You are on page 1of 11

PEMBAHASAN

1.1. Hubungan Manusia dan Sumber Daya Alam Menurut


teori Malthus

1.1.1. Postulat Mathus


Dari postulat Malthus, terdapat pengekangan perkembangan
penduduk dapat berupa pengekangan segera dan pengekangan
hakiki/mutlak. Yang dimaksud dengan factor pengekangan adalah
pangan, sedangkan pengekangan segera dapat berbentuk
pengekangan prefentif dan pengekangan positif. Pengekangan
prefentif adalah factor-faktor yang bekerja mengurangi angka
kelahiran. Pengekangan prefentif yang dianjurkan Malthus adalah
pengendalian diri dalam hal nafsu seksuil antar jenis seperti
penundaan perkawinan. Pengekangan positif merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi angka kematian ; dapat berupa epidemi,
penyakit-penyakit dan kemiskinan.

Namun teori kependudukan Malthus memiliki kelemahan-kelemahan,


diantaranya:

1. Malthus terlalu menekankan keterbatasan persediaan tanah


meskipun dia adalah salah seorang pengajur industrialisasi dan
penggunaan tanah secara lebih efisien. Kenyataan dalam
setelah Malthus menunjukkan bahwa perbaikan teknologi
pertanian seperti penggunaan pupuk buatan, pemakaian
pestisida, dan irigasi yang efisien menghasilakan peningkatan
produktivitas.

2. Dia kurang memperhitungkan bahwa, penemuan-penemuan


baru, teknologi unggul dan industrialisasi dapat
memberikan efek yang cukup berarti pada peningkatan tingkat
hidup.

I-1
1.1.2. Hubungan Ketahanan Pangan dengan teori Malthus

Sedangkan dalam ruang ketahanan pangan, untuk pertama kali


hubungan antara pangan dan penduduk teori Malthus untuk pertama
kali hubungan antara pangan dan penduduk dibicarakan secara
sistematis oleh Malthus sekitar abad ke-19. Namun pada hakekatnya
masalah pangan telah ada pada masa-masa sebelumnya. Di berbagai
negeri, masa-masa makmur sering diselingi oleh kekurangan pangan
atau bahkan kelaparan masal yang merenggut banyak jiwa manusia.

Banyak faktor penyebab lemahnya ketahanan pangan nasional yang


berakhir pada ironi bangsa. Dengan SDA memadai serta luas lahan
pertanian sebesar 107 juta hektar dari total luas daratan Indonesia
sekitar 192 juta hektar, ternyata masih menyimpan cerita-cerita pilu.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (2002), tidak termasuk Maluku
dan Papua, sekitar 43,19 juta hektar telah digunakan untuk lahan
sawah, perkebunan, pekarangan, tambak dan lading; lebih kurang 2,4
juta hektar untuk padang rumput, sedangkan 8,9 juta hektar untuk
tanaman kayu-kayuan; dan lahan yang tidak diusahakan seluas 10,3
juta hektar (Republika, 16/6/2006).

Faktor tersebut antara lain tidak berimbangnya produksi pangan


dengan populasi penduduk. Aksioma Robert Malthus tentang deret
ukur dan deret hitung agaknya dapat dirujuk di sini. Kendati tidak
berlaku pada seluruh negara, tapi bagi negara berkembang yang
sering dilanda kasus pangan, Malthus mendekati benar. Konon 10%
anak-anak di negara berkembang meninggal sebelum mereka berusia
lima tahun. Kebanyakan dari kematian karena lapar disebabkan oleh
malnutrisi yang kronis akibat penderita tidak mendapatkan makanan
yang cukup. Sering kali hal ini terjadi karena kemiskinan yang parah.

Terancam kelaparan saat ini, diantaranya 4,35 juta tinggal di Jawa


Barat. Ancaman kelaparan ini akan semakin berat, dan jumlahnya
akan bertambah banyak. Seiring dengan mereka yang terancam
kelaparan adalah penduduk yang pengeluaran per kapita sebulannya
di bawah Rp. 30.000,00.

I-2
Di antara orang-orang yang terancam kelaparan, sebanyak 272.198
penduduk Indonesia, berada dalam keadaan paling mengkhawatirkan.
Dari jumlah itu, sebanyak 50.333 berasal dari Jawa Barat, diantaranya
10.430 tinggal di Kabupaten Bandung dan 15.334 orang tinggal di
Kabupaten Garut. Mereka yang digolongkan terancam kelaparan
dengan keadaan paling mengkhawatirkan adalah penduduk dengan
pengeluaran per kapita di bawah Rp 15.000,00 per bulan sebanyak
14.108.

Keterkaitan teori Malthus dengan upaya pemerintah dalam


meningkatkan ketahanan pangan

Usaha dari banyak Indonesia untuk menyediakan pangan bagi


penduduk adalah dengan giat melakukan pembangunan atau
modernisasi pertanian. Usaha ini dilakukan baik melalui perluasan
tanah pertanian yang ada (ekstensifikasi) maupun meningkatkan
produksi per hektarnya (intensifikasi).

Indonesia tercatat baru pada tahun 1968-1969 sebagai peserta


revolusi hijau dengan luas areal 198.000 hektar yang pada tahun
1972-1973 menjadi 1.521.000 hektar, meskipun sesungguhnya
Indonesia telah memulainya sekitar tahun 1964-1965. Pada tahun
1973 produksi padi dengan Bimas telah mencapai 52 kuital per hektar
dan dengan Inmas 40 kuintal per hektar.

Adapun program transmigrasi setelah Indonesia merdeka dalam Pola


Umum Pelita Ktiga (Lihat GBHN, TAP MPR No. II/MPR/1978)
disebutkan antara lain: “Program transmigrasi ditujukan untuk
meningkatkan penyebaran penduduk dan tenaga kerja serta
pembukaan dan pengembangan daerah produksi dan pertanian baru
dalam rangka pembangunan daerah khususnya di luar Jawa, yang
dapat menjamin taraf hidup para transmigran, dan taraf hidup
masyarakat sekitar”.

Program Keluarga Berencana merupakan upaya pemerintah dalam


mencegah dan mengatur kelahiran. Pemerintah melalui Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasionak (BKKBN) bergerak dalam
penyebaran alat-alat dan pengetahuan kontrasepsi. Setiap desa dan
I-3
kota Petugas Lapang KB siap membantu keluarga-keluarga yang ingin
memasuki program KB.

Menurut Sitanala Arsyad (1989), konservasi tanah adalah penempatan setiap


bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah
tersebut dan memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang
diperluka agar tidak terjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah mempunyai
hubungan yang erat dengan konservasi air.

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri


Kehutanan dan Menteri Pekerjaan Umum No.19/1984, No. 059/Kpts-II/84
dan No.124/Kpts/84, Konservasi tanah aadalah upaya untuk
mempertahankan atau memperbaiki daya guna lahan termasuk kesuburan
tanah dengan cara pembuatan bangunan teknik sipil disamping tanaman
(vegetatif), agar tidak terjadi kerusakan tanah dan kemunduran daya guna
dan produktifitas lahan.

Konservasi tanah adalah serangkaian strategi pengaturan untuk mencegah


erosi tanah dari permukaan bumi atau terjadi perubahan secara kimiawi atau
biologi akibat penggunaan yang berlebihan, salinisasi, pengasaman, atau
akibat kontaminasi lainnya.

Konservasi tanah mengandung pengertian bagaimana kita menggunakan


tanah agar dapat memberi manfaat yang optimum bagi kepentingan umat
manusia dalam jangka waktu berkelanjutan. Kegiatan konservasi tanah
meliputi pengendalian erosi, banjir, pengaturan pemanfaatan air, peningkatan
daya guna lahan, peningkatan produksi dan pendapatan petani termasuk
peningkatan peran serta masyarakat yang terpadu dan kegiatan
pengamanannya (Wahyudi 2014).

Kegiatan konservasi tanah diutamakan menggunakan metode mekanis


(teknik sipil), seperti pembuatan teras sering, bangunan pengendali,
bangunan penahan sedimen dan erosi dan lain-lain (Masaki, 1995). Tahapan
pelaksanaan kegiatan konservasi meliputi perencanaan, pelaksanaan,
bimbingan teknis pelaksanaan, pemeliharaan, monitoring dan penyuluhan
pada masyarakat.

I-4
1.2. Proses Terjadi Erosi Tanah. Jenis Erosi, da Faktor
Penyebab Terjadi Erosi
A. Proses Terjadi Erosi Tanah

Erosi tanah dapat menyingkirkan serta mengangkut material-material


tanah dari tempatnya semula. Menurut L.D. Meyer dan G.R. Foster
erosi tanah bisa terjadi melalui tahapan-tahapan proses seperti :

1. Detachment

Pada saat terjadi tumbukan air maupun angin yang terjadi dengan
intensitas yang tinggi, maka hal tersebut dapat menyebabkan
pecahnya agregat tanah menjadi partikel-partikel tanah yang akhirnya
akan terlepas.

2. Transportation

Partikel-partikel tanah yang terlepas pada akhirnya akan ikut terhanyut


oleh aliran air di permukaan menuju tempat yang lebih rendah

3. Depotition atau sedimentation

Pada akhirnya, partikel-partikel tanah yang terlepas tersebut akan


mengalami pengendapan di tempat yang baru, yaitu daerah yang lebih
rendah seperti di dasar sungai atau waduk.

Tanah memiliki jenis-jenis yang bisa menyebabkan erosi tanah yang


menyebabkan beberapa faktor penyebab erosi tanah yang terjadi
karena buatan atau alami dari bumi. Erosi tanah juga memberikan
dampak positif maupun negatif bagi kehidupan makhluk hidup yang
bergantung hidup di dataran tanah.

B. Jenis Jenis Erosi Tanah

Tanah merupakan unsur bumi yang memberikan peran penting bagi


kehidupan makhluk hidup, tanah memiliki beberapa jenis-jenis tanah
yang dapat menyebabkan erosi tanah yang dapat merugikan makhluk
hidup serta dapat menyebabkan banyak kerusakan bagi lingkungan
I-5
sekitar. Menurut faktor penyebab terjadinya, erosi tanah dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

1) Erosi Tanah akibat proses alamiah

Erosi tanah akibat proses alamiah adalah erosi yang terjadi


karena proses pembentukan tanah serta proses dalam
mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Sehingga
erosi tanah proses alamiah hanya di sebabkan oleh alam tanpa
bantuan dari manusia.

2) Erosi Tanah akibat ulah manusia

Erosi tanah yang di akibatkan oleh ulah manusia merupakan


erosi yang ditandai dengan terjadinya pengelupasan tanah
akibat ulah manusia yang menyebabkan tata guna lahan
menjadi buruk. Kegiatan tersebut misalnya adalah melakukan
cocok tanam tanpa memperhatikan aturan-aturan atau kaidah
konservasi tanah, serta kegiatan pembangunan yang yang
menyebabkan fisik tanah menjadi rusak.

Menurut kenampakan lahan sebagai dampak terjadinya, erosi dibedakan menjadi:

a. Splash erosion (erosi percik), yaitu erosi yang terjadi karena terlepasnya partikel
tanah oleh tetesan air hujan, terutama di awal terjadinya hujan.

b. Sheet erosion (erosi lembar), yaitu erosi yang terjadi akibat adanya genangan
yang memiliki kedalaman +/- 3 kali butir hujan. Namun karena pemindahan
partikel-partikel tanah terjadi secara merata di seluruh permukaan tanah, maka
terjadinya erosi ini sangat sulit untuk diketahui.

c. Rill erosion (erosi alur), yaitu erosi yang terjadi karena terbentuknya alur-alur
yang memanjang di sepanjang permukaan tanah oleh aliran air. Alur-alur
tersebut biasanya memiliki kedalaman kurang dari 50 cm.

d. Gulley erosion (erosi parit / selokan), yaitu erosi yang terjadi karena alur-alur
yang ditimbulkan oleh aliran air dipermukaan tanah telah berkembang atau
membentuk parit atau bisa juga membentuk huruf V atau U dengan kedalaman
mencapai 50 hingga 300 cm. Pada beberapa kasus, alur-alur tersebut juga
dapat membentuk jurang yang memiliki kedalaman lebih dari 300 cm.

I-6
e. Stream Bank Erosion (erosi tebing sungai), yaitu erosi yang terjadi pada area
tebing-tebing sungai yang stabil. Erosi ini disebut juga erosi saluran (channel
erosion).

Menurut Proses terjadinya, erosi dibedakan menjadi :

a) Erosi normal, yaitu erosi yang terjadi karena bebatuan atau bahan induk
tanah mengalami pelapukan, baik itu secara geologi maupun secara
alamiah. Erosi ini sering juga dikenal dengan erosi geologi atau erosi
alami.

b) Erosi dipercepat, yaitu erosi yang terjadi karena kerusakan tanah lebih
cepat dari proses pembentukannya. Hal ini disebabkan oleh aktivitas
yang dilakukan manusia dalam mengelola tanah guna meningkatkan
produktivitas tanah tersebut.

C. Faktor-Faktor Penyebab Erosi Tanah

Erosi tanah bisa terjadi secara alamiah maupun ulah manusia. Erosi
tanah juga dapat menyebabkan kerusakan hutan di sekitar
lingkungan. besar kecilnya peristiwa tersebut sangat tergantung pada
beberapa faktor seperti :

a. Faktor iklim

Faktor iklim sangat berpengaruh pada terjadinya suatu erosi


tanah. Perubahan musim, kecepatan angin, intensitas hujan,
frekuensi terjadinya badai, maupun suhu rata-rata suatu
wilayah dapat menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya
pengikisan tanah. Wilayah yang memiliki curah hujan dengan
frekuensi yang tinggi maupun wilayah yang memiliki frekuensi
terjadinya badai dan terpaan angin yang lebih intens akan lebih
mudah mengalami erosi.

b. Faktor Geologi

c. Terjadinya erosi tanah juga sangat dipengaruhi oleh kondisi


geologi suatu area seperti kemiringan lahan, panjangnya lahan,
tipe batuan, tipe sedimen, maupun permeabilitas lahan.

I-7
Semakin curam suatu area, maka energi air untuk mengangkut
material-material tanah akan semakin besar.

d. Faktor Biologis

Faktor biologis seperti vegetasi, kondisi tanah, serta makhluk


hidup yang tinggal disuatu area juga memberikan pengaruh
pada terjadinya erosi tanah.

Berikut adalah beberapa pengaruh dari faktor biologis :

 Vegetasi

Vegetasi yang baik akan dapat membantu mengurangi


kekuatan air hujan untuk menghancurkan tanah, yaitu
dengan menghalanginya agar tidak jatuh langsung ke
permukaan tanah. Adapun pengaruh suatu vegetasi
sebagai pelindung tanah antara lain adalah :

 Melindungi tanah dari terpaan air hujan secara


langsung

 Mempertahankan agar partikel-partikel tanah


tetap pada tempatnya

 Mengurangi kecepatan aliran air

 Mempertahankan kemampuan tanah


dalamproses penyerapan air

1.3. Geografi Penyebaran Erosi


Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan
partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es,
karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh
gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang,
dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat
cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan
proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.
I-8
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di
kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata
guna lahan yang buruk, penggundulan hutan,

kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi /


pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah
yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami
erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi
hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar
tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar
tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna lahan
yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-
building, praktik konservasi ladang dan penanaman pohon.

Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas,
yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi
lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk
meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke
dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan
mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh
aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi)
yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan
pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran jalur
pelayaran.

Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan
baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang
lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat
menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan
ekosistem dan kehilangan air secara serentak.

Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya


dan intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula
musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe
sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringan lahan.
Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan, makhluk yang tinggal di
lahan tersebut dan tata guna lahan oleh manusia.
I-9
Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah
hujan tinggi, frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai
tentunya lebih terkena erosi. sedimen yang tinggi kandungan pasir atau silt,
terletak pada area dengan kemiringan yang curam, lebih mudah tererosi,
begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan
permeabilitas sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi,
berkaitan dengan mudah tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air
bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan yang terbentuk lebih sedikit,
sehingga mengurangi erosi permukaan. Sedimen yang mengandung banyak
lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir atau silt. Dampak
sodium dalam atmosfer terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya
diperhatikan

Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan
lahan. pada hutan yang tak terjamah, mineral tanah dilindungi oleh lapisan
humus dan lapisan organik. kedua lapisan ini melindungi tanah dengan
meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta serasah di dasar
hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-
hujan yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan
limpasan di permukaan tanah dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan
akibat kebakaran atau penebangan, derajat peresapan air menjadi tinggi dan
erosi menjadi rendah. kebakaran yang parah dapat menyebabkan
peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti denga hujan lebat. dalam hal
kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus
dihilangkan atau dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap erosi
meningkat tinggi.

jalan, secara khusus memungkinkan terjadinya peningkatan derajat erosi,


karena, selain menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara signifikan
mengubah pola drainase, apalagi jika sebuah embankment dibuat untuk
menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan dan hydrologically
invisible ( dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan meniru
pola drainase alami) memiliki peluang besar untuk tidak menyebabkan
pertambahan erosi.

I - 10
Contoh Peta Sebaran erosi DAS Bagek Kembar Lombok Utara

Contoh Peta Sebaran erosi DAS Bagek Kembar Lombok Utara

I - 11

You might also like