You are on page 1of 128

STRATEGI PUBLIC RELATIONS PT.

KOMPAS GRAMEDIA DALAM


MEMBANGUN CITRA PERUSAHAAN (STUDI KASUS PROGRAM
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BENTARA BUDAYA
JAKARTA)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom I)

Oleh:

Ardiyat Ningrum Mustikasari


NIM : 1110051000095

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang, 5 Juli 2014

Ardiyat Ningrum Mustikasari


ABSTRAK

Ardiyat Ningrum Mustikasari


1110051000095
Strategi Public Relations PT. Kompas Gramedia Dalam Membangun Citra
Perusahaan (Studi Kasus Program Corporate Social Responsibility Bentara
Budaya Jakarta)

Ada berbagai macam seni dan kebudayaan tradisional Indonesia. Setiap orang
memiliki kemampuannya masing-masing dalam bidang seni dan budaya. Untuk
melestarikan karya dari kemampuan tersebut perlu adanya suatu wadah yang dapat
menampungya. Perusahaan Kompas Gramedia mendirikan Bentara Budaya Jakarta
sebagai salah satu program corporate social responsibility bidang seni dan
kebudayaan tradisional.
Dari latar belakang di atas, maka peneliti memunculkan pertanyaan peneliti.
Bagaimana strategi public relations PT. Kompas Gramedia dalam membangun citra
perusahaan melalui CSR bidang seni dan kebudayaan tradisional, Bentara Budaya
Jakarta? Citra apa yang ingin dibangun oleh public relations PT. Kompas Gramedia
melalui Bentara Budaya Jakarta?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus penelitian, peneliti melakukan
eksplorasi secara mendalam terhadap program, kejadian, proses, aktivitas terhadap
satu orang atau lebih. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi
partisipasi pasif, wawancara dan dokumentasi.
Penelitian ini menggunakan teori CSR Archie Carrol dan teori citra
perusahaan Frank Jefkins. Dalam teori CSR tersebut terdapat empat aspek penting
yaitu ekonomi, legal, etika dan filantropis dengan menjalankan beberapa tahap yaitu
perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan. Sedangkan, teori citra terdapat
the mirror image, the current image, the wish image, the multiple image dan
corporate image. Dengan adanya Bentara Budaya Jakarta, maka publik akan
memberikan opini yang nantinya akan menjadi penilaian dan citra bagi PT. Kompas
Gramedia.
Penelitian ini menemukan bahwa: Strategi pada aspek ekonomi dengan
memberikan fasilitas kepada seniman, aspek legal mendirikan komunitas Bentara
Muda, aspek etika yaitu dewan kurator sebagai tim penyeleksian dan aspek filantropis
yaitu tidak mencari keuntungan secara finansial. Sedangkan dalam menjalankannya
melalui beberapa tahapan, yaitu tahap perencanaan dengan dasar pemikiran Jakob
Oetama, tahap implementasi terbentuknya Bentara Budaya Jakarta dan Bentara
Muda, tahap evaluasi dilakuakan setelah kegiatan berlangsung dan tahap pelaporan
sebagai pengambilan keputusan. Sehingga citra yang dibangun oleh PT. Kompas
Gramedia adalah jenis corporate image (citra perusahaan).
Kata Kunci: Public Relations, Citra, CSR, Seni dan Kebudayaan Tradisional

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil alamin, peneliti ucapkan puji syukur kepada sang

khalik, Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan segala nikmatNya untuk

peneliti. Dia-lah segalanya. Dia tempat mengadu, tempat berlindung dan yang selalu

memberikan hal yang terbaik untuk penulis. Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang.

Skripsi yang berjudul “Strategi Public Relations PT. Kompas Gramedia dalam

Membangun Citra Perusahaan (Studi Kasus Program Corporate Social Responsibility

Bentara Budaya Jakarta)” diharapkan mampu menyumbang ilmu tentang public

relations perusahaan.

Dari segenap jiwa, peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan, M. A, beserta Bapak Suparto, M. Ed, Ph

D selaku pudek I, Bapak Drs. Jumroni, M. Si selaku pudek II, Bapak Dr. H.

Sunandar Ibnu Nur, M. Ag selaku pudek III.

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Bapak Rachmat Baihaky, M. A dan Sekretaris Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Fita Fathurokhmah, M. Si yang banyak

membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

ii
3. Ibu Fita Fathurokhmah, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing, memberikan arahan, nasihat dan ilmu bagi peneliti untuk

membuat sebuah skripsi yang baik dan benar.

4. Ibu Hj. Umi Musyarofah M. A selaku dosen pembimbing akademik yang

telah membantu saya, mengingatkan dan mengarahkan akan pentingnya

penilaian selama empat tahun.

5. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, atas semua ilmu yang diberikan untuk peneliti.

6. Seluruh staf perpustakaan baik staf di perpustakaan Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi maupun staf perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

7. Bapak ST. Herwinoto selaku Internal Communications Manager PT. Kompas

Gramedia yang sangat membantu peneliti dalam mengumpulkan informasi

akurat untuk skripsi ini. Serta Muhammad Safroni, AM Sirrojjudin dan

Hanggi Tyo selaku tim Bentara Budaya Jakarta yang telah membantu dan

mengajari banyak hal selama peneliti melakukan penelitian di Bentara Budaya

Jakarta

8. Untuk orang paling berharga dan tercinta Ayahanda Sudjardi dan Ibunda

Suyatmi terima kasih atas semua kasih sayang, semangat, doa dan semua hal

yang berbentuk materi ataupun tidak yang telah kalian berikan hingga

menghantarkan ananda di bangku kuliah. Semoga kalian selalu bangga

iii
dengan ananda. Teriring doa, cinta dan kasih sayang yang tak pernah putus

untuk-mu Bapak dan Ibu.

9. Adikku Aditya Nugraha yang selalu memberikan hiburan ketika peneliti

merasa lelah. Doaku semoga kau menjadi anak yang soleh, cerdas, pandai dan

selalu berbakti kepada orang tua.

10. Seluruh guru SD MIN 3 Cijantung, SMP dan SMA Islamic Village Tangerang

yang telah berbagi ilmu yang sangat berguna hingga mengantarkan peneliti di

jenjang yang lebih tinggi.

11. Sahabat-sahabatku tercinta Monica, Aulia, Sylvi, Renny, Tia, Tiara, Diu,

Risa, Dega, Mochtar dan Mulki yang selalu mendampingi ketika sedih

maupun senang. Kalian yang terus menyemangati dan memberikan masukan

untuk peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat seperjuanganku Sinta, Aica, Eva, Anita, Ica, Alfa, Pipit, Indah, Syta.

Terima kasih untuk empat tahun ini atas semua yang telah kalian lakukan dan

berikan semoga kelak kita akan menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat.

Amin

13. Teman-teman KPI C 2010 dan KKN BICYCLE 2013 yang sangat

memberikan motivasi dan konstribusi untuk cara berfikir dan bekerjasama

dengan baik.

14. Seluruh pengurus BEMJ KPI 2010-2012, DEMA FIDKOM 2011-2012, dan

SKETSA angkatan 2011-2012 yang telah memberikan ilmu ke-organisasian

selama kuliah.

iv
15. Serta pihak-pihak yang telah membantu peneliti dalam skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan, namun tidak mengurangi rasa hormat dan ucapan

terima kasih kepada mereka semua.

Pada kesempatan yang sempit ini, peneliti berterima kasih kepada seluruh

pihak yang telah membantu peneliti dalam membuat skripsi ini yang tidak dapat

disebutkan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan

untuk peneliti. Amin ya Rabbal Alamiin.

Tangerang, 5 Juli 2014

Ardiyat Ningrum Mustikasari

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ……………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah …………………………………...... 6

C. Tujuan Penelitian …………………………………………………… 7

D. Manfaat Penelitian ………………………………………………….. 7

E. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………. 9

F. Metodologi Penelitian ………………………………………………. 10

1. Paradigma Penelitian …………………………………………….. 10

2. Pendekatan Penelitian …………………………………………… 11

3. Metode Penelitian ………………………………………………... 12

4. Subjek dan Objek Penelitian …………………………………….. 13

5. Waktu dan Tempat Penelitian …………………………………… 13

6. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………..... 14

7. Teknik Analisis Data …………………………………………….. 16

8. Pedoman Penelitian ……………………………………………… 17

G. Sistematika Penulisan ……………………………………………….. 17


BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Teori

1. Corporate Social Responsibility Archie Carroll ………………… 19

2. Teori Citra Frank Jefkin….………………………………………. 23

B. Kerangka Konsep ……………………………………………………. 27

1. Public Relations …………………………………………………. 27

a. Pengertian Public Relations …………………………………. 27

b. Fungsi dan Tujuan Public Relations ………………………… 31

c. Peran Public Relations ……………………………………… 34

d. Strategi Public Relations ……………………………………. 35

2. Corporate Social Responsibility ………………………………… 40

a. Pengertian Corporate Social Responsibility ………………… 40

b. Tujuan dan Manfaat Corporate Social Responsibility ……… 46

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Bentara Budaya …………………………………………….. 49

B. Visi dan Misi ………………………………………………………... 52

C. Bentara Budaya Jakarta ……………………………………………… 53

D. Logo …………………………………………………………………. 56

E. Struktur Bentara Budaya Jakarta ……………………………………. 57


BAB IV ANALISIS DAN PENEMUAN

A. Strategi Public Relations PT. Kompas Gramedia Dengan Menggunakan

Teori Corporate Social Responsibility …………………………….. 65

B. Citra PT. Kompas Gramedia Berdasarkan Teori Melalui Program

Corporate Social Responsibility Bentara Budaya Jakarta …………. 85

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………… 94

B. Saran ……………………………………………………………….. 96

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 98

LAMPIRAN - LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari proses komunikasi merupakan

penunjang adanya proses pertukaran dalam penyampaian informasi agar

mendapatkan hubungan timbal balik terhadap apa yang dikomunikasikan.

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran

atau perasaan seseorang di mana isi informasi tersebut dapat menarik dan

memikat pendapat umum (Opini Publik).

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, emosi, keahlian

dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol seperti kata-kata, gambar-

gambar, angka-angka dan lain-lain. Dengan adanya komunikasi berarti

adanya interaksi antar manusia.1 Sebagai makhluk sosial manusia

membutuhkan komunikasi antara satu dengan yang lainnya. Melalui

komunikasi seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, mampu

menyampaikan apa yang ada dalam benaknya dan melalui komunikasi

seseorang tidak akan terasing dari lingkungan sekitarnya.

Beberapa disiplin utama komunikasi antara lain adalah public

relations, komunikasi internal, komunikasi korporasi (Komunikasi

Pengembang), advertising, branding, public affairs dan investor relations.

Semuannya ini ditujukan kepada target sasaran yang berbeda dan

1
Raudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 12.

1
2

menggunakan instrument dan kegiatan yang berbeda dalam

menyampaikan pesannya. Misalnya, public relations menggunakan sarana

press release atau paket media untuk mencapai sasaran medianya,

sementara public affairs akan menggunakan briefing untuk anggota

parlemen mengenai sebuah rancangan undang-undang agar dapat

digunakan untuk berkomunikasi dengan mereka yang berada di

pemerintah.

Keberadaan public relations dalam suatu organisasi atau lembaga

adalah sebuah indikasi bahwa public relations memiliki peran yang

penting dalam perputaran sistem yang ada pada manajemen dan lembaga

atau organisasi. Keberadaanya mampu menyentuh dan menerobos aspek-

aspek sosial dan kepentingan publik, selalu menampilkan sesuatu yang

positif dalam wujud citra positif demi kepentingan lembaga, membangun

citra yang positif dimasyarakat ditentukan oleh apa yang diberikan dan

ditampilkan perusahaan. Hal ini merupakan indikasi dari proses

terbentuknya citra positif dan negatif.

Public relations merupakan metode ilmu komunikasi sebagai salah

satu kegiatan yang mempunyai kaitan kepentingan dengan suatu

organisasi.2 Oleh sebab itu ada bentuk yang dilihat terkait dengan

kegiatan, serta diklasifikasikan kedalam dua bentuk, (karyawan, pemegang

saham, manajer, direktur dan sebagainya) dan eksternal publik, yaitu

orang-orang yang berada diluar organisasi yang jelas mempunyai kaitan

2
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1999), h. 131.
3

kepentingan dan yang diharapkan memiliki kaitan kepentingan dalam

rangka menjalin hubungan baik.

Dewasa ini, public relations berhadapan dengan fakta yang

sebenarnya, terlepas dari fakta itu buruk, baik atau tanpa pengaruh yang

jelas karena itu, public relations dituntut mampu berkomunikasi dengan

baik sehingga orang lain memahami suatu pesan, demi menjaga citra dan

reputasi atau citra lembaga yang diwakilinya. Dan tugas utama dari public

relations adalah membangun citra positif kepada masyarakat, ketika

perusahaan, organisasi atau lembaga mengalami krisis kepercayaan.

Penelitian public relation pada masyarakat yang informatif,

teknologi yang canggih dan global yang terjadi saat ini merupakan sarana

untuk menunjang fungsi dan peranan public relations profesional secara

optimal dalam mengidentifikasi dan melayani publik serta lembaga yang

diwakilinya, khususnya melaksanakan komunikasi dua arah atau timbal

balik (two way process and reciprocal), menciptakan hubungan antara

organisasi dan publiknya atau sebaliknya sebagai upaya saling pengertian

(mutually understanding) dan citra positif (good image).3

Di tengah masyarakat dunia yang semakin kritis dan peduli

terhadap keberlangsungan lingkungan dalam jangka panjang dan

menjunjung nilai-nilai etika, corporate social responsibility menjadi

keharusan bagi perusahaan. Jika kita perhatikan, masyarakat sekarang

hidup dalam kondisi yang dipenuhi beragam informasi dari berbagai

3
Ruslan Rosyadi, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2005), h. 5.
4

bidang, serta dibekali kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pola

seperti ini mendukung terbentuknya cara pikir, gaya hidup, dan tuntutan

masyarakat yang lebih tajam.

Kegiatan corporate social responsibility perusahaan telah

tercantum dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas pasal 74 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. 4

Terlepas dari kontroversi yang menyertainnya, perusahaan, terutama yang

berbasis sumber daya alam, berkewajiban untuk melaksanakan corporate

social responsibility, walaupun corporate social responsibility seharusnya

bersifat sukarela. Dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas tersebut,

definisi tanggung jawab sosial dan lingkungan lebih menitikberatkan

kepada pengembangan komunitas (community development).

Di luar kewajiban untuk mengikuti peraturan, corporate social

responsibility memang sepatutnya dilaksanakan oleh perusahaan, dengan

kesadaran sendiri dan bersifat sukarela, karena corporate social

responsibility saat ini telah menjadi semacam social license to operation

bagi perusahaan, yang sebenarnya dapat dijabarkan dari perumusan misi

perusahaan. Sudah banyak perusahaan yang mempunyai program-program

corporate social responsibility demi menunjangnya kebutuhan

masyarakat.

PT. Kompas Gramedia merupakan salah satu perusahaan media

yang memiliki beberapa program corporate social responsibility yaitu,

4
A. B Susanto, Reputation-Driven Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Erlangga,
2009), h. 2.
5

Dana Kemanusiaan Kompas berupa bantuan kesehatan, bantuan

pendidikan, bakti sosial dan lainnya. Contoh corporate social

responsibility bidang pendidikan dengan pemberian beasiswa pada warga

dan keluarga loper serta pembangunan perpustakaan untuk masyarakat

umum. Program corporate social responsibility selanjutnya dan yang ingin

peneliti bahas ialah Bentara Budaya, corporate social responsibility di

bidang seni dan kebudayaan tradisional. Menimbang bahwa PT. Kompas

Gramedia merupakan perusahaan besar yang menduduki beberapa bidang

seperti percetakan, pendidikan, perhotelan, media informasi dan teknologi,

maka jelas corporate social responsibility sangat dibutuhkan oleh PT.

Kompas Gramedia.

Pelestarian seni dan kebudayaan tradisional perlu dilakukan untuk

menjaga budaya Indonesia. Bagi kebanyakan kalangan, budaya Indonesia

sudah dirasa mulai luntur dan kalah bersaing oleh budaya-budaya dari luar.

Sebenarnya tidak sedikit masyarakat kita yang masih peduli dengan seni

dan budaya Indonesia, hanya saja banyak diantara mereka tidak

mengetahui tempat yang tepat untuk mencari tahu dan mengenali

kebudayaan-kebudayaan Indonesia, hal inilah yang menjadi salah satu

dinding tinggi majunya kebudayaan Indonesia. Maka, PT. Kompas

Gramedia membuat kegiatan corporate social responsibility bidang seni

dan kebudayaan tradisional yaitu Bentara Budaya.

Dalam menjalankan kegiatan corporate social responsibility,

diperlukan public relations. Dengan adanya divisi ini yakni sebagai


6

penghubung antara PT. Kompas Gramedia dan masyarakat,

memaksimalkan pelayanan pada masyarakat, sekaligus menjaga citra

terhadap pelayanan yang diberikan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik ingin

meneliti masalah ini dalam sebuah bentuk skripsi yang berjudul “Strategi

Public Relations PT. Kompas Gramedia dalam Membangun Citra

Perusahaan (Studi Kasus Program Corporate Social Responsibility

Bentara Budaya Jakarta)”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi public relations PT. Kompas Gramedia

dalam membangun citra perusahaan melalui program

Corporate Social Responsibility bidang seni dan kebudayaan

tradisional, Bentara Budaya Jakarta ?

2. Citra apa yang ingin dibangun oleh public relations PT.

Kompas Gramedia melalui program Corporate Social

Responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional, Bentara

Budaya Jakarta?

Untuk mempermudah penelitian yang dilakukan dan fokus pada

tujuan, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian sebagai batasan


7

masalah agar pembahasannya tidak meluas dan dan lebih terfokus. Untuk

itu peneliti menetapkan bahwa penelitian ini membahas mengenai

corporate social responsibility dari salah satu program PT. Kompas

Gramedia yaitu Bentara Budaya Jakarta dalam upaya membangun citra

perusahaan. Dan agar lingkup penelitian kali ini terfokus, Bentara Budaya

yang akan peneliti gunakan dalam penelitian adalah Bentara Budaya

Jakarta yaitu daerah Palmerah, Jakarta Barat tentang strategi public

relationsnya.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui strategi public relations PT. Kompas Gramedia

dalam membangun citra perusahaan pada Corporate Social

Responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional, Bentara

Budaya Jakarta.

2. Untuk mengetahui citra yang dibangun oleh public relations PT.

Kompas Gramedia melalui program Corporate Social Responsibility

bidang seni dan kebudayaan tradisional, Bentara Budaya Jakarta.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


8

1. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti dan

civitas akademik bidang komunikasi dan corporate social

responsibility. Corporate social responsibility merupakan komitmen

perusahaan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan

dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap

aspek ekonomis, sosial dan lingkungan.

Kegiatan penelitian ini juga merupakan stimulus dan kesempatan

bagi peneliti untuk mengeksplorasi lebih jauh materi-materi yang

didapatkan dibangku perkuliahan yang kemudian diaktualisasikan

dalam sebuah tulisan ilmiah.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan dan pertimbangan

yang berguna bagi PT. Kompas Gramedia dalam menjalankan sebuah

program dan menyusun rencana kebijakan di masa mendatang. Sebagai

rasa tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat sehingga terjalin

hubungan harmonis diantara kedua belah pihak, tentunya dengan

menggunakan perencanaan yang matang. Sehingga kebijakan atau

program tersebut dapat bermanfaat bukan hanya untuk masyarakat,

melainkan untuk perusahaan itu sendiri dan juga dapat memotivasi

perusahaan-perusahaan lainnya agar terinspirasi untuk melakukan

program corporate social responsibility.


9

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelusuran literatur dari

penelitian-penelitian sebelumnya guna pemetaan persamaan dan

perbedaan terhadap penelitian ini. Dalam penelitian atau pembuatan

skripsi, terkadang ada tema yang berkaitan dengan penelitian yang peneliti

teliti sekalipun arah dan tujuan yang diteliti berbeda.

Dari penelitian ini, peneliti menemukan beberapa sumber.

Pertama, penelitian yang berjudul “Strategi Public Relations PT. Garuda

Indonesia (Persero) dalam Upaya Menjaga Citra Positif Perusahaan

Melalui Program Corporate Social Responsibility Kemitraan”. Disusun

oleh Wella Saputri Fakultas Ekonomi dan Komunikasi Universitas Bina

Nusantara tahun 2011. Dalam penelitiannya bahwa aktivitas yang

dilakukan divisi public relation PT. Garuda Indonesia (Persero) dalam

menjaga citra positif perusahaan melalui program corporate social

responsibility kemitraan dilakukan sesuai prosedur yang berlaku yakni;

perencanaan dan persiapan (penerimaan proposal permohonan, survey

kelayakan dan analisis hasil survey), penyaluran pinjaman, pendampingan

dan pembinaan, hingga evaluasi.

Kedua, penelitian yang berjudul “Strategi Komunikasi Public

Relations PT. Takaful Keluarga dalam Membangun Citra Perusahaan”.

Disusun oleh Ruhiyanah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013. Dalam


10

penelitiannya bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan public relations

PT. Tafakul Keluarga dalam membangun citra perusahaan adalah dengan

meningkatkan pelayanan, membangun good relationship dengan

perusahaan lain, strategi promosi dan kegiatan sosialisasi.

Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah “Strategi

Public Relations PT. Kompas Gramedia dalam Membangun Citra

Perusahaan (Studi Kasus Program Corporate Social Responsibility

Bentara Budaya Jakarta)” Yang menitikberatkan pada strategi public

relations dalam membangun citra perusahaan melalui salah satu bentuk

corporate social responsibility dalam bidang seni dan kebudayaan

tradisional yaitu Bentara Budaya Jakarta.

F. Metodologi Penelitian :

1. Paradigma Penelitian

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami

kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para

penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang

penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif,

menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu

melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang.5

Paradigma yang digunakan oleh peneliti adalah paradigma

konstruktivis. Paradigma konstruktivis, yaitu paradigma yang hampir

5
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2003), h. 9.
11

merupakan antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan

objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan.

Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap

socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci

terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara

atau mengelola dunia sosial mereka.6

Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis untuk mengetahui

strategi public relations dalam membangun citra perusahaan melalui

program corporate social responsibility pada bidang seni dan kebudayaan

tradisional.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam skripsi ini peneliti memilih menggunakan pendekatan

kualitatif yang bersifat deskriptif analisis yaitu bertujuan membuat

deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-

sifat populasi atau objek tertentu.7 Pendekatan kualitatif menekan pada

makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu),

lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-

hari. Oleh karena itu urutan-urutan kegiatan dapat berubah sewaktu-waktu

tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan.

Bogdan dan Taylor berpendapat bahwa pendekatan kualitatif ialah

suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

6
Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik,
(Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, 2003), h. 3.
7
Rachmat Kriyantono, Metodologi Riset Komunikasi: Disertasi contoh Praktis Riset
media, public Relations, advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta:
Kencana Prenada Merdia Group. 2006), h. 69.
12

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.8

Dari pendapat tersebut peneliti merasa bahwa metode ini cocok untuk

diaplikasikan pada penelitian kali ini, karena peneliti menginginkan

jawaban dari subyek penelitian berupa penjelasan detail tentang apa yang

mereka rasakan.

Dari sebuah penyelidikan akan dihimpun data-data utama dan

sekaligus data tambahannya. Sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Sedangkan data tertulis, foto, dan

statistik adalah data tambahan.9

3. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kasus.

Studi kasus adalah peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam

terhadap program, kejadian, proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih

orang. Suatu kasus terikat oleh waktu dan aktivitas dan peneliti melakukan

pengumpulan data secara mendetail dengan menggunakan berbagai

prosedur pengumpulan data dan dalam waktu yang berkesinambungan. 10

Menurut Arief Furchan, dalam penelitian studi kasus yang

ditekankan adalah pemahaman tentang mengapa subjek tersebut

melakukan demikian dan bagaimana perilaku berubah ketika subjek

8
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya. 2013.), h. 4.
9
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 157.
10
Prof. Dr Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 14.
13

tersebut memberikan tanggapan terhadap lingkungan dengan menemukan

variabel penting dalam sejarah perkembangan subjek tersebut.11

Studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang

berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan

personalitas. Subjek penelitian bisa dari individu, kelompok, lembaga

maupun masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif latar

belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi

subjek. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara

mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang

khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-

sifat khas tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah Public Relations Corporate

Communication PT. Kompas Gramedia sedangkan objek penelitian ini

adalah Corporate Social Responsibility bidang seni dan kebudayaan

tradisional yaitu, Bentara Budaya Jakarta.

5. Waktu dan Tempat Penelitian

Peneliti meneliti langsung ke Bentara Budaya Jakarta yang terletak

di Jalan Palmerah Selatan 17, Jakarta dan waktu penelitian pada 12 April –

24 Juni 2014.

11
Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,
1992), h. 416.
14

6. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data untuk

memperoleh pemahaman tentang penerapan strategi public relations

melalui program corporate social responsibility pada bidang seni dan

kebudayaan tradisional, Bentara Budaya Jakarta, maka peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek

dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan

sesaat atau pun mungkin dapat diulang.12 Adapun beberapa bentuk

observasi yaitu, observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur dan

observasi kelompok tidak terstruktur. Dalam hal ini peneliti menggunakan

teknik observasi partisipasi dengan jenis observasi partisipasi pasif.

Observasi partisapasi adalah pengumpulan data melalui observasi

terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan

serta dalam aktivitas kehidupan objek pengamat. 13

Observasi partisipasi pasif adalah peneliti dalam kegiatan

pengamatannya tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

para pelaku yang diamatinya, peneliti juga tidak melakukan sesuatu bentuk

interaksi sosial dengan pelaku atau para pelaku yang diamati.

12
Sukandarrumidi, Metodelogi Penilitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002), h. 69.
13
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 116.
15

Keterlibatannya dengan para pelaku terwujud dalam bentuk keberadaanya

dalam area kegiatan yang diwujudkan oleh tindakan-tindakan pelakunya.14

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi

partisipasi pasif dengan mengadakan pengamatan terhadap strategi public

relations melaui program corporate social responsibility Bentara Budaya

Jakarta dalam membangun citra perusahaan. Tempat penelitian adalah

Bentara Budaya Jakarta. Sedangkan pelakunya adalah public relations PT.

Kompas Gramedia.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu

masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua

orang atau lebih berhadapan secara fisik. Wawancara dilakukan untuk

memperoleh data atau informasi sebanyak mungkin dan sejelas mungkin

kepada subjek penelitian. 15

Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam

dengan Bapak Herwinoto selaku internal communications manager PT.

Kompas Gramedia. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara,

14
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 155.
15
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 160.
16

dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang

relatif lama.16

c. Dokumentasi,

Dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data atau informasi yang

telah diperoleh dari dokumentasi yang ada dan berkaitan dengan

penelitian. Peneliti mengumpulkan data-data berdasarkan data dilapangan

yang didapat dari PT. Kompas Gramedia dan laporan lainnya yang

bersangkutan dengan penelitian.

7. Teknik Analisis Data

Data yang telah masuk kemudian dianalisa oleh peneliti. Peneliti

mengikuti Cresswell dalam menganalisis data. Cresswell advocates four

forms of data analysis and interpretation in case study research:

Categorical aggregation, direct interpretation, establishes patterns and

naturalistic generalizations.17

Peneliti membuat penafsiran langsung terhadap data-data dengan

membuat pola-pola dan mencari hubungan antara dua kategori atau lebih.

Penafsiran langsung diberikan untuk memberikan pemaknaan-pemaknaan

dari masing-masing data temuan yang di paparkan pada Bab IV.

Dalam mengembangkan generalisasi naturalistik terhadap strategi

public relations dan menghadapkannya dengan teori-teori yang

dipergunakan penelitian ini sebagaimana dimuat dalam Bab II. Langkah

16
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 108.
17
John W. Creswell, Qualitative Inquiry And Reasearch Design, (London: SAGE
Publications, 1998), h. 154.
17

generalisasi ini lebih tepat sebagai langkah pemotretan secara umum

dalam bentuk analisis terhadap temuan-temuan penelitian pada Bab IV.

Sebagai sebuah studi kasus, maka generalisasi dibuat untuk memperjelas

konteks khusus strategi public relations PT. Kompas Gramedia dalam

mempertahankan citra perusahaan.

8. Pedoman Penelitian

Dalam teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Center for Quality

Development And Assurance (CeQDA) tahun 2007.

G. Sistematika Penulisan

Bagian ini menjelaskan pembagian bab secara keseluruhan, disertai

uraian singkat tentang isi masing-masing bab tersebut. Agar dapat

dipahami lebih mudah, sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut :

Bab 1 : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan dan batasan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Bab ini terdiri dari teori corporate social responsibility Prof.

Archie Carroll, teori citra Frank Jefkin, Public Relations mencangkup


18

pengertian, fungsi, tujuan, peran dan strategi public relations. Corporate

Social Responsibility mencangkup pengertian, tujuan dan manfaat.

Bab III : GAMBARAN UMUM

Bab ini terdiri dari sejarah Bentara Budaya, visi dan misi, Bentara

Budaya Jakarta, logo dan struktur Bentara Budaya Jakarta.

Bab IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN

Bab ini bertujuan untuk memahami segala yang berkaitan dengan

objek penelitian yang meliputi; Deskripsi Objek Penelitian yaitu Strategi

Public Relations PT. Kompas Gramedia dalam membangun citra

perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility bidang seni

dan kebudayaan tradisional Bentara Budaya Kompas Jakarta.

Bab V : PENUTUP

Bab ini merupakan rangkaian akhir dari penulisan skripsi, yang

berisi kesimpulan dan saran-saran. Pada bagian akhir ini penulisan skripsi,

penulis menyajikan daftar pustaka yang menjadi referensi dalam penulisan

skripsi ini dan lampiran-lampiran yang terkait.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Teori

1. Corporate Social Responsibility Archie Carroll

Tabel 1 : Model Corporate Social Responsibility (Carroll’s: 1991)1

1. Economic Responsibility merupakan pondasi utama corporate social

responsibility. Sebagai instrument utama dalam ruang lingkup ekonomi

masyarakat maka tugas utama bisnis adalah menyediakan barang dan jasa

yang dibutuhkan oleh masyarakat melalui mekanisme pasar. Sistem pasar

memiliki ciri saling bergantung antara penjual dan pembeli, antara penawaran

1
Judith Hennigfeld & Manfred Pohl ,dkk, The ICCA Handbook On Corporate Social
Responcibility, (England: John Wiley & Sons Ltd, 2006), h. 6.

19
20

dan permintaan. Bagi pembeli, pemenuhan kebutuhan dan keinginan mereka

merupakan hal yang utama dalam kelanjutan sistem pasar. Bagi penjual,

keuntungan yang diperoleh merupakan hal yang utama yang kehadiran

mereka dalam sistem pasar.

Oleh karena itu, pencapaian laba tidak dihitung secara maksimum

namun optimum sehingga perlu pertimbangan berkelanjutan bisnis dalam

jangka panjang. Demikian tanggung jawab pertama perusahaan adalah

menjadi unit ekonomi benar berfungsi dan untuk bertahan dalam bisnis.

Kepuasan dari tanggung jawab ekonomi sehingga diperlukan dari semua

perusahaan.

2. Legal Responsibility adalah tanggung jawab hukum, korporasi

menuntut bahwa bisnis mematuhi hukum dan 'bermain dengan aturan main'.

Hukum dipahami sebagai kodifikasi dari pandangan moral masyarakat.

Kepatuhan korporasi terhadap norma-norma dan aturan main baik tentang

bisnis dan hubungan bisnis serta hubungan dengan sistem sosial yang lebih

luas merupakan kewajiban yang melekat dalam setiap badan hukum.

Regulasi pada dasarnya merupakan hasil dari proses kebijakan publik

yang diterapkan dalam masyarakat yang mencerminkan kepentingan yang

hidup dalam masyarakat. Jika regulasi menghendaki produksi barang yang

memenuhi standar keselamatan dan keamanan, ramah lingkungan, serta

adanya pelaporan keuangan seperti yang telah diatur, maka menjadi


21

kewajiban bisnis untuk memenuhinya. Perusahan merupakan badan hukum.

Sebagai badan hukum yang berada dalam perikatan sosial maka sebenarnya

korporasi tidak memiliki pilihan lain selain kepatuhan kepada norma hukum

dan regulasi yang berlaku. Seperti dengan economic responsibility, kepuasan

tanggung jawab hukum yang diperlukan dari semua perusahaan berusaha

untuk bertanggung jawab secara sosial.

3. Ethical responsibility adalah tanggung jawab yang mewajibkan

perusahaan untuk melakukan apa yang benar dan adil bahkan ketika mereka

tidak dipaksa untuk melakukannya oleh kerangka hukum. Tanggung jawab ini

harus mempertimbangkan etika dalam mengambil keputusan organisasional.

Tanggung jawab etis penting dalam pandangan utilitarian, hak asasi dan

keadilan karena setiap perusahaan memiliki hak dan tanggung jawab sosialnya

masing-masing.

Setiap perusahaan harus mempertimbangkan dampak dari kegiatan dan

keputusan perusahaan bagi masyarakat, baik yang dampak langsung maupun

tidak langsung, baik dampak jangka pendek maupun jangka panjang.

Tanggung jawab etis karena itu terdiri dari apa yang umumnya diharapkan

oleh masyarakat, dan di atas ekspektasi ekonomi dan hukum. 2

2
Judith Hennigfeld & Manfred Pohl ,dkk, The ICCA Handbook On Corporate Social
Responcibility, h. 7.
22

4. Philanthropic responsibility adalah bagian akhir pada piramida,

tingkat

keempat dari corporate social responsibility melihat tanggung jawab

filantropis perusahaan. Tanggung jawab filantropis berkenaan dengan apakah

keputusan dan tindakan perusahaan telah benar-benar merupakan pemenuhan

dari ekspektasi masyarakat. Semakin besar kemaslahatan yang diberikan maka

semakin besar biaya bagi perusahaan, sementara kemanfaatan ekonomis

langsungnya tidak ada bagi perusahaan.

Kegiatan filantropis seperti pemberian beasiswa, donasi sosial,

pendanaan kegiatan amal, sponsorship bagi kegiatan kesenian dan

kebudayaan merupakan aktivitas yang memperbesar biaya namun tidak

menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Ini tentu mengurangi laba jangka

pendek perusahaan. Meski dari segi ekonomi tanggung jawab filantropis ini

bersifat kontroversional namun tanggung jawab ini akan membentuk citra

sebagai good corporate citizen. 3

Citra baik yang diperoleh perusahaan akan meningkatkan dukungan

masyarakat terhadap keberadaan perusahaan tersebut di lingkungan sosialnya.

Hal ini tidak saja menguntungkan bagi perusahaan tetapi juga bagi orang-

orang dalam perusahaan. Citra baik perusahaan akan menyebabkan

3
Nila Firdausi Nuzula, Corporate Social Responsibility: Sebuah Keniscayaan Strategi Bisnis
Di Indonesia, (Malang: Universitas Brawijaya). 2009. h. 12.
23

keuntungan tersendiri yang bersifat tidak langsung bagi pencapaian laba

namun bersifat langsung bagi eksistensi sosial perusahaan.

Dalam piramida tersebut, tanggung jawab ekonomi menempati posisi

paling dasar, diikuti tanggung jawab legal, etika dan tanggung jawab

menyeluruh sebagai puncaknya. Berdasarkan pemikiran ini, keempat

komponen tanggung jawab sosial adalah agregatif. Sebagai contoh, bila

perusahaan yang ingin menjadi tanggung jawab etika berarti mereka telah

memenuhi tanggung jawab sosial secara ekonomi dan hukum.

Keuntungan dari model empat bagian dari corporate social

responsibility adalah bahwa struktur dari tanggung jawab sosial ke dalam

dimensi yang berbeda, namun tidak berusaha untuk menjelaskan tanggung

jawab sosial tanpa mengakui tuntutan sangat nyata ditempatkan pada

perusahaan untuk menjadi menguntungkan dan hukum.

2. Teori Citra Frank Jefkin

Citra adalah hal yang ingin diciptakan oleh perusahaan atau organisasi.

Citra yang baik akan mengembangkan sebuah perusahaan atau organisasi,

proses pembentukan citra akan menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan atau

perilaku tertentu. Citra merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai

bagi dunia public relations. Citra dikatakan sebagai penilaian masyarakat

akan perusahaan atau organisasi. Penialaian atau tanggapan publik dapat


24

berkaitan dengan rasa hormat, kesan-kesan yang baik serta menguntungkan

bagi perusahaan atau organisasi.

Konsep citra dalam dunia bisnis sekarang ini menjadi perhatian para

perusahaan atau organisasi. Citra yang baik akan menghasilkan keuntungan

dan memiliki dampak yang baik juga, sebaliknya citra yang buruk akan

memiliki dampak yang buruk juga bagi perusahaan atau organisasi yang

menjalankan. Suatu perusahaan atau organisasi tidaklah mudah untuk

memiliki citra yang baik dimata publiknya. Perusahaan atau organisasi harus

melalui proses yang cukup panjang serta usaha-usaha untuk membangun citra

bagi perusahaan dan organisasinya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian citra adalah:

(1) Kata benda: gambar, rupa, gambaran; (2) gambaran yang dimiliki orang

banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk; (3) kesan

mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau

kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi.

Menurut Frank Jefkins dalam buku Essential of Public Relations

menyebutkan bahwa citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan

pengetahuan dan pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau kenyataan.

Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya, Psikologi Komunikasi menyebutkan


25

bahwa citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai

dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi. 4

Dari definisi diatas, bisa dikatakan citra merupakan hal yang didapat

oleh sebuah perusahaan dari hasil keunggulan-keunggulan yang terdapat pada

perusahaan tersebut. Citra merupakan hasil dari kesan atau gambaran yang

diperoleh dari publik hasil upaya-upaya yang dilakukan oleh sebuah

perusahaan atau organisasi. Pengalaman, pengetahuan, pengalaman dan

informasi yang diterima oleh orang dapat membentuk sebuah citra.

Perusahaan yang ingin membangun atau menciptakan citra yang baik maka

informasi dan pengetahuan yang diberikan kepada publik haruslah informasi

yang baik sehingga timbul rasa percaya pada perusahaan tersebut yang

kemudian membentuk sebuah citra.

Menurut Frank Jefkins, dalam bukunya Public Relations dan buku

lainnya Essential of Public Relations mengemukakan jenis-jenis citra, antara

lain:

a. The mirror image (cerminan citra), yaitu bagaimana dugaan (citra)

manajemen terhadap publik eksternal dalam melihat

perusahaannya.

b. The current image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat

pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau

4
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 114.
26

menyangkut miskinnya informasi dan pemahaman publik

eksternal. Citra ini bisa saja bertentangan dengan mirror image.

c. The wish image (citra yang diinginkan), yaitu manajemen

menginginkan pencapaian prestasi tertentu. Citra ini diaplikasikan

untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal memperoleh

informasi secara lengkap.

d. The multiple image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu,

kantor cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat

membentuk citra tertentu yang belum tentu sesuai dengan

keseragaman citra seluruh organisasi atau perusahaan.

e. Corporate Image (Citra perusahaan), yaitu citra yang tertuju pada

sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana

menciptakan citra perusahaan yang positif, lebih dikenal serta

diterima oleh publiknya, dapat melalui sejarahnya, kualitas

pelayanan prima, keberhasilan dalam bidang marketing, dan

hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial (social care).5

Dari berbagai jenis citra yang ada, PT. Kompas Gramedia terus

berusaha untuk mendapatkan citra yang baik bagi perusahaannya. Citra

perusahaan umumnya menggambarkan secara garis besar apa yang ada di

dalam perusahaan tersebut. PT. Kompas Gramedia membangun citra yang

5
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, h. 117.
27

mana perusahaan media massa yang menjalankan prinsip menciptakan

masyarakat terdidik, tercerahkan, menghargai kebhinekaan dan adil sejahtera.

B. Kerangka Konsep

1. Public Relations

a. Pengertian Public Relations

Public relations merupakan salah satu peran yang menjalankan fungsi

komunikasi yang menerapkan unsur-unsur komunikasi dalam setiap program

dan kegiatan public relations. Penerapan unsur komunikasi digunakan public

relations dalam berkomunikasi dengan para stakeholders perusahaan baik

internal maupun eksternal, dengan tujuan untuk menciptakan image positif

perusahaan di mata publik yang berdampak pada kemudahan perusahaan

dalam mencapai tujuan perusahaan.

Definisi public relations dari IPRA (International Public Relations

Association) adalah sebagai berikut: public relations merupakan fungsi

manajemen yang khas yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur

bersama antara organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi,

pengertian, penerimaan dan kerja sama, melibatkan manajemen dalam

permasalahan dan persoalan; membantu manajemen memberikan penerangan

dan tanggapan dalam hubungan dengan opini publik; menetapkan dan


28

menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan umum;

menopang manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara

efektif, bertindak sebagai sistem peringatan yang dini dalam membantu

mendahului kecenderungan; dan menggunakan penelitian serta teknik

komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama. 6

Definisi public relations yang telah dijelaskan oleh Cutlip, Center

Broom merujuk pada peran dan fungsi public relations dalam manjalankan

dan mengatur komunikasi yang bertujuan untuk menciptakan dan menjaga

hubungan baik yang saling menguntungkan dengan para publik organisasi.

Terciptanya hubungan baik antara organisasi dengan publik, dapat

memudahkan suatu organisasi dalam mendapatkan image atau penilaian

positif dari masyarakat, sehingga dengan demikian organisasi dapat dengan

mudah mencapai tujuan bisnis mereka karena telah mendapatkan dukungan

dari publik organisasi. 7

Terdapat berbagai definisi mengenai peran dan fungsi public relations,

seperti salah satunya menurut Cutlip, Center dan Broom dalam bukunya yang

berjudul ”Effective Public Relations” mendefinisikan public relations sebagai

sebuah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan

6
Sr. Maria Assumpta Rumanti OSF, Dasar-Dasar Public Relations: Teori dan Praktek,
(Jakarta: PT. Grasindo, 2004), h. 12.
7
Rosady Ruslan, S.H, Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo, 2001), h. 18.
29

yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publiknya yang

mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. 8

Berdasarkan definisi di atas yang disampaikan oleh para ahli, dapat

disimpulkan bahwa public relations merupakan profesi yang terdapat dalam

suatu korporasi atau organisasi, di mana public relations memiliki peran

untuk menjalankan aktivitas korporat dalam membangun komunikasi dan

hubungan baik anatara perusahaan dengan publiknya, sehingga pesan yang

akan disampaikan dapat diterima dengan baik, serta tercapainya tujuan suatu

perusahaan.

Hubungan yang baik antara public relations dengan publiknya bisa

diciptakan melalui adanya sikap saling pengertian dan kepercayaan antara

kedua belah pihak. Public relations secara sengaja merencakan tindakan

untuk menarik perhatian publiknya. Melakukan survei terhadap publik agar

mengetahui apa yang diinginkan oleh publik sehingga apa yang direncanakan

dapat tercapai. Tidak hanya itu, public relations juga harus menjaga hubungan

baik dengan publiknya seperti dengan mengadakan pertemuan atau acara yang

bisa mendekatkan perusahaan dengan publiknya.

Selain menciptakan hubungan baik antara public relations dengan

publiknya yang menimbulkan kepercayaan dan pengertian antara keduanya.

Public relations merupakan bagian dari manajemen yang bertugas untuk

8
Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h.14.
30

melakukan tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, promosi

(komunikasi) dan pemasaran. Fungsi manajemen yang dilakukan public

relations akan efektif bila di dukung oleh seluruh bagian dari manajemen dan

sebagai pemecah masalah serta konseling ditingkat manajemen.

Selain menciptakan hubungan baik dengan publik, public relations

juga merencanakan kegiatan, melakukan observasi dan mengadakan evaluasi

sejauh mana strategi yang digunakan cukup efektif atau tidak. Public relations

juga merupakan divisi juga sangat penting dalam perusahan atau organisasi

agar mencapai tujuan yang sesuai dengan visi, misi perusahaan atau organisasi

dan mendapat citra yang baik di mata publiknya.

Di dalam dunia komersial, atau sektor swasta dari setiap

perekonomian, bidang public relations memiliki kaitan yang erat dengan

bidang pemasaran. Pemasaran merupakan selalu satu fungsi utama dari

kegiatan bisnis, sedangkan public relations memiliki hubungan kuat dengan

fungsi-fungsi finansial dan produksi. Di samping itu, fungsi-fungsi public

relations juga bisa diterapkan dalam rangka menunjang suatu bauran

pemasaran (marketing mix). Pemasaran membutuhkan atau menuntut rasa

tanggung jawab dan kesadaran dari perusahaan-perusahaan yang terlibat akan

perlunya kegiatan-kegiatan public relations dalam menunjang operasinya.

Bertolak dari hal itu, manajemen perusahaan akan memahami bahwa dalam

mengejar laba, mereka juga harus memperhatikan kepentingan konsumen,


31

bukannya justru memanipulasi atau mengorbankannya. Sebagai komunikator

yang handal, para praktisi public relations dan petugas pemasaran memiliki

sebuah kesamaan. Arti penting dari public relations itu sendiri terletak pada

kemampuannya dalam mendidik pasar (market education), yakni menjadikan

khlayak mengetahui keberadaan serta kegunaan produk-produk dari

perusahaan yang bersangkutan, dan hal ini ternyata sangat ditentukan

keberhasilan upaya-upaya periklanan yang dijalankan oleh perusahaan. 9

b. Fungsi dan Tujuan Public Relations

Untuk mengkaji tujuan public relations, berikut akan dikutip

beberapa pendapat para ahli . Menurut Charles S. Steinberg tujuan public

relations adalah menciptakan opini publik yang favorable tentang kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh badan yang bersangkutan.

Menurut Frank Jefkin tujuan public relatios adalah meningkatkan

favorable image atau citra yang baik dan mengurangi atau mengikis

habis sama sekali unfavorable image atau citra yang buruk terhadap

organisasi tersebut.

Sedangkan Dimock Marshall Cs memandang tujuan public relation

menjadi dua bagian, yaitu secara positif dan defensif. Secara positif yaitu

berusaha untuk mendapatkan dan menambah penilaian dan goodwill suatu

organisasi atau badan. Secara defensif yaitu berusaha untuk membela diri
9
Frank Jefkins, Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 15
32

terhadap pendapat masyarakat yang bernada negatif, bila diserang dan

serangan itu kurang wajar, dengan demikian tindakan ini adalah salah satu

aspek penjagaan atau pertahanan. 10

Dari berbagai pendapat diatas, maka dapat dirumuskan tentang tujuan

public relations secara umum atau universal yang pada prinsipnya tujuan

public relations adalah untuk menciptakan, memelihara, dan meningkatkan

citra yang baik dari organisasi kepada publik yang disesuaikan dengan

kondisi-kondisi daripada publik yang bersangkutan, dan memperbaikinya jika

citra itu memburuk atau rusak.

Dengan demikian ada empat hal yang prinsip dari tujuan Public

Relations yakni:

1. Menciptakan citra yang baik.

2. Memelihara citra yang baik.

3. Meningkatkan citra yang baik.

4. Memperbaiki citra jika citra organisasi menurun atau rusak.

Frank Jeffkins menyebutkan manfaat khusus public relations yang

meliputi kegunaan public relations dalam pengelolaan atau pelaksanaan,

antara lain :

1. Manajemen krisis

10
Neny Yulianita, Dasar-Dasar Public Relations, (Bandung: Pusat Penerbit Universitas,
2005), h. 42.
33

Tidak ada satu pun perusahaan yang bebas krisis. Minimal

mempunyai resiko mengalami krisis. Maka tim public relations

yang ada di dalam struktur perusahaan bertugas untuk

menyelesaikan krisis yang terjadi dengan serangkaian persiapan dan

kesiapan tersendiri.

2. Penerbitan Desk-top

Public relations bertanggung jawab atas jurnal internal komputer

perusahaan. Oleh karena itu, biasanya perusahaan memiliki bagian

internal relations untuk mengurusi hal tersebut.

3. Identitas perusahaan

Identitas perusahaan merupakan sebuah wahana komunikasi bagi

segenap karyawan perusahaan, para pemilik saham, para agen atau

dealer, konsumen, lembaga-lembaga keuangan dan berbagai pihak

lainnya yang punya kepentingan dan kaitan dengan organisasi. Tim

public relations adalah bagian yang bertanggung jawab untuk

menciptakan dan memelihara identitas sebuah perusahaan.

4. Hubungan parlementer

Public relations wajib menjalin hubungan parlementer yang baik.

Hubungan parlementer dalam konteks ini adalah hubungan-

hubungan antara berbagai organisasi dengan pihak pemerintah, para

anggota parlemen, serta para birokrat dari berbagai departemen dan


34

instansi pemerintah. Legistator atau regulator adalah publik yang

sangat penting dalam keberlangsungan usaha suatu perusahaan.

5. Public relations financial

Sebagai sebuah perusahaan yang telah go public, maka perusahaan

memerlukan tim public relations yang melakukan kegiatan-kegiatan

public relations di seputar peristiwa keuangan atau bisnis dalam

rangka mendukung rencana perusahaan kliennya untuk memasuki

bursa saham atau dalam rangka mendukung peluncuran laporan

keuangan tahunan. 11

c. Peran Public Relations

Peran merupakan hal dimana seseorang melaksanakan tugasnya sesuai

dengan apa yang menjadi tugasnya. Peran yang dijalankan public relations

merupakan salah satu kunci untuk memahami fungsi public relations. Peran

dari sebuah public relations yaitu:

1. Sebagai komunikator, public relations membantu manajemen

dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan publik, sekaligus

menjelaskan keinginan, kebijakan dan harapan organisasi atau

perusahaan kepada publiknya.

11
Frank Jefkins, Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 333.
35

2. Membina relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang

positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya.

Hubungan yang positif bisa dilakukan dengan melakukan

pertemuan, melakukan penghargaan pada publik yang setia dan

percaya pada perusahaan guna untuk meningkatkan citra

perusahaan.

3. Peranan backup management, yaitu sebagai pendukung dalam

fungsi manajemen organisasi atau perusahaan seperti

memperkenalkan produk atau jasa, menjual produk atau jasa dan

melihat bagaimana kinerja karyawan agar bisa mengevaluasi

kinerja karyawan.

4. Membentuk corporate image yang merupakan tujuan (goals) akhir

dari suatu aktivitas program kerja kampanye public relations, baik

untuk keperluan publikasi ataupun promosi. 12

d. Strategi Public Relations

Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa tujuan public relations

yakni membangun dan mengembangkan citra yang positif bagi perusahaan

atau organisasi terhadap publik internal (karyawan) ataupun publik eksternal

(konsumen atau masyarakat). Maka strategi public relations adalah bagian

12
Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0 Teori dan Praktik Public
Relations di Era Cyber, (Bekasi: Gramata, 2011), h. 50-52.
36

dari suatu rencana public relations yang diarahkan untuk membentuk persepsi

yang menguntungkan sehingga menghasilkan citra yang positif.

Menurut Ahmad S. Adnanputra yang dikutip oleh Rosady Ruslan

dalam bukunya Manajemen Public Relations dan Komunikasi mengatakan

bahwa arti strategi public relations adalah alternatif optimal yang dipilih

untuk ditempuh guna mencapai tujuan public relations dalam kerangka atau

rencana public relations (public relations plan).13

Strategi public relations diarahkan kepada upaya-upaya menggarap

persepsi para stakeholders untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh

organisasi atau perusahaan. Konsekuensinya, jika strategi public relations

tersebut berhasil maka akan diperoleh sikap, tindak dan persepsi yang

menguntungkan dari stakeholders sebagai khalayak sasaran dan pada akhirnya

akan tercipta opini atau citra yang menguntungkan bagi organisasi atau

perusahaan.

Menurut Cutlip & Center (dalam Kasali dan Abdurachman), terdapat

proses public relations yang mengacu kepada pendekatan manajerial. Proses

ini terdiri dari:

Fact finding adalah mencari dan mengumpulkan fakta atau data

sebelum melakukan tindakan. Public relations perlu mengetahui apa yang

diperlukan oleh publik sebelum melakukan tindakan untuk memajukan

13
Rosady Ruslan, S.H, Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo, 2001), h. 115.
37

perusahaanya. Public relations bisa melakukan analisis langsung ke lapangan

dengan mengadakan survei terkait produk yang diinginkan oleh publik.

Misalnya, public relations menanyakan apa saja yang dibutuhkan oleh publik,

siapa saja yang termasuk ke dalam publik, dan bagaimana publik dipandang

dari berbagai faktor dengan maksud strategi yang digunakan ke depannya

tidak meleset dan bisa mengembangkan perusahan yang diwakilinya.

Planning adalah berdasarkan fakta membuat rencana tentang apa yang

harus dilakukan dalam menghadapi berbagai masalah dalam perusahaan.

Setelah melakukan fact finding ke lapangan barulah public relations bisa

melakukan rencana apa yang ingin dilaksanakan guna memenuhi kebutuhan

publik. Dalam tahap ini, public relations haruslah dituntut mempunyai ide

yang kreatif agar publik tertarik dengan yang ditawarkan oleh perusahaan

yang mereka wakili.

Communicating adalah rencana yang disusun dengan baik sebagai

hasil pemikiran yang matang berdasarkan fakta atau data, yang kemudian

dikomunikasikan atau dilakukan kegiatan operasional. Public relations

berusaha mengkomunikasikan rencana-rencana yang mereka lakukan ke

depannya dengan memperkenalkan kepada publik. Melakukan komunikasi

dua arah dengan diadakannya acara-acara agar pihak publik dengan

perusahaan bisa bertemu langsung dalam penawaran produk yang telah


38

direncakan. Selain itu bisa juga dilakukan dengan mempublikasikan produk

melalui iklan (surat kabar, televisi dan radio).

Evaluation adalah mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan,

apakah tujuan sudah tercapai atau belum. Ini adalah tahap terakhir dari proses

public relations. Evaluasi dilakukan secara kontinyu. Hasil evaluasi menjadi

unsur dasar untuk kegiatan public relations selanjutnya. 14

Untuk dapat bertindak secara strategis, kegiatan public relations harus

menyatu dengan visi dan misi perusahaannya. Untuk memberikan konstribusi

kepada rencana kerja jangka panjang perusahaan, maka para praktisi public

relations bisa melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Menyampaikan fakta dan opini, baik yang beredar di dalam maupun

diluar perusahaan. Informasi yang diterima oleh publik bisa dari media

apa saja. Namun public relations harus menyampaikan informasi yang

sesuai dengan fakta. Public relations berusaha menaikkan citra

perusahaan dengan menyebarkan informasi yang baik tentang

perusahaan.

b. Menelusuri dokumen resmi perusahaan dan mempelajari perubahan

yang terjadi secara historis. Perusahaan akan mengalami perubahan

dari masa ke masa melalui perkembangannya. Perubahan tersebut

biasanya disertai dengan perubahan sikap perusahaan terhadap

14
Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 90.
39

publiknya atau sebaliknya. Public relations harus mempelajarinya

dengan teliti dan memahami perubahan perusahaan agar bisa

melakukan peningkatan perusahaan baik kinerjanya, dari segi produk

atau jasa yang dihasilkan, sehingga publik akan terus tertarik dan

semakin percaya akan perusahaan yang mereka wakili.

c. Melakukan analisis SWOT (Strenghts/ kekuatan, Weaknesses/

kelemahan, Opportunities/ peluang, dan Threats/ ancaman). Public

relations perlu melakukan analisis yang berbobot mengenai persepsi

dari luar dan dalam perusahaan atas SWOT yang dimilikinya. 15

Oleh karena itu public relations harus mempunyai strategi khusus

dalam menghadapi hal-hal yang bisa menurunkan perkembangan perusahaan.

Perusahaan atau organisasi harus mampu menghadapi tekanan yang muncul

dari dalam maupun luar perusahaan. Public relations juga harus bisa

berkonstruksi dalam manajemen dalam melakukan perkembangan perusahaan

dan menaikkan citra perusahaan.

Peran public relations dalam membangun citra tidaklah lengkap tanpa

adanya perencanaan dari strategi public relations. Strategi public relations

yang hanya berfokus pada teori dan tidak ditindaklanjuti ke lapangan pun

tidak akan memberikan hasil. Public relations disini, dalam merumuskan dan

menjalankan tugasnya untuk membangun citra, memerlukan kemampuan

15
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, h. 91.
40

kreasi yang mampu membuat program-program unggulan yang dapat

membangun citra perusahaan dan dapat mempertahankan citra tersebut.

2. Corporate Social Responsibility

a. Pengertian Corporate Social Responsibility

Setiap perusahaan harus memiliki komitmen yang kuat terkait dengan

corporate social responsibility. Sedikit saja perusahaan membuat kesalahan,

publik akan bertindak dan mengambil sikap tegas atas kesalahan tersebut.

Adanya hubungan yang baik dengan publik membuat perusahaan lebih aman

dalam melakukan aktifitas perusahaanya. Hubungan dengan publik dapat

terjalin baik jika perusahaan mampu menunjukkan perilakunya yang

bertanggungjawab.

Corporate social responsibility adalah komitmen perusahaan atau

dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang

berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan

menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek

ekonomis, sosial dan lingkungan. 16

Maignan & farrell mendefinisikan corporate social responsibility

sebagai “A business acts in socially responsible manner when its decision and

actions account for and balance diverse stakeholder interests”. Definisi ini

menekankan perlunya perhatian secara seimbang terhadap kepentingan


16
Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 1.
41

berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan

yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial

bertanggung jawab.17

Corporate social responsibility encompasses the economic, legal,

ethical and philanthropic expectations placed on organizations by society at a

given point in time”. Dalam definisi ini Carroll mempunyai konsep multi-

layer, yang dibedakan menjadi empat aspek yang saling terkait, yaitu

ekonomi, hukum, etika dan tanggung jawab filantropis. Konsep ini dibuat

dalam lapisan berturut-turut dengan bentuk piramida, sehingga corporate

social responsibility akan bertemu dengan keempat tingkatan secara

berurutan.18

Salah satu yang berkepentingan dengan perusahaan yaitu public

eksternal perusahaan yang terdiri atas konsumen atau pelanggannya. Oleh

karena itu, perusahaan harus menjalin hubungan yang saling menguntungkan

dengan khalayaknya atau publik eksternalnya dalam hal ini adalah pelanggan

atau konsumennya. Di antara bentuk dalam menjalin hubungan dengan

pelanggan atau konsumennya yang membuat komitmen dalam bentuk

corporate social responsibility. Di Indonesia memiliki hukum tentang

17
A. B Susanto, Reputations-Driven Corporate Social responsibility, (Jakarta: Erlangga,
2009), h. 10-11.
18
Judith Hennigfeld & Manfred Pohl ,dkk, The ICCA Handbook On Corporate Social
Responcibility, (England: John Wiley & Sons Ltd, 2006), h. 5.
42

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam Undang-Undang Republik

Indonesia nomor 40 tahun 2007 pasal 74 yaitu:19

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau

berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana pada ayat

(1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan

diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya

dilakukan dengan memperhatikan kepautan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Public relations dalam perusahaan tidak hanya sebagai media

komunikasi masyarakat yang bersifat satu arah, tetapi public relations

diharapkan mampu menjembatani organisasi dalam mewujudkan corporate

social responsibility pada publiknya. Bentuk corporate social responsibility

19
Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responcibility, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.
89
43

tersebut dikatakan tanpa batas dan merupakan bentuk relasi jangka panjang

antara perusahaan dengan publiknya.20

Organisasi yang bertanggungjawab akan mewujudkan corporate

social responsibility, meskipun tidak ada hubungan dengan aktivitas

perusahaan. Bentuk tanggung jawab sosial bisa bermacam-macam sesuai

dengan temuan praktisi public relations setelah melakukan environmental

scaning. Menurut Black (1994), corporate social responsibility perusahaan

biasanya meliputi bidang-bidang sebagai berikut:

a. Usaha, yaitu membantu pengusaha lokal dan mendukung

perusahaan.

b. Pendidikan, Mendukung inisiatif-inisiatif baru bagi anak muda

c. Seni dan budaya, Membantu kegiatan seni secara luas.

d. Lingkungan, Mendukung semua usaha lokal untuk menjaga

kualitas hidup.

Corporate social responsibility mampu menjadi alat komunikasi

antara perusahaan dengan masyarakatnya melalui kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh perusahaan. Adapun tahap-tahap penerapan corporate social

responsibility yang dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:

20
Muh. Arief Effendi, “Peranan Bisnis dan Moralitas Agama dalam Implementasi,” artikel
diakses pada 15 Juli 2008 dari http://www.muhariefeffendi.wordpress.com.
44

1. Tahap perencanaan

Terdiri dari awareness building yaitu merupakan langkah awal untuk

membangun kesadaran mengenai arti penting corporate social

responsibility dan komitmen manajemen; corporate social

responsibility assessement yaitu merupakan upaya untuk memetakan

kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu

mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk

membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan

corporate social responsibility secara efektif; dan langkah selanjutnya

ialah manual building yaitu merupakan dasar atau pedoman

implementasi corporate social responsibility dengan menggali dari

referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar

perusahaan, karena penyusunan manual diharapkan mampu

memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak

seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program

yang terpadu, efektif dan efisien.

2. Tahap implementasi

Dalam memulai implementasi pada dasaranya ada tiga elemen

pertanyaan yaitu siapa yang menjalankan, apa yang harus dilakukan,

serta bagaimana cara melakukannya sekaligus alat apa yang

diperlukan. Tahap implementasi ini terdiri atas tiga langkah utama


45

yakni sosialisasi, pelaksanaan, dan internalisasi. Sosialisasi diperlukan

untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai

berbagai aspek yang terkait dengan implementasi corporate social

responsibility khususnya mengenai pedoman penerapan corporate

social responsibility. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada

dasarnya harus sejalan dengan pedoman corporate social

responsibility yang ada, berdasar roadmap yang telah disusun. Sedang

internalisasi adalah tahap jangka panjang. Internalisasi mencakup

upaya-upaya untuk memperkenalkan corporate social responsibility di

dalam seluruh proses bisnis perusahaan misalnya melalui sistem

manajemen kinerja, prosedur pengadaan, proses produksi, pemasaran

dan proses bisnis lainnya.

3. Tahap Evaluasi

Adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke

waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan corporate

social responsibility. Kegagalan maupun keberhasilan suatu program

dapat diketahui setelah program tersebut dievaluasi. Evaluasi bukan

tindakan untuk mencari-cari kesalahan, justru dilakukan untuk

mengambil suatu keputusan. Keputusan untuk menghentikan atau

justru mengembangkan aspek-aspek tertentu dari program yang telah

diimplementasikan.
46

4. Tahap Pelaporan

Pelaporan dilakukan dalam rangka membangun sistem informasi baik

untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan

keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

b. Tujuan dan Manfaat Corporate Social Responsibility

Berdasarkan program yang diselenggarakan oleh perusahaan dalam

mewujudkan tanggung jawab sosialnya, maka terdapat tiga kategori bentuk

corporate social responsibility perusahaan yaitu:

a. Public relations; usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada

komunitas tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Usaha ini

lebih mengarah pada menjalin hubungan baik antara perusahaan

dengan komunitas, khususnya menanamkan sebuah persepsi yang baik

tentang perusahaan (brand image) kepada komunitas. Kegiatan yang

dilakukan biasanya berbentuk kampanye yang tidak terkait sama sekali

dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan.

b. Strategi defensif; usaha yang dilakukan perusahaan guna menangkis

anggapan negatif komunitas luas yang sudah tertanam terhadap

kegiatan perusahaan terhadap karyawannya, dan biasanya untuk

melawan `serangan` negatif dari anggapan komunitas atau komunitas

yang sudah telanjur berkembang. Kegiatan ini biasanya dilakukan


47

dengan sasaran yang berbeda dengan anggapan yang telah

berkembang atau bertolak belakang dengan persepsi-persepsi yang ada

di komunitas pada umumnya.

c. Keinginan tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-

benar berasal dari visi perusahaan itu; melakukan program untuk

kebutuhan komunitas atau komunitas sekitar perusahaan atau kegiatan

perusahaan yang berbeda dari hasil dari perusahaan itu sendiri.

Kegiatan perusahaan dalam konteks ini adalah sama sekali tidak

mengambil suatu keuntungan secara materil tetapi berusaha untuk

menanamkan kesan baik terhadap komunitas berkaitan dengan

kegiatan perusahaan.21

Dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat

diperoleh dari aktivitas corporate social responsibility, yaitu:

Pertama, mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak

pantas yang diterima perusahaan. Perusahaan yang menjalankan tanggung

jawab sosialnya secara konsisten akan mendapatkan dukungan luas dari

komunitas yang telah merasakan manfaat dari berbagai aktivitas yang

dijalankannya.

Kedua, corporate social responsibility dapat berfungsi sebagai

pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang

21
Bambang Rudito, Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia,
(Bandung: Rekayasa Sains, 2007), h. 56.
48

diakibatkan suatu krisis.

Ketiga, keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan

merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang

baik, yang secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan

sekitarnya.

Keempat, corporate social responsibility yang dilaksanakan secara

konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara

perusahaan dengan stakeholdernya.

Kelima, meningkatkan penjualan seperti yang terungkap dalam

riset Roper Search Worldwide, yaitu bahwa konsumen akan lebih menyukai

produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan

tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik.

Keenam, insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai

perlakuan khusus lainnya. Hal ini perlu difikirkan guna mendorong

perusahaan agar lebih giat lagi menjalankan tanggung jawab sosialnya. 22

22
A. B Susanto, Reputations-Driven Corporate Social responsibility, (Jakarta: Erlangga,
2009), h. 14.
BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Bentara Budaya

Bermula dari kepedulian pimpinan harian Kompas, yaitu bapak Petrus

Kanisius Ojong dan bapak Jakob Oetama, terhadap kebudayaaan terutama

bidang seni rupa, yaitu sekitar tahun 1970-an. Kompas banyak mengkoleksi

lukisan, keramik, dan benda-benda antik lainnya yang kemudian benda-benda

koleksi Kompas ini dikelola oleh Gerardus Mayela Sudarta, karikaturis

Kompas. Kemudian, untuk mewadahi benda-benda koleksi ini didirikan

Gramedia Art Galleri tahun 1974 di Pintu Air, Jakarta. Galleri inilah yang

sebenarnya menjadi cikal bakal Bentara Budaya kemudian hari.

Tahun 1982, toko buku Gramedia di Jl. Jendral Sudirman 56

Yogyakarta pindah tempat ke sebelahnya (No. 54). Bekas toko Gramedia ini

kosong, dan direncanakan akan dijadikan toko roti. Namun, setelah pimpinan

Kompas melihat ada ruang kosong di Yogyakarta maka cita-cita lama untuk

membuat sebuah lembaga kebudayaan akhirnya mendapatkan tempatnya.

Akhirnya, bekas toko tersebut dijadikan Bentara Budaya, sebuah lembaga

kebudayaan milik kelompok Kompas Gramedia.

49
50

Pada tanggal 26 September 1982 mulailah sejarah bentara budaya

bergulir. Acara pertamanya adalah pameran lukisan tradisional karya Citra

Waluyo dari Solo dan Sastra Gambar dari Muntilan.

Bentara Budaya ditujukan untuk menampung dan mewakili wahana

budaya bangsa dari berbagai kalangan, latar belakang dan cakrawala yang

berbeda. Setelah Yogyakarta, menyusul berdiri Bentara Budaya Jakarta yang

berlokasi di Jalan Palmerah Selatan 17, Jakarta. Bentara Budaya Jakarta

diresmikan tahun 1986 oleh dua menteri, yaitu Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Fuad Hassan dan Menteri Penerangan Harmoko.1

Bentara Budaya Yogyakarta dan Jakarta kini telah menjadi lembaga

seni budaya nasional dan secara reguler mengadakan berbagai macam acara

kesenian, seperti pameran dan pagelaran, putar film dan diskusi bulanan.

Selain kegiatan seni, di Bentara Budaya Jakarta pun telah didirikan taman

bacaan dengan berbagai koleksi buku penerbit Gramedia, buku seni, buku teks

dari luar negeri serta buku sastra yang dihibahkan sastrawan Myra Sidharta.

Tidak hanya mempresentasikan budaya tanah air, Bentara Budaya Jakarta pun

sering mengadakan kerja sama dengan lembaga seni lainnya dan menjadi

tempat terselenggaranya acara seni budaya lintas negara.

Ide dasar pendirian Bentara Budaya, pada tahun 1980-an. Yogyakarta

sebagai Kota Budaya yang mempunyai ratusan seniman seni rupa, ternyata

hanya memiliki ruang pamer yang minim, yaitu taman Budaya Yogyakarta
1
Wawancara Pribadi dengan Efix Mulyadi, Jakarta, 13 Mei 2014.
51

dan Karta Pustaka. Meskipun ada Seni Sono tetapi sudah mulai ditinggalkan

karena sudah dipakai Gedung Negara. Maka sudah sepantasnyalah

Yogyakarta memiliki satu gedung pameran baru untuk menampung karya-

karya senimannya. Untuk itu, berdirilah Bentara Budaya yang merupakan

lembaga nonprofit.

Perkembangan Kota Yogyakarta, sampai saat ini setelah 32 tahun

mengabdi pada kota Yogyakarta dalam bidang seni budaya, masih banyak

yang ingin bekerja sama dengan Bentara Budaya. Hal ini membuktikan bahwa

ruang pamer di kota Yogyakarta masih sangat minim dibandingkan dengan

jumlah seniman yang ada di Yogyakarta.

Sepuluh tahun terakhir ini banyak bermunculan galeri-galeri baru,

tetapi tampaknya juga sudah mulai menghilang lagi. Memang tidak mudah

mengelola sebuah galeri kalau tidak didukung dana yang kuat dan manajemen

yang tertib. Memang sudah seharusnya Yogyakarta memiliki sebuah galeri

seni rupa yang besar setara dengan Galeri Nasional, Jakarta. Di Galeri

Nasional, Jakarta terpajang karya-karya masterpiece seni rupa Indonesia.

Sehingga kota ini dapat berbangga diri menunjukkan karya-karya senimannya

kepada turis, baik domestik maupun internasional.

Adapun beberapa acara-acara Bentara Budaya Yogyakarta seperti,

pameran lukisan, foto, grafis, patung keramik, seni tradisional: Setrika

Lawasan, Radio Lawasan, Keramik Kuno, Lampu Kuno, Jam Kuno, Penggeli
52

Hati, Pawukon, Tjap Petruk, Pameran Wuwungan, Ning Tembok, Celengan

Malo; putar film bulanan, diskusi buku, pentas kesenian tradisional.

Bentara Budaya Yogyakarta dan Jakarta masing-masing memiliki

seorang koordinator pelaksana dan dipimpin oleh seorang direktur eksekutif

yang berkedudukan di Jakarta. Selain itu ada pula dewan kurator. Dewan

kurator menentukan acara-acara yang berlangsung di Bentara Budaya. Untuk

itu, semua proposal yang masuk dibahas dalam rapat dewan kurator. Bentara

Budaya akan memfasilitasi tempat, peralatan dan promosi.2

B. Visi dan Misi

Sebagai utusan budaya, Bentara Budaya menampung dan mewakili

wahana budaya bangsa, dari berbagai kalangan, latar belakang, dan

cakrawalan yang mungkin berbeda. Balai ini berupaya menampilkan bentuk

dan karya cipta budaya yang mungkin pernah mentradisi ataupun bentuk-

bentuk kesenian massa yang pernah populer dan merakyat. Juga karya-karya

baru yang seolah tidak mendapat tempat dan tidak layak tampil di sebuah

gedung terhormat. Sebagai titik temu antara aspirasi yang pernah ada dengan

aspirasi yang sedang tumbuh, Bentara Budaya siap bekerja sama dengan siapa

saja.3

2
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto, Jakarta, 16 Juni 2014.
3
Bentara Budaya, artikel diakses pada 24 April 2014 dari
http://www.bentarabudaya.com/visimisi.
53

C. Bentara Budaya Jakarta

Bentara Budaya Jakarta adalah lembaga kebudayaan Harian Kompas.

Bentara Budaya Jakarta dengan hasil karya arsitek terkenal Romo

Mangunwijaya terletak di Jl. Palmerah Selatan 17, Jakarta 10270. Lembaga

ini dapat menjadi contoh kemitraan antara media massa dengan masyarakat.

Letak gedung Bentara Budaya Jakarta terpisah dari gedung Kompas

Gramedia. Terlihat keunikan dan keindahan bangunan yang mencerminkan

cita rasa berkesenian yang tinggi, anggun dan tradisional.

Memiliki koleksi lukisan 573 buah dari lukisan karya pelukis- pelukis

terkenal, seperti: S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Affandi, Basoeki Abdullah,

Affandi, Aming Prayitno, Fadjar Sidik, Basoeki Resobowo, Bagong

Kussudiardjo, Ahmad Sadali, Zaini, Dede Eri Supria, Batara Lubis, Otto Jaya,

Sudjono Abdullah, Kartika Affandi, Wahdi dan berbagai lukisan Bali karya I

Gusti Nyoman Lempad, Wayan Djujul, Nyoman Daging, I ketut Nama, Made

Djata, I Ketut Regig, I Gusti Made Togog, I Gusti Ketut Kobot, Anak Agung

Gde Sobrat, juga perupa muda seperti Eddie Hara, Nasirun, Made Palguna

Wara Anindyah dll.

Sebanyak 625 buah keramik dari berbagai dinasti pun dikoleksi oleh

lembaga kebudayaan Harian Kompas ini. Mulai dari dinasti Yuan, Tang,

Sung, Ming dan Ching, tidak lupa keramik lokal dari Singkawang, Cirebon,

Bali, Plered. Koleksi patung dari Papua dan Bali mencapai 400-an, mebel
54

yang tergolong antik seperti meja, kursi, dan lemari. Wayang golek karya

dalang kondang Asep Sunarya dari Jawa Barat berjumlah 120-an wayang,

juga memperkaya koleksi. Terdiri dari berbagai macam karakter, mulai dari

tokoh punakawan sampai tokoh-tokoh utama baik pandawa maupun kurawa.

Beberapa patung Buddha dengan berbagai posisi mudra pun menambah

maraknya koleksi Bentara Budaya. Semuanya tersimpan dalam penataan yang

rapi dan terawat baik di Jakarta.4

Bagi Bentara Budaya Jakarta, mengoleksi karya dan

merepresentasikan karya seni merupakan sebuah momentum pelestarian

budaya, sekaligus menjadi tugas untuk mewartakan penggalan sejarah yang

telah memberi aneka warna dalam perjalanan sejarah seni budaya kita.

Koleksi yang paling membanggakan dan menakjubkan yaitu Rumah

tradisional Kudus yang dibawa langsung dari Kudus, Jawa Tengah.

Rumah kudus merupakan rumah adat berukiran

indah yang semula terletak di lingkungan kauman,

tidak jauh dari Menara Kudus. Tepatnya di Jalan

Menara, sekitar 50 meter dari Mesjid Kudus

Gambar 1 : Rumah Kudus .

Dengan atap agak mengerucut, dinding hamper ditembusi aneka rona

ukiran, lantai rumah berundak-undak, bangunan ini memiliki kekhasan


4
Bentara Budaya,artikel diakses pada 24 April 2014
darihttp://www.bentarabudaya.com/tk_jakarta.php.
55

pemukiman adat kota Kudus dan tampak menonjol diantara bangunan lainnya

yang sejenis. Masyarakat setempat menyebutnya Rumah Adat, sedangkan

masyarakat luas mengenalnya sebagai Rumah Kudus.

Rumah ini diperkirakan dibangun pada permulaan abad ke-20 oleh

pemiliknya, Haji Ridwan Noor, dan didiami selama tiga generasi oleh segenap

ahli waris keluarga. Konon dalam membangun rumah ini para pengukirnya

memerlukan waktu lima tahun untuk menyelesaikan seluruh ukiran yang

memenuhi dinding serta tiang rumah. Sehingga tidak mengherankan apabila

masyarakat setempat menganggap rumah ini sebagai contoh terbaik di antara

rumah adat yang ada di Kudus Kulon, di samping rumah adat milik Saleh

Syakur, seorang tokoh masyarakat setempat.

Kesulitan dalam pemeliharaan serta kekhawatiran akan kelestarian

benda pusaka yang semakin dimakan usia, mendorong 46 keluarga pewaris

yang diketuai oleh Furqon Noor, menghibahkan Rumah Kudus kepada

Kompas untuk memugarnya. Memang selama ini nampaknya Rumah

Kuduslah yang menjadi ikatan keluarga karena merupakan tempat

terselenggaranya berbagai upacara adat, seperti pernikahan, khitanan, dan

sebagainya. Oleh beberapa ahli, arsitektur bangunan hunian ini dinilai sebagai

gabungan antara arsitektur Cina, colonial dan Cina bergaya Eropa.

Bentara Budaya Jakarta kini semakin marak dengan berbagai macam

acara bulanan yaitu: Pameran dan pagelaran, Putar Film dan Diskusi bulanan.
56

Bentara Budaya Jakarta pun kini mendirikan taman bacaan dengan berbagai

koleksi buku Gramedia, buku seni rupa, buku-buku luar dan buku sastra

hibahan dari sastrawan Myra Sidharta. Bentara Budaya Jakarta juga sering

mengadakan kerjasama dengan lembaga kebudayaan asing untuk

mempresentasikan kegiatan budaya lintas negara.

D. Logo

Gambar 2 : Logo Bentara Budaya

Lambang Bentara Budaya dibuat menggunakan tanda dan sistem

lambang dari aksara jawa “ba” yang dipasang bersusun atau berpasangan atas

dan bawah. Huruf “ba” yang di atas dipasang secara normal, dan huruf “ba”

yang di bawah dipasang secara terbalik. Kita mengharap itu dibaca sebagai

“ba-ba”, kepanjangannya bentara budaya. Keduanya diambil dari khasanah

Jawa. Bentara = utusan. Budaya= budaya seperti di dalam bahasa Indonesia.


57

Lalu, tentang arti huruf di atas sebagai kekinian dan yang di bawah

sebagai tradisi. Itu boleh saja karena pada kenyataannya lembaga kebudayaan

ini menggarap baik yang tradisi maupun yang kekinian. 5

E. Struktur Bentara Budaya Jakarta

Peneliti juga ingin menceritakan susunan jabatan dari sebuah struktur

corporate social responsibility dari PT.Kompas Gramedia, yaitu Bentara

Budaya, karena Bentara Budaya yang diteliti oleh penulis adalah yang berada

di Jakarta, maka struktur yang akan dibahaspun struktur dari Bentara Budaya

Jakarta, penulis juga tidak hanya akan membahas struktur organisasi, namun

juga struktur sosial di dalam lingkungan kerja Bentara Budaya Jakarta.

5
Wawancara Pribadi dengan Efix Mulyadi, Jakarta, 13 Mei 2014.
58

Tabel 2 : Struktur Organisasi PT.Kompas Gramedia6

NAME TITLE
Agung Adiprasetyo CEO
Jakob Oetama President Commisioner
Lilik Oetama Vice CEO
St. Sularto Deputy Publisher II Kompas
Rikard Bagun Editor in Chief Kompas
Director of Jasatama/ Director of
Lukas Widjaja
Kontan

6
Kompas Gramedia “About Kompas Gramedia”,” artikel diakses pada 24 April 2014 dari
http://www.kompasgramedia.com/aboutkg/ourmanagement/businessunit.
59

Business Director Kompas/ Corporate


Ign Hardanto Subagyo
Advertising Director
Herman Darmo Regional Newspaper Group Director
Hotel & Resort Group Director/ Vice
Lilik Oetama
CEO
Paiyan Situmorang Director of Sport & Health Media
Book Publishing Group Director/
Y. Priyo Utomo
Retail Business Goup Director
Hari Wardjono Printing Group Director
Taufik H. Mihardja Director of Kompas.com
Elwin Siregar Magazine Group Director
Harris Sitorus Director of Graha Kerindo Utama
Yohanes Yudistira Director of Sonora
Director of Warta Kota/ Corporate
Dedy Pristiwanto
Circulation Director
Bimo Setiawan Director of Kompas Gramedia TV
Stella D. Ayu Widianingsih Director of Transito Adimanjati
Ninok Leksono Rector UMN
Johanes Prajitno Executive Rector of UMN
Adrian Herlambang Corporate IT & IS Director
G. Maryamto Sunu Corporate Secretary
Asih Winanti Corporate Comptroller Director
Cherly Piktiyani Corporate Finance Director
Cecilia Dian Corporate Human Resources Director
Corporate Facility Management
Hari Susanto
Director
Widi Krastawan Corporate Communications Director
Tabel 3 : Nama Jajaran Direksi PT. Kompas Gramedia7

7
Kompas Gramedia “About Kompas Gramedia”,” artikel diakses pada 24 April 2014 dari
http://www.kompasgramedia.com/aboutkg/ourmanagement/boardofdirector
60

Corporate Communications Director


Widi Krastawan

Direktur Eksekutif Bentara Budaya


Hariadi Saptono

BB Yogya BB Jakarta BB Solo BB Bali


Hermanu Paulina Dinartisti Harry Budiono Warih

Sekretaris
Cicilia Natalinda

Administrasi
Rini Yulia Hastuti

Event Officer
Muhammad Safroni

Koleksi
Ika W. Burhan

Art & Design


Ipong Purnamasidhi

Kurator
Samani
Aristianto
Agus Purnomo

Tabel 4 : Struktur Organisasi Bentara Budaya Jakarta

Dalam struktur ini, dijelaskan bahwa seorang direktur corporate

communications PT.Kompas Gramedia membawahi seorang direktur

eksekutif dari Bentara Budaya, seorang direktur eksekutif disini bertanggung

jawab kepada direktur korporat akan kelangsungan dari semua Bentara


61

Budaya yang tersebar di empat wilayah yaitu di Jakarta, Bali, Yogyakarta, dan

Solo.

Direktorat ini dibentuk dengan misi membangun, memelihara dan

mengembangkan citra positif perusahaan berbasis pengetahuan terkemuka di

Asia tenggara, baik internal maupun eksternal melalui kegiatan komunikasi,

tanggung jawab sosial perusahaan dan pengembangan komunitas masyarakat

di lingkungan perusahaan, serta kegiatan seni dan budaya. Berbagai aktivitas

seni budaya di bawah pengelolaan Bentara Budaya (Jakarta, Yogyakarta, Solo

dan Bali), dan ditampilkan secara rutin dalam bentuk pengelolaan dan

pameran koleksi benda-benda seni, serta kegiatan-kegiatan yang bertujuan

memperkaya apresiasi masyarakat terhadap seni budaya bangsa.

Seorang super intendent di Bentara Budaya Jakarta membawahi

beberapa staf yang bertugas membantu dalam berbagai bidang, antara lain

sekretariat, administrasi, timevent officer, tim koleksi, tim art & design dan

tim kurator.

Dari informasi yang peneliti peroleh, tidak banyak perbedaan struktur

organisasi Bentara Budaya Jakarta dengan Bentara Budaya lainnya, untuk

struktur organisasi yang telah dijelaskan diatas, peneliti merasa bahwa

tanggung jawab dari tiap-tiap posisi sudah terdeskripsi secara cukup jelas.

Disini peneliti akan menjelaskan struktur sosial dari segi posisi

jabatan, dari sinilah alur komando dari Bentara Budaya Jakarta berjalan,

dimulai dari posisi puncak oleh direktur korporat PT.Kompas Gramedia yang
62

menginginkan program corporate social responsibility yang baik, sehingga

menunjuk seorang direktur eksekutif untuk membawahi Bentara Budaya,

selanjutnya ditunjuklah super intendent untuk bertanggung jawab terhadap

Bentara Budaya Jakarta, seorang super intendent dibantu dalam menjalankan

tugasnya dengan beberapa tim dan terakhir terdapat staf rumah tangga yang

bertugas membantu para pegawai lainnya demi keberlangsungan kegiatan

dalam Bentara Budaya Jakarta

Super intendent sebagai penanggung jawab dari Bentara Budaya

Jakarta bertugas untuk menentukan strategi-strategi promosi yang akan

digunakan oleh Bentara Budaya Jakarta, mengawasi jalannya kinerja dari

Bentara Budaya Jakarta agar sejalan dengan yang telah direncanakan, Super

Intendent pun dapat menentukan kelayakan dari suatu pameran atau

pementasan, apakah cukup layak untuk ditampilkan di Bentara Budaya

Jakarta atau tidak

Super Intendent mebawahi tim-tim yang membantu dalam

menjalankan tugasnya, yang pertama ialah timSekretaris, tim inibertugas

untuk membantu dalam urusan kesekretariatan, seperti mengurus surat

permohonan kepada suatu pihak, mengurus bukti-bukti pembayaran dan

pengiriman, dan lainnya. Sekretaris juga bertanggung jawabakan pembuat

jadwal kegiatan, mencari relasi, menjaga citra dan mengkondisikan kegiatan.

Sekretaris memiliki tanggung jawab besar terhadap citra perusahaan dan

pandai mencari relasi demi lancarnya kegiatan


63

Yang kedua ialah tim Administrasi, tim ini membantu dalam segala

hal yang berkaitan dengan administratif Bentara Budaya Jakarta,seperti salah

satu contohnya ialah, mencatat stok barang-barang seperti jumlah spanduk,

umbul-umbul, standing banner, dan lainnya

Yang ketiga ialah tim event, tim ini bertugas untuk mendukung

kelancaran jalannya acara, contohnya saat acara presentasi karya oleh

seniman, biasanya tim event yang menjalankan slideshow-nya, atau saat

pentas musik, tim ini ikut pula mengurus soal alat-alat dan kelistrikan jika

diperlukan

Yang keempat ialah tim koleksi, tim ini yang menentukan apa yang

akan ditampilkan saat acara berlangsung ataupun saat tidak ada acara, seperti

menentukan barang koleksi apa yang akan ditampilkan oleh Bentara Budaya

Jakarta, mengingat koleksi Bentara Budaya Jakarta yang tidak bisa dibilang

sedikit, bahkan saat acara berlangsung, merekalah yang menentukan

penempatan banner, spanduk, umbul-umbul, standing banner, dan lainnya.

Yang kelima tim art dan design, tim ini bertanggung jawab atas tata

letak artistik di Bentara Budaya Jakarta, baik saat pameran ataupun saat tidak

ada pameran, walaupun penataan saat pameran terkadang di tata oleh sang

seniman, contohnya penataan pencahayaan.

Dan yang terakhir ialah tim kurator, tim ini membantu dalam hal

seleksi karya yang akan tampil atau akan dipamerkan di Bentara Budaya

Jakarta, tidak hanya seleksi karya, namun tim ini memberikan masukan untuk
64

mengundang seniman untuk menampilkan karyanya di Bentara Budaya

Jakarta, tim ini bertanggung jawab kepada Super Intendent akan kelayakan

karya yang tampil.


BAB IV

ANALISIS DAN PENEMUAN

A. Strategi public relations PT. Kompas Gramedia dengan menggunakan

teori coorporate social responsibility

Pada bab ini peneliti akan menganalisis strategi public relations dalam

membangun citra perusahaan pada PT. Kompas Gramedia. Public relations

merupakan fungsi manajemen suatu perusahaan atau organisasi yang memberi

masukan dan nasihat terhadap berbagai kebijakan yang berhubungan dengan

opini atau isu publik yang tengah berkembang. Public relations mendukung

pembinaan ataupun pemeliharaan antara organisasi dengan publiknya, yang

mana menyangkut aktivitas komunikasi keduanya, dapat menerima dan kerja

sama antara kedua belah pihak, public relations menggunakan komunikasi

untuk memberitahu, mempengaruhi dan mengubah pengetahuan, sikap dan

perilaku publik sasarannya. PT. Kompas Gramedia menggunakan public

relations agar lebih fokus dalam melakukan promosi Bentara Budaya Jakarta

yang bertujuan pada membentuk citra positif perusahaan di mata masyarakat,

menyangkut unsur-unsur citra baik, itikad baik, saling pengertian, saling

mempercayai, saling menghargai dan toleransi dengan melakukan

pemeliharaan antara organisasi dengan pihak eksternal.

65
66

Public relations bertujuan untuk menegakkan dan mengembangkan

suatu citra yang positif baik itu bagi organisasi maupun perusahaan, atau

produk barang dan jasa terhadap masyarakat terkait yaitu publik eksternal.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka strategi kegiatan public relations

semestinya diarahkan pada upaya menggarap persepsi publik eksternal, akan

diperoleh sikap tindak dan persepsi yang menguntungkan dari publik sebagai

khalayak sasaran dan pada akhirnya akan tercipta suatu opini dan citra yang

menguntungkan.

Strategi dalam public relations selalu terkait dengan beberapa unsur di

dalamnya, baik itu unsur perencanaan maupun pengorganisasian dari strategi

itu, serta dimaksudkan agar tujuan bersama dapat tercapai dengan baik dan

tidak terjadi penyimpangan dari apa yang direncanakan.

Bentara Budaya Jakarta saat ini sedang mempersiapkan strategi untuk

membangun citra perusahaan Kompas Gramedia dalam bidang seni dan

kebudayaan tradisional.

“Saat ini Bentara Budaya Jakarta akan lebih fokus kepada kesenian
dan kebudayaan betawi. Karena betawi merupakan ciri khas Jakarta.
Maka kami akan mengembangkannya agar membedakan kebudayaan
asli yang ada di Jakarta.”1

Setiap Bentara Budaya yang ada di Yogyakarta, Solo dan Bali

mempunyai kekhasannya sendiri menurut kesenian dan kebudayaan di

daerahnya.

1
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
67

Bentara Budaya Jakarta merupakan salah satu bentuk corporate social

responsibility dari sebuah perusahaan dalam bidang seni dan kebudayaan

tradisional. Perusahaan bisa tetap survive jika dilihat dari kepuasan

masyarakat sekitar dan konsumennya. Mengingat posisi masyarakat sebagai

penyedia input dan penampung output perusahaan. Untuk itu, perusahaan

dipandang perlu mengembangkan strategi manajemen.

Peran public relations dalam membangun citra dapat terlaksana

dengan baik dan matang serta dapat terealisasi jika adanya strategi yang

matang. Strategi merupakan bagian terpadu dari sebuah rencana, sedangkan

rencana merupakan produk dari suatu perencanaan, yang pada akhirnya

perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari proses manajemen.

Manajemen, dalam konteks strategi, mempunyai peran untuk membantu

perusahaan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dalam

lingkungan usaha. Perubahan lingkungan tentu mempengaruhi prestasi

perusahaan dalam meraih keuntungan atau memberi konstribusi terhadap

pihak-pihak yang terkait.2

Terdapat empat aspek corporate social responsibility, yaitu ekonomi,

hukum, etika dan filantropis. PT. Kompas Gramedia juga telah memenuhi

empat aspek tersebut yang menjadi dasar bahwa Bentara Budaya Jakarta

merupakan sebuah tanggung jawab sosial dari perusahaan kepada masyarakat.

2
Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 89.
68

1. Economic Responsibility

Ekonomi merupakan pondasi utama corporate social responsibility.

Sebagai instrument utama dalam ruang lingkup ekonomi masyarakat, maka

tugas utama perusahaan adalah menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan

oleh masyarakat. Dalam hal ini Bentara Budaya Jakarta telah menyediakan

fasilitas kepada para seniman, memberikan hiburan kepada masyarakat

sekitardan menunjukkan kepedulian perusahaan dengan kesenian dan

kebudayaan tradisional kepada Negara dan Bangsa Indonesia.

“PT. Kompas Gramedia melaksanakan program Bentara Budaya


Jakarta ini merupakan salah satu bentuk kepedulian perusahaan kami
kepada kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia. Melalui
program ini kami bisa memberikan yang terbaik kepada Negara dan
Bangsa.”3

Dalam hal ini Bentara Budaya Jakarta menyediakan fasilitas kepada

seniman-seniman termarginal yang ingin mengadakan pameran, workshop

dan pentas seni. Para seniman tersebut dapat mengapresiasikan dan

mempromosikan karyanya kepada publik. Di kota kecil seperti Yogyakarta

merupakan wilayahnya yang kehidupannya didominasi oleh kesenian dan

kebudayaan tradisional. Banyak seniman yang terlahir dari kota kesenian

tersebut, diawali yang dulunya hanya seniman-seniman terpinggirkan kini

menjadi seniman-seniman yang dikenal oleh publik. Melihat antusias

komunitas-komunitas kesenian di Yogyakarta maka didirikanlah Bentara

Budaya di Jakarta pada tahun 1986.

3
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
69

Bentara Budaya Jakarta telah memenuhi kebutuhan masyarakat

dengan memberikan hiburan kepada mereka. Masyarakat juga bisa menikmati

atau mengapresiasi kemampuan mereka dalam bidangnya dengan mengikuti

sanggar tari, sastra dan lukis serta dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada

di Bentara Budaya Jakarta. Mahasiswa juga diikut sertakan dalam kegiatan-

kegiatan yang diadakan oleh Bentara Budaya Jakarta, komunitas tersebut

dinamakan Bentara Muda. Melalui mereka, kegiatan dan promosi Bentara

Budaya Jakarta dapat berjalan dan bergulir dengan memanfaatkan word of

mouth melalui bentara muda.


70

Gambar 3 : Kegiatan Bentara Muda

Keuntungan yang didapatkan oleh PT. Kompas Gramedia dengan

adanya Bentara Budaya Jakarta berupa citra positif dari publik, bahwa PT.

Kompas Gramedia peduli akan kesenian dan kebudayaan tradisional

Indonesia. Karena saat ini tidak banyak publik yang bisa mendapatkan tempat

untuk mengapresiasikan kemampuan mereka dalam bidang kesenian dan


71

kebudayaan. Maka Bentara Budaya Jakarta sangat berperan dalam pelestarian

kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia dengan menyediakan tempat

dan fasilitas yang bisa digunakan oleh publik dan para seniman.

2. Legal Responsibility

Setiap perusahaan pada dasarnya adalah badan hukum yang disahkan

oleh pemerintah. Kepatuhan perusahaan terhadap norma-norma dan aturan,

baik tentang bisnis dan hubungan bisnis serta hubungan dengan sistem sosial

yang lebih luas merupakan kewajiban yang melekat dalam setiap badan

hukum. Dalam hal ini kepuasan tanggung jawab hukum yang diperlukan dari

semua perusahaan berusaha untuk bertanggung jawab secara sosial, misalnya

PT. Kompas Gramedia juga memiliki corporate social responsibility dari

bidang kesehatan dan pendidikan yang bekerja sama dengan Indonesia

Mengajar dan Komunitas Seribu Satu Buku.

Kegiatan corporate social responsibility perusahaan telah tercantum

dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal

74 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.Dalam Undang-

Undang Perseroan Terbatas tersebut, definisi tanggung jawab sosial dan

lingkungan lebih menitikberatkan kepada pengembangan komunitas


72

(community development).4Dalam hal ini Bentara Budaya Jakarta

mengembangkan komunitas yaitu Bentara Muda.

Dari corporate social responsibility, perusahaan memang tidak akan

mendapatkan profit atau keuntungan, yang diharapkan dari kegiatan ini adalah

keuntungan berupa citra perusahaan. Masih banyak perusahaan lain yang

melakukan corporate social responsibility dengan beragam bentuk dan

sasarannya, hal ini merupakan fenomena positif dilingkungan bisnis, hal ini

telah menunjukan meningkatnya kesadaran bahwa jika perusahaan ingin

tumbuh secara berkelanjutan maka perusahaan tidak semata-mata mengejar

keuntungan tetapi juga harus menjaga aspek sosial dan lingkungan. Jika

demikian, adanya kewajiban melakukan corporate social responsibility

seperti dinyatakan dalam undang-undang bukan sesuatu yang penting lagi. 5

“Sama halnya dengan Bentara Budaya Jakarta yang sudah berdiri sejak
tahun 1986 berusaha untuk terus mengembangkan bentara muda
sebagai salah satu program corporate social responsibility dari PT.
Kompas Gramedia dalam bidang seni dan kebudayaan tradisional.
Bentara Budaya Jakarta berfikir bahwa program corporate social
responsibility tersebut sudah sesuai hukum karena selama
tigapuluhdua tahun programnya berjalan dengan baik.”6

4
A. B Susanto, Reputation-Driven Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Erlangga,
2009), h. 2.
5
Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.
33.
6
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
73

3. Ethical responsibility

Corporate social responsibility harus mempertimbangkan etika dalam

mengambil keputusan organisasional. Tanggung jawab etis ini penting dalam

hak asasi dan keadilan karena setiap perusahaan memiliki hak dan tanggung

jawab sosialnya masing-masing. Setiap perusahaan harus mempertimbangkan

dampak dari kegiatan dan keputusan perusahaan bagi masyarakat, baik yang

berupa dampak langsung maupun tidak langsung atau baik dampak jangka

pendek dan jangka panjang.

“Bentara Budaya Jakarta hanya membantu kepada seniman-seniman


yang ingin mengapresiasikan karya mereka dan mengajukan proposal
mereka. Kemudian proposal tersebut akan di seleksi oleh dewan
kurator dari Bentara Budaya Jakarta layak atau tidaknya karya yang
akan mereka tampilkan. Jadi kami bukan menjual tiket pertunjukkan,
tapi kami hanya membantu seniman-seniman yang ingin
mengapresiasikan karya mereka.”7

Dalam hal ini Bentara Budaya Jakarta melakukan penyeleksian untuk

mempertimbangkan hasil karya para seniman sebelum dipentaskan. Ada

dewan kurator yang akan menyeleksi karya tersebut, apakah sudah sesuai

dengan norma hukum, etika dan kesopanan yang berlaku di masyarakat.

Begitupun dengan seniman, terkadang banyak seniman yang kurang

memikirkan penampilannya sehingga kurang baik di mata publik namun itu

7
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
74

adalah hak bagi mereka, selama para seniman memiliki tanggung jawab

sosialnya masing-masing.

4. Philanthropic responsibility

Tanggung jawab filantropis berkenaan dengan apakah keputusan dan

tindakan perusahaan telah benar-benar merupakan pemenuhan dari ekspektasi

masyarakat. Kegiatan filantropis memberikan keuntungan langsung kepada

masyarakat namun secara langsung pula mengeluarkan biaya bagi perusahaan.

Semakin besar keuntungan yang diberikan maka semakin besar biaya bagi

perusahaan, sementara keuntungan secara ekonomi tidak langsung di dapatkan

oleh perusahaan. Kegiatan filantropis seperti pemberian beasiswa, donasi

sosial, pendanaan kegiatan amal, sponsorship bagi kegiatan kesenian dan

kebudayaan merupakan aktifitas yang memperbesar biaya namun tidak

menghasilkan pendapatan untuk perusahaan namun tanggung jawab ini akan

membentuk citra sebagai good corporate citizen.8

Tanggung jawab filantropis yang dilakukan oleh Bentara Budaya

Jakarta adalah dengan tidak mengharapkan feedback dari seniman-seniman

dan keuntungan secara financial dari setiap kegiatan yang dilakukan. Karena

Bentara Budaya Jakarta tidak berasal dari sebuah event organizer melainkan

sebuah program corporate social responsibility dari PT. Kompas Gramedia.

8
Nila Firdausi Nuzula, Corporate Social Responsibility: Sebuah Keniscayaan Strategi Bisnis
Di Indonesia, (Malang: Universitas Brawijaya, 2009), h. 12.
75

Bentara Budaya Jakarta lebih kepada pemberian fasilitas kepada seniman

yang ingin mengapresiasikan karyanya dan yang mereka harapkan bukanlah

keuntungan secara materi melainkan dapat membangun citra perusahaan.

Biasanya para seniman memberikan salah satu hasil karyanya kepada PT.

Kompas Gramedia sebagai tanda terimakasih mereka atas tempat dan fasilitas

yang diberikan oleh Bentara Budaya Jakarta kepada mereka.

Gambar 4 : Musisi Mengapresiasikan Bakatnya

Empat aspek corporate social responsibility menurut Archie B.

Carroll bahwa ekonomi, legal, etika dan filantropis sangat berpengaruh

terhadap tanggung jawab sosial bagi perusahaan. Dari hasil wawancara

peneliti mendapatkan bahwa Bentara Budaya Jakarta telah menjalankan

programnya dengan baik yang sesuai dengan empat aspek dasar dari
76

corporate social responsibility. PT. Kompas Gramedia tidak ingin

mendapatkan keuntungan secara financial saja namun perusahaan ini juga

memperdulikan aspek sosial dan lingkungan. Melalui Bentara Budaya Jakarta,

PT. Kompas Gramedia ingin menunjukkan kepedulian mereka terhadap

kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia.

Dalam strategi corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta

menjalankan semua programnya sudah sesuai dengan peraturan di masyarakat

atau secara umum. Masyarakat merasakan kehadiran Bentara Budaya Jakarta,

misalnya masyarakat di daerah Palmerah bisa mendapatkan hiburan dan

menambah pengetahuan mereka tentang seni dan kebudayaan tradisional di

Indonesia. Masyarakat juga bisa mengapresiasikan seni mereka, yang perlu

mereka lakukan cukup memberikan proposal akan bakat dan kemampuan

yang mereka miliki kepada Bentara Budaya Jakarta. Kemudian ada dewan

kurator yang akan menyeleksi kelayakan bakat kesenian masyarakat untuk di

apresiasikan di Bentara Budaya Jakarta.

Public relations menjadi rangkaian kegiatan terencana dan usaha yang

terus menerus untuk dapat memanfaatkan dan mengembangkan goodwill dan

pengertian timbal balik, antara organisasi dan masyarakat. Peran public

relations kian penting bagi organisasi atau lembaga dalam menghadapi

persaingan pasar yang semakin kompetitif, karena goodwill menjadi suatu

bagian yang profesionalisme.


77

Peran public relations di PT. Kompas Gramedia adalah membangun

citra perusahaan. Mereka mendukung semua kegiatan yang diadakan oleh

Bentara Budaya Jakarta yaitu dengan media relationsnya. Public relations

corporate communications berperan sebagai mediator perusahaan dan

masyarakat. Bentara Budaya Jakarta akan terus memberikan fasilitas kepada

seniman-seniman untuk karyanya dan kepada masyarakat untuk

mengapresiasikan bakatnya dalam bidang seni dan kebudayaan.

Dalam penerapan corporate social responsibility terdapat beberapa

tahap yang dilakukan oleh perusahan. Tahap-tahapan tersebut biasanya sangat

berguna demi berlansungnya program corporate social responsibility dengan

baik. Tahapan yang pertama yaitu perencanaan. Tahapan perencanaa

merupakan langkah awal dalam menjalankan program corporate social

responsibility.

Tahap perencanaan terbagi menjadi tiga bagian yaitu, awareness

building, corporate social responsibility assessement, dan manual building.

Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran

mengenai arti penting corporate social responsibility. Dalam penerapannya

pada Bentara Budaya Jakarta, public relations PT. Kompas Gramedia

menjalankan sesuai dengan apa yang telah diterapkan oleh pendiri Bentara

Budaya Jakarta yaitu Jakob Oetama.

“Pada awalnya program Bentara Budaya Jakarta terbentuk atas


pemikiran bapak Jakob Oetama selaku pimpinan harian kompas.
Beliau berusaha menghidupkan komunitas-komunitas kesenian yang
78

marginal. Dengan kepedulian beliau kepada seniman-seniman yang


terpinggirkan maka dibuatlah Bentara Budaya yang pertama di
Yogyakarta. Jika dikaitkan dengan tanggung jawab sosial perusahaan,
PT. Kompas Gramedia melaksanakan program Bentara Budaya
Jakarta ini merupakan salah satu bentuk kepedulian perusahaan kami
kepada kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia. Melalui
program ini kami bisa memberikan yang terbaik kepada Negara dan
Bangsa”9

Dalam tahap ini tidak hanya untuk membangun kesadaran tapi juga

penerapan corporate social responsibility yang sesuai dengan komitmen

manajemen. Setelah langkah awal dengan membangun kesadaran akan

pentingnya corporate social responsibility, maka yang dilakukan adalah

corporate social responsibility assessement. Corporate social responsibility

assessments yaitu upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan

mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapat prioritas perhatian dan

langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang

kondusif bagi penerapan corporate social responsibility secara efektif.

“Di beberapa tempat, seperti Yogyakarta merupakan kota kecil namun


banyak seniman yang terlahir disana. Kehidupan dan kegiatan disana
dirasakan lebih hidup dengan adanya seniman-seniman tersebut.
Sehingga Bentara Budaya berusaha membantu mereka dengan
memberikan tempat dan fasilitas dan mereka bisa gunakan itu untuk
pameran atau workshop dan lainnya.”10

Dalam tahap ini memang perlu adanya identifikasi, agar program

corporate social responsibility tepat sasaran dan memang dibutuhkan.

Selanjutnya adalah manual building. Manual buiding yaitu dasar atau

9
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
10
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
79

pedoman implementasi corporate social responsibility dengan menggali dari

referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan,

karena penyusunan manual diharapkan mampu memberikan kejelasan dan

keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna

tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien.

Yang menjadi dasar terbentuknya Bentara Budaya Jakarta berasal dari

pemikiran Jakob Oetama. Beliau awalnya hanya ingin menghidupkan

komunitas-komunitas kesenian yang termarginal, karena banyak seniman-

seniman yang terpinggirkan memiliki karya yang baik tetapi tidak bisa

mengapresiasikan karya mereka. Melihat keadaan tersebut maka Jakob

Oetama selaku pemimpin PT. Kompas Gramedia mendirikan Bentara Budaya

sebagai salah satu tanggung jawab sosial perusahaannya dalam bidang seni

dan kebudayaan tradisional.

Melihat pesatnya antusias publik dan seniman-seniman dengan adanya

Bentara Budaya ini maka PT. Kompas Gramedia juga memdirikan Bentara

Budaya di beberapa wilayah di Indonesia yaitu Jakarta, Yogyakarta, Bali dan

Solo. Ketiga tahapan tersebut yang menjadi dasar perencanaan akan

terbentuknya Bentara Budaya Jakarta. Ketiganya mempunyai perencanaan

yang matang agar program corporate social responsibility dapat berjalan

efektif dan efisien. Seni dan kebudayaan tradisional Indonesia memang harus

dilestarikan karena inilah yang akan menjadi aset Negara Indonesia.


80

Selanjutnya adalah tahap implementasi, ada tiga elemen yang

mendasar dalam memulai implementasi yaitu siapa yang menjalankan, apa

yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya sekaligus alat apa

yang diperlukan. Dalam tahapan ini adalah hal yang terpenting bagi setiap

perusahaan dalam menjalankan corporate social responsibility. Karena dalam

hal ini adalah publik yang akan menilai dan merasakan. Sedangkan

perusahaan akan terus berusaha melakukan sesuai dengan yang diinginkan

publik.

Tahap implementasi terdiri atas tiga langkah utama yakni sosialisasi,

pelaksanaan dan internalisasi. Sosialisasi sangat diperlukan dalam

menjalankan program corporate social responsibility. Karena dalam tahapan

ini merupakan perkenalan komponen perusahaan mengenai berbagai aspek

yang terkait dengan implementasi corporate social responsibility khususnya

mengenai pedoman penerapan corporate social responsibility.

“Untuk penyampaian kepada publik kami masih menggunakan yang


konvensional melalui social media, email dan website.”11

Dalam tahap sosialisasi ini public relations PT. Kompas Gramedia

lebih menggunakan social media untuk memberi informasi kepada publiknya.

Tetapi tidak semua orang selalu menggunakan social media. Maka harus ada

beberapa strategi public relations PT. Kompas Gramedia lainnya dalam

11
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
81

mensosialisasikan program corporate social responsibility Bentara Budaya

Jakarta.

Selanjutnya adalah pelaksanaan, pada dasarnya pelaksanaan harus

sejalan dengan pedoman corporate social responsibility.Seperti sesuai dengan

hukum dan undang-undang yang berlaku di Negara Indonesia atau sesuai

dengan visi dan misi perusahaan itu sendiri.

“Jika ditanya apakah Bentara Budaya Jakarta sudah sesuai dengan


hukum corporate social responsibility yang berlaku di Negara
Indonesia, ya jawabannya sudah karena dalam perundang-undangan
bahwa tanggung jawab sosial oleh perusahaan lebih menitikberatkan
kepada pengembangan komunitas atau community development. Ya itu
tadi Bentara Budaya Jakarta memiliki komunitas yaitu Bentara
Muda.”12

Dalam tahap pelaksanaan ini Bentara Budaya Jakarta telah mengikuti

undang-undang yang mengatur tentang tanggung jawab sosial oleh

perusahaan yaitu dengan adanya Bentara Muda. Karena undang-undang

corporate social responsibility lebih mengutamakan pengembangan

komunitas. Bentara Budaya Jakarta sudah berjalan selama tigapuluhdua tahun,

sehingga dapat dikatakan program corporate social responsibility bidang seni

dan kebudayaan tradisional ini berjalan dengan baik. Setiap kegiatan yang

akan diadakan oleh Bentara Budaya Jakarta akan melalui beberapa proses

seperti seleksi. Dewan kurator merupakan bagian dari Bentara Budaya Jakarta

yang akan menyeleksi layak atau tidaknya karya para seniman untuk dijadikan

12
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
82

sebuah pameran. Adapula Bentara Muda, sebuah komunitas yang

menjalankan beberapa kegiatan yaitu sanggar tari, sastra, karawitan dan lain

sebagainya.

Bentara Muda didominasi oleh kaum muda. Namun sesungguhnya

pelajar dan mahasiswa bisa menggunakan kegiatan Bentara Budaya

Jakartayang manapun sebagai sarana belajar. Oleh karena itu Bentara Budaya

Jakarta diharapkan untuk merangkul kaum muda karena merekalah masa

depan Bentara Budaya. Sehingga perhatian Bentara Budaya Jakarta harus

penuh untuk membuat kaum muda terlibat di dalam pengembangan

kebudayaan.

Setelah adanya pelaksanaan maka akanada internalisasi. Internalisasi

adalah upaya untuk memperkenalkan corporate social responsibility di dalam

seluruh proses bisnis perusahaan dengan promosi Bentara Budaya Jakarta.

Pada awalnya PT. Kompas Gramedia adalah perusahan yang bergerak di

bidang media informasi. Tetapi sekarang sudah merambah ke bidang

perhotelan, pendidikan, percetakan dan lainnya. Maka pantaslah jika

dikatakan PT. Kompas Gramedia merupakan sebuah perusahaan besar dengan

semua bisnisnya. Dalam tahap internalisasi ini pastilah PT. Kompas Gramedia

memiliki usaha untuk memperkenalkan program corporate social

responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional yaitu Bentara Budaya

Jakarta kepada publik atau rekan bisnis perusahaan tersebut.


83

Tahap yang ketiga adalah evaluasi. Evaluasi merupakan hal yang

penting ketika melakukan sesuatu karena dengan evaluasi kita dapat

mengukur sejauh mana keefektifan yang dilakukan. Seperti misalnya pada

Bentara Budaya Jakarta, mereka rutin mengadakan rapat guna membicarakan

kegiatan-kegiatan yang sudah ataupun belum terlaksana.Tentu ada praktek

evaluasi yang bersifat menyeluruh dan sesungguhnya berlangsung terus

menerus sehingga tidak sekedar reaktif. Tahap evaluasi adalah tahap yang

perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu, kegagalan maupun

keberhasilan suatu program dapat diketahui setelah program-program yang

dijalankan dievaluasi.

Kemudian yang terakhir adalah tahap pelaporan, tahap ini merupakan

pengambilan keputusan dari tahap sebelumnya yaitu tahap evaluasi. Pelaporan

dilakukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan

proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi

material dan relevan mengenai perusahaan. Dalam tahap ini biasanya direktur

eksekutif meminta bantuan kepada tim kurator dan public relations, karena

merekalah kunci dari pameran dan semua kegiatan yang diadakan di Bentara

Budaya Jakarta. Tim kurator akan melaporkan hal apa yang terjadi dan

bagaimana tanggapan seniman dan publik yang menikmati kegitan yang

diadakan.

“Bentara Budaya Jakarta bukan merupakan event organizer yang bisa


menjual karya mereka melalui media yang ada. Tapi Bentara Budaya
Jakarta hanya membantu kepada seniman-seniman yang ingin
84

mengapresiasikan karya mereka dan mengajukan proposal mereka.


Kemudian proposal tersebut akan di seleksi oleh dewan kurator dari
Bentara Budaya Jakarta layak atau tidaknya karya yang akan mereka
tampilkan. Jadi kami bukan menjual tiket pertunjukkan, tapi kami
hanya membantu seniman-seniman yang ingin mengapresiasikan
karya mereka.”13

Bentara Budaya Jakarta bukanlah suatu program yang bergerak dari

sebuah event organizer, maka yang mereka cari bukanlah suatu keuntungan

semata tetapi bagaimana caranya Bentara Budaya Jakarta tetap terus ada dan

selalu bisa memberikan hal yang positif bagi masyarakat, perusahaan dan

Negara. Bentara Budaya Jakarta memilih untuk ikut mengembangkan potensi

seni rupa yang sekiranya tidak menjadi perhatian dari berbagai galeri secara

umum, bukan primadona di pasar seni rupa yang karut marut, dan sebisa

mungkin mengandung kebaruan.

Dasar pemikirannya Bentara Budaya Jakarta ingin menumbuhkan arus

seni rupa tersendiri, tidak perlu menjadi bagian dari mainstream apalagi dari

kegiatan pasar seni rupa. Itu sebabnya cukup sering Bentara Budaya Jakarta

menampilkan karya-karya pinggiran, yang bersifat kerakyatan seperti

pameran seni lukis kaca (yang tentu dianggap tidak akan menguntungkan bagi

galeri seni rupa komersial), seni lukis damar kurung (lampion Gresik),

celengan, dan lain-lain. Bentara Budaya Jakarta memilih untuk membuat

festival dan kompetisi seni cetak grafis yang semula tidak populer dan

terpinggirkan di dalam arus besar seni rupa. Pemikiran inilah yang membuat
13
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
85

Bentara Budaya Jakarta harus berhati-hati dalam mengambil keputusan pada

tahap pelaporan ini, karena memang dari awal Bentara Budaya Jakarta berdiri

dengan apa adanya dan bersifat kerakyatan bukan sebuah event organizer

yang bersifat komersial dengan hanya mencari keuntungan semata.

Tahap demi tahap harus dilakukan public relations dalam menjalankan

program corporate social responsibility, dari tahap perencanaan,

implementasi, evaluasi dan pelaporan. Dengan menjalankan tahapan-tahapan

tersebut akan membuat program Bentara Budaya Jakarta berjalan lebih baik

dan efektif lagi sehingga publik akan lebih maksimal dalam merespon

program corporate social responsibility pada bidang seni dan kebudayaan

tradisional ini. Bukan keuntungan materi yang diharapkan PT. Kompas

Gramedia dengan adanya program Bentara Budaya Jakarta ini, melainkan

sebuah citra yang baik dari publik serta kepuasan bagi perusahaan karena

telah peduli kepada seni dan kebudayaan tradisional Negara Indonesia.

B. Citra PT. Kompas Gramedia berdasarkan teori corporate social

responsibility melalui program Bentara Budaya Jakarta

Citra suatu perusahaan tidak muncul dengan sendirinya. Akan tetapi

citra harus diupayakan dengan berbagai cara agar selalu terpelihara. Citra

perusahaan akan menumbuhkan kepercayaan publik terhadap perusahaan

tersebut. Karena citra atau image yang baik dibuat oleh masyarakat luas,
86

termasuk seniman-seniman yang terlahir dari Bentara Budaya Jakarta.Opini

publik juga mempengaruhi akan terciptanya citra positif bagi perusahaan.

Pada dasarnya ada beberapa jenis-jenis citra, yaitu the mirror image,

the current image, the wish image, the multiple image dan corporate image.

The mirror image merupakan dugaan (citra) manajemen terhadap publik

eksternal dalam melihat perusahaannya.The current image, yaitu citra yang

terdapat pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau

menyangkut miskinnya informasi dan pemahaman publik eksternal. The wish

image adalah manajemen menginginkan pencapaian prestasi tertentu. Citra ini

diaplikasikan untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal memperoleh

informasi secara lengkap. Selanjutnya the multiple image, yaitu sejumlah

individu, kantor cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk

citra tertentu yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh

organisasi atau perusahaan. Terakhir adalah corporate image merupakan citra

yang tertuju pada sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana

menciptakan citra perusahaan yang positif, lebih dikenal serta diterima oleh

publiknya, dapat melalui sejarahnya, kualitas pelayanan prima, keberhasilan

dalam bidang marketing, dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial

(social care).14

Dari berbagai jenis citra yang ada, PT. Kompas Gramedia terus

berusaha untuk mendapatkan citra yang baik bagi perusahaannya. Citra


14
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, h. 117.
87

perusahaan umumnya menggambarkan secara garis besar apa yang ada di

dalam perusahaan tersebut. PT. Kompas Gramedia membangun citra yang

mana perusahaan media massa yang menjalankan prinsip menciptakan

masyarakat terdidik, tercerahkan, menghargai kebhinekaan dan adil sejahtera.

“Lebih kepada citra yang di dapatkan oleh PT. Kompas Gramedia


dengan adanya Bentara Budaya Jakarta ini. Sehingga publik menilai
bahwa PT. Kompas Gramedia peduli dengan seni dan kebudayaan
tradisional, peduli dengan seniman-seniman yang terpinggirkan. Di
beberapa tempat, seperti Yogyakarta merupakan kota kecil namun
banyak seniman yang terlahir disana. Kehidupan dan kegiatan disana
dirasakan lebih hidup dengan adanya seniman-seniman tersebut.
Sehingga Bentara Budaya berusaha membantu mereka dengan
memberikan tempat dan fasilitas dan mereka bisa gunakan itu untuk
pameran atau workshop dan lainnya.”15

Pembahasan masalah opini publik adalah hal yang sangat mendasar

bagi pekerjaan seorang praktisi public relations. Bahkan hubungan yang

dilakukan oleh perusahaan atau organisasi manapun di dunia ini tidak lepas

dari munculnya opini di dalam masyarakat. Mengapa objek ini menjadi sangat

penting, tentu karena sifat komunikasi yang dilakukan menyangkut manusia

di dalam kedudukannya, baik sebagai individu, maupun sebagai bagian dari

masyarakat secara luas. 16

PT. Kompas Gramedia memiliki citra yang baik di masyarakat sekitar,

seperti contohnya PT. Kompas Gramedia mendapatkan penghargaan dalam

bidang corporate social responsibility dari Walikota Jakarta Pusat yaitu

15
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
16
Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 108.
88

Bapak Saefullah. Penghargaan tersebut diberikan oleh Walikota Jakarta Pusat

kepada PT. Kompas Gramedia karena perusahaan ini dinilai peduli dengan

lingkungan sosial. Sebab Jakarta Pusat memiliki persoalan sosial yang cukup

kompleks, maka Walikota Jakarta Pusat berharap agar program-program

corporate social responsibility yang ada untuk dilanjutkan dan lebih

ditingkatkan lagi intensitas dan dananya. 17

PT. Kompas Gramedia juga banyak mendapatkan penghargaan dari

berbagai kategori. Banyak juga penghargaan yang diperoleh PT. Kompas

Gramedia berdasarkan kepedulian perusahaan ini terhadap lingkungan, media,

pendidikan dan seni budaya tradisional Indonesia. Pada tahun 2012, Federasi

Teater Indonesia memberikan penghargaan kepada Jakob Oetama, selaku

pendiri Bentara Budaya dan pemiliki PT. Kompas Gramedia. Penghargaan

tersebut diberikan kepada Jakob Oetama karena beliau memiliki kepedulian

terhadap pengembangan dan pelestarian seni. Mulai dari keberpihakan dalam

bentuk pemberitaan di medianya, hingga turun langsung dengan membangun

pusat kebudayaan, Bentara Budaya di Yogyakarta, Jakarta, Solo dan Bali.

Tidak hanya penghargaan yang menjadi bukti bahwa PT. Kompas

Gramedia memiliki kepedulian terhadap kesenian dan kebudayaan Indonesia.

PT. Kompas Gramedia saat ini sedang mendirikan gedung pameran konvensi

terbesar di Asia Tenggara bernama Indonesia Convention Exhibition di

17
Poskota News, artikel diakses pada 20 Juni 2014 dari
http://m.poskotanews.com/2012/12/20/sembilan-perusahaan-dapat-penghargaan
89

kawasan BSD City, Tangerang. Corporate Communication PT. Kompas

Gramedia juga meresmikan Rumah Kreasi Kompas Gramedia di Jalan Gelora,

kelurahan Gelora, Jakarta Pusat pada tahun 2013. Rumah Kreasi Kompas

Gramedia dimaksudkan sebagai wadah untuk menyalurkan segala potensi dan

kreasi yang di miliki oleh masyarakat. PT. Kompas Gramedia berupaya

melakukan corporate social responsibility dalam menjalankan fungsi

sosialnya di lingkungan masyarakat sekitar.

Sebagai salah satu perusahaan besar maka PT. Kompas Gramedia

menjadikan Bentara Budaya Jakarta sebagai salah satu bentuk nyata tanggung

jawab perusahaan dalam bidang seni dan kebudayaan tradisional. Dengan

adanya Bentara Budaya Jakarta tersebut publik akan melakukan persepsi

mengenai adanya hal tersebut. Lambat laun mereka mengetahui adanya

Bentara Budaya Jakarta yang menjadi wadah bagi orang-orang yang ingin

menyalurkan kesenian, kemudian publik akan menikmatinya dengan

menjadikannya sebuah hiburan tersendiri terutama bagi masyarakat sekitar.

Pada akhirnya publik memiliki respon positif kepada PT. Kompas Gramedia

dengan menjadikan Bentara Budaya Jakarta sebagai tempat untuk

melestarikan seni dan kebudayaan tradisional Indonesia.


90

Gambar 5 : Hasil Karya Seniman

Citra merupakan hal yang didapat dari sebuah perusahaan dari hasil

keunggulan-keunggulan yang terdapat pada perusahaan tersebut. Dengan

beberapa pengharagaan yang di dapatkan PT. Kompas Gramedia merupakan

bukti keunggulan mereka dalam berbagai bidang. Citra merupakan hasil dari

kesan atau gambaran yang diperoleh dari publik hasil upaya-upaya yang

dilakukan oleh sebuah perusahaan atau organisasi. Pengalaman, pengetahuan,

pengalaman dan informasi yang diterima oleh orang dapat membentuk sebuah

citra.
91

Setiap perusahaan yang ingin membangun atau menciptakan citra yang

baik maka informasi dan pengetahuan yang diberikan kepada publik haruslah

informasi yang baik sehingga timbul rasa percaya pada perusahaan tersebut

yang kemudian membentuk sebuah citra. Hal inilah yang ingin diberikan PT.

Kompas Gramedia kepada publiknya, dengan selalu memberikan informasi

dan pengetahuan mengenai kesenian dan kebudayaan melalui Bentara Budaya

Jakarta. Sehingga PT. Kompas Gramedia akan mendapatkan citra yang positif

bagi perusahaannya.

Citra perusahaan begitu penting ketika terjadi krisis terhadap

perusahaan. Tidak ada satu pun perusahaan yang bebas krisis. Minimal

mempunyai resiko mengalami krisis. Maka setiap perusahaan harus selalu

mengantisipasi terjadinya krisis. Karena dengan mengantisipasinya suatu

perusahaan akan siap menghadapi krisis itu. Aktivitas-aktivitas yang wajib

dilakukan dalam menangani krisis dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan

sebelum terjadinya krisis. Yang harus dicegah adalah terjadinya desas-desus

atau isu yang tampaknya sepele akan tetapi dapat menjatuhkan suatu

perusahaan.

Krisis adalah masa yang sangat genting, dimana situasi ini merupakan

titik baik atau buruk. Masa krisis adalah momen-momen tertentu yang akan

terjadi. Apabila krisis ditangani dengan baik dan tepat waktu, momen

mengarah pada situasi membaik dan sebaliknya jika moment tersebut tidak
92

ditangani dengan baik dan tepat maka krisis akan mengarah kepada situasi

memburuk, bahkan dapat berakibat fatal.

Dalam hal inilah peran public relations sangat penting untuk

menyelesaikan krisis yang dihadapi perusahaan dan membangun citra

perusahaan. Sebelum nantinya krisis menyebar luas di masyarakat dan

membentuk opini publik yang tidak baik bagi suatu perusahaan, sehingga

dapat dikatakan public relation merupakan fungsi manajemen yang strategis.

Jika public relations dapat menjalankan perannya dengan melewati

masa krisisnya dengan baik, maka dampak baik pula kepada perusahaan

tersebut. Citra positif yang biasanya di dapatkan oleh suatu perusahaan jika

dapat melewati masa krisisnya.

Pada konsepnya citra yang baik akan menghasilkan keuntungan yang

baik pula. Begitu sebaliknya citra yang buruk akan mempengaruhi

perkembangan perusahaan tersebut. Citra yang digunakan dalam penelitian ini

adalah citra perusahaan, yang merupakan gambaran keseluruhan dari PT.

Kompas Gramedia

Dalam upaya membangun citra perusahaan harus dilakukan beberapa

langkah dan strategi yang tepat guna melancarkan keinginan dan target dari

strategi tersebut. Konsep strategi yang dilakukan oleh manajemen public

relations tidak jauh berbeda dengan strategi yang dilakukan oleh PT. Kompas
93

Gramedia untuk membangun citra perusahaan melalui program corporate

social responsibility Bentara Budaya Jakarta.

Setelah melakukan berbagai kegiatan yang digunakan untuk

membangun citra perusahaan di mata masyarakat. PT. Kompas Gramedia

berharapkan dengan adanya Bentara Budaya Jakarta ini publik akan lebih

peduli dengan kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia. PT. Kompas

Gramedia akan terus melahirkan seniman-seniman termarginal yang nantinya

akan dikenal publik dan publik akan menjadikan Bentara Budaya Jakarta

sebagai wadah untuk mengapresiasikan bakat-bakat kesenian yang dimiliki

setiap orang. Sehingga PT. Kompas Gramedia akan mendapatkan citra positif,

lebih dikenal serta diterima oleh publiknya.

Jadi citra yang diharapkan oleh PT. Kompas Gramedia dengan adanya

program corporate social responsibility bidang seni dan kebudayaan

tradisional ini adalah citra perusahaan atau corporate image. Kerena PT.

Kompas Gramedia berusaha menjalankan Bentara Budaya Jakarta dengan

sebaik-baiknya sehingga dapat diterima oleh publik. Sebagai perusahaan besar

PT. Kompas Gramedia juga wajib menjalankan tanggung jawab sosial

perusahaan sesuai dengan undang-undang yang ada. Maka dengan adanya

Bentara Budaya Jakarta ini PT. Kompas Gramedia tidak mencari keuntungan

materi, tetapi berusaha untuk menciptakan citra perusahaan yang positif, lebih

dikenal serta diterima oleh publiknya dengan menjalankan corporate social

responsibility.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan perumusan masalah yang ada dalam penelitian ini, maka

kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti pada strategi public relations PT.

Kompas Gramedia dalam membangun citra perusahaan melalui program

corporate sosial responsibility Bentara Budaya Jakarta adalah akan lebih

fokus pada seni dan kebudayaan adat betawi, serta menggunakan empat aspek

corporate social responcibility yaitu ekonomi, legal, etika dan filantropis.

Pada aspek ekonomi, Bentara Budaya Jakarta telah menyediakan

fasilitas kepada para seniman, memberikan hiburan kepada masyarakat sekitar

dan menunjukkan kepedulian perusahaan dengan kesenian dan kebudayaan

tradisional kepada Negara dan Bangsa Indonesia. Legal, Bentara

mengembangkan komunitas yaitu Bentara Muda. Etika, adanya dewan kurator

sebagai tim penyeleksi karya-karya para seniman yang akan ditampilkan di

Bentara Budaya Jakarta agar sesuai dengan norma dan etika yang berlaku di

masyarakat. Filantropis, dalam aspek ini Bentara Budaya Jakarta tidak

mengharapkan feedback dari seniman-seniman dan keuntungan secara

financial dari setiap kegiatan yang dilakukan. Bentara Budaya Jakarta hanya

94
95

ingin membantu seniman-seniman termarginal sehingga dapat

mengapresiasikan karyanya tanpa mengharapkan feedback dari para seniman.

Dalam menjalankan strategi tersebut perlu dilakukan beberapa tahap

yaitu perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan. Pada tahap

perencanaan Bentara Budaya Jakarta berusaha membangun kesadaran akan

pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan pada bidang seni dan

kebudayaan tradisional, kemudian mengidentifikasi aspek-aspek yang

memungkinkan untuk menjalankan tanggung jawab tersebut dan mencari

refernsi agar menjadi pedoma dalam mengimplementasikan program

corporate social responsibility. Pedoman yang mereka gunakan berasal dari

sejarah berdirinya Bentara Budaya yaitu dasar pemikiran Jakob Oetama

sebagai pendiri Bentara Budaya.

Tahap implementasi terdiri atas tiga langkah utama yakni sosialisasi,

pelaksanaan dan internalisasi. Dalam mensosialisasikan Bentara Budaya

Jakarta, public relations menggunakan media social. Pelaksanaan Bentara

Budaya Jakarta juga sesuai dengan undang-undang tanggung jawab sosial

perusahaan dengan mengembangkan komunitas yaitu bentara muda.

Internalisasi yang dilakukan oleh Bentara Budaya Jakarta adalah

mempromosikan Bentara Budaya Jakarta kepada masyarakat dan perusahaan

lain.

Tahap evaluasi dengan mengadakan rapat sebelum dan sesudah

mengimplementasikan program Bentara Budaya Jakarta, serta dewan kurator


96

sebagai tim penyeleksi karya-karya para seniman. Kemudian tahap terakhir

yaitu, pelaporan. Dari tahap perencanaan, implementasi dan evaluasi maka

akan menghasilkan sebuah hasil yang akan dilaporkan kepada direktur

eksekutif sehingga akan ada pengambilan keputusan dalam tahap ini.

Dari semua strategi public relations dan tahapannya hanya satu tujuan

mereka yaitu membangun citra perusahaan dimata publik. Dengan adanya

program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta ini,

PT.Kompas Gramedia sudah mendapatkan corporate image karena

kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap seni dan

kebudayaan tradisional Indonesia.

B. Saran

Berdasarkan pemaparan yang telah peneliti bahas dan teliti, ada beberapa

saran yang ingin peneliti kemukakan, diantaranya :

1. Hendaknya dalam pelaksanaan strategi, media yang digunakan tidak

hanya media yang dimiliki PT. Kompas Gramedia tetapi juga bisa

bekerjasama dengan media lain. Dan lebih banyak menggunakan mediator

seperti baliho, spanduk dan brosur. Karena lebih efektif dan efisien dilihat

oleh publik, melihat letak Bentara Budaya Jakarat berada diwilayah yang

menjadi jalan utama Jakarta.


97

2. Pengembangan strategi public relations PT. Kompas Gramedia melalui

Bentara Budaya Jakarta tersebut hendaknya melibatkan anak-anak agar

menambah antusias dan kepedualian mereka terhadap seni dan

kebudayaan tradisional dari usia dini.

3. Sebaiknya kegiatan Bentara Budaya Jakarta tidak hanya dilakukan di

lokasi mereka namun menggunakan fasilitas lain yang lebih besar dan

strategis dalam menjalankan kegiatannya seperti pameran dan

pertunjukan.

4. Promosi tidak hanya dilakukan diluar perusahaan, namun dilakukan pula

kepada karyawan PT. Kompas Gramedia agar mereka lebih membangun

kepedulian terhadap seni dan kebudayaan tradisional Indonesia.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat peneliti sammpaikan

dalam penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kalangan

akademis maupun kalangan masyarakat umum.


DAFTAR PUSTAKA

Bentara Budaya. Artikel diakses pada 24 April 2014 dari

http://www.bentarabudaya.com/tk_jakarta.php.

Bentara Budaya. Artikel diakses pada 24 April 2014 dari

http://www.bentarabudaya.com/visimisi

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik, dan

Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. 2009.

Creswell, John W. Qualitative Inquiry And Reasearch Design. London: SAGE

Publications. 1998.

Effendi, Muh. Arief. “Peranan Bisnis dan Moralitas Agama dalam Implementasi.”

artikel diakses pada 15 Juli 2008 dari

http://www.muhariefeffendi.wordpress.com.

Furchan, Arief. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

1992.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi

Aksara. 2013.

Hennigfeld, Judith & Manfred Pohl ,dkk. The ICCA Handbook On Corporate Social

Responcibility. England: John Wiley & Sons Ltd. 2006.

98
99

Hidayat, Dedy N. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik.

Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia. 2003.

Iqbal, Muhamad. “Strategi Public relations POLRI Dalam Membangun Citra

Pelayanan Pada Masyarakat (Studi Pada Kepolisian Resort Metro Jakarta

Barat).” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011.

Jefkins, Frank. Public Relations. Jakarta: Erlangga. 2004.

Kriyantono, Rachmat. Metodologi Riset Komunikasi: Disertasi contoh Praktis Riset

media, public Relations, advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi

Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Merdia Group. 2006.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. 2013. Cet.

31.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. 2003.

Nuzula, Nila Firdausi. Corporate Social Responsibility: Sebuah Keniscayaan Strategi

Bisnis Di Indonesia. Malang: Universitas Brawijaya. 2009.

Oliver, Sandra. Strategi Public Relations. Jakarta: Erlangga. 2006.

Raudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007.


100

Rosyadi, Ruslan. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada. 2005.

__________. Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi. Jakarta: PT.

RajaGrafindo. 2001.

Rudito, Bambang. Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia.

Bandung: Rekayasa Sains. 2007.

Ruhiyanah. “Strategi Komunikasi Public Relation PT. Takaful Keluarga dalam

Membangun Citra Perusahaan”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Rumanti, Maria Assumpta. Dasar-Dasar Public Relations: Teori dan Praktek.

Jakarta: PT. Grasindo. 2004.

Saputra, Wahidin dan Rulli Nasrullah. Public Relations 2.0 Teori dan Praktik Public

Relations di Era Cyber. Bekasi: Gramata. 2011.

Saputri, Wella. “Strategi Public Relations PT. Garuda Indonesia (Persero) dalam

Upaya Menjaga Citra Positif Perusahaan Melalui Program Corporate Social

Responsibility Kemitraan.” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Komunikasi,

Universitas Bina Nusantara, 2011.

Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. Dasar-dasar Public Relation. Bandung:

Remaja Rosdakarya. 2010. Cet. 7.


101

Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta. 2011.

Sukandarrumidi. Metodelogi Penilitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2002.

Susantu, A. B. Reputation-Driven Corporate Social Responsibility. Jakarta: Erlangga.

2009.

Uchjana Effendi, Onong. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. 1999.

Untung, Hendrik Budi. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika. 2009.

Wawancara Pribadi dengan Efix Mulyadi. Jakarta, 13 Mei 2014.

Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.

Yulianita, Neny. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Pusat Penerbit

Universitas. 2005.
Strategi Public Relations PT. Kompas Gramedia dalam Membangun Citra
Perusahaan (Studi Kasus Program Corporate Social Responsibility
Bentara Budaya Jakarta)

Waktu wawancara : 16.00 WIB


Tanggal wawancara : Senin, 16 Juni 2014
Tempat wawancara : Kantor corporate communications PT. Kompas Gramedia
Narasumber : ST. Herwinoto
Jabatan : Internal Communications Manager
Pewawancara : Ardiyat Ningrum Mustikasari

1. Apakah yang mendasari PT. Kompas Gramedia melaksanakan program

Bentara Budaya Jakarta sebagai salah satu corporate social

responsibility?

Pada awalnya program Bentara Budaya Jakarta terbentuk atas pemikiran

bapak Jakob Oetama selaku pimpinan harian kompas. Beliau berusaha

menghidupkan komunitas-komunitas kesenian yang marginal. Dengan

kepedulian beliau kepada seniman-seniman yang terpinggirkan maka

dibuatlah Bentara Budaya yang pertama di Yogyakarta. Melihat antusias para

komunitas kesenian tersebut maka dibentuk pula Bentara Budaya di Jakarta,

lalu menyusul Solo dan Bali. Jika dikaitkan dengan tanggung jawab sosial

perusahaan, PT. Kompas Gramedia melaksanakan program Bentara Budaya

Jakarta ini merupakan salah satu bentuk kepedulian perusahaan kami kepada
kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia. Melalui program ini kami

bisa memberikan yang terbaik kepada Negara dan Bangsa.

2. Strategi apa yang diterapkan public relations PT. Kompas Gramedia

dalam membangun citra perusahaan melalui program corporate social

responsibility Bentara Budaya Jakarta?

Secara umum kita sudah menjalankan yang namanya community based. Jadi

kita undang mahasiswa terutama yang bergerak di bidang seni dan budaya,

dikumpulkan di Bentara Budaya Jakarta melalui komunitas yang kami buat

yaitu bentara muda. Bentara muda ada tiap Bentara Budaya yang kami miliki.

Kegiatan bentara muda ini bisa berupa sanggar tari, lukis dan komunitas

sastra. Melalui bentara muda ini, komunitas dan promosi Bentara Budaya

Jakarta dapat berjalan dan bergulir. Kami memanfaatkan word of mouth

melalui bentara muda. Saat ini Bentara Budaya Jakarta akan lebih fokus

kepada kesenian dan kebudayaan betawi. Karena betawi merupakan ciri khas

Jakarta. Maka kami akan mengembangkannya agar membedakan kebudayaan

asli yang ada di Jakarta.

3. Bagaimana seorang public relations melaksanakan perannya dalam

membangun citra perusahaan melalui program corporate social

responsibility Bentara Budaya Jakarta?

Biasanya public relations mendukung kegiatan Bentara Budaya Jakarta dalam

arti seperti media relationsnya dengan membuat press conference dan segala

macemnya. Jadi tidak hanya sekedar komunitas tapi Bentara Budaya Jakarta
kami jadikan aset dari PT. Kompas Gramedia melalui twitter, facebook,

website. Jadi kalau bicara posisi, Bentara Budaya sebagai entitas melakukan

promosi dan branding sendiri. Jika dilihat dari corporate social responsibility,

Bentara Budaya Jakarta sebagai salah satu yang bisa memberikan sesuatu

kepada bangsa dan Negara melalui bidang seni dan kebudayaan tradisional.

4. Media atau sarana apa saja yang digunakan oleh PT. Kompas Gramedia

dalam melakukan strategi public relations?

Ya media yang kami punya, seperti media cetak, media elektronik dan

multimedia. Kita undang mereka untuk datang ke Bentara Budaya Jakarta.

Karena biasanya kami tidak memiliki wewenang untuk mempengaruhi

penulisan. Jadi kalau menurut mereka menarik, mereka akan menulis kegiatan

atau acara yang diadakan oleh Bentara Budaya Jakarta ini. Tulisan mereka

bisa bermacam-macam seperti profil seniman, pertunjukannya atau acara ini

diadakan karena hal apa. Untuk penyampaian kepada publik kami masih

menggunakan yang konvensional melalui social media, email dan website.

Kami tidak ingin menjual ini menjadi sebuah event organizer yang dapat

dinikmati publik, sehingga publik datang ke Bentara Budaya Jakarta. Bukan

seperti itu tujuannya. Tapi kami lebih kepada pemberian tempat dan kami

umumkan melalui media yang ada. Kemudian publik yang ingin

mengapresiasikan karyanya bisa datang ke Bentara Budaya Jakarta.

5. Bagaimana citra PT. Kompas Gramedia dari bidang seni dan

kebudayaan tradisional saat ini dimata masyarakat?


Kalau untuk warga sekitar sini minimal mereka punya hiburan gratis. Tapi

kalaupun kemudian mereka ada yang tertarik misalnya mencoba untuk

menikmati atau mengapresi kemampuan mereka dalam bidangnya ya

diperbolehkan. Banyak juga mahasiswa yang ikut sanggar tari, lukis dan

sastra dan kegiatan-kegiatan yang ada. Jadi ya itu kita lebih memberikan

tempat untuk mereka mengapresiasikan seni. Sehingga di mata masyarakat

sekitar PT. Kompas Gramedia peduli dengan seni dan kebudayaan tradisional.

6. Citra apa yang sebenarnya diinginkan oleh PT. Kompas Gramedia

melalui corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta?

Bentara Budaya Jakarta merupakan corporate social responsibility dan

community development dari Kompas Gramedia. Bentara Budaya Jakarta

menampung seniman-seniman yang termarginal seperti pelukis-pelukis yang

tidak memiliki tempat berkarya, pemusik yang tidak punya tempat untuk

pentas. Sebenarnya dengan adanya Bentara Budaya Jakarta ini kami tidak

bermaksud untuk berjualan seni dan kebudayaan yang dimiliki oleh seniman-

seniman di Indonesia. Kami mencoba untuk menfasilitasi mereka untuk

mengapresiasikan karya-karya mereka untuk publik dan memebantu mereka

untuk mempromosikan karya-karya mereka. Kami berusaha mengembangkan

komunitas-komunitas untuk tetap menghasilkan karya yang terbaik dalam segi

seni dan kebudayaan tradisional.


7. Keuntungan apa saja yang telah dirasakan PT. Kompas Gramedia

dengan adanya program corporate social responsibility Bentara Budaya

Jakarta?

Kalau keuntungan ya paling tangible, kami melihatnya adalah keuntungan

yang tidak bisa dihitung secara materi. Jadi lebih kepada citra yang di

dapatkan oleh PT. Kompas Gramedia dengan adanya Bentara Budaya Jakarta

ini. Sehingga publik menilai bahwa PT. Kompas Gramedia peduli dengan

seni dan kebudayaan tradisional, peduli dengan seniman-seniman yang

terpinggirkan. Di beberapa tempat, seperti Yogyakarta merupakan kota kecil

namun banyak seniman yang terlahir disana. Kehidupan dan kegiatan disana

dirasakan lebih hidup dengan adanya seniman-seniman tersebut. Sehingga

Bentara Budaya berusaha membantu mereka dengan memberikan tempat dan

fasilitas dan mereka bisa gunakan itu untuk pameran atau workshop dan

lainnya. Seperti contohnya adalah kegiatan rutin yang dilakukan oleh seniman

Yogyakarta yaitu mas Agus Heriyanto. Beliau setiap hari senin mengadakan

yang namanya Jazz Band Senin. Jadi dengan adanya kegiatan rutin tersebut

semakin banyak publik dan komunitas-komunitas dari kota lain yang datang

dan akan mengetahui adanya Bentara Budaya. Sehingga PT. Kompas

Gramedia sendiri mendapatkan keuntungan berupa image dan citra yang

posotif dari publik.


8. Seberapa efektif program corporate social responsibility Bentara Budaya

Jakarta yang telah dilaksanakan?

Kalo penilaian secara efektif atau tidaknya kami belum melakukan survei di

Bentara Budaya yang dimiliki PT. Kompas Gramedia. Tapi untuk kalangan

terbatas seperti seniman, mereka merasakan kehadiran Bentara Budaya

Jakarta. Bentara Budaya sebagai tempat untuk kumpulnya orang-orang

berkesenian. Secara parsial komunitas tertentu memandang sekali adanya

Bentara Budaya Jakarta ini.

9. Kendala apa yang sering ditemui dalam menjalankan program corporate

social responsibility Bentara Budaya Jakarta, secara teknis atau non

teknis?

Kendala yang sering kami temui lebih kepada image. Jadi, terkadang seniman

yang terkenal justru melihatnya kekuatan media yang kami miliki. Sedangkan

Bentara Budaya Jakarta bukan merupakan event organizer yang bisa menjual

karya mereka melalui media yang ada. Tapi Bentara Budaya Jakarta hanya

membantu kepada seniman-seniman yang ingin mengapresiasikan karya

mereka dan mengajukan proposal mereka. Kemudian proposal tersebut akan

di seleksi oleh dewan kurator dari Bentara Budaya Jakarta layak atau tidaknya

karya yang akan mereka tampilkan. Jadi kami bukan menjual tiket

pertunjukkan, tapi kami hanya membantu seniman-seniman yang ingin

mengapresiasikan karya mereka.


10. Apa harapan PT. Kompas Gramedia dengan adanya program corporate

social responsibility Bentara Budaya Jakarta?

Sebenarnya tidak muluk-muluk harapan dari PT. Kompas Gramedia dengan

adanya Bentara Budaya Jakarta ini. Mungkin yang biasanya terjadi adalah

seniman-seniman yang awalnya bukan siapa-siapa dan sekarang mereka

memiliki nama dalam bidangnya dan dikenal oleh publik. Itu terjadi biasanya

setelah kita memberikan fasilitas dan tempat kepada seniman-seniman

tersebut lalu PT. Kompas Gramedia mempublikasikan karyanya dan sekarang

menjadi seniman-seniman terkenal. Namun kami tidak meminta bayaran atau

feedback dari seniman-seniman tersebut. Paling hanya setelah pameran

biasanya seniman meninggalkan satu karya mereka untuk diberikan kepada

PT. Kompas Gramedia dan kami menyimpannya sebagai apresiasi dari

mereka.

11. Apakah program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta

telah memenuhi keinginan masyarakat dalam bidang seni dan

kebudayaan tradisional?

Secara umum Bentara Budaya Jakarta telah memenuhi kebutuhan masyarakat.

Namun kadang kala apa yang dipentaskan atau ditampilkan oleh Bentara

Budaya Jakarta tidak sesuai dengan apa yang disukai masyarakat. Terkadang

berbenturan dengan apa yang mereka harapkan. Karena kami jarang sekali

mengundang artis-artis untuk mereka mengapresiasikan karya mereka di


Bentara Budaya Jakarta. Namun terkadang hiburan seperti itu yang

diharapkan oleh masyarakat sekitar. Karena kami tetap pada jalur

melestarikan seni dan kebudayaan tradisional.

12. Apakah program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta

sudah sesuai dengan hukum corporate social responsibility yang berlaku

di Negara Indonesia?

Sebenarnya corporate social responsibility yang dimiliki PT. Kompas

Gramedia tidak hanya dari bidang seni dan kebudayaan. PT. Kompas

Gramedia juga memiliki corporate social responsibility dari bidang

kesehatan, pendidikan dan yang sifatnya amal. Kita punya banyak seperti

misalnya dalam segi pendidikan kita berkerjasama dengan Indonesia

Mengajar, Komunitas Seribu Satu Buku. Bentara Budaya Jakarta ini hanya

salah satu corporate social responsibility yang dimiliki oleh perusahaan

dalam bidang seni dan kebudayaan tradisional. Jika ditanya apakah Bentara

Budaya Jakarta sudah sesuai dengan hukum corporate social responsibility

yang berlaku di Negara Indonesia, ya jawabannya sudah karena dalam

perundang-undangan bahwa tanggung jawab sosial oleh perusahaan lebih

menitikberatkan kepada pengembangan komunitas atau community

development. Ya itu tadi Bentara Budaya Jakarta memiliki komunitas yaitu

Bentara Muda. Jika membicarakan undang-undang corporate social

responsibility kami juga kurang mengetahui siapa pengawas dan bagaimana


sistemnya, menurut kami itu belum terlalu jelas. Jadi kami hanya memikirkan

bahwa corporate social responsibility PT. Kompas Gramedia dari bidang seni

dan kebudayaan tradisional ini sudah sesuai dengan hukum. Karena Bentara

Budaya Jakarta juga sudah berjalan sejak tahun 80-an. Jadi menurut kami jika

dikatakan ada hukum yang pasti atau belum, kami saat ini tetap menjalankan

Bentara Budaya Jakarta karena memang sudah berjalan lama dan Bentara

Budaya Jakarta juga baik-baik saja.

13. Apakah program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta

menerapkan nilai etika yang benar kepada masyarakat, hukum dan

perusahaan?

Minimal untuk masalah apresiasi seni kami tidak bisa membatasi seni

seseorang. Seperti misalnya, publik biasanya melihat musisi rock itu

gondrong, narkoba, bertato dan imagenya bisa berbeda-beda dari setiap orang.

Jadi kami tidak membatasi karakteristik seniman, yang kami perhatikan yaitu

karya-karyanya dan apa yang dipentaskan adalah kesenian yang sesuai dengan

budaya kita. Pasti ada norma hukum, adat istiadat, etika dan kesopanan yang

berlaku di masyarakat. Jadi kami sangat mempertimbangkan karya-karya para

seniman dengan menyeleksinya sebelum di pentaskan melalui dewan kurator

yang dimiliki Bentara Budaya Jakarta.

Jakarta, 16 Juni 2014


Internal Communication Manager

ST. Herwinoto
Sembilan Perusahaan Dapat Penghargaan

Kamis, 20 Desember 2012 Jakarta • Megapolitan

TANAH ABANG (Pos Kota)- Dinilai peduli dengan lingkungan sosial,sembilan


perusahaan mendapatkan penghargaan dari Walikota Jakpus Saefullah. Penghargaan
diserahkan dalam rangkaian malam CSR yang dihadiri puluhan perusahaan yang selama
ini beroperasi diwilayah Jakpus.

Perusahaan tersebut ; PT indomarco Kresnatama, PT Sumber Alfaria Trijaya, PT Sahid,


PT Duta Paramindo, PT Pertiwi, PT Jamsostek, Senayan City, PT Gunung Agung, PT
Kompas Gramedia.

Walikota Jakpus Saefullah menjelaskan program CSR (aksi kepedulian social) yang
dilakukan perusahaan tersebut telah memberikan manfaat besar bagi masyarakat Jakpus.

Walikota berharap agar program-program CSR yang sudah ada dilanjutkan bahkan
kalau perlu ditingkatkan lagi intensitas dan dananya. Sebab Jakarta Pusat memiliki
persoalan social yang cukup kompleks seperti adanya wilayah RW kumuh yang
membutuhkan banyak sentuhan program pembangunan.

Handoko, CEO Senayan City berjanji akan melanjutkan program CSR yangsudah ada.
Menurutnya program CSR adalah bagian dari tanggungjawab perusahaan kepada
masyarakat sekitar. “Jadi kalau kami untung, masyarakat juga harus bisa mendapatkan
manfaatnya,” pungkas Handoko. (inung)

Teks : Walikota Jakpus Saefullah memberikan penghargaan kepada perusahaan yang


dinilai peduli kepada masyarakat melalui program CSR. (inung)

Sumber: http://m.poskotanews.com/2012/12/20/sembilan-perusahaan-dapat-
penghargaan/?wpmp_switcher=mobile

You might also like