Professional Documents
Culture Documents
Batu Ampar Desa Himba Lestari
BAB III
PEMAHAMAN & TANGGAPAN
TERHADAP KAK
3.1 UMUM
Kerangka Acuan Kerja (Term of Reference - TOR) yang disusun oleh Pemberi
Tugas menjelaskan mengenai informasi proyek diantaranya Lokasi Pekerjaan,
Ruang Lingkup Pekerjaan, dan beberapa informasi proyek lainnya.
Adapun fasilitas yang kami butuhkan nantinya adalah berupa surat tugas
survey atau pengantar survey ke daerah. Dokumen lain yang kami perlukan
sebagai bahan kajian awal adalah dokumen usulan pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpusat dari daerah sesuai dengan lokasi yang
disyarakan dalam KAK.
Kerangka Acuan Kerja secara keseluruhan terdiri dari beberapa bagian. Namun
Pada pembahasan di bawah ini hanya akan diuraikan sebagian dari bab-bab
dalam Kerangka Acuan Kerja beserta pemahaman terhadap KAK yang
disampaikan oleh Penyedia Jasa.
1. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara tropis yang hanya mengalami dua musim yaitu
panas dan hujan dan matahari akan bersinar sepanjang tahun, meskipun
pada musim hujan intensitasnya berkurang. Kondisi ini menyebabkan
matahari dapat menjadi alternative sumber energy masa depan Indonesia.
Selain matahari, Indonesia juga mempunyai cadangan minyak dan gas
bumi yang relative banyak. Fakta menunjukan konsumsi energy harus terus
meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pertambahan
penduduk. Terbatasnya sumber energy pasti menyebabkan perlunya
pengembangan energi terbarukan dan konserbasi energi yang disebut
pengembangan energy hijau. Masalahnya minyak dan gas bumi adalah
sumber energy yang tidak terbaharui. Tanpa pemakaian yang bijaksana
suatu sumber tersebut akan habis. Efek samping pembakaran minyak dan
gas bumi menimbulkan polusi udara.
Ketika isu lingkungan makin keras disurakan oleh Kelompok Hijau energy
ramah lingkungan dan terbarui menjadi asset berharga. Apalagi
penggunaan energy surya di Indonesia saat ini masih kurang dari 5% total
pemakaian energy nasional. Kondisi bumi kita kian lama kian
mengkhawatirkan karena tercemarnya lingkungan dari efek rumah kaca
(green house effect) yang menyebabkan global warning, hujan asam,
rusaknya lapisan ozon hingga hilangnya hutan trofis. Semua jenis polusi itu
rata-rata akibat penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi,
uranium, plotunium, batu bara dan lainnya yang tiada hentinya. Kita tahu
bahwa bahan bakar fosil tidak dapat diperbaharui, tidak seperti bahan
bakar non fosil. Dengan kondisi yang sudah sedemikian memprihatinkan,
gerakan hemat energy sudah merupakan keharusan di seluruh dunia. Salah
satunya dengan hemat bahan bakar dan menggunakan bahan bakar dar
non fosil yang dapat diperbaharui seperti tenaga angin, tenaga air, energy
panas bumi, tenaga matahari dan lainnya. Dunia pun sudah merubah tren
produksi dan penggunaan bahan bakarnya, dari bahan bakar fosil beralih ke
bahan bakar non fosil, terutama tenaga surya yang tidak terbatas. Di
Indonesia pemanfaatan energy terbarukan dapat digolongkan dalam tiga
kategori. Yang pertama adalah energy yang sudah dikembangkan secara
komersil seperti biomasa, panas bumi dan tenaga air. Yang Kedua adalah
energy yang sudah dikembangkan tapi masih secara terbatas yaitu energy
surya dan energy angin. Dan yang terkahir adalah energy yang sudah
dikembangkan tetapi baru sampai pada tahap penelitian misalnya energy
pasang surut. Sumber energy surya (matahari) merupakan salah satu
potensi terbesar yang ada di bumi guna menggantikan peran bahan bakar
minyak di masa mendatang. Untuk memanfaatkan potensi energy surya
ada dua macam teknologi yang sudah diterapkan yaitu energy solar cell
dan energy surya termal.
Desa Himba Lestari merupakan salah satu Desa Terisolir yang belum
mendapat aliran listrik dari PT. PLN. Desa Himba Lestari memperoleh
energy listrik dari mesin-mesin genset yang kecil yang pembiyaaannya
diperoleh dari Dana Desa dan Bantuan APBD Kutai Timur.
Saat ini daya listrik PLN belum pernah mengjangkau Desa tersebut diatas,
artinya kesempatan untuk melakukan pembangunan dan perluasan
jaringan listrik di Kabupaten tersebut masih terbuka. Tidak seluruh Desa-
Desa dapat terjangkau listrik PLN, terutama daerah-daerah yang
pemukimannnya berupa spot-spot dimana jarak antara satu permukiman
dengan permukiman lainnya relative jauh dan aksebilitasnya dijangkau
melalui jalan darat sehingga secara ekonomis tidak menguntungkan bagi
pihak PLN.
Alternatif yang dapat ditempuh untuk memenuhi kebutuhan energy listrik
bagi daerah-daerah yang sulit dijangkau PLN adalah dengan menggunakan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Apabila PLTS Terpusat dapat di
bangun pada daerah tersebut maka masyarakat dapat memperoleh
penerangan listrik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dan
tidak terbatas sumber energinya. Tentu saja hal ini turut membantu
perekonomian masyarakat dalam hal menhemat biaya peneluaran untuk
penerangan mereka selama ini. Untuk Model PLTS terdapat 2 macam, yaitu
model tersebar atau yang dikenal dengan Solar Home System (SHS) dan
model terpusat atau yang dikenal dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Terpusat. Model SHS lebih cocok untuk pemukiman yang memilki jarak
antar rumah satu dengan rumah lainnya relative jauh. Sedangkan model
PLTS Terpusat lebih cocok diterapkan untuk pemukiman yang memiliki jarak
antar rumah satu dengan rumah lainnya relative dekat (pemukiman padat).
Terkait dengan energy surya sebagai Negara tropis Indonesia mempunyai
potensi energy surya yang cukup besar. Berdasarkan data penyinaran
matahari yang di himpun dari 18 Lokasi di Indonesia, radiasi surya di
Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut untuk
kawasan barat dan timur Indonesia dengan distribusi penyinaran di
Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m2/hari dengan variasi
bulanan sekitar 10% dan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1
kWh/m2/hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. Dengan demikian potensi
2. Referensi Hukum
Undang – undang dan Peraturan Pemerintah yang mendasari kegiatan Jasa
Konsultasi Perencanaan Solar Cell Komunal Kecamatan Batu Ampar
Desa Himba Lestari adalah sebagai berikut :
Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi.
Peraturan Pemerintah Tentang Energi.
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi
Nasional.
Peraturan Menteri ESDM No. 10 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Fisik pemanfaatan energi baru terbarukan.
Peraturan Menteri ESDM No. 3 Tahun 2016 tentang petunjuk teknis
penggunaan dana alokasi khusus bidang energi skala kecil Tahun
Anggaran 2016.
Tujuan
Tujuan dari pekerjaan ini adalah melakukan perencanaan secara
komprehensif Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Kegiatan ini berupa
Kajian Studi Kelayakan (Feasibility Study) dilaksanakan dengan cara
menunjuk pihak ketiga atau jasa konsultan guna mengetahui gambaran
dari segi teknis dan ekonomi perencanaan PLTS terpusat dan memberikan
perkiraan rekayasa desain yang sesuai, efektif, efesien dan handal untuk
PLTS terpusat di Desa tersebut diatas yang nantinya dapat berfungsi seperti
yang diharapkan, baik kualitas maupun umur operasionalnya dan pasukan
energi listrik pada daerah tersebut menjadi handal untuk memenuhi
kebutuhan listrik masyarakat sekitar yang tinggal di Desa tersebut lengkap
dengan Basic Design Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS).
4. Lokasi Proyek
Kegiatan ini menitik beratkan pada rumah-rumah dan fasilitas umum yang
terdapat di desa yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan listrik
secara maksimal adapun desa yang akan direncanakan dalam penyusunan
laporan . Lokasi dari pekerjaan ini adalah Desa Himba Lestari Kecamatan
Batu Ampar Kab. Kutim.
Berdasarkan pemahaman PT. ERKA DUA CIPTA yang telah dituangkan pada
sub bab sebelumnya, tanpa mengurangi makna secara keseluruhan dari
dokumen, pada bagian ini diberikan tanggapan terhadap Kerangka Acuan
Kerja.
1. Informasi
Untuk melaksanakan tugasnya konsultan perencana harus mencari
informasi yang dibutuhkan selain dari informasi yang diberikan oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dan Pejabat Pembuat
Komitmen.
2. Tenaga Ahli
3. Strategi Kerja
Mengingat banyaknya kegiatan yang perlu dilaksanakan di dalam waktu
yang sangat pendek ini, maka PT. ERKA DUA CIPTA akan menguraikan
strategi kerja sebagai bagian dari tanggapan terhadap Kerangka Acuan
Kerja yang diberikan pihak pengguna jasa.
4. Waktu
5. Keluaran
Keluaran dari hasil ini adalah laporan lengkap yang dilengkapi hasil-hasil
uji, foto-foto peralatan yang diuji serta lampiran surat sertifikat layak
operasi pada system pembangkit dan system jaringan sesuai dengan yang
diuraikan dibawah ini :
Basic Design (Pra Rancangan Arsitektural) dalam gambar.
Gambaran singkat kondisi penduduk setempat.
Jumlah beban (Rumah dan Fasilitas Umum) dan pembagian jalur beban
untuk 3 fase.
Potensi sinar matahari sebagai sumber energy.
Kapasitas PLTS Terpusat terangkum dalam Detail Engineer Design (DED).
Rencana kegiatan dan volume pekerjaan. (BOQ).
Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pembangunan PLTS Terpusat.
Penentuan Tarif Minimal Iuran setelah pembangunan terlaksana.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Pekerjaan.
6. Pelaporan
Setelah selesai melaksanakan setiap kegiatan baik yang berupa kajian dan
analisis maupun kegiatan lapangan, selanjutnya hasilnya akan dituang
dalam sebuah laporan. Adapun sistematika penysunan laporan kegiatan ini
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Laporan Pendahuluan
Paling lambat 30 hari kalender atau 1 bulan setelah konsultan menerima
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), Konsultan harus sudah menyerahkan
konsep laporan pendahuluan kepada Direksi sebanyak 3 rangkap.
Selanjutnya laporan tersebut di presentasikan/didiskusikan untuk
dibahas dalam rapat dengan pihak terkait (dibuat risalah rapat dan di
dokumentasikan dalam natulen rapat) dimana konsep laporan
pendahuluan harus mencakup :
Hasil peninjauan lapangan atau setiap kegiatan yang harus
dilakukan Konsultan seperti yang ditetapkan dalam TOR
(Saran/pendapat/gagasan konsultan).
Diskusi II (Kedua)
Diskusi ini akan membahas Konsep Laporan Akhir yang akan
dilakukan di Kantor Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten
Kutai Timur.