Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Universitas Pekalongan
Disusun Oleh :
NPM : 0510077312
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar – benarnya bahwa skripsi dengan judul “FAKTOR
KABUPATEN BATANG “ Adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen
Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada Perguruan Tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
ii
KEASLIAAN PENELITIAN
TAHUN 2016
iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DI KABUPATEN BATANG
Oleh :
NPM : 0510077312
Penguji I Penguji II
Drs. Imam Purnomo, M.Kes Rr. Vita Nur Latif, SKM., M.Kes
NIP. 19541110 197903 1 006 NPP. 111009181
iv
MOTTO
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
mengucap syukur pada-Mu ya Rabb, serta shalawat dan salam kepada idola ku
Rasulullah SAW dan para sahabat yang mulia. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu
dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan akhirnya skripsi
yang sederhana ini dapat saya selesaikan. Semoga sebuah karya mungil ini menjadi
ini.
3. Orang tua, Bapak H. Maliki dan Hj. Ibu Nor Hiqmah, S.Pd.I yang
4. Bapak Drs.Imam Purnomo, M.kes dan Ibu Rr. Vita Nur Latief,
dengan baik.
vi
5. Kakak tersayang Norma Novianto, M.Pd, terimakasih atas segala
Riska Sadana, Ismawati, Danang Prabowo dan Adi Harjito, yang telah
dukungannya tidak lupa pula teman – teman lainnya yang tidak dapat
Penulis
Nor Amalia Muthoharoh
vii
HALAMAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
Agama : Islam
RIWAYAT PENDIDIKAN
viii
KATA PENGANTAR
Allah SWT atas izin dan kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan program sarjana
Kabupaten Batang”.
Dalam penyusunan tugas akhir ini banyak sudah bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Walaupun
demikian penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan dan jauh dari
Pada kesempatan ini dengan tulus ikhlas, saya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya
kepada :
2. Bapak Drs. Imam Purnomo, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
3. Ibu Rr. Vita Nur Latief, S.K.M, M.Kes, selaku Kepala Program Studi
ix
7. Bapak dan Ibu, terima kasih atas do’a, semangat, nasehat serta kasih sayang
Batang
9. Ibu Khotiq Mulyaningrum, S.ST, selaku Kepala Seksi KIA dan KB di Dinas
10. Seluruh Puskesmas serta Bidan di Kabupaten Batang yang telah menjadi
11. Sahabat – sahabat seperjuangan dan teman – teman dari peminatan Promosi
teman sebimbingan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusun skripsi ini masih jauh dari
yang tidak luput dari kesalahan, dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis berharap
Penulis
Nor Amalia Muthoharoh
x
UNIVERSITAS PEKALONGAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDY KESEHATAN MASYARAKAT
SKRIPSI, AGUSTUS 2016
ABSTRAK
NOR AMALIA MUTHOHAROH
0510077312
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN
MATERNAL DIKABUPATEN BATANG
(xi + 200 halaman ; 5 tabel ; 2 gambar; 9 lampiran ; 30 kepustakaan)
Kematian ibu dan kematian bayi merupkan dua diantara masalah kesehatan
yang mendesak diselesaikan, khususnya bagi negara miskin dan berkembang. Angka
kematian Ibu (AKI) yang tinggi di suatu negara berpotensi meningkatkan biaya
pemeliharaan sosial, termasuk pembiayaan langsung berupa biaya perawatan
kesehatan maupun biaya tidak langsung bersumber dari penurunan pendapatan dan
produktivitas keluarga.Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu upaya dalam
penurunan AKI yaitu dengan adanya SMS Bunda serta Si Jari Emas strategi program
baru nasional perlu digerakan seluruh pihak yang berwenang dan yang mempunyai
kebijakan.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor – factor yang berhubungan
dengan kematian maternal di Kabupaten Batang pada tahun 2015.
Penelitian ini menggunakan dua metode penelitian yaitu Kuantitatif dan
Kualitatif. Kuantitatif dengan desain Case Control sedangkan Kualitatif dengan
wawancara mendalam (Indept interview) kepada kepala bidang kesehatan keluarga,
bidan koordinator / bidan desa serta pada responden kasus dan kontol untuk
menggali lebih dalam tentang riwayat audit maternal prenatal (AMP). Jenis
penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik.
Hasil penelitian diketahui ada hubungan kematian maternal dengan
komplikasi dengan nilai p-value 0,000 OR = 4,223, status gizi dengan nilai p-value
0,320, usia ibu dengan nilai p-value 0,010. paritas responden dengan p-value sebesar
0,175, pemeriksaan antenatal dengan nilai p-value 0,017, keluarga berencana dengan
nilai p-value sebesar 0,000, pendidikan ibu dengan nilai p-value sebesar 0,783.
pendapatan keluarga dengan nilai p-value sebesar 0,218. Hasil faktor berpengaruh
dari determinan dekat, determinan antara dan determinan jauh terhadap kematian
maternal di Kabupaten Batang diketahui dengan nilai saling dengan nilai p value
<0,05.
Hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa masih kurangnya PONED
disetiap puskesmas, jumlah bidan yang kurang disetiap desa sertaperlunya
meningkatkan kualitas bidan, dengan meningkatkan P4K secara berkala, perlunya
kerjasama dengan pemegang kebijakan setempat untuk memperbaiki fasilitas
pelayanan kesehatan.
Kata Kunci : Faktor – faktor yang berhubungan dengan kematian maternal di Batang
Pustaka : 30
xi
UNIVERSITAS PEKALONGAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDY KESEHATAN MASYARAKAT
SKRIPSI, AGUSTUS 2016
ABSTRAK
xii
DAFTAR ISI
HAL
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ii
HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
MOTTO v
HALAMAN PERSEMBAHAN vi
HALAMAN RIWAYAT HIDUP PENULIS Viii
KATA PENGANTAR ix
ABSTRAK xi
DAFTAR ISI xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 9
1.3 Rumusan Masalah 9
1.4 Tujuan Penelitian 9
1.5 Manfaat Penelitian 10
1.6 Ruang Lingkup Penelitian 11
1.7 Hasil Penelitian Terdahulu 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan 16
2.2 Persalinan 17
2.3 Definisi Kematian Maternal 19
2.4 Determinan Kematian Maternal 21
2.5 Upaya dalam Penurunan Angka Kematian Ibu ( AKI ) 52
2.6 Kerangka Teori 58
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep 59
3.2 Hipotesa Penelitian 60
3.3 Variabel Penelitian 60
xiii
3.4 Definisi Operasional 61
3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian 63
3.6 Populasi dan Sampel 64
3.7 Pengumpulan Data 65
3.8 Pengolahan Data 66
3.9 Analisis Data 66
xiv
xv
BAB I
PENDAHULUAN
berkembang. Angka kematian Ibu (AKI) yang tinggi di suatu negara berpotensi
beberapa tahun terakhir. Rasio kematian ibu, yang diperkirakan sekitar 228 per
100.000 kelahiran hidup, tetap tinggi di atas 200 selama dekade terakhir,
kelima dan Setiap tiga menit, di manapun di Indonesia, satu anak balita
1
2
meninggal dunia. Selain itu, setiap jam, satu perempuan meninggal dunia ketika
pun tidak terlepas dari minimnya dukungan lingkungan sosial, dalam hal ini
terkait kesehatan ibu. Buruknya status kesehatan ibu akan sangat berpengaruh
meninggal setiap tahun karena masalah kehamilan dan persalinan. Padahal, masa
kehamilan dan persalinan adalah salah satu fase vital bagi kelangsungan hidup
ditentukan dari proses panjang sang ibu dari mulai sejak persiapan kehamilan,
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi. Target MDG’s Indonesia untuk AKI
diharapkan turun menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015.
pada angka 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target MDGs untuk
AKB adalah 23 per 1.000 kelahiran hidup tahun 2015. Tahun 2007, AKB 34 per
mendapat perhatian serius. Hal itu dapat dilihat dari berbagai indikator kesehatan
derajat kesehatan anak adalah angka kematian bayi dan derajat kesehatan ibu
melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi,
kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula.
pernikahan usia muda tinggi di dunia (rangking 37) . Tertinggi kedua di ASEAN
setelah Kamboja. Pada tahun 2010, terdapat 158 negara dengan usia legal
minimum menikah adalah 18 tahun ke atas, dan Indonesia masih diluar itu.
sebanyak 0.2% atau lebih dari 22.000 wanita muda berusia 10-14 tahun di
Indonesia sudah menikah. Jumlah dari perempuan muda berusia 15-19 yang
menikah lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki muda berusia 15-19
berada di peringkat ketiga tertinggi untuk angka kematian ibu di negara ASEAN.
Peringkat pertama diduduki oleh Laos yang mencapai 470 kematian ibu per
kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisii ibu itu sendiri dan merupakan
salah satu dari kriteria 4 “terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35
tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4
anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2 tahun). Untuk mencegah 4 kondisi
dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan.
90,88%. Cakupan ini terus menerus meningkat dari tahun ke tahun. Sementara
itu jika dilihat dari cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang
terlatih menurut provinsi di Indonesia pada tahun 2013, tiga provinsi dengan
Sulawesi Selatan 99,78%, dan Sulawesi Utara 99,59%. Sedangkan tiga provinsi
dengan cakupan terendah adalah Papua 33,31%, Papua Barat (73,20%), dan
Nusa Tenggara Timur (74,08%). ( Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 ).
(68,6%), kemudian oleh dokter (18,5%), lalu non tenaga kesehatan (11,8%).
Namun sebanyak 0,8% kelahiran dilakukan tanpa ada penolong, dan hanya 0,3%
masyarakat yang masih berada digaris kemiskinan. Selain itu, tidak meratanya
2012 Angka kematian ibu di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Terlebih kala itu dikaitkan dengan target Millenium Development Goal’s
(MDGs) Angka tersebut masih jauh dari AKI yang ingin diwujudkan di tahun
meningkat baik kematian ibu waktu hamil , kematian saat ibu bersalin, dan
kematian ibu nifas. Angka Kematian Ibu di Kabupaten Batang pada tahun 2014
sebesar 179,04 per 100.000 kelahiran hidup (23 kasus), meningkat bila
dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 111,77 per 100.000 kelahiran hidup
(14 Kasus ). Angka ini masih diatas target renstra tahun 2013 sebesar 110 per
100.000 kelahiran hidup dan angka jawa tengah tahun 2013 sebesar 118,62 per
7
100.000 kelahiran hidup serta target MDG’s ke-4 tahun 2015 yaitu 102 per
dan waktu nifas sebesar 39,13%, kemudian pada waktu persalinan sebesar
sebesar 8,7%
langsung yaitu perdarahan (25%), infeksi (15%), eklamsia (12%), abortus yang
tidak aman (13%), partus macet (8%), dan penyebab langsung lain. Sedangkan
sepertiga lainnya disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu keadaan yang
disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum
terpencil. Meningkatkan pengetahuan para ibu sehingga mereka mau, sadar dan
kematian ibu dalam tiga determinan, yaitu determinan dekat, determinan antara,
8
dan determinan jauh. Agar semua permasalahan kematian ibu baik secara
sebagai determinan dekat yaitu kehamilan itu sendiri dan komplikasi yang
yang tidak diketahui atau tidak terduga. Di lain pihak, terdapat juga determinan
terhadap determinan antara, yang meliputi faktor sosial, budaya dan faktor
ekonomi, seperti status wanita dalam keluarga dan masyarakat, status keluarga
faktor ibu, faktor status reproduksi, faktor yang berhubungan dengan komplikasi
ekonomi dan faktor sosial budaya. Masalah terkait kesehatan Ibu dan penurunan
Angka Kematian Ibu yang begitu kompleks dan disebabkan oleh berbagai faktor
– faktor oleh karena itu penelitian ini akan lebih menekankan faktor – faktor apa
saja kah yang berhubungan dengan penyebab Kematian Ibu dalam tiga
Determinan jauh menurut Mc Charty dan Maine maka dari itu Peneliti
tahun 2015.
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Apa saja kah faktor – faktor
1. Tujuan Umum
Determinan Jauh.
10
2. Tujuan Khusus
antara yaitu berupa usia ibu, paritas, status rujukan, jumlah ANC, jarak
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
peningkatan pelayanan.
1. Sasaran
2. Tempat
3. Waktu
2. Studi Kematian Ibu dan 2011 Direct 1. Komplikasi Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
Kematian Bayi di Provinsi Household 2. Umur penyebab utama kematian ibu di Sumatera
Sumatera Barat: Faktor Survey 3. Paritas Barat sepanjang tahun 2007 adalah
Determinan dan Masalahnya Method 4. Tingkat 1. perdarahan (32%), eklampsia (14%),
dengan pendidikan ibu partus lama (12%), infeksi (11%),
Oleh pendekatan 5. Penolong abortus (14%), penyakit jantung (5%),
U. Mariati, Z. Agus, D. prospektif. persalinan ibu dan lain-lain (12%).
Sulin, Masrul, Z. Amri, F. 2. Proporsi kematian ibu karena perdarahan
Arasy, Muslim, H. Hanum, lebih banyak terjadi pada ibu dengan
Mohanis, F. Arma paritas > 3 orang (58,1%) dibandingkan
ibu dengan paritas = 3 orang.
3. Kasus kematian ibu akibat perdarahan
terjadi pada persalinan yang ditolong
oleh dukun (30%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyebab kematian balita di Sumatera Barat
adalah
1. demam (18,9%), kejang (13,5%), diare
(10,8%), dan gizi buruk (5,4%) dimana
38,7% meninggal pada usia 12-23 bulan
dan 63,8% pada usia 24-59 bulan.
2. Proporsi kematian balita lebih tinggi
pada balita yang mempunyai ibu dengan
paritas = 3 orang (63,8%) dibandingkan
ibu dengan paritas > 3 orang (38,7%).
3. Faktor-Faktor Penyebab 2013 Observasio 1. Penyebab 1. Penyebab kematian ibu di Kabupaten
Kematian Ibu di Kabupaten nal analitik kematian langsung Pati tahun 2011 sebanyak 67%
Pati pada tahun 2011 dengan dan tidak langsung dipengaruhi oleh penyebab langsung dan
desain studi 2. Komplikasi 33% disebabkan oleh penyakit yang
oleh kasus kehamilan , memperberat kondisi kehamilan.
Nurul Aeni kontrol komplikasi Penyebab langsung kematian ibu
14
yaitu :
teori Lawrence Green yaitu faktor Predisposisi , faktor Enabling dan faktor
Reinforcing sedangkan dalam penelitian ini menggunakan teori Mc. Charty dan
Mine yang lebih menjabarkan secara terperinci dan sendiri- sendiri dalam
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
1. Kehamilan Normal
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan
yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua
dari bulan keempat sampi 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai
a. Kehamilan Postterm
yang berlangsung sampai 42 minggu ( 294 hari ) atau lebih, dihitung dari
hari pertama haid terakhir menurut rumus naegele dengan siklus haid rata
meningkat terus ada yang tidak bertambah, ada yang lahir dengan badan
16
17
Kristanto, 2009 )
kembar dengan kedua embrio berada pada tuba yang sama pernah
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
Partus normal adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala
tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan
bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro,
2007).
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada
turun kedalam jalan lahir. Kehamilan adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah
proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42
dalam 18 jam , tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Sarwono
Prawirohardjo, 2009)
1 Kala I yaitu dimuai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap
(10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8jam) serviks membuka
sampai 3 cm dan fase aktif (7jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm.
2 Kala II yaitu dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
3 Kala III yaitu dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
4 Kala IV yaitu dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
postpartum.
c. persalinan anjuran , yang paling ideal tentu persalinan spontan karena tidak
ringan.
terjadi pada saat kehamilan, atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan,
tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang
sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak
tergantung pada tempat atau usia kehamilan. ( Abdul Bari Saifuddin , 2009).
kematian ibu tidak langsung, dan kematian nonmaternal. Kematian ibu langsung
mencakup kematian ibu akibat penyulit obstetri pada kehamilan, persalinan, atau
20
masa nifas, dan akibat dari intervensi, kelalaian, kesalahan terapi, atau
adalah kematian ibu akibat perdarahan karena ruptur uteri. Kematian ibu tidak
langsung mencakup kematian ibu yang tidak secara langsung disebabkan oleh
kausa obstetri, melainkan akibat penyakit yang sudah ada sebelumnya, atau
suatu penyakit yang timbul saat hamil, melahirkan, atau masa nifas, tetapi
kematian ibu yang terjadi akibat kecelakaan atau kausa insidental yang tidak
Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung.
hasil SKRT tahun 1992 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 425 per 100.000
KH dan menurun menjadi 373 per 100.000 KH pada SKRT tahun 1995,
sedangkan pada SKRT yang dilakukan pada tahun 2001, angka kematian
maternal kembali mengalami peningkatan menjadi sebesar 396 per 100.000 KH.
Dari SDKI 2002 / 2003 angka kematian maternal menunjukkan angka sebesar
307 per 100.000 KH. Bila dibandingkan dengan negara – negara anggota Asean
21
tahun 2000 : 37 per 100.000 KH dan Malaysia : 41 per 100.000 KH) maka angka
faktor - faktor determinan dekat, determinan antara dan determinan jauh. Faktor
(28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), abortus (5%), partus lama/macet (5%),
emboli obstetrik (3%), trauma obstetrrik (5%), komplikasi puerperium (8%), dan
1. Determinan Dekat
wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko tersebut. Beberapa factor
a. Kejadian Kehamilan
atau Angka Kelahiran Total. Bila TFR tinggi maka penurunan kematian
ibu akan sangat dipengaruhi oleh keikut sertaan KB. Sebaliknya bila
pelayanan kesehatan.
b. Komplikasi Kehamilan
jangka pendek, yang hasilnya akan dapat segera terlihat dalam bentuk
determinan jauh.
adalah perdarahan, partus macet atau partus lama dan infeksi akibat
kehamilan , persalinan maupun masa nifas pada ibu hamil antara lain:
1) Perdarahan
a) Perdarahan Abortus
Prawirohardjo , 2009)
keguguran.
Provokatus.
mati. Selain itu, risiko ini dipengaruhi juga oleh ada atau
abortus spontan.
b) Perdarahan Ektopik
kehidupan ibu.
c) Perdarahan Antepartus
2) Preeklamsia / Eklamsia
2015 )
(3) oligouria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam; (4)
3) Infeksi
antibody spesifik. Pada infeksi yang berat, dapat terjadi demam dan
Prawirohardjo, 2009)
obstetri )
dari 24 jam, perdarahan kala tiga yang melebihi 400cc dapat primer
kematian.
lama dan berat, janin dapat meninggal dalam rahim. Air ketuban
2. Determinan Antara
1) Status Gizi
energi kronis (KEK) atau tidak. Ibu dengan status gizi buruk
nifas.
31
Prevalensi ibu yang menderita KEK (LILA ibu < 23,5 cm)
adalah 25%. Risiko KEK pada ibu hamil lebih banyak ditemukan
2) Anemia
defisiensi zat besi, asam folat dan vitamin A. Menurut WHO, 40%
3) Riwayat Penyakit
b. Status Reproduksi
(1) Usia ibu hamil yaitu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
serta bayinya. Usia ibu hamil yeng terlalu muda atau terlalu tua (≤
sebab ibu yang hamil terlalu muda, keadaan tubuhnya belum siap
yang disebabkan oleh karena jaringan otot rahim kurang baik untuk
(2) Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik yang
kelahiran lalu.
maternal akan meningkat 4 kali lipat pada ibu yang hamil pada usia
(5) Terlalu Muda yaitu usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun
(6) Terlalu Sering yaitu paritas 2-3 merupakan paritas paling aman
berisiko karena ibu belum siap secara medis maupun secara mental,
35
sedangkan paritas di atas 4 dan usia tua, secara fisik ibu mengalami
(7) Terlalu Dekat merupakan Jarak antar kehamilan yang kurang dari 2
kurang dari dua tahun memiliki risiko dua setengah kali lebih besar
(8) Infeksi
antibody spesifik. Pada infeksi yang berat, dapat terjadi demam dan
Prawirohardjo,2009 ).
36
waktu dan biaya. Tempat pelayanan yang lokasinya tidak strategis atau
sulit dicapai oleh para ibu menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil
WHO,2008)
(1) Penggunaan alat kontrasepsi yaitu ibu ber-KB akan lebih jarang
komplikasinya.
preventif care dan bertujuan mencegah hal – hal yang kurang baik
(Manuaba,2008).
(3) Penolong persalinan yaitu ibu yang ditolong oleh dukun berisiko
mengalami komplikasi.
3. Determinan Jauh
dan faktor – faktor lain juga perlu dipertimbangkan dan disatukan dalam
mereka akan bahaya yang dapat menimpa ibu hamil maupun bayinya
terutama dalam hal kegawat daruratan kehamilan dan persalinan. Ibu – ibu
38
RI,2004)
keluarganya.
dan kehamilannya).
c. Status masyarakat
kemudahan transportasi.
ke fasilitas kesehatan.
rumah sakit.
kesehatan.
44
et al, 2008 ).
mereka.
d. Pendidikan Ibu
pendidikan dasar cenderung lebih tinggi daripada para ibu yang buta
huruf atau tidak tamat pendidikan dasar. Tingkat pendidikan yang tinggi
pendidikan lebih tinggi cenderung untuk menikah pada usia lebih tua,
pelayanan antenatal bila hamil. Disamping itu mereka juga tidak akan
atau lebih umumnya cenderung menikah 3,5 tahun lebih lambat jika
e. Pekerjaan Ibu
f. Status Ekonomi
kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang tidak meratasangat erat
g. Kehamilan Ganda/Kembar
secara dini. Ibu dengan kehamilan ganda memerlukan asupan gizi yang
kehamilan muda sering terjadi keluhan yang lebih hebat, cepat lelah,
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Bila dokter atau bidan
terendah janin, sedangkan air ketuban yang keluar setelah selaput pecah
diantaranya karena trauma langsung pada perut ibu, kelainan letak janin
berbahaya bagi ibu maupun janin dan ibu perlu segera mendapatkan
pertolongan.
janin dalam rahim. Bila ibu merasakan gerakan janin berkurang atau
janin dalam rahim dapat terjadi karena lilitan tali pusat yang mematikan
dari 14 hari.
ibu yang tidak mengalami komplikasi pada kehamilan dahulu. Dan ibu
rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
c. Persiapan persalinan
kesehatan minimal bagi ibuhamil, ibu bersalin dan ibu nifas. Bagi kelompok
komplikasi serius.
d. Penolong Persalinan
dilakukan oleh bukan tenaga yang terdidik dan terlatih akandapat timbul
e. Tempat Persalinan
(Depkes, 2007).
rumah sakit, puskesmas dengan ruang rawatinap, pustu atau polindes yang
2007):
penyakit.
sehat.
56
atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai
atau dicontoh.
4. Kebudayaan.
perilaku ini.
kematian ibu digambarkan dalam kerangka teori berikut ini yang merupakan
berikut:
58
METODE PENELITIAN
variabel yang akan diukur atau diamati selama penelitian. Variabel – variabel
yang ada di dalam kerangka teori hanya 8 variabel yang akan dibahas di
penelitian ini.
antenatal ( ANC ),riwayat KB. Variabel yang akan diteliti pada determinan jauh
Komplikasi
Gizi
Umur
Paritas KEMATIAN
Penggunaan KB MATERNAL
Pemeriksaan ANC
Pendidikan Ibu
Penghasilan Keluarga
59
60
maternal
Yang menjadi variabel penelitian ini adalah Faktor kematian ibu yang meliputi :
1. Variabel Dependen
a. Kematian Maternal
2. Variabel Independent
b. Gizi Ibu
c. Usia Ibu
d. Paritas
g. Pendidikan Ibu
h. Penghasilan Keluarga
61
6 Pemeriksaan ANC Pemeriksaan antenatal disebut baik bila ibu Kuesioner dengan ( 0 ) Tidak Baik Nominal
hamil memeriksakan kehamilannya minimal 4 cara wawancara (1 ) Baik
kali dengan standar 5 T oleh tenaga dan KMS
kesehatan. Sebaliknya bila salah satu atau
lebih tidak dilakukan maka pemeriksaan
antenatal disebut tidak baik. Pemeriksaan
dilakukan selama ibu hamil sampai pemberian
ASI sesuai standart kesehatan.
7 Pendidikan Ibu Pendidikan formal terakhir yang pernah Kuesioner dengan (0) Tidak Sekolah Ordinal
dijalani ibu sampai saat kehamilan dan cara Wawancara (1) SD / sederajat
persalinan terakhir. (2) SMP / sederajat
Ibu hamil berisiko bila memiliki pendidikan (3) SMA/ sederajat
formal kurang dari 9 tahun atau tidak pernah (4) Diploma
menempuh pendidikan formal sama sekali. (5) Sarjana
8 Penghasilan Ibu hamil berisiko bila jumlah pendapatan Kuesioner (0) ≥ 1 juta perbulan Rasio
keluarga berada di bawah rata – rata upah wawancara (1) 1 juta perbulan
minimum regional per bulannya. (2) ≤ 1 juta perbulan
63
1. Jenis Penelitian
2. Rancangan Penelitian
Control. Karena akan mencari kasus dan control yang ada , kelompok kasus
yaitu riwayat ibu maternal , informasi dari keluarga dan bidan yang ada
serta dengan melihat data AMP dan AV yang bisa dilihat dibagian
dengan cara wawancara ibu bersalin hidup pada waktu yang sama .
kelompok kasus dan kelompok control dengan melihat factor resiko yang
1. Populasi penelitian ini adalah semua ibu bersalin di tahun 2015. Dengan
rincian yaitu :
tahun 2015.
2. Sampel dalam penelitian ini terbagi dalam populasi kasus dan populasi
kelompok control dipilih secara acak dari ibu melahirkan yang tidak
Perkiraan Lahir (HPL) yang bersamaan atau hampir bersamaan dengan ibu
a. Kelompok Kasus
Sampel kasus diambil dari data kematian maternal yang ada di Dinas
kesehatan setempat dan keluarga ibu kasus pada periode tahun 2015 di
kabupaten Batang.
b. Kelompok Kontrol
data audit maternal prenatal / hasil otopsi responden kasus dan juga
sesungguhnya.
2. Data sekunder berupa data KMS ibu , dokumen riwayat ibu hamil dari
1. Cleaning
2. Editing
3. Coding
4. Entry Data
data.
berturut - turut, yaitu: analisis univariat, analisis bivariat, dan terakhir analisis
1. Analisis Univariat
ini adalah angka absolute dan persentase karena merupakan data kategorik
independen.
2. Analisis Bivariat
yaitu Chi Square digunakan untuk data berskala nominal dengan nominal
dengan menggunakan Confidence Interval (CI) sebesar 95% (α= 0,05). Uji
diteliti. Apabila ada sel yang kosong maka masing-masing sel ditambah
angka satu. Untuk mengetahui estimasi risiko relatif dihitung odds ratio
3. Analisis Multivariat
Apabila masing – masing variabel bebas menunjukkan nilai p < 0,25, maka
menjadi model dengan hasil nilai p < 0,05. Variabel yang terpilih
4. Analisis Kualitatif
HASIL PENELITIAN
Tengah yang berada di jalur pantura Pulau Jawa, terletak antara 6o 51” 46”
dan 7o 11” 47” Lintang Selatan dan antara 109o 40” 19” dan 110o 03” 06”
15 kecamatan yang terdiri dari 248 desa dan kelurahan, daerah terluas
adalah Kecamatan Subah dengan luas 83,52 Km2 , atau sekitar 10,59% dari
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
69
70
Kabupaten Batang tahun 2015 sebesar 361.052 jiwa (50,01%) dan jumlah
b. Kepadatan Penduduk
kepadatan sekitar 918 jiwa per kilometer persegi, dan daerah yang
belum merata.
5.701,55 jiwa per kilometer persegi, dan wilayah kerja puskesmas yang
persegi.
adalah 4,30 jiwa untuk setiap rumah tangga. Jumlah penduduk tertinggi
meliputi :
2016. Adapun responden pada penelitian ini adalah populasi kasus yaitu semua
Kabupaten Batang pada tahun 2015 dan populasi kontrol yaitu semua ibu pasca
Kabupaten Batang pada tahun 2015. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor -
1. Kematian maternal
sebagai berikut:
73
yaitu:
Total 26 100.0
saat hamil sebagian besar tidak KEK sebanyak 21 orang (80,8 %),
2. Umur Ibu
berupa umur ibu diketahui bahwa sebagian besar berusia 30-34 tahun
(3,8%).
3. Paritas
Total 26 100.0
Total 26 100.0
5. Pemeriksaan Antenatal
Total 26 100.0
1. Pendidikan Ibu
Total 26 100.0
2. Pendapatan Keluarga
Total 26 100.0
Variabel 95%
Kematian Maternal Total P value OR CI
Kasus Kontrol
n % n % n %
Komplikasi
Komplikasi 0,306
0 0 13 100 13 100 0,000 4,223
6,230
Tidak Komplikasi 13 100 0 0 13 100
Status Gizi Ibu
0,320 0,350 0,489
KEK 4 80 1 20 5 100
-
Tidak KEK 9 42,9 12 57,1 21 100
1,226
Usia Ibu
0,010 0,500 0,102
19 Tahun 0 0 1 20 1 100
-
20-24 Tahun 1 14,3 6 85,7 7 100
7,221
25-29 Tahun 2 50,0 2 50,0 4 100
Pendidikan Ibu
0,783 9,206 1.023
SD/ Sederajat 7 53,8 6 46,2 13 100
-
SMP/Sederajat 2 50,0 2 50,0 4 100
10,45
SMA/Sederajat 4 50,0 4 50,0 8 100
4
Pendapatan
Keluarga
12 52,2 0,218 0,055 2,054
>1 Juta 11 47,8 23 100
0 0,0 -
1 Juta 2 100,0 2 100
1 7,250
< 1Juta 0 50,0 0 100
100,0
yang komplikasi dan tidak komplikasi kasus dan kontrol sebanyak 13 orang
(100%) dengan nilai p-value 0,000, status gizi sebagian besar tidak KEK 12
orang (57,1%) pada kontrol dengan nilai p-value 0,320, rata – rata usia ibu
sebagian besar usia 39-34 tahun sebanyak 7 orang (77,8%) pada kasus
dengan nilai p-value 0,010. Paritas >4 anak sebagian besar 10 orang
sebanyak 11 orang (50%) pada kasus dan kontrol dengan nilai p-value
dengan nilai p-value 0,017, pendidikan ibu yaitu SD/Sederajat pada kasus
dengan nilai p-value 0,783, dan pendapatan keluarga >1 juta sebanyak 12
komplikasi dalam kehamilan yaitu dengan uji analisis Chi Square diperoleh
79
dari nilai Continuity Correction dengan p-value sebesar 0,000, maka dapat
yaitu komplikasi dalam kehamilan mil dengan nilai OR = 4,223, nilai 95%
CI 0,306 – 6,230.
Determinan antara yaitu status gizi ibu saat hamil dimana yang KEK
dan tidak KEK pada kasus yaitu 4 orang (80%) dan 9 orang (42,9%), yang
kontrol KEK dan tidak KEK pada kasus yaitu 1 orang (20%) dan 12 orang
berdasarkan determinan antara yaitu status gizi ibu saat hamil dengan uji
value sebesar 0,320, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
maternal berdasarkan determinan dekat yaitu status gizi ibu saat hamil
usia ibu dimana yang usia 19 tahun pada kasus tidak ada 0 orang (0%), dan
yang kontrol 1 orang (20%), usia 20-24 tahun yang kasus 1 orang (14,3%),
kontrol sebanyak 6 orang (85,7%), usia 25-29 tahun yang kasus dan kontrol
sebanyak 2 orang (50%), usia 30-34 tahun sebanyak 7 orang (77,8%) pada
kasus dan 2 orang (22,2%) pada kontrol, pada usia >35 tahun yang kasus
antara yaitu usia ibu dengan uji analisis Chi Square diperoleh dari nilai
Pearson Chi Square dengan p-value sebesar 0,010, maka dapat disimpulkan
paritas dimana yang memiliki anak 1 anak sebanyak 2 orang (100%) pada
kasus, dan yang tidak mengalami tidak ada yaitu 0 orang (0%) pada kontrol,
paritas 2-3 anak sebanyak 5 orang (62,5%) pada kasus dan yang tidak
sebanyak 3 orang (11,5%) pada kontrol, responden yang paritas >4 anak
sebanyak 6 orang (23,1%) pada kasus dan yang tidak sebanyak 10 orang
maternal berdasarkan determinan antara yaitu paritas dengan uji analisis Chi
Square diperoleh dari nilai Pearson Chi Square dengan p-value sebesar
0,175, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh faktor penyebab
determinan dekat yaitu paritas dengan nilai OR = 0.500, nilai 95% CI 0,102
– 7,221.
keluarga berencana dimana yang tidak pernah sebanyak 2 orang (50%) pada
kasus dan kontrol, responden yang pernah sebanyak 11 orang (42,3%) pada
kasus dan kontrol. Hasil pengaruh faktor risiko penyebab kematian maternal
yaitu keluarga berencana dengan uji analisis Chi Square diperoleh dari nilai
kasus, dan yang tidak yaitu 1 orang (3,8%) pada kontrol, responden yang
pernah sebanyak 7 orang (36,8%) pada kasus dan yang tidak sebanyak 12
determinan dekat yaitu status gizi ibu saat hamil dengan nilai OR = 10,286,
(53,8%) pada kasus, dan pada kontrol sebanyak 6 orang (46,2%), responden
sedangkan pendidikan sarjana tidak ada (0%). Hasil pengaruh faktor risiko
berdasarkan determinan jauh yaitu pendidikan ibu dengan uji analisis Chi
Square diperoleh dari nilai Pearson Chi Square dengan p-value sebesar
0,783, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh faktor penyebab
determinan jauh yaitu pendidikan ibu dengan nilai OR = 9,206, nilai 95% CI
1,023 – 10,454.
Pendapatan <1 juta perhari sebanyak 1 orang (100%) pada kasus dan 0
orang (0%) pada kontrol. Hasil pengaruh faktor risiko penyebab kematian
determinan jauh yaitu peendapatan keluarga dengan uji analisis Chi Square
diperoleh dari nilai Pearson Chi Square dengan p-value sebesar 0,218,
independen yaitu :
Faktor Resiko OR
95% CI p
Adjusted
komplikasi, status gizi ibu saat hamil, umur ibu, paritas, KB, pemeriksaan
tidak saling berpengaruh erat secara multivariat dengan nilai <0,05, hal ini dapat
persalinan dan komplikasi masa nifas. Faktor dari determinan antara yang
kematian ibu
berikut :
determinan Dekat
dekat dengan komplikasi dalam kehamilan itu sendiri tidak ada. Hasil
diatas dapat diartikan bahwa pada wanita yang hamil memiliki risiko
berbahaya bagi ibu dan janin karena bisa masuknya cairan amnion
persalinan. Hal ini terjadi saat air ketuban pecah dan pembuluh darah
ibu hamil.
ibu seperti leukemia, jantung, gagal ginjal, ispa dan juga gangguan jiwa.
Hal ini bisa terjadi karena kurangnya intensivitas dari tenaga kesehatan
sebenarnya ibu, karena kondisi seseorang dapat berubah setiap saat apa
kabupaten batang.
Determinan Antara
nutrisi untuk ibu hamil. Gizi ibu hamil merupakan nutrisi yang
tetapi harus ditentukan pada mutu zat – zat gizi yang terkandung dalam
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal
melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal.
Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada
keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil (Zalhaida 2010 dalam
Ganda, 2011)
87
b. Usia Ibu
kematian ibu. Usia ibu dibawah 20 tahun rentan terjadinya kematian ibu
karena proses reproduksi ibu itu sendiri belum sepenuhnya baik seperti
sel telur belum sempurnadan selaput ibu yang belum matang. Dan juga
usia ibu diatas 35 rentan untuk hamil kembali karena pada usia tersebut
pada usia tersebut resiko gangguan kesehatan pada ibu hamil paling
masih produktif, dimana umur yang masih bisa memiliki anak, dan hal
Puskesmas Reban dan Puskesmas Batang III Kasus kematian ibu sama
c. Paritas
seorang ibu dikehamilan yang ke dua ini tidak terlalu mengancam jiwa
ibu secara langsung tetapi apabila kehamilan ibu yang lebih dari tiga itu
beresiko terjadinya kegawat daruratan pada itu, maka dari itu perlunya
kematian ibu namun ini salah satu resiko terjadinya kematian pada ibu
d. Penggunaan KB
ibu.
besar adalah baik, hasil dari faktor resiko penyebab kematian maternal
kematian maternal.
diperhatikan kondisi kesehatan dan persalinan yang aman bagi ibu dan
bayi.
(Manuaba,2008)
Determinan Jauh.
a. Pendidikan Ibu
hidup sehat.
pengertian mereka akan bahaya yang dapat menimpa ibu hamil maupun
akan berpengaruh dengan member respon sesuatu yang datang dari luar,
b. Penghasilan Keluarga
makanan itu sendiri, serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan
Pada Bab V ini akan menjabarkan hasil penelitian dari variabel dependen
(kematian maternal) dan variabel independen (paritas, umur, status gizi, pemeriksaan
merupakan suatu kematian wanita yang terjadi pada saat kehamilan, atau dalam
42 hari setelah berakhirnya kehamilan, dimana tidak tergantung dari lama dan
atau yang diperberat oleh kehamilan tersebut atau penanganannya, tetapi bukan
faktor determinan dekat, determinan antara dan determinan jauh. Faktor yang
Wilopo 2010).
94
95
waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan yang tidak tergantung pada tempat
atau usia kehamilan. Kematian maternal pada penelitian ini salah satunya
disebabkan oleh suatu penyakit yang timbul saat hamil misal leukimia, fisiologis
komplikasi.
dekat yaitu komplikasi dalam kehamilan adalah komplikasi tidak ada sebanyak
13 orang (100%). Hasil pengaruh faktor risiko kematian maternal yang terjadi
dengan komplikasi dalam kehamilan dengan uji analisis Chi Square diperoleh
dari nilai Continuity Correction dengan p-value sebesar 0,000, maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh faktor risiko kematian maternal yang terjadi
Hasil diatas dapat diartikan bahwa pada wanita yang hamil memiliki
komplikasi persalinan, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko
partus lama, abortus, dan ruptura uteri (robekan rahim). Hal ini perlu adanya
penurunan AKI, akan tetapi intervensi ini tidak akan menyelesaikan masalah
kematian ibu secara tuntas dan berkesinambungan. Oleh sebab itu upaya
Hasil bahwa status gizi ibu saat hamil sebagian besar tidak KEK
determinan antara yaitu status gizi ibu saat hamil dengan uji analisis Chi
0,320, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh faktor penyebab
determinan dekat yaitu status gizi ibu saat hamil dengan nnilai OR = 0,350
Tidak adanya pengaruh status gizi ibu saat hamil dengan kejadian
baik, dimana seorang wanita dengan kondisi kesehatan yang baik dan
peningkatan pasokan vitamin, asam folat, zat besi dan mineral lainnya.
2. Usia Ibu
kematian maternal berdasarkan determinan antara yaitu usia ibu dengan uji
analisis Chi Square diperoleh dari nilai Pearson Chi Square dengan p-value
sebesar 0,010, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh faktor risiko
Usia ibu hamil yaitu dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun merupakan usia
berisiko untuk hamil dan melahirkan, hal ini disimpulkan bahwa berpeluang
besarnya akan mempengaruhi perilaku, hal ini semakin lanjut usianya, maka
berbakti dari usia muda (Notoatmodjo, 2010). Usia yang dimiliki responden
sebagian besar merupakan umur yang masih produktif, dimana usia yang
98
masih bisa memiliki anak, dan hal ini membutuhkan perhatian serta
meningkat 4 kali lipat pada ibu yang hamil pada usia 35 – 39 tahun bila
dibanding wanita yang hamil pada usia 20 – 24 tahun. Usia kehamilan yang
2004).
3. Paritas
determinan antara yaitu paritas dengan uji analisis Chi Square diperoleh dari
nilai Pearson Chi Square dengan p-value sebesar 0,175, maka dapat
yaitu paritas dengan nilai OR = 0.500, dimana memiliki peluang 0,5 kali
maternal dimana hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan semakin
banyak jumlah kelahiran yang dialami oleh seorang ibu maka semakin
terjadi pada ibu maupun pada bayi. Selain itu kepada peneliti selanjutnya
4. Pemeriksaan Antenatal
persalinan (ibu yang ditolong oleh dukun berisiko lebih besar untuk
100
komplikasi).
persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil,
meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi
yaitu keluarga berencana dengan uji analisis Chi Square diperoleh dari nilai
mudah mengatur jarak kehamilan atau memiliki anak lagi, hal ini dapat
1. Pendidikan Ibu
yaitu pendidikan ibu dengan uji analisis Chi Square diperoleh dari nilai
Pearson Chi Square dengan p-value sebesar 0,783, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada pengaruh faktor penyebab kematian maternal dengan faktor
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha
kematian maternal, hal ini perlu terutama adanya suatu penyuluhan agar ibu
hamil dengan pendidikan yang kurang dapat memiliki suatu informasi dan
kurangnya pengertian mereka akan bahaya yang dapat menimpa ibu hamil
2. Pendapatan Keluarga
determinan jauh yaitu peendapatan keluarga dengan uji analisis Chi Square
103
diperoleh dari nilai Pearson Chi Square dengan p-value sebesar 0,218,
penolong persalinan. Bagi ibu dengan status ekonomi yang baik, akan lebih
pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang tidak merata
Hasil uji Klasik pada penelitian ini yaitu hasil p value <0,05 artinya
narasi. Tujuan dari kajian kualitatif adalah untuk melihat berbagai faktor yang
berkaitan dengan terjadinya kematian maternal secara lebih detail serta untuk
mendalam lagi dengan langsung yaitu mengenai kasus ini berasal dari riwayat
penelitian pada kasus kematian maternal, dan didukung dari data yang ada dalam
dokumen otopsi verbal atau hasil audit maternal perinatal. Informasi mengenai
angka kematian maternal yang ada diperoleh dari hasil wawancara terhadap
Batang, dan bidan desa yang tinggal di tempat terjadinya kasus kematian
maternal.
Maternal, yaitu dengan penempatan bidan di desa – desa, baik dengan status
PNS atau PTT sehingga diharapkan ibu hamil mendapatkan pelayanan maternal
yang berkualitas dan dekat dengan masyarakat. Pemeriksaan antenatal yang baik
105
akan dapat menilai status kesehatan ibu dan dapat memberikan informasi yang
Dari hasil wawancara terhadap bidan desa, diperoleh informasi bahwa bidan
persalinan sesuai dengan yang tercantum dalam KMS ibu hamil, akan tetapi
bidan tidak dapat menjamin apakah ibu benar – benar dapat memahami isi pesan
yang diberikan.
yang ada, sebagian besar kematian disebabkan oleh Pre- Eklamsia Berat /
Dengan pemberian MgSO4 ( Magnesium Sulfat ) pada pasien pre eklamsia dan
eklamsia diberikan karena obat anti kejang yang efektif tanpa menimbulkan
depresi susunan saraf pusat baik pada ibu maupun janinnya. Pemberian pada
preeklamsia berat sama seperti untuk eklamsia karena persalinan dan pelahiran
penyebab langsung kematian ibu itu sendiri karena riwayat sakit ibu, contohnya
wawancara bidan, keluarga dan riwayat pemeriksaan ibu (otopsi) ibu meninggal
106
karena sakit Gagal Ginjal yang tidak dapat ditangani oleh puskesmas dan RSUD
di batang, sebelum kehamilan keduanya ibu waktu hamil pertama masih dalam
keadaan sehat dan normal belum menderita Gagal ginjal, baru diketahui ibu
hamil juga pada saat usia kehamilan sudah menginjak 3 bulan. Setelah itu dari
kesehatannya seperti tensi ibu yang selalu naik, tidak boleh banyak pikiran serta
agar menjaga pola makan yang sehat. Masalah lainnya juga karena kendala
biaya dari keluarga yang tidak mau di bawa ke RS Karyadi Semarang. Pada saat
itu ibu hanya mendapatkan perawatan berapa hari di RSUD Batang dan dari
pihak keluarga meminta pulang pada hari ke 4 namun sebelum hari ke 4 pada
diketahui ibu meninggal karena menderita sakit Leukimia, kejadian itu baru
diketahui setelah ibu di bawah ke RSUD dan berapa hari kemudian ibu
meninggal di RUSD Batang. Penyakit itu sendiri karena faktor ibu yang sudah
ibu. Kasus lain yaitu terjadi di Puskesmas Pecalungan, ibu menderita sakit
jantung namun ibu tidak mau dibawa berobat ke Puskesmas maupun ke RSUD.
Padahal dari pihak Puskesmas dan Bidan sudah sering mengunjungi ibu dirumah
namun ibu slalu tidak mau di kasih tahu dan tidak mau meminum obat yang
pada kasus kematian ibu di desa tersebut itu karena faktor gangguan jiwa,
107
dimana ibu setiap hamil dari kehamilan pertama ibu selalu terguncang jiwanya
namun setelah pasca persalinan ibu normal kembali, namun setelah kehamilan
keduanya ibu terulang kembali mengalami gangguan jiwa dan menyakiti dirinya
sendiri, dari keluarga sendiri menutupi keadaan tersebut jadi kejadian tersebut
menghambat kerja dari petugas kesehatan setempat. Kasus kematian ibu yang
tidak langsung ini, penelitian menemukan bahwa berbagai faktor turut berperan
Batang, disamping itu juga faktor status kesehatan ibu, faktor status reproduksi,
ekonomi. Sebagian besar ibu meninggal pada usia 20 - 35 tahun sebanyak 11 ibu
yang meninggal dari 13 kasus ibu yang meninggal sisanya ibu meninggal pada
usia diatas 35 tahun, jika dilihat darisegi usia kategori usia 20 – 35 tahun
termasuk usia produktif, namun dari segi pekerjaan ibu yang bekerja untuk
menambah pendapatan keluarga hanya sebagian kecil saja), hal ini dapat
diartikan walaupun sebagian besar ibu meninggal di usia produktif akan tetapi
kematian ibu itu sendiri karena faktor riwayat penyakit yang disudah ada
SD/sederajat yaitu sebesar 50,0%. Namun jika dilihat dari proporsi pemeriksaan
antenatal dan sebagian besar pula (73,1%) memenuhi kriteria baik, yaitu
terjadi selama masa kehamilan, persalinan, maupun masa nifas yaitu dengan
meminta pertolongan pada bidan terdekat, dan dirujuk ke rumah sakit, akan
kesehatan yang lebih baik seperti Rumah Sakit karena dari pihak keluarga yang
diketahui bahwa kemampuan ibu, suami dan anggota keluarga lainnya untuk
tangan dan kaki, nyeri kepala, perdarahan yang terjadi saat kehamilan maupun
persalinan, infeksi dan persalinan bayi kedua dalam persalinan kembar seperti di
sehingga saat bidan datang kondisi ibu sudah buruk. Kendala biaya dan sikap
yang di fasilitasi oleh bidan didesa dalam rangka merencanakan persalinan yang
sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu
keluarga tidak mampu diupayakan mendapat kartu Kartu Indonesia Sehat (KIS),
BPJS atau surat keterangan tidak mampu dari kepala desa untuk mendapatkan
dihadapkan pada biaya – biaya tambahan, baik untuk pembelian obat – obatan
110
khusus maupun untuk biaya transportasi, yang akan merepotkan keluarga dan
pada umumnya sebatas rasa simpati pada keluarga ibu dan turut serta
mengupayakan sarana transportasi saat ibu akan dirujuk ke rumah sakit, akan
tetapi menurut bidan desa, upaya pengadaan tabungan ibu bersalin (tabulin)
wilayah kabupaten batang terjadinya Pre- eklamsia Berat dan Pendarahan karena
AMP pada saat itu hari raya Cina para bidan dan tenaga kesehatan lainnya pada
waktu itu tidak bisa langsung menolong ibu untuk dibawa ke Rumah Sakit
setelah 30 menit ibu menunggu ibu dibawa ke Rumah Sakit, dengan didampingi
dari pihak bidan setempat waktu itu dan langsung mendapatkan pertolongan di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang namun karena ibu mengalami
perdarahan dan bayi tidak dapat keluar dengan normal maka ibu dan bayi waktu
itu tidak dapat diselamatkan. Dari sisi pertolongan persalinan, penolong pertama
persalinan pada sebagian besar kasus adalah tenaga kesehatan, dimana pada
sebagian besar kasus penolong pertama persalinan adalah bidan. Hasil ini
maternal, akan tetapi dari hasil wawancara mendalam diperoleh informasi bahwa
pada kasus – kasus kematian maternal, pada umumnya bidan datang dalam
yang mengharuskan ibu untuk segera dirujuk dan pada umumnya kondisi ibu
sudah buruk. Pada kasus kematian maternal pada ibu hamil dengan kehamilan
kembar, suami memanggil bidan dalam keadaan ibu mengeluarkan busa dari
mulutnya, dari pihak bidan langsung memberikan rujukan kerumah sakit dan
pada waktu itu dari pihak keluarga (adik dan ayah) sudah membawa ibu ke
Rumah Sakit Islam daerah Kendal dulu. Namun setelah sampai Rumah sakit ibu
hanya di biarkan berbaring di UGD tanpa di kasih infus atau alat penolong
lainnya. AMP kejadian disana keluarga dan ibu harus menunggu Dokter
Kandungan yang akan praktek pukul 17.30 WIB padahal pasien dalam mondisi
tidak memungkinkan untuk menunggu pada saaat itu ibu dan keluarga sampai di
Rumah Sakit pukul 16.00 WIB, dari awal sampai terjadinya ibu meninggal tidak
ada penanganan apa – apa dari petugas kesehatan disana baik dari perawat atau
lainnya pada saat itu ibu hanya mendapatkan untuk pemompa oksigen (dadanya
ditekan – tekan oleh perawat). Dapat dilaksanakan program SMS Bunda dan Si
jari Emas strategi ini dapat diterapkan di kabupaten batang untuk menekan
terjadinya Aki setiap tahunnya. SMS bunda yaitu apa ada hal yang terjadi / yang
ibu rasakan pada kehamilan / kondisi dirinya dan bayi nya bunda dapat
melakukan sms kepada pelayanan kesehatan, sebelum itu ibu hamil terlebih
Jari Emas merupakan program baru secara nasional, yang mana program
tersebut pada dasarnya untuk mencatat AKI dan AKB secara online, program ini
diprioritaskan untuk pertolongan medis persalinan ibu dan anak, Program si jari
112
emas atau sistem informasi jejaring rujukan expanding maternal and new born
akan menjadi lebih buruk bila terjadi gangguan, rumah sakit sebagai tempat
sakit. Hal ini menunjukkan bahwa pada kasus – kasus kematian maternal waktu
sistem rujukan dan pelayanan di rumah sakit, karena hasil temuan penelitian ini
bersumber dari hasil wawancara pada keluarga dan bidan desa serta catatan
hasil AMP (audit maternal perinatal) dari dinas kesehatan Kabupaten Batang.
desa, seperti pelatihan LSS (Life Saving Skills), pelatihan KIE, dan pelatihan
kesehatan.
menggunakan tenaga kesehatan dan bidan adapun pada saat bersalin keluarga
memanggil juga dukun bayi karena dipengaruhi oleh tradisi turun – temurun,
dimana dukun memberi perawatan pada ibu selesai bersalin (perawatan ibu dan
bayi) sampai bayi lahir dengan imbalan jasa yang tidak mengikat dan karena
dukun bayi sudah mendapat pelatihan dari puskesmas. Kerjasama antara bidan
desa dengan dukun bayi selain melalui pelatihan yang diadakan oleh
Keberadaan ambulan desa yang merupakan salah satu wujud program GSI
sebagian besar adalah mobil pinjaman tetangga atau keluarga yang mempunyai
mobil tapi ada desa yang memang dari pihak desanya saling menolong dan
memang sudah disediakan mobil untuk berjaga – jaga dari Kepala Desa nya
apa bila ada kasus kegawatdaruratan hanya berapa desa yang mempunyai
kendala – kendala dalam trasportasi yang setiap desa belum tentu mempunyai
apa lagi bila memerlukan rujukan pada malam hari. Hasil wawancara dengan
kematian ibu yang terjadi pada kasus – kasus kematian maternal di Kabupaten
mengenali tanda – tanda risiko kebidanan baik oleh kasus maupun oleh
kabupaten Batang perlunya informasi dari bidan atau tenaga kesehatan lainnya
selama kehamilan, persalinan dan masa nifas baik pada ibu sendiri, para suami
harus merujuk ke rumah sakit. Dilihat dari tingkat pendidikan dan pendapatan
segi perbaikan tingkat ekonomi yang nantinya akan berdampak pada perbaikan
terhadap akses pelayanan kehamilan dan persalinan yang aman. Hal lain yang
karena dari hasil penelitian menemukan bahwa peran suami dalam keluarga
masih dominan. Keluarga dari setiap ibu hamil harus mempunyai rencana
1. Keterbatasan penelitian ini memiliki jumlah kasus dan kontrol dengan jumlah
2. Pengukuran pada penelitian ini dengan mengunakan alat ukur satu macam
4. Recall bias
116
yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melakukan uji coba observasi dan
memilih kontrol pada ibu pasca persalinan yang bersalin pada waktu yang
5. Interview bias
Kesalahan ini akan terjadi bila pewawancara kurang jelas dalam memberikan
dengan kalimat – kalimat yang sederhana dan mudah dipahami baik oleh
kurang baik dan untuk menaikkan presisi perlu menambahkan jumlah sampel.
6.1 Kesimpulan
2. Faktor risiko kematian maternal dengan status gizi ibu saat hamil memiliki
3. Faktor risiko kematian maternal yang terjadi dengan usia ibu sebagian besar
berumur 30-34 tahun sebanyak 7 orang (77,8%) pada kasus dengan nilai p-
prosentase sebagian besar adalah > 4 anak sebanyak 10 orang (62,5%), pada
kasus kontrol dengan p-value sebesar 0,175 dengan nilai OR= 0.500.
nilai prosentase baik sebanyak 11 orang (50%) pada kasus dan kontrol
117
118
sebagian besar SD/ Sederajat sebanyak 7 orang (53,8%) pada kasus dengan
pada kasus dengan nilai p-value sebesar 0,218 dengan nilai OR= 0,055.
6.2 Saran
pelayanan kesehatan ibu dan anak dan bagi puskesmas yang belum ada
wilayah tersebut.
terpencil agar bidan tetap tinggal di desa dan bertugas dalam waktu
Batang
riwayat penyakit atau daya tahan tubuh ibu yang setiap saat menurun.
kesehatan.
fleksibel.
121
Anantyo, Herman. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
WHO 1997 , FIGO 1986., 2009 dalam buku “ Ilmu kebidanan “. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo,S.,2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Riskesdas 2010_________________________
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Saya kan Cuma liat buku ne mbak itu KMS ya sudah baik slalu mencek up
dan periksa ke bidan ke puskesmas dan USG.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Ambulan ada puskesmas , waktu itu kalau mbak naiknya mobil pribadi
soalnya aku kan bilang kalau nunggu ambulan lama lah haah terus karna
ada mobil ya naik mobil sendiri
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat ,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Deket kok gag ada masalah kalo menurut aku lokasinya deket dan
terjangkau , Cuma karna itu penanganannya lelet kenapa dari sananya gitu
apa karna mbak pakek BPJS jadi disusah – susah atau gmn ,gag tau juga .
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Dari masyarakat palingan Tanya kenapa kok terjadi ya aku Cuma bilang
karna penyakit gini gini ya biasa aja si ya responnya ya udah tau resikolah
resiko dari kehamilan Cuma Tanya knp bisa kayak gitu udah. Kalau
masalah cek up seperti posyandu kesadaran pada diri sendiri si kalau
masyarakat Cuma kasih tau mengigatkan aja kalau ada posyandu . kalau
mbak dari pemeriksaan si komplit ya saya liat dari buku nya komplit
semua pemeriksaan bukunya penuh.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Gringsing 1
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui , apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Agar tidak terjadi kematian ibu ya itu periksa rutin dijaga kesehatannya ,
jangan terlalu capek ,jangan banyak pikiran ya gag boleh stress ya atau
mungkin kalau kehamilan bisa dijaga itu ya insyaallah sehat , kalau sering
capek , pikirane banyak kan itu juga jadi penyebabnya kematian ibu.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Niku pas jatuh dulu nikukan ndak ada pengaruh apa – apa jatuhnya sore
jadi biasa – biasa aja tidak ada perubahan apa – apa paginya itu abis sholat
subuh kok itu dikamar mandi saya pecah ketuban kok kata ibu saya , saya
si tidak tahu terus saya cek anu dilarikan ke RSI terus telpon dokternya
bilange harus dilahirkan lah niku
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Enggak , rujukan langsung dari rumah soalnya inikan belum waktunya
melahirkan tapi emang ketuban sudah pecah ya harus langsung tindakan
operasi. Waktu itu panik ya jadi tidak ke bidan apa lagi puskesmas
langsung saja ke RSI biasa periksa di RSI spesialis ya udah langsung
kesana masuk ruangan UGD ya diperiksa.
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Heem udah udah , udah dikasih tahu kalau sudah mau melahirkan pasti
kita mengeluarkan lendir gitukan Cuma itu katanya spesialis dokternya
itukan bisa maju soalnya mau cessar ya tinggal kita mantapnya kapan
tidak usah nunggu tanda – tanda itu kan ya pas itu jatuh ya maju 1 bulan
ini 2,6 lahirnya.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Ya kita takutnya kan yang kemarin-kemarin tidak ada kan tidak mau ambil
resiko ya langsung ke spesialis , bidan ada juga ini bu asti setiap posyandu
ya periksa kalau kita kan kadang gak enak badan atau apa panas ya ,
pusing kita takut minum sembarang obat ya kebidan aja terus dikasih obat
gag harus ke spesialis kalo seperti itu.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Ada kematin juga ada pas disuruh kumpul bidannya ada senam , ada
pemberitahuan – pemberitahuan apa yang perlu ibu hamil peroleh gitu
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Dukun bayi biasanya kan setelah melahirkan, kalau pengalaman saya itu
dukun cuma kerek ya biar kita kalau hamil kan apanya madet kalau
dikerek kan sudah nunggu kalau sudah 6 bulan. Kerek = Pijet.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Pemeriksaan ya ten Bidan , ke posyandu nggeh terus RSI . RSI ya nek kula
periksa mriko mawon nggeh dapet pelayanan cek-cek mawon soale kan
sudah pernah keguguran niku , nek pemeriksaan saking bidan kalian
posyandu ya komplit Alhamdulillah.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Wonten mawon , tapi pas niku ya mobil pribadi kita gak mikir apa – apa
wong sudah langsung panic tapi saya tidak mikir mau melahirkan perkiraan
kan masih lama Cuma saya dalam ketakutan tok keluar cairan langsung
kesana tidak mikir mau melahirkan.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat ,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
RSI kan paling deket kalau mau ke Rumah sakit umum kan jauh lebih deket
RSI . Puskesmas juga terjangkau. Buat biaya juga terjangkau rumayan lah.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Pengalaman saya si ya kemarin tidak ada orang tahu , masih bisa bersih –
bersih , jalan , mondar – mandir , nyapu , nyiram wong sore itu masih beli
ikan nguras ikan eh pagi – pagi sudah reaksi dibawa ke RSI tetangga ya
tidak ada yang tau . Tapi kemarin ya karna pengalaman saya yang sudah
beberapa kali keguguran masuk rumah sakit teruskan itu kiret ya banyak
orang desa yang nengokkin. Dulu ya sering tetangga menggingatkan
masalah-masalah penyebab kehamilan gitu.
( INDEPT INTERVIEW ) Puskesmas Bawang
Informan : Bidan Desa Wonosari
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Tiga setengah tahun
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Alhamdulillah positif semua , kalau wonosari memang kerja samanya
bagus disini soalnya mau minta bantuan apa soal ibu hamil , penyakit apa
insyaallah langsung ditolong dari desa disini juga desa mau keluar dana.
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini ,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Kalau kepercayaan sama , kalau sekarang dukun bayi dan bidan sekarang
kan sudah se iya sekata jadi masyarakat juga kan lebih gampang kasih tau
kalau ada pasien yang susah kita sama – sama mbah dukun ( mbah niku
ibu hamil kongene – kongene dirujuk orak gelem jajal disanjangi
njenengan ) jadi peran nya lebih besar bidan tapi kerjasamanya bagus sama
dukun bayi.
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah persalinan
yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu?
Persalinan 100% sama bidan , dukun kadang dipanggil Cuma bantu bayi
biasanya mbedong bayi sama njagain ibunya mboten membantu persalinan
mboten motong tali pusar semuanya sudah bisan persalinannya.
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat , Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Kalau komunikasi dan rujukan berjalan dengan baik misalnya untuk
merujuk pasien dari puskesmas kalau memang konsul dokter tidak dapat
ditangani dipuskesmas kita telpon rumah sakit dirujuk langsung . Cuma
memang jaraknya yang jauh.
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat , Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Ya itu terutama kesulitannya jalannya yang susah , kadang keluarga pasien
nya gak mau dirujuk walau ibunya mau tapi keluarganya yang gak mau,
biasanya keluarga sanjang ( ten mriko kadoen buk ) mikir biaya juga.
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko , pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Yang susah itu kalau JAMKESMAS system rujukannya terlalu banyak
syarat – syaratnya apalagi kalau BPJS kan beda nama beda alamat kan
tidak mau menerima yang susah si itu Cuma persyaratannya saja sama
jaraknya ,kalau sering ditemukan waktu kehamilan pemeriksaan
kehamilan itu pertama dari tinggi kurang dari 145 cm terus darah tinggi ,
KEK juga kekurangan energy kronik , biasanya kan disini banyak yang
kecil – kecil apalagi yang awal – awal hamil bahaya juga biasanya ya itu
yang paling banyak.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal , Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini , Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
Kalau koordinasi lintas sektor waktu itu dibentuk dari kecamatan dari desa
sama dari puskesmas jadi sudah ada ikatan saling misalnya kok ada ibu
hamil yang gak mau dirujuk nanti kita ngomong sama kecamatan
ngomong sama desa jadi nggak cumin bidan desa saja tapi puskesmas juga
dating kadang ya sama pak polisi sama pak tentara nggonten. Disini semua
sudah dibentuk jadi ya sudah baik komunikasinya dan saling berkomitmen
mendukung program – program yang sudah disepakati.
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Alhamdulillah masyarakat menanggapinya baik,karna tidak selamanya itu
negative . masyarakat biasanya hanya sekedar simpati dan tanya kok bisa
seperti itu , tapi ya semuanya sudah baik , sudah ada dari pihak tokoh
masyarakat yang mewakilinya.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Tabulin belum ada , biasanya inisiatif dari warga sendiri kalau nggak kartu
JAMKESMAS.
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa? Mohon diceritakan !
Monitoringnya setiap bulan jadi nanti diadakan perkumpulan bidan –
bidan desa , biasanya café morning dari puskesmas , kalau dari dinas
kesehatan kan monitornya dari puskesmas biasanya kan monev , monev
juga enggak setiap bulan biasanya setahun dua kali dari dinas kalau
enggak gentian kita yang datang ke dinas pas ada pelatian apa sekalian
nanti monitoring. Monitoring biasanya Administrasi sama nanti kesulitan
apa yang didesa terus misalnya bidannya bermasalah juga kan nanti
dibahas disitu. Kalau dari puskesmas café morning setiap bulannya dicek
kita bawa laporan desa ini kayak gini kayak gini kok masih merah, ada
yang masih merah cakupannya berarti kan dicari masalahnya apa nanti
perumusan pemecahan masalahnya itu apa jadi sebulan dua kali, kalau dari
puskesmas satu bulan satu kali
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus Peskesmas Bawang
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Penangananya ikukan sudah dirawat jalan rumah sakit waktu itu memang
sama dokter disarankan untuk cuci darah tapi tidak disini dikaryadi harus
dirujuk kesemaramg tapi keluarga gak ada yang mau minta pulang paksa ,
harusnya dijadwalin hari senin itu cuci darah dirumah sakit batang tapi
sebelum kondisi membaik malahan ibuke meninggal. Penyakit sebelum
hamil yang ini, sebelum hamil ibu sudah menderita gagal ginjal.
Kehamilan yang pertama masih sehat normal biasa Cuma ibunya itu
penakut jadi kalau periksa tensinya mesti naik semenjak kehamilan yang
pertama
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Buat penanganan sudah baik dari bidan dan puskesmas cuma memang
jauh dari batang jadi bolak baliknya keluarga tidak sanggup apalagi harus
ke karyadi kan butuh uang . Ya sebisanya disini yang deket
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
System rujukan sudah sesuai kan pertama dating ke PONED bawang
diponed di periksa di berikan oksigen langsung cari rumah sakit untuk
rujukan. Pertama dibawa ke weleri karna weleri dicek darah ginjal weleri
tidak bisa menangani keluarga minta dipindahkan ke rumah sakit batang
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Untuk informasi tanda bahaya ibu kan belum tahu soalnya waktu periksa
walaupun tensinya tinggi sudah dikasih tau kalau tensinya tinggi harus
tenang ,jgn banyak pikiran , gag boleh makan minum ini tapi karna ibu
sudah ketakutan akhirnya gag lama-lama akhirnya langsung pulang belum
dikasih tau tanda – tanda bahaya
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Komunikasi lancar itu ada keluhan apa ibunya langsung periksa kalau
enggak keluarganya yang biasa telepon ke bidan nya
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Enggeh sampon , sampon enten.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Disini kalau di wonosari ada 4 dukun bayi Alhamdulillah mpon bermitra
sedanten , jadikan empat – empatnya sudah lulus pelatihan sudah bermitra
dengan bidan.
Tugasnya kalau dukun bayi hanya boleh memijat ibu sama mijet bayi
sekarang sudah gak ada dukun bayi membantu persalinan. Persalinan di
wonosari Alhamdulillah sudah tenaga kesehatan semua
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Ibunya karna hamilnya baru 4 bulan ya jadikan baru 2X periksa ibu tau
hamil itu waktu umur 3 bulanan. 4 bulan itu baru 2X periksa jadinya.
Udah Pemeriksaan HB , cek darah lengkap mpon. Cek urin udah terus
pemeriksaan TFU , tekanan darah mpon sedanten nggeh.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Ambulance desa belum ada , nggeh adanya Puskesmas.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Jauh , Jauh sekali kalau mau rujuk itu jalan 2 jam wong dari sini ke
puskesmas saja paling gak setengah jam nunggu keluarganya ngurus baju
nunggu saudaranya yang nganter akhirnya rujukan nya lama bukan karena
Bidannya enggak ngerujuk – ngerujuk tapi nunggu keluarga banyaknya
disini masih nunggu keluarga , nunggu peralatan , nunggu surat – surat.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Kalau disini warganya sudah tanggap ngoten kalau misalnya ada ibu hamil
belum memeriksakan kesehatan nanti kadernya bilang bu bidan “ bu bidan
ini kok mbak ini kayaknya hamil tapi belum pernah periksa coba dilihat “
nantikan bu bidan kunjungan rumah ngoten
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Bawang
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Kematian ibu yang melahirkan mungkin masih dalam kandungan pas
persalinan atau kandungan kan itu resiko mungkin kan ibu pendarahan itu
bisa terjadi terus mempunyai riwayat sakit jantung apa – apa kemarin juga
ada yang mengalami seperti itu.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Kalau sakit biasanya langsung periksa ke dokter , ke bidan kalau enggak ya
kalo ada dukun bayi diurut biasanya. Kalau dukun bayi biasanya saya
perutnya terasa sakit jatuh apa kepleset itukan biasanya posisi bayi berubah
ya kalau saya kedukun diurut gitu dan bu bidan ngertos.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila ternyata
terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan desa ?
Dibawa ke rumah sakit langsung.
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Iya biasanya bu bidan menceritakan kalau begini – begini itu bahaya harus
nya begini – begini gitu , seandainya apa keluar darah belum saatnya atau
perutnya sudah mengencang perutnya belum waktunya itu biasanya terus
bercak – bercak.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Iya cekatan terus ya bagus si dari petugasnya. Biasanya kalau dukun kan
nek melahirkan langsung ke bidan kesehatan teus paling kalau ada dukun itu
setelah beberapa hari besok hari, tugasnya dukun untuk memijit kita tok
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan apakah
sudah dilaksanakan dengan baik ?
Posyandu ada tiap 1 bulan sekali isinya paling ditimbang diukur berat badan
kalau mau diimunisasi diposyandu ,senam ibu hamil ada tapi di wonosari.
Dan warga sudah baik dalam program – program yang dibuat pemerintah
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan dan
dukun bayi selama ini ?
Bagus sih kalau disini , kalau dukun bayi 1 desa mungkin ada berapalah
banyak gak Cuma satu . melahirkan kalau disini masih bidan semua terus
paling ada dukun bayi untuk memijat – mijat
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Kalau saya pemeriksaan paling ya diperiksa biasa periksa perut , dari
pemeriksaan itu saya baru ketahuan itu dari 3 bulan baru tahu itu saya hamil
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Enggak ada palingan dikecamatan , dibawang di rumah sakit
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat
dekat dan mudah terjangkau?
Dekat , kalau biaya standarlah disini enggak terlalu
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Ya iya sih langsung responnya bagus si suruh ikut semuanya.
( INDEPT INTERVIEW ) Puskesmas Kandeman
Informan : Bidan Desa Depok
12. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Dari 1997 berarti 19 tahun disini
13. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Yo iyo ra , kalau masalah itu udah semua Alhamdulillah percaya selama
ini.
14. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini ,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Nek ini kan dukun bayi peran nya masing – masing yo nek dukun bayi
biasanya yo perawatan bayi terus yo mijet tapi kalau persalinan mesti ke
bidan. Tadinya ada dua bidan disini sekarang cuma saya.
15. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah
persalinan yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu ?
Haah , yo baik – baik saja hunungane yo, nek sekarang biasa sih mbak ow
nek babaran ke bidan engko bar babaran ngundang dukun bayi , nek
misalkan ibu hamil masih ada kepercayaan girek (periksa kehamilan), bayi
juga masih ada tapi yo ada yang gireng tapi tetep ke bidan juga.
16. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat , Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Yo bagus yo , sekarang kan wes ada HP gampang , ya kalau disini
misalkan periksa sini terus paling enggak kan sekali konsul dokter terus
ANC terpadu terus ten puskesmas , berarti biasanya kalau disini kayak gini
periksa sini terus nantikan setiap tanggal 19 besok ada pertemuan ibu
hamil disini ya nanti yang mau ke puskesmas siapa saja sama – sama
nyewa mobil ke puskesmas bareng – bareng. Tapi yang sendiri juga ada
tapi yang mau bareng – bareng juga ada.
17. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat , Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Kendalanya yo mungkin kadang kalau kesana kadang gak langsung RS
nya penuh kemudian dari keluarga juga kadang nganter gak langsung pada
iya mau ke rumah sakit kadang nunggu ini nunggu ini gak punya kartu ,
kalau transportasi tidak ada masalah Cuma rumah sakit memang sering
penuh , di QIM bisa tapi harus Kalisari penuh dulu kalau menggunakan
JAMKESDA, kalau batang penuh semua ke pekalongan tapi kalau
JAMKESDA gak 100% bantuane.
18. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko , pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
System rujukannya missal kalau dideteksi kan kalau kita Cuma
mendeteksi mungkin kalau perlu konsul – konsul dokter kendalanya yo
karna sini jauh ya biasanya harus ada yang ngantar, misalnya minta
rujukan ke Puskesmas nah itu kadang keluarga juga yo ada yang apalagi
yang Serotinus gak terlalu resiko banget ya menurut keluarga ya gpp ya
sehat – sehat jadi kadang yo ada yang gak mau kemudian kalau periksa
harus konsul USG yang gak punya kartu kan harus bayar kadang yo dari
segi keuangan.
19. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal , Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini , Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
Kalau disini yang terkait biasanya dari kelurahan ka nada itu kelas ibu
hamil, kelas ibu hamil itu juga ada kadernya la itu dari kader membantu
pelaksanaan itu kemudian dari bu lurah dari PKK juga ikut kelas ibu.
Buat GSI Kemarin itu baru buat SK ya sudah di kumpulkan di kecamatan
dan sudah disetujui.
20. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik?
Tanggapane yo kadangkan ditanya oh bisone meninggal mergone iki la
terus misalkan perdarahan , perdarahan biasanya babarane nandi opo tau
berikso opo ndak bias anya uda pada Tanya kayak gitu. K1 sampai K4
sudah tercapai
21. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Tabungan ibu bersalin tidak ada sudah digembor – gemborkan tapi tidak
ada yang nabung si. Nabungnya sendiri - sndiri
22. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa? Mohon diceritakan !
Kalau dari dinas kesehatan itu kan ada supervisi misalkan satu tahun sekali
ke desa kalau dari puskesmas itu tiap bulan ada meeting , yang diliat
biasanya Kohort , pws , administrasi.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus Puskesmas Kandeman
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui , apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Saya hanya sekedar tau kalau si anak itu hamil terus dibawa kerumah sakit
akhire dioperasi beberapa hari terus akhirnya saya dibel katanya ada tidak
beres, tidak beresnya mungkin karna mau meninggal dibel kue bukane
tidak beres RS nya. Katanya bu bidan itu pre eklamsi anak saya itu
memang waktu itu banyak tekanan mungkin jadi strez terus kebawa
sampai kandungannya.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil ? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini!
Penanganannya dari bu bidan itu langsung dirujuk ke RS terus dioperasi
setelah menunggu beberapa hari di kondisi sudah membaik, Kodisinya pas
itu aslinya mau pulang kok itupun rencana mau pulang siang kue terus kira
– kira jam 1 mau pulang jam 11 dibel saya suruh kesana katanya kondisi
tidak memungkinkan akhirnya pas kesana key sudah tidak ada lagi terus
dibawa ke ruangan ICU we sebenere diruang rawat lahiran we sudah tidak
ada nyawa.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Langsung kerumah sakit , dari rumah bu bidan terus dirujuk ke Rumah
Sakit. Dirumah sakit langsung dilayani, waktu itu kondisi dari dokter boleh
langsung dioperasi langsung melahirkan bayinya diambil dicessar, bayinya
selamat.
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Satu minggu sebelum kejadian kan periksa sama suaminya di
Wonokerso waktu itu belum ada tanda bahaya, selama kehamilan
itu sehat – sehat aja tidak ada yang mengira bakalan seperti ini,
kejadian PE ( pre eklamsi ) jadi tiba-tiba saja tekanan darah ibu
tinggi.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Sudah baik, langsung ditangani.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Sudah ada , sudah disetujui sama kecamatan waktu itu.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Hubungan Sae , kalau dukun bayi itu kalau orang – orang desa kan
tidak sering langsung ke bidan biasanya kedukun bayi dulu terus
dukun bayi konsultasi sama bidan. Sekarang melahirkan semua
petugas kesehatan nek dulu memang ditangani dukun bayi tapi
sekarang kerja sama dukun bayi sama bidan desa , dukun bayi
tugasnya nek udah lahiran mungkin merawat setiap hari untuk pijet
, bayi didadahi.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Wsktu itu anak saya berobat di sini dan diwonokerso ditempat
suaminya si ya, jadi kurang paham, kalau disini juga harus bu
bidan kunjungan kerumah kalau tidak ya tidak periksa.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Belum enten , biasanya kalau ada kejadian apa – apa nyewa mobil
masyarakat kan sudah banyak yang punya mobil.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat
, apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat
dekat dan mudah terjangkau ?
Kalau trasportasi tidak ada masalah , waktunya kalau ke puskesmas
dan ke RS kurang lebih 30menitan , kalau jalan waktu itu rusak
tapi sekarang sudah rumayan. Kalau punya JAMKESMAS ,
JAMKESDA langsung dilayani tidak ada masalah.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi
masalah kesehatan pada ibu hamil ?
Biasane langsung kebidan desa ditangani langsung ke rumah sakit,
pas kejadian itu langsung kr rumah sakit tidak ada berhenti –
hentinya pokoknya langsung ke bu bidan bahaya apapun langsung
ke rumah sakit. Dari masyarakat udah langsung saling gotong
royong saling meminjamkan kendaraan mobilnya kalau ada
kejadian – kejadian yang gawat.
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG
Informan : Responden kelompok Kontrol
PERTANYAAN !
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui , apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Ibu jarang memperhatikan kondisi bayi , kecapekan , strez , kerjo. Biasane
ibu itu menyepelekan kondisi yang timbul , mboten memperhatike
kesehatane,jarang perikso. Pecah ketuban sebelum waktunya , pendarahan
juga menyebabkan ibu sedo.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil ? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Harus segera dibeto Puskesmas , Rumah Sakit. Nek ten Puskesmaskan
diparingi tindakan langsung bu dokter saget dirujuk ten RS kalisari.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan pertolongan
segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila ternyata terjadi hal
yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan desa ?
Iya bu bidan kunjungan dirumah, nek mboten mangkeh kulo seng ten
puskesmas cek up kalian bu bidan setiap bulanipun sareng – sareng berobat
ten Kandeman nek bade USG langsung dirujuk Kalisari. Penanganan
memuaskan
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi mengenai
tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya pencegahannya
dari petugas kesehatan ?
Diposyandu, PKK, kelas ibu hamil bu bidan , bu lurah slalu maringi senam
ibu hamil ben sehat kandungane. Tanda bahaya juga ada disitu dijelaskan
bu bidan nek mboten kader. Nek pas kulo perikso bu bidan sanjang ampon
kesel – kesel terus nek enten bercak – bercak bahaya.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari komunikasi
petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama bidan dan dukun,
kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Komunikasi lancar bu bidan sering maringi informasi , merikso maringi
obat , nyuntik nopo – nopo kalian bu bidan. Nek ten mriki tugas dukun
biasane mijet – mijet, soale sampon diparingi ngertos bu lurah,bu bidan
bahaya – bahaya melahirkan nek kalian dukun bayi.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan apakah
sudah dilaksanakan dengan baik ?
Kelas ibu hamil, senam ibu hamil sampon enten, bu lurah ten PKK sering
ngingetke nek badhe enten kelas Posyandu setiap dinten sabtu Wage.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan dan
dukun bayi selama ini ?
Bagus , sekarang bidan yang semua melakukan persalinan , motong ari –
ari komplit , dukun bayi tugasnya selesai melahirkan mijet – mijet bayi ibu
kalian mandiin bayi , ngubur ari – ari.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Lengkap nggeh soale anak pertama dados wedos nek kenopo – kenopo.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Mboten enten ambulan desa , biasane kendaraan pribadi.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat
dekat dan mudah terjangkau?
Kalau ke Polindes dekat, tapi nek ten Puskesmas Kandeman kalian
RS.Kalisari ya 45 menitan jalannya kalau mau ten Puskesmas rodo tasek
dereng alus. Biaya ya kan ada JAMKESDA jadi terjangkaulah waktu itu.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Responnya langsung membantu, ten mriki gotong – royongnya masih
bagus soalnya ya. Ya saling mengingatkan kalau mau periksa bareng –
bareng di Puskesmas Kandeman.
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG
Informan : Bidan Puskesmas dan Bidan Desa
PERTANYAAN !
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Ya kurang lebih dari 2009 , 7 tahunan .
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini ,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Yo responnya sangat baik nggeh dengan keberadaan bidan didesa ya
kalau dulukan bidan desanya kan sedikit nggeh satu desa itu satu nek
sekarang kan sudah banyak , responnya sudah baik. Kalau disini bidan
desanya dua bu mut satu bidan puskesmas , bidan rumah sakitnya satu.
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini , Apakah
peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan Bagaimana
kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada bidan?
Ya kalau peran bidan didesa ya membantu persalinan. Hamil ,
persalinan hamil , periksa hamil , persalinan di desa. Kalau dukun bayi
biasanya pada waktu pendampingan tok mbak nggeh pada waktu
bersalin Cuma mengubur ari – ari , nifasnya paling mijeti ibu tok.
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah persalinan
yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu ?
Hubungan bidan dan dukun bayi ya berjalan dengan baik seandainya
kalau mbah dukunnya kalau dulu ada ibu hamil mbah dukun bilang
sama bidan “ bu itu ada ibu hamil baru “ gitu. Potong tali pusar juga
harus bidan seandainya kalau ada yang sudah lahir semua dukunnya
gak berani motong nunggu bidan.
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di wilayah
setempat , Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Inggeh berjalan dengan baik, iya seandainya sekarangkan systemnya
kan ada itu bersalin itu harus di puskesmas kalau ada kartu
JAMKESMAS,BPJS, kartu kesehatan harus disini. Kalau harus
dirujuk ke Rumah sakitpun langsung dirujuk dan syarat – syaratnya
harus sudah dipenuhi dipersiapkan waktu hamil jadi pada waktu
bersalin ya tidak kelabakan sudah dipersiapkan fotocopy dan
sebagainya.
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat , Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa saja
yang harus dirujuk?
Biasanya kan kalau komplikasi harus segera ke rumah sakit ya
kesulitannya paling ya itu mbak nunggu keluarga keputusan keluarga
la itu rembugan – rembukannya keluarga yang kadang lama.
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko , pada umumnya kejadian seperti
apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan kehamilan?
Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Beresiko ya biasanya tensi tinggi ,KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan)
. ya kalau sebelum hamilkan sudah dideteksi ya harus pertama gini
dulu sekarangkan harus ANC Terpadu, harus Cek Lab, HB , protein
Urin , terus konsul – konsul nggeh gigi semuanya niku dan juga harus
ke dokter specialis kandungan ajak konsul ibunya.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal , Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini , Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon dijelaskan!
Ya kalau biasanya ada PKK biasanya kalau apa – apa di PKK kalau
enggak di Posyandu itu nggeh ibu kadernya kan sudah dikasih materi
nggeh kangge tentang kematian ibu , kematian bayi , tanda bahaya nya
terus juga didesa juga sudah ada kelas ibu hamil 1 bulan sekali. GSI
juga udah ada dan berjalan baik
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Tanggapan masyarakat paling ya sudah takdir gitu .
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri dari
bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga apabila ada
suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah berjalan
dengan baik ?
Rata – rata sudan punya KIS dan BPJS paling yang gak punya 5 % tok
sedikit tok kok. Tapi kalau sudah punya JAMKESMAS, kartu sehat ,
KIS dan BPJS ya itu kan bersalinnya dipuskesmas dan itu kan gratis
dirumah sakit juga bisa Gratis
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan desa
?Mohon diceritakan !
Biasanya kan kalau monitoring dari puskesmas kan kunjungan nggeh
ten Postu jadwalnya 6 bulan sekali yang dicek biasanya Administrasi ,
alat – alatnya
Kalau dari dinkes monitoring 1 tahun sekali tapi kalau sekarang
kayaknya 2 bulan sekali.
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG
Informan : Responden kelompok Kasus
PERTANYAAN !
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui , apasajakah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Pas itu yo gak mengira kalau akan kejadiannya meninggal,
pemeriksaan sudah rutin tapi tiba – tiba saja istri saya itu sesek nafas,
muntah dan batuk – batuk terus saya bawa langsung ke bu dokter dari
bu dokter disuruh langsung ke Kalisari (Rumah Sakit), ya kejadiannya
begitu saja terus di RS ditangani dokter kira – kira dari jam 17:00
sampai sekitar jam 17:35 istri saya sudah tdk dpt ditangani. ( PEB )
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil ? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Segera di bawa ke Bu Dokter / Bu Bidan terus dari Bu bidan biasanya
dirujuk ke Puskesmas Kandeman untuk mendapatkan penanganan
yang lbh banyak alat – alat kesehatnnya.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila ternyata
terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan desa ?
Iya si pada waktu itu langsung ditangani bu bidan, di rujuk ke rumah
sakit, bu dokter telpon RS dulu ada ruang kosong atau tdk.
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi mengenai
tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya pencegahannya
dari petugas kesehatan ?
Tidak mengira si ya kalau bakalan seperti ini, dari bidannya si sudah
baik sering kerumah untuk melihat kondisi istri dan kandungan istri
saya. Ya mungkin sudah dikasih tau istri kulo, nek kulo gak begitu
paham masalah itu ya wong lanang. Palingan istri saya bilang harus
“makan yang bergizi,gak boleh capek – capek kata bu bidan gitu “
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama bidan
dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Sudah baik ya selama ini mben kulo ngeterke bojo berobat bu doktere
sae – sae nanganine slalu ngasih informasi yang baik – baik ya.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan apakah
sudah dilaksanakan dengan baik ?
Kurang paham kalau itu ya, biasanya saya Cuma ngater istri ten
posyandu , kelurahan kanggeh senam apa – apa gitu namanya. Kata bu
bidan GSI sudah ada.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan dan
dukun bayi selama ini ?
Baik , dukun biasane cuma mijet – mijet sama ngadusi bayi nek wong
– wong biasane. Kalau disini sudah dikasih tau melahirkan ya ten bu
bidan biar aman.
8. Pemeriksaan apasajakah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Pemeriksaan sudah lengkap , KMS lengkap tp wes takdire dek
pangerane.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Belum ada, waktu kemarin menggunakan angkutan sendiri
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat ,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Cukup dekat , jalan juga sudah dibenerin jadi gak sulit. Kalau
biayakan sudah ada JAMKESMAS jadi pakek itu.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Warga ki ya saling gotong – royong , mengingatkan nggeh.
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG
Informan : Responden kelompok Kontrol
PERTANYAAN !
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui , apasajakah sebab
yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Biasanya karena kurang periksa rutin, capek, darah tinggi terus punya sakit
yang gawat, ibu saat hamil jatuh .
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil ? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Langsung dibawa ke Bidan mungkin nanti kalau serius di bawa ke
Puskesmas terus biasanya dari Puskesmas dirujuk ke Rumah Sakit. Tapi
harus sudah punya kartu KIS langsung di rujuk dan keluarga mau soalnya
tidak menggeluarkan uang.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan pertolongan
segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila ternyata terjadi hal
yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan desa ?
Iya disini langsung , bu dokter telepon RS kalau ada yang kosong langsung
dibawa ke RS dengan Ambulance Puskesmas.
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi mengenai
tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya pencegahannya
dari petugas kesehatan ?
Selalu mendapatkan saat kelas ibu terus di PKK dr dokter suruh banyak
istirahat gak boleh capek – capek.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari komunikasi
petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama bidan dan dukun,
kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Pelayanan sudah bagus ya. Dukun juga disini sudah ada buat mijet – mijet,
mandiin bayi kalau sudah babaran biasanya.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan apakah
sudah dilaksanakan dengan baik ?
Ada dan sudah berjalan.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan dan
dukun bayi selama ini ?
Baik , tugas bidan menangani babaran harus bidan , kalau dukun sesudah
babaran biasanya mijet – mijet ibu bayi terus ngajarin mandiin bayi,
mbedong bayi. Udah ada tugasnya sendiri – sendiri bidan sama dukun
sudah berkerja sama saling menguntungkan.
8. Pemeriksaan apa sajakah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Suntik , Obat biar gak kekurangan darah , yo kayak gitu, suntik lengan
juga, USG di Rumah Sakit
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Tidak ada , ambulan ya Puskesmas Kandeman
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat
dekat dan mudah terjangkau?
Dekat jalan juga sudah bagus , biaya juga terjangkau sudah ada kartu KIS
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Responnya baik , tidak yang aneh – aneh si ya seringnya ngasih tahu kalau
ibu hamil gak boleh begini – begini , kalau ada di PKK informasi
kesehatan juga tetangga ngasih tahu dan mengajak begitu apa lagi ibu saya
ya cerewet kalau masalah kesehatan.
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG
Informan : Bidan Puskesmas dan Bidan Desa
PERTANYAAN !
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Bidan disini dari 1996 pindah dari klaten dulunya tahun 1985 sudah
disini tapi diangkat tahun 1987 pindah keklaten 10tahun diklaten ,
disini jadi dari 1996.
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini ,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Menanggapi positif karenakan ujung tombak dari masyarakat nggeh
untuk tenaga kesehatan sangat dibutuhkan misalnya malem – malem
sakit perut biasanya mbak yak an ndodok kan pertolongan pertama
dulu sebelum dibawa ke UGD gitu. Ya memang ada dua bidan satu
RT itu tapi bermanfaaf semua ndilalah rejeki sudah diatur nggeh.
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini , Apakah
peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan Bagaimana
kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada bidan?
Besar peran bidan kan mbak ya kalau dulu itu dukun ya tapi sekarang
harus bidan dulu , karena sekarang persyaratannya harus dirumah
bidan nggak seperti jaman dulukan bidan yang dipanggil ke rumah ya
sekarang gak boleh harus datang ke rumah bidan terus dukun itu
nomer dua jadi kerja dukun itu dibelakang bidan, dukun harus tidak
boleh memotong tali pusar nek dulu boleh nek sekarang tidak boleh ,
tidak boleh pegang –pegang perut ibu hamil terus kerjanya dukun
hanya mijeti tok bayi maupun ibunya, mbedongi bayi sesudah
lahiran.sesudah melahirkan yang merawat dukun bayi tapi dukun bayi
yang sudah terlatih dipuskesmas, kan ada pertemuan dukun bayi setiap
Sabtu Paing dan saya juga yang melatih.
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah persalinan
yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu ?
Inggeh sudah bagus si hubungannya ya karena ka ada pertemuan
dukun bayi harus rukun dengan bidan kerjasama dengan baik , mitra
dengan bidan ya kalau sekarang itu tidak boleh patuh dgn dukun kan
sekarang partus mbrojol saja dipantau dari dinas kesehatan, ditanya
kok partus mbrojol itu banyak karena apa, jadi jangan sampai partus
itu mbrojol dirumah pasien. Misalkan datang perutnya sudah kenceng
– kenceng ya sakit mules yaudah tak periksa dulu ditensi terus dilihat
perute sehat nggak bayi nya terus diperiksa dalam kalau
pembukaannya masih satu cm ya pulang dulu. Biasanya kan dirumah
bebas mau makan mau tidur tapi kalau di rumah bidan cok pekewoh
ya. Biasanya bukaan 4 ditahan dulu dirumah bidan setiap 4 jam sekali
dipantau, periksa TT nya. Kalau sudah bukaan 7 biasanya kita
memanggil soulmate maupun sudah lahir harus panggil soulmat
sekarang tidak boleh sendiri. Yg satu bayi yang satu ibunya kalau ada
dukun ya bayinya dikasih ke dukun dua bidan menangani ibunya.
Sekarang apa – apa harus siap siaga nifas pun bahaya dulu 2 jam
sekarang 6 jam pengawasan nifas.
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di wilayah
setempat , Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Dari rumah ke PONED berjalan dengan lancar BPJS dan jaminan
biasanya langsung dirujuk ke PONED sekarang , yang dirumah bidan
itu yang pasien mandiri. Kalau yang punya BPJS dan jaminan itu mau
ke rumah bidan itu harus ada tanda tangan dr INFORMCONCENT
bahwa pasien itu mau bayar sendiri atas persetujuan keluarga.
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat , Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa saja
yang harus dirujuk?
Biasane kalau yang umum dirumah kan karena dia sudah siap biaya
kita kesuasta biasanya rumah sakit swasta Pak Heru Rumah Sakit
Anugrah biasanya kita nelpon dulu kalau mau ada pasien biasanya pak
dokternya sudah stand bay didepan ruangan dan pak agung dulu pas
yang cessar itu malem – malem sudah ada di ruangan. Biasanya juga
melihat kasusnya kasus apa. Kalau dari keluarga biasanya ya nunggu –
nunggu dr keluarga besar dulu baru berangkat . yang dirujuk biasanya
kelewat bulan , pendarahan harus pasang infuse ada 2 bidan , biasanya
juga sirotinus , letak bayi sungsang.
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko , pada umumnya kejadian seperti
apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan kehamilan?
Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Biasane anu denyut jantung tidak terdengar langsung dikasih rujukan
USG di RS kalisari sama pak Diki.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal , Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini , Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon dijelaskan!
Ada kelas ibu hamil gitu , kalau dari desa ya ikut partisipasi ya.
Sektornya Semua PKK juga berpartisipasi ibu hamil , kader posyandu,
balaidesa, kecamatan, polsek, Koramil itu juga setiap bulan
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Tinggal kasusnya apa biasanya gitu. Karena kita kan juga sudah
maksimal. Masyarakat ya sudah positif tanggapannya karena bidan
sudah biasa kunjungan rumah, mengecek terus.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri dari
bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga apabila ada
suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah berjalan
dengan baik ?
Nggak ada sekarang kalau dulu ada
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan desa
?Mohon diceritakan !
Monitoring nya yo kan bidan desa biasanya setiap bulan kan laporan.
Dari dinkes biasanya ya satu tahun dua kali.
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG
Informan : Responden kelompok Kasus
PERTANYAAN !
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui , apasajakah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Penangannya itu sudah bagus Cuma memang mbak saya itu punya
penyakit tapi suaminya itu waktu itu gak kasih tau pihak keluarga.
Malahan disuruh bawa pulang ya mungkin karna binggung biaya
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil ? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Yo sak janne langsung dibeto ten RS Semarang mbak yo nek reti
mung kuwi suamine seng nembe sanjang 2 hari kemudian nek harus
ke semaranng. Salahe ten mriku . nek saking Puskesmase sampon sae.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila ternyata
terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan desa ?
Iya mendapatkan rujukan yang baik , kalau suaminya pas itu langsung
ngomong pun mungkin wes dibeto ten Semarang mbak , suamine
sanjange be kan 2 hari setelah niku kalian bojone sanjange mung ten
mriki peralatane mboten enten , nembe ngertos nek sakit Leukimia be
pas ten Semarang niku mbak.
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi mengenai
tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya pencegahannya
dari petugas kesehatan ?
Kalau tanda – tandanya si gag ada si tanda-tanda bahaya persalinan iku
Cuma pas niku ya bayine sehat biasa mboten enten masalah. Haah ,
Cuma deknenne ki nganu mbak posisi bayine ki dikon nek sujud seng
suwi kokuwi tok biar kalau posisi bayinya waktu kelahirane lancar
kados niku tok.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama bidan
dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Mboten ngertos nek niku mbak. Soale dereng pernah kelahiran si
dedine gag tau.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan apakah
sudah dilaksanakan dengan baik ?
Sak derengipun sak retine mboten enten tapi nek sakniki yo mboten
ngertos soale
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan dan
dukun bayi selama ini ?
Inggeh enten , nek kelahiran yo bodan nek kalian dukun bayine kulo
mboten ngertos si. Ngertine mung mandikna bayi terus hari
kemudianne mijeti nek masalah dukun melahirkan si mboten ngertos
sih ngehh.
8. Pemeriksaan apasajakah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Ya sering hampir setiap bulane periksa rutin pernah mbak nek mboten
ten mriko pernahe nek tetanus biasae ten bidan MTS bidan keluarga.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Mboten , makek pribadi pas niku
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat ,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Yo enggak sih mbak nek dari sini kepuskesmas kalau dari sini ke
Rumah Sakit bendannya rumayan. Nek biayane kan maune nderek
BPJS dapet saking pabrike.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Masalahe pas niku mboten ten griyo trs jarang ten griyo soale kerja si
paling nek sore kumpul kalian keluarga tok yo mpon . kerja ten rokok
kawet lulus SMP yo kiro – kiro 15 tahun.
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG
Informan : Responden kelompok Kontrol
PERTANYAAN !
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui , apasajakah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Hamile mungkin kan karena penyakit nek mboten penyakit yo
pendarahan , kurang gizi.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil ? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini
!
Biasane yo ngundang bidan opo pripon koniku. Yo mbiyen langsung
ten bidan . ibuke kulo kan langsung manggilke bidan.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Paling kados niku nek bidan mboten saget nangani langsung dirujuk
nek bayine tenopo – tenopo.
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Ya kayak wingi kan priksa akune lemes – lemes cobi di beto ten LEB
terus ketahuan si HB ne tinggi , engko disarankan kados pripon
kayakniku.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Lancar nggeh , biasane setiap bulan bidane pun taken pripon buk
kondisine nopo pripon niki dereng cek lab, niki dereng USG, niki
dereng niki kados nikunan
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Inggeh , kmrn kolu Derek bulan maret kalau gag salah , posyandu ya
juga enten.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Apik nggeh , anu nek bidan penolong nek dukun bayi mung
mendampingi nek ngoten ari – ari diurusi dukun , dipijet.
8. Pemeriksaan apasajakah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Niku niki pemeriksaan TT, cek HB, katah pokoke mbak
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Mboten enten , kebanyakan pribadi.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau
sangat dekat dan mudah terjangkau?
Nek ten mriki puskesmas cedak , nek badhe ten RS yo tebeh . biaya RS
juga Besar mbak nek ten puskesmas kan terjangkau.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Ngasih informasi ngati – ngati niki nek tiyang hamil , nek ten pundi
beto sawanan nopo liyone niku.
( INDEPT INTERVIEW ) Puskesmas Pecalungan
Informan : Bidan Desa Gemuh
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Sudah 7 sampai 8 tahun ya.
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Keberadaannya disana diakui cuman ya kalau keberadaan disana diakui
tapi memang untuk persalinan ya semuanya dengan bidan terus ya
mungkin ada sebagian masyarakat yang masih SDM nya masih kurang.
Kalau dukun bayi kan Cuma membantu bidan abis melahirkan untuk
perawatannya saja kalau untuk persalinannya ya semua tenaga bidan.
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Lebih besar kepercayaannya kepada bidankalau untuk persalinannya
biasanya untuk dukun bayi itu abis persalinannya, biasanya untuk memijit,
unyuk memandikan bayi gitu. Kalau perawatan untuk ibu kaki waktu
hamil sih masih tidak apa – apa tapi kalau untuk perut sebaiknya jangan
sering dipijet.
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan apakah persalinan
yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu?
Terjaga baik setiap bulannya dukun ada pelatihan dipuskesmas .
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat, Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Berjalan dengan baik, kalau ada masalah langsung kesini langsung dirujuk
missal kalau sudah dirujuk kepuskesmas dan puskesmas tidak bisa
menanganiya langsung dirujuk yang lebih lanjut ke RS. Kalau sini penuh
seringnya ya diganti ke Pekalongann kraton kalau tidak bendan kalau QIM
penuh ya baru bisa ke Pekalongan.
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat, Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Kalau kesulitannya dari masyarakatnya, kalau untuk persalinan biasa
dirumah kalau masyarakatkan dengan bidan semua tapi kalau missal
menemukan ada kasus resiko tinggi itu ada yang gampang ada yang susah,
biasanya rembukan nggeh rembugan keluarga itu lama kesulitannya itu
orangnya dirujuk tidak mau padahal pasien harus dirujuk secepatnya tapi
kadang kendala dari biaya juga bisa. Kalau kendaraan sudah ada
Ambulance Desa.
Yang sering dirujuk biasanya ibu ya, yo mungkin dari partus macet bisa,
kala II lama juga bisa , perdarahan , replasi plasenta, terus yang punya
resiko penyakit riwayat penyakit penyerta kayak jantung , paru-paru, trs
TBC itu harus dirujuk.
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko, pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Biasanya kalau ibu hamilnya perdarahan,hipertensi,lebih bulan missal
lebih bulan itu wayahe HPL lahir tapi belum biasanya lebih dari 2 minggu
ya. Kemudian letak sungsang atau letak lentang harus dirujuk, yang
ditemukan biasanya it uterus mungkin dari denyut jantungnya mungkin
iraguler atau regular. Biasanya kalau dikasih motivasi bilange buk belum
wayahe lahir katanya gitu tapikan kita berusaha menyakinkan lagi.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal, Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini, Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
GSI biasanya adanya kelas ibu hamil terus apalagi ya
Dari kecamatan bagus, terus dari puskesmasnya biasanya mengadakan
kumpulan dibalai desa dan mengundang biasanya dari perangkat desa atau
tokoh masyarakat desa , kepala desanya masing – masing dari desa ke
kecamatan nah itu mungkin ada senam untuk lingkungan , ada gerakan
sayang ibu misalnya ada ibu hamil yang beresiko itu mohon untuk ikut
turun untuk membantu agar maksudtnyaagar ibu hamil sadar diriuntuk
kesehatannya
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Tanggapan masyarakat biasanya yang disalahkan ya bidannya, kadang
seperti itu, kadang ya ada sebagian yang menyadari ada sebagian yang
tidak. Buat yang menyadari mungkin mrmang orangnya dinasehati susah ,
kalau yang tidak menyadari biasanya bagaimana bu bidannya kok
penanganannya telat gini gini gitu. Biasanya beralih kebidan lain untuk
bidan yang menanganinya biasanya milih yang lain gitu.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Ada ditiap – tiap RT.
Bahkan setiap RT ada kelompok tahlil itu biasanya kumpulannya disitu
kalau ada yang bersalin nanti dikasih kalau missal ada yang dirumah sakit
ya diberi lebih banyak.
Tabulinnya setiap minggu berapa gitu.
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan desa?
Mohon diceritakan !\
Kalau monitoring dari dinas kesehatan setengah tahun sekali ya kesini
kedesa. Ya mengecek semua administrasi bidan desa bagaimana kerjanya
gitu.
Dari puskesmas juga sama memonitoringnya itu kedesa 6bulan sekali
piket di RB dan di puskesmas dibagian KIA
belum poned tapi sudah membuka persalinan.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus Puskesmas Pecalungan
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Kehamilan pertama niku anu peenahe kok sering – sering mumet, watok
ngoten la kulo kan sanjanag mbok prikso nog njenengan niku mumet –
mumet terus watus – watuk terus, mboten purun niku kersane mpon nggeh
niku. Sungkan niku si kadose nyatane tiyang mboten enten si nggeh.
Nembe periksa be nembe pitung wulan, awal mulane hamil kan tasek biasa
la niku awal pitung wulan nembe periksa – periksa. Watuk yo watuk biasa
mantun tapi bar niku selet nemene yo tujuh bulan niku. Meteng sewulan
mutah mawon tapi maeme mboten doyan
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Seharuse yo dibeto ten puskesmas tapi sinoge sing mboten purun ,
mungkin hawane wong meteng sih nggeh
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Mpon dibeto ten batang kalian pekalongan 1 wulan nggeh terus dibeto
wangsul males ya sakit maleh
Batang mboten saget obate trs akhire ten Kraton trs mpon wangsul mpon
pirang dino kumat maneh.
Terus dibeto maleh ten pekalongan lahiran terus pirang dinten dibeto
wangsul maleh. Wangsul niku wetenge tasek gedhe,sikile tasek aboh kula
mawon sanjang kok mpon lahira ijek sukune abot trs badhe dibeto maleh
mriko kok mpon nana.
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Nggeh angsal saking bu bidan dikengken perikso terosipun ibu hamil
gadhe keluhan mumet nopo watok harus periksa nggeh tapi niku mboten
pareng perikso. Dikiro sakit biasa. Pokoke selama hamil niku mboten
pernah sehat niku
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Pelayanan ipun sampon sae
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Nggeh wonten sering tapi ibuke mboten nateh nggeh males niko si
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Nateh diurut dukun nggeh selama hamil.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Pemeriksaan kehamilan nggeh komplit tapi nek dikengken berobat nek
sakit mboten purun.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Mobil pribadi.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Cedak nggeh, mboten mlampah mawon.
Biaya wonten bantuan saking puskesmas mboten bayar makek
JAMKESMAS
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Nggeh maringi penyuluhan tapi mbake mboten purun , nek pas sakit
berobat tapi ten bidan mawon, tapi buat berobat lanjutannya ibu tidak mau,
pas itu dulu ibu berobat sembuh sebentar nanti kumat lagi la itu gag mau
ke lebih lanjut ke dokter dalem maupun dokter kandungan konsultasi ndak
mau
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Pecalungan
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Terjadinya sakit ibu saat hamil ataupun persalinan mungkin karna
pendarahan dan jatuh atau sakit nek gag karna gangguan rahim kayak
hamil anggur nek gg sakit kusta.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Dibawa ke rumah sakit langsung ya biar dapat pertolongan di UGD nek
ten puskesmas nek gag parah semasih bisa di tangani, tapi biasane
keluarga was – was taku kenapa – kenapa.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Iya kemarin langsung dirujuk bidan ke puskesmas waktu sudah mules –
mules trs bapake bawa saya langsung ke puskesmas.
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Ibu bidan selalu mengkontrol keadaan saya dan bayi nek ada apa – apa
juga langsung dirujuk ten puskesmas. Tidak ada kesulitan apa – apa si, bu
bidane baik juga.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Pelayanan sudah baik hanya saja memang desa sama puskesmas jauh jadi
ya bu bidan yang sering kerumah tapi ya setiap 3 bulan kadang ten
puskesmas. Mpon cak cek bu bidane apa – apa langsung.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Iya sudah ada kelas ibu sudah disuruh sama bu lurah juga harus rutin nek
periksa kesahatan biar sehat ibu dan bayinya gitu.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Sudah bagus.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Semua yang disuruh dan diberikan bu bidan sudah komplit kayaknya
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Ada tapi disini pada menggunakan kendaraan mandiri.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau
sangat dekat dan mudah terjangkau?
Kalau jarak memang jauh mbak, lebih dekat dengan kecamatan Limpung
tapi kalau biaya kan sudah ada BPJS.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Langsung pada geger memberikan informasi ya soalnya disini kan masih
sering kumpul – kumpul kalau sore – sore trs cerita – cerita gitu si.
( INDEPT INTERVIEW ) Puskesmas Reban
Informan : Bidan Puskesmas Puskesmas Reban
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Dari tahun 1991
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Sangat positif kalau bidan, masyarakat sering ikut kegiatan, masayarakat
seneng dan mendukung dengan keberadaan bidan didesa ini.
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Disini sudag tidak ada persalinan dukun, persalinan bidan semua maupun
ditenaga kesehatan itu mulai 2015 bulan juni sudah dipuskesmas semua
terutama yang punya jamkesmas atau kartu BPJS. Kalau yang mandiri
yang tidak punya kartu itu bisa milih mau di bidan apa di puskesmas
terserah tapi jam dinas walaupun dia tidak punya kartu tetap dipuskemas
Dukun bayi sesudah persalinan dia merawat sesudah persalinan merawat
ibu maupun memandikan bayi
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah
persalinan yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu?
Baik tidak ada masalah. Bermitra.
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat, Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Baik karna disini diperlakukan baik karena selama disini periksa minimal
ada satu keterpaduan pemeriksaan jadi setisp ibu hamil harus di periksakan
ke pusat untuk mengetahui golongan darah, hb harus konsultasi kedokter
maupun ke pusat. Buat rujukan tidak ada masalah
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat, Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Alhamdulillah kalau sekarang sudah gampangyang susah itu mengirim
kasus - kasus yang kelebihan bulan. Seumpama ne tanggal perkiraan kok
belum lahir juga 1 minggu belum bersalin dia kita rujuk, karna pengertiane
ibu hamil orang desa itu ya kalau belum kerasa berarti belum
waktune.kalau untuk merujuk kasus – kasus yang lain si insyaallah
gampang. Juga biasanya keluarganya yang sulit untuk mengambil
keputusan padahal ibunya mau.
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko, pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Banyak umpamanya darah tinggi hipertensi ya seringnya terusan serotinus
terusan ibu dengan penyakit lain, ibu dgn kehamilan lebih dari satu
kehamilan ganda.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal, Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini, Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
Kalau ada yang susah dirujuk biasanya kita laporan ke RT dulu, kepala
desa,RW kalau tidak berhasil bidan Pembina wilayah kalau belum berhasil
kita ke Bikor kalau tdk berhasil juga kita ke Kepala puskesmas kalau msh
gag bisa ya bisa ke Kapolsek, pak camat.
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Untungnya ya sudah bagus. Terutama dari kasus ini kan tidak dari
langsung dikirimnya karena pre eklamsia, HB dengan protein positif.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Belum ada yang pasti.
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa? Mohon diceritakan !
Kalau ada kejadian kita laporan 2 kali 24 jam dari dinkes nanti minta data-
data kejadiannya kita sudah sesuai prosedur rujukan apa belum, kalau sudah
nanti ditindak lanjuti kejadiannya karena apa gitu biasanya.
Setahun biasanya 2 kali 3 kali.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus Puskesmas Reban
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Pada saat itu tidak ada masalah pada kandungan sih, memang kejadiannya
langsung pendarahan dan saya langsung bawa ke rumah sakit keluarga
lainnya tak suruh urus ke bu bidan.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Bawa ke Rumah sakit buat lebih aman.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Sudah baik dari bu bidan dan puskesmas karena sudah tau hamil jadi
mungkin sudah dipersiapin
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Kurang paham kalau itu istri saya ya
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Kurang tahu mbak biasanya istri saya sama ibu saya , saya kan kerja.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Gag tau mbak, kayake sih ada ya istri saya slalu ikot – ikut apa gitu si
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Mboten tau mbak, kurang paham kokuinan
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
lengkap
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Pakai kendaraan pribadi
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Jauh mbak , butuh 1 jam untuk ke RSUD kalisari
Masalah uang ya harus diada – adain ya
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
ah gag tau mbak say amah masa bodoh kata orang
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Reban
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Mungkin karena ibu tidak berhati – hati jatuh atau karna kecapekan jadi
terjadi pendarahan dan bisa mawon pecah ketuban sebelum waktunya.
Pokoke ya kudu jaga kesehatan cek ten bidan terus ben reti kondisine.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Langsung dibeto nang bu bidan ra nek mboten ten UGD rumah sakit
langsung
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Langsung mendapatkan
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Iyalah kalau tidak kan kita gag tau apa - apa
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Sudah baik tapi terkadang saya ke bidan lain untuk lebih memastikan
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Sudah ada di pengajian slalu diingatkan
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Kurang paham soalnya tidak pernah ada urusan dengan dukun bayi, belum
pernah
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Komplit Cuma dr umur kandungan 3 bulan krn saya tdk tahu kalau hamil.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Ada tapi saya menggunakan mobil sendiri
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau
sangat dekat dan mudah terjangkau?
Deket sih deket Cuma kalau biayakan bayar sendiri harus mempersiapkan
jauh – jauh hari
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Pada cuek si
( INDEPT INTERVIEW ) Puskesmas Bandar 1
Informan : Bidan Desa Kluwih
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Nek saya bidan memang sudah 7 tahun mbak, cuma memang saya pindah
disinikan 2015 bulan September jadi disini sudah 9 bulan . menggantikan
bidan sebelumnya yang pindah ke tegal dulu saya bidan di Purworjo.
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Nek masalah keberadaan bidan ya kayaknya baik – baik saja mbak ya, kita
soalnya juga sama – sama membutuhkan tidak dipungkiri keberadaan
bidan memang kalau saat persalinan kan memang harus sama bidan
masyarakat juga sangat sadar itu jadi ya kalau disini enak lah, keberadaan
juga diakui disini
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Kalau disini semua ibu hamil sudah bersalin semuanya sama bu bidan
walaupun kadang masih ada yang dirumah, tapi walau dirumah harus tetap
manggil bu bidan sekarang mbah dukun tidak boleh melakukan persalinan
untuk peran mbah dukun dan bu bidan juga sama – sama saling
melengkapi jadi mbah dukun juga sadar kalau persalinan harus sama bu
bidan nanti kalau setelah persalinan kan waktunya bayi sama ibu
bersalinnya nanti sama mbah dukun dari segi mungkin dari capek nanti
dipijet atau adeknya nanti dimandiin, tapi untuk persalinan sudah
semuanya bu bidan
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah
persalinan yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu?
Untuk selama ini dukun dan bidan Alhamdulillah baik mbak, kadang juga
mungkin kita tidak tahu informasi tentang masyarakat
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat, Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Baik dan sangat membantu keluarga dalam kegawatan agar keluarga
merasa nyaman dan aman.
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat, Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Kalau untuk persalinan yang tidak bisa otomatis dirujuk ya kendalanya
dari segi kendaraan sudah tidak ada jelas sudah ada ambulance desa kalau
tidak dengan ambulance desa juga masyarakat sudah punya kendaraan
pribadi. Kalau dari segi kesehatan kita juga tanggap langsung merujuk
kalau ada kegawatan.
Kesulitan nya ya itu tadi pasien sulit dirujuk, keluarga yang agak susah.
Tapi kita harus kasih tahu informasi nya.
Kita punya 18 penapisan contohnyakan bayi kembar,kala 1 pembukaannya
lama, ya masih banyak mbak
Kebanyakan ya karena pendaraham,presentasinya kepala bukan bokong
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko, pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Kalau yg beresiko kita biasane sudah tau dari hamil jadi pemeriksaan
kalau beresiko itu kita sampaikan. Resikonya apa penyebabnya apa. Missal
hamil 5 kali keguguran 3 kali itu termasuk resiko,kalau hamil diusia
kurang dr 20 tahun dan lebih dari 35 tahun kan juga beresiko
Biasanya kan pikirannya masyarakat kalau di RS bakalan dioperasi
padahal tidak seperti itu juga kita lihat dulu kalau masih bisa dipacu ya
masih bisa normal begitu si.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal, Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini, Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
Kalau misale ada apa-apa kita biasane per 6 bulan sekali pihak
puskesmaskan mengadangan rapat lintas sektor itu dari koramil,dari
polsek,kecamatan,pihak desa semua kita dijadikan satu nanti ada rapat kita
ada keluhan apa kita sampaikan.trs nanti ada program apa kita sampaikan
Untuk GSI kan kita mengadakan kelas ibu rutin.buat ibu yang KEK juga
mendapatkan PMT tambahan dari pemerintah seperti itu
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Ya biasa aja nggeh wong itu kan kematian umum , dan orang desa sudah
tau tdk boleh mengunjing kalau orang meninggal begitu, jadi tidak begitu
jelek – jelek banget.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Tidak ada karna sudah ada jaminan kesehatan yang sudah gratis setiap
berobat.
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa? Mohon diceritakan !
Dari dinkes setiap 1 tahun 2 kali
Kalau dari puskesmas kita setiap hati ke puskesmas untuk café break
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus Puskesmas Bandar 1
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Awalnya pas subuh – subuh itu sakit perut waktu itu kandungan 6bulan
begitu sakit perut langsung saya bawa ke bidan terus disuntik kasih obat
tapi sampai jam 10 siang belum sembuh akhirnya saya bawa ke
Kalisari,diRumah Sakit Kalisari ternyata si ibu tdk bisa buang air besar
dan buang air kecil sampai 8 hari dikalisari kemudian orak betah minta
pulang, saya ijin dokter dan boleh. Dirumah 6 hari kumat lagi trs tak bawa
ke RS budho rahayu pekalongan pas disana saya bawa hari jumat trs hari
senin bayi nya lahir normal, sekitar jam 11 bayi lahir jam 5 sore bayi
meninggal. Terus hari kamis jam 2 pagi itu obu sudah gag sadar trs di
bawa keICU, jam 5 pagi dibawa ke ICU jam 11 siang meninggal/
meninggalnya kata dokter karena ada usus yang tercepit oleh kandungan.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Ya cepet begitu kesakitan saya bawa ke bidan dapat rujukan ke RS.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Cukup baik dan memadai
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Dari bidan ya insyaallah ada pada saat priksa itukan dikasih masukan –
masukan. Iya pada saat itukan kandungannya sehat sampai saya bawa ke
anugerah itu. Yang hamil sebelumnya itu hamil diluar kandungan saya
bawa ke anugerah dilihat ini normal apa diluar kandungan lagi dan
ternyata normal dan sehat katanya.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Kerjasamanya baik
Bidan dan dukun saya kurang paham.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Enggak
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Sepertinya yang saya lihat sudah ada kemitraan antara bidan dan dukun
bayi. Karna saya pernah liat ada pelatihan dukun bayi dikecamatan.
Nek sepengetahuan saya bidan itu membantu melahirkan, dukun ya
membantu.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Ya pemeriksaan kandungan komplit
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Ada, saya menggunakan ambulan desa dr rumah trs ke puskesmas
disambung ambulance puskesmas.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Kalau dr rmh ke puskesmas ya gag begitu jauh jalannya sudah bagus.
Ke rumah sakit ya termasuk jauh
Yo sebenarnya tdk terjangkau biayanya wong makek mandiri
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Biasanya kalau ada posyandu SKD nya ya ngumumke di masjid jadi gag
usah warga bilang.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Bandar 1
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Mungkin ibunya sewaktu kehamilan tidak lancar pemeriksaannya , terlalu
menyepelekan itulah periksa kehamilan pas kehamilan itu. Mungkin ya
juga biasanya tekanan darah tinggi
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Yang pasti larinya ke Yankes , trs ke bidan terdekat yang jelas kalau ada
keluhan ke bidan terdekat
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Iya yg jelas terkadang puskesmas dlu. Kalau dulu gampang dari bidannya
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Iya, contohnya di buku KMS ka nada penjelasan – penjelasan juga, pas
kita periksa juga saling Tanya begitu
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Untuk kerjasama ya cukup intens nggeh antara bidan dan dukun seimbang
dan rukun.
Pelayanan memuaskan, banyak memberikan informasi dan memberikan
masukan, iya lengkap semuanya
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Kelas ibu hamil dulu pernah ada pas kita hamil kok tidak ada.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Kemitraannya ya cukup baik sih , seperti bidan membutuhkan dukun
disini, ya sebaliknya
Antara dukun dan bidan saling membutuhkan disini
Dukun biasanya mengurusi bayi
Bidannya ibu.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Kalau saya sepertinya komplit
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Ada, bisa diandalkan
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau
sangat dekat dan mudah terjangkau?
Dekate iya dan biaya terjangkau
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Respon dari masyarakat ya dicari sebabnya dulu kalau disini kan belum
pasti dari kesalahan ibu
Diperhatikan sih sama warga
Komunikasi baik
( INDEPT INTERVIEW ) Puskesmas Warungasem
Informan : Bidan Desa Pandansari
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Sejak 2012 bekerja di pandansari sini
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Baik hanya saja tergantung SDM dan kesadaran dari pasien dan
keluarganya biasanya.
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Sudah bagus, dukun sudah tau tugasnya apa setelah melahirkan dan sudah
dilatih juga dukun agar dalam penanganan tau dan sesuai standart yang
sudah ditentukan. Sekarang sudah bermitra dengan baik
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah
persalinan yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu?
Baik
Sudah tidak ada dukun membantu persalinan ibu
Persalinan Yankes semuanya 2 bidan. 1 bidan pasien yang 1 nya bidan
pembantu (partner)
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat, Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Sudah baik tegantung keluarganya saja itu mbak, kalau dr kita sudah
langsung tanggap
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat, Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Ya langsung ke Rumah Sakit ya tidak mikir - mikir lagi
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko, pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Biasanya ya riwayat sakit ibu,pendarahan, presentasi kelebihan bulan.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal, Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini, Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
Sudah baik dan sudah komitmen antar sektor
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Ya biasa pada Tanya – Tanya tapi setelah itu dari kelurahan menjelaskan
bukan sepenuhnya kesalahan bidan, kadang keluarga yang tidak mau
mendengarkan nasihat bidan juga kan.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Ada dan berjalan setiap minggunya.
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa? Mohon diceritakan !
Dari dinkes 2 kali dalam setahun dan juga sekarang puskesmas
mendapatkan bantuan untuk ibu hamil dan bersalin mendapatkan 1.200
dari pemerintah
Kalau dari puskesmas setiap trieulan sekali mengecek administrasi,pws
seperti itu
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus Puskesmas Warungasem
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Saat itu si tidak ada masalah kehamilannya, memang murni dari faktor
gangguan jiwa yang menyebabkannya. Bayi normal dan sehat, mungkin
karena sering di gebugi perutnya jadi kan sering terjadi kontraksi, dan ibu
juga sudah sering melakukan tindakan bunuh diri (mencelakakan dirinya
sendiri).tapi dari pihak keluarga tertutup. Pada saat itu pun bayinya jadinya
dicessar karna kondisi yang ydk memungkinkan, kehamilan sebelumnya
yang ke 4 juga ibu pernah mengalami gangguan jiwa.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Waktu itu harusnya dibawa ke Puskesmas pun dalam keadaan sudah
terlambat ya langsung kita rujuk ke RSUD batang disana langsung
dicessar SC.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Sudah langsung tanggap
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Keluarga yang selalu tertutup jadi dari kita pihak bidan dan puskesmas
tidak selalu bisa memantau kondisinya, Cuma terkadang saya
menginformasikan kepada saudara lainnya agar ibu jangan terlalu tertekan
diajak ngomong dr hati ke hati begitu saja.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Ya sebetulnya sudan sesuai standart yang ada ya, Cuma semua tergantung
dari keluarga pasien.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Sudah ada dan sudah berjalan baik setiap bulannya.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Sudah bagus, sekarang dukun sudah mau dilatih dan sudah mau tau tugas
sebenarnya sekarang itu apa. Kalau dulu kan tidak mau dikira bidan
mengambil lahan pencari nafkahnya. Padahalkan dari pemerintah sudah
mengharuskan dari Yankes sejak 2014.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Dulu ditrismeter ke dua datang ke sini tapi setelah itu tidak langsung ke
RS kalau tidak ke puskesmas.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Tidak ada
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Termasuk terjangkau semuanya ya wong sudah ada jaminan kesehatan
sekarang keluarga hanya perlu menunjukkan kartu dan berobat selesai.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Langsung pada geger, kan disini masih ada saling mengingatkan tidak
seperti dikota – kota cuek satu sama lain.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Warungasem
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Perdarahan gitu sih kayake terus karena jatuh
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Langsung ke bu bidan saya kan gag ada masalah jdi ya mungkin itu
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
iya
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Iya pastinya
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Baik semuanya sudah baik
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Ada dilaksanain setiap minggu
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Baik mungkin
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
komplit
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Tidak
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau
sangat dekat dan mudah terjangkau?
Dekat dan terjangkau
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Biasa saja
( INDEPT INTERVIEW ) Puskesmas Warungasem
Informan : Bidan Desa Pesaren
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
5 – 6 tahun. Dari 2010
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Ya bagus, ada kerja samanya ya, kalau ada masalah – masalah, data – data
kan memang harus kerja sama dengan desa
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Ndak, dipesaren sudah hampir 100% persalinan sama bidan.
Dukun disini masih ada tapi cenderung ke perawatan bayinya saja sama
ibu.
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah
persalinan yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu?
Hubungan bidan dan dukun juga bagus. Kalau disinikan ada dukun bayi
dua, dan sudah bermitra dan dilatih setiap ada pertemuan dipuskesmas.
Malah sekarang kan persalinan dua bidan mbak, walaupun itu ditempat
swasta bidan sama yang dipuskesmas mana pun itu harus dua bidan. Yang
1 bidan yang menangani pasien itu yang 1 nya bidan partner istilahnya
gitu.
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat, Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Bisa dengan baik, biasanya kalau memang kegawatan kita bidan yang
didesa itu langsung suruh kerumah sakit soal surat rujukan bisa besoknya
ngurus keluarganya itu untuk kegawatan, kalau tidak ada kegawatan
memang misal disinikan ada ANC ya harus indikasi untuk kedokter
kandungan dia mempunyai kartu sehat kartu JAMKESMAS atau KIS itu
kepuskesmas dulu lewat puskesmas diperiksa dulu sama bidan puskesmas
jadi tidak hanya 1 tangan dari bidan desa tapi juga dari puskesmas. La
nanti dari bidan puskesmas membuatkan rujukan kerumah sakit untuk ke
poli. Untuk yang poli langsung tdk harus telpon dahulu, kalau kegawatan
memang dari bidan desapun harus telpon dulu ke RS nya ada tempat atau
tidak.
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat, Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan. Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Kesulitane ya itu ya banyak penuh untuk kelas 3 nya itu, yang mending
yang sudah punya kartu jaminan jadi dia sudah tidak mikir biaya ya
semisal kelas 3 ada Alhamdulillah kecuali kalau tidak ada ditambah susah
lagi kalau dia tidak punya jaminan kesehatan mintanya kan palingan kelas
3 to biasanya rencana untuk JAMKESDA kan kekalisari tok itu
semisalkan penuh kan tidak bisa kita nyari keswasta nyari yang lebih
murahnya itu. Kesulitannya dari segi ekonomi itu kalau dikalisarikan
gratis bisa ngurus JAMKESDA kalau dilainnya ka nada tambahan yang
harus dikeluarkan. Dan kesulitan lainnya dari pengambilan keputusan itu
emang kadang cok angel atos kan memang susah dibujuknya, lama juga
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko, pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Kalau yang biasanya dirujuk itu dari yang hamil biasanya dari tanda –
tanda bahaya itu, misalkan dibidan dilihat ada tekanan darah tinggi
otomatis ke puskesmas dulu control disana trs buat rujukan ke Kalisari, ya
semisal tensinya tinggi diperiksa diwarungasem dulu dicek protein urinnya
dulu misal bakteri urienanya negative biasanya dipantau dulu tdk langsung
diberi rujukan mbak.misal darah tinggi tapi protein urine negative dipantau
dulu dan diberi obat dulu ka nada dokternya nanti suruh konttrol lagi nanti
perubahannya gmn kalau lemah dirujuk ke kalisari. Terus juga dari posisi
USG presentasi kepala, penyakit bawaan juga.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal, Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini, Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
Lintas sektor ya mungkin dari desanya sering sosialisasi ke kader, ke
prangkat, misal ono wong meteng adoh dr bidane. Periksane do mencar –
mencar bidan sudah banyak si ow pasien kan berhak memilih terserah.
Paling ya juga gitu biasane jadi kerja sama, bidane harus sering
mengunjungi. Tiap posyandu ada ibu hamil ndak gitu nanti dipantau,
missal kalau ada itu kesulitan – kesulitan yang ibu hamil yang tdk mau
dirujuk itu juga minta kerja sama dengan pamong istilahe ngerewangi
ngomong kadang took masyarakat kan yang lebih dipercaya gitu.
GSI ada, GSI ya kayak dijalankan kelas ibu hamil sudah ada, disitu dikasih
sosialisasi gerakan sayang ibu.
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Geger mbak, yo tanggapane begitulah mbak.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Ndak ada
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa? Mohon diceritakan !
Sering mbak, sering banget apalagi kalau ada pertemuan disini kesehatan
kan harus melibatkan bidan desa kalau ada pertemuan harus ada bidan
puskesmas dan bidan desa ya mesti ada itu himbauan – himbauan gitu,
peringatan – peringatan itu ada, bahkan kita kadanf suruh bawa laporan –
laporannya. Setiap didinas ada pertemuan didinas harus bawa laporan –
laporannya. Monitoring ya kohort, adminastrasinya gitu, apalagi sekarang
ada 1 X 24 jam harus lapor via SMS atau via Telpon nanti harus besoknya
harus lapor kedinas terus kita melakukan Audit misalkan ini kasus kan
saya belum melakukan audit ke RB yang bersangkutan.
Monitoring dari puskesmas yo setiap bulan memang ada laporan, laporan-
laporan bulanan itu slalu dipantau administrasinya terus tiap tri smster ada
penilaian dr puskesmas ke desa, ada kunjungan – kunjungan yang
berresiko juga ada.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Perute sakit terus niko si, jare doktere dikon operasi rahim badhe diangkat
tapi mboten ngertos pinten dinten ten RS kokmpon mboten enten. Awale
niku pusing – pusing terus sinok niku, la ten dokter katane darahe tinggi.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini!
Dibeto ten puskesmas nggeh berobat ten mriko terus mangkeh pripon –
pripone kan dokter ingkang ngertos trs manut mawon. Wong boten ngertos
opo – opo nggeh.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Ya langsung dirujuk ten RS nek mboten ten puskesmas riyen tp sanjang
kalihan bu bidan sek, pripon-pripone langsung manut mangkeh
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Iya , bu bidan selalu memberitahu kalo mual, pusing atau gmn gitu dikasih
tau, Cuma karna kondisi gag ada yang tau ya.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Kalau kemarin kan belum sampai lahiran jadi kalau itu kurang tahu ya,
mungkin ya baik kerjasamanya.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Kelas ibu ten posyandu yo enten . mboten ngertos maleh wong mboten
nyandeng sih nggeh
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Kurang paham.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Kalau itu yang tau suami nggeh, nek kulo kurang paham masalah niku.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Tidak ada kayaknya adanya kan ambulance puskesmas
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Ya mungkin terjangkau yak an pakek kartu KIS.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Yo biasa aja, wong meninggal meh apa lagi.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Warungasem
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Karena jatuh jadi pendarahan,pecah ketubah juga saget, karna kurang
periksa kandungan, tdk memperhatikan kesehatan.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Segera dilarikan ke Rumah Sakit ya agar tidak kejadi kematian.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Iya baik langsung dirujuk ke puskesmas kalau ujug – ujug ada masalah
atau sakit kejang diperut begitu. Nanti dari puskesmas kalau memang
bahaya ya dibeto ten Rumah sakit.
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Inggeh bu bidan wenehi informasi nek pas badhe enten kelas ibu,
posyandu kadosnikuan mangkeh didelokke gambar – gambar, bahaya –
bahaya nek kokuwinan. Mangkeh kados pundi ne pencegahane diparingi
ngertos. Kados nikuan si, nek pas berobat yo di paring kandani nek
mboten oleh kesel – kesel, maeme katha ampon mimic es kakean.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Pelayanan bu bidan apik, kadang bu bidan dolan ten griyo kanggeh ngecek
kados pundi ne kondisi bayi kalian kulone. Mangkeh nek ten nopo – nopo
bu bidan langsung maringi obat nek boten dirujuk.
Kerjasama nipun wes apik mbak.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
GSI kelas ibu enten kayak senam ibu hamil, perawatan mangkeh nek
mpon lahiran. Yo pokoke nek pas posyandu nek orak PKK diparingi
ngertos kon jaga kesehatan, melu seng disaranke bu bidan ben sehat kabeh
lah.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Kerjasamane wes apik kayake mbak wong nek dukun reti ono ibu hamil
barkuwi bu bidan langsung nekoni ten griyone.
Wes apikan lah mbk, wes saling ngertos sadar diri nek ben slamet kabeh
kudu steril, kudu kalian dokter, bidan. Dukun kan biasane mung ngerawat
bayi bar lahiran mbak.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Komplit kyje mbak, kayak nek ben wulan nek boten ben 3bulan niku
disuntik,diken USG, trs mimic obat kae sih. Mboh kuwi opo namae .
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Ngageme pribadi mbak retine yo ambulance puskesmas kalian Rumah
sakit
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau
sangat dekat dan mudah terjangkau?
Nek cedak si termasuk cedak mbak tapi pas biyek ki dalane rung alus
kayak saiki. Angele ten mriku, nek biaya kan wes enten BPJS dados yo
ngunakke niku.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Biasane yo keluarga mbak wong deso kok omahe cedak – cedake kalian
budhe – budhene, simbah – simbahe , yo palingan kon berobat rutin kados
niku.
( INDEPT INTERVIEW ) Puskesmas Batang IV
Informan : Bidan Desa Denasri Wetan
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Sudah 5tahunan ya.
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Alhamdulillah menanggapi baik
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Peran bidan lebih besar dari pada dukun, dukun biasanya hanya perawatan
bayi setelah melahirkan. Semua persalinan ditangani oleh bidan dan tenaga
kesehatan lainnya sudah tidak boleh dukun memegang ibu hamil.
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah
persalinan yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu?
Alhamdulillah berjalan dengan baik setiap 1 bulan sekali juga sudah ada
pertemuan dukun bayi untuk pelatihan dukun bayi.
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat, Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Baik, dari puskesmas menanggapi dan melayani masyarakat dengan cepat
kalau ada kegawatan dari ibu maupun bayinya. Apalagi dari Rumah sakit
sini tinggal telpon apakah disana masih ada ruangan atau tidak biasanya
seperti itu kalau tidak ada dirujuk ke pekalongan tapi asal rumah sakit itu
milik pemerintah.
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat, Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Iya langsung dirujuk karna kan kita sudah ada komitmen sebagai tenaga
kesehatan melayani dengan baik dan memberikan pelayanan semaksimal
mungkin kalau tentang kendala biasanya dari pihak keluarga sendiri ya
dalam pengambilan keputusan yang lama itu kan bisa memperlambat
penanganan kita padahal kan harus cepat – cepat.
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko, pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Biasanya karena letak kepala bayi yang besar, trs sungsang,ya terus karena
penyakit biasanya kan dipuskesmas peralatan kurang apalagi di bidan desa
nah langsung dirujuk ke rumah sakit.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal, Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini, Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
Sudah berjalan lancar dengan baik sesuai komitmen bersama yang sudah
disepakati, saling membantu apabila ada kesulitan atau ada warga yang
susah diberitahu oleh bidan nanti dari kelurahan langsung membantu
bilang ke orang yang bersangkutan. Untuk GSI juga sudah berjalan baik
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Baik saja soalnya orang disini kadang masa bodoh ya mikirnya ya sudah
takdirnya saja begitu, tidak dipersulit lah. Nanti Cuma Tanya-tanya sama
bidan tp kita memberikan informasi sebaik mungkin lah.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Tidak ada.
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa? Mohon diceritakan !
Dari puskesmas itu setiap hari yg dicek ya biasa administrasi dll
Kalau dr dinkes ya nanti kan ke puskesmas ngeceknya juga setiap 1 tahun
2 kali.
INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus Puskesmas Batang IV
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Ibu waktu itu meninggal karena sakit ISPA yang sudah diderita sejak
Kecil.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Saat itu ibu langsung dibawa ke Rumah sakit namun juga karena ibu
mungkin terlalu lama sesek jadi penanganannya juga dari kita terlambat
walau sudah dibawa ke UGD
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Iya langsung dibawa ke Rumah Sakit karena sesek nafaskan butuh
Oksigen juga pertolongan lainnya. Dari puskesmas system rujukannya
sudah diurus sama bidan ( saya ) jadi keluarga hanya menemani ibu di RS.
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Dari kami slalu memberikan informasi dan kunjungan rumah agar
keluarga tau penanganan pertama apa apabila ibu kenapa – kenapa, tapi
karna disana keluarganya hanya simbah,adek dan suami jadi kurang
intensif penjagaanya. Suami kerja,adeknya ada gangguan jiwa sedang
simbah sendiri orang tua yang kadang linglung
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Kalau kerja sama dengan dukun sudah terjaga baik.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Sudah ada dan sudah dilaksanakan setiap hari kamis saat ada posyandu
atau kelas ibu biasanya.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Sudah baik dan berjalan seirama. Dukun juga sudah mendapatkan
pelatihan dari puskesmas dan dinas kesehatan.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Kalau ibu kemarin sudah baik, saya sendiri yang selalu memeriksa dan
menangani
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Tidak ada, semua sudah manggunakan kendaraan pribadi kalau tdk ya
ambulance puskesmas.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Semua dekat, dekat puskesmas dan RSUD kabupaten batang. Kalau
masalah biaya kan semua sudah punya KIS,JAMKESMAS kalau tdk bisa
minta JAMKESDA bagi warga yang tdk mampu
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Biasa – biasa saja warga sini tdk terlalu mempermasalahkan hal – hal
seperti itu, keluarga sudah kehilangan masak mau ditanya hal-hal yang
menyakitkan hati gitu.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Batang IV
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Karena kurang pemeriksaan lengkap dari dokter,karna jatuh terus
kekurangan darah, bisa juga karena sakit. Ibu hamil juga kan tdk boleh
capek-capek ya
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Segera dibawa ke Rumah Sakit ya
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Pas kemarin Alhamdulillah tdk kenapa – kenapa jadi hanya melahirkan
dirumah bidan saja, jadi tdk ada rujukan – rujukan kemana – kemana.
Semua sehat dari awal kehamilan itu.
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Iya mendapatkan saat ada kumpulan ibu hamil diposyandu kalau tdk
dibalai desa nanti dikasih sosialisasi ya gmn-gmn nya.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Pelayanannya sudah baik Cuma terkadang ngantri di puskesmasnya yang
lama, wong org hamil rasanya gmn si mbak trs antrinya lama kayak gag
kuat pengen pulang saja biasanya begitu
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Sudah ada Kelas Ibu diPosyandu bu lurah slalu gembor – gembor agar
warga sadar kesehatan bayi dan ibunya begitu. Tdk itu aja dr desa juga
begitu
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Sudah bagus,sekarang melahirkan ditangani bidan tapi merawat bayi dan
ibu selepas melahirkan oleh dukun bayi.jadi sudah ada tugasnya masing-
masing
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Komplit karna takut kenapa-kenapa.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Tidak ada palingan ambulance puskesmas.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau
sangat dekat dan mudah terjangkau?
Dekat dan terjangkau karna ada bantuan dr pemeintah ya
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Ya tergantung masyarakatnya ya. Ada yang respon baik ya memberikan
masukan kalau yang cuek biasanya ya terserah begitu.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Bidan Puskesmas dan Bidan Desa
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Dari 2010 sudah 6 tahunan ya.
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Menanggapi positif apa lagi kauman ya sudah termasuk kota nya batang
jadi warganya sudah berpikiran baik. Kebanyakan warga sudah
berpenghasilan baik juga disini.
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Bidan dan Dukun bayi bekerja sama dengan baik, dukun biasanya hanya
digunakan oleh keluarga yang masih percaya sama adat istiadat.
Kepercayaan masyarakat sudah sepenuhnya sama tenaga Kesehatan.
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah
persalinan yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu?
Baik . bukan dukun didampingi bidan memang sekarang proses persalinan
harus tenaga kesehatan ( bidan ) dukun hanya memandikan bayi, merawat
ibu dan bayi.
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat, Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Rujukan sudah baik, apa lagi disini dekat dengan RSUD Kabupaten
Batang.
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat, Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan. Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Selama ini tidak ada kendala, soalnya warga sini sudah berpikiran maju
akan kesehatan, Cuma kejadian kemarin karena perdarahan hebat.
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko, pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Biasanya karena ibu memiliki riwayat penyakit namun masih tetap
melanjutkan kehamilannya padahal sudah diberi tahu sama dokter dalam
juga tidak baik kalau tetap dilanjutkan. Kesulitannya kalau dulu – dulu ya
dari pihak keluarga yang kelamaan biasanya dari kalangan menengah
kebawah.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal, Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini, Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
Semua sudah berkomitmen bagus, seperti bidan dibantu dengan kelurahan,
puskesmas, Pkk, Kecamatan begitu. Kalau ada ibu hamil yang susah
biasanya dari kelurahan datang dan menasehati pihak keluarga.
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Semuanya baik. Karna sudah takdir biasanya begitu.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Tidak ada kalau dulu sempet ada tapi sekarang sudah tidak ada lagi.
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa ?Mohon diceritakan !
Monitoring setiap bulan dari dinas kesehatan, kalau dari puskesmasnya
setiap hari absen juga menyetorkan administrasi – administrasi ada
kesulitan – kesulitan apa saja slalu ada koordinernya.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus Puskesmas Batang III
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Kematian ibu itu karena riwayat penyakit, pendarahan, tdk memperhatikan
asupan makanan dan kurang tertibnya ibu dalam pemeriksaan kehamilan
sampai melahirkan.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Seharusnya segera dirujuk ke pusat kesehatan terdekat, seperti bidan,
puskesmas dan RSUD. Agar segera mendapatkan pertolongan secepat
mungkin
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Disini Alhamdulillah memadai dan komplit, kelurahan kauman termasuk
kelurahan yang strategis dekat dengan pelayanan kesehatan, bidan
banyak,dokter keluarga ada, puskesmas dekat apalagi RSUD kalisari
sangat terjangkau jaraknya. Jadi kejadian apa saja dari keluarga dan tenaga
kesehatan saling komitmen dan enak apabila ternyata terjadi kejadiaan
yang tidak diinginkan dan harus segera dirujuk.
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Iya mendapatkannya, bahkan bidan selalu melakukan kunjungan rumah
setiap minggunya untuk mengecek kondisi ibu, Cuma kejadian yang
dialami kemarin memang kejadian yang tidak terduga sebelumnya.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Baik , semuanya sudah berjalan seirama dan menjalankan pekerjaannya
sesuai aturan – aturan yang sudah ada.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
GSI sudah ada dan dilakukan rutin disetiap kelas ibu , posyandu bahkan
ibu PKK.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Kerjasamanya sudah bagus kerja dukun hanya perawatan ibu dan bayi
selepas melahirkan
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Mungkin sudah komplit, karna keluarga termasuk orang yang terpandang.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Tidak ada, semua menggunakan mobil pribadi.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Semuanya sudah dekat kelurahan kauman Cuma berjarang berapa Kilo dr
RSUD kabupaten Batang. Biaya sudah ada kartu BPJS jadi ya ringan.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Masyarakat menganggap ini sudah takdir dari allah tidak ada lainnya.
Karna masyarakat disini termasuk sendiri – sendiri. Sibuk dengan
hidupnya sendiri.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Batang III
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Kamatian ibu ki biasanya karena ibu tidak rutin berobat, tidak menjaga pola
makan dan pola tidur trs juga coke karena pendarahan kurang hati – hati .
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Ya harus periksa ke puskesmas nek gag ke Rumah sakit bend dapet
penanganan yang komplit.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila ternyata
terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan desa ?
Alhamdulillah baik dan sesuai, kalau saya kenapa – kenapa pengen ke RS
control dokter biasanya langsung dikasih rujukan tidak lama lah Cuma
nunggu rujukan saja lamanya biasane ten Rumah Sakite kan seng sakit
katanh nggeh.
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi mengenai
tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Dikasih tau pas kelas posyandu, terus bu bidan kadang dateng kerumah buat
ngecek kondisi bayine. Nek pusing, mual terus ken langsung cek up ten bu
bidan iku tanda – tanda kehamilan mboten sae kados niku .
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Kalau sarana si tasek kurang nggeh nek badhe USG be ten RS nek
pelayanan sampon sae sedoyo, penanganan kanggeh ibu hamil niku mpon di
nomer satukan.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan apakah
sudah dilaksanakan dengan baik ?
Sudah ada kelas ibu hamil, senam ibu hamil bersama PKK kadang
Posyandu, bu bidan maringi woro – woro rumiyin .
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan dan
dukun bayi selama ini ?
Kerjasama ne sae Cuma pas niku persalinan bu bidan sedoyo, dukun Cuma
ngajari makpungi, mbedong bayi kados niku.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
KMS mpon keisi sedoyo mbak, kulo kalian anak yo eman kudu komplit
pemeriksaane.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Tidak ada, pakek angkutan .
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat
dekat dan mudah terjangkau?
Deket sedoyo enten RS yo cepak Puskesmas yo cepak, biaya sampon
ngagem BPJS.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Yo warga ki biasane nyarane nek wong meteng kon ati – ati, jaga pola
maem, ampon kesel – kesel kados niku tok biasa niku nek pas do ngerumpi.
( INDEPT INTERVIEW ) Dinas Kesehatan
Informan : Kepala Seksi KIA – KB Kabupaten Batang
1. Apa tugas atau peran saudara di bidang Kesehatan Keluarga ( KESGA ) ?
Kalau td Dr. Zuhnuron sebagai Ketua Bidangnya , kalau saya Khotiq
Mulyaningrum saya Kepala Seksi KIA – KB.
2. Menurut ibu apakah tenaga medis seperti bidan disetiap puskesmas dan
desa itu cukup secara jumlah dan kualitas SDM dalam menangani setiap
masalah yang ada di sana terutama dalam menangani ibu hamil agar
mengurangi kematian maternal ?
Kalau jumlahnya sudah kita kan sudah cukup ada 248 desa / kelurahan,
kita mempunyai hampir kalau yang dipuskesmasnya itu ada 417 bidan
berarti kalau dibagi perdesa itu terbagi didaerah – daerah terpencil itu jadi
ada 2 yang penduduknya besar padahal tapi secara kualitas secara
kompetinsinya bidan ada tapi tidak efektif, secara jam terbangnyakan
katakanlah bidan – bidan lulusan baru yang belum banyak jam terbangnya
jadi pengalaman – pengalaman dilapangangannya kasus itu , kemudian
yang dipelajari dan dilapangan kan beda. Nah itu ada deprogram kami
potensinya kurang , kami sendiri meningkatkan kompetensi kan dengan
pertemuan – pertemuan dan pelatihan – pelatihan jadi secara kualitas SDM
belum maksimal , knp belum maksimal kami sudah melakukan pertemuan
– pertemuan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi.
3. Secara umum, bagaimana langkah – langkah pemerintah dalam upaya
pelayanan kesehatan maternal khususnya dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu ?
Sudah banyak dari pemerintahnya ya terutama dari pencegahannya ya nek
kalau saya melihat kalau kematian ibu ya ibu mutlak tidak tanggung jawab
dari dinas kesehatan karena sebenarnya itu tanggung jawab oleh banyak
pihak. Banyak pohaknya itu belum banyak urun salah satunya kita
memberdayakan masyarakat itu sendiri kemudian bukan yg dari tenaga
kesehatannya ya contohnya sengan kita melaksanakan kelas ibu hamil .
kelas ibu hamil itu sendiri dilaksanakan sejak tahun 2011 sampai dengan
saat ini. Nah untuk 2011 pertamanya di danai oleh provinsi dana
pancingan istilahnya setelah itu kita bersama adop melaksanakan dengan
dana APBD II . jadi nah tahun 2011 selain APBD I kita juga dana APBD
II. Kelas ibu itu sendiri dikumpulkannya ibu hamil untuk diberikan
pengetahuan untuk mengubah sikap, perilaku kebiasaan ibu sendiri jadi
dikelas ibu hamil sendiri nanti tergantung contohnya ditempat ini mateinya
tidak sama dengan tempat lain ibu hamilnya banyak yang ngapikki, nanti
ditawari ibunya jadi nanti masyarakat rembugan materinya itu sesuai
dengan kebutuhan wilayah itu dan sesuai dibutuhkan masyarakat. Jadi
materinya itu tidak langsung dr kesehatan tapi ditawarkan. Jadi dgn
meningkatkan pengetahun dalam mengubah perilaku , kebiasaan jadi ibu
yang dulunya tidak pernah periksa piye carane periksa hamil , kelas ibu
terus ada juga untuk ibu hamil pemberian MPASI.
4. Apakah langkah – langkah tersebut diketahui dan dilaksanakan oleh
masing – masing program ? Mohon diceritakan !
Dilaksanakan kayak saya ngurusi ibu hamil ya saya ngurusin ibu hamil ,
nah PMT nya dari gizi nah materinya dari gizi ,kemudian dari promkes itu
ada lagi Desa siaga. Jadi masing – masing banyak pihak , yg ngurusin
kader ya ngurusi kader, saya ibu hamilnya.
5. Bagaimana tanggapan pemerintah daerah (termasuk Bupati) terhadap
kematian ibu ?
Tanggapannya ya prihatin kenapa dibatang itu banyak kematiannya. Yo
sama – sama peduli ya sama – sama berusaha untuk menurunkan kematian
kabupaten batang . dengan apa nah itun kita itu dengan kelas ibu hamil 1
tahun APBD II itu sudah hampir 300juta untuk melaksanakan kelas ibu
hamil jadikan memang didukung oleh pemerintah
Ya banyaknya itu dikelas ibu hamil padahal ada kelas ibu balita. Dan
tahun 2016 ini semua desa sudah melaksanakan sumberdana selain APBD
II ada juga yang tidak katakanlah yang tidak terakumuder APBD oleh dana
BOK ( Bantuan Operasional Kesehatan ).
6. Berapa persen alokasi dana untuk program KIA dibandingkan dengan
program lainnya ?
Ya tadi sekitar 300 juta tiap tahunnya.
7. Bagaimana bila ibu berasal dari keluarga yang tidak mampu , Apakah ibu
hamil dan ibu bersalin kurang mampu mendapat pembebasan biaya
persalinan , Berapa persen dana yang dialokasikan ?
Semua yang tidak mampu mendapatkan BPJS / KIS nag yang bener –
benar tidak mampu bisa lewat JAMKESDA. Sudah terakumuder
8. Pada umum nya kematian ibu terjadi karena ada keterlambatan 3 T ,
Bagaimana pemerintah daerah di sini menjaga agar rujukan dapat berjalan
baik dan Masalah apa biasanya yang terkait dengan sistem rujukan di sini
?
Sebenarnya akibat kematian di kita kebanyakan karena penyakit penyerta
bukan dari penyebab langsung seperti perdarahan ,infeksi , eklamsi dan
preeklamsi sekarang kematian malahan karena penyebab lain – lain .
penyebab lain-lainnya itu penyakit penyerta. Jadi sebenarnya ibu hamil
sudah bermasalah sebelum hamil jadi punya penyakit terus ibu hamil nah
nek itu menurut kita seharusnya ada SIM ( Surat Ijin Hamil ) tapi sekarang
tidak boleh karena melanggar.sebenarnya kalau tempat kita lokasi – lokasi
tidak masalah Cuma beberapa duank yang memang jauh seperti bawang ,
gerlang , praten sama itu tok Cuma kadang dikita itu terkendala rembugan
keluarga itu padahal ini harus dirujuk msti nunggu suami,neneknya atau
siapalah anggota keluarga padahal ketika itu harus segera rujuk.
9. Bagaimana pemerintah daerah memastikan bahwa pelayanan kesehatan
yang ada berkualitas , Apakah ada cara untuk monitoring dan
mengevaluasi kualitas pelayanan KIA di puskesmas dan bidan di desa dan
Bagaimana pemerintah daerah meningkatkan kualitas bidan desa dan
bidan puskesmas ?
Kita disini sudah ada ANC terpadu kalau evaluasi kita setiap tahun dari
kami sendiri ya ada evaluasi ke puskesmas permasalahannya apa
dipuskesmas, kita nah itu bagaimana pelaksanaannya.
Kalau kita kepuskesmas ya 2 kali setahun itu dari bidang saya tok kalau
dari bidan lain ada.
Dengan mengucurkan dana tadi untuk masyarakat ya masyarakat lewat
posyandu , lewat GSI , nah tahun ini kita kan juga walaupun belum
berjalan , nanti abis lebaran berjalan dapat kegiatan REPLIKASI EMAS ,
EMAS itu Expending Maternal Survival.
Nah itu ingin mengusut mata rantai lamanya rujukan itu lo walaupun itu
belum berjalan tapi ya tahun ini mau dilaksanakan dan sudah ada
agendanya.
Saya mau merujuk kasus rujukannya apa kita kirim sms dulu nanti mana
RS yang kosong yang siap menerima terus sebelum dirujuk apa yang harus
dilakukan bidan yang mau merujuk, ini baru persiapan.
Sudah ada POKJA itu gerakan penyelamatan ibu dan bayi baru lahir.
10. Apakah Audit Maternal Perinatal (AMP) rutin dilakukan di daerah ini lalu
Siapa saja yang hadir dalam AMP dan Bagaimana dengan hasil AMP,
apakah didokumentasikan, dan disebarkan kepada siapa saja?
Rutin
Ya tim managemen
Hasil Amp ya rekomendasi – rekomendasi
Nek dibatang memang masih sebatas disebarkan ditingkat dinas kesehatan
, puskesmas.
11. Bagaimana dengan koordinasi lintas sektoral dalam upaya penurunan AKI
, Sektor mana saja yang terlibat , Apakah kegiatan GSI di kabupaten ini
berjalan dengan baik Bagaimana koordinasinya dan Bagaimana
pelaksanaan kegiatannya? Mohon dijelaskan?
Biasane bareng – bareng sudah saling berkomitmen seperti Disdikpora ,
Depak , Bappeda, Bapermasdes , PKK , TNI , Dishubkaminfo.
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )
PERTANYAAN !
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa
ini, Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif
keberadaan bidan?
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah
persalinan yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini
lalu?
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat, Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh
bidan desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat, Kesulitan apa yang
terkait dengan sistem rujukan. Apakah ada kendala yang dihadapi dari
pihak keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian
seperti apa saja yang harus dirujuk?
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko, pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal , Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini, Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan
baik?
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah
sudah berjalan dengan baik ?
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa ?Mohon diceritakan !
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )