You are on page 1of 73

GEOMETRIK JALAN

DRAINASE JALAN RAYA

Oleh :

Kelompok 7
Lukmana Tejo (1605511043)
Ni Made Vania Sukmasari Marsha (1605511044)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan karuniaNya sehingga laporan mengenai Drainase Jalan Raya dapat
diselesaikan tepat waktu.
Tugas akhir ini disusun dengan dibantu oleh banyak pihak. Melalui
kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. I Nyoman Widana Negara, M.Sc. selaku Dosen mata kuliah
Geometrik Jalan.

2. Dan segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
mendukung terselesaikannya tugas ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas laporan presentasi ini jauh
dari kata sempurna. Semoga tugas laporan presentasi ini dapat menambah
pengetahuan dan manfaat bagi para pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih.

Jimbaran, 16 November 2017

Penulis

1
ABSTRAK

Drainase merupakan suatu sistem yang digunakan untuk menyalurkan air


hujan. Sistem ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan
lingkungan yang sehat, apalagi di daerah yang berpenduduk padat seperti.
Drainase juga merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem
guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam
perencanaan geometrik jalan. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas
air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara
pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-
cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari
sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum
yang dibutuhkan masyarakat dalam rangka menuju kehidupan yang aman,
nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan
air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah)
dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali
kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek,
genangan air dan banjir.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
ABSTRAK...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.4 Metode Penulisan...........................................................................................2
BAB II DASAR TEORI..........................................................................................3
2.1 Pengertian Drainase........................................................................................3
2.2 Macam-Macam Drainase...............................................................................3
2.3 Pola Jaringan Drainase...................................................................................6
2.4 Fungsi Drainase..............................................................................................7
BAB III HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN...............................................8
3.1 Sistem Drainase Jalan Raya...........................................................................8
3.1.1 Drainase Permukaan................................................................................8
3.1.2 Sistem Drainase Permukaan....................................................................8
3.1.3 Prinsip-prinsip Umum Perencanaan Drainase.........................................8
3.1.4 Kemiringan Melintang Perkerasan dan Bahu Jalan.................................9
3.1.5 Selokan Samping.....................................................................................9
3.2 Perhitungan Drainase Jalan..........................................................................10
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................15
4.1 Kesimpulan...................................................................................................15
4.2 Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16

3
DAFTAR GAMBAR

(Gambar 2.1 Drainase alamiah)........................................................................7


(Gambar 2.2 Drainase buatan)..........................................................................8
(Gambar 2.3 Drainase permukaan tanah).........................................................8
(Gambar 2.4 Drainase bawah permukaan tanah)..............................................9
(Gambar 4.1 Konstruksi Jalan – Potongan melintang, tampak atas,
penempatan sumur resapan dan dimensi).............................................................18

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jalan merupakan infrastruktur transportasi yang sangat penting bagi manusia.
Melalui jalan, manusia dapat berpindah maupun memindahkan barang, baik dengan
berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan. Jalan menghubungkan suatu
komunitas masyarakat di suatu wilayah dengan wilayah lain. Seiring dengan
berkembangnya kebutuhan manusia, sistem jalan baik di perkotaan, di suatu kawasan,
maupun antar kota dan provinsi berkembang pesat dari segi jumlah ruas jalan,
panjang, maupun teknologi konstruksinya. Keberadaan dan kegunaan suatu jalan
dapat dimanfaatkan sepanjang umur pakainya yang telah direncanakan apabila
dirancang dengan memperhatikan berbagai aspek. Salah satu aspek penting konstruksi
jalan raya yang menentukan umur pakai jalan tersebut sampai terjadinya kerusakan
adalah hubungan jalan yang akan dibangun dengan air hujan yang jatuh ke permukaan
jalan dan yang mengalir. Dalam perencanaan jalan raya, perlindungan jalan dari air
permukaan dan air tanah sangat penting.
Air adalah kawan sekaligus musuh bagi konstruksi jalan. Hal ini berarti air dapat
menjadi kawan bagi jalan karena sangat diperlukan dalam kegiatan konstruksi jalan
dan musuh karena air merupakan salah satu perusak utama bagi konstruksi jalan.
Secara umum para perancang jalan sangat menyadari kedahsyatan kerusakan yang
dapat ditimbulkan oleh air pada konstruksi jalan sehingga antisipasi secara cermat
dalam upaya mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan konstruksi jalan oleh
ulah air diperkirakan secara baik. Untuk merancang suatu jalan yang dapat bertahan
selama umur pakai yang telah direncanakan secara maksimal, para perancang jalan
perlu memikirkan aspek sistem pengaliran air (drainase) di sekitar jalan tersebut.
Pada perencanaan sistem drainase jalan akan berkaitan erat dengan site plan jalan,
aligment vertical-horizontal jalan, superelevasi jalan, dan elevasi permukaan jalan.
Tujuannya adalah untuk mengalirkan limpasan air yang terjadi di permukaan jalan
secara grafitasi dan dibuang melalui saluran drainase yang telah ada (eksisting) atau
yang belum ada (non-eksisting) menuju saluran pembuang akhir (outlet). Oleh karena
1
itu, perlu direncanakan suatu system pengelolaan air limpasan yang terjadi, sehingga
air limpasan tidak menggenangi daerah sekitar dan langsung masuk ke saluran-saluran
drainase yang ada. Sesuai penjelasan di atas maka penulis akan membahas “Sistem
Drainase Jalan Raya”

1.2 Masalah
1. Apa yang dimaksud sistem drainase jalan?
2. Bagaimana perhitungan drainase jalan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan disusunya makalah ini antara lain:
1. Untuk menjelaskan sistem drainase jalan.
2. Untuk menjelaskan perhitungan drainase jalan.

1.4 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu kajian pustaka.

2
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Drainase


Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam
perencanaan kota(perencanaan infrastruktur khususnya).
Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah
dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah satu cara
pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta cara-cara
penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari perasana
umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang
aman, nyaman, bersih, dan sehat.

2.2 Macam-Macam Drainase


a. Menurut Sejarah Terbentuknya
1. Drainase Alamiah ( Natural Drainase )
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-
bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-
gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak
karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti
sungai.

(Gambar 2.1 Drainase alamiah)

3
2. Drainase Buatan ( Arficial Drainage )
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan – bangunan khusus seperti selokan pasangan
batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya.

(Gambar 2.2 Drainase buatan)

b. Menurut Letak Bangunan


1. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi
mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa
open chanel flow.

(Gambar 2.3 Drainase permukaan tanah)

2. Drainase Bawah Permukaan Tanah ( Subsurface Drainage )

4
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan
melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-
alasan tertentu. Alasan itu antara lain Tuntutan artistik, tuntutan fungsi
permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah
seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.

(Gambar 2.4 Drainase bawah permukaan tanah)

c. Menurut Fungsi
1. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya
seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain – lain.
2. Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air
buangan baik secara bercampur maupun bergantian.
d. Menurut Konstruksi
1. Saluran Terbuka. Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan
yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk
drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu
lingkungan
2. Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk
aliran kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk
saluran yang terletak di kota/permukiman.

5
2.3 Pola Jaringan Drainase
1. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari
pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir
berada di tengah kota.

Pola Jaringan Drainase Siku

2. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran
cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila
terjadi perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan
diri.

6
Pola Jaringan Drainase Pararel

3. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga
saluran-saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.

Pola Jaringan Drainase Grid Iron

4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih
besar

Pola Jaringan Drainase Alamiah

2.4 Fungsi Drainase


a) Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan
dapat difungsikan secara optimal.

7
b) Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki
daerah becek, genangan air/banjir.

c) Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.

d) Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.

e) Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir.

BAB III

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Sistem Drainase Jalan Raya


Agus Bari (2012) menulis bahwa dalam perencanaan penempatan drainase
(permukaan) jalan (saluran tepi jalan) tergantung pada desain geometrik jalan seperti
pada jalan lurus (mendaki/menurun), tikungan, dengan jumlah lajur dan jalur,
dengan/tanpa median, dst. Letak saluran pada geometrik jalan lurus umumnya berada
pada ke dua sisi (samping jalan), yaitu sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika pada
tikungan jalan (menikung) dengan melebar miring ke arah salah satu tepi (sesuai
kemiringan jalan-superelevasi), maka saluran akan terdapat pada salah satu sisi tepi
jalan atau pada salah satu bahu jalan. Sedangkan jika kemiringan perkerasan
(permukaan jalan) dengan lebar jalan ke arah median jalan maka saluran akan terdapat
pada median jalan tersebut. Jika jalan dengan dua jalur (median) terdiri dari banyak
lajur (sangat lebar), maka baik pada jalan lurus maupun menikung dapat dibuat
saluran tepi di sisi masing-masing bahu, atau pada salah satu sisi bahu dan atau pada
sisi median (tergantung posisi geometrik jalan).
Kemiringan pada satu arah pada tikungan jalan ini dapat menyebabkan saluran
tepi hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang lebih rendah. Untuk menyalurkan air
pada saluran tepi yang bertopografi tertentu, maka pada jarak tertentu, direncanakan
adanya pipa (nol) yang diposisikan di bawah badan jalan untuk mengalirkan air dari
saluran ke pembuangan. Intinya berbagai persyaratan teknis dan kriteria teknis dalam
perencanaan sudah tertuang dalam Permen PU No.19/2011. Prinsipnya penempatan
saluran tepi jalan di permukaan jalan selalu mengikuti topografi yang berkaitan
dengan geometrik (rencana ataupun kondisi) jalan dan lingkungan sekitarnya, yang
terkait dengan badan air lain atau ke saluran pembuangan (sungai) (Sailendra, AB,
2012).

Dengan demikian, berikut ini hal perlu diperhatikan antara lain:

8
a. Kapasitas sistem harus mencukupi, baik untuk melayani pengaliran air ke badan
penerima air, maupun untuk meresapkan air ke dalam tanah. Untuk mencapai
kapasitas yang memadai dilakukan perancangan berdasarkan prinsip hidrologi dan
hidrolika.
b. Sedapat mungkin menggunakan sistem gravitasi, hanya dalam hal sistem gravitasi
tidak memungkinkan baru digunakan sistem pompa.
c. Meminimalisasi pembebasan lahan
d. Meminimalkan aliran permukaan dan memaksimalkan resapan
e. Letak sistem drainase jalan memenuhi kriteria aman untuk struktur jalan, utilitas,
dan perlengkapan jalan lainnya dan memiliki kesempatan untuk perluasan sistem.
Dalam pelaksanaannya harus mempehatikan segi hidraulik dan tata letak dalam
kaitannya dengan prasarana lainnya (jalan, dan utilitas kota).
f. Stabilitas bangunan harus terjamin, baik dari segi struktural, keawetan sistem dan
kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan.

3.1.1 Prosedur Perancangan Drainase Jalan


1. Perancangan dimulai dengan memplot rute jalan yang akan ditinjau di peta
topografi yang akan menentukan batas-batas daerah layanan maupun data-data
lain untuk mengenal/mengetahui daerah layanan sehingga dapat diperkirakan
kebutuhan penempatan bangunan drainase penunjang menentukan penempatan
awal bangunan seperti saluran samping jalan, fasilitas penahan air hujan,
bangunan pelengkap (Lihat Gambar 3.1).
2. Perancangan sistem drainase jalan harus memperhatikan pengaliran air yang
ada di permukaan (drainase permukaan) maupun yang ada di bawah
permukaan. Perancangan-perancangan tersebut harus mengikuti ketentuan
teknis yang ada tanpa mengganggu stabilitas konstruksi jalan. Namun pada
Buku ini, perancangan drainase bawah permukaan tidak dibahas.

Plot Rute Jalan

Pengenalan Daerah Perancangan Perkiraan awal kebutuhan


Layanan Sistem penempatan layanan
Drainase Jalan drainase jalan

Perancangan drainase Perancangan drainase


permukaan bawah permukaan

Ketentuan teknis,
metode/cara
pengerjaan

Selesai
9
(Gambar 3.1 Skema Perancangan Sistem Drainase Jalan)

3.1.2 Elemen Perancangan Sistem Drainase Permukaan Jalan


Hal-hal yang perlu diperhatikan pada perancangan drainase permukaan diuraikan di
bawah ini.
1) Plot rute jalan di peta topografi
a. Plot rute jalan rencana pada topografi diperlukan untuk mengetahui gambaran
topografi atau daerah kondisi sepanjang trase jalan yang akan dilalui dapat
dipelajari.
b. Kondisi terrain pada daerah layanan diperlukan untuk menentukan bentuk dan
kemiringan yang akan mempengaruhi pola aliran.

(Gambar 3.2 Ilustrasi rute jalan dan gambaran topografi)

2) Inventarisasi data bangunan drainase (gorong-gorong, jembatan, dll.) eksisting


meliputi lokasi, dimensi, arah aliran pembuangan, kondisi. Data ini digunakan agar
perancangan sistem drainase jalan tidak mengganggu sistem drainase yang telah
ada.

3) Segmen panjang segmen saluran (L)


Penentuan panjang segmen saluran (L) didasarkan pada:
a. kemiringan rute jalan. Disarankan kemiringan saluran mendekati kemiringan
memanjang jalan.
b. adanya tempat buangan air seperti badan air (seperti sungai, waduk, dll)
c. langkah coba-coba, sehingga dimensi saluran yang ekonomis.

4) Luas daerah layanan (A)

10
a. Perhitungan luas daerah layanan didasarkan pada panjang segmen jalan yang
ditinjau.
b. Luas daerah layanan (A) untuk saluran samping jalan perlu diketahui agar
dapat diperkirakan daya tampungnya terhadap curah hujan atau untuk
memperkirakan volume limpasan permukaan yang akan ditampung saluran
samping jalan (Gambar 3.3).
c. Luas daerah layanan terdiri atas luas setengah badan jalan (A 1), luas bahu jalan
(A2) dan luas daerah di sekitar (A3).
d. Batasan luas daerah layanan tergantung dari daerah sekitar dan topografi dan
daerah sekelilingnya. Panjang daerah pengaliran yang diperhitungkan terdiri
atas setengah lebar badan jalan (l1), lebar bahu jalan (l2), dan daerah sekitar (l3)
yang terbagi atas daerah perkotaan yaitu + 10 m dan untuk daerah luar kota
yang didasarkan pada topografi daerah tersebut (Gambar 3.4).
e. Jika diperlukan, pada daerah perbukitan, direncanakan beberapa saluran (Lihat
sub bab drainase lereng) untuk menampung limpasan dari daerah bukit dengan
batas daerah layanan adalah puncak bukit tersebut tanpa merusak stabilitas
lereng. Sehingga saluran tersebut hanya menampung air dari luas daerah
layanan daerah sekitar (A3).

STA contoh penempatan segmen dibatasi antar STA jalan atau dari saluran penghubung

(Gambar 3.3 Daerah Pengaliran Saluran Samping Jalan)

l1 ditetapkan dari as jalan sampai bagian tepi perkerasan.


l2 ditetapkan dari tepi perkerasan sampai tepi bahu jalan.

11
l3 tergantung daerah setempat:
- perkotaan (daerah terbangun) + 10 m
- luar kota (rural area) (tergantung topografi) + 100m

(Gambar 3.4 Panjang daerah pengaliran yang diperhitungkan (l1, l2, l3))

5) Koefisien pengaliran (C)


Koefisien pengaliran (C) dipengaruhi kondisi permukaan tanah (tata guna lahan)
pada daerah layanan dan kemungkinan perubahan tata guna lahan. Angka ini akan
mempengaruhi debit yang mengalir sehingga dapat diperkirakan daya tampung
saluran. Untuk itu diperlukan peta topografi dan melakukan survey lapangan agar
corak topografi daerah proyek dapat lebih diperjelas.

Diperlukan pula jenis sifat erosi dan tanah pada daerah sepanjang trase jalan
rencana antara lain tanah dengan permeabilitas tinggi (sifat lulus air) atau tanah
dengan tingkat erosi permukaan. Secara visual akan nampak pada daerah yang
menunjukkan alur-alur pada permukaan.

6) Faktor limpasan (fk)


a. Merupakan faktor atau angka yang dikalikan dengan koefisien runoff biasa
dengan tujuan agar kinerja saluran tidak melebihi kapasitasnya akibat daerah
pengaliran yang terlalu luas. Harga faktor limpasan (fk) disesuaikan dengan
kondisi permukaan tanah (lihat Tabel 1)

Tabel 1 Harga koefisien pengaliran (C) dan harga faktor limpasan (fk)
Kondisi permukaan Koefisien pengaliran Faktor Limpasan
No.
tanah (C) (fk)
BAHAN
1 Jalan beton & jalan aspal 0,70 - 0,95 -
2 Jalan kerikil & jalan tanah 0,40 - 0,70 -
3 Bahu Jalan :

12
- Tanah berbutir halus 0,40 - 0,65 -
- Tanah berbutir kasar 0,10 - 0,20 -
- Batuan masif keras 0,70 - 0,85 -
- Batuan masif lunak 0,60 - 0,75 -
TATA GUNA LAHAN
1 Daerah perkotaan 0,70 - 0,95 2,0
2 Daerah pinggir kota 0,60 - 0,70 1,5
3 Daerah industri 0,60 - 0,90 1,2
4 Permukiman padat 0,40 - 0,60 2,0
5 Permukiman tidak padat 0,40 - 0,60 1,5
6 Taman dan kebun 0,20 - 0,40 0,2
7 Persawahan 0,45 - 0,60 0,5
8 Perbukitan 0,70 - 0,80 0,4
9 Pegunungan 0,75 - 0,90 0,3
Keterangan:
• Harga koefisien pengaliran ( C ) untuk daerah datar diambil nilai C yang
terkecil dan untuk daerah lereng diambil nilai C yang besar.
• Harga faktor limpasan (fk) hanya digunakan untuk guna lahan sekitar saluran
selain bagian jalan.

b. Bila daerah pengaliran atau daerah layanan terdiri dari beberapa tipe kondisi
permukaan yang mempunyai nilai C yang berbeda, Harga C rata-rata
ditentukan dengan persamaan berikut:

C 1 . A1 +C 2 . A2 +C 3 . A 3. fk 3
C=
A1 + A2 + A3

dengan pengertian:
C1, C2, C3 : koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi permukaan
A1, A2, A3 : luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai dengan
kondisipermukaan (Lihat Gambar 3.4)
fk : faktor limpasan sesuai guna lahan (lihat Tabel 1)

7) Waktu konsentrasi (Tc)


a. Waktu terpanjang yang dibutuhkan untuk seluruh daerah layanan dalam
menyalurkan aliran air secara simultan (runoff) setelah melewati titik-titik
tertentu.
b. Waktu konsentrasi untuk saluran terbuka dihitung dengan rumus di bawah ini.
Sedangkan untuk saluran tertutup dapat menggunakan grafik

13
dengan pengertian:
Tc : waktu konsentrasi (menit)
t1 : waktu untuk mencapai awal saluran dari titik terjauh(menit)
t2 : waktu aliran dalam saluran sepanjang L dari ujung saluran(menit)
lo : jarak titik terjauh ke fasilitas drainase (m)
L : panjang saluran (m) nd koefisien hambatan (lihat Tabel 1)
is : kemiringan daerah pengaliran
V : kecepatan air rata-rata pada saluran drainase (m/detik)

Tabel 2 Koefisien hambatan (nd) berdasarkan kondisi permukaan

No. Kondisi Lapis Permukaan nd


1 Lapisan semen dan aspal beton 0,013
2 Permukaan licin dan kedap air 0,020
3 Permukaan licin dan kokoh 0,100
4 Tanah dgn rumput tipis dan gundul dengan permukaan sedikit kasar 0,200
5 Padang rumput dan rerumputan 0,400
6 Hutan gundul 0,600
Hutan rimbun dan hutan gundul rapat dengan hamparan rumput
7 0,800
jarang sampai rapat

8) Analisa Hidrologi
a. Data curah hujan
• Merupakan data curah hujan harian maksimum dalam setahun dinyatakan
dalam mm/hari. Data curah hujan ini diperoleh dari Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG) yaitu stasiun curah hujan yang terletak pada daerah layanan
saluran samping jalan.
• Jika daerah layanan tidak memiliki data curah hujan, maka dapat digunakan
data dari stasiun di luar daerah layanan yang dianggap masih dapat mewakili.
Jumlah data curah hujan yang diperlukan minimal 10 tahun terakhir.
b. Periode ulang
Karakteristik hujan menunjukkan bahwa hujan yang besar tertentu mempunyai
periode ulang tertentu. Periode ulang untuk pembangunan saluran drainase
ditentukan 5 tahun, disesuaikan dengan peruntukannya.

c. Intensitas curah hujan

14
Adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air
tersebut berkonsentrasi. Intensitas curah hujan (I) mempunyai satuan mm/jam,
berarti tinggi air persatuan waktu, misalnya mm dalam kurun waktu menit, jam,
atau hari.

d. Formulasi perhitungan intensitas curah hujan


Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991 Metode perhitungan Debit
Banjir.

9) Untuk menghitung debit aliran air ( Q ) menggunakan rumus:

Q= C×I × A
dengan pengertian:
Q : debit aliran air (m3/ detik)
C : koefisien pengaliran rata-rata dari C1, C2, C3
I : intensitas curah hujan (mm/jam)
A : luas daerah pengaliran (km2) terdiri atas A1, A2, A3

3.1.2.1 Kemiringan Melintang Perkerasan dan Bahu Jalan


Kemiringan melintang harus memenuhi ketentuan yang diuraikan berikut ini.
1) Daerah jalan yang datar dan lurus
a. Kemiringan perkerasan dan bahu jalan mulai dari tengah perkerasan (as jalan)
menurun/melandai ke arah saluran drainase jalan (lihat Gambar 3.5)

(Gambar 3.5 Kemiringan melintang normal pada daerah datar dan lurus)

15
b. Besarnya kemiringan bahu jalan diambil 2% lebih besar daripada kemiringan
permukaan jalan.
c. Kemiringan melintang normal pada perkerasan jalan, dapat dilihat pada Tabel
3 berikut:

Tabel 3 Kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan

Kemiringan melintang
No. Jenis lapisan perkerasan jalan
im (%)
1. Aspal, Beton 2-3
2. Japat (jalan yang dipadat) 2-4
3. Kerikil 3-6
4. Tanah 4-6

d. Pada bahu jalan yang terbuat dari tanah lempung atau lanau dan tidak
diperkeras, untuk mempercepat pengaliran air hujan agar tidak meresap ke
dalam bahu jalan, dibuat saluran-saluran kecil yang melintang bahu jalan
(Gambar 3.6)

la
Ja
As
90°

90 °

Daerah Datar 0 - 6 %

(Gambar 3.6 Drainase Melintang Pada Bahu Jalan )

2) Daerah yang lurus pada tanjakan atau turunan


a. Perlu dibuat suatu saluran inlet dengan sudut kemiringan ± 60 o-75o (Gambar
3.8) agar aliran air dapat mengalir ke drainase (walaupun tidak akan
seluruhnya)
b. Untuk menentukan kemiringan perkerasan jalan, gunakan nilai-nilai dari Tabel
3.

16
c. Untuk menghindari perkerasan jalan tidak rusak oleh aliran air hujan, maka
pada badan jalan, pada jarak tertentu dibuat saluran kecil melintang bahu jalan
(Gambar 3.7)

(Gambar 3.7 Drainase Bahu Jalan di daerah tanjakan/turunan)


3) Daerah tikungan
a. Harus mempertimbangkan kebutuhan kemiringan jalan menurut persyaratan
alinyemen horisontal jalan (menurut ketentuan yang berlaku).
b. Kemiringan perkerasan jalan harus dimulai dari sisi luar tikungan
menurun/melandai ke sisi dalam tikungan.
c. Besarnya kemiringan daerah ini ditentukan oleh nilai maksimum kebutuhan
kemiringan menurut keperluan drainase.
d. Besarnya kemiringan bahu jalan ditentukan dengan kaidah-kaidah sub bab
sebelumnya (lihat gambar 3.8).
e. Kedalaman saluran di tepi luar jalan pada tikungan harus memperhatikan
kesesuaian rencana pengaliran sistem drainase saluran tersebut.
(Gambar 3.8 Kemiringan melintang pada daerah tikungan)
4) Pemeriksaan kemiringan lahan eksisting
Penentuan kemiringan lahan eksisting pada lokasi pembangunan saluran,
goronggorong didapatkan dari hasil pengukuran di lapangan, dengan rumus dan
Gambar 3.9. Hal ini merupakan salah satu pertimbangan untuk perancangan
pembuatan bangunan pematah arus.

17
(Gambar 3.9 Kemiringan Lahan)

3.1.2.2 Saluran Terbuka


a. Perancangan saluran terbuka secara hidrolika jenis aliran yang terjadi adalah
aliran terbuka (open channel) yaitu pengaliran air dengan permukaan bebas
(Gambar 3.10). Perancangan ini digunakan untuk perancangan saluran samping
jalan maupun goronggorong.

18
(Gambar 3.10 Saluran Terbuka )

b. Bahan bangunan saluran ditentukan oleh besarnya kecepatan rencana aliran air
yang mengalir di saluran samping jalan tersebut (lihat Tabel 4);

Tabel 4 Kecepatan aliran air yang diijinkan berdasarkan jenis material


No. Jenis Bahan Kecepatan aliran air yang diijinkan (m/detik)
1. Pasir halus 0,45
2. Lempung kepasiran 0,50
3. Lanau aluvial 0,60
4. Kerikil halus 0,75
5. Lempung kokoh 0,75
6. Lempung padat 1,10
7. Kerikil kasar 1,20
8. Batu-batu besar 1,50
9. Pasangan batu 1,50
10. Beton 1,50
11. Beton bertulang 1,50

c. Kemiringan saluran ditentukan berdasarkan bahan yang digunakan. Hubungan


antara bahan yang digunakan dengan kemiringan saluran arah memanjang dapat
dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Kemiringan saluran memanjang (is) berdasarkan jenis material


No. Jenis Material Kemiringan saluran ( is % )
1. Tanah asli 0–5
2. Kerikil 5 - 7,5
3. Pasangan 7,5

19
d. Pematah arus untuk mengurangi kecepatan aliran diperlukan untuk saluran yang
panjang dan mempunyai kemiringan cukup besar (lihat Gambar 12). Pemasangan jarak
pematah arus (lp) harus sesuai Tabel 6.

(Gambar 3.11 Pematah Arus)

Tabel 6 Hubungan kemiringan saluran (is) dan jarak pematah arus (lp)

Is (%) 6 7 8 9 10
lp (m) 16 10 8 7 6

e. Penampang minimum saluran 0,50 m2.

f. Tipe dan jenis bahan saluran didasarkan atas kondisi tanah dasar dan kecepatan
abrasi air (lihat Tabel 7).

20
21
g. Langkah perhitungan debit aliran rencana (Q)

Langkah perhitungan debit aliran rencana (Q) diuraikan di bawah ini.


1) Plot rute jalan di peta topografi.
2) Tentukan panjang segmen, daerah pengaliran, luas (A), kemiringan lahan (i p) dari
peta topografi.
3) Identifikasi jenis bahan permukaan daerah pengaliran
4) Tentukan koefisien aliran (C) berdasarkan kondisi permukaan kemudian kalikan
dengan harga faktor limpasan, sesuai Tabel 2
5) Hitung koefisien aliran rata-rata dengan rumus, yaitu:
C . A +C . A +C . A fk
C= 1 1 2 2 3 3. 3
A1 + A 2 + A3
6) Tentukan kondisi permukaan berikut koefisien hambatan, nd (lihat Tabel 1)
7) Hitung waktu konsentrasi (Tc) dengan rumus, yaitu:

8) Siapkan data curah hujan dari Badan Meteorologi dan Geofisika Tentukan periode
ulang rencana untuk saluran drainase, yaitu 5 tahun
9) Hitung intensitas curah hujan sesuai pada buku SNI 03-2415-1991 Metode
perhitungan debit banjir
10) Hitung debit air (Q) dengan menggunakan rumus (5), yaitu:

Q= C× I × A
(5)
h. Perhitungan dimensi dan kemiringan saluran serta gorong-gorong
1) Perhitungan dimensi saluran dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada yaitu
berdasarkan:

22
a. Penentuan bahan yang digunakan sehingga terdapat batasan kecepatan
(V) dan kemiringan saluran (is) yang diijinkan.
b. ketersediaan ruang di tepi jalan sehingga perhitungan dimulai dengan
penentuan dimensi
2) Langkah awal perhitungan:
a. Penentuan awal bahan saluran

 Penentuan bahan saluran, koefisien manning (n) Tabel 10, dan


kecepatan (V) pada saluran yang diijinkan (Tabel 4), bentuk
saluran (Tabel 7) dan penentuan kemiringan saluran is yang
diijinkan (Tabel 5)

 Tentukan Kecepatan saluran < kecepatan saluran yang diijinkan

 Hitung tinggi jagaan (W) saluran dengan rumus , yaitu:


W = 0,5 x d (m)

b. Penentuan awal dimensi saluran

 Tentukan perkiraan dimensi saluran sesuai ruang yang tersedia,


koefisien Manning (n) dari Tabel 10,

 Tentukan kemiringan saluran berdasarkan bahan atau mengikuti


kemiringan perkerasan jalan untuk menentukan kecepatan air
dalam saluran

 Tentukan kecepatan saluran, V =1/2×R 2 / 3 ×is1/ 2

 Hitung tinggi jagaan (W) saluran dengan rumus, yaitu:

W = 0,5×d (m)

3) Cek Debit saluran harus lebih kecil dari debit aliran. Jika tidak sesuai maka
perhitungan dimensi harus diulang.
4) Hitung kemiringan saluran, is = (V x n / R2/3)2
5) Periksa kemiringan tanah di lokasi yang akan dibangun saluran

6) Bandingkan kemiringan saluran hasil perhitungan (is perhitungan) dengan


kemiringan tanah yang diukur di lapangan (i lapangan);

23
Tiap sub daerah pengaliran
lo=panjang perjalanan aliran Penentuan awal saluran
permukaan berdasarkan:
ip = kemiringan daerah -dimensi saluran atau
pengaliran -kemiringan saluran

Topografi V, Q
saluran

Tata guna Waktu limpas aliran Waktu limpas pada


C permukaan saluran
lahan
t1 t2=L/V

Jenis tanah
tc = t1 + t2

Survey Lengkung intensitas


lapangan & hujan
peta situasi

1
A Q rencana = CxIxA I
3,6

Tidak Perbaiki dimensi


Q rencana < Q saluran saluran

Ya

Selesai

− is lapangan ≤ is perhitungan, artinya bahwa kemiringan saluran yang


direncanakan sesuai dengan i perhitungan;
− is lapangan > is perhitungan, berarti saluran harus dibuatkan pematah arus,
sesuai Tabel 6
7) Untuk perancangan gorong-gorong, bandingkan kemiringan gorong-gorong
dengan kemiringan yang diijinkan.

Bagan alir perhitungan


Bagan alir perhitungan debit aliran rencana (Q) dari daerah pelayanan yang
dihubungkan dengan kemampuan saluran yang menampungnya (lihat Gambar 3.12).
Perhitungan dimensi saluran dan kemiringan saluran yang akan digunakan di lapangan
ditunjukkan pada Gambar 3.12

(Gambar 3.12 Diagram alir perhitungan debit rencana dan debit saluran)

24
Tentukan
dimensi, n, is,W

Tentukan bahan,
bentuk sal., n,
V&is ijin V

Tentukan V<Vijin Tidak


V, i s
Hitung dimensi,W ijin

Ya

Tidak Q saluran >Q Tidak


Aliran

Ya

(is) lapangan (is) perhitungan

(is) lap < (is) perhit.


Tabel 6
(is) lap ≥ (is) perhit

(is) lap > (is) perhit.

Saluran dengan Pematah Kemiringan Saluran (is)


Arus (Tabel 6) Tanpa Pematah Arus

(Gambar 3.13 Diagram alir perhitungan dimensi saluran dan kemiringan saluran)

25
3.1.2.3 Saluran Tertutup
a) Saluran tertutup merupakan bagian dari saluran sistem drainase yang dapat
digunakan di tempat yang tidak memungkinkan untuk dibuat saluran terbuka.
Pada saluran tertutup dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1. Saluran tertutup
2. Saluran terbuka yang ditutup

Keuntungan dan kerugian saluran tertutup adalah:


a. Keuntungan yang diperoleh adalah bagian atas saluran tertutup dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
b. Kerugian yang diperoleh adalah pemeliharaan saluran tertutup jauh lebih
sukar dan terutama kondisi kesadaran masyarakat Indonesia masih rendah
dalam hal pembuangan sampah.
Fasilitas penunjang yang ada adalah pada saluran dilengkapi dengan lubang
kontrol (manhole) dan terdapat saringan sampah di mulut saluran sebelah hulu.

b) Jenis saluran tertutup direncanakan sesuai dengan kala ulang curah hujan:
1. Curah hujan dengan kala ulang 5 tahun: luas penampang basah yang
penuh tetapi tanpa adanya pengaruh tekanan akibat perbedaan tinggi
muka air (lihat Gambar 3.14)
2. Curah hujan dengan kala ulang 50 tahun: saluran akan beroperasi dalam
kondisi dengan tinggi tekanan akibat perbedaan tinggi muka air dan
Manhole akan terendam penuh (lihat Gambar 3.15)

(Gambar 3.14 Kondisi Pengaliran Luas Tampang Penuh dan Tanpa Tekanan)

1
Manhole

(Gambar 3.15 Kondisi Pengaliran Luas Tampang Penuh dan Dengan Tekanan)

c) Perhitungan jumlah lubang pemasukan, pengaliran pipa,


1. Penentuan jumlah lubang pemasukan yang dipasang untuk mengalirkan air ke dalam
saluran tertutup dari side inlet atau dari manhole.

dengan pengertian: debit kapasitas gutter diperoleh dari Gambar 3.21 Diagram debit
aliran pada saluran bentuk segitiga. Kapasitas inlet diperoleh dari Gambar 3. 31
Kapasitas lubang pemasukan samping

2. Pada kondisi pengaliran pipa:


Kapasitas pipa direncanakan dengan asumsi pipa akan terisi penuh pada saat banjir
rencana (R5 tahun).

Kondisi tertentu/banjir besar (R50 th), manhole akan penuh dan aliran dalam pipa
akan beroperasi dengan tekanan (under pressure) dalam waktu yang singkat.

3. Langkah Perancangan (Lihat Gambar di bawah ini)


1. Hitung debit rencana dengan R50 th.
2. Tentukan elevasi dasar pipa bagian hilir (IL1) dan hulu (IL2)
3. Tentukan elevasi muka air di outlet saluran atau manhole hilir (WL1) 4. Tentukan
diameter pipa (D) dan panjang pipa (L)

2
WL2
HG
WL1

OL2
OL1

IL2 IL1

Gambar 17 Komponen sistem saluran tertutup

4. Perhitungan HGL (Hydraulic Grade Line)

Prosedur perhitungan Hydraulic Grade Line (HGL) adalah sebagai berikut dengan
memperhatikan Gambar 18 di bawah ini :

Kondisi A : WL di atas elevasi atas pipa(WL > OL 1 ) Kondisi B : WL di atas tinggi kritis1

1 1

3
Kondisi C : WL di atas elevasi atas pipa1 Kondisi D : WL di bawah elevasi dasar pipa(WL < IL 11 1)

Gambar 18 Kondisi HGL di hilir pipa

Kondisi A : WL1 di atas elevasi atas pipa (WL1>OL1)

Nilai WL1 sebagai HGL hilir

Kondisi B : WL1 di atas tinggi kritis

Menggunakan Gambar 19, 20 Tinggi kritis aliran dalam pipa dan atau
dalam box culvert Jika WL1 di atas (LI1 + dc), hitung nilai elevasi

dc + D
WL2 = IL1 + (9)

2
Nilai HGL hilir diambil dari nilai terbesar WL 1 atau WL2

Kondisi C : WL1 di bawah tinggi kritis

Hitung nilai dc dari Gambar 19, 20 Tinggi kritis aliran dalam pipa dan atau dalam
box culvert

Jika WL1 di bawah WL2 = IL1 +dc, maka nilai HGL=WL2

Kondisi D : WL1 di bawah elevasi dasar pipa (WL1 < IL1)

Hitung nilai dc dari Gambar Tinggi kritis aliran dalam pipa dan atau dalam box
culvert

Ambil nilai HGL = IL1+dc, kecuali jika kondisi pengaliran pada pipa yang dicek pada
langkah ke-2, beroperasi tanpa tekanan, dan kedalaman air dp di bawah dc, nilai
HGL = IL1+dp

4
DEBIT Q (m /det)3

Gambar 19 Tinggi Kritis Aliran Dalam Pipa

5
Gambar 20 Tinggi Kritis Aliran Dalam Box Culvert

6
5. Menghitung tinggi hilang karena gesekan dalam pipa (friction losses)

a. Hitung nilai kekasaran relatif dan angka Reynold dari pipa dengan rumus : kp
e= ( 10 )

D×V
Nr = ( 11 )

dengan
pengerti
an: d
diamete
r pipa
(m) e
kekasar
an
relatif
(m/m)
kp angka kekasaran pipa (lihat Tabel 12
Nilai kekasaran pipa) Nr angka Reynold

V rata-rata
kecepatan aliran
(m/det) ν
kinetic viscositas
dari air = 1,0 x
10-6 m/det

Tabel 8 Nilai kekasaran pipa, kp (m)


Jenis Bahan & Kondisi Nilai kekasaran pipa (kp)
Beton
Baik 60 x 10-6
Normal 150 x 10-6
Buruk 600 x 10-6

Beton Fibre-Reinforced
Baik 15 x 10-6
Normal 30 x 10-6

7
Plastik
Sambungan semen 30 x 10-6
Spigot & socket 60 x 10-6

b. Baca nilai faktor kekasaran “ƒ” dari Gambar 21 Grafik diagram Moody nilai
kekasaran pipa tertekan.

8
Faktor Gesekan f

Angka Reynolds = VD
V

Gambar 21 Diagram “Moody” Untuk Nilai Kekasaran Pipa Tertekan

c. Hitung nilai kehilangan tekanan pada pipa dengan rumus :


f ×(L×V 2)
hf = ( 12 )

2× g × D
dengan pengertian :

hf tinggi tekanan yang


hilang (m) ƒ faktor
kekasaran (Gambar 30
Grafik Moody)

L panjang pipa (m)

V kecepata
n rata-rata
(m/det) g
kecepatan

9
gravitasi = 9,81
m/det2
D diameter pipa (m)

d. Hitung elevasi muka air pada hulu pipa


WL2 = WL1 + hf ( 13 )

Jika nilai WL2 < IL2: kondisi yang terjadi adalah pengaliran pipa tanpa tekanan
menggunakan Gambar 22 dan 23 Diagram Debit Aliran box culvert dan atau
pipa untuk menghitung nilai Qp (penampang penuh).

Q
menggunakan rasio untuk menghitung dp, dari Gambar 24 Debit dan
kecepatan air dalam

Qp
pipa yang terisi sebagian.

Hitung :

WL2 = IL2+dp ( 14 )

10
Keterangan

• Contoh: kemiringan gorong-gorong 1/z (seperti ½, 1/ KETERANGAN : Untuk gorong - gorong


kotak yang men100galir penuh tetapi tidak di bawah tekanan , 1/1000), maka koordinat X adalah
Kemiringan gorong - gorong adalah paralel
untuk kemiringan hidrolik angka z
• Untuk gorong-gorong kotak yang aliran mengalir penuh tetapi tidak di bawah tekanan

Gambar 22 Diagram Debit Aliran pada Box Culvert

11
Keterangan

• Contoh: kemiringan gorong-gorong 1/z (seperti ½, 1/100, 1/1000), maka koordinat X


adalah angka z
• Untuk gorong-gorong pipa yang aliran mengalir penuh tetapi tidak di bawah tekanan
Gambar 23 Diagram Debit Aliran pada Pipa

12
3.1.2.4 Saluran Penghubung (gutter)
a. Merupakan saluran kecil (gutter) yang dibuat antara kerb dan badan jalan untuk
menyalurkan air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan ke saluran samping jalan.

Zd

d
ib atau im

Gambar 24 Tinggi dan Lebar Genangan pada Kerb

b. Kapasitas saluran yang akan menampung air tergenang pada kerb (lihat Gambar 31)
yang akan disalurkan ke saluran samping jalan dapat diperkirakan dari rumus
Manning yaitu :

z i ×ij ×d ( 15 )

Q=
0,37

1
zi = ( 16 )

13
im
dengan pengertian: Q debit
saluran d kedalaman genangan
air di saluran im kemiringan
melintang jalan atau bahu jalan
(ib) ij kemiringan memanjang
jalan atau bahu jalan n
koefisien Manning dasar
saluran zi 1/im atau 1/ib
Zd lebar genangan

c. Lebar genangan (Zd) dibatasi yaitu maksimum 2,0 m dan hujan yang terjadi adalah
hujan kala ulang 5 tahun.

d. Perhitungan Zd dapat dilakukan dengan menggunakan Gambar 22 Diagram debit


aliran pada saluran bentuk segitiga.

3.1.2.5 Saluran Inlet


a. Merupakan saluran yang menghubungkan aliran air dari perkerasan jalan menuju
saluran.

b. Adapun ketentuan yang bisa dilakukan seperti yang direkomendasikan oleh Road
Drainage Design Manual, Queensland Goverment, Department of Main Road, Edisi
Juni 2002, adalah ditentukan berdasarkan waktu konsentrasinya. Seperti pada Tabel
13 berikut:

Tabel 9 Standar waktu konsentrasi inlet

Waktu
Lokasi
(Menit)
Area perkerasan jalan
Area Perkotaan dan Perumahan dengan kemiringan rata-rata > 15%

14
Area Perkotaan dan Perumahan dengan kemiringan rata-rata > 10 – 15 %
Area Perkotaan dan Perumahan dengan kemiringan rata-rata > 6 – 10 %
Area Perkotaan dan Perumahan dengan kemiringan rata-rata > 3 – 6 %
Area Perkotaan dan Perumahan dengan kemiringan rata-rata ≤ 3 %

c. Jenis Inlet adalah :


Inlet got tepi (gutter inlet), lubang bukaan terletak mendatar secara melintang
pada dasar got tepi, berbatasan dengan batu tepi.

Tipe penutup: sekat vertikal, horisontal, sekat campuran dan berkisi.

Inlet kerb tepi (curb inlet), lubang bukaan terletak pada bidang batu/kerb tepi
dengan arah masuk tegak lurus pada arah aliran got tepi, sehingga kerb tepi
bekerja sebagai pelimpah samping.

(a) (b)
(a) Inlet
got
tepimend
atar (b)
Inlet kerb
tepi

Gambar 25 Inlet

d. Untuk jumlah saluran inlet yang harus dibuat, direkomendasikan maksimal tiap 5
meter dengan lebar saluran selebar kerb.

e. Untuk mengetahui kapasitas inlet samping (side inlet) didapat dari 80% kapasitas
yang didapat dari Gambar 26 Grafik kapasitas lubang pemasukan samping.

f. Data yang digunakan adalah :


lebar bukaan (l) = 1 meter

15
kemiringan melintang (ib) bahu
jalan/jalan kemiringan
memanjang gutter yang diketahui

1. l = L (pada grafik) = Lebar bukaan inlet = 1 m


2. ib = S (pada grafik) = kemiringan bahu = 0,05; 0,025-0,010 m/m
3. Kemiringan saluran (is)diperkirakan dengan interpolasi secara logaritmik

16
Gambar 26 Kapasitas lubang pemasukan samping

g. Lokasi inlet saluran ditempatkan pada titik terendah dari kemiringan memanjang
jalan (longitudinal) atau pada antara titik terendah dan tertinggi pada kemiringan
memanjang jalan (gambar pada Tabel 14).

h. Jika inlet saluran berbentuk manhole dan air pada saluran langsung jatuh ke bawah
(drop inlet) maka kapasitas diperkirakan dengan Tabel 14 ukuran lubang pemasukan
dan Gambar 26 kapasitas lubang pemasukan samping.

Tabel 10 Ukuran lubang pemasukan samping

Ukuran (mm) Pada kemiringan (m3/detik) Tempat rendah (m3/detik)


Lubang Pemasukan
(Lebar x Panjang)

1000 x 750 0,10 0,20


1000 x 1000 0,13 0,26
1000 x 1500 0,20 0,40
1000 x 2000 0,26 0,52
1000 x 2500 0,31 0,62
Keterangan : Tanda panah menunjukkan arah aliran

i. Perancangan bentuk ataupun dimensi saluran inlet tergantung kondisi lapangan


(datar, turunan/tanjakan). Berikut ditampilkan beberapa contoh gambar untuk
saluran inlet pada jalan menurun/ tanjakan:

17
Inlet
R=10 Inlet
m o Arah aliran air Trotoar/kerb
60 –
o
75

Arah aliran Kemiringan permukaan


Badan jalan jalan >4%

Gambar 27 Inlet untuk kemiringan memanjang


jalan >4% (tampak atas dan tampak samping)

4 5

3
1

18
(a) Inlet untuk Kemiringan Memanjang Jalan <4% (tam
pak atas)
3

7 2/6

(b) Inlet untuk Kemiringan Memanjang Jalan <4% (tam


pak depan/potongan
memanjang)
2/6

7
3
1

(c) Inlet untuk kemiringan memanjang jalan <4%mpak


(ta
samping/potongan melintang)

Keterangan Gambar:
1 Inlet got tepi
2 kerb
3 saluran Inlet tertutup jeruji besi
4 saluran terbuka tepi jalan
5 paving block
6 trotoar
7 Inlet kerb tepi
Gambar 28 Contoh bentuk saluran inlet

3.1.2.6 Bak kontrol


a. Bak kontrol merupakan tempat masuknya air (inlet) dan saluran untuk menampung
aliran permukaan yang akan disalurkan ke sistem drainase saluran tertutup dan
merupakan ruang akses bagi jaringan pipa serta untuk pemeliharaan (Lihat Gambar
29).

b. Ukuran bak kontrol disesuaikan dengan kondisi lapangan dan juga mudah, aman
dalam melakukan inpeksi dan pemeliharaan rutin (bak kontrol mudah dibuka dan
ditutup) serta aman bagi pejalan kaki (untuk saluran tertutup yang berada di bawah
trotoar).

19
20
1
2

TAMPAK SAMPING

3 (a) Tampak atas

1
Keterangan Gambar
1 penutup bak kontrol
2 penutup saluran terbuka tepi jalan
3 gorong-gorong atau saluran tertutup
4 bak kontrol
5 saluran terbuka tepi jalan

4
3

(b) Potongan melintang


1
2

4
5
5
3

(c) Potongan memanjang


Gambar 29 Contoh bentuk bak kontrol

21
3.1.2.7 Gorong-Gorong
a. Ditempatkan melintang jalan yang berfungsi untuk menampung air dari hulu
saluran drainase dan mengalirkannya

b. Harus cukup besar untuk melewatkan debit air secara maksimum dari daerah
pengaliran secara efisien.

c. Harus dibuat dengan tipe permanen (lihat Gambar 30). Adapun pembangunan
gorong-gorong terdiri dari tiga konstruksi utama, yaitu:

1. pipa kanal air utama yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bagian hulu ke
bagian hilir secara langsung;
2. apron (dasar) dibuat pada tempat masuk untuk mencegah terjadinya erosi dan
dapat berfungsi sebagai dinding penyekat lumpur
3. bak penampung diperlukan pada kondisi:
− pertemuan antara gorong-gorong dan saluran tepi

− pertemuan lebih dari dua arah aliran

Gambar 30 Bagian konstruksi gorong-gorong

d. Jarak gorong-gorong pada daerah datar maksimum 100 meter. Untuk daerah
pegunungan besarnya bisa dua kali lebih besar;

e. Kemiringan gorong-gorong antara 0,5% – 2% dengan pertimbangan faktor-faktor


lain yang dapat mengakibatkan terjadinya pengendapan erosi di tempat air masuk
dan pada bagian pengeluaran;

f. Tipe dan bahan gorong-gorong yang permanen (lihat Tabel 15) dengan disain umur
rencana untuk periode ulang atau kala ulang hujan untuk perancangan gorong-
gorong disesuaikan dengan fungsi jalan tempat gorong-gorong berlokasi
− Jalan Tol :
25 tahun − Jalan

22
Arteri :
10 tahun

− Jalan Kolektor : 7 tahun

− JalanLokal : 5 tahun

g. Untuk daerah-daerah yang berpasir, bak kontrol dibuat/direncanakan sesuai dengan


kondisi setempat;

h. Perhitungan dimensi gorong-gorong mengambil asumsi sebagai saluran terbuka.


Tahap perhitungan mengikuti sub bab 5.3. Perhitungan dimensi gorong-gorong
harus memperkirakan debit-debit yang masuk gorong-gorong tsb.

i. Dimensi gorong-gorong minimum dengan diameter 80 cm; Kedalaman gorong-


gorong yang aman terhadap permukaan jalan, tergantung tipe (Lihat Tabel 15)
dengan kedalaman minimum 1m -1,5 m dari permukaan jalan.

Tabel 11 Tipe penampang gorong-gorong

N Bahan Yang
Tipe Gorong-gorong Potongan Melintang
o Dipakai
Metal gelombang,
beton bertulang
1. Pipa tunggal atau lebih atau beton tumbuk,
besi cor dan lainlain.

Pipa lengkung tunggal atau


2. Metal gelombang
lebih

Gorong-gorong persegi (Box


3. Beton bertulang
Culvert)

j. Kecepatan minimum
Kecepatan minimum dalam gorong-gorong 0,7 m/detik agar tidak terjadi
sedimentasi.

k. Kecepatan maksimum

23
Kecepatan maksimum yang keluar dari gorong-gorong, untuk berbagai macam
kondisi material saluran di hilir gorong-gorong agar tidak terjadi erosi pada saluran
ditunjukkan pada Tabel 16 berikut ini.

Tabel 12 Kecepatan maksimum gorong-gorong yang diijinkan


Kondisi material dasar saluran V maksimum, Vg (m/detik)
Lumpur < 0,3
Pasir Halus < 0,3
Pasir Kasar 0,4 - 0,6
Gravel
θ > 6 mm θ 0,6 - 0,9
> 25 mm θ > 1,3 - 1,5
100 mm 2,0 - 3,0
Lempung
Lunak 0,3 - 0,6
Kenyal Keras 1,0 - 1,2
1,5 - 2,0
Batu-Batuan
θ > 150 mm θ 2,5 - 3,0
> 300 mm 4,0 - 5,0
l. Kecepatan keluaran rata-rata yang melebihi kecepatan maksimum yang diijinkan
seperti pada Tabel 16 di atas ini maka harus diberikan beberapa jenis perlindungan
keluaran atau dengan banguanan peredam energi ataupun pencegah erosi pada
daerah hilir gorong-gorong.

m. Faktor utama yang mempengaruhi kecepatan keluaran adalah kemiringan dan


kekasaran goronggorong.

n. Hidrolik gorong-gorong
Ukuran dan jenis gorong-gorong dipilih sesudah ditentukan :

- debit yang direncanakan


- lokasi gorong-gorong

o. Jarak antar gorong-gorong bulat berganda

24
Penggunaan gorong-gorong bulat berganda, jarak antar gorong-gorong dibuat agar
adukan pasangan atau beton dapat dengan mudah dikerjakan.

p. Penentuan tebal bantalan dan urugan


Tebal bantalan untuk pemasangan gorong-gorong, tergantung pada kondisi tanah
dasar dan berat gorong-gorong dan beban yang bekerja di atasnya.

Bantalan dapat dibuat dari beton non strukturil ataupun pasir urug

Urugan minimum di atas gorong-gorong yang diijinkan tergantung dari kekuatan ijin
bahan konstruksi gorong-gorong dan beban yang bekerja di atasnya

q. Tembok kepala (head wall) dan tembok sayap (wing wall)


Pemasangan tembok sayap dan kepada pada gorong-gorong dimaksudkan untuk
melindungi goronggorong dari bahaya longsoran tanah yang terjadi di atas dan
samping gorong-gorong akibat adanya erosi air atau beban lalulintas yang berada di
atas gorong-gorong,

25
Gambar 31 (a) dan (b) Dinding ujung gorong-gorong, dinding sisi dan apron beton (c)
Dinding ujung gorong-gorong batu (d) Dinding ujung gorong-gorong bata dan apron
beton (pemasukan menyudut pada aliran)

3.1.2.8 Sumur Resapan Air Hujan


Fasilitas resapan air hujan adalah prasarana untuk menampung dan meresapkan air
hujan ke dalam tanah. Fasilitas ini digunakan jika daerah stabil, jika jenuh air dan
memiliki tingkat permeabilitas yang tinggi dan pengisian air tanah tidak mengganggu
stabilitas geologi.

Kedalaman sumur resapan harus lebih dalam daripada elevasi subgrade jalan yaitu 1m-
1,5m di bawah permukaan jalan. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu stabilitas
konstruksi jalan raya. Perencanaan sumur resapan dilakukan sesuai SNI 03-2453-2002
Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk

Lahan Pekarangan dan SNI 06-2459-2002 Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan untuk
Lahan Pekarangan

26
Gambar 32 Sumur resapan di jalur hijau (Irianto, Eko)

3.1.2.9 Kolam Tampungan Limpasan Air Hujan Sementara


Kolam tampungan cukup besar manfaatnya bila dipelihara dengan baik, yaitu dapat
mengurangi besarnya debit limpasan di saluran. Dilihat dari ukuran kolam, kolam
berukuran luas sekali sampai ratusan hektar disebut waduk. Kolam berukuran lebih kecil
disebut situ, kolam yang berukuran kecil dari situ disebut kolam retensi.

3.1.2.10 Prinsip
1. Air yang masuk ke dalam kolam drainase tampungan air sementara dibatasi hanya
untuk air dari saluran samping jalan

2. Manfaat kolam drainase


- Menampung air limpasan yang tidak dapat ditampung oleh gorong-gorong
maupun saluran yang terpasang (selisih debit yang masuk dan debit yang
dialirkan oleh gorong-gorong pada waktu banjir) sehingga debit puncak air banjir
tidak menggenangi sampai di kawasan pemukiman di hulu saluran atau di sisi
jalan. Setelah hujan reda volume air pada kolam akan dialirkan melewati gorong-
gorong. - Tempat resapan air (sesuai jenis material pada dasar dan dinding
kolam)
- Rekreasi masyarakat.
3. Penempatan
- Kolam dapat ditempatkan pada atau di luar aliran air seperti sungai.
- Kebijakan penempatan kolam drainase harus dikonsultasikan sesuai kebutuhan
data dan ukuran dan konstruksi kolam drainase.

27
3.1.2.11 Jenis Kolam
Jenis kolam terbagi atas:

1. Kolam kering yang hanya sementara menampung air limpasan dapat berupa
lapangan sepak bola atau lapangan bermain yang dilapisi rumput
2. Kolam basah yang merupakan kolam permanen menampung air limpasan yang
tidak memerlukan rencana besar seperti dam kecuali jika tinggi, atau jenis tanah
yang bermasalah.

(a) (b)
(a) Contoh kolam kering, bak tanaman yang juga berfungsi sebagai kolam
tampungan (Portland)
(b) Contoh kolam kering, jalur hijau yang berfungsi sebagai kolam tampungan
(Greenroad, 2011)
Gambar 33 Sumur Resapan dan Kolam Tampungan Air

3.1.2.12 Komponen kolam


a. Tipikal bentuk kolam ditunjukkan pada Gambar 34.
Gambar tersebut menunjukkan bentuk kemiringan dinding kolam pada sudut yang
tepat pada kedalaman kolam dan sesuai dengan stabilitas tanah. Hal ini
mempertahankan dinding kolam dari kelongsoran.

Jika memungkinkan, batu pecah (crushed stone) dapat ditempatkan pada dasar
kolam dan sebagian sisi ke atas untuk memfasilitasi drainase dan untuk
mempersiapkan sisi intact.

28
Tampak atas

Potongan melintang

Gambar 34 Tipikal bentuk kolam drainase


b. Komponen-komponen yang perlu diperhatikan diuraikan pada Tabel 38.

Tabel 13 Uraian komponen kolam drainase

Komponen Uraian
Fasilitas inlet dan tergantung pada penggunaan kolam jika tidak ada fasilitas rekreasi yang akan
outlet disediakan, aliran air dibendung (dammed) oleh embankment dan aliran air
mengalir ke penampungan tanpat struktur inlet khusus.

Daerah penyimpanan Jika digunakan sebagai lapangan bermain:


air -permukaan tempat bermain harus dibuat bertahap -disediakan
saluran untuk memindahkan air hujan.

Saluran masukan Jenis saluran terbuka, struktur inlet tidak diperlukan.


kolam
Arus masuk melalui pipa special pits dan struktur penyebaran pengaliran air harus dapat
menghindarkan erosi
Pipa (weir) banjir yang elevasi dan spillway harus disediakan kurang lebih 0,5 meter lebih rendah dari
besar ketinggian embankment
Aliran yang keluar − bawah kolam (a low level pipe) oleh pipa
− bagian tertinggi oleh gorong-gorong dan spillway
Sambungan pipa menggunakan karet ring
Tanah pemadatan sesuai standar yang berlaku

29
c. Jenis permukaan saluran pada daerah yang khusus untuk menghindari erosi
ditunjukkan pada Tabel 39

Tabel 14 Jenis permukaan saluran berdasarkan daerah tertentu


Jenis permukaan saluran Lokasi
Semen, rip-rap atau pelindung Daerah puncak dan turunan /keluaran (downstream).
Rumput kemiringan spillway relatif datar

d. Kemiringan talud (sisi kolam) dan spillway yang dilapisi rumput ditunjukkan pada
Tabel 40.

Tabel 15 Kemiringan untuk permukaan bahan lapisan rumput

Kemiringan Persyaratan Keterangan


Sisi kolam Maks. 1:6
Spillway (pada kemiringan datar lebih baik terutama yang
Maks. 1:6
downstream side) sering digunakan

3.1.2.13 Cara Pengerjaan penentuan debit yang masuk kolam


a. Volume air banjir
Untuk menghitung debit air yang masuk ke dalam kolam, gunakan hidrograf banjir.
Dengan perhitungan Metode Rasional, bentuk hidrograf adalah garis lurus. Seperti
Gambar 35 dan rumus di bawah ini.

Debit , Q

30
3
(m /detik)

Qmaks

Waktu, t
(menit)
tc menit tc+t2 menit

Gambar 35
Hidrograf Rational Besarnya volume banjir pada saat:

a. t = tc Vb = ×Qmax×tc ( 17 )

b. t = tc + tc + t2 Vb = ×Qmax×(2×tc +t2 ) ( 18 )
dengan pengertian:

Vb volume banjir

Q max debit
maksimum pada saat
banjir tc waktu
konsentrasi t2
waktu aliran dalam
saluran

b. Luas kolam drainase


Data yang dibutuhkan untuk menentukan luas kolam sementara dengan
mengetahui volume banjir yang masuk dan volume air yang keluar lewat
gorong-gorong dengan metode penelusuran banjir

Selisih volume air yang masuk dan keluar dari gorong-gorong dengan
menggambar garis lengkung massa debit (mass curve) (Gambar 36)

Perhitungan banjir dengan metode Rational bentuk lengkungan massa hidrograf


mendekati huruf S. Lengkungan massa menggambarkan jumlah kumulatif
volume air banjir menurut waktu.

31
Kumulatif kumulatif inflow
inflow and
out flow
3 3
(m .10 )

volume tampungan yang dibutuhkan

kumulatif outflow

Waktu (menit)

Gambar 36 Kumulatif inflow, outflow dan volume tampungan

c. Langkah-langkah perancangan tampungan air sementara:


1. Hitung debit puncak banjir yang masuk dan buat hidrograf
2. Hitung volume kumulatif dengan selang waktu sebesar t menit
3. Asumsikan bahwa debit yang keluar dari gorong-gorong atau kapasitas saluran
di hilir goronggorong konstan,
4. Buat hidrograf serta hitung volume air kumulatif dengan selang waktu t menit.
5. Dengan membuat grafik kurva massa dari volume air yang masuk dan keluar
serta membuat garis sejajar dengan garis kumulatif air yang keluar dan
bersinggungan di puncak kurva dari garis kumulatif air yang masuk, didapatkan
total volume air yang harus ditampung dalam kolam (Gambar 37).

32
6. Tentukan luas kolam yang dibutuhkan dengan batasan tinggi muka air
maksimum yang diijinkan pada kolam
7. Jika kolam dianggap segi empat luas kolam didapatkan dari volume air yang
ditampung dalam kolam dibagi dengan tinggi air maksimum yang diijinkan.

Hitung debit puncak banjir (Inflow) buat hidrograf

Hitung volume kumulatif (t menit)

Hitung debit yang keluar (outflow ) dari buat hidrograf


gorong-gorong/ kapasitas saluran di hilir

Hitung volume kumulatif (t menit)

Buat grafik massa volume air yang


masuk dan keluar total volume air yang
harus ditampung dalam kolam

Tentukan luas kolam


Dengan batas tinggi muka air yang
diijinkan

33
Gambar 37 Skema penentuan luas kolam drainase

3.1.2 Drainase Permukaan


Fungsi drainase permukaan pada konstruksi jalan raya pada umumnya
berfungsi sebagai berikut :

1. Mengalirkan air hujan/air seecepat mungkin keluar dari permukaan jalan


dan selanjutnya dialirkan lewat saluran samping menuju saluran
pembuangan akhir.

2. Mencegah aliran air yang berasal dari daerah pengaliran sekitar jalan
masuk ke daerah perkerasan jalan.

3. Mencegah kerusakan lingkungan disekitar jalan akibat aliran air.

3.1.3 Sistem Drainase Permukaan


Sistem draiase permukaan pada prinsipnya terdiri dari :

1. Kemiringan melintang pada pada perkarasan jalan dan bahu jalan.

2. Selokan samping

3. Gorong-gorong.

4. Saluran penangkap.

3.1.4 Prinsip-prinsip Umum Perencanaan Drainase


1. Daya guna dan hasil guna (efektif dan efisien)

Perencanaan drainase haruslah sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas


drainase sebagai enampung, pembagi dan pembuang air dapat sepenuhnya
berdaya guna dan berhasil guna.

2. Ekonomis dan aman

Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase haruslah mempertimbangkan


faktor ekonomis dan faktor keamanan.

3. Pemeliharan

34
Perencanaan drainase haruslah mempertimbangkan pula segi kemudahan
dan nilai ekonomis dari pemilihan sistem drainase tersebut.

3.1.5 Kemiringan Melintang Perkerasan dan Bahu Jalan


1. Pada daerah jalan yang datar dan lurus.

Penanganan pengendalian air untuk daerah ini biasanya dengan


membuat kemiringan perkerasan dan bahu jalan mulai dari tengah
perkerasan menurun/melandai kearah selokan samping.Besarnya
kemiringan bahu jalan biasanya diambil 2% lebih besar daripada
kemiringan permukaan jalan.

2. Daerah jalan yang lurus pada tanjakan/penurunan

Penanganan pengendalian air pada daerah ini perlu


mempertimbangkan pula besarnya kemiringan alinyemen vertikal jalan
yang berupa tanjakan dan turunan agar supaya aliran air secepatnya
bisa mengalir ke selokan samping

3. Pada daerah tikungan.

Kemiringan melintang perkerasan jalan pada daerah ini biasnya


harus mempertimbangkan pula kebutuhan kemiringan jalan menurut
persyaratan alinyemen horizontal jalan. Karena itu kemiringan
perkerasan jalan harus dimulai dari sisi luar tikungan menurun /
meland ai kesisi dalam tikungan.

Besarnya kemiringan pada daerah ini ditentukan oleh nilai


maksimum dari kebutuhan kemiringan alinyemen horizontal atau
kebutuhan kemiringan menurut keperluan drainase.

3.1.6 Selokan Samping


Selokan samping adalah selokan yang dibuat disisi kiri dan kanan badan
jalan. Fungsi selokan samping antara lain sebagai berikut :

1. menampung dan membuang air yang berasal dari permukaan jalan.

35
2. Menampung dan membuang air yang berasal dari daerah
pengaliran sekitar jalan.

3. Dalam hal daerah pengaliran luas sekali atau terdapat air limbah
maka untuk itu harus di buat sistem drainase terpisah atau
tersendiri. Dalam pemilihan jenis material untuk seokan samping
pada umumnya ditentukan oleh besarnya kecepatan rencana aliran
air yang akan melewati selokan samping tersebut. Kecepatan aliran
air ditentukan oleh sifat hidrolis penampang saluran, salah satunya
adalah kemiringan saluran.

3.2 Perhitungan Drainase Jalan


1. Kehilangan Air Akibat Konstruksi Rumah Tinggal

Dari gambar diatas diketahui Panjang : 15,00 m dan lebar 10, 00 m.


Luas Bangunan : 10 m x 15 m –> A = 150 m2
Jika Tanah seluas 150 m2 dibebani hujan dengan intensitas (I) : 180 mm/hr,
maka jumlah air hujan yang hilang akibat lahan yang tertutup bangunan
adalah sebesar :
I = 180 mm/hr
I = 0.18/(24 x 60)
I = 0.000125 m/jam

36
Jumlah (Volume) air hujan yang hilang sebesar:
V=IxA
V = 0.000125 x 150
V = 0.01875 m3
Jika dalam 1 kawasan hunian terdapat 1000 rumah, maka Volume air yang
berpotensi untuk hilang akibat lahan yang tertutup oleh bangunan adalah
sebesar :
V lost = V x Jumlah hunian
V lost = 0.01875 m3 x 1000
V lost = 18,75 m3
V lost = 18.750 liter
Kalau diasumsikan hujan terjadi selama 10 jam, maka volume air yang
hilang adalah sebesar :
V lost = 18.750 liter x 10
V lost = 187.500 liter
Sekarang coba kita asumsikan jika hujan tersebut terjadi diaerah (yang
seharusnya menjadi daerah) imbuhan air hujan seperti misalnya kota
Bogor.
Dari data didapatkan luas wilayah Kota Bogor sebesar : 118 km2 =
118.500.000 m2. Kita asumsikan 80% wilayah kota Bogor telah
dimanfaatkan untuk bangunan dan fasilitas publik, maka volume air yang
yang hilang akibat bangunan dan fasilitas publik adalah sebesar :
V lost = (0,8 x 118.500.000 m2) x 0,000125 m
V lost = 94.800 m2 x 0,000125 m
V lost = 11.850 m3
V lost = 11.850.000 liter
Jika Hujan terjadi selama 5 jam, maka volume air yang hilang adalah
sebesar :
V lost = 11.850.000 liter/jam x 5 jam
V lost = 59.250.000 liter
Jika hujan terjadi selama 10 jam, maka volume air yang hilang adalah
sebesar :

37
V lost = 11.850.000 liter/jam x 10 jam
V lost = 118.500.000 liter

38
2. Kehilangan Air Akibat Konstruksi Jalan

Diasumsikan Type jalan adalah Arteri : 2 Jalur 2 Arah


Lebar Jalan = 12,00 m
Diasumsikan Panjang Badan Jalan = 88 km –> 88.000 m
Luas Badan Jalan = 88.000 m x 12 m
A = 1.056.000 m2
Jika Konstruksi jalan tersebut dibebani hujan dengan intensitas (I) = 180
mm/hr –> 0,000125 m/jam
I = 0,000125 m/jam. Berarti tinggi muka air akibat hujan selama 1 jam =
0,000125 m.
Volume air yang hilang (V lost)
V lost = A x I
V lost = 1.056.000 m2 x 0,000125 m
V lost = 132 m3
V lost = 132.000 liter
Jika hujan yang terjadi selama 10 jam, maka volume air yang hilang
adalah sebesar :
–> V lost = 132.000 liter/jam x 10 jam
–> V lost = 1.320.000 liter

39
Direncanakan penggunaan sumur resapan untuk mengimbuhkan air hujan
kedalam tanah, diasumsikan dimensi sumur resapan yang akan
dipergunakan adalah : diamater (d) : 40 cm dan tinggi (h) : 100 cm.
Volume Sumur Resapan = (1/4 x п x d2) x h
Volume Sumur Resapan = (1/4 x 3,14 x 0,42) x 1
Vol’ Sumur = 0, 1256 m3 ~ 0,126 m3
Vol’ Sumur = 126 liter…………………………………………. Cara (1)
Cek dgn Rumus Volume Silinder –> V= п x r2 x h
Volume Sumur Resapan = 3,14 x 0,22 x 1
Vol’ Sumur = 0, 1256 m3 ~ 0,126 m3
Vol’ Sumur = 126 liter…………………………………………. Cara (2)
Kontrol –> Cara (1) dan Cara (2) hasilnya sama : 0,126 m3 = 126 liter –>
Ok..!!
Jika volume hilang air hujan akibat perumahan dan akibat jalan
dijumlahkan, maka total volume air hujan yang hilang akibat hujan selama
10 jam adalah sebesar :
V lost = (119.000.000 liter + 1.320.000 liter)
V lost = 120. 320.000 liter
V lost = 120.320 m3
Jumlah Sumur Resapan yang dibutuhkan sepanjang 88 km :
n = (120. 320.000 liter /126) / 88
n = 10.851,37 ~ 10.852 buah
Jika sumur resapan akan dipasang pada saluran drainase sisi kiri dan sisi
kanan jalan, maka pada saluran drainase kiri dipasang 5.426 buah sumur
resapan dan dibagian kanan juga 5.426 buah.
Jarak antar sumur resapan (s)
s = 88.000 m / 5.426 buah
s = 16, 22 ~ 16,20 meter
–> Jadi sumur resapan dipasang dengan jarak antar sumur (s) : 16,20
meter.
Hasil dari perhitungan-perhitungan (perencanaan) diatas, selanjutnya di
integrasikan dalam bentuk gambar seperti gambar dibawah ini :

40
(Gambar 4.1 Konstruksi Jalan – Potongan melintang, tampak atas, penempatan
sumur resapan dan dimensi)

41
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Tingkat curah hujan merupakan faktor alami yang tidak mungkin diatur oleh
tangan manusia. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi atau menghindari
kerusakan jalan perlu dilakukan pembenahan-pembenahan pada variabel atau
faktor lain, diantaranya yaitu pada faktor sistem drainase. Drainase merupakan
salah satu faktor terpenting dalam perencanaan jalan raya. Curah hujan dan
tingkat kerusakan jalan memiliki hubungan yang berkebalikan. Hal ini berarti
semakin tinggi curah hujan yang terjadi maka umur jalan akan semakin pendek,
dan sebaliknya semakin rendah curah hujan maka umur jalan pun akan semakin
panjang.
Sistem drainase memiliki kontribusi yang paling besar terhadap tingkat
kerusakan jalan. Semakin baik sistem drainase tersebut, maka umur jalan akan
semakin panjang dan sebaliknya semakin buruk sistem drainase, maka umur jalan
akan semakin pendek

4.2 Saran
Sebagai mahasiswa Teknik Sipil kita harus lebih memperhatikan semua aspek-
aspek yang berhubungan dengan pembangunan. Namun tak hanya
pembangunannya saja yang harus diperhatikan, pemeliharaan juga tak kalah
pentingnya. Pembenahan sistem drainase perlu dilakukan karena terbukti sistem
drainase ini memiliki kontribusi yang paling besar terhadap kerusakan jalan.
Pembenahan sistem drainase ini dapat dilakukan dengan cara memperhatikan
tingkat kebersihan saluran drainase tersebut sehingga tidak mengganggu aliran air
ataupun dengan memperhitungkan dimensi saluran drainase tersebut. Dari
makalah ini, penulis berharap kesadaran pembaca memperhatikan lingkungan
sekitar dan menjaganya agar negara kita di masa nanti negara kita bisa lebih baik.

42
DAFTAR PUSTAKA

http://tsipilunikom.wordpress.com/2012/06/19/sistem-drainase/ (diakses tanggal


14 November 2017)
http://www.google.com/#q=makalah+tentang+sistem+drainase&start=20 (diakses
tanggal 14 November 2017)
http://mamanclasik.blogspot.com/2012/10/makalah-drainase-perkotaan.html
(diakses tanggal 14 November 2017)
http://banklibrary.blogspot.com/2009/08/makalah-drainase-perkotaan.html
(diakses tanggal 14 November 2017)
http://jurnalk3.com/blog/makalah-k3-drainase-jalan.html (diakses tanggal 14
November 2017)
http://arisud111.files.wordpress.com/2010/10/presentasi-perencanaan-drainase-
jalan.pdf (diakses tanggal 14 November 2017)
http://www.krumpuls.com/2013/10/contoh-kajian-pustaka-makalah.html (diakses
tanggal 14 November 2017)
Irianto, Eko W, Membangun SaRASS Upaya Konservasi dan Proteksi Air Tanah
Akibat Limpasan Hujan untuk Pengembangan SNI 06-2459-2002.
Sailendra, Agus Bari, 2012, Perencanaan Drainase dan Bahu Jalan Yang
Berwawasan Lingkungan, Serial Optimalisasi Pemeliharaan Jaringan Jalan Yang
Berwawasan Lingkungan, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan.

43

You might also like