Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Archimedes adalah seorang filusuf sekaligus seorang matematikawan yang
terkenal pada zamannya. Archimedes sangat terkenal karena pemikiran dan
penemuannya sangat membantu negaranya pada saat itu. Bahkan teorinya banyak
digunakan sebagai dasar ilmu fisika dan matematika hingga saat ini. Kata-kata
khas dari Archimedes adalah Eureka (dalam bahasa Yunani) yang artinya “aku
menemukannya” .
Sebagian sejarahwan matematika memandang Archimedes sebagai salah
satu matematikawan terbesar sejarah. Archimedes adalah ilmuan terbesar sebelum
Newton. Ia adalah ahli matematika Yunani (terutama geometri), ahli fisika
(terutama mekanika , statistika, dan hidrostatika), ahli optika, ahli astronomi,
pengarang , dan penemu. Ia mendapat julukan bapak IPA eksperimental karena
mendasarkan penemuannya pada eksperimen. Kebenaran penemuan-
penemuannya telah ia buktikan dengan eksperimen.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Archimedes dalam Matematika ?
2. Bagaimana Pengaruh Archimedes dalam Matematika ?
3. Bagaimana Filosofi Archimedes dalam Matematika ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Archimedes
Archimedes yang hidup di Yunani pada tahun 287 sampai 212 SM, adalah
seorang matematikawan, fisikawan, astronom sekaligus filusuf. Archimedes
dilahirkan di kota pelabuhan bernama Syracuse, kota ini sekarang dikenal sebagai
Sisilia.1
Keluarganya adalah kelas aristrokrat. Ayahnya, seorang astronom yang
bernama Pheidias yang mempunyai hubungan dengan Raja Heiro II yang
berkuasa di Syreceus pada masa itu. Tak heran jika Archimedes berteman baik
dengan Gelon, putra sang Raja. Kelak dua sahabat ini menjadi matematikawan
andalan raja.
Semasa muda, Archimedes menuntut ilmu di Alexandria Mesir. Pada saat
itu dia menjalin persahabatan dengan dua Matematikawan, Conon dan
Eratosthenes. Conon adalah matematikawan yang sangat dihormati Archimedes.
Sementara Eratosthenes adalah matematikawan sekaligus astronom yang suka
bersolek. Archimedes kerap berbagi pemikiran dan berdiskusi dengan mereka.
Conon kemudian meninggal dunia dan surat-menyurat dengan Archimedes
digantikan oleh Dositheus, murid Conon. Versi lain menyebutkan bahawa
Archimedes berguru pada murid Euclid. Archimedes dapat disebut sebagai
matematikawan sekaligus fisikawan pertama yang menemukan “mesin perang”,
alat-alat mekanis serta pompa air untuk mengangkat air Sungai Nil guna mengairi
tanah-tanah diseluruh negeri.
1
Paul Strathern, Archimedes dan Titik Tumpu, (Jakarta: Erlangga, 2004), hal. 8.
2
B. Filosofi Archimedes
Nama Archimedes menjadi terkenal setelah ia melompat dari bak
mandinya dan berlari-lari telanjang setelah menemukan cara untuk membuktikan
bahwa mahkota raja tidak terbuat dari emas murni. Ucapannya "Eureka (aku
menemukannya)". menjadi terkenal sampai saat ini. Kisah itu diawali oleh sikap
seorang tukang emas yang tidak jujur karena mencampurkan perak ke dalam
mahkota pesanan Hiero. Sang raja pun curiga dan menyuruh Archimedes
memcahkan masalah tersebut atau melakukan pengujian tanpa merusak mahkota.
Rupanya selama mandi, dia memikirkan masalah itu. Nasib si tukang emas sendiri
tidak diketahui lagi. Saat itu, dia menemukan bahwa hilangnya berat tubuh sama
dengan berat air yang dipindahkan. Dia meloncat dari tempat mandi dan berlari
telanjang di jalanan Syracues sambil berteriak, “Eureka! Eureka!”. 2
Raja Hiero II kala itu terikat perjanjian dengan bangsa Romawi. Syracuse
harus mengirimkan gandum dalam jumlah yang besar pada bangsa Romawi, agar
mereka tidak diserang. Hingga pada suatu ketika Hiero II tidak mampu lagi
mengirim gandum dalam jumlah yang ditentukan. Karena itu Archimedes
ditugaskan merancang dan membuat kapal jenis baru untuk memperkuat angkatan
laut raja Hiero II.
Pada masa itu, kapal yang dibuat oleh Archimedes adalah kapal yang
terbesar. Untuk dapat mengambang, kapal ini harus dikeringkan dahulu dari air
yang menggenangi dek kapal. Karena besarnya kapal ini, jumlah air yang harus
dipindahkan pun amat banyak. Karena itu Archimedes menciptakan sebuah alat
yang disebut "Sekrup Archimedes". Dengan ini air dapat dengan mudah disedot
dari dek kapal. Ukuran kapal yang besar ini juga menimbulkan masalah lain.
Massa kapal yang berat, menyebabkan ia sulit untuk dipindahkan. Untuk
mengatasi hal ini, Archimedes kembali menciptakan sistem katrol yang disebut
"Compound Pulley". Dengan sistem ini, kapal tersebut beserta awak kapal dan
muatannya dapat dipindahkan hanya dengan menarik seutas tali. Kapal ini
2
Alan Hirsfeld, Eureka Man The Life and Legacy of Archimedes , ( New York: Walker, 2009),
hal. 4.
3
kemudian diberi nama Syracusia, dan menjadi kapal paling fenomenal pada
zaman itu.
Selama perang dengan bangsa Romawi, yang dikenal dengan perang
“punik kedua”, Archimedes kembali berjasa besar. Archimedes mendesain
sejumlah alat pertahanan untuk mencegah pasukan Romawi di bawah pimpinan
Marcus Claudius Marcellus, merebut Syracuse. Saat armada Romawi yang terdiri
dari 120 kapal mulai tampak di cakrawala Syracuse. Archimedes berfikir keras
untuk mencegah musuh merapat di pantai. Archimedes kemudian mencoba
membakar kapal-kapal Romawi ini dengan menggunakan sejumlah cermin yang
disusun dari perisai-perisai prajurit Syracuse. Archimedes berencana untuk
membakar kapal-kapal musuh dengan memusatkan sinar Matahari. Namun
rencana ini tampaknya kurang berhasil. Hal ini disebabkan untuk memperoleh
jumlah panas yang cukup untuk membakar sebuah kapal, kapal tersebut haruslah
diam. Walaupun hasilnya kurang memuaskan, dengan alat ini Archimedes
berhasil menyilaukan pasukan Romawi hingga mereka kesulitan untuk memanah.
Panas yang ditimbulkan dengan alat ini juga berhasil membuat musuh kegerahan,
hingga mereka lelah sebelum berhadapan dengan pasukan Syrcuse. Saat musuh
mulai mengepung pantai Syracuse, Archimedes kembali memutar otak.
Tujuannya kali ini adalah mencari cara untuk menenggelamkan kapal-kapal
Romawi ini. Archimedes kemudian menciptakan alat yang disebut cakar
Archimedes. Alat ini bentuknya mirip derek pada masa kini. Setelah alat ini
secara diam-diam dikaitkan ke badan kapal musuh, derek ini kemudian ditarik.
Akibatnya kapal musuh akan oleng, atau bahkan robek dan tenggelam.
Selain kedua alat ini Archimedes juga mengembangkan ketapel dan balista
untuk melawan pasukan Romawi. Namun sayangnya walaupun didukung
berbagai penemuan Archimedes, Syracuse masih kalah kuat dibandingkan
pasukan Romawi.
Archimedes pun akhirnya terbunuh oleh pasukan Romawi pada tahun 212
SM. Saat tewas Archimedes sedang mengerjakan persoalan geometri dengan
menggambarkan lingkaran-lingkaran di atas tanah.Sebelum dihabisi, Archimedes
4
sempat meminta waktu kepada tentara Roma tersebut untuk menyelesaikan
hitung-hitungannya terlebih dahulu.
3
Edwin J. Purcell, Kalkulis dan Geometri Analitis edisi ke-5, ( Jakarta : Erlangga, 1998), hal.311.
4
Chris Rorres, In The 21 st Century, ( Usa : Birkhauser, 2009), hal.146.
5
Archimedes membuktikan bahwa luas lingkaran memang persis sama
dengan setengah keliling kali jari-jarinya, dengan metode pembuktian tidak
langsung, sebagai berikut.
Andaikan luas lingkaran (= L) lebih besar daripada ½ × keliling × jari-jari
(= T). Pilih bilangan asli n cukup besar sedemikian sehingga
T < luas segi-2n beraturan < L.
Misal AB adalah panjang sisi segi-2n beraturan tersebut. Pada segitiga OAB, ruas
garis ON tegak lurus terhadap AB. Di sini, |ON| lebih kecil daripada jari-jari (lihat
gambar di bawah).
6
lingkaran sebanding dengan kuadrat dari diameternya, kita mempunyai
𝐿 (2𝑟)
=
𝐾/4 𝑖
Akibatnya, kita peroleh L = Kr2.
Nilai K sama dengan keliling lingkaran berdiameter 1. Menggunakan
lambang bilangan yang diperkenalkan oleh William Jones, bilangan K tak lain
adalah bilangan 𝜋 yang nilainya kira-kira sama dengan 3,14.
Archimedes pun penasaran ingin mengetahui berapa nilai 𝜋 yang
merupakan perbandingan keliling lingkaran dan diameternya. Dengan
menggunakan segi-96 beraturan “yang memuat lingkaran”, Archimedes
memperoleh taksiran
22
𝜋< .
7
𝑟
√3
3
7
Selanjutnya, dengan membagi dua sudut pada puncak segitiga dalam segi-
enam beraturan, Archimedes menaksir keliling lingkaran dengan keliling segi-12
beraturan yang memuat lingkaran. Dengan menggunakan kesebangunan dua
segitiga dan perhitungan perbandingan panjang sisi-sisi segitiga yang terlibat
dengan teliti (lihat gambar), Archimedes mendapatkan taksiran yang lebih halus,
yaitu
𝜋 < 12 × 153/571 = 1.836/571.
Ia kemudian membagi dua lagi sudut pada puncak segi-12 beraturan untuk
memperoleh segi-24 beraturan dan, dengan perhitungan yang lebih rumit, ia pun
mendapatkan taksiran berikutnya, yaitu
𝜋 < 24 × 153/1.162,125.
Perhatikan betapa Archimedes tidak ingin mengabaikan nilai 0,125 yang sama
dengan 1/8 itu dalam perhitungannya, guna mendapatkan taksiran yang teliti
untuk 𝜋.
Langkah yang serupa dilakukan lagi dan lagi oleh Archimedes, sehingga ia
memperoleh taksiran untuk 𝜋𝜋 melalui segi-48 beraturan, yaitu
𝜋 < 48 × 153/2.334,25,
dan akhirnya melalui segi-96 beraturan,
𝜋 < 96 × 153/4.673,5 = 22/7.
Eureka !
Apakah Archimedes berhenti sampai di sini? Tidak, ia masih melanjutkan
8
menaksir nilai 𝜋 “dari sebelah kiri”, dengan menggunakan segi-96 beraturan “di
dalam lingkaran”. Dalam hal ini, ia memperoleh taksiran 𝜋𝜋 > 223/71. Dengan
hasil ini, Archimedes menyimpulkan bahwa
223/71 < 𝜋 < 22/7.
Bila kita kemudian menganggap 𝜋 ≈ 22/7, maka kesalahan perhitungan
dalam penaksiran ini takkan lebih daripada 22/7 – 223/71 ≈ 0,002. Archimedes
menuliskan hitung-hitungan di atas dalam papernya yang berjudul “Pengukuran
pada Lingkaran”
Karya Archimedes inilah yang kemudian menginspirasi banyak mate-
matikawan generasi berikutnya untuk menaksir nilai bilangan 𝜋 dengan ketelitian
yang lebih tinggi.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Archimedes terkenal
karena kontribusinya dalam dunia matematika, khususnya geometri. Dia diakui
sebagai salah satu matematikawan hebat yang pernah hidup.Archimedes juga
dikenal sebagai fisikawan, astronom, insinyur, penemu dan perancang senjata.
10
DAFTAR PUSTAKA
Strathern, Paul. Archimedes dan Titik Tumpu, Jakarta: Erlangga, 2004.
Hirsfel , Alan. Eureka Man The Life and Legacy of Archimedes, New York:
Walker, 2009.
Purcell, Edwin J. Kalkulis dan Geometri Analitis edisi ke-5, Jakarta : Erlangga,
1998.
11