You are on page 1of 3

Acute Respiratory Distress Syndrome

Acute Respiratory Distress Syndrome atau disingkat ARDS adalah kondisi yang
muncul ketika cairan mengumpul di alveoli, yaitu kantung udara kecil dan elastis
pada paru-paru. Cairan biasanya merembes dari pembuluh darah kecil.
Kumpulan cairan ini dapat membuat paru-paru tidak cukup terisi udara dan pasokan
oksigen ke aliran darah menjadi berkurang. Hal tersebut mengakibatkan organ-
organ, seperti ginjal dan otak, tidak dapat bekerja normal atau bahkan berhenti
berfungsi karena tidak mendapat cukup oksigen.

ARDS biasanya dialami oleh orang yang sudah menderita penyakit kritis atau
mengalami cedera cukup parah. Kebanyakan ARDS menyebabkan kematian,
meskipun ada pula penderita yang dapat sembuh total. Besarnya risiko kematian
bergantung dari usia penderita dan tingkat keparahan ARDS.

Gejala Acute Respiratory Distress Syndrome


Gejala yang dialami penderita ARDS dapat berbeda-beda, tergantung dari penyebab
dan tingkat keparahannya. Beberapa gejala yang mungkin dirasakan oleh penderita
ARDS adalah:

 Napas menjadi sangat pendek.


 Sesak napas dan frekuensi napas menjadi cepat.
 Tekanan darah turun.
 Penurunan kesadaran dan merasa sangat lelah.
 Banyak berkeringat.
 Pusing.
 Bibir atau kuku berwarna kebiruan.
 Batuk kering.
 Demam.
 Denyut nadi cepat.

Penyebab Acute Respiratory Distress Syndrome


Penyebab ARDS adalah merembesnya cairan dari pembuluh darah kapiler
(pembuluh darah terkecil) dalam paru-paru ke dalam alveoli, tempat di mana
seharusnya darah dipasok dengan oksigen. Pada kondisi normal, membran
pembuluh darah akan menjaga cairan tetap di dalam. Adanya cedera atau penyakit
yang berat dapat menyebabkan kebocoran cairan dari dinding pembuluh darah.
Cedera dan penyakit tersebut di antaranya adalah:

 Sepsis.
 Menghirup zat berbahaya, seperti asap pekat atau uap kimia.
 Pankreatitis.
 Tersedak muntahan atau kondisi nyaris tenggelam.
 Pneumonia berat.
 Cedera di kepala, dada, atau bagian tubuh lainnya.
 Luka bakar.
 Overdosis obat tidur atau antidepresan.
 Menerima transfusi darah dengan volume darah yang banyak.

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena ARDS adalah:

 Ketergantungan alkohol.
 Berusia di atas 65 tahun.
 Perokok.
 Menderita penyakit paru-paru kronis.

Diagnosis Acute Respiratory Distress Syndrome


Tidak ada metode pemeriksaan spesifik untuk mendeteksi ARDS. Diagnosis yang
dilakukan terhadap pasien yang dicurigai ARDS didasarkan pada pemeriksaan fisik,
foto Rontgen dada, serta pemeriksaan analisis gas darah dari pembuluh arteri untuk
melihat kadar oksigen dalam darah. Pemeriksaan darah juga dapat dilakukan untuk
melihat adanya anemia atau infeksi. Selain foto Rontgen, dokter dapat melakukan
CT scan untuk mendiagnosis ARDS.
Pemeriksaan jantung juga mungkin akan disarankan bagi penderita ARDS, sebab
gangguan jantung dan ARDS memiliki gejala yang sama. Beberapa pemeriksaan
jantung yang dapat dilakukan adalah:

 Elektrokardiogram (EKG), untuk melihat aktivitas listrik dalam jantung.


 Ekokardiografi, untuk mendeteksi gangguan pada struktur dan fungsi
jantung penderita.

Pengobatan Acute Respiratory Distress Syndrome


Beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk mengatasi ARDS adalah:

 Pemberian oksigen. Dokter akan meningkatkan kadar oksigen dalam aliran


darah penderita dengan memberikan oksigen tambahan melalui selang
hidung ataupun masker.
 Alat bantu napas atau ventilator. Ventilator membantu memberikan tekanan
udara tambahan ke paru-paru penderita.
 Mengatur asupan cairan. Dokter akan mengatur jumlah cairan infus dan
nutrisi yang masuk ke tubuh penderita, sesuai hasil uji klinis dan keadaan
umum pasien.
 Pemberian obat-obatan. Dokter akan memberikan obat untuk mencegah
dan mengatasi infeksi, meredakan nyeri dan ketidaknyamanan, mencegah
penggumpalan darah pada kaki dan paru, dan meminimalisasi refluks asam
dan isi lambung. Bila diperlukan diberikan obat tidur, terutama untuk pasien
yang menggunakan alat bantu napas.
 Rehabilitasi paru. Tindakan ini diperlukan untuk memperkuat sistem
pernapasan dan meningkatkan kapasitas paru-paru saat pemulihan dari
ARDS.
Komplikasi Acute Respiratory Distress Syndrome
Pasien ARDS berisiko menderita komplikasi saat menjalani pengobatan. Beberapa
komplikasi tersebut di antaranya adalah:

 Penggumpalan darah. Berbaring terus-menerus dapat meningkatkan risiko


terjadinya penggumpalan darah, terutama pada pembuluh darah vena dalam
di tungkai (deep vein thrombosis).
 Kolaps paru-paru (pneumothorax). Penggunaan ventilator berfungsi
memberikan tekanan udara tambahan untuk meningkatkan aliran oksigen
dalam darah. Ventilator juga membantu membersihkan cairan dalam alveoli.
Namun penggunaan ventilator berisiko membuat robekan kecil pada kantung
udara paru-paru, sehingga membuat udara dalam paru-paru keluar melalui
lubang kecil tersebut dan menyebabkan paru-paru kempis.
 Infeksi. Untuk menyambungkan paru-paru dengan mesin (ventilator),
dimasukkan pipa atau selang ke dalam tenggorokan sampai melewati pita
suara. Selang ini merupakan benda asing bagi tubuh yang berisiko melukai
dan mengiritasi saluran pernapasan, serta menjadi tempat pertumbuhan
bakteri.
 Fibrosis paru. Fibrosis paru mengakibatkan paru-paru menjadi tidak elastis
dan sulit mengalirkan oksigen.

Beberapa gangguan kesehatan juga berisiko diderita oleh pasien ARDS yang
berhasil disembuhkan, seperti:

 Gangguan pernapasan (biasanya napas menjadi pendek), sampai


membutuhkan oksigen tambahan saat pulang ke rumah.
 Depresi.
 Gangguan daya pikir dan daya ingat akibat otak sempat kekurangan pasokan
oksigen.
 Melemahnya otot akibat terlalu lama berbaring dan tidak digunakan.
 Merasa lemas dan lelah.

Pencegahan Acute Respiratory Distress Syndrome


Ada beberapa hal yang dapat dilakukan seseorang untuk menurunkan risiko
menderita ARDS, yaitu:

 Menghentikan kebiasaan merokok dan menghindari asap rokok.


 Berhenti mengonsumsi minuman beralkohol.
 Rutin mendapatkan vaksin flu setiap tahun dan vaksin pneumonia setiap lima
tahun untuk mengurangi risiko infeksi paru-paru.

You might also like