You are on page 1of 4

Asas larangan memindahkan kesalahan kepada orang lain

Asas ini menyatakan bahwa setiap perbuatan manusia baik itu perbuatan yang baik atau buruk
akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Macam-macam jarimah, dalam hukum pidana Islam ada tiga macam jenis jarimah:

1. Jarimah Hudud, adalah jarimah yang hukumannya telah ditentukan dalam nash al-Qur’an
atau Sunnah Rasul serta menjadi hak Allah smata .Yang termasuk jarimah ini ialah zina adalah
melakukan hubungan persetubuhan diluar ikatan pernikahan yang syah secara syara'. Zina
merupakan salah satu dosa besar.
1) Penetapan Perbuatan zina
Hukum bagi pelaku zina dapat diterapkan jika yang bersangkutan benar-benar melakukannya.
Dalam masalah ini Rasulullah SAW benar-benar berhati-hati dalam mentetapkan hukuman ini.
Hukuman tida dijatuhkan sebelum yakin bahwa bahwa orang yang dituduh atau mengaku zina
benar-benar melakukanya.
2) Beberapa dasar untuk menetapkan suatu perbuatan zina:
a. Empat orang saksi yang adil. (QS.An Nisa':15)
b.Pengakuan Pelaku.
Dari Jabir bin abdullah Al-Anshari ra. bahwa seorang laki-laki dari aslam datang kepada
Rasulullah SAW., dia menceritakan bahwa dia telah berzina. Pengakuannya ini diucapkan empat
kali. Kemudian Rasulullah menyuruh supaya orang itu dirajam, maka ia pun dirajam dan orang
itu telah mukhson. Jumhur ulama berpendapat bahwa kehamilan saja belum dapat dijadikan dasar
penetapan perbuatan zina.

3) Had zina dapat dijatuhkan jika pelakunya memenuhi syarat:


a. Pelakunya sudah baligh dan berakal
b.Perbautan zina dilakukan atas kemauan sendiri
c.Pelakunya mengetahu bahwa zina adalah haram
· Terbukti secara syar'i bahwa ia benar-beanr melakukan zina

4) Bentuk had zina

2. Jarimah Qisas, adalah jarimah yang hukumannya sama dengan jarimah yang dilakukan. Yang
termasuk jarimah ini ialah pembunuhan dengan sengaja dan penganiayaan dengan sengaja yang
mengakibatkan terpotongnya atau terlukanya anggota badan. Jarimah Diyat, adalah jarimah yang
hukumannya ganti rugi atas penderitaan yang dialami si korban atau keluarganya, yang termasuk
jarimah ini ialah pembunuhan tak disengaja yang mengakibatkan terpotongnya atau terlukanya
anggota badan.
Contoh :

a. Pembunuhan sengaja: QS al- Baqarah : 178 dan hadist

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu, qishaash, berkenaan dengan orang-orang
yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan
wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema’afan dari saudaranya, hendaklah (yang
mema’afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar
(diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu,
Maka baginya siksa yang sangat pedih.

b. Pembunuhan semi-sengaja : Hadist

Artinya : ” sesungguhnya diyat kekeliruan dan menyerupai segaja ( pembunuhan dengan cambuk
dan tongkat ) adalah seratus ekor onta, diantara empat puluh ekor yang didalam perutnya ada
anaknya”.

c. Pembunuhan tidak sengaja: QS.An Nissa' : 92 dan Hadist Q.S.an-Nisa’:92

Artinya: dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali
karena tersalah (tidak sengaja), dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah
(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang
diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh)
bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara mereka
dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada
keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang
tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk
penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Mahabijaksana

3. Jarimah Ta’zir, adalah jarimah yang tidak dipastikan ketentuannya dalam nash al-Qur’an dan
Sunnah Rasul. Jarimah ta’zir ada yang disebutkan dalam nash, tetapi macam hukumannya
diserahkan sepenuhnya kepada penguasa untuk menentukan hukuman tersebut.

Jarimah ta’zir ini dibagi menjadi 3, yaitu :


a. Jarimah hudud atau qishash/diyat yang syubhat atau tidak memenuhi syarat, namun
sudah merupakan maksiat. Contohnya, percobaan pencurian, percobaan pembunuhan, pencurian
di kalangan keluarga.

b. Jarimah yang ditentukan oleh Al-qur’an dan Hadits namun tidak ditentukan sanksinya.
Misalnya, penghinaan, saksi palsu, tidak amanah.

c. Jarimah yang ditentukan oleh ulil amri demi kemaslahatan umum.


Asas Larangan Memindahkan Kesalahan Pada Orang Lain

Asas ini adalah asas yang menyatakan bahwa setiap perbuatan manusia, baik

perbuatan yang baik maupun perbuatan yang jahat akan mendapatkan imbalan yang

setimpal. Asas ini terdapat didalam berbagai surah dan ayat Al Quran, diantaranya:

“Dan tidak ada pembawa beban akan menanggung beban orang lain. Dan jika

panggilan jiwa yang sarat [lain] untuk [membawa beberapa dari] beban, apa-apa akan

dilakukan, bahkan jika ia harus menjadi kerabat dekat. Anda hanya bisa

memperingatkan orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tak terlihat dan

melakukan doa ditetapkan. Dan barangsiapa memurnikan dirinya hanya memurnikan

dirinya untuk [kepentingan] jiwanya. Dan Allah adalah [akhir] tujuan”(Fatiir:18)

Adapun ayat-ayat yang terkait dengan asas ini adalah Surah Al An’aam ayat 165, Surah
Az Zumar ayat 7, Surah An Najm ayat 38, Surah Al Mudatsir ayat 38. Contoh Surah Al
Mudatsir ayat 38 tersebut Allah menyatakan bahwa setiap orang terikat kepada apa yang
dia kerjakan, dan setiap orang tidak akan memikul dosa atau kesalahan yang dibuat oleh
orang lain Maksut dari arti diatas yaitu jika ada seseorang yang berbuat salah atau
melakukan kesalahan yang berakibat dosa maka seseorang tersebutharus bertanggung
jawab sendiri apa yang sudah dilakukannya dan tidak bisa melibatkan orang lain untuk
membagi dosa yang telah dibuat. Dalam asas larangan memindahkan kesalahan kepada
orang lain ini dijelaskan bahwa orang tidak dapat bertanggung jawab atau memikul
kesalahan yang dilakukan oleh orang lain.Karena pertanggung jawaban dalam hukum
pidana bersifat individual.
Selain dari contoh yang telah diterangkan diatas terdapat juga penerapan dalam asas
larangan memindahkan kesalahan pada orang lain. Seperti yang dijelaskan dalam surah
QS. Luqman yaitu “ Hai manusia bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah suatu hari
yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak
tidak dapat menolong bapaknya.” Dari surah Luqman kita dapat menyimpulkan bahwa
seseorang tidak dapat bertanggung jawab atau membebani kesalahannya kepada orang
lain. Intinya Dosa yang telah dibuat harus dipertanggungjawabkan sendiri tidak boleh
memikulkan kepada orang lain. Penerapan dari asas larangan memindahkan kesalahan
pada orang lain yaitu terdapa dalam surah :

1. QS Al Isra ayat 15
 Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain…
2. QS An Najm ayat 38
 bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain
3. QS Fatir ayat 18
 Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain
4. QS Luqman ayat 33
“ Hai manusia bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah suatu hari yang (pada hari
itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat
menolong bapaknya. “

You might also like