You are on page 1of 149

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR

EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR SAFETY SECURITY


MANAGEMENT SYSTEM (CSSMS) PADA TAHAP WORK IN PROGRESS
SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELEKAAN KERJA DI PT
TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA

Oleh :

HERFANDO MAULANA ALHAFIZH 151411713007

PROGRAM STUDI
D-III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ii

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

iii

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

iv

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunianya sehingga dapat terselesaikannya tugas akhir dengan judul
“EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR SAFETY SECURITY SECURITY
MANAGEMENT SYSTEM (CSSMS) PADA TAHAP WORK IN PROGRESS
SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELEKAAN KERJA DI PT
TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA” sebagai salah satu persyaratan
akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah pada program Diploma III Program
Studi Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.
Dalam tugas akhir ini dijabarkan tentang penerapan tahap prakualifikasi
CSMS sebagai upaya pencegahan kecelakaan, sehingga dapat digunakan sebagai
bahan masukan instansi terkait dan tambahan pengetahuan bagi peneliti serta
masyarakat umum. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi – tingginya kepada Erwin Dyah Nawawinetu, dr.,
M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan,
koreksi serta saran hingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
Terima kasih serta penghargaan penulis sampaikan pula kepada yang
terhormat :
1. Prof. Dr. H. Widi Hidayat, S.E., Ak., CMA., CA. selaku Dekan Fakultas
Vokasi Universitas Airlangga.
2. Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga.
3. Eny Inayati, drg., M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga.
4. Erwin Dyah Nawawinetu, dr., M.Kes, selaku Koordinator Program Pendidikan
Diploma III Program Studi Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
5. Ibu Titis dan mbak yuni, selaku admin Program Studi Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yang
telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan bantuan hingga saya
menyelesaikan Tugas Akhir ini
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga maupun Dosen diluar FKM yang
telah membimbing dan memotivasi penulis selama melaksanakan pendidikan
perkuliahan.
7. Bapak dan Ibu penjaga Ruang Baca Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga, yang telah membantu memberikan pinjaman buku

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

referensi dan memberikan tempat yang nyaman untuk pengerjaan Tugas Akhir
ini.
8. Kedua Orang tuaku Bapak Heru Guritno dan Ibu Eny Qoedsiah, adikku
tersayang Jihan Hasna Aqillah serta keluarga besar dari Ponorogo dan Pacitan
yang selalu mendoakan, memenuhi kebutuhan saya dan menemani, serta
menyemangati saya dalam suka dan duka.
9. Bapak Bondan Winarno selaku Assitant Manager HSSE di PT Terminal
Petikemas Surabaya yang telah berkenan menjadi narasumber dan memberikan
bimbingan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
10. Untuk Bapak Didid W. Nugroho selaku Spervisor HSE, staff HSE lainnya dan
seluruh staff PT Terminal Petikemas Surabaya yang telah memberikan
kesempatan saya untuk mengambil data dan menerima saya dengan sangat
baik.
11. Teruntuk Nazia Retno Nayenggita, Alan Dwi Kusumo, Raihan Ibrahim, dan
Amira Anandhita yang selalu menyemangati dan mengingatkan saya untuk
segera menyelesaikan tugas akhir ini.
12. Keluarga besar Hiperkes 2014 sebagai wadah curahan hati dan pembelajaran
hidup bagi penulis.
13. Kakak angkatan Hiperkes 2011 yang telah membantu saya memberikan
rekomendasi buku – buku dan membantu memperdalam materi Tugas Akhir
saya.
Penulis menyadari Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Karena
keterbatasan yang penulis miliki, maka diharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk menyempurnakan Tugas akhir ini.

Surabaya, 12 Juli 2017

Penulis

vi

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT
Port service corporation is a company that mainly involves numbers of
contractors in its production activities. On that ground, they need a management
system to manage contractors which called Contractor Safety Management
System (CSSMS). Ineffective company management is one of root causes of work
accidents. One of the stages in work in progress in CSSMS is one of the means to
prevent contrators work accidents.
This study was an observational descriptive which using purposive
sampling method towards two contractors at PT Terminal Petikemas Surabaya
(PT TPS). The data was collected using checklist technique to observe and
interview the HSE. After that, the data was analyzed descriptively and described
in narrative form.
The result of the study showed the application of CSSMS in work in
progress stage has been relevant with PT Terminal Petikemas Surabaya (PT TPS)
CSSMS guideline which refers to Dubai Port World. The implementation of work
in progress reduces or decrease the rate of work accidents in PT Terminal
Petikemas Surabaya within 6 months after the enactment of CSSMS.
For improvement, PT Petikemas Surabaya needs to provide feedback
about the failure factors towards the contractors who do not manage to pass the
work in progress stage and recommendations about the improvement on the
contractor company.

Keywords: CSSMS, work in progress phrase, work accidents

vii

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRAK
Perusahaan jasa pelabuhan merupakan perusahaan yang banyak
melibatkan kontraktor dalam kegiatan produksinya, sehingga perlu adanya sistem
manajemen untuk mengelola kontraktor yang dikenal dengan Contractor Safety
Management System (CSSMS). Manajemen perusahaan yang lemah merupakan
akar penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Salah satu tahap work in progress
dalam CSSMS merupakan upaya pencegahan kecelakaan kerja kontraktor.
Penelitian ini merupakan penelitian jenis observasional. Sampel penelitian
ini diambil secara purposive sampling terhadap dua kontraktor pada PT Terminal
Petikemas Surabaya (TPS). Pengambilan data menggunakan checklist untuk
observasi dan wawancara dengan pihak HSE. Data dianalisis secara deskriptif dan
dijelaskan dalam bentuk narasi.
Hasil penelitian menunjukkan penerapan CSSMS tahap work in progress
telah sesuai dengan pedoman CSSMS PT Terminal Petikemas Surabaya (PT TPS)
yang mengacu pedoman Dubai Port World. Penerapan work in progress tersebut
menurunkan atau mengurangi terjadinya kasus kecelakaan kerja di PT Terminal
Petikemas Surabaya dalam kurun waktu 6 bulan setelah diberlakukannya CSSMS.
Sebaiknya pihak PT Terminal Petikemas Surabaya juga memberikan
umpan balik pada pihak kontraktor yang tidak lulus tahap Work In Progress
mengenai penyebab ketidaklulusan dan rekomendasi untuk perbaikan pada
perusahaan kontraktor tersebut.

Kata kunci: CSSMS, tahap work in progress, kecelakaan kerja

viii

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................iii
SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS ...................................iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................v
ABSTRACT ........................................................................................................vi
ABSTRAK ..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xv
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ...........................................xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................2
1.2 Identifikasi Masalah ..............................................................................4
1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah ......................................................5
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................6
1.4.1 Tujuan Umum ...........................................................................6
1.4.2 Tujuan Khusus ..........................................................................6
1.4.3 Manfaat Penelitian ....................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................8
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja........................................................8
2.2 Kecelakaan Kerja .................................................................................9
2.2.1 Definisi Kecelakaan Kerja ........................................................9
2.2.2 Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja ...................................12
2.2.3 Teori Penyebab Kecelakaan ......................................................13

ix

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.2.3.1 Teori Domino .............................................................13


2.2.3.2 Teori ILCI ...................................................................16
2.2.3.3 Swiis Cheese Model ....................................................18
2.2.4 Potensi Bahaya .........................................................................19
2.2.5 Klasifikasi Kecelakaan Kerja ....................................................20
2.2.6 Ratio Kecelakaan Kerja.............................................................24
2.2.7 Pencegahan Kecelakaan Kerja ..................................................25
2.3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........................28
2.4 Kontraktor .............................................................................................29
2.5 CSSMS (Contractor Safety Management System) ................................32
2.5.1 Definisi CSSMS (Contractor Safety Management System).......32
2.5.2 Tujuan dan Manfaat Contractor Safety Management System ...34
2.5.2.1 Tujuan Contractor Safety Management System ..........34
2.5.2.2 Manfaat Contractor Safety Management System ........34
2.5.3 Dasar Hukum Pelaksanaan CSSMS ..........................................35
2.5.4.1 PP No. 50 Tahun 2012 ................................................35
2.5.4 Tahapan Contractor Safety Management System (CSSMS) ......36
2.5.5 Work In Progress ......................................................................38
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL .............................................................41
BAB IV METODE PENELITIAN......................................................................43
4.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian ..................................................43
4.2 Objek Penelitian ....................................................................................43
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................44
4.4 Variabel, Definisi Operasional dan Cara Pengukuran ..........................44
4.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ............................................52
4.5.1. Data Primer ...............................................................................52
4.5.2 Data Sekunder ...........................................................................52
4.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................................53
BAB V HASIL PENELITIAN ..........................................................................54

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.1 PT Terminal Petikemas Surabaya .........................................................54


5.1.1 Gambaran Umum PT Terminal Petikemas Surabaya ...............54
5.1.2 Visi dan Misi .............................................................................56
5.1.2.1 Visi PT Terminal Petikemas Surabaya .......................56
5.1.2.2 MisiPT Terminal Petikemas Surabaya........................57
5.1.2.3 Kebijakan PT Terminal Petikemas Surabaya .............57
5.1.2.4 Struktur Organisasi .....................................................58
5.2 Implementasi CSSMS PT Terminal Petikemas Surabaya ....................59
5.3 Evaluasi Penerapan Contractor Securtiy Safety Management System .61
5.3.1 Kepemimpinan dan Komitmen Manajemen Tertinggi .............62
5.3.2 Kebijakan dan Sasaran Strategis ...............................................65
5.3.3 Organisasi, Tanggungjawab, Sumber-Sumber, Standar-Standar,
dan Dokumentasi .......................................................................67
5.3.4 Bahaya Dan Manajemen Efek ...................................................72
5.3.5 Perencanaan dan Prosedur.........................................................76
5.3.6 Penerapan dan Pemantauan Kinerja ..........................................78
5.3.7 Audit dan Tinjauan....................................................................81
5.3.8 Tanggap Darurat........................................................................83
5.3.9 Manajemen HSSE dan Fitur-fitur tambahan .............................84
5.4 Hasil Penerapan Tahap Evaluasi Akhir CSSMS sebagai Upaya
Pencegahan Kecelakaan Kerja di TPS ..................................................85

BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................94


6.1 Penerapan Tahap Work In Progress .....................................................94
6.1.1 Pemenuhan kategori Kepemimpinan dan komitmen ...................96
6.1.2. Kebijakan dan Sasaran Strategis .................................................98
6.1.3. Organisasi, Sumber-Sumber bahaya dan Standar-Standar .........100
6.1.4. Bahaya dan manajemen efek .....................................................103
6.1.5 Perencanaan dan Prosedur.........................................................106
6.1.6 Penerapan dan pemantauan kinerja ...........................................108
6.1.7 Audit dan Tinjauan....................................................................110

xi

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6.1.8 Prosedur tanggap darurat...........................................................112


6.1.9 Manajemen HSSE dan Fitur Tambahan ....................................115
6.2 Hasil Penerapan Tahap Work In Progress CSSMS sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja ............................................................. .118
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................121
7.1 Kesimpulan .....................................................................................121
7.2 Saran .....................................................................................122
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................123
LAMPIRAN .....................................................................................124

xii

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
5.1 Hasil Tingkat Pemenuhan Work In Progress (pekerjaan sedang berlangsung)
PT A & PT B 86
5.2 Perhitungan Jumlah jam kerja sebulan PT A dan PT B 89
5.3 Tabel Frequency Rate dan Severity Rate PT A dan PT B 89

xiii

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
2.1 Teori Domino 15
2.2 Swiss Cheese Model 18
2.3 Tahapan Contractor Safety Management System 36
5.1 PT Terminal Petikemas Surabaya 54
5.2 Struktur Organisasi PT Terminal Petikemas Surabaya 58
5.3 Hasil Penilaian dari Kepemimpinan dan Komitmen Manajemen Tertinggi
64
5.4 Hasil Presentase dari Kebijakan dan Sasaran Strategis 67
5.5 Organisasi, Tanggungjawab, Sumber-Sumber, Standar-Standar, dan
Dokumentasi 72
5.6 Hasil Penilaian dari Bahaya Dan Manajemen Efek 75
5.7 Hasil Penilaian dari Perencanaan dan Prosedur 78
5.8 Hasil Penilaian dari Penerapan dan Pemantauan Kinerja 80
5.9 Hasil Penilaian dari Audit dan Tinjauan 83
5.10 Hasil Penilaian dari Prosedur Tanggap Darurat 84
5.11 Hasil Penilaian dari Manajemen HSSE dan Fitu-fitur tambahan 85
5.12 Persentase Pemenuhan Work In Progress (pekerjaan sedang berlangsung)
PT A dan PT B 87
5.13 Diagram Frequency Rate PT A dan PT B 90
5.14 Diagram Severity Rate PT A dan PT B 90

xiv

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran
1 Hasil Penilaian terhadap kontraktor PT A & PT B di PT Terminal
PetikemasSurabaya
2 Surat penerimaan pengambilan data
3 Kriteria Pekerjaan
4 Checklist Pelaksanaan Work in progress di PT TPS

xv

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Arti Lambang

& : Dan

/ : Atau

- : Tanda penghubung

≥ : Lebih dari sama dengan

% : Persen

± : Kurang lebih

Daftar Singkatan
API : American Petroleum Institute
BP Migas : Badan Pelaksana Minyak dan Gas
CCP : Compression and Processing Platform
CSSMS : Contractor Safety Security Management System
H : High
KKKS : Kontraktor Kontrak Kerja Sama
KKS : Kontrak Kerja Sama
L : Low
M : Medium
PT A : Perusahaan kontraktor bergerak bidang perawatan dermaga
PT B : Perusahaan kontraktor bergerak bidang perawatan dermaga

xvi

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam industri bidang jasa pelabuhan

merupakan permasalahan yang banyak mendapatkan perhatian berbagai organisasi

saat ini. Berbagai segi permasalahan yang dapat timbul dari K3, seperti

kemanusiaan, biaya, manfaat ekonomi, segi hukum, dan akibat

pertanggungjawaban, serta citra organisasi itu sendiri (Asnudin, 2007).

Kecelakaan Kerja adalah kejadian yang tidak diharapkan dan tidak diinginkan,

serta dapat menimbulkan korban jiwa, kerugian bagi tenaga kerja, serta gangguan

produksi bagi perusahaan. Bagi perusahaan terdapat macam 2 kerugian yaitu

kerugian materi dan kerugian bukan materi. Kerugian materi yaitu pengeluaran

biaya untuk pengobatan dan kompensasi kecelakaan, sedangkan kerugian bukan

materi yaitu kerusakan alat produksi, penghentian alat produksi, penataan

manajemen keselamatan yang lebih baik dan hilangnya waktu bekerja (Suma’mur,

2009).

Kecelakaan kerja tidak terjadi begitu saja namun dipengaruhi oleh beberapa

faktor termasuk manusia atau unsafe action, mesin, bahan baku dan lingkungan

atau dengan kata lain keadaan-keadaan diluar manusia yang tidak aman disebut

unsafe conditions (Ramli, 2010). Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

menimbulkan kerugian yang tentu saja menjadi masalah besar bagi perusahaan

karena kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi namun dapat

menimbulkan korban jiwa (Helliyanti, 2009).

Salah satu isu penting dalam keselamatan operasi di sektor industri adalah

bekerja dengan kontraktor (Ramli,2010). BPJS Ketenagakerjaan mencatat pada

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2

tahun 2013 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja per

hari, sedangkan pada tahun 2012 hanya 98.711 kasus kecelakaan kerja, tahun

2009 terdapat 96.314 kasus, tahun 2008 terdapat 94.736 kasus, dan tahun 2007

terdapat 83.714 kasus (BPJS Ketenagakerjaan, 2014).

Kecelakaan kerja yang terjadi seringkali menjadi perhatian utama bagi

perusahaan, baik karena risiko yang ada pada suatu proses produksi maupun yang

tidak dari proses produksi. Dalam hal ini kontraktor sangatlah rawan terhadap

kecelakaan kerja, karena kontraktor merupakan pekerja kasar dan berpendidikan

lebih rendah dari pada karyawan tetap dari suatu perusahaan tersebut. Selain itu

pemahaman kontraktor tentang peraturan K3 perusahaan rendah, dan kontraktor

sering terlibat langsung dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga lebih banyak

terpapar bahaya.

Industri bidang jasa pelabuhan memiliki tingkat risiko yang berbahaya mulai

dari proses bongkar muat barang, peletakan petikemas diatas kapal, melakukan

penumpukan petikemas hingga penyimpanan petikemas. Terminal petikemas

merupakan fasilitas pendukung pelabuhan yang bergerak dalam hal bongkar muat

barang. Pengangkutan dengan menggunakan petikemas memungkinkan barang-

barang ke dalam petikemas sehingga aktivitas bongkar muat dapat di

mekanismekan. Hal ini dapat meningkatkan jumlah muatan yang bisa ditangani

sehingga waktu bongkar muat menjadi lebih cepat. Petikemas (containerization)

telah menjadi salah satu pilihan utama dalam pengiriman kargo dalam

perdagangan dunia. Batas-batas menunjukkan bahwa lebih dari 90% barang

Internasional diangkut melalui laut dengan pelabuhan sebagai transfer

interfacenya (Adpel Tg. Perak, 2010).

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3

Kegiatan di terminal petikemas tidak tanpa risiko. Risiko yang terdapat dalam

kegiatan bongkar muat antara lain tenggelam, tertimbang, dan tertabrak. Ketiga

hal tersebut dapat ditimbulkan dari sarana peralatan alat transportasi petikemas

ataupun sarana fasilitas terminal. Sarana untuk alat transportasi petikemas berupa

dermaga bongkar muat, container yard, dan area bongkar muat sedangkan sarana

atau fasilitas terminal berupa alat bongkar muat petikemas atau alat berat seperti

crane, top loader, trailer (Ginanjar, dkk, 2007).

Menurut data Maritime Department of Hongkong disebutkan bahwa kejadian

kecelakaan kerja terkait dengan cargo handling atau bongkar muat petikemas di

Hongkong masih tinggi dan lainnya cenderung meningkat melihat laporan kasus

kecelakaan kerja dari tahun 2010 hingga 2013. Pada tahun 2010 tercatat bahwa

terdapat adanya 167 kasus kecelakaan kerja terkait bongkar muat petikemas. Pada

tahun berikutnya yaitu tahun 2011 tercatat adanya 215 kasus kecelakaan kerja

terkait bongkar muat petikemas yang menandakan trennya cukup naik tajam. Pada

tahun 2012 terjadi penurunan kasus kecelakaan kerja terkait bongkar muat

petikemas yaitu sejumlah 126 kasus, dan tahun 2013 kasus kecelakaan kerja

mengalami peningkatan kembali yaitu sejumlah 145 kasus.

Kasus kecelakaan pelabuhan di Indonesia terjadi pada tahun 1995-2010.

Beberapa kecelakaan tersebut terjadi di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Kecelakaan tersebut mengakibatkan kebakaran 7,56 %, tenggelam 16,85 %,

tubrukan/ senggolan kapal 37,15 %, kandas 7,34 %, muatan rusak/ jatuh ke laut

4,97 %, Anak Buah Kapal jatuh ke laut 6,05 %, mesin rusak 12,74 %, kapal

hanyut 0,86 %, jangkar terputus 1,08 %, tidak terdata 2,59 %, dan lain-lain 2,81 %

(Adpel Tg. Perak, 2010).

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh industri jasa pelabuhan

tersebut, maka perlu adanya penerapan sistem manajemen K3 kontraktor melalui

program Contractor Safety Security Management System (CSSMS). PT Terminal

Petikemas Surabaya (TPS) merupakan perusahaan bidang jasa pelabuhan pada

terminal petikemas yang telah menerapkan CSSMS. CSSMS merupakan sistem

pengelolaan kontraktor dalam aspek keselamatan, kesehatan kerja dan lindungan

lingkungan. Dalam CSSMS terdapat 6 tahapan, antara lain : penilaian risiko,

prakualifikasi, seleksi, kegiatan pra pekerjaan, pekerjaan berlangsung dan evaluasi

akhir. Pada tahap work in progress ini merupakan tahapan untuk mengevaluasi

kinerja HSE (K3) kontraktor sebelum kontrak berakhir dan sebagai pertimbangan

untuk tender pengadaan jasa berikutnya. Oleh karena itu, perlu penerapan tahap

work in progress yang baik untuk bisa mendapatkan kontraktor yang potensial

yang bekerja secara aman pada tender pengadaan jasa berikutnya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan data kasus di atas, PT Terminal Petikemas Surabaya merupakan

perusahaan yang bergerak jasa pelabuhan dan bongkar petikemas perusahaan jasa

pelabuhan berskala nasional dan internasional, sehingga memiliki potensi bahaya

yang tinggi dengan banyak mempekerjakan kontraktor dalam proses produksinya.

Banyaknya kasus-kasus kecelakaan kerja yang ternyata lebih banyak dialami oleh

pihak kontraktor atau subkontraktor, daripada pekerja tetap perusahaan.

Hal tersebut membuat PT Terminal Petikemas Surabaya menerapkan sebuah

sistem manajemen pengelolaan kontraktor untuk mencegah terjadinya kecelakaan

kerja di lingkungan kerja PT Terminal Petikemas Surabaya. Sistem manajemen

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5

tersebut haruslah mencakup perencanaan, implementasi hingga pemantauan atau

work in progress pekerjaan kontraktor. Dan dalam pelaksanaan CSSMS

(Contractor Safety Security Management System) di PT Terminal Petikemas

Surabaya sudah berjalan 1 tahun.

Dalam Contractor Safety Security Management System (CSSMS) yang terdiri

enam tahapan, antara lain: penilaian risiko, prakualifikasi, seleksi, kegiatan pra

pekerjaan, pekerjaan berlangsung dan evaluasi akhir. Pada tahap work in progress

ini perusahaan menyaring kontraktor yang akan menjadi rekan kerjanya. Tahap

work in progress ini harus dilakukan dengan baik dan benar agar permasalahan

terhadap banyaknya kecelakaan kerja yang dialami kontraktor dapat dicegah atau

dikurangi, sehingga PT Terminal Petikemas Surabaya mendapatkan kontraktor

potensial yang bekerja secara aman.

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, penelitian hanya membahas pada tahap work in

progress untuk menjamin bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan

rencana K3LL yang telah disepakati di PT Terminal Petikemas Surabaya. Dengan

menyadari pentingnya perusahaan menganali mitra kerjanya, maka penelitian

akan dibatasi pada “Bagaimana penerapan Contractor Safety Security

Management System (CSSMS) pada tahap work in progress sebagai upaya

pencegahan kecelakaan kerja di PT Terminal Petikemas Surabaya ?”.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengevaluasi penerapan

Contractor Safety Security Management System (CSSMS) tahap work in

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6

progress sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja di PT Terminal

Petikemas Surabaya.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan penerapan tahap work in progress terkait

pelaksanaan Contractor Safety Security Management System (CSSMS)

terhadap kontraktor di PT Terminal Petikemas Surabaya.

2. Mengidentifikasi angka kecelakaan kerja sebelum dan sesudah

diterapkannya Contractor Safety Security Management System

(CSSMS) di PT Terminal Petikemas Surabaya.

1.4.3 ManfaatPenelitian

1. Bagi instansi

Digunakan sebagai bahan masukan atau pertimbangan untuk

meningkatkan mutu kualitas perusahaan dan evaluasi penerapan

Contractor Safety Security Management System (CSSMS).

2. Bagi peneliti

Memberikan pengetahuan dan pengalaman mengenai penerapan

Contractor Safety Security Management System (CSSMS).

3. Bagi peneliti lain

Menambah pengetahuan mengenai Contractor Safety Security

Management System (CSSMS), serta sebagai acuan dalam

mengembangkan penelitian lebih lanjut.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja, menyatakan bahwa:

“Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk


menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja”

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah salah satu upaya

pelindungan terhadap tenaga kerja dan orang lain ditempat kerja atau

perusahaan dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja agar selalu

dalam keadaan selamat dan sehat sehingga setiap produksi digunakan

secara aman dan efisien (Ramli, 2010).

Menurut Mangkunegara (2001), tujuan keselamatan dan kesehatan

kerja adalah sebagai berikut:

1. Setiap tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan

kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

2. Perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya mungkin.

3. Memelihara keamanan semua hasil produksi.

4. Menjamin pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi tenaga kerja.

5. Meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

6. Untuk menghindari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

lingkungan atau kondisi kerja.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8

7. Untuk melindungi tenaga kerja dan memberi rasa aman pada saat

bekerja.

2.2 Kecelakaan Kerja

2.1.1 Definisi

Kecelakaan kerja menurut (Tarwaka, 2008) kecelakaan kerja adalah

suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan seringkali tidak terduga

semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau

properti maupun konvensi yang terjadi di dalam proses kerja industri atau

yang berkaitan dengannya. Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka

dalam sekejap mata, dan setiap kejadian menurut Bennet NBS (1995)

terdapat empat faktor bergerak dengan suatu kesatuan berantai, yakni

lingkungan, bahaya, peralatan dan manusia (Santoso, 2004).

Kecelakaan menurut (Suma'mur, 2009) Kecelakaan kerja dapat

didefinisikan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga yang

dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Kecelakaan

kerja adalah segala hal yang dapat menimbulkan berbagai macam

kerugian, seperti kerusakan alat produksi, bahan produksi, pemberian

kompensasi kepada pekerja yang mengalami cedera, trauma, atau

meninggal selama proses produksi serta semua kerugian serta ekonomis

yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung yang menjadi beban

pengusaha maupun kerja itu sendiri (Astuti, 2003).

Secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan yaitu :

1. Kecelakaan industri yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja

karena adanya sumber bahaya dan perilaku bahaya di tempat kerja.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9

2. Kecelakaan dalam perjalanan yaitu kecelakaan yang terjadi di luar

tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja.

Menurut Jamsostek, dalam terminologi yang digunakan di Indonesia,

kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi dalam hubungan

kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja tersebut.

Kecelakaan berikut termasuk jika tenaga kerja mengalami kecelakaan

dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja atau pulang

ke rumah dari tempat kerja melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui yang

bersangkutan. Bahkan di Indonesia, bila pernah bekerja meninggal

mendadak di tempat kerja juga dianggap sebagai kecelakaan kerja.

Misalnya tenaga kerja yang sedang bekerja di tempatnya bekerja tiba-tiba

meninggal dunia. Ini tanpa melihat penyebab dari penyakit yang diderita,

atau tenaga kerja mendapat serangan penyakit di tempat kerja, kemudian

langsung dibawa ke dokter/unit pelayanan kesehatan atau rumah sakit,

dimana tidak lebih dari 24 jam kemudian meninggal dunia (BPJS

Ketenagakerjaan, 2014).

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan

dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat

berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada

waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat 2

permasalahan penting, yaitu (Anizar, 2009) :

1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, atau

2. Kecelakaan terjadi pada saat kerjaan sedang dilakukan.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10

Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya,

sehingga juga meliputi kecelakaan-kecelakaan tenaga terjadi pada saat

perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. Kecelakaan di rumah

atau rekreasi atau cuti, dan lain-lain adalah diluar makna kecelakaan

akibat kerja, sekalipun pencegahannya sering dimasukkan program

keselamatan perusahaan. Kecelakaan-kecelakaan demikian termasuk

kepada kecelakaan umum hanya saja menimpa tenaga kerja diluar

pekerjaannya (Anizar, 2009).

Terdapat pada kelompok kecelakaan :

1. Kecelakaan akibat kerja di perusahaan

2. Kecelakaan lalu lintas

3. Kecelakaan di rumah

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tidak dapat direncanakan,

tidak sengaja dan tidak terkendali yang menyebabkan cedera dan kerugian

yang merupakan hasil langsung dari tindakan tidak aman (unsafe action)

dan kondisi tidak aman (unsafe condition) yang dimana keduanya tidak

dapat dikontrol oleh manajemen (Resees, 2009). Dari semua definisi

kecelakaan kerja dapat 3 hal pokok yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak diinginkan.

2. Kecelakaan mengakibatkan kerugian jiwa dan harta benda.

3. Kecelakaan bisa terjadi akibat adanya kontak dengan sumber energi

yang melebihi ambang batas tubuh.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11

2.1.2 Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja

Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai

faktor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses

produksi. Dari beberapa penelitian para ahli memberikan indikasi bahwa

suatu perbuatan kita tidak dapat terjadi dengan sendirinya, tetapi terjadi

oleh satu atau beberapa faktor penyebab kecelakaan sekaligus dalam suatu

kejadian (Tarwaka, 2008).

Dalam buku "Accident Prevention" Heinriech (1972)

mengemukakan suatu teori sebab akibat terjadinya kecelakaan yang

selanjutnya dikenal dengan "teori domino". Dari teori tersebut

digambarkan bahwa timbulnya suatu kecelakaan atau cedera disebabkan

oleh 5 (lima) faktor penyebab yang secara berurutan dan berdiri sejajar

antara faktor satu dengan yang lainnya. Kelima faktor tersebut adalah

(Tarwaka, 2008) :

1. Domino kebiasaan

2. Domino kesalahan

3. Domino tindakan dan kondisi tidak aman

4. Domino kecelakaan

5. Domino Cedera

Selanjutnya Heinrich menjelaskan, bahwa untuk mencegah terjadinya

kecelakaan adalah cukup dengan membuang salah satu kartu domino atau

memutuskan rangkaian mata rantai Domino tersebut (Tarwaka, 2008).

Berdasarkan teori Heinrich tersebut, Bird and Germain

(1989suardi) aplikasi teori domino dengan merefleksikan ke dalam

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12

hubungan manajemen secara langsung dengan sebab akibat kerugian

kecelakaan. Model penyebab kerugian melibatkan 5 faktor penyebab

secara berentetan. Kelima faktor dimaksud adalah (Tarwaka, 2008) :

1. Kurangnya pengawasan

Faktor ini antara lain meliputi ketidaktersediaan program, standar

program dan tidak terpenuhinya standar.

2. Sumber penyebab dasar

Faktor ini meliputi faktor personal dan pekerjaan.

3. Penyebab kontak

Faktor ini meliputi tindakan dan kondisi yang tidak sesuai dengan

standar.

4. Insiden

Hal ini terjadi karena adanya konflik dengan energi atau bahan-bahan

berbahaya.

5. Kerugian

Akibat rentetan faktor sebelumnya akan mengakibatkan kerugian pada

manusia itu sendiri, harta benda atau properti dan proses produksi.

2.1.2.1 Teori Domino

Oleh H.W Heinrich terdapat lima urutan kejadian penyebab

kecelakaan sebagai faktor yang digambarkan dalam rangkaian kartu

domino yang jatuhnya sejajar:

1. Background: Latar belakang tenaga kerja, seperti lingkungan sosial

tenaga kerja yang membentuk kepribadian

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13

2. Characteristic: Karakteristik personal tenaga kerja, dapat berupa sikap,

tingkat pengetahuan, dan antropometri

3. Unsafe act / Unsafe Condition: faktor dalam hal ini dapat disebabkan

oleh faktor background dan characteristic tenaga kerja. Misalnya untuk

unsafe action tenaga kerja tidak menggunakan alat pelindung diri

(APD) karena rendahnya pengetahuan tentang bahaya dan resiko yang

ada. Sedangkan untuk unsafe condition merupakan kondisi lingkungan

kerja baik alat dan mesin, material, serta lingkungan yang tidak aman

dan membahayakan seperti lantai licin, kebisingan diatas nilai ambang

batas yang diperkenankan.

4. Incident: Merupakan kecelakaan tersebut, seperti terpeleset atau

terjatuh.

5. Loss: kerugian sebagai akibat kecelakaan kerja, dapat berupa cedera,

kerusakan properti, atau bahkan kehilangan nyawa.

Sehingga konsep dasar pada model ini adalah:

1. Kecelakaan adalah sebagai suatu hasil dari serangkaian kejadian yang

berurutan dan tidak terjadi dengan sendirinya.

2. Penyebabnya dapat berupa faktor manusia dan/atau faktor fisik

3. Kecelakaan tergantung pada lingkungan fisik kerja dan lingkungan

sosial kerja

4. Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14

Sumber: http://www.hseinfo.com/kecelakaan-kerja/
Gambar 2.1 Heinrich Model (Teori Domino)

Sedangkan teori domino oleh Frank Bird terdapat penggolongan atas

sebab langsung (immediate causes) dan faktor dasar (basic causes).

Penyebab langsung kecelakaan kerja adalah pemicu yang langsung

menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan, misalnya terpeleset karena

ceceran minyak di lantai. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah

faktor yang turut memberikan kontribusi terhadap terjadinya kecelakaan,

misalnya adanya tumpahan bahan yang menyebabkan lantai menjadi licin

dan mengakibatkan tenaga kerja terpeleset. Jadi, Kecelakaan Kerja adalah

suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dan tidak diduga

akibat dari lingkungan kerja, kesalahan para pekerja, dan tindakan yang

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15

tidak aman pada saat bekerja atau berada ditempat kerja sehingga dapat

menyebabkan kerugian jiwa dan kerusakan harta benda.

2.1.2.2 Teori ILC

The International Loss Control Institute (ILCI) mengkombinasikan

elemen dari berbagai model yang ada sebelumnya untuk dikembangkan

menjadi satu model yang menyediakan kelanjutan penyelidikan yang

efektif ke dalam lima bagian. ILCI incident sequence merupakan teori

domino terkini yang meliputi sistem manajemen, engineering, desain

kerja, dan faktor manusia. Yang selanjutnya dapat digunakan untuk

mengontrol dan mencegah kecelakaan di tempat kerja.

1. Lack of Control: ILCI memilih salah satu fungsi manajemen yaitu

kontrol. Menurutnya jika kontrol manajemen lemah, maka kepatuhan

terhadap sistem, program, dan prosedur K3 tidak dapat maksimal.

Terdapat tiga penyebab kontrol yang lemah, yaitu:

a. Program K3 tidak memadai, maksudnya minimnya manajemen,

pelatihan untuk supervisor dan tenaga kerja, serta kurangnya

kegiatan inspeksi dan investigasi di tempat kerja.

b. Program K3 yang tidak memiliki standar, sehingga program tidak

jelas pengukurannya dan tidak spesifik indikator kinerjanya.

c. Standar program yang tidak terpenuhi

2. Underlying causes: terdapat dua penyebab pokok, yaitu: (1) Faktor

personal seperti kemampuan fisik yang tidak memenuhi, (2) faktor

pekerjaan seperti kondisi alat dan mesin yang tidak ergonomi.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16

3. Immadiate causes: terdapat dua pembagian penyebab langsung, yaitu:

(1) substandard practice seperti mengoperasikan peralatan tidak sesuai

standard operating procedure (SOP), (2) substandard condition seperti

alat dan mesin serta perlengkapan dalam kondisi tidak layak operasi.

4. Incident: Setiap kecelakaan yang terjadi akibat dari kontak energi yang

tidak diinginkan. Berdasarkan Coding of Work Injury or Disease

Information (CSA) yang digunakan oleh Workplace Safety & Insurance

Board (WSIB) dalam mengidentifikasi kecelakaan.

a. Menghantam objek, dapat berupa menabrak, menginjak, atau

terlempar ke objek

b. Ditabrak oleh objek, dapat berupa objek bergerak yang mengenai

tenaga kerja

c. Terperangkap atau terjepit alat dan mesin atau objek. Pekerja tertekan

atau terhimpit diantara dua atau lebih benda, atau diantara komponen

benda

d. Terjatuh ketempat yang lebih rendah

e. Reaksi tubuh dimana gerakan tubuh pekerja menekan atau

menghimpit bagian tubuhnya, dapat berupa keseleo atau cedera otot

f. Penggunaan tenaga berlebihan, maksudnya fisik dipaksa untuk

melakukan suatu kegiatan yang berlebihan, misal saat mengangkat

barang

g. Gerakan repetitif, adalah cedera yang disebabkan gerak yang

monoton dalam bekerja

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17

5. Loss: dapat berupa kematian, cedera kualitas hidup, biaya pengobatan,

kerugian waktu dalam menolong dan investigasi, waktu produksi

hilang, kerusakan properti, mengurangi kinerja program dan kepatuhan

terhadap peraturan, berkurangnya motivasi kerja.

2.1.2.2 Teori Swiis Cheese Model

Berangkat pada asumsi bahwa seluruh elemen pokok dari suatu

organisasi harus bekerjasama secara harmonis untuk tercapainya

operasional yang aman dan efisien. Sehingga apabila terjadi suatu

kegagalan interaksi pada setiap komponen yang terlibat dalam sistem

produksi. Lubang pada model didefinisikan sebagai suatu kegagalan yang

pada setiap sistem yang berbeda, sehingga dapat dijelaskan pada tahap

mana terdapat suatu kegagalan.

Gambar 2.2 Swiss Cheese Model


Sumber: Center for Chemical Process Safety

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18

2.2.4 Potensi Bahaya

Setiap proses produksi, peralatan / mesin dan tempat kerja yang

digunakan untuk menghasilkan suatu produk, selalu mengandung potensi

bahaya tertentu yang bila tidak mendapatkan perhatian secara khusus akan

dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang dapat

menyebabkan kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau

aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses

kerja. Identifikasi potensi bahaya di tempat kerja yang resiko

menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

berbagai faktor (Tarwaka, 2008) :

1. Kegagalan komponen, antara lain berasal dari :

a. Rancangan komponen pabrik termasuk peralatan / mesin dan tugas-

tugasnya sesuai dengan kebutuhan pemakai.

b. Kegagalan yang bersifat mekanis.

c. Kegagalan sistem pengendalian.

d. Kegagalan sistem pengamanan yang disediakan.

e. Kegagalan operasional peralatan kerja yang digunakan, dll.

2. Kondisi yang menyimpang dari suatu pekerjaan yang bisa terjadi akibat:

a. Kegagalan pengawasan atau monitoring.

b. Kegagalan manual supply dari bahan baku.

c. Kegagalan pemakaian dari bahan baku.

d. Kegagalan dengan prosedur shut-down dan start up.

e.Terjadinya pembentukan bahan antara bahan sisa dan sampah yang

berbahaya,dll.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19

3. Kesalahan manusia dan organisasi, seperti:

a. Kesalahan operator / manusia.

b. Kesalahan sistem pengamanan.

c. Kesalahan dalam mencampur bahan produksi berbahaya.

d. Kesalahan komunikasi.

e. Kesalahan atau kekurangan dalam upaya perbaikan dan perawatan

alat.

f. Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang satu tidak sesuai dengan

prosedur kerja amat, dll.

4. Pengaruh kecelakaan dari luar, yaitu terjadinya kecelakaan dalam suatu

industri akibat kecelakaan lain yang terjadi di luar pabrik, seperti :

a. Kecelakaan pada waktu pengangkutan produk.

b. Kecelakaan pada stasiun pengisian bahan.

c. Kecelakaan pada pabrik sekitarnya, dll.

5. Kecelakaan akibat adanya sabotase, yang bisa dilakukan oleh orang luar

maupun dari dalam pabrik, biasanya hal ini akan sulit untuk diatasi atau

tidak, namun faktor ini frekuensinya sangat kecil dibandingkan dengan

faktor penyebab lainnya.

2.4.5 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Menurut International Labour Organization (ILO), kecelakaan kerja

di industri dapat diklasifikasikan menurut jenis kecelakaan, agen penyebab

atau objek kerja, cedera atau luka dan lokasi tubuh yang terluka.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20

Klasifikasi kecelakaan kerja di industri secara garis besar dapat dijelaskan

sebagai berikut (Tarwaka, 2008) :

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan

a. Terjatuh.

b. Tertimpa atau kejatuhan benda atau objek kerja.

c. Tersandung benda atau objek, terbentur kepala benda, terjepit antara

dua benda.

d. Gerakan - gerakan paksa atau peregangan otot berlebihan.

e. Terpapar kepada atau kontak dengan benda panas atau suhu tinggi.

f. Terkena arus listrik.

g. Terpapar kepada atau bahan-bahan berbahaya atau radiasi, dll.

2. Klasifikasi menurut agen penyebabnya

a. Mesin-mesin, seperti mesin penggerak kecuali motor elektrik, mesin

transmisi, mesin-mesin produksi, mesin-mesin pertanian,dll.

b. Sarana alat angkat dan angkut, seperti forklift, alat angkat angkut

kereta, alat angkut beroda selain kereta, alat angkut di perairan, alat

angkut di udara,dll.

c. Peralatan-peralatan lain, seperti bejana tekan, tanur / dapur peleburan,

instalasi listrik termasuk motor listrik, alat-alat tangan listrik,

perkakas, tangga, perancang,dll.

d. Bahan-bahan bahaya dan radiasi, seperti bahan mudah meledak,

debu, gas, cairan, bahan kimia, radiasi,dll.

e. Lingkungan kerja, seperti tekanan panas dan tekanan tinggi,

intensitas kebisingan, getaran, ruang di bawah tanah,dll.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21

3. Klasifikasi menurut jenis luka dan cederanya.

a. Patah tulang.

b. Keseleo / dislokasi / terkilir.

c. Penyerian otot dan kejang.

d. Gagar otak dan luka bagian dalam lainnya.

e. Amputasi dan enukleasi.

f. Luka tergores dan luka luar lainnya.

g. Memar dan retak.

h. Luka bakar.

i. Keracunan akut.

j. Asfiksia atau sesak nafas.

k. Efek terkena arus listrik.

l. Efek terkena paparan radiasi.

m. Luka pada banyak tempat di bagian tubuh,dll.

4. Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka

a. Kepala, leher, badan, lengan, kaki, berbagai bagian.

b. Luka umum,dll.

2.2.6 Ratio Kecelakaan Kerja

Terdapat beberapa perhitungan dalam menyajikan statistik kecelakaan

kerja, antara lain:

1. Incident Rate: adalah jumlah kejadian / kecelakaan, cedera, atau sakit

akibat kerja setiap seratus orang tenaga kerja yang dipekerjakan

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22

2. Frequency Rate: adalah jumlah kejadian / kecelakaan, cedera, atau

sakit akibat kerja setiap satu juta jam kerja.

3. Loss Time Injury Frequency Rate: adalah kejadian cedera, atau sakit

akibat / kecelakaan kerja dibagi satu juta jam kerja.

4. Severity Rate: waktu (hari) yang hilang dan waktu pada (hari)

pekerjaan alternatif yang hilang dibagi satu juta jam kerja.

5. Total Recordable Injury Frequency Rate: Jumlah total cedera akibat

kerja yang harus dicatat (MTI, LTI & cedera yang tidak mampu

bekerja dibagi satu juta jam kerja.

2.2.7 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja pada prinsipnya dapat dicegah dan pencegahan

kecelakaan ini menurut Bennett NBS (1995) merupakan tanggung jawab

manajer lini, penyelia, mandor kepala dan kepala urusan. Menurut M.

Sulaksmono (1997) dan yang tersirat pada UU No. 1 tahun 1970 pasal 10

bahwa tanggung jawab pencegahan kecelakaan kerja, selain pihak perusahaan

juga tenaga kerja dan pemerintah. Upaya pencegahan kecelakaan agar tidak

terjadi kecelakaan kerja meliputi:

a. Pengendalian secara teknik

Pengendalian langsung pada sumbernya (engineering control), yaitu

meliputi (Suardi 2007):

1. Eliminasi yaitu menghentikan peralatan atau prasarana yang dapat

menimbulkan bahaya

2. Substitusi yaitu mengganti bahan atau proses kerja yang lebih berbahaya

dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23

3. Engineering yaitu melakukan desain ulang dari perangkat kerja, yang

meliputi ventilasi dan memberi pengaman pada mesin

4. Isolasi yaitu proses atau tempat kerja yang berbahaya disendirikan

b. Pengendalian secara administratif

Banyak situasi yang berbahaya dalam industri yang tidak dapat

dikendalikan dengan menghilangkan atau penggantian, apabila metode-metode

atas tidaklah praktis harus diadopsi dengan pengendalian policy, prosedur dan

sistem safety (Rasjid, 1993). Pengendalian dengan administrasi merupakan

prosedur yang membatasi atau mengurangi kecelakaan kerja melalui

pengetahuan atau perencanaan kerja yang baik, antara lain:

1. Pendidikan dan pelatihan

Diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai

keselamatan dan kesehatan kerja. Penyelia dan manajer mempunyai

peran besar dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja, untuk itu perlu

diperhatikan khusus terhadap pelatihan keselamatan kerja untuk

penyelia atau manajer (Sahab,1997). Pendidikan dan pelatihan pada

dasarnya untuk meningkatkan berbagai pengetahuan dan keterampilan,

serta usaha untuk memberikan kemungkinan perubahan sikap yang

dilandasi oleh motivasi untuk berprestasi (Rasjid, 1993)

2. Pemberian label

3. Pengadaan Material Safety Data Sheet (MSDS)

4. Ketatarumahtanggaan yang baik, terutama kebersihan tempat kerja

5. Higiene perusahaan

6. Pemantauan

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

7. Pemeriksaan kesehatan

Tolak ukur pengendalian administratif sering diperlukan untuk mendukung

strategi pengendalian lainnya untuk menjamin pengendalian yang memadai

dapat tercapai (Rasjid, 1993).

c. Pengendalian dengan APD

Alat Pelindung Diri (APD) ialah seperangakat alat yang digunakan tenaga

kerja untuk melindungi sebagian atau seluruhnya dari adanya potensi bahaya

atau kecelakaan kerja. APD tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuh,

tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan kecelakaan yang terjadi.

(Ardhan, 2010). Seluruh jenis APD yang tersedia dan beragam, pemasok

menyarankan yang paling sesuai untuk kebutuan perlindungan pekerja dan

dapat menawarkan beberapa pilihan berdasarkan material, desain, warna dan

sebagianya. Akan tetapi, ada beberapa prinsip umum yang harus diikuti yaitu

APD yang efektif harus (John, 2003):

1. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi

2. Terbuat dari bahan yang akan tahan terhadap bahaya tersebut

3. Cocok bagi orang yang akan menggunakannya

4. Tidak mengganggu saat bekerja

5. Memiliki konstruksi yang kuat

6. Tidak mengganggu APD lain yang dipakai bersamaan

7. Tidak meningkatkan resiko terhadap pemakainya

Guna menentukan mutu suatu APD dapat dilakukan mulai proses pengujian di

laboratorium, dimana mutunya dibandingkan dengan standar. Penentuan

jumlah APD ditentukan dengan jumlah tenaga kerja, tidak dipakai secara

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

bergantian. Selain jenis mutu dan jumlah APD hal pokok yang cukup penting

bagi perusahaan adalah pemeliharaan dan penyimpanan APD itu sendiri

(Turnip, 1992).

2.3 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Definisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

berdasarkan PP RI No. 50 Tahun 2012 Menurut Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 1 ayat 1 bahwa Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen

perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang

berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,

efisien, dan produktif.

Pada Bab I pasal 2 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja ini bertujuan

1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja

yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;

2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja atau buruh, dan/atau

serikat pekerja atau serikat buruh; serta

3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk

mendorong produktivitas.

Definisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Berdasarkan OHSAS 18001 Menurut OHSAS 18001 : 2007 Occupational

Health and Safety Management System atau di kenal sebagai Sistem

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan suatu bagian sistem

manajemen industri yang digunakan untuk membangun dan implementasi

kebijakan K3 dan mengelola resiko K3. Dimana dengan pengertian suatu

sistem manajemen adalah kesatuan elemen yang menyusun suatu kebijakan

untuk suatu tujuan. Dan termasuk dalam sistem manajemen antara lain struktur

organisasi, kegiatan perencanaan (misalnya menentukan tujuan atau penilaian

resiko), wewenang dan tanggung jawab, praktik kerja, prosedur, proses, dan

sumber daya.

Beberapa elemen implementasi yang menyusun sistem manajemen K3

menuret OHSAS 18001 adalah: (1) Kebijakan K3, (2) Identifikasi bahaya,

penilaian resiko, dan menentukan pengendalian, (3) Persyaratan hukum dan

lainnya, (4) Objektif K3 dan program K3, (5) Sumberdaya, peran, tanggung

jawab, akuntabilitas, dan wewenang, (6) Kompetensi, pelatihan, dan

kepedulian, (7) Komunikasi, partisipasi, dan konsultasi, (8) dokumentasi, (9)

pengendalian dokumen, (10) pengendalian operasional, (11) tangga darurat,

(12) pengukuran kinerja dan pemantauan, (13) evaluasi kesesuaian, (14)

penyelidikan insiden, kesenjangan, tindakan koreksi, dan langkah pencegahan,

(15) pengendalian rekaman, (16) Audit internal, (17) tinjauan manajemen

2.4 Kontraktor

Kontraktor merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa

konstruksi. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun

1999 tentang jasa konstruksi pada Bab 1 bahwa jasa konstruksi adalah layanan

jasa konsultasi perencanaan pekerjaan kostruksi, layanan jasa pelaksanaan

pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27

konstruksi. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian

kegiatan perencanaan dan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang

mencakup pekerjaan arsitektual, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata

lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu

bangunan atau bentuk fisik lain.

Menurut Vico Indonesia (2006), Kontraktor adalah perusahaan yang

telah mempunyai kontrak yang sah untuk memasok barang dan jasa-jasa pada

perusahan induk, sedangkan University of Newfoundland (2006)

mendefinisikan kontraktor sebagai individu, atau pun perusahaan yang diberi

tugas untuk melaksanakan pekerjaan kontrak dan bertanggung jawab di bawah

pengawasan kerja perusahaan yang memberi kontrak untuk menjamin bahwa

pekerjaan tersebut dilaksanakan sesuai dengan kontrak yang telah ditetapkan

(Falenshina, 2012).

Sedangkan menurut Mayhew (1996) yang dikutip dalam Purnama

(2003), kontraktor adalah seseorang yang bekerja pada sebuah badan usaha

atau seseorang yang secara pribadi mengusahakan sebuah badan usaha untuk

suatu profesi perdagangan atau niaga. Seseorang tersebut mengadakan

hubungan profesi dengan sebuah perusahaan lain dalam bentuk kerja atau

dagang dan seseorang tersebut akan mendapatkan bayaran atau kompensasi

dari perusahaan tersebut dengan jumlah imbalan tertentu untuk kurun waktu

tertentu (Falenshina, 2012).

Sebagai perusahaan jasa, maka kualitas sumber daya manusia pada

perusahaan kontraktor merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk

kelangsungan hidup perusahaan. Tanggung jawab kontraktor meliputi:

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28

1. Memiliki kebijakan keselamatan kerja dan memastikan penerapannya di

lingkungan kerja

2. Mempersiapkan program untuk melaksanakan kontrak

3. Mempersiapkan prosedur pekerjaan

4. Memastikan seluruh peraturan perundang-undangan yang relevan untuk

dipatuhi

5. Mengelola pekerjaan agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan cara

yang aman bagi tenaga kerja

6. Memberi tahu para pekerjanya sendiri dan subkotraktor tentang bahaya di

lingkungan kerja dan memberikan pelatihan tentang pencegahan terhadap

bahaya yang ada di lingkungan kerja

7. Hanya mempekerjakan orang yang terampil dan berkompeten

8. Memberi tahu tentang alat-alat, bahan dan proses yang akan digunakan

pekerja pada perusahaan agar tidak menimbulkan resiko bahaya untuk

kesehatan pekerja, serta meminta ijin kepada perusahaan sebelum

menggunakan perlengkapannya

9. Menginstruksikan tenaga kontraktor atau subkontraktor tentang prosedur

keadaan darurat di tempat kerja.

10. Memberi tahu fasilitas yang akan digunakan tenaga kontraktor dan

subkontraktor ketika berada di tempat kerja.

Dalam hal ini keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kontraktor sangat

penting bagi perusahaan agar tidak menimbulkan kerugian dan akibat

kecelakaan kerja. Ada beberapa faktor penyebab kontraktor sangat rawan

terhadap kecelakaan, yaitu:

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29

1. Pendidikan tenaga kontraktor terutama pada tenaga kerja kasar, jika

dibandingkan dengan tenaga pekerja perusahaan relatif lebih rendah,

sehingga tingkat pengetahuan tentang K3 pada tenaga kontraktor dirasa

kurang.

2. Tenaga kontraktor umumnya berhubungan langsung dengan pekerjaannya.

Tenga kerja perusahaan hanya bersifat mengawasi tenaga kontraktor. Oleh

karena itu, tenaga kontraktor lebih beresiko terhadap bahaya ketika berada

di lingkungan kerja.

3. Kurangnya kepedulian kotraktor terhadap keselamatan pekerjanya

4. Kontraktor selalu bekerja dengan cepat karena dikejar jadwal dan target

untuk penyelesaiannya, sehingga kurang memperhatikan keselamatan.

Salah satu upaya untuk menghindari kecelakaan kerja, maka diperlukan cara

mengelola kontraktor dengan baik mulai dari pemilihan, pelaksanaan sampai

pemantauan di akhir pekerjaannya yaitu melalui Contractor Safety Security

Management System (CSSMS).

2.5 Contractor Safety Security Management System (CSSMS)


2.5.1 Definisi CSSMS
Contractor Safety Security Management System (CSSMS) merupakan

serangkaian kegiatan atau program kerja yang menjadi bagian dalam smk3 di

perusahaan (Soehatman Ramli, 2010). Berdasarkan ohsas 18001 : 2007 klausul

4.4.6 mengenai operational kontrol menyatakan bahwa:

"The organization shall determine those operation an


activities that are associated with the identified hazards
where the implementation of controls is necessary to manage
the OH&S risks. This shall include the management of
change. For those operations and activities, the organization

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30

shall implement and maintain controls related to contractors


and other visitors to the workplace",
Sedangkan menurut Soehatman Ramli (2006), kontraktor adalah individu

ataupun perusahaan yang diberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan kontrak dan

bertanggung jawab di bawah pengawasan kerja perusahaan yang memberi kontrak

untuk menjamin bahwa pekerjaan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan

kontrak yang telah ditetapkan. Perusahaan wajib mengelola kontraktor agar

pekerjaan berjalan dengan aman tidak membahayakan operasi perusahaan, aset,

pekerja termasuk kontraktornya. Tanggung jawab untuk menjamin keselamatan

setiap tenaga kerja yang berada di tempat kerja, termasuk keselamatan semua

karakter berada di tangan pengusaha atau perusahaan (Ramli, 2010).

Jadi, Contractor Safety Security Management System (CSSMS) adalah

sistem manajemen yang diterapkan agar perusahaan mendapatkan kinerja

kontraktor yang terbaik sesuai dengan standart yang berlaku dalam berbagai aspek

seperti performance, safety, occupation health, environment dan quality yang

berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan. Dengan penerapan sistem ini,

perusahaan dapat menjamin keselamatan dan kesehatan kerja pada tenaga

kontraktor dan melindungi fasilitas serta aset perusahaan melalui pengawasan

yang sistematis.

2.3.7 Tujuan dan Manfaat Contractor Safety Security Management System


(CSSMS)
2.3.7.1 Tujuan Contractor Safety Security Management System (CSSMS)

Adapun tujuan dari Contractor Safety Security Management System

(CSSMS) antara lain adalah (Soehatman Ramli, 2008) :

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31

1. Untuk meyakinkan bahwa kontraktor yang bekerja di lingkungan

perusahaan telah memenuhi standar dan kriteria K3 yang ditetapkan

perusahaan.

2. Sebagai alat untuk menjaga dan meningkatkan kinerja keselamatan di

lingkungan kontraktor.

3. Upaya pencegahan dan menghindarkan kerugian yang timbul akibat

aktivitas kerja kontraktor.

4. Membantu kontraktor untuk membina sistem K3.

2.5.2.2 Manfaat Contractor Safety Security Management System (CSSMS)

Manfaat dari program keselamatan kontraktor ini dapat mencakup

(America Petroleum Institue, 2007) :

1. Harapan keselamatan dan kemampuan pekerja dipahami dengan

jelas sebelum pekerjaan dimulai.

2. Peningkatan kinerja keselamatan

3. Hubungan kerja yang lebih baik dengan kontraktor.

4. Peningkatan pelatihan keselamatan untuk kontraktor.

5. Peningkatan produktifitas, keandalan dan efisiensi.

2.5.3 Dasar Hukum Pelaksanaan SMK3 /CSSMS (Contractor Safety Security


Management System)
2.5.3.1 PP No. 50 Tahun 2012
Dari penjelasan yang tertera di lampiran 1 dari PP nomor 50 tahun 2012

yang berisi tentang pedoman penerapan SMK3 di Indonesia dapat dijadikan

sebagai dasar hukum mengenai pentingnya dalam memperhatikan aspek

keselamatan kesehatan kerja kontraktor di perusahaan.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32

Bab 2 pedoman SMK3 PP No. 50 Tahun 2012 yaitu tentang “Perencanaan

K3 yang dimana disebutkan pada point perencanaan identifikasi bahaya, penilaian

dan pengendalian resiko dari kegiatan, produk barang dan jasa harus

dipertimbangkan pada saat perencanaan untuk memenuhi kebijakan keselamatan

dan kesehatan kerja yang dimana prosedurnya harus ditetapkan dan dipelihara.

Pada lampiran II Bab tentang “Kriteria Audit SMK3” dalam point

Peninjauan Kontrak disebutkan bahwa “Pengadaan barang dan jasa melalui

kontrak harus ditinjau ulang untuk menjamin kemampuan perusahaan dalam

memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja ditentukan".

Bab “Penerapan” yaitu dalam point pembelian, pokok yang dibahas, yaitu:

1. Sistem pembelian barang dan jasa termasuk di dalamnya prosedur

pemeliharaan barang dan jasa harus terintegrasi dalam strategi penanganan

pencegahan resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2. Sistem pembelian harus menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra

kerja perusahaan memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Pada saat barang dan jasa di tempat kerja, perusahaan harus menjelaskan

kepada semua pihak yang akan menggunakan barang dan jasa tersebut

mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian resiko kecelakaan dan

penyakit akibat kerja.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33

2.5.4 Tahapan Contractor Safety Security Management System (CSSMS)

Contractor Safety Security Management System (CSSMS) merupakan

serangkaian kegiatan atau program kerja yang menjadi bagian dalam smk3 di

perusahaan (Soehatman Ramli, 2010). Berdasarkan ohsas 18001 : 2007 klausul

Sedangkan menurut Soehatman Ramli (2006), kontraktor adalah individu ataupun

perusahaan yang diberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan kontrak dan

bertanggung jawab di bawah pengawasan kerja perusahaan yang memberi kontrak

untuk menjamin bahwa pekerjaan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan

kontrak yang telah ditetapkan. Perusahaan wajib mengelola kontraktor agar

pekerjaan berjalan dengan aman tidak membahayakan operasi perusahaan, aset,

pekerja termasuk kontraktornya. Tanggung jawab untuk menjamin keselamatan

setiap tenaga kerja yang berada di tempat kerja, termasuk keselamatan semua

karakter berada di tangan pengusaha atau perusahaan (Ramli, 2010).

Gambar 2.3 Tahapan Contractor Safety Security Management System (CSSMS)


(Sumber : Soehatman Ramli, 2008)

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34

1. Tahap administrasi

Langkah-langkah untuk memilih kontraktor terbaik, khususnya dalam hal

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL). Tahap ini

terdiri dari :

a. Penilaian Resiko

Suatu prosedur untuk meneliti resiko pekerjaan yang akan dikontrakkan dan

menentukan kategorinya termasuk dalam kategori rendah, sedang atau tinggi.

Kategori resiko tersebut, kemudian menentukan perlu atau tidaknya langkah-

langkah CSSMS berikutnya.

b. Prakualifikasi

Prosedur yang meneliti kualifikasi kontraktor dalam hal K3LL. Hanya

kontraktor yang memiliki potensi untuk bekerja secara aman dan memiliki

keahlian dalam pekerjaan terkait yang akan diikutsertakan dalam proses tender.

c. Pemilihan atau Seleksi

Prosedur memilih kontraktor terbaik yang memenuhi persyaratan K3LL ,

administrasi, teknis, dan komersil untuk mengikuti proses tender.

2. Tahap Pelaksanaan di Lapangan

Langkah-langkah yang bertujuan untuk menjamin Keselamatan, Kesehatan

Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) di lapangan. Tahap ini terdiri dari :

a. Aktivitas awal pekerjaan

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35

Proses awal untuk membuka komunikasi antara petugas lapangan perusahaan

dengan petugas lapangan kontraktor.

b. Pekerjaan berlangsung

Proses inspeksi dan penilaian pelaksanaan lapangan. Ada 2 macam daftar

periksa di bagian ini, yaitu daftar periksa inspeksi keselamatan kerja (Safety

Inspection Checklist) dan daftar periksa program keselamatan kerja (Safety

Programme Checklist). Inspeksi harus selalu diikuti dengan langkah-langkah

koreksi, karena mekanisme kontrol tidak akan pernah terbentuk tanpa langkah

koreksi.

c. Evaluasi Akhir

Proses penilaian kinerja K3LL kontraktor selama prakualifikasi dan pekerjaan

berlangsung. Hasil evaluasi akan disimpan di data bank dan menjadi bahan

pertimbangan mengenai kelayakan kontraktor untuk pekerjaan yang akan datang.

2.5.5 Work In Progress

Setelah dilakukan semua tahapan-tahapan mulai dari Risk Assesment

sampai pada tahapan pre-job activity, dengan menggunakan check list inspeksi

HSE dan check list program HSE, maka dilakukanlah evaluasi HSE performance

sehingga didapat evaluasi sementara HSE. Hasil evaluasi digunakan untuk menilai

kinerja kontraktor, dan hasil CSSMS ini harus dievaluasi secara berkala,

khususnya setelah kontraktor lulus dari tahapan sebelumnya (Soehatman Ramli,

2008). Tujuan Work In Progress adalah (Pertamina, 2011) :

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36

1. Melakukan evaluasi bersama terhadap kinerja HSE kontraktor dan

Perusahaan.

2. Feed Back terhadap penerapan HSE untuk perbaikan pekerjaan yang akan

datang.

3. Memberikan reward/punishment terhadap kinerja HSE kontraktor.

4. Sebagai masukan untuk meningkatkan program CSSMS dalam perusahaan.

Pada tahapan akhir ini yang perlu diperhatikan adalah (American Petroleum

Institute, 2011) :

1. Umum Penyelenggara dan kontraktor masing-masing memiliki peran

dalam memantau dan mengevaluasi kinerja HSE.

2. Laporan Kinerja Keselamatan semua kecelakaan kerja, penyakit dan

insiden kerusakan properti yang berhubungan dengan pekerjaan di

tempat harus dilaporkan kepada kontraktor dan penyelenggara sesegera

mungkin. Rekapan harus dilakukan sesuai dengan persyaratan yang

berlaku untuk kecelakaan kerja dan penyakit. Kontraktor dan

penyelenggara harus mengidentifikasi mekanisme dan orang-orang untuk

maju dan menerima laporan sebagai oppropriate. Proses ini harus

mempertimbangkan upaya pertimbangan untuk memastikan bahwa

prosedur pelaporan mematuhi persyaratan privasi yang relevan.

3. Operator Reviews Penyelenggara harus mempertimbangkan meninjau

secara berkala program keselamatan kontraktor, kebijakan dan prosedur,

termasuk informasi Standar Kuesioner Keselamatan, dan meminta agar

mereka diperbarui bila keadaan menjamin revisi.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37

4. Inspeksi Kontraktor Kontraktor harus melakukan tinjauan internal secara

berkala, sesuai dengan prosedur mereka. Penyelenggara juga dapat

melakukan pemeriksaan atau review program kontraktor untuk

memverifikasi kepatuhan dengan persyaratan keselamatan penyelenggara

yang berlaku.

Klausul yang dipenuhi Contractor Safety Security Management System yang

dipenuhi antara lain :

1. Kepemimpinan dan komitmen manajemen tertinggi

Kepemimpinan dan komitmen manajemen tertinggi merupakan

salah satu aspek dalam Work In Progress kegiatan Contractor Safety

Management System (CSMS) yang dimana merupakan salah satu

wujud komitmen kontraktor dalam melakukan kegiatannya.

Kepemimpinan dan komitmen perusahaan inti terhadap Contractor

Safety Management System (CSMS) adalah komitmen dari sebuah

perusahaan dan usaha K3LL yang komprehensif terhadap kontraktor

yang melakukan kegiatan di PT Terminal Petikemas Surabaya. Usaha

dari perusahaan kontraktor sebaiknya dicerminkan dari tindakan-

tindakan manajerial dan dikoordinasikan mulai dari tingkat

manajemen yang paling tinggi (top manager).

2. Kebijakan dan Sasaran Strategis

Kebijakan dan sasaran strategis ini merupakan salah satu bagian

tahap dari Work In Progress. Dimana kebijakan dan sasaran strategis

ini harus merupakan bagian integral dari keseluruhan manajemen

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38

organisasi. Dalam hal ini pihak manajerial melakukan peningkatan

koordinasi dalam melaksanakan kebijakan dan sasaran strategis

berdasarkan prosedur kinerja perusahaan (BP Migas, 2010). Pihak

perusahaan kontraktor diwajibkan mempersiapkan dokumentasi dan

koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kontraktor untuk

meningkatkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada seluruh

pekerja.

3. Organisasi, Tanggungjawab, Sumber-sumber, Standar-standar, dan

Dokumentasi

Dalam melaksanakan pemenuhan penilaian tahap Work In

Progress Contractor Safety Security Management System (CSSMS)

para kontraktor wajib mempunyai organisasi, tanggungjawab, standar-

standar dan dokumentasi dalam pelaksanaan pekerjaannya. Untuk

dilakukannya pelaksanaan organisasi dan tanggungjawab maka perlu

adanya keterlibatan manajemen dalam aktivitas, penentuan tujuan dan

pemantauan HSSE (Vico Indonesia, 2010). Selain itu dalam

pemenuhan penilaian tahap Work In Progress ini kontraktor dituntut

untuk memenuhi sumber-sumber, standar-standar dan dokumentasi

dalam melakukan pekerjaannya sesuai dengan permintaan perusahaan

pemberi tender. Dan kontraktor mengharuskan untuk bisa memenuhi

apa yang diminta perusahaan pemberi tender tersebut.

4. Bahaya dan Manajemen Efek

Bahaya dan manajemen efek merupakan yang paling utama dalam

melakukan kegiatan pekerjaan kontraktor. Terutama terhadap

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39

resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian untuk

sebagai menurunkan tingkat resiko/bahaya menuju titik yang aman

bagi pekerja kontraktor yang akan melakukan pekerjaannya di PT

Terminal Petikemas Surabaya. Penilaian bahaya dan manajemen efek

yang ada pada kontraktor tercantum pada Work In Progress CSSMS

PT Terminal Petikemas Surabaya, diantaranya yaitu : memiliki

prosedur, alat pelindung diri, cara penanganan potensi bahaya, dan

pencemaran lingkungan.

5. Perencanaan dan prosedur

Kegiatan Perencanaan dan prosedur adalah salah satu aspek dalam

penilaian Work In Progress yang bisa meningkatkan nilai aspek

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Contrator Safety

Management System (CSMS). Sekaligus sebagai tolak ukur

kelanjutannya kinerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam

kelanjutan memenangkan tender dalam pekerjaan perusahaan Induk.

6. Penerapan dan pemantauan kinerja

Kegiatan penerapan dan pemantauan kinerja adalah salah satu

aspek dalam penilaian Work In Progress. Dapat kita diketahui bahwa

penerapan dan pemantauan kinerja K3LL perusahaan yang

memberikan kontrak kerja kepada kontraktor memiliki peraturan

untuk mengawasi dan memantau kinerja K3LL. Serta pihak

manajemen mensosialisasikan dan menerapkan Prosedur pemantauan

kinerja evaluasi aspek bahaya dan prosedur audit.

7. Audit dan Tinjauan

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40

Audit dan tinjauan merupakan salah satu bagian pada tahap Work

In Progress yang dimana untuk mengetahui kinerja HSSE kontraktor

dan perusahaan dengan dialog dua arah dan review dan audit data

yang diperoleh, lalu mendapatkan umpan balik terhadap penghargaan

ataupun peninjauan ulang terhadap kinerja HSSE kontraktor.

Tujuan dari audit dan tinjauan ini melakukan evaluasi bersama

kontraktor dan perusahaan yang dapat menjadi referensi untuk masa

depan pekerjaan. Kontrak harus ditutup dengan laporan kinerja,

memberikan umpan balik untuk masa depan.

8. Tanggap Darurat

Prosedur tanggap darurat ini, merupakan klausul yang dimana

setiap kontraktor harus memenuhi persyaratan bekerja pada area PT

Terminal Petikemas Surabaya. Setiap kontraktor harus memiliki

standar emergency respon plan (ERP) yang setiap area harus

terpasang denah evakuasi tanggap darurat dan memiliki tim tanggap

darurat.

9. Manajemen HSSE dan Fitur-ftur tambahan

Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil, apabila

dimulai dari memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan

kesehatan kerja, kemudian praktek dan kondisi di bawah standar

merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan

gejala penyebab utama akibat keselahan manajemen.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL

Contractor Safety
Management System,
Pedoman terdiri dari :
1. Penilaian
Implementasi CSSMS Risiko
berdasarkan CSSMS 2. Prakualifikasi
PT Terminal
Petikemas Surabaya 3. Seleksi Tingkat
pemenuhan
4. Kegiatan Pra CSSMS
pekerjaan kontraktor di
PT TPS
5. Kegiatan berstandarkan
berlangsung CSSMS
Dubai Port
6. Evaluasi World
Akhir (DPW)

Kecelakaan Kerja

Keterangan :
: Variabel Diteliti
: Variabel Tidak Diteliti

41

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42

Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja,

meliputi: sistem manajemen, engineering, desain kerja dan faktor manusia.

Namun, akar penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah penerapan sistem

manajemen yang lemah. Apabila manajemen tidak bisa menjalankan fungsinya

sebagai controlling tersebut dengan baik, maka kepatuhan terhadap sistem,

program dan prosedur K3 tidak dapat maksimal.

Dalam Contractor Safety Management System (CSSMS) yang merupakan

suatu sistem manajemen untuk mengelola kontraktor yang bekerja di lingkungan

perusahaan. Contractor Safety Management System (CSSMS) dalam pedoman

Dubai Port World lebih dikenal dengan (Contractor Safety & Security

Management System) CSSMS kontraktor ini terbagi menjadi enam tahapan, antara

lain: penilaian risiko, prakualifikasi, seleksi, kegiatan pra pekerjaan, pekerjaan

berlangsung dan evaluasi akhir.

Dalam penelitian ini akan berfokus pada penerapan tahap Work In

Progress sebagai tahap penting atau sebagai gerbang utama dalam menyaring

kontraktor yang potensial sesuai dengan pedoman Dubai Port World, serta

mengevaluasi pelaksanaan work in progress sebagai upaya pencegahan

kecelakaan kerja di PT Terminal Petikemas Surabaya.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 JENIS PENELITIAN

Berdasarkan jenis penelitian dan cara pengumpulan data, penelitian ini

merupakan jenis penelitian observasional dan bersifat masalah dan analisis

datanya termasuk jenis penelitian deskriptif. Penenelitian deskriptif yaitu

penelitian dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang suatu

keadaan secara objektif untuk mengetahui gambaran penerapan Cotractor

Safety Security Management System (CSSMS) pada tahap work in progress

kontraktor terhadap upaya pencegahan kecelakaan kerja pada kontraktor.

4.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah penerapan pelaksanaan Cotractor Safety

Security Management System (CSSMS) tahap work in progress pada

kontraktor yang meliputi antara lain : Kepemimpinan dan Komitmen

Manajemen Tertinggi, Kebijakan dan Sasaran Strategis, Organisasi,

Tanggungjawab, Sumber-sumber, Standar-standar, dan Dokumentasi,

Manajemen Bahaya dan efek, Perencanaan dan Prosedur, Penerapan dan

Pemantauan Kinerja, Audit dan Tinjauan, Prosedur Tanggap Darurat,

Manajemen HSSE dan Fitur-Fitur Tambahan. Sebagai persyaratan yang telah

lolos tahapan CSSMS (Contractor Security Safety Management System) di PT

Terminal Petikemas Surabaya. Sekaligus penerapan Cotractor Safety Security

Management System (CSSMS) tahap work in progress pada kontraktor untuk

mengetahui kecelakaan kerja sebelum dan sesudah

43

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44

diberlakukannya pada tahap ini dan sebagai bahan pertimbangan untuk

pekerjaan yang akan datang. Tahap work in progress dilakukan bersama antara

kontraktor dan perusahaan untuk memberikan umpan balik yang akan

dijadikan acuan untuk pekerjaan yang akan datang. Pada tahap work in

progress ini diikuti oleh 2 perusahaan kontraktor terbesar yang ada di PT

Terminal Petikemas Surabaya sebagai pembanding kontraktor yang telah

melaksanakan rencana K3LL yang telah disepakati sebelumnya. Nama

perusahaan kontraktor akan disamarkan menjadi PT. A, dan PT B.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PT. Terminal Petikemas Surabaya

Jalan Tanjung Mutiara No. 1, Surabaya, Jawa Timur. Penelitian akan

berlangsung sejak pembuatan proposal sampai pengolahan data dari bulan

April-Juli 2017.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45

4.4 Variabel, Definisi Operasional dan Cara Pengukuran

No. Variabel Definisi Operasi Cara Pengukuran Kriteria


1. Work In Progress Penerapan CSSMS Tahap untuk menjamin bahwa - -
(Contractor safety security management pekerjaan telah dilaksanakan
system) sesuai dengan K3LL yang telah
Terdiri dari 9 klausul yaitu : disepakati.
Kepemimpinan dan Komitmen Manajemen
Tertinggi, Kebijakan dan Sasaran Strategis,
Organisasi, Tanggungjawab, Sumber-sumber,
Standar-standar, dan Dokumentasi,
Manajemen Bahaya dan efek, Perencanaan
dan Prosedur, Penerapan dan Pemantauan
Kinerja, Audit dan Tinjauan, Prosedur
Tanggap Darurat, Manajemen HSSE dan
Fitur-Fitur Tambahan

a. Kepemimpinan dan Komitmen Tindakan Komitmen dan Observasi, Terdapat 4 pertanyaan yang
Manajemen Tertinggi kepemimpinan dari kontraktor wawancara dan tiap itemnya memiliki skor 0-
untuk mengelola dan dokumen 2
meningkatkan kinerja K3LL perusahaan dengan terdiri dari :
berdasarkan kontrak kerja dalam menggunakan 0 = Tidak dilakukan dan tidak
CSSMS PT Terminal Petikemas checklist. ada bukti
Surabaya berdasarkan : 1=Dilaksanakan dan tidak ada
1. Manajer Senior dan manajemen bukti
tertinggi terlibat secara 2=Dilaksanakan dan ada bukti
personal dalam manajemen
HSSE. Skoring yang dihasilkan dari

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46

No. Variabel Definisi Operasi Cara Pengukuran Kriteria


2. Adanya bukti-bukti komitmen tahap Kepemimpinan dan
pada semua level organisasi Komitmen, yaitu :
kontraktor
3. Tersedianya struktur organisasi 1. 67-100% :
HSSE Kategori Baik
2. 34-66% :
Kategori Sedang
3. 0-33% :
Kategori Kurang
b. Kebijakan dan Sasaran Strategis Bentuk kebijakan dan sasaran Observasi, Terdapat 3 pertanyaan yang
strategis kontraktor dalam wawancara dan tiap itemnya memiliki skor 0-
CSSMS PT Terminal Petikemas dokumen 2
Surabaya terhadap segala perusahaan dengan terdiri dari :
kegiatan yang dilakukan pada PT menggunakan
Terminal Petikemas Surabaya checklist 0 = Tidak dilakukan dan tidak
berdasarkan : ada bukti
1. Apakah perusahaan memiliki 1=Dilaksanakan dan tidak
dokumen kebijakan HSSE. ada bukti
2. Harus adanya yang 2=Dilaksanakan dan ada
bertanggung jawab dalam bukti
keseluruhan sampai akhir
untuk HSSE di organisasi Skoring yang dihasilkan dari
kontraktor. kategori Kebijakan dan
3. Harus adanya pemenuhan Sasaran Strategis yaitu :
kebijakan HSSE dan
komunkasi dilapangan 1. 67-100% :
4. Cara komunikasi kebijakan Kategori Baik

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47

No. Variabel Definisi Operasi Cara Pengukuran Kriteria


perusahaan kontraktor kepada 2. 34-66% :
pekerja termasuk dalam Kategori Sedang
perubahan kebijakan 3. 0-33% :
Kategori Kurang
c. Organisasi, Tanggungjawab, Sumber- Suatu bentuk komitmen Observasi, Terdapat 12 pertanyaan yang
sumber, Standar-standar, dan kontraktor dalam CSSMS PT wawancara dan tiap itemnya memiliki skor 0-
Dokumentasi Terminal Petikemas Surabaya dokumen 2
untuk menerapkan Organisasi, perusahaan dengan terdiri dari :
Tanggungjawab, Sumber-sumber, menggunakan
Standar-standar, dan cara checklist 0 = Tidak dilakukan dan tidak
pendokumentasian ada bukti
Yang berdasarkan pada : 1=Dilaksanakan dan tidak
1. Terdapat pihak manajerial ada bukti
terlibat dalam aktifitas, 2=Dilaksanakan dan ada
penentuan tujuan beserta bukti
pemantauan HSSE dan
melakukan pembuatan Skoring yang dihasilkan dari
ketetapan ketentuan dalam kategori Organisasi,
rapat HSSE. Tanggungjawab, Sumber-
2. Sudah dilakukannya pelatihan sumber, Standar-standar, dan
dan peningkatan kompetensi Dokumentasi, yaitu :
terhadap para manajer dan
supervisor dalam melakukan 1. 67-100% :
pekerjaan HSSE. Kategori Baik
3. Adanya kompetensi dan 2. 34-66% :
pelatihan umum terkait HSSE Kategori Sedang
pada pekerja kontraktor pada 3. 0-33% :

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48

No. Variabel Definisi Operasi Cara Pengukuran Kriteria


lingkungan PT Terminal Kategori Kurang
Petikemas Surabaya.
4. Memiliki pengujian kesesuaian
bagi sub-kontraktor yang
dipekerjakan pada kontraktor
bersangkutan dalam kontrak
kerja di PT Terminal
Petikemas Surabaya.
5. Ketika kontraktor yang bekerja
pada PT Terminal Petikemas
Surabaya wajib memiliki
standar-standar yang
digunakan untuk melakukan
pekerjaan pada area PT
Terminal Petikemas Surabaya.
d. Manajemen Bahaya dan efek Suatu bentuk komitmen Observasi, Terdapat 15 pertanyaan yang
kontraktor dalam CSSMS PT wawancara dan tiap itemnya memiliki skor 0-
Terminal Petikemas Surabaya dokumen 2
untuk menerapkan Manajemen perusahaan dengan terdiri dari :
bahaya dan pengendalian risiko menggunakan
yang berdasarkan pada : checklist 0 = Tidak dilakukan dan tidak
1. Masing-masing memiliki ada bukti
pengendalian risiko, 1=Dilaksanakan dan tidak
peringanan bahaya dan ada bukti
pengendalian efek-efeknya. 2=Dilaksanakan dan ada
2. Adanya sistem untuk memantau bukti
keberadaan dan pemaparan

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49

No. Variabel Definisi Operasi Cara Pengukuran Kriteria


bahaya terhadap tenaga kerja. Skoring yang dihasilkan dari
3. Adanya penanganan potensi manajemen bahaya dan efek,
bahaya. yaitu :
4. Sudah adanya penyediaan,
pelatihan, pengecekan dan 1. 67-100% :
perawatan terhadap Alat Kategori Baik
Pelindung Diri (APD) pada 2. 34-66% :
pekerja kontraktor. Kategori Sedang
5. Terdapat program 5R yang 3. 0-33% :
diterapkan kontraktor. Kategori Kurang
e. Perencanaan dan Prosedur Sebagai bentuk komitmen Observasi, Terdapat 7 pertanyaan yang
kontraktor terhadap CSSMS PT wawancara dan tiap itemnya memiliki skor 0-
Terminal Petikemas Surabaya dokumen 2
yang meliputi antara lain : perusahaan dengan terdiri dari :
1. Mempunyai prosedur yang menggunakan
tetap terhadap HSSE dan dapat checklist 0 = Tidak dilakukan dan tidak
memastikan pemantauan ada bukti
terhadap pelaksanaan prosedur 1=Dilaksanakan dan tidak
kontraktor. ada bukti
2. Dapat memastikan dan 2=Dilaksanakan dan ada bukti
melakukan pemeliharaan
terhadap mesin dan peralatan Skoring yang dihasilkan dari
yang digunakan pada perencanaan dan prosedur ,
pekerjaan kontraktor. yaitu :
3. Setiap kontraktor yang
melakukan kegaitan 1. 67-100% :
transportasi harus memiliki Kategori Baik

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50

No. Variabel Definisi Operasi Cara Pengukuran Kriteria


kelengkapan berkendara. 2. 34-66% :
4. Memiliki prosedur operasional Kategori Sedang
pengangkatan dalam pekerjaan 3. 0-33% :
menggunakan alat angkat Kategori Kurang
angkut.
5. Adanya kegiatan pengetesan,
pengecekan dan tinjauan ulang
terhadap peralatan
pengangkatan.
6. Terdapat kompetensi terhadap
personil operasional
pengangkatan.
f. Penerapan dan Pemantauan Kinerja Sebagai upaya kontraktor untuk Observasi, Terdapat 9 pertanyaan yang
melakukan pencapaian dalam wawancara dan tiap itemnya memiliki skor 0-
melakukan nihil kecelakaan dokumen 2
kerja dalam melakukan perusahaan dengan terdiri dari :
pekerjaan di PT Terminal menggunakan
Petikemas Surabaya antara lain checklist 0 = Tidak dilakukan dan tidak
: ada bukti
1. Sudah memiliki pengaturan dan 1=Dilaksanakan dan tidak ada
pengawasan dan penyampaian bukti
hasil dalam rapat HSSE 2=Dilaksanakan dan ada bukti
2. Setiap kontraktor wajib
memiliki data kecelakaan Skoring yang dihasilkan dari
dalam menjalankan pemantauan dan penerapan
pekerjaannya. kinerja, yaitu :
3. Terdapat adanya penyelidikan

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51

No. Variabel Definisi Operasi Cara Pengukuran Kriteria


kejadian dan pelaporan 1. 67-100% :
terhadap kecelakaan yang Kategori Baik
terdapat pada kontraktor. 2. 34-66% :
Kategori Sedang
3. 0-33% :
Kategori Kurang
g. Audit dan Tinjauan Upaya kontraktor dalam Observasi, Terdapat 3 pertanyaan yang
melaksanakan tinjauan ulang dan wawancara dan tiap itemnya memiliki skor 0-
audit dalam melakukan kegiatan dokumen 2
yang berhubungan dengan HSSE perusahaan dengan terdiri dari :
antara lain : menggunakan
checklist 0 = Tidak dilakukan dan tidak
1. Wajib memliki kebijakan ada bukti
tertulis terhadap audit HSSE. 1=Dilaksanakan dan tidak ada
2. Kebijakan tersebut dapat bukti
menetapkan standar untuk 2=Dilaksanakan dan ada bukti
mengaudit.
Skoring yang dihasilkan dari
audit dan tinjauan , yaitu :
1. 67-100% :
Kategori Baik
2. 34-66% :
Kategori Sedang
3. 0-33% :
Kategori Kurang
h. Prosedur Tanggap Darurat Sebagai upaya pemenuhan dalam Observasi, Terdapat 1 pertanyaan yang
prosedur CSSMS PT Terminal wawancara dan tiap itemnya memiliki skor 0-

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52

No. Variabel Definisi Operasi Cara Pengukuran Kriteria


Petikemas Surabaya. Dalam hal dokumen 2
ini harus adanya perencanaan perusahaan dengan terdiri dari :
tanggap darurat . menggunakan
checklist 0 = Tidak dilakukan dan tidak
ada bukti
1=Dilaksanakan dan tidak ada
bukti
2=Dilaksanakan dan ada bukti

Skoring yang dihasilkan dari


prosedur tanggap darurat ,
yaitu :

1. 67-100% :
Kategori Baik
2. 34-66% :
Kategori Sedang
3. 0-33% :
Kategori Kurang
i. Manajemen HSSE dan Fitur-Fitur Adanya manajemen HSSE dan Observasi, Terdapat 2 pertanyaan yang
Tambahan fitur-fitur tambahan dalam wawancara dan tiap itemnya memiliki skor 0-
melakukan penerapan pada dokumen 2
tingkat manajerial HSSE di perusahaan dengan terdiri dari :
kontraktor. menggunakan
checklist 0 = Tidak dilakukan dan tidak
ada bukti
1=Dilaksanakan dan tidak ada

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53

No. Variabel Definisi Operasi Cara Pengukuran Kriteria


bukti
2=Dilaksanakan dan ada bukti
Skoring yang dihasilkan dari
manajemen HSSE dan fitur-
fitur tambahan , yaitu :

1. 67-100% :
Kategori Baik
2. 34-66% :
Kategori Sedang
3. 0-33% :
Kategori Kurang
2. Kecelakaan Kerja Angka kecelakaan kerja meliputi Dokumen Dapat mengurangi angka
FR dan SR pada PT A dan PT B perusahaan dan kecelakaan kerja :
sebelum dan sesudah wawancara. 1) Penurunan pada tingkat
diterapkannya CSSMS Frequency Rate dan
Severity Rate
2) Penurun-an angka tingkat
kecelaka-an kerja

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54

4.5 Teknik dan Instrumen pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi :

4.5.1 Data primer

a. Observasi

Checklist digunakan sebagai panduan untuk mengevaluasi

pelaksanaan tahap work in progress dalam Contractor safety

security management system (CSSMS)

b. Wawancara

Wawancara pihak HSE representative yang menangani CSSMS

kontraktor untuk mengetahui lebih dalam tentang penerapan

CSSMS tahap work in progress.

4.5.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah ada di perusahaan. Data

sekunder digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan

data tersebut sesuai dengan tujuan penelitian. Data ini digunakan

untuk mendukung data primer.

Data sekunder meliputi antara lain, seperti:

a. Profil Perusahaan

b. Data / Dokumen CSSMS

c. Prosedur CSSMS

d. Annual Repot CSSMS

e. Data Kecelakaan Kerja

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55

4.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Setelah hasil wawancara, data observasi dan data sekunder tentang

kecelakaan kerja diperoleh, kemudian data diolah dengan cara dibandingkan

sebelum dan sesudah dilakukannya CSSMS di perusahaan. Setelah

dibandingkan data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara deskriptif

dengan menjabarkan hasil yang ada. Dari sini akan diketahui tentang

penerapan CSSMS (Contractor safety security management system) terhadap

tingkat kecelakaan kerja di PT Terminal Petikemas Surabaya.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 PT Terminal Petikemas Surabaya

5.1.1 Gambaran Umum PT Terminal Petikemas Surabaya

Gambar 5.1 PT Terminal Petikemas Surabaya


Sumber : dokumentasi pribadi, 2017

PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS) merupakan terminal petikemas

bertaraf internasional pertama di Surabaya yang dibangun sejak tahun 1992

(awalnya dengan nama Unit Terminal Petikemas/UPTK). Pada tanggal 29 April

1999, UPTK diprivatisasi dengan kepemilikan saham PT (persero) Pelabuhan

Indonesia III sebesar 51% dan P & O Ports Australia sebesar 49%, sekaligus

berganti nama menjadi PT Terminal Petikemas Surabaya. Selanjutnya pada

tanggal 1 Maret 2006, saham kepemilikan P & O Ports Australia diambil alih oleh

Dubai Ports World (DP World, 2015).

56

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57

TPS dalam tahun-tahun pengoperasiannya telah memiliki reputasi sebagai sebuah

Terminal Petikemas yang efisien dan efektif terhadap biaya, yang mampu

melayani kebutuhan masyarakat pelayaran dan para importir dan eksportir di

Indonesia Bagian Timur. Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, sudah sejak

berabad-abad menjadi sebuah pintu gerbang utama menuju pulau-pulau seluruh

Kepulauan Indonesia. Dengan posisinya yang berada di sebelah timur pulau Jawa,

sebagian besar Perusahaan Pelayaran Domestik telah menikmati layanan

pelabuhan yang telah melayani di seluruh Kepulauan Indonesia. Kapal-kapal

dagang internasional memiliki jadwal berlayar mingguan secara tetap ke

pelabuhan-pelabuhan utama di Asia Timur dan berlayar harian ke Pelabuhan Hub

di Selat Malaka, dengan koneksi langsung terhadap ke empat sudut dunia.

TPS dengan fasilitas dermaga sepanjang 1450 meter dan lapangan

penumpukan petikemas seluas 40 hektar berkapasitas untuk menangani lebih dari

dua juta teus pertahun. Pada tahun 2004, untuk pertama kalinya TPS mampu

menangani lebih dari satu juta teus dalam tahun kalender. Produktifitas terminal

dipantau secara terus-menerus. Dalam lima tahun terakhir ini, tingkat penanganan

kapal petikemas telah meningkat dua kali lipat, dan waktu balik truk (TRT) telah

menurun sampai 50%. Hal penting yang mendukung kesuksesan TPS, adalah tak

luput dari kinerja para pegawai perusahaan dan para kontraktornya. Untuk hal ini,

perusahaan mengadakan pelatihan dan kursus pendukung secara teratur, dan

memastikan terkait dengan masalah kepegawaian, perusahaan mengedepankan

sikap adil. Dewan Komisaris dan Dewan Direktur TPS berkomitmen untuk

mempertahankan posisi yang penting yang dipegang oleh TPS yaitu sebagai

”Pintu Gerbang ke Kawasan Indonesia Bagian Timur” dan memastikan

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58

peningkatan mutu layanan yang dibutuhkan dalam pertumbuhan perekonomian di

Indonesia di tahun-tahun yang akan datang.

5.1.2 Visi dan Misi

5.1.2.1 Visi PT Terminal Petikemas Surabaya

Visi PT Terminal Petikemas Surabaya, sebagai sebuah terminal

berstandar kelas dunia di Indonesia, berkomitmen untuk mempertahankan posisi

TPS yang unik dan menonjol yaitu sebagai Pintu Gerbang ke kawasan Indonesia

bagian Timur, memastikan bahwa perusahaan mampu menyediakan layanan

bermutu yang dibutuhkan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dan

untuk menyediakan layanan terbaik bagi para pelanggan. Dengan motto

perusahaan yaitu Reliable Terminal with Service Excellence(Terminal Terpercaya

dengan Layanan Sempurna), kepuasan pelanggan menjadi prioritas utama TPS.

Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan berupaya untuk:

1. Menyediakan dan memastikan bahwa layanan yang diberikan kapada para

pelanggan yaitu memuat dan membongkar petikemas tepat waktu dan

terjadwal.

2. Menyediakan layanan ekstra kepada para pelanggan apabila petikemas mereka

membutuhkan tempat lebih banyak atau peralatan tambahan lainnya, seperti

reefer plug, yang digunakan untuk mempertahankan suhu dingin petikemas.

3. Menyediakan fasilitas tambahan lain, pada saat pembongkaran atau pemuatan

petikemas, seperti penyediaan air bersih atau bahan bakar.

4. Mengutamakan kepuasan para pelanggan dengan menyediakan layanan bagi

mereka dengan sepenuh hati.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59

5.1.2.2 Misi PT Terminal Petikemas Surabaya

Misi PT Terminal Petikemas Surabaya adalah menjadi suatu perusahaan

yang terus maju, tanggap, dapat dipercaya, yang menyediakan fasilitas terminal

petikemas yang dapat memenuhi semua permintaan baik untuk perdagangan

domestik ataupun internasional bagi seluruh masyarakat perdagangan di kawasan

Indonesia bagian Timur.

Untuk mencapai sasaran tersebut, perusahaan berupaya untuk:

1. Menyediakan jasa layanan transportasi kepada para pelanggan yang dapat

menjamin pengiriman barang yang aman, efisien, dan tepat waktu

2. Menjamin terpeliharanya lingkungan kerja yang aman dan bersahabat

dengan lingkungan

3. Mengembangkan potensi para pegawai secara optimal

4. Ikut meningkatkan kegiatan perdagangan guna menjamin tercapainya

sukses bisnis serta mengupayakan tingkat pengembalian investasi yang

wajar kepada para pemegang saham.

5. Berupaya menggalang dukungan dari masyarakat luas dalam menjalankan

perannya sebagai perusahaan milik masyarakat.

5.1.2.3 Kebijakan Perusahaan

PT Terminal Petikemas Surabaya menyadari bahwa usahanya dalam

melakukan kegiatan jasa pelabuhan memiliki potensi resiko keselamatan yang

besar baik terhadap pekerja, masyarakat maupun lingkungan. Oleh karena itu,

seluruh manajemen PT Terminal Petikemas Surabaya memiliki komitmen

untuk selalu meningkatkan kinerja perusahaan dengan menerapkan sistem

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60

manajemen lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja secara

berkelanjutan.

5.1.3 Struktur Organisasi

President Director
Vice President Director

Finance Director Operation Director Engineering Director

HSSE MANAGER Human Legal and Commercial Manager Information and Technology
Resource Manager Manager Manager

Security Assitant Health, General Affair General Affair Legal Assitant Public Relation IT Application IT Infrasturcture
Manager Safety & Environtment Assitant Manager Assitant Manager Manager Assistant Manager Assitant Manager Assistant Manager
Assistant Manager

Security Administration Health, Office & Supply Training & Development Contract Management Public Relation Application Support Hardware & IT
Superintendent Safety & Environtment Management Superintendent Superintendent Superintendent Superintendent Support
Superintendent Superintendent Superintendent

Security Superintendent Safety & Fire General Affair HR Management Legal TOS & SAMS Administrator
Protection Superintendent Asssistant Manager Corporate & Litigation Superintendent Superintendent
Superintendent Superintendent

(Sumber : PT Terminal Petikemas, 2015)


Gambar 5.2 Struktur Organisasi PT Terminal Petikemas Surabaya

Pucuk pimpinan tertinggi di PT Terminal Petikemas Surabaya berada pada

presiden direktur didampingi wakil presiden direktur, kemudian di bawahnya ada

tiga direktur, yaitu direktur keuangan, direktur operasional, dan direktur teknik.

Disamping itu terdapat tiga manajer yang bertanggung jawab langsung kepada

presiden direktur yaitu manajer HSSE, manajer Human Resource, L&C Manager

dan Manager IT.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61

5.2 Implementasi CSSMS di PT Terminal Petikemas Surabaya

Contractor Safety& Security Management System (CSSMS) adalah suatu

program agar perusahaan (PT Terminal Petikemas Surabaya) bisa mengetahui

sejauh mana pengelolaan keselamatan kerja dari kontraktor tersebut. PT Terminal

Petikemas Surabaya telah melaksanakan CSSMS sejak bulan oktober 2016,

dimana untuk ke depannya di tiap tahunnya diharapkan para kontraktor sudah

memahami dan menerapkan CSSMS dalam pengelolaan aspek keselamatan,

sehingga sudah memahami dan menerapkan CSSMS dalam pengelolaan aspek

keselamatan, sehingga dapat meminimalkan angka kecelakaan kerja. Dari hasil

observasi audit CSSMS tahun 2017, didapatkan sudah diterapkannya CSSMS

dengan baik, namun meskipun masih ada yang harus ditingkatkan lagi tiap

tahapan dari CSSMS tersebut. Berdasarkan pedoman pelaksanaan CSSMS di PT

Terminal Petikemas Surabaya. CSSMS mempunyai pengertian atau lebih dikenal

dengan Contractor Safety & Security Management System. Dalam hal ini prosedur

pelaksanaan CSSMS terbagi dalam enam langkah yang dalam strukturnya

dikelompokkan ke dalam dua tahap. Setiap tahapan terdiri dari tiga langkah, yaitu

tahap kualifikasi terdiri dari Risk Assessment, Pra Qualification, Selection, dan

tahap implementasi kontrak terdiri dari Pre Job Activity, Work in Progress, Final

Evaluation. Untuk memastikan CSSMS ini dapat terlaksana sesuai dengan

pedoman yang telah dibuat perusahaan. Dalam pelaksanaan CSSMS melibatkan

beberapa fungsi atau unit kerja, seperti : engineering, staf pengadaan dan HSE.

Pelaksanaan CSSMS di PT Terminal Petikemas Surabaya sebagai jembatan untuk

menghubungkan HSE perusahaan dengan HSE kontraktor. Dasar hukum tentang

CSSMS yaitu :

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62

1. UU No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3)

2. Keputusan Direktur PT Terminal Petikemas Surabaya

3. CSSMS Manual Dubai Port World (DPW)

4. Prosedur kualifikasi CSSMS

5. Prosedur Field Implementation

5.2.1 Work In Progress

Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari proses CSSMS dalam tahap ini

Work In Progress dari kinerja kontraktor secara keseluruhan pada saat melakukan

pekerjaan dari tahap penilaian resiko sampai pada tahap akhir pekerjaan akan

dinilai untuk dipergunakan mempertimbangkan kinerja kontraktor apabila

kontraktor tersebut mengikuti tender selanjutnya. Menurut Soehatman Ramli

2010, Work In Progress dilakukan untuk mengevaluasi kinerja K3 kontraktor

sebagai bahan pertimbangan untuk pekerjaan yang akan datang.

Evaluasi Work In Progress adalah evaluasi terhadap kinerja HSE

kontraktor selama pelaksanaan pekerjaan. Hasil dari observasi audit CSSMS

terhadap kontraktor PT Terminal Petikemas Surabaya tahap Work In Progress

pada CSSMS (Contractor Safety and Security Management System) yang

dilakukan oleh PT Terminal Petikemas Surabaya menggunakan standar

internasional yaitu berupa standar yang dikeluarkan oleh Dubai Port World

(DPW), selaku kepemilikan saham terbesar di PT Terminal Petikemas Surabaya.

Tahap evaluasi dilakukan bersama antara kontraktor dan perusahaan untuk

memberikan umpan balik yang akan dijadikan acuan untuk pekerjaan yang akan

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63

datang. Evaluasi berdasarkan kinerja K3LL yang diverifikasi secara berkala

sepanjang kontrak dengan laporan akhir sebagai hasil evaluasi.

Pada setiap tahapan Work In Progress CSSMS tersebut pihak pengelola

harus melakukan upaya pembinaan dan pengendalian kontraktor sehingga semua

pekerjaan kontraktor dapat berjalan dengan aman dan selamat (Ramli, 2010).

5.3 Evaluasi penerapan Contractor Safety Security Management System

(CSSMS).

Penilaian pada evaluasi penerapan Contractor Safety Security Management

System (CSSMS) yang berdasarkan Dubai Port World (DPW) ini hanya

mengamati pada dua kontraktor terbesar pada PT Terminal Petikemas Surabaya.

Pada tahap Work In Progress ini diikuti oleh dua perusahaan kontraktor terbesar

yang ada di PT Terminal Petikemas Surabaya untuk diambil satu perusahaan

kontraktor yang potensial untuk mengerjakan pekerjaan yang akan datang. Nama

perusahaan kontraktor akan disamarkan menjadi PT. A, dan PT B. Evaluasi

penerapan pelaksanaan Contractor Safety Security Management System (CSSMS)

pada tahap Work In Progress kontraktor PT Terminal Petikemas Surabaya yang

meliputi antara lain : Kepemimpinan dan Komitmen Manajemen Tertinggi,

Kebijakan dan Sasaran Strategis, Organisasi, Tanggungjawab, Sumber-sumber,

Standar-standar, dan Dokumentasi, Manajemen Bahaya dan efek, Perencanaa dan

Prosedur, Penerapan dan Pemantauan Kinerja, Audit dan Tinjauan, Prosedur

Tanggap Darurat, Manajemen HSSE dan Fitur-Fitur Tambahan.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64

5.3.1 Kepemimpian dan Komitment Manajemen Tertinggi

Kepemimpinan dan komitmen manajemen tertinggi merupakan salah satu

aspek dalam Work In Progress kegiatan Contractor Safety Security Management

System (CSSMS) yang dimana merupakan salah satu wujud komitmen kontraktor

dalam melakukan kegiatannya (Vico Indonesia, 2015).

Kepemimpinan dan komitmen perusahaan inti terhadap Contractor Safety

Security Management System (CSSMS) adalah komitmen dari sebuah perusahaan

dan usaha K3LL yang komprehensif terhadap kontraktor yang melakukan

kegiatan di PT Terminal Petikemas Surabaya. Usaha dari perusahaan kontraktor

sebaiknya dicerminkan dari tindakan manajerial dan dikoordinasikan mulai dari

tingkat manajemen yang paling tinggi (top manager). Hasil dari observasi

evaluasi pada tahap Work In Progress CSSMS untuk Kepemimpinan dan

Komitmen Manajemen Tertinggi, pada tabel skoring evaluasi pada tahap Work In

Progress CSSMS (terlampir pada lampiran 2.) adalah sebagai berikut :

Pada aspek pimpinan para manajer senior dan manajemen tertinggi terlibat

secara personal dalam manajemen HSSE, dalam hal ini PT A mendapatkan point

2 yang artinya dilaksanakan dan ada bukti sedangkan PT B mendapatkan point 1

yang artinya dilaksanakan dan tidak ada bukti. Dengan begitu PT A telah

melaksanakan aspek keterlibatan secara personal dalam manajemen HSSE di

perusahaan kontraktor dan ada berupa bukti keterlibatan dalam masalah rapat

ataupun safety meeting. Pada PT B telah melaksanakan aspek keterlibatan secara

personal dalam manajemen HSSE di perusahaan kontraktor namun tidak ada bukti

yang mendukung dalam pelaksanaannya.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65

Pada aspek komitmen pada semua level organisasi perusahaan kontraktor,

perusahaan kontaktor wajib menyatakan target-target perusahaan tahun berjalan

untuk kinerja HSSE dan memastikan bahwa organisasi perusahaan kontraktor

mengerti dan berkomitmen untuk mencapai target HSSE. Dalam hal ini PT A

pada menyatakan target-target perusahaan serta organisasi perusahaan mengerti

dan berkomitmen terhadap K3, yang masing-masing penilaian mendapatkan point

1 yang artinya dilaksanakan dan tidak ada bukti. Pada PT B dalam penilaian

menyatakan target-target perusahaan serta organisasi perusahaan mengerti dan

berkomitmen terhadap K3 masing-masing mendapatkan point 2 yang artinya

dilaksanakan dan ada bukti dan point 1 yang artinya dilaksanakan dan tidak ada

bukti. Dengan begitu PT A telah melaksanakan aspek komitmen pada semua level

organisasi perusahaan kontraktor dan tidak ada berupa bukti keterlibatan dalam

masalah pencapaian target-target perusahaan dalam HSSE. Sedangkan Pada PT B

telah melaksanakan aspek melaksanakan aspek komitmen pada semua level

organisasi perusahaan kontraktor dan ada bukti yang mendukung dalam

pelaksanaannya.

Pada aspek mempromosikan budaya positif terhadap masalah-masalah HSSE,

dalam hal ini PT A sudah mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan namun

tidak ada bukti sedangkan PT B mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan

dan tidak ada bukti. Dengan begitu PT A telah melaksanakan aspek

mempromosikan budaya positif terhadap masalah-masalah HSSE di perusahaan

kontraktor namun tidak ada berupa bukti keterlibatannya yang terbukti dalam

tidak adanya panutan dalam melakukan promotif budaya dalam K3. Pada PT B

telah melaksanakan aspek keterlibatan secara personal dalam manajemen HSSE di

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66

perusahaan kontraktor namun tidak ada bukti yang mendukung dalam

pelaksanaannya.

Pada aspek adanya struktur organisasi HSSE, dalam hal ini PT A sudah

mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan namun tidak ada bukti sedangkan

PT B mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan dan ada bukti. Dengan

begitu PT A tidak ada stuktur organisasi HSE yang ditampilkan pada saat tinjauan

dari pihak perusahaan induk. Pada PT B telah melaksanakan aspek adanya

struktur organisasi HSSE dan disertai bukti akan adanya struktur organisasi pada

PT B.

70%

70%

68%

66%
60%
64%

62%

60%

58%

56%

54%
PT A PT B

Gambar 5.3 Diagram Batang Hasil Penilaian dari Kepemimpinan dan


Komitmen Manajemen Tertinggi terhadap kontraktor PT A &
PT B di PT Terminal Petikemas Surabaya

Berdasarkan hasil evaluasi pada tahap Work In Progress CSSMS untuk

Kepemimpinan dan Komitmen Manajemen Tertinggi dapat diketahui bahwa total

nilai dari 4 pertanyaan yang diajukan telah mendapatkan nilai lebih dari 50%,

yang artinya penerapan untuk komitmen dan kepemimpinan telah berjalan dengan

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67

baik, sekalipun masih ada yang kurang untuk aspek data referensi tentang tingkat

komitmen dan kepemimpinan pada PT A dan PT B. Dimana seharusnya

kontraktor yang akan mengerjakan pekerjaan harus benar-benar berkomitmen

dalam pelaksanaan K3 di area PT Terminal Petikemas Surabaya.

Pada Gambar 5.1 menunjukkan diagram batang hasil penilaian dari peneliti

yaitu sebesar 70 % terhadap PT A termasuk dalam kategori baik sedangkan PT B

sebesar 60% termasuk dalam kategori sedang dan membutuhkan perbaikan lebih

lanjut. Sehingga tingkat pemenuhan penilaian presentase dari Kepemimpinan dan

Komitmen Manajemen Tertinggi, lebih unggul PT A.

5.3.2 Kebijakan dan Sasaran Strategis

Kebijakan dan sasaran strategis ini merupakan salah satu bagian tahap dari

Work In Progress. Dimana kebijakan dan sasaran strategis ini harus merupakan

bagian integral dari keseluruhan manajemen organisasi. Dalam hal ini pihak

manajerial melakukan peningkatan koordinasi dalam melaksanakan kebijakan dan

sasaran strategis berdasarkan prosedur kinerja perusahaan (BP Migas, 2010).

Pihak perusahaan kontraktor diwajibkan mempersiapkan dokumentasi dan

koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kontraktor untuk meningkatkan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada seluruh pekerja. Hasil dari observasi

evaluasi pada tahap Work In Progress CSSMS untuk Kebijakan dan Sasaran

strategis, pada tabel skoring evaluasi pada tahap Work In Progress CSSMS

(terlampir pada lampiran 2.) adalah sebagai berikut :

Pada aspek perusahaan kontraktor diwajibkan memiliki dokumen kebijakan

HSSE, dalam hal ini PT A mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan dan ada

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68

bukti sedangkan PT B mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan dan ada

bukti. Dengan begitu PT A telah memiliki dokumen kebijakan HSSE dan ada

berupa bukti pada dokumen. Pada PT B telah memiliki dokumen kebijakan HSSE

dan ada berupa bukti pada dokumen.

Pada aspek pertanggungjawaban secara keseluruhan sampai akhir pekerjaan

untuk HSSE, dalam hal ini PT A mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan

dan ada bukti sedangkan PT B mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan dan

dan ada bukti. Dengan begitu PT A telah petangggungjawban dalam HSSE di

lingkungan kerjanya dan ada berupa bukti pada dokumen. Pada PT B telah

petangggungjawban dalam HSSE di lingkungan kerjanya dan ada berupa bukti

pada dokumen

Pada aspek pemenuhan kebijakan HSSE dan komunikasinya di lapangan,

dalam hal ini PT A sudah mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan namun

tidak ada bukti sedangkan PT B mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan

dan tidak ada bukti. Dengan begitu PT A telah melaksanakan aspek pemenuhan

kebijakan HSSE dan komunikasinya di lapangan namun tidak ada berupa bukti

keterlibatannya yang terbukti dalam tidak adanya koordinasi yang bagus dalam

penyampaian kebijakan HSSE. Pada PT B telah pemenuhan kebijakan HSSE dan

komunikasinya di lapangan dan ada bukti yang mendukung dalam

pelaksanaannya.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69

88% 88%

90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
PT A PT B

Gambar 5.4 Diagram Batang Hasil Presentase dari Kebijakan dan Sasaran
Strategis
Gambar 5.2 menunjukkan hasil penilaian dari peneliti yaitu sebesar

88% untuk penilaian PT A termasuk dalam kategori baik sedangkan 88% untuk

penilaian PT B dalam kategori baik dengan nilai maksimal sebesar 100%

sehingga tingkat pemenuhan penilaian dari Kebijakan dan Sasaran Strategis

memiliki presentase yang sama antara PT A dan PT B.

5.3.3 Organisasi, Tanggungjawab, Sumber-Sumber, Standar-Standar, dan


Dokumentasi

Dalam melaksanakan pemenuhan penilaian tahap Work In Progress

Contractor Safety Security Management System (CSSMS) para kontraktor wajib

mempunyai organisasi, tanggungjawab, standar-standar dan dokumentasi dalam

pelaksanaan pekerjaannya. Untuk dilakukannya pelaksanaan organisasi dan

tanggungjawab maka perlu adanya keterlibatan manajemen dalam aktivitas,

penentuan tujuan dan pemantauan HSSE (Vico Indonesia, 2010). Selain itu dalam

pemenuhan penilaian tahap Work In Progress ini kontraktor dituntut untuk

memenuhi sumber-sumber, standar-standar dan dokumentasi dalam melakukan

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70

pekerjaannya sesuai dengan permintaan perusahaan pemberi tender. Dan

kontraktor mengharuskan untuk bisa memenuhi apa yang diminta perusahaan

pemberi tender tersebut.Hasil dari observasi evaluasi pada tahap Work In

Progress CSSMS untuk Organisasi, Tanggungjawab, Sumber-Sumber, Standar-

Standar, dan Dokumentasi, pada tabel skoring evaluasi pada tahap Work In

Progress CSSMS (terlampir pada lampiran 2.) adalah sebagai berikut :

Pada aspek Organisasi, dalam hal ini secara keseluruhan PT A mendapatkan

poin 1 yang artinya dilaksanakan dan tidak ada bukti sedangkan PT B

mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan dan dan ada bukti. Dengan begitu

PT A telah memiliki keterlibatan organisasi dalam pemantauan HSSE dan

memiliki ketetapan peraturan yang dikomunikasikan terhadap para pekerja dalam

pertemuan HSSE namun tidak memiliki bukti pelengkap yang harus dipenuhi

pada saat terjadinya pemenuhan kegiatan penilain dari evaluasi pada tahap

evaluasi CSSMS. Pada PT B telah memiliki memiliki keterlibatan organisasi

dalam pemantauan HSSE dan memiliki ketetapan peraturan yang

dikomunikasikan terhadap para pekerja dalam pertemuan HSSE dan ada berupa

bukti pada dokumen.

Pada aspek kompetensi dan pelatihan untuk manajerial HSSE, dalam hal ini

secara keseluruhan PT A mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan dan ada

bukti sedangkan PT B mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan dan dan ada

bukti. Dengan begitu PT A telah melakukan perencanaa, pemantauan, dan

melakukan pekerjaan menerima pelatihan HSSE resmi dalam tanggung jawabnya

sesuai dengan persyaratan-persyaratan dalam melakukan pekerjaan HSSE dan

tidak ada bukti pada dokumen. Pada PT B telah melakukan perencanaan,

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71

pemantauan, dan melakukan pekerjaan menerima pelatihan HSSE resmi dalam

tanggung jawabnya sesuai dengan persyaratan-persyaratan dalam melakukan

pekerjaan HSSE dan ada berupa bukti pada dokumen

Pada aspek Kompetensi dan Pelatihan Umum terkait HSSE, dalam hal ini

secara keseluruhan PT A sudah mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan

namun tidak ada bukti sedangkan PT B mendapatkan poin 2 yang artinya

dilaksanakan dan tidak ada bukti. Dengan begitu PT A telah memastikan para

pekerja memiliki pengetahuan HSSE industri dasar sekaligus memberikan

pengetahuan untuk memahami mengenai kebijakan dan pelaksanaan HSSE namun

tidak ada berupa bukti keterlibatannya yang terbukti dalam tidak adanya

koordinasi yang bagus dalam penyampaian kebijakan HSSE. Pada PT B telah

memastikan para pekerja memiliki pengetahuan HSSE industri dasar sekaligus

memberikan pengetahuan untuk memahami mengenai kebijakan dan pelaksanaan

HSSE namun tidak ada berupa bukti keterlibatannya yang terbukti dalam tidak

adanya koordinasi yang bagus dalam penyampaian kebijakan HSSE dan ada bukti

yang mendukung dalam pelaksanaannya.

Pada aspek pelatihan khusus terkait HSSE, dalam hal ini secara

keseluruhan PT A sudah mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan dan ada

bukti sedangkan PT B mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan dan tidak

ada bukti. Dengan begitu PT A telah mengidentifikasi area operasi perusahaan,

dimana pelatihan khusus diperlukan untuk menangani potensi bahaya khusus yang

ada dalam aktivitas pekerjaannya dan dalam pelaksanaan HSSE untuk menangani

potensi bahaya khusus yang ada dilengkapi dengan ada berupa bukti

keterlibatannya. Pada PT B telah telah mengidentifikasi area operasi perusahaan,

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72

dimana pelatihan khusus diperlukan untuk menangani potensi bahaya khusus yang

ada dalam aktivitas pekerjaannya dan dalam pelaksanaan HSSE untuk menangani

potensi bahaya khusus dan tidak adanya bukti yang mendukung dalam

pelaksanaannya.

Pada aspek personil HSSE berkualifikasi terkait HSSE, dalam hal ini

secara keseluruhan PT A sudah mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan

namun tidak ada bukti sedangkan PT B mendapatkan poin 2 yang artinya

dilaksanakan dan tidak ada bukti. Dengan begitu PT A telah memastikan para

pekerja memiliki pengetahuan HSSE industri dasar sekaligus memberikan

pengetahuan untuk memahami mengenai kebijakan dan pelaksanaan HSSE namun

tidak ada berupa bukti keterlibatannya yang terbukti dalam tidak adanya

koordinasi yang bagus dalam penyampaian kebijakan HSSE. Pada PT B telah

memastikan para pekerja memiliki pengetahuan HSSE industri dasar sekaligus

memberikan pengetahuan untuk memahami mengenai kebijakan dan pelaksanaan

HSSE namun tidak ada berupa bukti keterlibatannya yang terbukti dalam tidak

adanya koordinasi yang bagus dalam penyampaian kebijakan HSSE dan ada bukti

yang mendukung dalam pelaksanaannya.

Pada aspek pengujian kesesuaian bagi sub kontraktor, dalam hal ini secara

keseluruhan PT A sudah mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan namun

tidak ada bukti sedangkan PT B mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan

dan tidak ada bukti. Dengan begitu PT A telah memastikan para pekerja memiliki

pengetahuan HSSE industri dasar sekaligus memberikan pengetahuan untuk

memahami mengenai kebijakan dan pelaksanaan HSSE namun tidak ada berupa

bukti keterlibatannya yang terbukti dalam tidak adanya koordinasi yang bagus

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73

dalam penyampaian kebijakan HSSE. Pada PT B telah memastikan para pekerja

memiliki pengetahuan HSSE industri dasar sekaligus memberikan pengetahuan

untuk memahami mengenai kebijakan dan pelaksanaan HSSE namun tidak ada

berupa bukti keterlibatannya yang terbukti dalam tidak adanya koordinasi yang

bagus dalam penyampaian kebijakan HSSE dan ada bukti yang mendukung dalam

pelaksanaannya.

Pada aspek standar-standar HSSE, dalam hal ini secara keseluruhan PT A

sudah mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan namun tidak ada bukti

sedangkan PT B mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan dan tidak ada

bukti. Dengan begitu PT A telah memastikan para pekerja memiliki pengetahuan

HSSE industri dasar sekaligus memberikan pengetahuan untuk memahami

mengenai kebijakan dan pelaksanaan HSSE namun tidak ada berupa bukti

keterlibatannya yang terbukti dalam tidak adanya koordinasi yang bagus dalam

penyampaian kebijakan HSSE. Pada PT B telah memastikan para pekerja

memiliki pengetahuan HSSE industri dasar sekaligus memberikan pengetahuan

untuk memahami mengenai kebijakan dan pelaksanaan HSSE namun tidak ada

berupa bukti keterlibatannya yang terbukti dalam tidak adanya koordinasi yang

bagus dalam penyampaian kebijakan HSSE dan ada bukti yang mendukung dalam

pelaksanaannya.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74

88%

88%
87%
86%
85%
82%
84%
83%
82%
81%
80%
79%
PT A PT B

Gambar 5.5 Hasil Penilaian dari Organisasi, Tanggungjawab, Sumber-


Sumber, Standar-Standar, dan Dokumentasi
Gambar 5.3 menunjukkan hasil penilaian dari peneliti yaitu sebesar

82% untuk penilaian PT A termasuk dalam kategori baik sedangkan 88% untuk

penilaian PT B termasuk dalam kategori baik dengan nilai maksimal sebesar

100% sehingga tingkat pemenuhan penilaian dari Organisasi, Tanggungjawab,

Sumber-sumber, Standar-standar, dan Dokumentasi memiliki presentase yang

lebih bagus PT B dalam pemenuhan klausul Bahaya dan Manajemen Efek

dibandingkan dengan PT A.

5.3.4 Bahaya Dan Manajemen Efek

Bahaya dan manajemen efek merupakan yang paling utama dalam

melakukan kegiatan pekerjaan kontraktor. Terutama terhadap resiko/bahaya yang

sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian untuk sebagai menurunkan tingkat

resiko/bahaya menuju titik yang aman bagi pekerja kontraktor yang akan

melakukan pekerjaannya di PT Terminal Petikemas Surabaya. Penilaian bahaya

dan manajemen efek yang ada pada kontraktor tercantum pada Work In Progress

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75

CSSMS PT Terminal Petikemas Surabaya, diantaranya yaitu : memiliki prosedur,

alat pelindung diri, cara penanganan potensi bahaya, dan pencemaran lingkungan.

Hasil dari observasi evaluasi pada tahap Work In Progress CSSMS untuk

Organisasi, Tanggungjawab, Sumber-Sumber, Standar-Standar, dan Dokumentasi,

pada tabel scoring evaluasi pada tahap Work In Progress CSSMS (terlampir pada

lampiran 2.) adalah sebagai berikut :

Pada aspek Bahaya Dan Manajemen Efek, dalam hal ini PT A

mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan dan ada bukti sedangkan PT B

mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan dan ada bukti. Dengan begitu PT

A telah memiliki dokumen kebijakan HSSE dan ada berupa bukti pada dokumen.

Pada PT B telah memiliki dokumen kebijakan HSSE dan ada berupa bukti pada

dokumen.

Pada aspek Pemaparan terhadap Tenaga Kerja untuk manajerial HSSE,

dalam hal ini PT A mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan dan ada bukti

sedangkan PT B mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan dan ada bukti.

Dengan begitu PT A telah petangggungjawban dalam HSSE di lingkungan

kerjanya dan ada berupa bukti pada dokumen. Pada PT B telah

petangggungjawban dalam HSSE di lingkungan kerjanya dan ada berupa bukti

pada dokumen

Pada aspek Penanganan Potensi Bahaya, dalam hal ini PT A sudah

mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan namun tidak ada bukti sedangkan

PT B mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan dan tidak ada bukti. Dengan

begitu PT A telah melaksanakan aspek pemenuhan kebijakan HSSE dan

komunikasinya di lapangan namun tidak ada berupa bukti keterlibatannya yang

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76

terbukti dalam tidak adanya koordinasi yang bagus dalam penyampaian kebijakan

HSSE. Pada PT B telah pemenuhan kebijakan HSSE dan komunikasinya di

lapangan dan ada bukti yang mendukung dalam pelaksanaannya.

Pada aspek Alat Pelindung Diri, dalam hal ini PT A sudah mendapatkan

poin 1 yang artinya dilaksanakan namun tidak ada bukti sedangkan PT B

mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan dan tidak ada bukti. Dengan begitu

PT A telah melaksanakan aspek pemenuhan kebijakan HSSE dan komunikasinya

di lapangan namun tidak ada berupa bukti keterlibatannya yang terbukti dalam

tidak adanya koordinasi yang bagus dalam penyampaian kebijakan HSSE. Pada

PT B telah pemenuhan kebijakan HSSE dan komunikasinya di lapangan dan ada

bukti yang mendukung dalam pelaksanaannya.

Pada aspek Manajemen Limbah, dalam hal ini PT A sudah mendapatkan

poin 1 yang artinya dilaksanakan namun tidak ada bukti sedangkan PT B

mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan dan tidak ada bukti. Dengan begitu

PT A telah melaksanakan aspek pemenuhan kebijakan HSSE dan komunikasinya

di lapangan namun tidak ada berupa bukti keterlibatannya yang terbukti dalam

tidak adanya koordinasi yang bagus dalam penyampaian kebijakan HSSE. Pada

PT B telah pemenuhan kebijakan HSSE dan komunikasinya di lapangan dan ada

bukti yang mendukung dalam pelaksanaannya.

Pada aspek Industrial Higiene, dalam hal ini PT A sudah mendapatkan

poin 1 yang artinya dilaksanakan namun tidak ada bukti sedangkan PT B

mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan dan tidak ada bukti. Dengan begitu

PT A telah melaksanakan aspek pemenuhan kebijakan HSSE dan komunikasinya

di lapangan namun tidak ada berupa bukti keterlibatannya yang terbukti dalam

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77

tidak adanya koordinasi yang bagus dalam penyampaian kebijakan HSSE. Pada

PT B telah pemenuhan kebijakan HSSE dan komunikasinya di lapangan dan ada

bukti yang mendukung dalam pelaksanaannya.

Pada aspek Obat-obatan Terlarang dan Alkohol, dalam hal ini PT A

sudah mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan namun tidak ada bukti

sedangkan PT B mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan dan tidak ada

bukti. Dengan begitu PT A telah melaksanakan aspek pemenuhan kebijakan

HSSE dan komunikasinya di lapangan namun tidak ada berupa bukti

keterlibatannya yang terbukti dalam tidak adanya koordinasi yang bagus dalam

penyampaian kebijakan HSSE. Pada PT B telah pemenuhan kebijakan HSSE dan

komunikasinya di lapangan dan ada bukti yang mendukung dalam

pelaksanaannya.

79%

64%
80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
PT A PT B

Gambar 5.6 Diagram Batang Hasil Penilaian dari Bahaya dan Manajemen Efek
Gambar 5.6 menunjukkan hasil penilaian dari peneliti yaitu sebesar

64% untuk penilaian PT A termasuk dalam kategori sedang, sedangkan 79%

untuk penilaian PT B termasuk dalam kategori baik dengan nilai maksimal

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78

sebesar 100% sehingga tingkat pemenuhan penilaian dari Bahaya Dan

Manajemen Efek memiliki presentase yang lebih bagus PT B dalam pemenuhan

klausul Bahaya dan Manajemen Efek dibandingkan dengan PT A.

5.3.5 Perencanaan dan Prosedur

Menurut hasil penelitian di PT Terminal Petikemas Surabaya, kegiatan

Perencanaan dan prosedur adalah salah satu aspek dalam penilaian Work In

Progress yang bisa meningkatkan nilai aspek Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) dalam Contrator Safety Management System (CSSMS). Sekaligus

sebagai tolak ukur kelanjutannya kinerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) dalam kelanjutan memenangkan tender dalam pekerjaan perusahaan

Induk.Hasil dari observasi evaluasi pada tahap Work In Progress CSSMS

untuk Perencanaan dan Prosedur, pada tabel skoring evaluasi pada tahap Work

In Progress CSSMS (terlampir pada lampiran 2.) adalah sebagai berikut :

Pada aspek Manajemen HSSE dan Pemantauan Kinerja terkait Pekerjaan,

dalam hal ini PT A mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan dan ada

bukti sedangkan PT B mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan dan ada

bukti. Dengan begitu PT A telah memiliki dokumen kebijakan HSSE dan ada

berupa bukti pada dokumen. Pada PT B telah memiliki dokumen kebijakan

HSSE dan ada berupa bukti pada dokumen.

Pada aspek Kejadian yang Berbahaya/Kejadian yang Harus Dilaporkan

yang sesuai dengan Perundang-undangan, Ketentuan Pengembangan dan

Pemberitahuan Pelarangan, dalam hal ini PT A mendapatkan poin 2 yang

artinya dilaksanakan dan ada bukti sedangkan PT B mendapatkan poin 2 yang

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79

artinya dilaksanakan dan dan ada bukti. Dengan begitu PT A telah

petangggungjawban dalam HSSE dilingkungan kerjanya dan ada berupa bukti

pada dokumen. Pada PT B telah petangggungjawban dalam HSSE

dilingkungan kerjanya dan ada berupa bukti pada dokumen

Pada aspek Rekaman perkembangan HSSE, dalam hal ini PT A sudah

mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan namun tidak ada bukti

sedangkan PT B mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan dan tidak ada

bukti. Dengan begitu PT A telah melaksanakan aspek pemenuhan kebijakan

HSSE dan komunikasinya di lapangan namun tidak ada berupa bukti

keterlibatannya yang terbukti dalam tidak adanya koordinasi yang bagus dalam

penyampaian kebijakan HSE. Pada PT B telah pemenuhan kebijakan HSSE

dan komunikasinya di lapangan dan ada bukti yang mendukung dalam

pelaksanaannya.

Pada aspek Penyelidikan Kejadian dan Pelaporan, dalam hal ini PT A sudah

mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan namun tidak ada bukti

sedangkan PT B mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan dan tidak ada

bukti. Dengan begitu PT A telah melaksanakan aspek pemenuhan kebijakan

HSSE dan komunikasinya di lapangan namun tidak ada berupa bukti

keterlibatannya yang terbukti dalam tidak adanya koordinasi yang bagus dalam

penyampaian kebijakan HSSE. Pada PT B telah pemenuhan kebijakan HSSE

dan komunikasinya di lapangan dan ada bukti yang mendukung dalam

pelaksanaannya.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80

79%

80%

78%

76%
71%
74%

72%

70%

68%

66%
PT A PT B

Gambar 5.7 Diagram batang Hasil Penilaian dari Perencanaan dan Prosedur
Gambar 5.7 menunjukkan hasil penilaian dari peneliti yaitu sebesar 71%

untuk penilaian PT A termasuk dalam kategori baik sedangkan 79% untuk

penilaian PT B termasuk dalam kategori baik dengan nilai maksimal sebesar

100% sehingga tingkat pemenuhan penilaian dari Perencanaa dan prosedur

memiliki presentase yang lebih bagus PT B dalam pemenuhan klausul Bahaya dan

Manajemen Efek dibandingkan dengan PT A..

5.3.6 Penerapan dan Pemantauan Kinerja

Menurut penelitian yang dilakukan pada PT Terminal Petikemas

Surabaya, kegiatan penerapan dan pemantauan kinerja adalah salah satu aspek

dalam penilaian Work In Progress. Dapat kita diketahui bahwa penerapan dan

pemantauan kinerja K3LL perusahaan yang memberikan kontrak kerja kepada

kontraktor memiliki peraturan untuk mengawasi dan memantau kinerja K3LL.

Serta pihak manajemen mensosialisasikan dan menerapkan Prosedur

pemantauan kinerja evaluasi aspek bahaya dan prosedur audit. Hasil dari

observasi evaluasi pada tahap Work In Progress CSSMS untuk Perencanaan

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81

dan Prosedur, pada tabel skoring evaluasi pada tahap Work In Progress

CSSMS (terlampir pada lampiran 2.) adalah sebagai berikut :

Pada aspek Manajemen HSSE dan Pemantauan Kinerja terkait Pekerjaan,

dalam hal ini PT A mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan dan ada

bukti sedangkan PT B mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan dan ada

bukti. Dengan begitu PT A telah memiliki dokumen kebijakan HSSE dan ada

berupa bukti pada dokumen. Pada PT B telah memiliki dokumen kebijakan

HSSE dan ada berupa bukti pada dokumen.

Pada aspek Kejadian yang Berbahaya/Kejadian yang Harus Dilaporkan

yang sesuai dengan Perundang-undangan, Ketentuan Pengembangan dan

Pemberitahuan Pelarangan, dalam hal ini PT A mendapatkan poin 2 yang

artinya dilaksanakan dan ada bukti sedangkan PT B mendapatkan poin 2 yang

artinya dilaksanakan dan ada bukti. Dengan begitu PT A telah

petangggungjawban dalam HSSE di lingkungan kerjanya dan ada berupa bukti

pada dokumen. Pada PT B telah petangggungjawban dalam HSSE di

lingkungan kerjanya dan ada berupa bukti pada dokumen

Pada aspek Rekaman perkembangan HSSE, dalam hal ini PT A sudah

mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan namun tidak ada bukti

sedangkan PT B mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan dan tidak ada

bukti. Dengan begitu PT A telah melaksanakan aspek pemenuhan kebijakan

HSSE dan komunikasinya di lapangan namun tidak ada berupa bukti

keterlibatannya yang terbukti dalam tidak adanya koordinasi yang bagus dalam

penyampaian kebijakan HSE. Pada PT B telah pemenuhan kebijakan HSSE

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82

dan komunikasinya di lapangan dan ada bukti yang mendukung dalam

pelaksanaannya.

Pada aspek Penyelidikan Kejadian dan Pelaporan, dalam hal ini PT A sudah

mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan namun tidak ada bukti

sedangkan PT B mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan dan tidak ada

bukti. Dengan begitu PT A telah melaksanakan aspek pemenuhan kebijakan

HSSE dan komunikasinya di lapangan namun tidak ada berupa bukti

keterlibatannya yang terbukti dalam tidak adanya koordinasi yang bagus dalam

penyampaian kebijakan HSSE. Pada PT B telah pemenuhan kebijakan HSSE

dan komunikasinya di lapangan dan ada bukti yang mendukung dalam

pelaksanaannya.

80%

80%

80%

79%
78%
79%

78%

78%

77%
PT A PT B

Gambar 5.8 Diagram batang Hasil Penilaian dari Penerapan dan Pemantauan
Kinerja

Gambar 5.8 menunjukkan hasil penilaian dari peneliti yaitu sebesar 78%

untuk penilaian PT A termasuk dalam kategori baik sedangkan 80% untuk

penilaian PT B termasuk dalam kategori baik dengan nilai maksimal sebesar

100% sehingga tingkat pemenuhan penilaian dari Bahaya Dan Manajemen Efek

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83

memiliki presentase yang lebih bagus PT B dalam pemenuhan klausul Penerapan

dan pemantauan kinerja dibandingkan dengan PT A.

5.3.7 Audit dan Tinjauan

Audit dan tinjauan merupakan salah satu bagian pada tahap Work In

Progress yang dimana untuk mengetahui kinerja HSSE kontraktor dan perusahaan

dengan dialog dua arah dan review dan audit data yang diperoleh, lalu

mendapatkan umpan balik terhadap penghargaan ataupun peninjauan ulang

terhadap kinerja HSSE kontraktor.

Tujuan dari audit dan tinjauan ini melakukan evaluasi bersama kontraktor

dan perusahaan yang dapat menjadi referensi untuk masa depan pekerjaan.

Kontrak harus ditutup dengan laporan kinerja, memberikan umpan balik untuk

masa depan.

Hasil dari observasi evaluasi pada tahap Work In Progress CSSMS untuk

Perencanaan dan Prosedur, pada tabel skoring evaluasi pada tahap Work In

Progress CSSMS (terlampir pada lampiran 2.) adalah sebagai berikut :

Pada aspek Manajemen HSSE dan Pemantauan Kinerja terkait Pekerjaan,

dalam hal ini PT A mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan dan ada bukti

sedangkan PT B mendapatkan poin 2 yang artinya dilaksanakan dan ada bukti.

Dengan begitu PT A telah memiliki dokumen kebijakan HSSE dan ada berupa

bukti pada dokumen. Pada PT B telah memiliki dokumen kebijakan HSSE dan

ada berupa bukti pada dokumen.

Pada aspek Kejadian yang Berbahaya/Kejadian yang Harus Dilaporkan

yang sesuai dengan Perundang-undangan, Ketentuan Pengembangan dan

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84

Pemberitahuan Pelarangan, dalam hal ini PT A mendapatkan poin 2 yang artinya

dilaksanakan dan ada bukti sedangkan PT B mendapatkan poin 2 yang artinya

dilaksanakan dan ada bukti. Dengan begitu PT A telah petangggungjawban dalam

HSSE dilingkungan kerjanya dan ada berupa bukti pada dokumen. Pada PT B

telah petangggungjawban dalam HSSE dilingkungan kerjanya dan ada berupa

bukti pada dokumen

Pada aspek Rekaman perkembangan HSSE, dalam hal ini PT A sudah

mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan namun tidak ada bukti sedangkan

PT B mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan dan tidak ada bukti. Dengan

begitu PT A telah melaksanakan aspek pemenuhan kebijakan HSSE dan

komunikasinya di lapangan namun tidak ada berupa bukti keterlibatannya yang

terbukti dalam tidak adanya koordinasi yang bagus dalam penyampaian kebijakan

HSSE. Pada PT B telah pemenuhan kebijakan HSSE dan komunikasinya di

lapangan dan ada bukti yang mendukung dalam pelaksanaannya.

Pada aspek Penyelidikan Kejadian dan Pelaporan, dalam hal ini PT A

sudah mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan namun tidak ada bukti

sedangkan PT B mendapatkan poin 1 yang artinya dilaksanakan dan tidak ada

bukti. Dengan begitu PT A telah melaksanakan aspek pemenuhan kebijakan

HSSE dan komunikasinya di lapangan namun tidak ada berupa bukti

keterlibatannya yang terbukti dalam tidak adanya koordinasi yang bagus dalam

penyampaian kebijakan HSSE. Pada PT B telah pemenuhan kebijakan HSSE dan

komunikasinya di lapangan dan ada bukti yang mendukung dalam

pelaksanaannya.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85

100%

100%

95%

84%
90%

85%

80%

75%
PT A PT B

Gambar 5.9 Hasil Penilaian dari Audit dan Tinjauan


Gambar 5.9 menunjukkan hasil penilaian dari peneliti yaitu sebesar 84%

untuk penilaian PT A termasuk dalam kategori baik sedangkan 100% untuk

penilaian PT B termasuk dalam kategori baik dengan nilai maksimal sebesar

100% sehingga tingkat pemenuhan penilaian dari Audit dan Tinjauan memiliki

presentase yang lebih bagus PT B dalam pemenuhan klausul Penerapan dan

pemantauan kinerja dibandingkan dengan PT A.

5.3.8 Tanggap Darurat

Prosedur tanggap darurat ini, merupakan klausul yang dimana setiap

kontraktor harus memenuhi persyaratan bekerja pada area PT Terminal Petikemas

Surabaya. Setiap kontraktor harus memiliki standar emergency respon plan (ERP)

yang setiap area harus terpasang denah evakuasi tanggap darurat dan memiliki tim

tanggap darurat.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
86

100%

100%
90%
80%
50%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
PT A PT B

Gambar 5.10 Hasil Penilaian dari Prosedur Tanggap Darurat


Gambar 5.10 menunjukkan hasil penilaian dari peneliti yaitu sebesar

50% untuk penilaian PT A termasuk dalam kategori sedang sedangkan 100%

untuk penilaian PT B termasuk dalam kategori baik dengan nilai maksimal

sebesar 100% sehingga tingkat pemenuhan penilaian dari Bahaya Dan

Manajemen Efek memiliki presentase yang lebih bagus PT B dalam pemenuhan

klausul Penerapan dan pemantauan kinerja dibandingkan dengan PT A.

5.3.9 Manajemen HSSE dan Fitur-fitur tambahan

Menurut M. Sulaksmono, usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya

berhasil, apabila dimulai dari memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan

kesehatan kerja, kemudian praktek dan kondisi di bawah standar merupakan

penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama

akibat keselahan manajemen.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
87

100%

100%
90%
80%
70%
60%
50% 25%

40%
30%
20%
10%
0%
PT A PT B

Gambar 5.11 Hasil Penilaian dari Manajemen HSSE dan Fitu-fitur tambahan
Gambar 5.11 menunjukkan hasil penilaian dari peneliti yaitu sebesar

25% untuk penilaian PT A termasuk dalam kategori buruk dan memerlukan

perbaikan dalam pemenuhan klausul bagian ini, sedangkan 100% untuk penilaian

PT B termasuk dalam kategori baik dengan nilai maksimal sebesar 100%

sehingga tingkat pemenuhan penilaian dari Bahaya Dan Manajemen Efek

memiliki presentase yang lebih bagus PT B dalam pemenuhan klausul Penerapan

dan pemantauan kinerja dibandingkan dengan PT A.

5.4 Hasil tingkat pemenuhan Work In Progress PT A & PT B

Tingkat pemenuhan Work In Progress dari PT A dan PT B di PT Terminal

Petikemas Surabaya sebagai berikut :

Tabel 5.1Hasil Tingkat Pemenuhan Work In Progress PT A & PT B

No. Tahapan pada Work Nilai Maksimal Nilai Total Nilai


In Progress
Pemenuhan
(%)
PT A PT B PT A PT B PT A PT B
1 Kepemimpinan dan 10 10 6 7 70% 60%
Komitmen

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
88

No. Tahapan pada Work Nilai Maksimal Nilai Total Nilai


In Progress
Pemenuhan
(%)
PT A PT B PT A PT B PT A PT B
Manajemen Tertinggi
2 Kebijakan dan 8 8 7 7 88% 88%
Sasaran Strategis
3 Organisasi, 22 22 18 20 82% 91%
Tanggungjawab,
Sumber-sumber,
Standar-standar, dan
Dokumentasi
4 Manajemen Bahaya 28 28 18 22 64% 79%
dan efek
5 Perencanaan dan 14 14 10 11 71% 79%
Prosedur
6 Penerapan dan 18 18 14 14 78% 78%
pemantauan Kinerja
7 Audit dan Tinjauan 6 6 5 6 84% 100%
8 Prosedur Tanggap 2 2 1 2 50% 100%
Darurat
9 Manajemen HSSE 4 4 1 4 25% 100%
dan Fitur-fitur
Tambahan
Total 612% 775%
Tingkat Pemenuhan pada Tahap Work In Progress 68% 86%
(Total presentase dibagi 9 (klausul))

Persentase Pemenuhan Work In Progress


PT A dan PT B
120% 88% 78% 100% 100% 100%
100% 91%
88% 82% 84%
79% 79% 78%
80% 70% 64% 71%
60%
60% 50%
40% 25%
20%
0%

PT A PT B

Gambar 5.12 Persentase Pemenuhan Work In Progress PT A dan PT B

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
89

Dari keseluruhan elemen CSSMS yang ada dalam pedoman Dubai Port

World, di PT Terminal Petikemas Surabaya. Memiliki kategori antara lain :

Kategori baik 67-100 %, kategori sedang 34-66%, dan kategori kurang 0-

33%.Dan dilakukan penilaian pada tahap Work In Progress pada PT A telah

memenuhi sebesar 68% dan PT B telah memenuhi sebesar 86%. Dalam hal ini

PT A termasuk kategori baik karena skoring yang didapat >67% dan harus

dilakukan perbaikan pada klausul atau bagian antara lain : manajemen bahaya dan

efek, prosedur tanggap darurat, manajemen HSSE dan fitur-fitur

tambahan.Sedang pada penilaian PT B termasuk kategori baik dan harus ada

peningkatan pada klausul kepemimpinan dan komitmen manajemen tertinggi.

Secara keseluruhan penilaian Work In Progress CSSMS pada dua kontraktor

terbesar di PT Terminal Petikemas Surabaya sudah menerapkan dengan baik yaitu

ditandai dengan terlaksananya tahapan-tahapan pada tahap Work In Progress

CSSMS.Dalam hal ini, masih ada beberapa tahapan Work In Progress CSSMS

yang perlu diperbaiki oleh pihak kontraktor PT A yaitu Manajemen bahaya dan

efek, Prosedur tanggap darurat, dan manajemen HSSE dan fitur-fitur

tambahan.Sedangkan tahapan Work In Progress CSSMS pada PT A yang sudah

baik dalam penerapannya yaitu pada tahap kebijakan dan sasaran strategis, dan

Audit dan tinjauan. Selain itu masih ada beberapa tahapan Work In Progress

CSSMS yang perlu diperbaiki oleh pihak kontraktor PT B yaitu kepemimpinan

dan komitmen manajemen tertinggi. Sedangkan tahapan Work In Progress

CSSMS pada PT B yang sudah baik dalam penerapannya yaitu pada tahap

organisasi, tanggungjawab, sumber-sumber, standar-standar, dan dokumentasi

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
90

manajemen HSSE dan fitur-fitur tambahan, prosedur tanggap darurat, audit dan

tinjauan.

5.5 Hasil Penerapan Work In Progress CSSMS Terhadap Pencegahan


Kecelakaan Kerja di PT Terminal Petikemas Surabaya

Dari data kecelakaan yang diperoleh dari PT Terminal Petikemas Surabaya

ini, adalah merupakan data kecelakaan kerja dari keseluruhan karyawan pada

kontraktor PT A dan PT B yang bekerja di area PT Terminal Petikemas Surabaya.

Penerapan CSSMS tahap Work In Progress tersebut merupakan salah satu upaya

untuk mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan kerja, sehingga dapat

dilihat dari data kecelakaan kerja dalam 6 bulan terakhir, setelah adanya

pemberlakuan Contractor Safety Security Management System (CSSMS). Dari

data tersebut, diketahui bahwa masih terjadi beberapa kasus kecelakaan kerja.

Berdasarkan statistik kecelakaan kontraktor PT A dan PT B yang terjadi pada

bulan mei-november 2016 (sebelum diberlakukannya CSSMS) sedangkan pada

bulan desember-mei 2017 (sesudah diberlakukannya CSSMS) adalah sebagai

berikut :

Tabel 5.2Perhitungan Jumlah jam kerja sebulan PT A dan PT B

PT A PT B
Jumlah jam kerja Sehari 10 Jam 12 Jam
Jumlah hari kerja 24 Hari 24 Hari
sebulan
Jumlah tenaga kerja 100 Pegawai 200 Pegawai
Jumlah jam kerja 24.000 Jam 86.400 Jam
sebulan
(Jam kerja sehari x hari
kerja sebulan x jumlah
tenaga kerja)

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
91

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa PT A memiliki jumlah pekerja,

jam kerja, jumlah hari kerja sebulan dan jumlah jam kerja dalam sebulan

yaitu : 10 jam/hari, 24 hari kerja, 100 pegawai, dengan jumlah jam kerja

24.000 jam kerja. Sedangkan PT B sendiri memiliki jumlah pekerja, jam

kerja, jumlah hari kerja sebulan dan jumlah jam kerja dalam sebulan yaitu :

12 jam/hari, 24 hari kerja, 200 pegawai, dengan jumlah jam kerja 86.400 jam

kerja.

Tabel 5.3 Tabel Frequency Rate dan Severity Rate PT A dan PT B

PT A PT B
TAHUN BULAN Frequency Severity Frequency Severity
Rate Rate Rate Rate
Juni 8,3 0,15 8,1 0,17
Juli 10,4 0,16 10,4 0,19
Agustus 12,5 0,15 8,1 0,17
2016 September 10,4 0,16 9,3 0,18
Oktober 8,3 0,10 5,8 0,14
November 8,3 0,0625 10,4 0,19
Jumlah Rata-rata 9,7 0,130417 8,68 0,173
Desember 6,25 0,10 4,6 0,13
Januari 6,25 0,10 5,8 0,14
2017 Februari 8,3 0,08 11,6 0,2
Maret 4,2 0,0625 4,6 0,13
April 6,25 0,10 5,8 0,14
Mei 4,2 0,083 3,5 0,08
Jumlah Rata-rata 5,91 0,088 5,98 0,14
Sumber : (Dokumen K3 PT A dan PT B, 2017)

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
92

Frequency Rate
0,25

0,2

0,15

0,1

0,05

PT A PT B

Gambar 5.13 Diagram Frequency Rate PT A dan PT B


Sumber : (Dokumen K3 PT A dan PT B, 2017)

Severity Rate
0,25

0,2

0,15

0,1

0,05

PT A PT B

Gambar 5.14 Diagram Severity Rate PT A dan PT B


Sumber : (Dokumen K3 PT A dan PT B, 2017)

Dapat dilihat pada Tabel 5.13, dengan meningkatnya kekerapan kecelakaan

kerja, maka meningkat pula keparahan kecelakaan. Hal ini dikarenakan semakin

banyak kecelakaan, maka semakin banyak pula hari hilangnya. Namun hal ini

juga tergantung pada kebijakan perusahaan kontraktor dan tingkat cidera

karyawan yang mengalami kecelakaan. Dengan melihat pada data kecelakaan

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
93

yang ada yang ditampilkan pada tabel sebelumnya , maka dapat dilihat penyebab

tingginya angka kekerapan kecelakaan dan angka keparahan kecelakaan tersebut.

a. Pada bulan Mei-November tahun 2016 sebelum dilaksanakannya

Contractor Safety Security Management System (CSSMS), didapatkan

terjadi tingkat angka kecelakaan cukup tinggi. Angka ini menunjukkan

bahwa sebelum diberlakukannya Contractor Safety Security Management

System (CSSMS) ini cukup tinggi. Angka kecelakaan ini didapatkan dari

angka kecelakaan kumulatif dari bulan Mei hingga bulan November 2016

karena unsafe act dan unsafe condition. Penyebab unsafe act yaitu karena

ada pekerja yang ngebut pada tikungan tajam dengan menyepelekan

rambu-rambu. Untuk mengatasinya, maka perusahaan wajib memberikan

sanksi yang tegas terhadap siapapun yang melanggar rambu-rambu,

seperti pemotongan gaji hingga pemecatan. Sedangkan penyebab unsafe

condition yaitu karena kurangnya penyiraman pada jalan yang berdebu.

Untuk mengatasinya, perusahaan sebaiknya melakukan penyiraman pada

jalan yang memiliki intensitas debu yang tinggi, terutama pada musim

kemarau. Kemudian penyebab lainnya yaitu pada bulan Oktober

memiliki curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan jalan pecah dan

berlubang. Untuk mengatasinya, sebaiknya dilakukan pemadatan jalan.

Atau jika tidak, perusahaan memasang rambu-rambu kurangi kecepatan

agar kendaraan yang lewat lebih berhati-hati dan menurunkan

kecepatannya jika melewati jalan yang rawan kecelakaan tersebut.

b. Pada bulan Desember 2016-Mei 2017 setelah dilaksanakannya

Contractor Safety Security Management System (CSSMS), didapatkan

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
94

terjadi penurunan tingkat angka kecelakaan yang cukup signifikan.

Angka ini menunjukkan bahwa setelah diberlakukannya Contractor

Safety Security Management System (CSSMS) ini cukup mengurangi

angka kecelakaan. Angka kecelakaan ini didapatkan dari angka

kecelakaan kumulatif dari bulan Desember 2016 hingga bulan Mei 2017

karena tingkat pengawasan manajemen PT Terminal Petikemas Surabaya

terhadap perusahaan kontraktor.

Dari tabel 5.3 di atas dapat di lihat rata-rata dari Frequency Rate di PT A

pada 6 bulan sebelum diterapkan CSSMS dengan Frequency Rate (FR) 64,45

(akumulasi angka frequency rate 6 bulan) dan 6 bulan setelah diterapkan CSSMS

dengan Frequency Rate (FR) 64,45 (akumulasi angka frequency rate 6 bulan).

Sedangkan pada 6 bulan sebelum diterapkan CSSMS dengan Severity Rate

(SR)0,9075 (akumulasi angka severity rate 6 bulan) dan 6 bulan setelah

diterapkan CSSMS dengan Severity Rate (SR) 0,5225 (akumulasi angka

frequency rate 6 bulan). Jika dilihat dari data diatas walaupun jumlah kecelakaan

turun namun belum maksimal dalam penurunan angka kekerapan kecelakaan

kerja. Padahal perusahaan mengharapkan terdapat penurunan yang cukup

signifikan setelah diterapkannya CSSMS dan tidak terjadi kecelakaan lagi (zero

accident ) sehingga nilai FR dan SR menurun dan perusahaan terhindar dari

kerugian.

Dari tabel 5.3 di atas dapat di lihat rata-rata dari Frequency Rate di PT B

pada 6 bulan sebelum diterapkan CSSMS dengan Frequency Rate (FR) 53,3

(akumulasi angka frequency rate 6 bulan) dan 6 bulan setelah diterapkan CSSMS

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
95

dengan Frequency Rate (FR) 35,9 (akumulasi angka frequency rate 6 bulan).

Sedangkan pada 6 bulan sebelum diterapkan CSSMS dengan Severity Rate (SR)

1,05 (akumulasi angka severity rate 6 bulan) dan 6 bulan setelah diterapkan

CSSMS dengan Severity Rate (SR) 0,82 (akumulasi angka frequency rate 6

bulan). Jika dilihat dari data diatas walaupun jumlah kecelakaan turun namun

belum maksimal dalam penurunan angka kekerapan kecelakaan kerja. Padahal

perusahaan mengharapkan terdapat penurunan yang cukup signifikan setelah

diterapkannya CSSMS dan tidak terjadi kecelakaan lagi (zero accident ) sehingga

nilai FR dan SR menurun dan perusahaan terhindar dari kerugian.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB VI
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pihak terkait, PT

Terminal Petikemas Surabaya adalah salah satu perusahaan jasa pelabuhan

terbesar yang dalam proses produksinya memiliki potensi bahaya yang tinggi

terhadap para kontraktor yang bekerja di area PT Terminal Petikemas Surabaya.

Untuk itu PT Terminal Petikemas Surabaya khususnya telah melakukan

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja berupa menjalankan Contrator

Safety Management System (CSSMS) terhadap kontraktor nya sebagai salah satu

upaya untuk mencegah dan mengurangi angka kecelakaan kerja. Contractor

Safety Management System (CSSMS) tersebut dilakukan untuk menilai dan

mengevaluasi serta memonitoring terhadap kontraktor yang bekerja agar

mengurangi angka tingkat kecelakaan kerja yang ada di tempat kerja dan segera

melakukan tindakan perbaikan jika terdapat temuan kekurangan dalam

kelengkapan dokumen CSSMS kontraktor sehingga mampu meminimalkan dan

mencegah kecelakaan kerja bahkan diharapkan dapat membantu mencapai zero

accident.Bahwa penerapan CSSMS yang ada di PT TPS ini baru tahap pengenalan

awal kepada kontraktor, sehingga evaluasi yang dilakukan hanya pada work in

progress. Acuan yang digunakan pihak PT Terminal Petikemas Surabaya adalah

pedoman dari Dubai Prot World (DPW).

6.1 Evaluasi Penerapan Tahap Work in progress CSSMS

Work in progress adalah proses evaluasi dokumen dan verifikasi lapangan.

Menurut Soehatman Ramli, 2008, tujuan dari work in progress adalah:

96

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
97

1. Untuk melakukan seleksi awal kontraktor yang memenuhi

persyaratan K3 untuk melakukan pekerjaan

2. Mengevaluasi atas daftar isian yang diserahkan kontraktor tentang

persyaratan administrative, pngalaman dalam K3, organisasi K3,

personel K3 yang dimiliki, record K3 di proyek sebelumnya, manual

K3 yang dimiliki, serta referensi yang pernah diperoleh

Menurut American Petroleum Institute (API), 2007, terdapat 4 hal

penting dalam proses ini, yaitu:

1. Kewajiban dari operator (penyelenggara) dalam menerapkan

persyaratan K3 terhadap kontraktor serta mengkomunikasikannya

2. Kewajiban bagi kontraktor untuk mengembangkan sistem K3

3. Pelaksanaan training bagi pekerja kontraktor sebelum pekerjaan

dimulai dan mengkomunikasikan aspek-aspek keselamatan kerja

pada pekerja kontraktor berdasarkan kajian resiko atau JSA (Job

Safety Analysis)

Berdasarkan observasi dan pengamatan yang penulis lakukan, hasil

analisis observasi pada tahap Work in progress CSSMS bulan November

2016, menunjukan bahwa CSSMS diterapkan dengan baik, meskipun masih

ada yang harus ditingkatkan lagi tiap tahapan dari tahap work in progress.

Berikut adalah pembahasan hasil dari observasi audit tahap work in progress

CSSMS mulai dari Kepemimpinan dan Komitmen Manajemen Tertinggi,

Kebijakan dan Sasaran Strategis, Organisasi, Tanggungjawab, Sumber-

sumber, Standar-standar, dan Dokumentasi, Manajemen Bahaya dan efek,

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
98

Perencanaa dan Prosedur, Penerapan dan Pemantauan Kinerja, Audit dan

Tinjauan, Prosedur Tanggap Darurat, Manajemen HSSE dan Fitur-Fitur

Tambahan..

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui penerapan work in progress

pada dua kontraktor terbesar yang ada di PT Terminal Petikemas Surabaya

telah berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur CSSMS PT Terminal

Petikemas Surabaya yang mengacu pada pedoman Dubai Port World (DPW).

Dalam tahap work in progress ini, PT Terminal Petikemas Surabaya telah

melakukan evaluasi dokumen dan verifikasi lapangan pada dua kontraktor

terbesar yaitu PT A dan PT B tersebut.

Formulir work in progress yang digunakan oleh PT Terminal Petikemas

Surabaya mencakup 9 elemen atau bagian yang kemudian diperinci menjadi

beberapa sub bagian terkait sistem manajemen K3 yang telah diterapkan

kontraktor. Formulir work in progress dan kriteria penilaian PT Terminal

Petikemas Surabaya tersebut telah disesuaikan dengan pedoman Dubai Port

World (DPW). Verifikasi lapangan dilakukan apabila dari pihak wakil

manajer dan meminta untuk dilakukan verifikasi lapangan ke perusahaan

kontraktor.

6.1.1 Pemenuhan kategori Kepemimpinan dan komitmen

Kepemimpinan dan komitment manajemen tertinggi merupakan

salah satu aspek dalam work in progress kegiatan Contractor Safety

Management System (CSSMS) sebagai salah satu wujud komitmen

kontraktor dalam melakukan kegiatannya (Vico Indonesia, 2015).

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
99

Kepemimpinan dan komitmen perusahaan inti terhadap CSSMS adalah

komitmen dari sebuah perusahaan dan usaha K3LL yang komprehensif

terhadap kontraktor yang melakukan kegiatan di PT Terminal Petikemas

Surabaya. Usaha dari perusahaan kontraktor sebaiknya dicerminkan dari

tindakan-tindakan manajerial dan dikoordinasikan mulai dari tingkat

manajemen yang paling tinggi (top manager)(BP Migas, 2010).

Penelitian ini adalah mempelajari pemenuhan klausul Komitmen

dan kepemimpinan pada PT A dan PT B. Hasil menunjukan PT A telah

memenuhi presentase pemenuhan 70%. Beberapa kriteria yang masih

belum dipenuhi meliputi : Tidak ada ditemukan cukup bukti konsistensi

pelaksaaan inspeksi rutin yang dilakukan, tidak adanya sosialisasi

kebijakan, dan tidak adanya pemantauan pelaksanaan program kerja. Pada

pemenuhan ini PT B sudah memenuhi dari kriteria yang sudah ditetapkan

dengan presentase 60%. Terdapat beberapa kriteria yang belum terpenuhi

meliputi : tidak ditemukan adanya koordinasi pembahasan mengenai isu

K3 yang ada, tidak adanya bukti menunjukan struktur P2K3 PT B

disahkan oleh Dinas Tenaga Kerja.

Berdasarkan observasi dan pengamatan yang penulis lakukan,

bahwa PT A tidak melaksanakan konsistensi inspeksi disebabkan oleh

tidak adanya Safety Respresentatives, dan dari perwakilan area kerja

yang melakukan inspeksi pada area tersebut. Selain itu kurangnya dalam

pelaksanaan sosialisasi kebijakan disebabkan tidak adanya follow up

pihak manajemen untuk dilakukan sosialisasi terhadap

pekerja.Sedangkan pada PT B tidak ada koordinasi dari pembahasan isu

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
100

K3, dikarenakan pada setiap safety meeting belum ada pembinaan atau

koordinasi panitia P2K3 dengan para pekerja. Namun dalam pelaksanaan

kepemimpinan dan komitmen ini jika tidak dipenuhi akan mempengaruhi

penilaian sehingga menyebabkan penurunan skor pada kontraktor

bersangkutan. Sehingga dibutuhkan kesesuaian antara klausul

kepemimipinan dan komitmen pada pedoman dokumen Contractor

Safety and Management System PT Terminal Petikemas Surabaya dengan

pedoman kontraktor yang potensial melakukan pekerjaan yang akan

datang. Pelaksanaan komitmen dan kepemimpinan ini tercantum pada

SMK3 pada elemen pertama tentang “pembangunan dan pemeliharaan

komitmen”. Pada klausul Pemiliharaan Komitmen dan kepemimpinan

yang menyebutkan tentang pembangunan dan pemeliharaan Komitmen

yang menyebutkan pengusaha atau pengurus harus menunjukan

komitmen K3 (Terminal Petikemas Surabaya, 2016).

Berdasarkan hasil observasi Work in progress pada klausul

kepemimpinan dan komitmen dapat diketahui bahwa penerapan

kepemimpinan dan komitmen sudah berjalan dengan baik pada PT A dan

PT B sehinggga sudah sesuai dengan prosedur dari PT Terminal

Petikemas Surabaya. Namun harus ada perbaikan dalam sosialisasi dan

pembinaan terhadap komitment kontraktor kepada pekerja masing-

masing kontraktor.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
101

6.1.2 Kebijakan dan Sasaran Strategis

Kebijakan dan sasaran strategis ini merupakan salah satu bagian

tahap dari Work in progress. Kebijakan dan sasaran strategis ini harus

merupakan bagian integral dari keseluruhan manajemen organisasi.

Dalam hal ini, pihak manajerial melakukan peningkatan koordinasi

dalam melaksanakan kebijakan dan sasaran strategis berdasarkan

prosedur kinerja perusahaan (BP Migas, 2010). Pihak perusahaan

kontraktor diwajibkan mempersiapkan dokumentasi dan koordinasi

terhadap pelaksanaan kebijakan kontraktor untuk meningkatkan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada seluruh pekerja.

Penelitian ini adalah mempelajari pemenuhan klausul Kebijakan

dan sasaran strategis pada PT A dan PT B. Hasil menunjukan PT A telah

memenuhi presentase pemenuhan 88%. Beberapa kriteria yang masih

belum dipenuhi meliputi : Tidak ada ditemukan cukup bukti bahwa

kebijakan ditinjau secara rutin dan tidak adanya pemantauan pelaksanaan

program kerja. Pada pemenuhan ini PT B sudah memenuhi dari kriteria

yang sudah ditetapkan dengan presentase 88%. Terdapat beberapa

kriteria yang belum terpenuhi meliputi :tidak ditemukan adanya

pemerataan persebaran informasi tentang kebijakan yang mengatur K3

dalam pelaksanaan kegiatan K3 PT B.

Berdasarkan observasi dan pengamatan yang penulis lakukan,

bahwa PT A tidak melakukan peninjauan kebijakan secara rutin

dikarenakan pada penyampaian kebijakan yang tidak jelas dari pihak

manajemen terhadap pekerja. Dan tidak adanya pemantauan pelaksanaan

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
102

program kerja, hal ini terbukti dari pihak kontraktor yang tidak

melakukan pemantauan pada area kerja secara langsung. Sedangkan pada

PT B tidak ditemukan adanya pemerataan persebaran informasi tentang

kebijakan yang mengatur K3 dalam pelaksanaan kegiatan K3 PT B. Hal

ini dikarenakan oleh kemampuan panitia P2K3 untuk melakukan

kegiatan penyebaran informasi dalam kegiatan K3 kontraktor. Namun

dalam pelaksanaan kebijakan dan sasaran strategis ini jika tidak dipenuhi

akan mempengaruhi penilaian sehingga menyebabkan penurunan skor

pada kontraktor bersangkutan. Sehingga pada klausul kebijakan dan

sasaran strategis ini sangat menjelaskan bagaimana tingkat kepedulian

kontraktor terhadap K3. Pelaksanaan kebijakan dan sasaran strategis ini

telah sesuai dengan pedoman Dubai Port World FR-MR-1506 pada

klausul kedua yang menyebutkan “Setiap perusahaan dan pengusaha

wajib memiliki kebijakan dan sasaran strategis”.

Berdasarkan hasil observasi Work in progress pada klausul

kebijakan dan sasaran strategis dapat diketahui bahwa penerapan

kebijakan dan sasaran strategis sudah berjalan dengan baik pada PT A

dan PT B sehinggga sudah sesuai dengan prosedur dari PT Terminal

Petikemas Surabaya. Dengan presentase skor lebih dari>60%,

disimpulkan bahwa PT A dan PT B sudah bagus dalam pemenuhan

kriteria yang ada pada klausul kebijakan dan sasaran strategis.

6.1.3 Organisasi, Sumber-Sumber bahaya dan Standar-Standar

Dalam melaksanakan pemenuhan penilaian tahap Work in progress

Contractor Safety Management System (CSSMS) para kontraktor wajib

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
103

mempunyai organisasi, tanggungjawab, standar-standar dan dokumentasi

dalam pelaksanaan pekerjaannya. Untuk dilakukannya pelaksanaan

organisasi dan tanggungjawab maka perlu adanya keterlibatan

manajemen dalam aktivitas, penentuan tujuan dan pemantauan HSSE

(Vico Indonesia, 2010). Selain itu dalam pemenuhan penilaian tahap

Work in progress ini kontraktor dituntut untuk memenuhi sumber-

sumber, standar-standar dan dokumentasi dalam melakukan pekerjaannya

sesuai dengan permintaan perusahaan pemberi tender. Dan kontraktor

mengharuskan untuk bisa memenuhi apa yang diminta perusahaan

pemberi tender tersebut.

Penelitian ini adalah mempelajari pemenuhan klausul Organisasi,

Sumber-Sumber bahaya dan Standar-Standarpada PT A dan PT B. Hasil

menunjukan PT A telah memenuhi presentase pemenuhan 82%,

disebabkan dalam tidak dipenuhi nya beberapa kriteria seperti : Tidak

ada ditemukan cukup bukti bahwa PT A melakukan rapat P2K3, tidak

adanya bukti bahwa telah menerima tugas sesuai dengan standar operasi

prosedur. Pada pemenuhan ini PT B sudah memenuhi dari kriteria yang

sudah ditetapkan dengan presentase 91%. Terdapat beberapa kriteria

yang belum terpenuhi meliputi : tidak ditemukan cukup bukti bahwa ahli

K3 umum memberikan sertifikat penunjukan ahli K3 umum, perlu

adanya pelatihan tenaga kerja pada bagian mekanik alat berat untuk

mematuhi intruksi kerja.

Berdasarkan observasi dan pengamatan yang penulis lakukan,

bahwa PT A tidak melakukan rapat P2K3 secara rutin dan tidak ada

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
104

dokumen yang menunjang dalam dokumentasian rapat P2K3 tersebut

pada PT A. Selain itu PT A tidak melakukan tugas sesuai dengan standar

operasi prosedur yang telah ditetapkan oleh PT TPS, karena tidak adanya

pengawasan secara rutin dari pihak manajemen PT A. Sedangkan pada

PT B tidak ada ditemukan cukup bukti adanya sertifikat penunjuakan

Ahli K3 umum hal ini dikarenakan pihak kontraktor tidak melakukan

peninjauan ulang terhadap setiap ahli K3 umum yang bekerja pada PT B

tersebut. tidak adanya pelatihan tenaga kerja pada bagian mekanik alat

berat untuk mematuhi intruksi kerja, hal ini disebabkan oleh kurang

adanya pengarahan pada tenaga kerja sebelum melakukan pekerjaan.

Namun dalam pelaksanaan klausul organisasi, sumber-sumber bahaya,

standar ini jika tidak dipenuhi akan mempengaruhi penilaian sehingga

menyebabkan penurunan skor pada kontraktor bersangkutan. Sehingga

pada klausul organisasi, sumber-sumber bahaya, standar ini sangat

menjelaskan bagaimana tingkat kepedulian kontraktor terhadap

pelaksanaan K3. Pelaksanaan organisasi, sumber-sumber bahaya, standar

ini telah sesuai dengan pedoman Dubai Port World FR-MR-1506 pada

klausul ketigayaitu organisasi, sumber-sumber bahaya, dan standar.

Disebutkan pada pedoman Dubai Port World FR-MR-1506 pada klausul

ketiga yang menjelaskan pemenuhan standar, bahaya, hingga pada

struktur organisasi yang perlu dimiliki oleh perusahaan kontraktor

potensial mengerjakan tender yang akan datang.

Berdasarkan hasil observasi Work in progress pada klausul

organisasi, sumber-sumber bahaya, dan standar dapat diketahui bahwa

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
105

penerapan organisasi, sumber-sumber bahaya, dan standar sudah berjalan

dengan baik pada PT A dan PT B sehinggga sudah sesuai dengan

prosedur dari PT Terminal Petikemas Surabaya. Dengan presentase skor

lebih dari >60%, disimpulkan bahwa PT A dan PT B sudah bagus dalam

pemenuhan kriteria yang ada pada klausul organisasi, sumber-sumber

bahaya, dan standar.

6.1.4 Bahaya dan manajemen efek

Menurut Freeport Indonesia (2013), Bahaya dan manajemen efek

merupakan yang paling utama dalam melakukan kegiatan pekerjaan

kontraktor. Terutama terhadap resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi

dan dilakukan penilaian untuk sebagai menurunkan tingkat resiko/bahaya

menuju titik yang aman bagi pekerja kontraktor yang akan melakukan

pekerjaannya di PT Terminal Petikemas Surabaya. Penilaian bahaya dan

manajemen efek yang ada pada kontraktor tercantum pada Work in

progress CSSMS PT Terminal Petikemas Surabaya, diantaranya yaitu

:memiliki prosedur, alat pelindung diri, cara penanganan potensi bahaya,

dan pencemaran lingkungan.

Penelitian ini adalah mempelajari pemenuhan klausul Bahaya dan

manajemen efek pada PT A dan PT B. Hasil menunjukan PT A telah

memenuhi presentase pemenuhan 64%. Terdapat beberapa kriteria yang

masih belum dipenuhi meliputi : Tidak ada ditemukan cukup bukti

bahwa form daftar penilaian risiko dan analisa keselamatan kerja yang

ada belum tercakup dalam prosedur PT TPS, tidak ada cukup bukti

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
106

penunjukan petugas pelaksana tanggap darurat medis yang mendapatkan

pelatihan sesuai dengan peraturan pemerintah, tidak adanya bukti

inventarisasi alat pelindung diri, tidak adanya materi pelatihan pengenaan

alat pelindung diri terhadap pekerjanya. Pada pemenuhan ini PT B sudah

memenuhi dari kriteria yang sudah ditetapkan dengan presentase

79%.Terdapat beberapa kriteria yang belum terpenuhi meliputi : tidak

ditemukan adanya penyediaaan peralatan yang berhubung dengan

masalah lingkungan, tidak adanya bukti bahan B3 dan limbah B3

terdokumentasi dengan baik, perlu adanya desain atau ditentukannya area

khusus merokok, tidak adanya pelatihan dan inventarisasi alat pelindung

diri.

Berdasarkan observasi dan pengamatan yang penulis lakukan,

bahwa PT A tidak ada bukti form daftar penilaian risiko dan analisa

keselamatan kerja yang berlum tercantum dengan prosedur PT TPS, hal

ini dikarenakan PT A tidak melakukan penyesuaian terhadap form

penilaian resiko yang telah disediakan oleh PT TPS. Selain itu, petugas

pelaksana tanggap darurat medis belum mendapatkan pelatihan yang

sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi RI No.

PER15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

(P3K) di tempat kerja. Disebutkan bahwa “Guna mengantisipasi

Terjadinya gangguan kesehatan kerja yang mendadak dan keselamatan

kerja, untuk dapat ditunjuk sebagai Petugas P3K di tempat kerja oleh

perusahaan, petugas P3K tersebut perlu mendapatkan training dengan

kurikulum yang sesuai dengan Permenakertrans No. 15/MEN/VIII/2008

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
107

tentang Pertolongan Pertama Pada kecelakaan (P3K) di Tempat Kerja”.

Dalam hal lain PT A sendiri tidak melakukan investarisasi pada alat

pelindung diri untuk para pekerja, hal ini ketidaktahuan pihak

manajemen dalam melakukan pendokumentasian dalam hal invetarisasi

alat pelindung diri telah tercantum pada pedoman Dubai Port World FR-

MR-1506 klausul 4.4 tentang Alat Pelindung Diri yang menjelaskan

“Kewajiban setiap kontraktor melakukan inventarisasi dan menyediakan

pelatihan untuk seluruh pegawai untuk penggunaan alat pelindung

diri”.Sedangkan pada PT B tidak ada penyedia peralatan yang

berhubungan masalah lingkungan dan tidak adanya bukti bahan B3 dan

limbah B3 terdokumentasi dengan baik. Hal ini menunjukan tingkat

kesadaran PT B terhadap mengenai dampak lingkungan kerja kurang,

dan tidak sesuai denganDubai Port World FR-MR-1506 klausul 4.5

tentang “manajemen limbah” dan SMK3 pada elemen 3.2. tentang

peninjauan ulang kontrak yang berisikan “prosedur yang terdokumentasi

harus mampu mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya keselamatan

dan kesehetan kerja dan lingkungan”. Namun dalam pelaksanaan bahaya

dan manajemen efek ini jika tidak dipenuhi akan mempengaruhi

penilaian sehingga menyebabkan penurunan skor pada kontraktor

bersangkutan. Sehingga pada klausul bahaya dan manajemen efek ini

sangat menjelaskan bagaimana tingkat kepedulian kontraktor terhadap

lingkungan dan dampaknya.

Berdasarkan hasil observasi Work in progress pada klausul bahaya

dan manajemen efek dapat diketahui bahwa penerapan bahaya dan

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
108

manajemen efek sudah berjalan dengan baik pada PT A dan PT B

sehinggga sudah sesuai dengan prosedur dari PT Terminal Petikemas

Surabaya. Dengan presentase skor lebih dari >60%, disimpulkan bahwa

PT A dan PT B sudah bagus dalam pemenuhan kriteria yang ada pada

klausul bahaya dan manajemen efek. Namun pada PT A sesegera

mungkin dalam melakukan pemenuhan beberapa item yang belum

terpenuhi.

6.1.5 Perencanaan dan Prosedur

Menurut hasil penelitian di PT Terminal Petikemas Surabaya,

kegiatan Perencanaan dan prosedur adalah salah satu aspek dalam

penilaian Work in progress yang bisa meningkatkan nilai aspek

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Contrator Safety

Management System (CSSMS). Sekaligus sebagai tolak ukur

kelanjutannya kinerja Kesehatan dan KeselamatanKerja (K3) dalam

kelanjutan memenangkan tender dalam pekerjaan perusahaan Induk.

Penelitian ini adalah mempelajari pemenuhan klausul

Perencanaan dan prosedur pada PT A dan PT B. Hasil menunjukan PT A

telah memenuhi presentase pemenuhan 71%. Disebabkan dalam tidak

dipenuhi nya beberapa kriteria meliputi : tidak adanya bukti adanya

peralatan pengangkatan dan operasional dilakukan investarisasi,

pelabelan dan sertifikasi. Pada pemenuhan ini PT B sudah memenuhi dari

kriteria yang sudah ditetapkan dengan presentase 79% karena terdapat

beberapa kriteria yang belum terpenuhi meliputi : tidak ditemukan

adanya kecakapan operator yang telah diberikan pelatihan mengenai

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
109

teknis pengangkatan, tidak adanya bukti peralatan angkat yang dimiliki

PT B telah diidentifikasi dengan baik, tidak adanya pelatihan dan

inventarisasi terhadap peralatan dan sumber daya yang ada.

Berdasarkan observasi dan pengamatan yang penulis lakukan,

bahwa PT A tidak adanya bukti adanya peralatan pengangkatan dan

operasional dilakukan investarisasi, pelabelan dan sertifikasi. Hal ini

disebabkan kurangnya kontrol manajemen dalam melakukan

pendokumentasian yang dimana sejak pelaksanaan CSSMS pada semua

kontraktor termasuk PT A telah melakukan pencatatan terhadap barang,

pelabelan hingga sertifikasi kurang adanya pelaporan terhadap

pendokumentasian tersebut kepada PT TPS. Sedangkan pada PT Btidak

ditemukan adanya kecakapan operator yang telah diberikan pelatihan

mengenai teknis pengangkatan. Hal ini disebabkan oleh kurang ada nya

umpan balik dari pihak kontraktor terhadap tenaga kerja yang melakukan

pekerjaannya. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan pelatihan yang

dilakukan secara rutin sebagai tingkat pemahaman tenaga kerja.Maka

menunjukan tingkat kesadaran PT B terhadap tingkat pengetahuan tenaga

kerja kurang, dan segera dilakukan perbaikan sesuai dengan Dubai Port

World FR-MR-1506 klausul 5.4 tentang “prosedur operasional dan

pengangkatan”

Berdasarkan hasil observasi Work in progress pada klausul

perencanaan dan prosedur dapat diketahui bahwa penerapan perencanaan

dan prosedursudah berjalan dengan baik pada PT A dan PT B sehinggga

sudah sesuai dengan prosedur dari PT Terminal Petikemas Surabaya.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
110

Dengan presentase skor lebih dari >60%, disimpulkan bahwa PT A dan

PT B sudah bagus dalam pemenuhan kriteria yang ada pada klausul

perencanaan dan prosedur.

6.1.6 Penerapan dan Pemantauan Kinerja

Menurut Freeport Indonesia (2013), kegiatan

penerapandanpemantauan kinerja adalah salah satu aspek dalam

penilaian Work in progress. Dapat kita diketahui bahwa penerapan dan

pemantauan kinerja K3LL perusahaan yang memberikan kontrak kerja

kepada kontraktor memiliki peraturan untuk mengawasi dan memantau

kinerja K3L. Serta pihak manajemen mensosialisasikan dan menerapkan

Prosedur pemantauan kinerja evaluasi aspek bahaya dan prosedur audit.

Penelitian ini adalah mempelajari pemenuhan klausul penerapan

dan pemantauan kinerja pada PT A dan PT B. Hasil menunjukan PT A

telah memenuhi presentase pemenuhan 78%.Disebabkan dalam tidak

dipenuhi nya beberapa kriteria meliputi :Tidak ada tindak lanjut atas

temuan dan hasil rapat tinjauan manajemen, tidak adanya laporan

bulanan K3 yang dibuat, Tidak adanya pemeriksaan kesehatan secara

berkala terhadap pekerjanya. Sedangkan pada PT B sudah memenuhi

tetapi skor penilaiannya dari presentase dari penerapan dan pemantauan

kinerja sudah melakukan pemenuhan dan sehingga mendapatkan

persentase 80%.Disebabkan dalam tidak dipenuhi nya beberapa kriteria

meliputi : tidak ditemukan adanya dokumentasi bahwa laporan “near

miss” telah terdokumentasikan,diselidiki dan dirangkum, tidak adanya

personel yang melakukan penyelidikan terhadap kecelakan yang terjadi.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
111

Berdasarkan observasi dan pengamatan yang penulis lakukan,

bahwa PT A tidak ada tindak lanjut atas temuan dan hasil rapat tinjauan

manajemen, tidak adanya laporan bulanan K3 yang dibuat, Tidak adanya

pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap pekerjanya. Hal ini

disebabkan kurangnya kontrol manajemen dalam melakukan

pendokumentasian yang dimana sejak pelaksanaan CSSMS pada semua

kontraktor termasuk PT A belum melakukan pelayanan terhadap

pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi pekerjanya. Hal ini disebabkan

PT A memberikan alokasi anggaran untuk pemeriksaan kesehatan, serta

memberikan sepenuhnya dalam pemerikasaan kesehatan kepada PT

Terminal Petikemas Surabaya. Sedangkan pada PT B tidak ditemukan

pelaporan “nearmiss” hingga fatality dalam laporan bulanan K3 yang

telah diberikan PT Terminal Petikemas Surabaya yang telah ditetapkan

pada pedoman Dubai Port World FR-MR-1506 klausul 6.2 tentang

“Kejadian yang berbahaya perlu dilaporkan”. Menurut pedoman

penilaian SMK3 pada kriteria 8.3.2, disebutkan bahwa “ Pemeriksaan

dan pengkajian oleh petugas atau Ahli K3 yang ditunjuk sesuai peraturan

perundang-undangan atau pihak lain yang berkompeten dan berwenang”.

Dan PT B belum memenuhi berdasarkan pedoman Dubai Port World dan

penilaian SMK3 serta diperlukan perbaikan dan pemenuhan.

Berdasarkan hasil observasi Work in progresspada klausul

penerapandanpemantauan kinerja dapat diketahui bahwa penerapan

penerapandanpemantauan kinerja sudah berjalan dengan baik pada PT A

dan PT B sehinggga sudah sesuai dengan prosedur dari PT Terminal

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
112

Petikemas Surabaya. Dengan presentase skor lebih dari >60%,

disimpulkan bahwa PT A dan PT B sudah bagus dalam pemenuhan

kriteria yang ada pada klausul perencanaan dan prosedur.

6.1.7 Audit dan Tinjauan

Menurut Falenshina (2012), Audit dan tinjauan merupakan salah

satu bagian pada tahap Work in progressyang dimana untuk mengetahui

kinerja HSE kontraktor dan perusahaan dengan dialog dua arah dan

review dan audit data yang diperoleh, lalu mendapatkan umpan balik

terhadap penghargaan ataupun peninjauan ulang terhadap kinerja HSE

kontraktor.

Tujuan dari audit dan tinjauan ini melakukan evaluasi bersama

kontraktor dan perusahaan yang dapat menjadi refrensi untuk masa depan

pekerjaan. Kontrak harus ditutup dengan laporan kinerja, memberikan

umpan balik untuk masa depan.

Penelitian ini adalah mempelajari pemenuhan klausul Audit dan

Tinjauan pada PT A dan PT B. Hasil menunjukan PT A telah memenuhi

presentase pemenuhan 84%, disebabkan dalam tidak dipenuhi nya

beberapa kriteria seperti : Tidak ada tindak lanjut atas audit internal yang

telah dilaksanakan, tidak adanya laporan bulanan K3 yang dibuat.

Sedangkan pada PT B sudah memenuhi tetapi skor penilaian nya dari

presentase dari Audit dan Tinjauan sudah melakukan pemenuhan dan

sehingga mendapatkan persentase 100% karena karena tidak terdapat

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
113

kriteria yang belum terpenuhi maka PT B memenuhi persyaratan pada

klausul penerapan dan pemantauan kinerja.

Berdasarkan observasi dan pengamatan yang penulis lakukan,

bahwa PT A tidak ada bukti form daftar penilaian risiko dan analisa

keselamatan kerja yang berlum tercantum dengan prosedur PT TPS, hal

ini dikarenakan PT A tidak ada tindak lanjut atas audit internal yang telah

dilaksanakan, tidak adanya laporan bulanan K3 yang dibuat. Hal ini

disebabkan kurangnya perlakuan terhadap hasil audit internal yang

dilakukan PT A, hanya sebagai pemenuhan dari persyaratan PT Terminal

Petikemas Surabaya. Dan kurang adanya follow upkembali terhadap

laporan bulanan K3 yang telah dibuat dan dilaporkan kepada PT

Terminal Petikemas Surabaya.Sedangkan pada PT B tidak perlu adanya

perbaikan dalam pemenuhan klausul CSSMS yang ditetapkan oleh PT

Terminal Petikemas Surabaya.

Berdasarkan hasil observasi Work in progresspada klausul bahaya

dan manajemen efek dapat diketahui bahwa penerapan bahaya dan

manajemen efek sudah berjalan dengan baik pada PT A dan PT B

sehinggga sudah sesuai dengan prosedur dari PT Terminal Petikemas

Surabaya. Dengan presentase skor lebih dari >60%, disimpulkan bahwa

PT A dan PT B sudah bagus dalam pemenuhan kriteria yang ada pada

klausul bahaya dan manajemen efek. Namun pada PT A sesegera

mungkin dalam melakukan pemenuhan beberapa item yang belum

terpenuhi.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
114

6.1.8 Prosedur Tanggap Darurat

Menurut Ramli (2009), Prosedur tanggap darurat ini, merupakan

klausul yang dimana setiap kontraktor harus memenuhi persyaratan

bekerja pada area PT Terminal Petikemas Surabaya. Setiap kontraktor

harus memiliki standar emergency respon plan (ERP) yang setiap area

harus terpasang denah evakuasi tanggap darurat dan memiliki tim

tanggap darurat.

Penelitian ini adalah mempelajari pemenuhan klausul Tanggap

Darurat pada PT A dan PT B. Hasil menunjukan PT A telah memenuhi

presentase pemenuhan 84%, disebabkan dalam tidak dipenuhi nya

beberapa kriteria seperti : Tidak ada cukup bukti masing-masing ruangan

dan lantai telah dipasangi denah evakuasi tanggap darurat, tidak

ditemukan cukup bukti kompentensi petugas tim tanggap darurat.

Sedangkan pada PT B sudah memenuhi tetapi skor penilaian nya dari

presentase dari Kebijakan dan sasaran strategis sudah melakukan

pemenuhan dan sehingga mendapatkan persentase 100% karena karena

tidak terdapat kriteria yang belum terpenuhi maka PT B memenuhi

persyaratan pada klausul Tanggap Darurat.

Berdasarkan observasi dan pengamatan yang penulis lakukan,

bahwa PT A tidak ada bukti pemenuhan asing-masing ruangan dan lantai

telah dipasangi denah evakuasi tanggap darurat, tidak ditemukan cukup

bukti kompentensi petugas tim tanggap darurat.Serta kurang adanya

upaya perbaikan dari pihak manajemen PT A. Dan masih ada

ketidaksesuaian antara rencana dari PT TPS dan PT A, yang merupakan

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
115

awal pemberlakuan sistem CSSMS ini. Sedangkan pada PT B telah

memenuhi kriteria yang telah dipenuhi dalam klausul tanggap darurat.

Berdasarkan hasil observasi Work in progress pada klausul bahaya

dan manajemen efek dapat diketahui bahwa penerapan bahaya dan

manajemen efek sudah berjalan dengan baik pada PT A dan PT B

sehinggga sudah sesuai dengan prosedur dari PT Terminal Petikemas

Surabaya. Dengan presentase skor lebih dari >60%, disimpulkan bahwa

PT A dan PT B sudah bagus dalam pemenuhan kriteria yang ada pada

klausul bahaya dan manajemen efek. Namun pada PT A sesegera

mungkin dalam melakukan pemenuhan beberapa item yang belum

terpenuhi.

6.1.9 Manajemen HSSE dan Fitur Tambahan

Menurut Ramli (2010), usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya

berhasil, apabila dimulai dari memperbaiki manajemen tentang

keselamatan dan kesehatan kerja, kemudian praktek dan kondisi di

bawah standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan

merupakan gejala penyebab utama akibat keselahan manajemen.

Penelitian ini adalah mempelajari pemenuhan klausul Manajemen

HSSE dan Fitur Tambahan pada PT A dan PT B. Hasil menunjukan PT

A telah memenuhi presentase pemenuhan 50%, disebabkan dalam tidak

dipenuhi nya beberapa kriteria seperti :Tidak ada bukti bahwa petugas

K3 bergabung dengan keanggotaan K3. Sedangkan pada PT B sudah

memenuhi tetapi skor penilaian nya dari presentase dari Manajemen

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
116

HSSE dan Fitur Tambahan sudah melakukan pemenuhan dan sehingga

mendapatkan persentase 100% karena karena tidak terdapat kriteria yang

belum terpenuhi maka PT B memenuhi persyaratan pada klausul

Manajemen HSSE dan Fitur Tambahan.

Berdasarkan observasi dan pengamatan yang penulis lakukan,

bahwa PT Atidak ada bukti bahwa petugas K3 bergabung dengan

keanggotaan K3. Hal ini petugas K3 yang bertugas tidak bergabung

dalam Asosiasi Ahli Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dimana hal

ini untuk memenuhi peningkatan dalam pencapaian kemampuan personel

petugas K3.

Berdasarkan hasil observasi Work in progress pada klausul

manajemen HSSE dan fitur tambahan dapat diketahui bahwa penerapan

bahaya dan manajemen efek sudah berjalan dengan baik pada PT A dan

PT B sehinggga sudah sesuai dengan prosedur dari PT Terminal

Petikemas Surabaya. Dengan presentase skor lebih dari >60%,

disimpulkan bahwa PT A dan PT B sudah bagus dalam pemenuhan

kriteria yang ada pada klausul manajemen HSSE dan fitur tambahan.

Namun pada PT A sesegera mungkin dalam melakukan pemenuhan

beberapa item yang belum terpenuhi.

6.2 Hasil Penerapan Tahap work in progress CSSMS Sebagai Upaya


Pencegahan Kecelakaan Kerja

Menurut Tarwaka, 2008, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian

yang jelas tidak dikehendaki dan seringkali tidak terduga semula yang

dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
117

maupun korban jiwa yang terjadi di dalam proses kerja industri atau yang

berkaitan dengannya.

Hasil penelitian menunjukan kecelakaan kerja masih terjadi setelah

diberlakukannya CSSMS pada semua kontraktor yang melakukan

pekerjaan nya di area PT Terminal Petikemas Surabaya. Dari 6 bulan

sebelum angka kecelakaan kerja pada PT A dan PT B cukup tinggi,

namun setelah diberlakukannya CSSMS pada bulan november 2016

terjadi dampak penurunan angka kecelakaan kerja pada periode bulan

desember 2016 hingga mei 2017 pada kontraktor PT A dan PT B.

PT Terminal Petikemas Surabaya mulai mengimplementasikan

CSSMS pada bulan November 2016, dimana PT Terminal Petikemas

Surabaya sendiri telah mencapai target terhadap penurunanan angka

kekerapan angka kecelakaan kerja setelah diberlakukannya CSSMS.

Sedangkan dari data yang diperoleh, kejadian kecelakaan kerja masih

terjadi sebelum dan sesudah dijalankannya CSSMS. Hasil investigasi

kecelakaan tersebut menunjukan bahwa bukan sistem CSSMS yang

salah, namum penerapan sistem CSSMS yang kurang sempurna.

Penereapan sistem CSSMS yang kurang sempurna ini dikarenakan sistem

CSSMS ini baru berjalan 6 bulan. Sebagai penyesuaian sistem CSSMS

merupakan proses pengenalan awal sistem CSSMS terhadap kontraktor

pada PT Terminal Petikemas Surabaya.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB VII
Kesimpulan dan Saran
7.1 Kesimpulan

1. Penerapan CSSMS pada tahap Work In Progress di PT Terminal

Petikemas Surabaya telah sesuai dengan pedoman Dubai Port

World (DPW) selaku pemegang saham terbesar di PT Terminal

Petikemas Surabaya. Keseluruhan kegiatan dalam tahapan Work In

Progress tersebut telah dilaksanakan dan disertai dengan adanya

bukti dokumen yang menurut pedoman CSMS PT Terminal

Petikemas Surabaya yang mengacu pada pedoman Dubai Port

World (DPW). Namun, masih ada kekurangan dalam pemberian

umpan balik pada pihak kontraktor yang belum mencapai nilai

minimum yang ditentukan.

2. Penerapan CSSMS pada tahap work in progress tersebut telah

menurunkan atau mengurangi terjadinya kasus kecelakaan kerja

dalam kurun waktu 6 bulan.

118

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
119

7.2 Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai penerapan CSMS pada

tahap Work In Progress di PT Terminal Petikemas Surabaya, penulis

memberikan saran yaitu sebagai berikut :

1. Sebaiknya pihak PT Terminal Petikemas Surabaya juga

memberikan umpan balik pada pihak kontraktor yang tidak lulus

tahap Work In Progress mengenai penyebab ketidaklulusan dan

rekomendasi untuk perbaikan pada perusahaan kontraktor

tersebut.

2. Kontraktor sebaiknya memenuhi atau umpan balik yang telah

diberikan kepada PT A dan PT B.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

Administrator Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. 2010. Data Kunjungan dan


Kecelakaan Kapal Tahun 1995-2010, Surabaya.
Ardhan. 2010. Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Semarang :
Aneka Ilmu.
America Petroleum Institue (API) RP 76 2nd Ed. Nov. 2007- Contrcator Safety
Management for Oil and Gas Drilling and Production Operations.
http://en.bookfi.org/book/1253855 (sitasi 12 mei 2017)
Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Medan :
Graha Ilmu.
Asnudin, A. 2007. Tinjauan Program K3 pada Penyelenggara Konstruksi yang
Melibatkan Kontraktor Skala Kecil.
http://jurnal.untad.ac.id/index.php/SMARTEK/article/download/449/386
(sitasi 26 mei 2017).
Astuti. 2003. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Medan :
Graha Ilmu.
BPJS Ketenagakerjaan. 2014. Perlindungan BPJS Ketenagakerjaan Kasus
Kecelakaan Kerja Masih Tergolong Tinggi.
http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/conten/news.php?id=2128 (Sitasi pada
tanggal 08 Mei 2014 12:10:12)
Depnaker RI.1970. UU No. 1 tahun 1970. Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta.
Depnaker.1996.Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/MEN/1996 – Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Jakarta.
Depnaker RI. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 –
Ketenagakerjaan, Jakarta.
Dubai Port World. 76 2nd Ed. Nov. 2015- Contrcator Safety Security Management
Production Operations
Silalahi Bennet N.B dan Rumondang B. Silalahi. 1995. Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Falenshina, Nizhenifa. 2012. Implementasi Contractor Safety Management
System terhadap Kontraktor Project TA Unit CD III PT Pertamina RU III
Palembang. Skripsi. Depok ; Universitas Indonesia.
Freeport Indonesia. Power Point. Pelatihan Contractor Safety Management
System. (2013)

120

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
121

Frank E Bird Jr. 1989. Management Guide to Loss Control. Institute Publishing
Loganville, Georgia.
Ginanjar, dkk. 2007. Pengantar Ilmu Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Raja
Grafindo Persada PT: Jakarta.
Heinriech.1972. The Handbook of health and Safety Pratice sixth edition. Great
Britanian :Prevention Hall.
Helliyanti, I. .2009. Penerapan Sistem Manejemn Keselamatan Kerja Kontraktor
pada PT Sembilang Jaya, Sukabumi. Skripsi. Universitas 17 Agustus 1945.
ILO. 2001. Guideline on Occupational Safety Management System. ILO-OSH
2001. Geneva.
John, Ridley. 2006. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga.
Maritime Departemen The Goverment of the Hongkong, 2010. Casualities in
Cargo Handling Accidnets in 2010. [pdf] Hong Kong : Marine Departmen
The Goverment of the Hongkong. Tersedia di :
www.mardep.gov.hk/en/publication/pdf/mias_c1_2011.pdf [10 mei 2017]
Mangkunegara (2001) Mangkunegara. 2001. Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja seri Manajemen Operasi No 11. Jakarta : PPM
OHSAS 18001 : 2007. Occupational and Health Safety Assessment Series, OH&S
Safety Management System Requirments
Pedoman Tata Kerja.2006. Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lindungan Lingkungan Kontraktor. Vico Indonesia.
Purnama (2003) Purnama, Rosdja. 2003. Studi Evaluasi Tingkat Pemenuhan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Kontraktor Di
China National Offshore Oil Corp. (CNOOC) tahun 2000 – 2002. Thesis.
Depok ; Universitas Indonesia
PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan &
Kesehatan Kerja
Ramli, Soehatman. 2010. Contractor Safety Manajement System.
http://code.google.com/p/hse-k3ll-migas/downloads/detail
name=Modul3.pdf&can=2&q=(sitasi 10 mei 2017).
Rasjid, R. 1993. Pencegahan Kecelakaan Dalam Industri. Lokakarya. Surabaya
Resees, John. 2009. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Edisi Ketiga.
Jakarta : Erlangga
Santoso, Gempur. 2004. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta :
Dian Rakyat.

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
122

Sahab, S. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PT. Bina
Sumber Daya Manusia. Jakarta.
Silalahi,B.N. B dan Rumondang B. Silalahi. 2002. Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja bidang pelabuhan. Semarang : Bina Ilmu.
Suardi, R. 2007. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehata Kerja. Jakarta :
PPM.
Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.
Toko Gunung Agung. Cetakan XII
Suma’mur, P.K.2009.Hygiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja (Hyperkes).
Jakarta: Sagung Seto.
Sulaksmono, M. 1997. Manajemen Keselamatan Kerja. Penerbit Pustaka.
Surabaya.
Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi
K3 di tempat kerja. Jakarta : Harapan Press.
Turnip. 1992. Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Konstruksi. Jakarta : Gunung
Agung

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
123

Lampiran 1 Hasil Penilaian terhadap kontraktor PT A & PT B di PT Terminal

Petikemas Surabaya

No. Kepemimpinan dan Komitmen Manajemen NILAI


Tertinggi PT A PT B
A. Bagaimana para manajer senior dan manajemen
tertinggi terlibat secara personal dalam manajemen
HSSE? Mohon dilampirkan bukti pendukungnya!
B. Sediakan bukti-bukti komitmen pada semua level
organisasi dengan :
(i) Menyatakan target-target perusahaan tahun
berjalan untuk kinerja HSSE
(ii) Menjelaskan bagaimana Anda memastikan
bahwa organisasi Anda mengerti dan
berkomitmen untuk mencapai target HSSE
perusahaan Anda
C. Bagaimana Anda mempromosikan budaya positif
terhadap masalah-masalah HSSE? Mohon
dilampirkan bukti pendukungnya!
D. Apakah perusahaan Anda memiliki struktur
organisasi HSSE? (Ya/Tidak) Jika Ya, mohon
dilampirkan!
TOTAL SKOR
SKOR MAX
% NILAI TOTAL

Hasil Penilaian dari Kebijakan dan Sasaran Strategis

No. Kebijakan dan Sasaran Strategis NILAI

PT A PT B
1. Kebijakan dan Dokumentasi terkait Keselamatan & Kesehatan Kerja
dan Lingkungan HSE Policy & Documents
A. Apakah perusahaan anda memiliki dokumen
kebijakan HSSE? (Ya/Tidak) Jika Ya, mohon
dilampirkan!
B. Siapakah yang memiliki keseluruhan dan
tanggung jawab dan pertanggungjawaban secara
keseluruhan sampai akhir untuk HSSE di
organisasi Anda?
C. Bagaimana Anda memastikan pemenuhan
kebijakan HSSE dan komunikasinya di lapangan?
Mohon dilampirkan bukti pendukungnya!

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
124

2. Ketersediaan Pernyataan Kebijakan bagi Pegawai


A. Bagaimana Anda mengkomunikasikan kebijakan
perusahaan Anda kepada pegawai Anda termasuk
perubahan-perubahannya? Mohon dilampirkan
bukti pendukungnya!
TOTAL SKOR
SKOR MAX
% NILAI TOTAL =

Hasil Penilaian dari Organisasi, Tanggungjawab, Sumber-Sumber, Standar-


Standar, dan Dokumentasi
No. Organisasi, Tanggungjawab, Sumber-Sumber, NILAI
Standar-Standar, dan Dokumentasi PT A PT B
1. Organisasi – Komitmen dan Komunikasi
A. Bagaimana manajemen terlibat dalam aktifitas,
penentuan tujuan dan pemantauan HSSE? Mohon
dilampirkan bukti pendukungnya!
B. Ketetapan apa yang perusahaan Anda buat untuk
komunikasi dan pertemuan-pertemuan HSSE?
Mohon dilampirkan bukti pendukungnya!
2. Kompetensi dan Pelatihan untuk Manajer/Supervisor/Staff
Senior Lapangan/Personil HSSE
A. Sudahkah para manajer dan supervisor pada
semua level yang melakukan perencanaa,
pemantauan, dan melakukan pekerjaan menerima
pelatihan HSSE resmi dalam tanggung jawabnya
sesuai dengan persyaratan-persyaratan dalam
melakukan pekerjaan HSSE ? (Ya/Tidak)
Mohon dilampirkan bukti pendukungnya !
3. Kompetensi dan Pelatihan Umum terkait HSSE
A. Pengaturan apa yang perusahaan Anda miliki
untuk memastikan para pegawai memiliki
pengetahuan HSE industri dasar, dan menjaga
pengetahuan ini terkini? Mohon dilampirkan bukti
pendukungnya!
B. Pengaturan apa yang perusahaan Anda miliki
untuk memastikan semua pegawai, termasuk sub-
kontraktor, juga memiliki pengetahuan mengenai
kebijakan dan pelaksanaan HSSE Anda? Mohon
dilampirkan bukti pendukungnya!
4. Pelatihan Khusus
A. Sudahkan Anda mengidentifikasi area operasi
perusahaan Anda di mana pelatihan khusus
diperlukan untuk menangani potensi bahaya?
(Ya/Tidak) Jika Ya, mohon sediakan daftarnya
(Contoh : Bekerja di Ketinggian, Bekerja di

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
125

Ruang Tertutup, Bekerja yang Berhubungan


dengan Listrik dan lain-lain).
5. Personil HSSE berkualifikasi – Pelatihan Tambahan
A. Apakah perusahaan Anda memiliki ahli HSSE
(berhubungan dengan pelayanan perusahaan
Anda) yang dapat memberikan pelatihan kepada
pegawai lainnya? (Ya/Tidak) Jika Ya, mohon
melampirkan daftar riwayat hidupnya.
6. Pengujian Kesesuaian bagi Sub-Kontraktor
A. Apakah Anda mempekerjakan sub-kontraktor
untuk pelayanan yang dimaksud? (Ya/Tidak) Jika
tidak, mohon langsung ke pertanyaan 6
B. Apakah Anda memililki prosedur pemilihan sub-
kontraktor dalam hal HSSE?
C. Bagaimana Anda menilai sub-kontraktor Anda
untuk memastikan bahwa mereka memenuhi
standar dan kebijakan HSSE perusahaan Anda?
Mohon dilampirkan bukti pendukungnya!
7. Standar-standar
A. Peraturan atau standar industri HSSE jenis apa
yang perusahaan Anda gunakan untuk pelayanan
yang dimaksud? Mohon dilampirkan bukti
pendukungnya!
B. Bagaimana Anda memastikan hal tersebut
terpenuhi dan terverifikasi?
TOTAL SKOR
SKOR MAX
% NILAI TOTAL

Hasil Penilaian dari Bahaya Dan Manajemen Efek


No. Bahaya Dan Manajemen Efek NILAI
PT A PT B
1. Bahaya Dan Manajemen Efek
A. Apakah perusahaan Anda memiliki prosedur untuk
identifikasi, penilaian, pengendalian dan
peringanan bahaya dan efek-efeknya? (Ya/Tidak),
Jika Ya, Mohon dilampirkan bukti pendukungnya!
2. Pemaparan terhadap Tenaga Kerja
A. Sistem apa yang digunakan saat ini untuk

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
126

memantau keberadaan bahaya pada tenaga kerja


Anda seperti bahan-bahan kimia ataupun dampak
fisik? Mohon dilampirkan bukti pendukungnya!
3. Penanganan Potensi Bahaya
A. Bagaimana tenaga kerja Anda diberi arahan
terhadap potensi bahaya seperti bahan kimia,
suara, radiasi, dan lain-lain yang dihadapi dalam
masa pelaksanaan pekerjaan mereka? Mohon
dilampirkan bukti pendukungnya!
4. Alat Pelindung Diri
A. Pengaturan apa yang perusahaan Anda miliki
untuk penyediaan dan menjaga dan memelihara
peralatan dan pakaian pelindung, baik yang
standar maupun yang diperlukan untuk aktifitas
khusus? Mohon dilampirkan bukti pendukungnya!
B. Apakah Anda menyediakan Alat Pelindung Diri
(APD) untuk pegawai Anda? (Ya/Tidak) Jika Ya,
mohon sediakan daftar APD untuk cakupan
pekerjaan ini!
C. Apakah Anda menyediakan pelatihan untuk
seluruh pegawai bagaimana cara menggunakan
APD? (Ya/Tidak) Jika Ya, jelaskan isi pelatihan
tersebut dan tindak lanjutnya serta lampirkan
Daftar Hadirnya!
D. Apakah anda memiliki program untuk memastikan
bahwa APD diperiksa/diinspeksi dan dipelihara?
Mohon dilampirkan bukti pendukungnya
5. Manajemen Limbah
A. Sistem apa yang digunakan untuk identifikasi,
klasifikasi, pengurangan dan pengelolaan sampah?
Mohon dilampirkan bukti pendukungnya
B. Mohon sediakan jumlah kerugian akibat
kerusakan lingkungan dalam jumlah lebih besar
dari $20,000 dalam 24 bulan terakhir. Lampirkan
salinan laporan yang diserahkan kepada
pemerintah
C. Apakah Anda memiliki prosedur pembuangan
sampah? (Ya/Tidak) Lampirkan bukti
rekamannya!
D. Mohon sediakan detil peralatan Anda yang
berhubungan dengan masalah lingkungan.
6. Industrial Higiene
A. Apakah Anda memiliki program kebersihan
industri? (Ya/Tidak) Jika Ya, mohon sediakan
daftarnya dan jelaskan prosesnya.
7. Obat-obatan Terlarang dan Alkohol
A. Apakah Anda memiliki kebijakan obat-obatan
terlarang dan alkohol dalam organisasi Anda?

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
127

(Ya/Tidak) Jika Ya, mohon lampirkan. Jika tidak,


mengapa?
B. Apakah Anda memiliki pengaturan jam kerja dan
bagaimana Anda mengatur kelelahan pekerja?
Mohon dilampirkan bukti pendukungnya
TOTAL SKOR
SKOR MAX
% NILAI TOTAL

Hasil Penilaian dari Perencanaan dan Prosedur


No. PERENCANAAN DAN PROSEDUR NILAI
PT A PT B
1. Manual Operasional atau HSSE
A. Apakah Anda memiliki panduan prosedur HSSE?
(Ya/Tidak) Jika Ya, mohon lampirkan daftar
isinya.
B. Bagaimana Anda memastikan bahwa prosedur dan
pelaksanaan pekerjaan yang digunakan oleh
pegawai Anda di lapangan konsisten sesuai
dengan pengaturan dan tujuan kebijakan HSSE
Anda? Mohon dilampirkan bukti pendukungnya!
2. Pemeliharaan dan Pengendalian Peralatan
A. Bagaimana Anda memastikan bahwa mesin dan
peralatan yang digunakan di tempat kerja Anda, di
lapangan, atau di lokasi lainya oleh pegawai Anda
dengan benar terdaftar, bersertifikat sesuai
persyaratan peraturan, terperiksa, terkendali dan
terpelihara dalam kondisi kerja yang aman?
Mohon dilampirkan bukti pendukungnya
3. Pemeliharaan dan Manajemen Keselamatan Transportasi
A. Pengaturan apa yang perusahaan Anda miliki
untuk pencegahan insiden kendaraan? Contoh.
Prosedur, SIM, desain kendaraan dan lain-lain)
4. Prosedur Operasional Pengangkatan (APABILA ADA)
A. Apakah anda memiliki prosedur pengendalian
pekerjaan yang terlibat dalam pengerjaan
pengangkatan ? Mohon dilampirkan bukti
pendukungnya !
5. Jadwal Pemeliharaan Peralatan Operasional Pengangkatan
(APABILA ADA)
A. Apakah Anda memiliki program dan jadwal
pemeriksaan, pengetesan, pemeliharaan dan
sertifikasi untuk peralatan pengangkatan seperti
peralatan crane dan forklift ? Mohon dilampirkan
bukti pendukungnya
6. Kompetensi Personil Operasional Pengangkatan (APABILA ADA)

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
128

A. Apakah anda memiliki sistem untuk memastikan


bahwa tim pengangkatan, seperti petugas
peralatan angkat dan petugas pemberi sinyal
memiliki kecakapan ? Mohon dilampirkan bukti
pendukungnya !
TOTAL SKOR
SKOR MAX
% NILAI TOTAL

Hasil Penilaian dari Penerapan dan Pemantauan Kinerja


No. Penerapan dan Pemantauan Kinerja NILAI
PT A PT B
1. Manajemen HSE dan Pemantauan Kinerja terkait Pekerjaan
A. Pengaturan apa yang perusahaan Anda miliki
untuk pengawasan dan peninjauan kinerja HSSE?
Mohon dilampirkan bukti pendukungnya!
B. Pengaturan apa yang perusahaan Anda miliki
untuk penyampaian hasil dan temuan dari
pengawasan dan peninjauan ini kepada :
(i) Manajemen pusat
(ii) Pegawai lapangan
C. Apakah perusahaan Anda sudah menerima
penghargaan untuk pencapaian kinerja HSSE?
(Ya/Tidak) Mohon dilampirkan bukti
pendukungnya!
2. Kejadian yang Berbahaya/Kejadian yang Harus Dilaporkan yang
sesuai dengan Perundang-undangan, Ketentuan Pengembangan dan
Pemberitahuan Pelarangan
A. Apakah perusahaan Anda pernah mengalami
ketentuan perbaikan dan pemberitahuan larangan
terhadap insiden/kejadian berbahaya harus
dilaporkan menurut hukum oleh badan nasional
yang relevan, badan regulasi untuk HSE atau
badan lainya yang berwenang, atau pernah dituntut
di bawah undang-undang HSSE dalam lima tahun
terakhir? (Ya/Tidak), Jika Ya, mohon berikan
jumlah kejadian dan penjelasan singkatnya.
3. Rekaman perkembangan HSSE
A. Mohon sediakan detil statistik kinerja HSSE Anda
selama 3 tahun terakhir (jika tidak tercatat/tidak
diterapkan, mohon beri tanda N/R atau N/A). Data
statistik meliputi jumlah kecelakaan total yang
terjadi yang mengakibatkan seperti kematian,
pekerja tidak masuk kerja (kebiasaan membolos
bekerja dan sakit), adanya perlakuan medis,
pekerja tetap bekerja tetapi jenis pekerjaannya

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
129

dibatasi, dan dipindahkan ke pekerjaan yang lain


yang lebih ringan.
B. Bagaimana kinerja kesehatan direkam? Mohon
dilampirkan bukti pendukungnya!
C. Bagaimana kinerja lingkungan direkam? Contoh:
Pembuangan Sampah, Gas Emisi, Kebisingan dan
lain-lain. Mohon dilampirkan bukti
pendukungnya!
4. Penyelidikan Kejadian dan Pelaporan
A. Apakah Anda memiliki prosedur untuk
penyelidikan, pelaporan, dan tindak lanjut
kecelakaan, kejadian berbahaya atau sakit akibat
kerja? (Ya/Tidak), Jika Ya, mohon lampirkan!
B. Bagaimana temuan-temuan yang sedang dalam
penyelidikan atau kejadian yang relevan terjadi di
suatu tempat, disampaikan kepada pegawai anda?
Mohon lampirkan contoh laporan penyelidikan
selama 12 bulan terakhir!
TOTAL SKOR
SKOR MAX
% NILAI TOTAL

Hasil Penilaian dari Audit dan Tinjauan


No. Audit dan Tinjauan NILAI
PT A PT B
1. Audit dan Tinjauan
A. Apakah Anda memiliki kebijakan tertulis terhadap
audit HSSE? (Ya/Tidak) Jika Ya, mohon
lampirkan!
B. Bagaimana kebijakan tersebut menetapkan standar
untuk meng-audit, termasuk jadwal, ruang lingkup
dan kualifikasi untuk para auditor? Mohon
dilampirkan bukti pendukungnya!
C. Bagaimana efektifitas audit yang diverifikasi dan
bagaimana laporan manajemen dan tindak lanjut
audit? Mohon dilampirkan bukti pendukungnya!
TOTAL SKOR
SKOR MAX
% NILAI TOTAL

Hasil Penilaian dari Prosedur Tanggap Darurat


No. Prosedur Tanggap Darurat NILAI
PT A PT B
1. Prosedur Tanggap Darurat

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
130

A. Apakah Anda memiliki rencana tanggap


darurat? (Ya/Tidak), Jika Ya, mohon lampirkan!
TOTAL SKOR
SKOR MAX
% NILAI TOTAL

Hasil Penilaian dari Manajemen HSSE dan Fitu-fitur tambahan


No. Manajemen HSSE dan Fitur-fitur Tambahan NILAI
1. Manajemen HSSE dan Fitur-fitur Tambahan
A. Apakah perusahaan Anda memegang
keanggotaan asosiasi? (Ya/Tidak), Jika Ya,
mohon sediakan daftarnya!
B. Apakah ada aspek-aspek kinerja HSSE yang
Anda yakini membedakan diri anda dari pesaing
Anda yang tidak dijelaskan di manapun dalam
tanggapan Anda terhadap pertanyaan-
pertanyaan di atas? (Ya/Tidak), Jika Ya, mohon
jelaskan!
TOTAL SKOR
SKOR MAX
% NILAI TOTAL

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
131

Lampiran 2 Surat penerimaan pengambilan data

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
132

Lampiran 3 Kriteria Work in progress

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
133

Lampiran 4 Kriteria Work in progress

TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN CONTRACTOR HERFANDO MAULANA

You might also like