (l3)
yang terbagi atas daerah perkotaan yaitu + 10 m dan untuk daerah luar kota
yang didasarkan pada topografi daerah tersebut (Gambar 3.4).
e. Jika diperlukan, pada daerah perbukitan, direncanakan beberapa saluran (Lihat
sub bab drainase lereng) untuk menampung limpasan dari daerah bukit dengan
batas daerah layanan adalah puncak bukit tersebut tanpa merusak stabilitas
lereng. Sehingga saluran tersebut hanya menampung air dari luas daerah
layanan daerah sekitar (A3).
STA contoh penempatan segmen dibatasi antar STA jalan atau dari saluran penghubung
11
l3 tergantung daerah setempat:
- perkotaan (daerah terbangun) + 10 m
- luar kota (rural area) (tergantung topografi) + 100m
(Gambar 3.4 Panjang daerah pengaliran yang diperhitungkan (l1, l2, l3))
Diperlukan pula jenis sifat erosi dan tanah pada daerah sepanjang trase jalan
rencana antara lain tanah dengan permeabilitas tinggi (sifat lulus air) atau tanah
dengan tingkat erosi permukaan. Secara visual akan nampak pada daerah yang
menunjukkan alur-alur pada permukaan.
Tabel 1 Harga koefisien pengaliran (C) dan harga faktor limpasan (fk)
Kondisi permukaan Koefisien pengaliran Faktor Limpasan
No.
tanah (C) (fk)
BAHAN
1 Jalan beton & jalan aspal 0,70 - 0,95 -
2 Jalan kerikil & jalan tanah 0,40 - 0,70 -
3 Bahu Jalan :
12
- Tanah berbutir halus 0,40 - 0,65 -
- Tanah berbutir kasar 0,10 - 0,20 -
- Batuan masif keras 0,70 - 0,85 -
- Batuan masif lunak 0,60 - 0,75 -
TATA GUNA LAHAN
1 Daerah perkotaan 0,70 - 0,95 2,0
2 Daerah pinggir kota 0,60 - 0,70 1,5
3 Daerah industri 0,60 - 0,90 1,2
4 Permukiman padat 0,40 - 0,60 2,0
5 Permukiman tidak padat 0,40 - 0,60 1,5
6 Taman dan kebun 0,20 - 0,40 0,2
7 Persawahan 0,45 - 0,60 0,5
8 Perbukitan 0,70 - 0,80 0,4
9 Pegunungan 0,75 - 0,90 0,3
Keterangan:
• Harga koefisien pengaliran ( C ) untuk daerah datar diambil nilai C yang
terkecil dan untuk daerah lereng diambil nilai C yang besar.
• Harga faktor limpasan (fk) hanya digunakan untuk guna lahan sekitar saluran
selain bagian jalan.
b. Bila daerah pengaliran atau daerah layanan terdiri dari beberapa tipe kondisi
permukaan yang mempunyai nilai C yang berbeda, Harga C rata-rata
ditentukan dengan persamaan berikut:
C 1 . A1 +C 2 . A2 +C 3 . A 3. fk 3
C=
A1 + A2 + A3
dengan pengertian:
C1, C2, C3 : koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi permukaan
A1, A2, A3 : luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai dengan
kondisipermukaan (Lihat Gambar 3.4)
fk : faktor limpasan sesuai guna lahan (lihat Tabel 1)
13
dengan pengertian:
Tc : waktu konsentrasi (menit)
t1 : waktu untuk mencapai awal saluran dari titik terjauh(menit)
t2 : waktu aliran dalam saluran sepanjang L dari ujung saluran(menit)
lo : jarak titik terjauh ke fasilitas drainase (m)
L : panjang saluran (m) nd koefisien hambatan (lihat Tabel 1)
is : kemiringan daerah pengaliran
V : kecepatan air rata-rata pada saluran drainase (m/detik)
8) Analisa Hidrologi
a. Data curah hujan
• Merupakan data curah hujan harian maksimum dalam setahun dinyatakan
dalam mm/hari. Data curah hujan ini diperoleh dari Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG) yaitu stasiun curah hujan yang terletak pada daerah layanan
saluran samping jalan.
• Jika daerah layanan tidak memiliki data curah hujan, maka dapat digunakan
data dari stasiun di luar daerah layanan yang dianggap masih dapat mewakili.
Jumlah data curah hujan yang diperlukan minimal 10 tahun terakhir.
b. Periode ulang
Karakteristik hujan menunjukkan bahwa hujan yang besar tertentu mempunyai
periode ulang tertentu. Periode ulang untuk pembangunan saluran drainase
ditentukan 5 tahun, disesuaikan dengan peruntukannya.
14
Adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air
tersebut berkonsentrasi. Intensitas curah hujan (I) mempunyai satuan mm/jam,
berarti tinggi air persatuan waktu, misalnya mm dalam kurun waktu menit, jam,
atau hari.
Q= C×I × A
dengan pengertian:
Q : debit aliran air (m3/ detik)
C : koefisien pengaliran rata-rata dari C1, C2, C3
I : intensitas curah hujan (mm/jam)
A : luas daerah pengaliran (km2) terdiri atas A1, A2, A3
(Gambar 3.5 Kemiringan melintang normal pada daerah datar dan lurus)
15
b. Besarnya kemiringan bahu jalan diambil 2% lebih besar daripada kemiringan
permukaan jalan.
c. Kemiringan melintang normal pada perkerasan jalan, dapat dilihat pada Tabel
3 berikut:
Kemiringan melintang
No. Jenis lapisan perkerasan jalan
im (%)
1. Aspal, Beton 2-3
2. Japat (jalan yang dipadat) 2-4
3. Kerikil 3-6
4. Tanah 4-6
d. Pada bahu jalan yang terbuat dari tanah lempung atau lanau dan tidak
diperkeras, untuk mempercepat pengaliran air hujan agar tidak meresap ke
dalam bahu jalan, dibuat saluran-saluran kecil yang melintang bahu jalan
(Gambar 3.6)
la
Ja
As
90°
90 °
Daerah Datar 0 - 6 %
16
c. Untuk menghindari perkerasan jalan tidak rusak oleh aliran air hujan, maka
pada badan jalan, pada jarak tertentu dibuat saluran kecil melintang bahu jalan
(Gambar 3.7)
17
(Gambar 3.9 Kemiringan Lahan)
18
(Gambar 3.10 Saluran Terbuka )
b. Bahan bangunan saluran ditentukan oleh besarnya kecepatan rencana aliran air
yang mengalir di saluran samping jalan tersebut (lihat Tabel 4);
19
d. Pematah arus untuk mengurangi kecepatan aliran diperlukan untuk saluran yang
panjang dan mempunyai kemiringan cukup besar (lihat Gambar 12). Pemasangan jarak
pematah arus (lp) harus sesuai Tabel 6.
Tabel 6 Hubungan kemiringan saluran (is) dan jarak pematah arus (lp)
Is (%) 6 7 8 9 10
lp (m) 16 10 8 7 6
f. Tipe dan jenis bahan saluran didasarkan atas kondisi tanah dasar dan kecepatan
abrasi air (lihat Tabel 7).
20
21
g. Langkah perhitungan debit aliran rencana (Q)
8) Siapkan data curah hujan dari Badan Meteorologi dan Geofisika Tentukan periode
ulang rencana untuk saluran drainase, yaitu 5 tahun
9) Hitung intensitas curah hujan sesuai pada buku SNI 03-2415-1991 Metode
perhitungan debit banjir
10) Hitung debit air (Q) dengan menggunakan rumus (5), yaitu:
Q= C× I × A
(5)
h. Perhitungan dimensi dan kemiringan saluran serta gorong-gorong
1) Perhitungan dimensi saluran dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada yaitu
berdasarkan:
22
a. Penentuan bahan yang digunakan sehingga terdapat batasan kecepatan
(V) dan kemiringan saluran (is) yang diijinkan.
b. ketersediaan ruang di tepi jalan sehingga perhitungan dimulai dengan
penentuan dimensi
2) Langkah awal perhitungan:
a. Penentuan awal bahan saluran
W = 0,5×d (m)
3) Cek Debit saluran harus lebih kecil dari debit aliran. Jika tidak sesuai maka
perhitungan dimensi harus diulang.
4) Hitung kemiringan saluran, is = (V x n / R2/3)2
5) Periksa kemiringan tanah di lokasi yang akan dibangun saluran
23
Tiap sub daerah pengaliran
lo=panjang perjalanan aliran Penentuan awal saluran
permukaan berdasarkan:
ip = kemiringan daerah -dimensi saluran atau
pengaliran -kemiringan saluran
Topografi V, Q
saluran
Jenis tanah
tc = t1 + t2
1
A Q rencana = CxIxA I
3,6
Ya
Selesai
(Gambar 3.12 Diagram alir perhitungan debit rencana dan debit saluran)
24
Tentukan
dimensi, n, is,W
Tentukan bahan,
bentuk sal., n,
V&is ijin V
Ya
Ya
(Gambar 3.13 Diagram alir perhitungan dimensi saluran dan kemiringan saluran)
25
3.1.2.3 Saluran Tertutup
a) Saluran tertutup merupakan bagian dari saluran sistem drainase yang dapat
digunakan di tempat yang tidak memungkinkan untuk dibuat saluran terbuka.
Pada saluran tertutup dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1. Saluran tertutup
2. Saluran terbuka yang ditutup
b) Jenis saluran tertutup direncanakan sesuai dengan kala ulang curah hujan:
1. Curah hujan dengan kala ulang 5 tahun: luas penampang basah yang
penuh tetapi tanpa adanya pengaruh tekanan akibat perbedaan tinggi
muka air (lihat Gambar 3.14)
2. Curah hujan dengan kala ulang 50 tahun: saluran akan beroperasi dalam
kondisi dengan tinggi tekanan akibat perbedaan tinggi muka air dan
Manhole akan terendam penuh (lihat Gambar 3.15)
(Gambar 3.14 Kondisi Pengaliran Luas Tampang Penuh dan Tanpa Tekanan)
1
Manhole
(Gambar 3.15 Kondisi Pengaliran Luas Tampang Penuh dan Dengan Tekanan)
dengan pengertian: debit kapasitas gutter diperoleh dari Gambar 3.21 Diagram debit
aliran pada saluran bentuk segitiga. Kapasitas inlet diperoleh dari Gambar 3. 31
Kapasitas lubang pemasukan samping
Kondisi tertentu/banjir besar (R50 th), manhole akan penuh dan aliran dalam pipa
akan beroperasi dengan tekanan (under pressure) dalam waktu yang singkat.
2
WL2
HG
WL1
OL2
OL1
IL2 IL1
Prosedur perhitungan Hydraulic Grade Line (HGL) adalah sebagai berikut dengan
memperhatikan Gambar 18 di bawah ini :
Kondisi A : WL di atas elevasi atas pipa(WL > OL 1 ) Kondisi B : WL di atas tinggi kritis1
1 1
3
Kondisi C : WL di atas elevasi atas pipa1 Kondisi D : WL di bawah elevasi dasar pipa(WL < IL 11 1)
Menggunakan Gambar 19, 20 Tinggi kritis aliran dalam pipa dan atau
dalam box culvert Jika WL1 di atas (LI1 + dc), hitung nilai elevasi
dc + D
WL2 = IL1 + (9)
2
Nilai HGL hilir diambil dari nilai terbesar WL 1 atau WL2
Hitung nilai dc dari Gambar 19, 20 Tinggi kritis aliran dalam pipa dan atau dalam
box culvert
Hitung nilai dc dari Gambar Tinggi kritis aliran dalam pipa dan atau dalam box
culvert
Ambil nilai HGL = IL1+dc, kecuali jika kondisi pengaliran pada pipa yang dicek pada
langkah ke-2, beroperasi tanpa tekanan, dan kedalaman air dp di bawah dc, nilai
HGL = IL1+dp
4
DEBIT Q (m /det)3
5
Gambar 20 Tinggi Kritis Aliran Dalam Box Culvert
6
5. Menghitung tinggi hilang karena gesekan dalam pipa (friction losses)
a. Hitung nilai kekasaran relatif dan angka Reynold dari pipa dengan rumus : kp
e= ( 10 )
D×V
Nr = ( 11 )
dengan
pengerti
an: d
diamete
r pipa
(m) e
kekasar
an
relatif
(m/m)
kp angka kekasaran pipa (lihat Tabel 12
Nilai kekasaran pipa) Nr angka Reynold
V rata-rata
kecepatan aliran
(m/det) ν
kinetic viscositas
dari air = 1,0 x
10-6 m/det
Beton Fibre-Reinforced
Baik 15 x 10-6
Normal 30 x 10-6
7
Plastik
Sambungan semen 30 x 10-6
Spigot & socket 60 x 10-6
b. Baca nilai faktor kekasaran “ƒ” dari Gambar 21 Grafik diagram Moody nilai
kekasaran pipa tertekan.
8
Faktor Gesekan f
Angka Reynolds = VD
V
2× g × D
dengan pengertian :
V kecepata
n rata-rata
(m/det) g
kecepatan
9
gravitasi = 9,81
m/det2
D diameter pipa (m)
Jika nilai WL2 < IL2: kondisi yang terjadi adalah pengaliran pipa tanpa tekanan
menggunakan Gambar 22 dan 23 Diagram Debit Aliran box culvert dan atau
pipa untuk menghitung nilai Qp (penampang penuh).
Q
menggunakan rasio untuk menghitung dp, dari Gambar 24 Debit dan
kecepatan air dalam
Qp
pipa yang terisi sebagian.
Hitung :
WL2 = IL2+dp ( 14 )
10
Keterangan
11
Keterangan
12
3.1.2.4 Saluran Penghubung (gutter)
a. Merupakan saluran kecil (gutter) yang dibuat antara kerb dan badan jalan untuk
menyalurkan air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan ke saluran samping jalan.
Zd
d
ib atau im
b. Kapasitas saluran yang akan menampung air tergenang pada kerb (lihat Gambar 31)
yang akan disalurkan ke saluran samping jalan dapat diperkirakan dari rumus
Manning yaitu :
z i ×ij ×d ( 15 )
Q=
0,37
5×
1
zi = ( 16 )
13
im
dengan pengertian: Q debit
saluran d kedalaman genangan
air di saluran im kemiringan
melintang jalan atau bahu jalan
(ib) ij kemiringan memanjang
jalan atau bahu jalan n
koefisien Manning dasar
saluran zi 1/im atau 1/ib
Zd lebar genangan
c. Lebar genangan (Zd) dibatasi yaitu maksimum 2,0 m dan hujan yang terjadi adalah
hujan kala ulang 5 tahun.
b. Adapun ketentuan yang bisa dilakukan seperti yang direkomendasikan oleh Road
Drainage Design Manual, Queensland Goverment, Department of Main Road, Edisi
Juni 2002, adalah ditentukan berdasarkan waktu konsentrasinya. Seperti pada Tabel
13 berikut:
Waktu
Lokasi
(Menit)
Area perkerasan jalan
Area Perkotaan dan Perumahan dengan kemiringan rata-rata > 15%
14
Area Perkotaan dan Perumahan dengan kemiringan rata-rata > 10 – 15 %
Area Perkotaan dan Perumahan dengan kemiringan rata-rata > 6 – 10 %
Area Perkotaan dan Perumahan dengan kemiringan rata-rata > 3 – 6 %
Area Perkotaan dan Perumahan dengan kemiringan rata-rata ≤ 3 %
Inlet kerb tepi (curb inlet), lubang bukaan terletak pada bidang batu/kerb tepi
dengan arah masuk tegak lurus pada arah aliran got tepi, sehingga kerb tepi
bekerja sebagai pelimpah samping.
(a) (b)
(a) Inlet
got
tepimend
atar (b)
Inlet kerb
tepi
Gambar 25 Inlet
d. Untuk jumlah saluran inlet yang harus dibuat, direkomendasikan maksimal tiap 5
meter dengan lebar saluran selebar kerb.
e. Untuk mengetahui kapasitas inlet samping (side inlet) didapat dari 80% kapasitas
yang didapat dari Gambar 26 Grafik kapasitas lubang pemasukan samping.
15
kemiringan melintang (ib) bahu
jalan/jalan kemiringan
memanjang gutter yang diketahui
16
Gambar 26 Kapasitas lubang pemasukan samping
g. Lokasi inlet saluran ditempatkan pada titik terendah dari kemiringan memanjang
jalan (longitudinal) atau pada antara titik terendah dan tertinggi pada kemiringan
memanjang jalan (gambar pada Tabel 14).
h. Jika inlet saluran berbentuk manhole dan air pada saluran langsung jatuh ke bawah
(drop inlet) maka kapasitas diperkirakan dengan Tabel 14 ukuran lubang pemasukan
dan Gambar 26 kapasitas lubang pemasukan samping.
17
Inlet
R=10 Inlet
m o Arah aliran air Trotoar/kerb
60 –
o
75
4 5
3
1
18
(a) Inlet untuk Kemiringan Memanjang Jalan <4% (tam
pak atas)
3
7 2/6
7
3
1
Keterangan Gambar:
1 Inlet got tepi
2 kerb
3 saluran Inlet tertutup jeruji besi
4 saluran terbuka tepi jalan
5 paving block
6 trotoar
7 Inlet kerb tepi
Gambar 28 Contoh bentuk saluran inlet
b. Ukuran bak kontrol disesuaikan dengan kondisi lapangan dan juga mudah, aman
dalam melakukan inpeksi dan pemeliharaan rutin (bak kontrol mudah dibuka dan
ditutup) serta aman bagi pejalan kaki (untuk saluran tertutup yang berada di bawah
trotoar).
19
20
1
2
TAMPAK SAMPING
1
Keterangan Gambar
1 penutup bak kontrol
2 penutup saluran terbuka tepi jalan
3 gorong-gorong atau saluran tertutup
4 bak kontrol
5 saluran terbuka tepi jalan
4
3
4
5
5
3
21
3.1.2.7 Gorong-Gorong
a. Ditempatkan melintang jalan yang berfungsi untuk menampung air dari hulu
saluran drainase dan mengalirkannya
b. Harus cukup besar untuk melewatkan debit air secara maksimum dari daerah
pengaliran secara efisien.
c. Harus dibuat dengan tipe permanen (lihat Gambar 30). Adapun pembangunan
gorong-gorong terdiri dari tiga konstruksi utama, yaitu:
1. pipa kanal air utama yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bagian hulu ke
bagian hilir secara langsung;
2. apron (dasar) dibuat pada tempat masuk untuk mencegah terjadinya erosi dan
dapat berfungsi sebagai dinding penyekat lumpur
3. bak penampung diperlukan pada kondisi:
− pertemuan antara gorong-gorong dan saluran tepi
d. Jarak gorong-gorong pada daerah datar maksimum 100 meter. Untuk daerah
pegunungan besarnya bisa dua kali lebih besar;
f. Tipe dan bahan gorong-gorong yang permanen (lihat Tabel 15) dengan disain umur
rencana untuk periode ulang atau kala ulang hujan untuk perancangan gorong-
gorong disesuaikan dengan fungsi jalan tempat gorong-gorong berlokasi
− Jalan Tol :
25 tahun − Jalan
22
Arteri :
10 tahun
− JalanLokal : 5 tahun
N Bahan Yang
Tipe Gorong-gorong Potongan Melintang
o Dipakai
Metal gelombang,
beton bertulang
1. Pipa tunggal atau lebih atau beton tumbuk,
besi cor dan lainlain.
j. Kecepatan minimum
Kecepatan minimum dalam gorong-gorong 0,7 m/detik agar tidak terjadi
sedimentasi.
k. Kecepatan maksimum
23
Kecepatan maksimum yang keluar dari gorong-gorong, untuk berbagai macam
kondisi material saluran di hilir gorong-gorong agar tidak terjadi erosi pada saluran
ditunjukkan pada Tabel 16 berikut ini.
n. Hidrolik gorong-gorong
Ukuran dan jenis gorong-gorong dipilih sesudah ditentukan :
24
Penggunaan gorong-gorong bulat berganda, jarak antar gorong-gorong dibuat agar
adukan pasangan atau beton dapat dengan mudah dikerjakan.
Bantalan dapat dibuat dari beton non strukturil ataupun pasir urug
Urugan minimum di atas gorong-gorong yang diijinkan tergantung dari kekuatan ijin
bahan konstruksi gorong-gorong dan beban yang bekerja di atasnya
25
Gambar 31 (a) dan (b) Dinding ujung gorong-gorong, dinding sisi dan apron beton (c)
Dinding ujung gorong-gorong batu (d) Dinding ujung gorong-gorong bata dan apron
beton (pemasukan menyudut pada aliran)
Kedalaman sumur resapan harus lebih dalam daripada elevasi subgrade jalan yaitu 1m-
1,5m di bawah permukaan jalan. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu stabilitas
konstruksi jalan raya. Perencanaan sumur resapan dilakukan sesuai SNI 03-2453-2002
Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk
Lahan Pekarangan dan SNI 06-2459-2002 Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan untuk
Lahan Pekarangan
26
Gambar 32 Sumur resapan di jalur hijau (Irianto, Eko)
3.1.2.10 Prinsip
1. Air yang masuk ke dalam kolam drainase tampungan air sementara dibatasi hanya
untuk air dari saluran samping jalan
27
3.1.2.11 Jenis Kolam
Jenis kolam terbagi atas:
1. Kolam kering yang hanya sementara menampung air limpasan dapat berupa
lapangan sepak bola atau lapangan bermain yang dilapisi rumput
2. Kolam basah yang merupakan kolam permanen menampung air limpasan yang
tidak memerlukan rencana besar seperti dam kecuali jika tinggi, atau jenis tanah
yang bermasalah.
(a) (b)
(a) Contoh kolam kering, bak tanaman yang juga berfungsi sebagai kolam
tampungan (Portland)
(b) Contoh kolam kering, jalur hijau yang berfungsi sebagai kolam tampungan
(Greenroad, 2011)
Gambar 33 Sumur Resapan dan Kolam Tampungan Air
Jika memungkinkan, batu pecah (crushed stone) dapat ditempatkan pada dasar
kolam dan sebagian sisi ke atas untuk memfasilitasi drainase dan untuk
mempersiapkan sisi intact.
28
Tampak atas
Potongan melintang
Komponen Uraian
Fasilitas inlet dan tergantung pada penggunaan kolam jika tidak ada fasilitas rekreasi yang akan
outlet disediakan, aliran air dibendung (dammed) oleh embankment dan aliran air
mengalir ke penampungan tanpat struktur inlet khusus.
29
c. Jenis permukaan saluran pada daerah yang khusus untuk menghindari erosi
ditunjukkan pada Tabel 39
d. Kemiringan talud (sisi kolam) dan spillway yang dilapisi rumput ditunjukkan pada
Tabel 40.
Debit , Q
30
3
(m /detik)
Qmaks
Waktu, t
(menit)
tc menit tc+t2 menit
Gambar 35
Hidrograf Rational Besarnya volume banjir pada saat:
a. t = tc Vb = ×Qmax×tc ( 17 )
b. t = tc + tc + t2 Vb = ×Qmax×(2×tc +t2 ) ( 18 )
dengan pengertian:
Vb volume banjir
Q max debit
maksimum pada saat
banjir tc waktu
konsentrasi t2
waktu aliran dalam
saluran
Selisih volume air yang masuk dan keluar dari gorong-gorong dengan
menggambar garis lengkung massa debit (mass curve) (Gambar 36)
31
Kumulatif kumulatif inflow
inflow and
out flow
3 3
(m .10 )
kumulatif outflow
Waktu (menit)
32
6. Tentukan luas kolam yang dibutuhkan dengan batasan tinggi muka air
maksimum yang diijinkan pada kolam
7. Jika kolam dianggap segi empat luas kolam didapatkan dari volume air yang
ditampung dalam kolam dibagi dengan tinggi air maksimum yang diijinkan.
33
Gambar 37 Skema penentuan luas kolam drainase
2. Mencegah aliran air yang berasal dari daerah pengaliran sekitar jalan
masuk ke daerah perkerasan jalan.
2. Selokan samping
3. Gorong-gorong.
4. Saluran penangkap.
3. Pemeliharan
34
Perencanaan drainase haruslah mempertimbangkan pula segi kemudahan
dan nilai ekonomis dari pemilihan sistem drainase tersebut.
35
2. Menampung dan membuang air yang berasal dari daerah
pengaliran sekitar jalan.
3. Dalam hal daerah pengaliran luas sekali atau terdapat air limbah
maka untuk itu harus di buat sistem drainase terpisah atau
tersendiri. Dalam pemilihan jenis material untuk seokan samping
pada umumnya ditentukan oleh besarnya kecepatan rencana aliran
air yang akan melewati selokan samping tersebut. Kecepatan aliran
air ditentukan oleh sifat hidrolis penampang saluran, salah satunya
adalah kemiringan saluran.
36
Jumlah (Volume) air hujan yang hilang sebesar:
V=IxA
V = 0.000125 x 150
V = 0.01875 m3
Jika dalam 1 kawasan hunian terdapat 1000 rumah, maka Volume air yang
berpotensi untuk hilang akibat lahan yang tertutup oleh bangunan adalah
sebesar :
V lost = V x Jumlah hunian
V lost = 0.01875 m3 x 1000
V lost = 18,75 m3
V lost = 18.750 liter
Kalau diasumsikan hujan terjadi selama 10 jam, maka volume air yang
hilang adalah sebesar :
V lost = 18.750 liter x 10
V lost = 187.500 liter
Sekarang coba kita asumsikan jika hujan tersebut terjadi diaerah (yang
seharusnya menjadi daerah) imbuhan air hujan seperti misalnya kota
Bogor.
Dari data didapatkan luas wilayah Kota Bogor sebesar : 118 km2 =
118.500.000 m2. Kita asumsikan 80% wilayah kota Bogor telah
dimanfaatkan untuk bangunan dan fasilitas publik, maka volume air yang
yang hilang akibat bangunan dan fasilitas publik adalah sebesar :
V lost = (0,8 x 118.500.000 m2) x 0,000125 m
V lost = 94.800 m2 x 0,000125 m
V lost = 11.850 m3
V lost = 11.850.000 liter
Jika Hujan terjadi selama 5 jam, maka volume air yang hilang adalah
sebesar :
V lost = 11.850.000 liter/jam x 5 jam
V lost = 59.250.000 liter
Jika hujan terjadi selama 10 jam, maka volume air yang hilang adalah
sebesar :
37
V lost = 11.850.000 liter/jam x 10 jam
V lost = 118.500.000 liter
38
2. Kehilangan Air Akibat Konstruksi Jalan
39
Direncanakan penggunaan sumur resapan untuk mengimbuhkan air hujan
kedalam tanah, diasumsikan dimensi sumur resapan yang akan
dipergunakan adalah : diamater (d) : 40 cm dan tinggi (h) : 100 cm.
Volume Sumur Resapan = (1/4 x п x d2) x h
Volume Sumur Resapan = (1/4 x 3,14 x 0,42) x 1
Vol’ Sumur = 0, 1256 m3 ~ 0,126 m3
Vol’ Sumur = 126 liter…………………………………………. Cara (1)
Cek dgn Rumus Volume Silinder –> V= п x r2 x h
Volume Sumur Resapan = 3,14 x 0,22 x 1
Vol’ Sumur = 0, 1256 m3 ~ 0,126 m3
Vol’ Sumur = 126 liter…………………………………………. Cara (2)
Kontrol –> Cara (1) dan Cara (2) hasilnya sama : 0,126 m3 = 126 liter –>
Ok..!!
Jika volume hilang air hujan akibat perumahan dan akibat jalan
dijumlahkan, maka total volume air hujan yang hilang akibat hujan selama
10 jam adalah sebesar :
V lost = (119.000.000 liter + 1.320.000 liter)
V lost = 120. 320.000 liter
V lost = 120.320 m3
Jumlah Sumur Resapan yang dibutuhkan sepanjang 88 km :
n = (120. 320.000 liter /126) / 88
n = 10.851,37 ~ 10.852 buah
Jika sumur resapan akan dipasang pada saluran drainase sisi kiri dan sisi
kanan jalan, maka pada saluran drainase kiri dipasang 5.426 buah sumur
resapan dan dibagian kanan juga 5.426 buah.
Jarak antar sumur resapan (s)
s = 88.000 m / 5.426 buah
s = 16, 22 ~ 16,20 meter
–> Jadi sumur resapan dipasang dengan jarak antar sumur (s) : 16,20
meter.
Hasil dari perhitungan-perhitungan (perencanaan) diatas, selanjutnya di
integrasikan dalam bentuk gambar seperti gambar dibawah ini :
40
(Gambar 4.1 Konstruksi Jalan – Potongan melintang, tampak atas, penempatan
sumur resapan dan dimensi)
41
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Tingkat curah hujan merupakan faktor alami yang tidak mungkin diatur oleh
tangan manusia. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi atau menghindari
kerusakan jalan perlu dilakukan pembenahan-pembenahan pada variabel atau
faktor lain, diantaranya yaitu pada faktor sistem drainase. Drainase merupakan
salah satu faktor terpenting dalam perencanaan jalan raya. Curah hujan dan
tingkat kerusakan jalan memiliki hubungan yang berkebalikan. Hal ini berarti
semakin tinggi curah hujan yang terjadi maka umur jalan akan semakin pendek,
dan sebaliknya semakin rendah curah hujan maka umur jalan pun akan semakin
panjang.
Sistem drainase memiliki kontribusi yang paling besar terhadap tingkat
kerusakan jalan. Semakin baik sistem drainase tersebut, maka umur jalan akan
semakin panjang dan sebaliknya semakin buruk sistem drainase, maka umur jalan
akan semakin pendek
4.2 Saran
Sebagai mahasiswa Teknik Sipil kita harus lebih memperhatikan semua aspek-
aspek yang berhubungan dengan pembangunan. Namun tak hanya
pembangunannya saja yang harus diperhatikan, pemeliharaan juga tak kalah
pentingnya. Pembenahan sistem drainase perlu dilakukan karena terbukti sistem
drainase ini memiliki kontribusi yang paling besar terhadap kerusakan jalan.
Pembenahan sistem drainase ini dapat dilakukan dengan cara memperhatikan
tingkat kebersihan saluran drainase tersebut sehingga tidak mengganggu aliran air
ataupun dengan memperhitungkan dimensi saluran drainase tersebut. Dari
makalah ini, penulis berharap kesadaran pembaca memperhatikan lingkungan
sekitar dan menjaganya agar negara kita di masa nanti negara kita bisa lebih baik.
42
DAFTAR PUSTAKA
43