You are on page 1of 261

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEMATIAN MATERNAL DI KABUPATEN BATANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

Program Strata Satu (S1)Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pekalongan

Disusun Oleh :

Nama : Nor Amalia Muthoharoh

NPM : 0510077312

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
TAHUN 2016

i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar – benarnya bahwa skripsi dengan judul “FAKTOR

– FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN MATERNAL DI

KABUPATEN BATANG “ Adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen

Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada Perguruan Tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicanrumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Pekalongan, 7 Agustus 2016


Yang membuat pernyataan

Nor Amalia Muthoharoh


NPM. 0510077312

ii
KEASLIAAN PENELITIAN

TAHUN 2016

iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DI KABUPATEN BATANG

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan


Program Strata Satu (S1) Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pekalongan

Oleh :

Nama : Nor Amalia Muthoharoh

NPM : 0510077312

Penguji I Penguji II

Suwondo, SKM.,M.Kes Nor Istiqomah, M.Sc


NIP. 19640719 198703 1 004 NPP. 11009183
Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Imam Purnomo, M.Kes Rr. Vita Nur Latif, SKM., M.Kes
NIP. 19541110 197903 1 006 NPP. 111009181

Telah dipertahankan dihadapan Sidang Tim Penguji Skripsi


Pada Tanggal : 7 Agustus 2016
Mengetahui,
Dekan

Drs. Imam Purnomo, M.Kes


NIP. 19541110 197903 1 006

iv
MOTTO

JANGAN PERNAH MAU DIREMEHKAN ORANG LAIN, YANG TAHU DIRI

KAMU ITU KAMU SENDIRI BUKAN ORANG LAIN

TUNJUKKAN , BUKTIKAN DAN RAIHLAH SEMUA CITA – CITA MU

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulllahirabbil’alamin…Akhirnya aku sampai ke titik ini, sepercik

keberhasilan yang engkau hadiahkan padaku ya Rabb. Tak henti-hentinya aku

mengucap syukur pada-Mu ya Rabb, serta shalawat dan salam kepada idola ku

Rasulullah SAW dan para sahabat yang mulia. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu

telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku

dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan akhirnya skripsi

yang sederhana ini dapat saya selesaikan. Semoga sebuah karya mungil ini menjadi

amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan bagi keluargaku tercinta. Ku

persembahkan karya mungil ini kepada :

1. Allah SWT yang telah senantiasa melimpahkan hidayah dan inayah-nya

serta memberikan petunjuk menuju kemudahan dalam menyusun skripsi

ini.

2. Junjungan Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW yang memberikan

jalan menuju jalan yang di ridhoinya.

3. Orang tua, Bapak H. Maliki dan Hj. Ibu Nor Hiqmah, S.Pd.I yang

senantiasa memberikan kasih sayang, do’a, nasehat dan dukungan dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs.Imam Purnomo, M.kes dan Ibu Rr. Vita Nur Latief,

SKM.,M.Kes, yang selalu sabar membimbing hingga skripsi ini selesai

dengan baik.

vi
5. Kakak tersayang Norma Novianto, M.Pd, terimakasih atas segala

dukungan dan bantuannya dalam proses skripsi ini.

6. Sahabat serta teman tersayang dan tercinta, Riska Arianti, Eka Al

adhawiyah, Vina Rohmatul Maula, Iliyana Kurnia Sari, Indra Rahmawati,

Riska Sadana, Ismawati, Danang Prabowo dan Adi Harjito, yang telah

bersama – sama berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini serta

dukungannya tidak lupa pula teman – teman lainnya yang tidak dapat

saya sebutkan satu per satu.

7. Tersayang Baqoh Yudanto serta Keluarga yang telah menyemangati,

menemani dalam penelitian serta tidak henti – hentinya sabar menghadapi

saya, terima kasih semuanya.

8. Teman seperjuangan, khususnya untuk teman – teman peminatan Promosi

Kesehatan (PROMKES) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan

9. Responden dan infoeman dari penelitian skripsi, penulis berterimakasih

atas ketersediaan waktunya yang telah diberikan.

Batang, Agustus 2016

Penulis
Nor Amalia Muthoharoh

vii
HALAMAN RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Nor Amalia Muthoharoh

Tempat, Tanggal Lahir : Batang, 26 Juni 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jalan Sundoro No.03 Rt.03 Rw.02 Desa Kalisalak

Kecamatan Batang Kabupaten Batang

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 2000 : Lulus Taman Kanak – Kanak Saraswati Kalisalak Batang

Tahun 2006 : Lulus Sekolah Dasar Negeri Baros Pekalongan

Tahun 2009 : Lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Batang

Tahun 2012 : Lulus Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Batang

Tahun 2012 : Melanjutkan Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT atas izin dan kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan program sarjana

(S1) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Pekalongan yang berjudul

“Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kematian Maternal Di

Kabupaten Batang”.

Dalam penyusunan tugas akhir ini banyak sudah bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Walaupun

demikian penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan baik dari isi, bentuk maupun penyajiannya.

Pada kesempatan ini dengan tulus ikhlas, saya mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya

kepada :

1. Bapak Suryani SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Pekalongan.

2. Bapak Drs. Imam Purnomo, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pekalongan sekaligus Pembimbing I.

3. Ibu Rr. Vita Nur Latief, S.K.M, M.Kes, selaku Kepala Program Studi

Kesehatan Masyarakat Universitas Pekalongan sekaligus Pembimbing II.

4. Bapak Suwondo, S.K.M, M.Kes, selaku Penguji I.

5. Ibu Nor Istiqomah, M.Sc, selaku Penguji II.

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan.

ix
7. Bapak dan Ibu, terima kasih atas do’a, semangat, nasehat serta kasih sayang

yang tak terhitung banyaknya.

8. Pimpinan serta staf Dinas Kesehatan Kabupaten Batang yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kabupaten

Batang

9. Ibu Khotiq Mulyaningrum, S.ST, selaku Kepala Seksi KIA dan KB di Dinas

Kesehatan Kabupaten Batang.

10. Seluruh Puskesmas serta Bidan di Kabupaten Batang yang telah menjadi

Informan dan yang sudah memfasilitasi peneliti.

11. Sahabat – sahabat seperjuangan dan teman – teman dari peminatan Promosi

Kesehatan (PROMKES), peminatan dari Epidemiologi, peminatan dari

Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK) Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan dan teman –

teman sebimbingan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusun skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan penyusun sebagai manusia

yang tidak luput dari kesalahan, dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis berharap

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang berkepentingan.

Batang, Agustus 2016

Penulis
Nor Amalia Muthoharoh

x
UNIVERSITAS PEKALONGAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDY KESEHATAN MASYARAKAT
SKRIPSI, AGUSTUS 2016
ABSTRAK
NOR AMALIA MUTHOHAROH
0510077312
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN
MATERNAL DIKABUPATEN BATANG
(xi + 200 halaman ; 5 tabel ; 2 gambar; 9 lampiran ; 30 kepustakaan)
Kematian ibu dan kematian bayi merupkan dua diantara masalah kesehatan
yang mendesak diselesaikan, khususnya bagi negara miskin dan berkembang. Angka
kematian Ibu (AKI) yang tinggi di suatu negara berpotensi meningkatkan biaya
pemeliharaan sosial, termasuk pembiayaan langsung berupa biaya perawatan
kesehatan maupun biaya tidak langsung bersumber dari penurunan pendapatan dan
produktivitas keluarga.Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu upaya dalam
penurunan AKI yaitu dengan adanya SMS Bunda serta Si Jari Emas strategi program
baru nasional perlu digerakan seluruh pihak yang berwenang dan yang mempunyai
kebijakan.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor – factor yang berhubungan
dengan kematian maternal di Kabupaten Batang pada tahun 2015.
Penelitian ini menggunakan dua metode penelitian yaitu Kuantitatif dan
Kualitatif. Kuantitatif dengan desain Case Control sedangkan Kualitatif dengan
wawancara mendalam (Indept interview) kepada kepala bidang kesehatan keluarga,
bidan koordinator / bidan desa serta pada responden kasus dan kontol untuk
menggali lebih dalam tentang riwayat audit maternal prenatal (AMP). Jenis
penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik.
Hasil penelitian diketahui ada hubungan kematian maternal dengan
komplikasi dengan nilai p-value 0,000 OR = 4,223, status gizi dengan nilai p-value
0,320, usia ibu dengan nilai p-value 0,010. paritas responden dengan p-value sebesar
0,175, pemeriksaan antenatal dengan nilai p-value 0,017, keluarga berencana dengan
nilai p-value sebesar 0,000, pendidikan ibu dengan nilai p-value sebesar 0,783.
pendapatan keluarga dengan nilai p-value sebesar 0,218. Hasil faktor berpengaruh
dari determinan dekat, determinan antara dan determinan jauh terhadap kematian
maternal di Kabupaten Batang diketahui dengan nilai saling dengan nilai p value
<0,05.
Hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa masih kurangnya PONED
disetiap puskesmas, jumlah bidan yang kurang disetiap desa sertaperlunya
meningkatkan kualitas bidan, dengan meningkatkan P4K secara berkala, perlunya
kerjasama dengan pemegang kebijakan setempat untuk memperbaiki fasilitas
pelayanan kesehatan.

Kata Kunci : Faktor – faktor yang berhubungan dengan kematian maternal di Batang
Pustaka : 30

xi
UNIVERSITAS PEKALONGAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDY KESEHATAN MASYARAKAT
SKRIPSI, AGUSTUS 2016

ABSTRAK

NOR AMALIA MUTHOHAROH


0510077312

xii
DAFTAR ISI
HAL
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ii
HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
MOTTO v
HALAMAN PERSEMBAHAN vi
HALAMAN RIWAYAT HIDUP PENULIS Viii
KATA PENGANTAR ix
ABSTRAK xi
DAFTAR ISI xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 9
1.3 Rumusan Masalah 9
1.4 Tujuan Penelitian 9
1.5 Manfaat Penelitian 10
1.6 Ruang Lingkup Penelitian 11
1.7 Hasil Penelitian Terdahulu 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan 16
2.2 Persalinan 17
2.3 Definisi Kematian Maternal 19
2.4 Determinan Kematian Maternal 21
2.5 Upaya dalam Penurunan Angka Kematian Ibu ( AKI ) 52
2.6 Kerangka Teori 58
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep 59
3.2 Hipotesa Penelitian 60
3.3 Variabel Penelitian 60

xiii
3.4 Definisi Operasional 61
3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian 63
3.6 Populasi dan Sampel 64
3.7 Pengumpulan Data 65
3.8 Pengolahan Data 66
3.9 Analisis Data 66

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian 69
4.2 Hasil Univariat 72
4.3 Hasil Bivariat 77
4.4 Hasil Multivariat 83
4.5 Hasil Penelitian Wawancara Mendalam Informan Triangulasi 83
4.6 Pembahasan Kualitatif Kematian Maternal di Kabupaten Batang 98
4.7 Keterbatasan Penelitian 107
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
5.1 Kematian Maternal 94
5.2 Faktor Penyebab Kematian Maternal Berdasarkan Determinan Dekat 95
5.3 Faktor Penyebab Kematian Maternal Berdasarkan Determinan Antara 96
5.4 Faktor Penyebab Kematian Maternal Berdasarkan Determinan Jauh 101
5.5 Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kematian Maternal 103
yang Terjadi di Kabupaten Batang Berdasarkan Faktor – Faktor yang
Meliputi Determinan Dekat, Determinan Antara dan Determinan Jauh
5.6 Pembahasan Kualitatif Kematian Maternal di Kabupaten Batang 104
5.7 Keterbatasan Penelitian 115
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 117
6.2 Saran 118
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN

xiv
xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kematian ibu dan kematian bayi merupkan dua diantara masalah

kesehatan yang mendesak diselesaikan, khususnya bagi negara miskin dan

berkembang. Angka kematian Ibu (AKI) yang tinggi di suatu negara berpotensi

meningkatkan biaya pemeliharaan sosial, termasuk pembiayaan langsung berupa

biaya perawatan kesehatan maupun biaya tidak langsung bersumber dari

penurunan pendapatan dan produktivitas keluarga.

Peningkatan kesehatan ibu di Indonesia, yang merupakan Tujuan

Pembangunan Milenium Development Goal’s (MDG’s), berjalan lambat dalam

beberapa tahun terakhir. Rasio kematian ibu, yang diperkirakan sekitar 228 per

100.000 kelahiran hidup, tetap tinggi di atas 200 selama dekade terakhir,

meskipun telah dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan ibu. Hal ini bertentangan dengan negara-negara miskin di sekitar

Indonesia yang menunjukkan peningkatan lebih besar pada MDG’s .

Menurut laporan Badan PBB untuk masalah anak-anak (UNICEF),

tingkat kematian anak/bayi di Indonesia masih relatif tinggi. Kepala Bagian

kelangsungan hidup dan perkembangan anak UNICEF, Dr Robin Nandy, dalam

sebuah pernyataan resmi menyebutkan, saat ini diperkirakan 150.000 anak

meninggal di Indonesia setiap tahunnya sebelum mereka mencapai ulang tahun

kelima dan Setiap tiga menit, di manapun di Indonesia, satu anak balita

1
2

meninggal dunia. Selain itu, setiap jam, satu perempuan meninggal dunia ketika

melahirkan atau karena sebab-sebab yang berhubungan dengan kehamilan.

Terkait kesehatan ibu, beragam masalah kesehatan yang dihadapi anak

pun tidak terlepas dari minimnya dukungan lingkungan sosial, dalam hal ini

dukungan terhadap kaum perempuan / ibu. Masalah kesehatan anak memang

terkait kesehatan ibu. Buruknya status kesehatan ibu akan sangat berpengaruh

kepada anak. Masih menurut UNICEF, hampir 10.000 wanita Indonesia

meninggal setiap tahun karena masalah kehamilan dan persalinan. Padahal, masa

kehamilan dan persalinan adalah salah satu fase vital bagi kelangsungan hidup

anak. Kualitas kesehatan di masa kanak-kanak dan dewasa akan sangat

ditentukan dari proses panjang sang ibu dari mulai sejak persiapan kehamilan,

proses persalinan hingga fase tumbuh kembang anak.

Indonesia sedang berupaya memenuhi salah satu target Pembangunan

Millenium (MDG’s) di bidang kesehatan, yakni menurunkan Angka Kematian

Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi. Target MDG’s Indonesia untuk AKI

diharapkan turun menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015.

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007, AKI masih bertahan

pada angka 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target MDGs untuk

AKB adalah 23 per 1.000 kelahiran hidup tahun 2015. Tahun 2007, AKB 34 per

1.000 kelahiran hidup.

Tak dapat dipungkiri, kualitas kesehatan anak Indonesia masih perlu

mendapat perhatian serius. Hal itu dapat dilihat dari berbagai indikator kesehatan

anak yang dilaporkan berbagai sumber. Indikator pertama yang menentukan


3

derajat kesehatan anak adalah angka kematian bayi dan derajat kesehatan ibu

adalah angka kematian ibu yang meningkat setiap tahunnya.

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam

menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu

tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya . Angka Kematian Ibu

(AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan

melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi,

keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai

komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas

pelayanan kesehatan ternasuk pelayanan prenatal dan obstetri. Tingginya angka

kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas

pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula.

Salah satu penyebab Angka Kematian Ibu ( AKI ) karena usia

pernikahan yang terlalu dini. Indonesia termasuk Negara dengan persentase

pernikahan usia muda tinggi di dunia (rangking 37) . Tertinggi kedua di ASEAN

setelah Kamboja. Pada tahun 2010, terdapat 158 negara dengan usia legal

minimum menikah adalah 18 tahun ke atas, dan Indonesia masih diluar itu.

Perempuan muda di Indonesia dengan usia 10-14 tahun menikah

sebanyak 0.2% atau lebih dari 22.000 wanita muda berusia 10-14 tahun di

Indonesia sudah menikah. Jumlah dari perempuan muda berusia 15-19 yang

menikah lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki muda berusia 15-19

tahun (11,7%P : 1,6%L). Diantara kelompok umur perempuan 20-24 tahun -

lebih dari 56,2 persen sudah menikah. ( RISKESDAS 2010 )


4

Berdasarkan data yang dimiliki oleh WHO tahun 2012, Indonesia

berada di peringkat ketiga tertinggi untuk angka kematian ibu di negara ASEAN.

Peringkat pertama diduduki oleh Laos yang mencapai 470 kematian ibu per

100.000 kelahiran , sedagkan angka kematian ibu terendah diduduki oleh

singapura yaitu 3 kematian ibu per 100.000 kelahiran.

Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke

pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawat

daruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda

bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta

terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab

kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisii ibu itu sendiri dan merupakan

salah satu dari kriteria 4 “terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35

tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4

anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2 tahun). Untuk mencegah 4 kondisi

tidak ideal itu dibutuhkan pengaturan kehamilan melalui alat kontrasepsi.

Tujuannya dibagi menjadi 3 yakni untuk menunda, menjarangkan dan

membatasi kehamilan.Sementara sebab tak langsung antara lain tingkat sosial

ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya dan akses trasportasi.

Kebanyakan kematian maternal tersebut sesungguhnya dapat dicegah

jika mereka mendapat pertolongan tenaga kesehatan. Sayangnya justru mereka

terlambat memperoleh pertolongan karena tidak mengenali tanda-tanda

komplikasi yang mengancam jiwa, lama dalam mengambil keputusan serta


5

mencari pertolongan sangat jauh untuk mendapatkan perawatan yang memadai

atau sering disebut “3 Terlambat.

Salah satu cara untuk menurunkan AKI di Indonesia adalah dengan

persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan melakukan

persalinan difasilitas pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan terlatih yaitu

dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan.

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 cakupan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan secara nasional adalah sebesar

90,88%. Cakupan ini terus menerus meningkat dari tahun ke tahun. Sementara

itu jika dilihat dari cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang

terlatih menurut provinsi di Indonesia pada tahun 2013, tiga provinsi dengan

cakupan tertinggi adalah provinsi Jawa Tengah dengan cakupan 99,89%,

Sulawesi Selatan 99,78%, dan Sulawesi Utara 99,59%. Sedangkan tiga provinsi

dengan cakupan terendah adalah Papua 33,31%, Papua Barat (73,20%), dan

Nusa Tenggara Timur (74,08%). ( Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 ).

Kondisi sosial budaya dimasing-masing daerah turut memberikan

konstribusi, masih banyak daerah yang masih menggunakan dukun sebagai

penolong persalinan, khususnya didesa-desa. Berdasarkan data Riskesdas 2013,

Penolong saat persalinan dengan kualifikasi tertinggi dilakukan oleh bidan

(68,6%), kemudian oleh dokter (18,5%), lalu non tenaga kesehatan (11,8%).

Namun sebanyak 0,8% kelahiran dilakukan tanpa ada penolong, dan hanya 0,3%

kelahiran saja yang ditolong oleh perawat.


6

Hal ini ditunjang pula dengan kondisi sosial ekonomi sebagian

masyarakat yang masih berada digaris kemiskinan. Selain itu, tidak meratanya

fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang tersebar di seluruh wilayah

Indonesia turut menjadi salah satu penyebab masalah kesehatan ibu.

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun

2012 Angka kematian ibu di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran

hidup. Terlebih kala itu dikaitkan dengan target Millenium Development Goal’s

(MDGs) Angka tersebut masih jauh dari AKI yang ingin diwujudkan di tahun

2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.

Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 berdasarkan

laporan dari kabupaten/kota sebesar 104,97/100.000 kelahiran hidup, mengalami

penurunan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2009 sebesar

117,02/100.000 kelahiran hidup. AKI tertinggi adalah di Kabupaten Pemalang

sebesar 193,24/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan terendah adalah di

Kabupaten Sragen yaitu sebesar 49,29/100.000kelahiran hidup.

Data dari dinas kesehatan Batang setempat AKI di setiap tahunnya

meningkat baik kematian ibu waktu hamil , kematian saat ibu bersalin, dan

kematian ibu nifas. Angka Kematian Ibu di Kabupaten Batang pada tahun 2014

sebesar 179,04 per 100.000 kelahiran hidup (23 kasus), meningkat bila

dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 111,77 per 100.000 kelahiran hidup

(14 Kasus ). Angka ini masih diatas target renstra tahun 2013 sebesar 110 per

100.000 kelahiran hidup dan angka jawa tengah tahun 2013 sebesar 118,62 per
7

100.000 kelahiran hidup serta target MDG’s ke-4 tahun 2015 yaitu 102 per

100.000 kelahiran hidup.

Kejadian kematian maternal paling banyak adalah pada waktu hamil

dan waktu nifas sebesar 39,13%, kemudian pada waktu persalinan sebesar

21,74%. Sedangkan berdasarkan kelompok umur, kematian maternal terbanyak

adalah pada usia produktif 20 – 34 tahun sebesar 52,17%, kemudian pada

kelompok umur ≥ 35 tahun sebesar 39,13%, untuk kelompok umur ≤ 20 tahun

sebesar 8,7%

Hampir dua pertiga kematian maternal disebabkan oleh penyebab

langsung yaitu perdarahan (25%), infeksi (15%), eklamsia (12%), abortus yang

tidak aman (13%), partus macet (8%), dan penyebab langsung lain. Sedangkan

sepertiga lainnya disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu keadaan yang

disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum

kehamilan atau persalinan dan memberat dengan adanya kehamilan atau

persalinan, seperti terdapatnya penyakit jantung, hipertensi, diabetes, hepatitis,

anemia, malaria, kanker atau AIDS (19%). (Sarwono Prawihardjo,2009)

Pentingnya penurunan AKI di Indonesia, sehingga diperlukan program

terobosan yang memfokuskan pada kesehatan ibu, khususnya didaerah-daerah

terpencil. Meningkatkan pengetahuan para ibu sehingga mereka mau, sadar dan

mampu mencegah masalah kesehatannya, dan perlu ditunjang dengan

peningkatan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan dan sarana prasarana lainnya.

Menurut Teori Mc Charty dan Maine ( 1992 ) membagi penyebab

kematian ibu dalam tiga determinan, yaitu determinan dekat, determinan antara,
8

dan determinan jauh. Agar semua permasalahan kematian ibu baik secara

langsung maupun tidak langsung dapat teratasi dengan baik.

Proses yang paling dekat terhadap kejadian kematian maternal, disebut

sebagai determinan dekat yaitu kehamilan itu sendiri dan komplikasi yang

terjadi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas (komplikasi obstetri).

Determinan dekat secara langsung dipengaruhi oleh determinan antara yaitu

status kesehatan ibu, status reproduksi, akses ke pelayanan kesehatan, perilaku

perawatan kesehatan / penggunaan pelayanan kesehatan dan faktor – faktor lain

yang tidak diketahui atau tidak terduga. Di lain pihak, terdapat juga determinan

jauh yang akan mempengaruhikejadian kematian maternal melalui pengaruhnya

terhadap determinan antara, yang meliputi faktor sosial, budaya dan faktor

ekonomi, seperti status wanita dalam keluarga dan masyarakat, status keluarga

dalam masyarakat dan status masyarakat. (Sarwono Prawihardjo,2009)

Hasil beberapa penelitian yang berhubungan dengan faktor risiko

kematian maternal di Indonesia maupun di negara lain menunjukkan bahwa

kematian maternal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan

faktor ibu, faktor status reproduksi, faktor yang berhubungan dengan komplikasi

obstetrik, faktor yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan, faktor sosial

ekonomi dan faktor sosial budaya. Masalah terkait kesehatan Ibu dan penurunan

Angka Kematian Ibu yang begitu kompleks dan disebabkan oleh berbagai faktor

– faktor oleh karena itu penelitian ini akan lebih menekankan faktor – faktor apa

saja kah yang berhubungan dengan penyebab Kematian Ibu dalam tiga

determinan yaitu mecakup Determinan dekat, determinan Antara dan


9

Determinan jauh menurut Mc Charty dan Maine maka dari itu Peneliti

mengangkat judul “ Faktor – factor yang Berhubungan dengan Kematian

Maternal di Kabupaten Batang “

1.2 Identifikasi Masalah

1. Tingginya Angka Kematian Ibu sebanyak 13 di Kabupaten Batang pada

tahun 2015.

2. Masih adanya 0,7 % angka pernikahan usia muda karena kurangnya

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

3. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terjadinya kematian pada ibu

hamil di Kabupaten Batang pada tahun 2015 berdasarkan determinan Mc

Charty dan Maine

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yg sudah diuraikan diatas maka

dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Apa saja kah faktor – faktor

yang berhubungan dengan kematian maternal di kabupaten batang? “

1.4 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan

kejadian kematian maternal yang terjadi di Kabupaten Batang berdasarkan

factor - faktor yang meliputi Determinan Dekat, Determinan Antara dan

Determinan Jauh.
10

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui faktor risiko kematian maternal yang terjadi dengan

melihat faktor penyebab kematian maternal berdasarkan determinan

dekat yaitu seperti komplikasi dalam kehamilan, komplikasi persalinan,

dan kompikasi pada masa nifas.

b. Untuk mengetahui faktor risiko kematian maternal yang terjadi dengan

melihat faktorr penyebab kematian maternal berdasarkan determinan

antara yaitu berupa usia ibu, paritas, status rujukan, jumlah ANC, jarak

kehamilan, penolong persalinan pertama, tempat persalinan , riwayat

penyakit ibu dan riwayat komplikasi ibu .

c. Untuk mengetahui faktor risiko kematian maternal yang terjadi di

Kabupaten Batang dengan melihat factor - faktor penyebab kematian

maternal berdasarkan determinan jauh yaitu berupa pendidikan ibu ,

jumlah pendapatan keluarga dan status ibu bekerja.

d. Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh dari determinan

jauh, determinan antara dan determinan dekat terhadap kematian

maternal di Kabupaten Batang

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Mengetahui Penyebab Kematian Ibu berdasarkan faktor resiko yang

meliputi determinan jauh , determinan antara dan determinan dekat.

b. Untuk menambah pengetahuan tentang faktor determinan yang paling

berhubungan dengan kematian ibu


11

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan yang diharapkan

dapat digunakan untuk memperbaiki kebijakan dalam meningkatkan

kinerja program dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam

menurunkan kematian ibu.

b. Sebagai masukan untuk Puskesmas di Kabupaten Batang mengenai

Angka Kematian Ibu dan factor yang mempengaruhi dalam rangka

peningkatan pelayanan.

1.6 Ruang Lingkup

1. Sasaran

a. Anggota Keluarga Kelompok Kasus (ibu melahirkan yang meninggal)

b. Sampel anggota Ibu kelompok Kontrol yang melahirkan Hidup

c. Bidan desa , bidan yang membantu persalinan dan bidan koordinator

puskesmas di Kabupaten Batang.

d. Dinas Kesehatan Kabupaten Batang

2. Tempat

Lokasi pengambilan kasus dengan Angka Kematian Ibu yaitu di

Puskesmas se Kabupaten Batang yang berjumlah 21 Puskesmas namun

kematian ibu hanya ada di 10 Puskesmas yang mencakup Puskesmas

Gringsing I, Puskesmas Bawang, Puskesmas Reban, Puskesmas Subah,

Puskesmas Pecalungan, Puskesmas Bandar I, Puskesmas Kandeman,

Puskesmas Batang III, Puskesmas Batang IV, dan Puskesmas Warungasem.

3. Waktu

Dimulai sejak Mei 2016 sampai Juni 2016.


12

1.7 Hasil Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian / Lokasi Tahun Desain Variabel Hasil Penelitian Terdahulu


Penelitian , Nama Peneliti
1. Analisis Upaya Penurunan 2012 Kuantitatif 1. Pemilihan
Angka Kematian Ibu dan dengan penolongan dan
Bayi melalui Revolusi KIA di Cross tempat persalinan
Kabupaten Alor Provinsi Sectional yang sesuai
NTT Tahun 2012 Dan peraturan gubernur
Kualitatif No.42 tahun 2009
Oleh : dengan tentang Revolusi
ISTONIA HERMOLINDA Wawancara KIA
WAANG mendalam 2. Umur
( Indept 3. Pendidikan
Interview ) 4. Pengetahuan
tentang Revolusi
KIA
5. Pekerjaan
6. Paritas
7. Jarak rumah ke
fasilitas kesehatan
8. Riwayat ANC
9. Dukungan
Keluarga
13

2. Studi Kematian Ibu dan 2011 Direct 1. Komplikasi Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
Kematian Bayi di Provinsi Household 2. Umur penyebab utama kematian ibu di Sumatera
Sumatera Barat: Faktor Survey 3. Paritas Barat sepanjang tahun 2007 adalah
Determinan dan Masalahnya Method 4. Tingkat 1. perdarahan (32%), eklampsia (14%),
dengan pendidikan ibu partus lama (12%), infeksi (11%),
Oleh pendekatan 5. Penolong abortus (14%), penyakit jantung (5%),
U. Mariati, Z. Agus, D. prospektif. persalinan ibu dan lain-lain (12%).
Sulin, Masrul, Z. Amri, F. 2. Proporsi kematian ibu karena perdarahan
Arasy, Muslim, H. Hanum, lebih banyak terjadi pada ibu dengan
Mohanis, F. Arma paritas > 3 orang (58,1%) dibandingkan
ibu dengan paritas = 3 orang.
3. Kasus kematian ibu akibat perdarahan
terjadi pada persalinan yang ditolong
oleh dukun (30%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyebab kematian balita di Sumatera Barat
adalah
1. demam (18,9%), kejang (13,5%), diare
(10,8%), dan gizi buruk (5,4%) dimana
38,7% meninggal pada usia 12-23 bulan
dan 63,8% pada usia 24-59 bulan.
2. Proporsi kematian balita lebih tinggi
pada balita yang mempunyai ibu dengan
paritas = 3 orang (63,8%) dibandingkan
ibu dengan paritas > 3 orang (38,7%).
3. Faktor-Faktor Penyebab 2013 Observasio 1. Penyebab 1. Penyebab kematian ibu di Kabupaten
Kematian Ibu di Kabupaten nal analitik kematian langsung Pati tahun 2011 sebanyak 67%
Pati pada tahun 2011 dengan dan tidak langsung dipengaruhi oleh penyebab langsung dan
desain studi 2. Komplikasi 33% disebabkan oleh penyakit yang
oleh kasus kehamilan , memperberat kondisi kehamilan.
Nurul Aeni kontrol komplikasi Penyebab langsung kematian ibu
14

persalinan dan didominasi oleh preeklamsi/eklamsi


komplikasi nifas (29,1%) dan perdarahan (20,9%),
3. Riwayat penyakit sedangkan penyebab tidak langsung
4. Tempat seluruhnya berupa penyakit jantung
melahirkan (33,3%).
2. Kejadian kematian ibu di Kabupaten Pati
tahun 2011 tersebar di 16 kecamatan
dengan kematian terbanyak terjadi di
Kecamatan Tlogowungu dan Sukolilo
dengan masing-masing 3 kasus (12,5%).
Berdasarkan waktu meninggal, kematian
terbanyak tejadi pada masa nifas
(42,7%), disusul dengan masa kehamilan
(37,5%) dan masa kehamilan (20,8%).
Sedangkan Berdasarkan tempat
meninggal, sebanyak 58,33% kematian
ibu terjadi di rumah sakit, 25% terjadi di
perjalanan, dan 16,67% terjadi di rumah.
3. Menggunakan regresi logistik, penyebab
kematian ibu di Kabupaten Pati tahun
2011 adalah komplikasi kehamilan (OR
= 12,198, p = 0,010), komplikasi
persalinan (OR = 9,94, p = 0,020), dan
riwayat penyakit (OR = 27,735, p =
0,010). Secara bersama-sama, ketiga
varabel tersebut memberikan pengaruh
sebesar 64,3% terhadap kematian ibu di
Kabupaten Pati tahun 2011, sedangkan
35,7% dipengaruhi oleh variabel-
variabel lain.
15

Beberapa point yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu

yaitu :

1. Penelitian mengenai Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kematian

Maternal Di Kabupaten Batang pada Tahun 2014 dengan menggunakan metode

kuantitatif desain penelitian case control ( kasus Kontrol ) serta dengan

pendalaman jawaban yaitu metode Kualitatif wawancara mendalam ( indept

interview ) dalam menggali dan memperoleh hasil yang diharapkan.

2. Teori yang digunakan pada penelitian sebelumnya lebih banyak menggunakan

teori Lawrence Green yaitu faktor Predisposisi , faktor Enabling dan faktor

Reinforcing sedangkan dalam penelitian ini menggunakan teori Mc. Charty dan

Mine yang lebih menjabarkan secara terperinci dan sendiri- sendiri dalam

Determinan Dekat , Determinan Antara dan Determinan Jauh.

3. Variabel yang berpengaruh terhadap kematian maternal dalam penelitian ini

lebih banyak dari penelitian terdahulu seperti komplikasi (komplikasi kehamilan,

komplikasi persalinan dan komplikasi nifas), pendarahan, preeklamis, infeksi,

eklamsi, anemia, gizi, paritas, riwayat penyakit, penggunaan KB, pemeriksaan

ANC, Penolong Persalinan, penggunaan persalinan, pendidikan, pekerjaan,

penghasilan dan keberdayaan wanita.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

1. Kehamilan Normal

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan

yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua

dari bulan keempat sampi 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai

9 bulan. ( Sarwono Prawirohardjo, 2009 ).

a. Kehamilan Postterm

Kehamilan Postterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan

lewat waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extended

pregnancy, postdate / post datisme atau pasca maturitas yaitu kehamilan

yang berlangsung sampai 42 minggu ( 294 hari ) atau lebih, dihitung dari

hari pertama haid terakhir menurut rumus naegele dengan siklus haid rata

– rata 28 hari. ( WHO 1997 , FIGO 1986 ) .

Dalam kenyataannya kehamilan postterm mempunyai

pengaruh terhadap perkembangan janin sampai kematian janin .Ada

janin dalam masa kehamilan 42 minggu atau lebih berat badannya

meningkat terus ada yang tidak bertambah, ada yang lahir dengan badan

kurus dari semestinya atau meninggal dalam kandungan karena

16
17

kekurangan zat makanan dan oksigen. ( Anantyo Binarso, Herman

Kristanto, 2009 )

b. Kehamilan Ektopik Multijanin

Kehamilan ektopik multijanin adalah kehamilan tuba yang

dapat terjadi bersamaan dengan kehamilan uterus. Kehamilan tuba

kembar dengan kedua embrio berada pada tuba yang sama pernah

dilaporkan, sebagaimana halnya dengan satu embrio pada masing-

masing tuba. Kehamilan simultan pada kedua tuba faloppi merupakan

bentuk kembar dua-telur yang paling jarang. ( Obstetri Williams, 2006 )

2.2 Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar

dari uterus ibu. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) (JNPK-KR

DepKes RI, 2008; 37).

Partus normal adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala

tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan

bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro,

2007).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

padakehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada

ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2008)


18

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks , dan janin

turun kedalam jalan lahir. Kehamilan adalah proses dimana janin dan ketuban

didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah

proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42

minggu) , lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung

dalam 18 jam , tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Sarwono

Prawirohardjo, 2009)

Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu : (Sarwono Prawirohardjo,2009)

1 Kala I yaitu dimuai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap

(10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8jam) serviks membuka

sampai 3 cm dan fase aktif (7jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm.

Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.

2 Kala II yaitu dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.

3 Kala III yaitu dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,

yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

4 Kala IV yaitu dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama

postpartum.

Bentuk persalinan dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. persalinan spontan, bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri

b. persalinan buatan, bila persalinan dengan rangsangan sehingga terdapat

kekuatan untuk bersalin


19

c. persalinan anjuran , yang paling ideal tentu persalinan spontan karena tidak

memerlukan bantuan apapun dan mempunyai trauma persalinan yang

ringan.

2.3 Definisi Kematian Maternal

Kematian maternal menurut batasan dari The Tenth Revision of The

International Classification of Diseases (ICD-10) adalah kematian wanita yang

terjadi pada saat kehamilan, atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan,

tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang

berhubungan dengan kehamilan, atau yang diperberat oleh kehamilan tersebut

atau penanganannya, tetapi bukan kematian yang disebabkan oleh kecelakaan

atau kebetulan (WHO,2007).

Kematian - kematian yang terjadi akibat kecelakaan atau kebetulan

tidak dimasukkan ke dalam kematian maternal. Untuk memudahkan identifikasi

kematian maternal ICD-10 memperkenalkan kategori baru yang disebut

pregnancy – related death (kematian yang dihubungkan dengan kehamilan) yaitu

kematian wanita selama hamil atau dalam 42 hari setelah berakhirnya

kehamilan, tidak tergantung dari penyebab kematian (WHO, 2007)

Kematian Ibu atau Kematian Maternal adalah kematian seseorang ibu

sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak

tergantung pada tempat atau usia kehamilan. ( Abdul Bari Saifuddin , 2009).

Klasifikasi kematian ibu ada tiga, yaitu kematian ibu langsung,

kematian ibu tidak langsung, dan kematian nonmaternal. Kematian ibu langsung

mencakup kematian ibu akibat penyulit obstetri pada kehamilan, persalinan, atau
20

masa nifas, dan akibat dari intervensi, kelalaian, kesalahan terapi, atau

rangkaian kejadian yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. Contohnya

adalah kematian ibu akibat perdarahan karena ruptur uteri. Kematian ibu tidak

langsung mencakup kematian ibu yang tidak secara langsung disebabkan oleh

kausa obstetri, melainkan akibat penyakit yang sudah ada sebelumnya, atau

suatu penyakit yang timbul saat hamil, melahirkan, atau masa nifas, tetapi

diperberat oleh adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilannya. Contohnya adalah

kematian ibu akibat penyulit stenosis mitral. Kematian nonmaternal adalah

kematian ibu yang terjadi akibat kecelakaan atau kausa insidental yang tidak

berkaitan dengan kehamilan. Contohnya adalah kematian akibat kecelakaan lalu

lintas (Cunningham, 2005).

Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung.

Pola penyebab langsung dimana-mana sama,yaitu Perdarahan( 25% ,biasanya

perdarahan pasca persalinan ), Sepsis atau Infeksi ( 15% ), Hipertensi dalam

kehamilan ( 12% ), Partus macet ( 8% ), Komplikasi aborsi tidak aman ( 13% ),

dan factor lain ( 8% ). ( Saifuddin, 2009).

Angka kematian maternal di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut

hasil SKRT tahun 1992 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 425 per 100.000

KH dan menurun menjadi 373 per 100.000 KH pada SKRT tahun 1995,

sedangkan pada SKRT yang dilakukan pada tahun 2001, angka kematian

maternal kembali mengalami peningkatan menjadi sebesar 396 per 100.000 KH.

Dari SDKI 2002 / 2003 angka kematian maternal menunjukkan angka sebesar

307 per 100.000 KH. Bila dibandingkan dengan negara – negara anggota Asean
21

seperti Brunei Darussalam (angka kematian maternal menurut estimasi WHO

tahun 2000 : 37 per 100.000 KH dan Malaysia : 41 per 100.000 KH) maka angka

kematian maternal di Indonesia masih sangat tinggi.

2.4 Determinan Kematian Maternal

Faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal dibagi menjadi

faktor - faktor determinan dekat, determinan antara dan determinan jauh. Faktor

yang terjadi selama kehamilan, merupakan determinan dekat yang meliputi

kejadian kehamilan, dimana wanita hamil memiliki risiko untuk mengalami

komplikasi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas, seperti komplikasi

perdarahan, preeklamsia / eklamsia, infeksi, partus lama, dan ruptura uterus

akan berpengaruh terhadap terjadinya kematian maternal. Penyebab kematian

maternal di Indonesia yang paling sering adalah perdarahan pasca persalinan

(28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), abortus (5%), partus lama/macet (5%),

emboli obstetrik (3%), trauma obstetrrik (5%), komplikasi puerperium (8%), dan

lain – lain (11%) (Kemenkes 2008 dalam Wilopo 2010).

Berdasarkan kerangka dari Mc Charty dan Maine (1992) faktor – faktor

yang mempengaruhi kematian maternal dikelompokkan sebagai berikut:

1. Determinan Dekat

Determinan dekat merupakan proses yang paling dekat dengan

kejadian kematian itu sendiri, yaitu kehamilan dan komplikasi dari

kehamilan itu sendiri, persalinan dan masa nifas.

Wanita yang hamil memiliki risiko untuk mengalami komplikasi,

baik komplikasi kehamilan maupun komplikasi persalinan, sedangkan


22

wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko tersebut. Beberapa factor

terdekat dari kejadian penyebab dari kematian maternal tersebut yaitu :

a. Kejadian Kehamilan

Perempuan yang hamil memiliki risiko untuk mengalami

komplikasi sedangkan perempuan yang tidak hamil tidak memiliki

risiko tersebut. Dengan demikian program Keluarga Berencana (KB)

dapat secara tidak langsung mengurangi risiko kematian ibu. Efek KB

terhadap penurunan AKI berkaitan dengan TFR ( Total Fertiliti Rate )

atau Angka Kelahiran Total. Bila TFR tinggi maka penurunan kematian

ibu akan sangat dipengaruhi oleh keikut sertaan KB. Sebaliknya bila

TFR cukup rendah maka pelayanan KB tidak lagi berpengaruh

terhadap penurunan AKI. Namun beberapa penelitian menunjukkan

bahwa angka total kesuburan (Total Fertility Rate/TFR) ternyata tidak

selalu memberikan dampak yang berarti pada penurunan AKI karena

kematian ibu berkaitan pula dengan faktor-faktor lain seperti kualitas

pelayanan kesehatan.

b. Komplikasi Kehamilan

Komplikasi obstetri ini merupakan penyebab langsung

kematian ibu, yaitu perdarahan, infeksi, eklampsia, partus lama,

abortus, dan ruptura uteri (robekan rahim). Intervensi yang ditujukan

untuk mengatasi komplikasi obstetri tersebut merupakan intervensi

jangka pendek, yang hasilnya akan dapat segera terlihat dalam bentuk

penurunan AKI. Namun intervensi ini tidak akan menyelesaikan


23

masalah kematian ibu secara tuntas dan berkesinambungan. Oleh sebab

itu upaya penurunan AKI dalam jangka panjang harus memperhatikan

dan dilengkapi dengan intervensi terhadap determinan antara dan

determinan jauh.

Komplikasi kehamilan merupakan penyebab langsung

kematian maternal. Komplikasi kehamilan yang sering terjadi yaitu

perdarahan, preeklamsia/eklamsia, dan infeksi (Abdulla et al, 2010)

c. Komplikasi persalinan dan nifas

Komplikasi yang timbul pada persalinan dan masa nifas

merupakan penyebab langsung kematian maternal. Komplikasi yang

terjadi menjelang persalinan, saat dan setelah persalinan terutama

adalah perdarahan, partus macet atau partus lama dan infeksi akibat

trauma pada persalinan. (UNFPA, 2004)

Beberapa bentuk komplikasi yang sering terjadi pada saat

kehamilan , persalinan maupun masa nifas pada ibu hamil antara lain:

1) Perdarahan

Perdarahan sangat berperan penting dalam menyebabkan

kematian maternal selama kehamilan adalah perdarahan, baik yang

terjadi pada usia kehamilan muda/trimester pertama maupun

perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut akibat perdarahan

antepartum. Penyebab perdarahan antepartum pada umumnya

adalah plasenta previa dan solusio plasenta.


24

a) Perdarahan Abortus

Perdarahan abortus adalah berakhirnya suatu

kehamilan (oleh akibat – akibat tertentu) pada atau sebelum

kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan

belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Sarwono

Prawirohardjo , 2009)

Abortus Spontan adalah abortus yang terjadi secara

alamiah tanpa intervensi luar ( buatan ) untuk mengakhiri

kehamilan tersebut. Terminology umum keadaan ini adalah

keguguran.

Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat

intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses

kehamilan seperti pengguguran, aborsi atau abortus

Provokatus.

Insidensi abortus dipengaruhi oleh usia ibu dan

sejumlah faktor yang terkait dengan kehamilan, termasuk

riwayat jumlah persalinan normal sebelumnya, jumlah abortus

spontan yang terjadi sebelumnya, apakah pernah terjadi lahir

mati. Selain itu, risiko ini dipengaruhi juga oleh ada atau

tidaknya fasilitas kesehatan yang mampu memberikan

pelayanan maternal yang memadai, kemiskinan,

keterbelakangan dan sikap kurang peduli, sehingga dapat

menambah angka kejadian abortus (abortus tidak aman).


25

Komplikasi medis dari ibu juga dapat mempengaruhi angka

abortus spontan.

b) Perdarahan Ektopik

Perdarahan Ektopik adalah kehamilan dimana setelah

fertilisasi, implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri.

Hampir 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba uterine.

Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau reptura

apabila masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang

implantasi. (Sarwono Prawirohardjo, 2009 )

Kehamilan ektopik merupakan penyebab penting dari

kesakitan dan kematian maternal, karena tempat tumbuh janin

yang abnormal ini mudah mengakibatkan gangguan berupa

ruptur tuba, karena janin semakin membesar di tempat yang

tidak memadai (biasanya terjadi pada kehamilan 6–10

minggu). Hal ini akan mengakibatkan perdarahan yang

terkumpul dalam rongga perut dan menimbulkan rasa nyeri

setempat atau menyeluruh yang berat, disertai pingsan dan

syok. Tanpa pengobatan, kehamilan ektopik dapat menjadi

fatal hanya dalam waktu beberapa jam, sehingga mengancam

kehidupan ibu.

c) Perdarahan Antepartus

Perdarahan Antepartus adalah perdarahan yang terjadi

pada kehamilan trimester ketiga. ( Manuaba. EGC, 2008 )


26

Perdarahan antepartum dan intrapartum tidak dapat

dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan dengan

segera. Akibat solusio plasenta, juga dapat terjadi perdarahan

post partum karena kontraksi uterus yang tidak adekuat untuk

menghentikan perdarahan pada kala III. Perfusi ginjal akan

terganggu karena terjadi syok hipovolemia, penyempitan

pembuluh darah ginjal akibat perdarahan yang banyak dan

karena terjadinya kelainan pembekuan darah

2) Preeklamsia / Eklamsia

Preeklamsia adalah Hipertensi yang timbul setalah 20 minggu

kehamilan disertai dengan proteinuria. Preeklamsia dan eklamsia,

merupakan kesatuan penyakit, yakni yang langsung disebabkan

oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal itu terjadi.

Pre-eklamsia diikuti dengan timbulnya hipertensi disertai protein

urin dan oedema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20

minggu atau segera setelah persalinan. ( Elisabeth Siwi Walyani,

2015 )

Penambahan berat badan berlebihan bila terjadi kenaikan

1kg seminggu berapa kali. Oedema terlihat sebagai peningkatan

berat badan, pembengkakan kaki,jari tangan, dan muka. Tekanan

darah > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat >30mmHg

atau tekanan distolik >15 mmHg yang diukur setelah pasien

beristirahat selama 30menit.


27

Preeklampsi sering terjadi selama kehamilan anak yang

pertama dan jarang pada kehamilan berikutnya, kecuali pada

kelebihan berat badan, kencing manis, hipertensi esensial, atau

kehamilan kembar. Pengobatan bertujuan untuk menghilangkan

gejala dan mengakhiri kehamilan sesegera mungkin pada saat bayi

dianggap mampu untuk hidup di luar rahim .

Preeklampsi ini dibagi dalam preeklampsi ringan dan

berat. Preeklampsi ringan masih dapat berobat jalan dengan diet

rendah garam dan kontrol setiap minggu. Disamping itu diberikan

nasihat bila keluhan makin meningkat disertai gangguan subjektif

maka disarankan untuk segera kembali memeriksakan diri.

Preeklampsi berat merupakan kelanjutan preeklampsi ringan.

Penyakit digolongkan berat bila terdapat satu atau lebih

tanda/gejala berikut: (1) tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih,

atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih; (2) proteinuria 5 g

atau lebih dalam 24 jam, pada pemeriksaan kualitatif +3 atau +4;

(3) oligouria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam; (4)

keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah

epigastrium; dan (5) edema paru atau sianosis. Apabila gejala

klinik ini dijumpai disarankan untuk masuk rumah sakit agar

mendapatkan perawatan dan pengobatan adekuat. Tujuan

pengobatan untuk menghindari agar jangan sampai terjadi

eklampsi. Bila dianjurkan untuk masuk rumah sakit berarti keadaan


28

preeklampsinya sudah memerlukan perawatan dan pengobatan

intensif (Manuaba, 2008 )

3) Infeksi

Infeksi pada kehamilan adalah masuknya mikroorganisme

patogen kedalam tubuh wanita hamil, yang kemudian

menyebabkan timbulnya tanda atau gejala-gejala penyakit. Bila

virulensi mikroorganisme tergolong rendah, umumnya terjadi

reaksi imunologik, yang direfleksikan dengan terbentuknya

antibody spesifik. Pada infeksi yang berat, dapat terjadi demam dan

gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama

kehamilan, persalinan dan masa nifas. Mikroorganisme penyebab

infeksi, dapat berupa bakteri, protozoa, jamur dan virus. (Sarwono

Prawirohardjo, 2009)

Infeksi yang perlu diwaspadai dalam kehamilan antara lain:

a) Infeksi TORCH ( toxoplasma, rubella, cytomegalovirus,

herpes simpleks dan varicella). Infeksi ini bersifat teratogenik

terhadap bayi dan sekitar 5% akan mengalami komplikasi

obstetri )

b) Infeksi malaria ( plasmodium falsifarum dan plasmodium

vivax). Infeksi ini dapat menyebabkan abortus, partus

prematurus, dan gangguan kesehatan janin

c) Infeksi menular seksual. Infeksi ini menimbulkan gejala klinik

utama di saluran kemih dan reproduksi yang penularannya


29

melalui hubungan seksual, dan dapat menyebabkan morbiditas

terhadap ibu dan bayi yang dilahirkannya.

4) Partus Lama / Persalinan Macet

Partus lama atau sering disebut dengan persalinan lebih

dari 24 jam, perdarahan kala tiga yang melebihi 400cc dapat primer

pada dua jam pertama dan sekunder setelah 24 jam. Angka

kematian perdarahan pasca partus persalinan empat kali lebih

banyak dari perdarahan antepartum. Karena kejadiannya mendadak

dan dapat begitu besarnya, menimbulkan syok dan diikuti

kematian.

Kontraksi rahim selama 24 jam tersebut dapat

mengganggu aliran darah menuju janin sehingga janin dalam

rahim menjadi dalam situasi berbahaya. Ada beberapa hal yang

menyebabkan kepala bayi cukup lama tertahan di dasar panggul,

antara lain terjadinya lilitan tali pusat, terdapat kesempitan panggul

sehingga kepala bayi tidak dapat melewati pintu bawah panggul.

Stunting yang dialami selama masa kanak – kanak, yang

merupakan hasil dari keadaan kurang gizi berat akan memaparkan

seorang wanita terhadap risiko partus macet yang berkaitan dengan

adanya disproporsi sefalopelvik.

Dengan makin lamanya usia kehamilan dapat terjadi

penurunan kemampuan plasenta dalam memberi nutrisi dan

oksigen pada janin. Janin yang kekurangan nutrisi dan oksigen


30

akan mengalami pengrusakan diri sendiri. Bila gangguan terlalu

lama dan berat, janin dapat meninggal dalam rahim. Air ketuban

akan makin kental sehingga dapat menimbulkan gangguan

pernafasan pada saat lahir. Untuk menyelesaikan kehamilan lewat

waktu diperlukan pemeriksaan seksama, pada pertolongan

persalinan tidak boleh terjadi gangguan yang membahayakan janin

dalam rahim. Pemeriksaan yang penting adalah pemeriksaan USG

untuk mengetahui gerak jantung janin, jumlah air ketuban dan

kekentalannya, dan penuaan yang terjadi pada plasenta.

2. Determinan Antara

a. Status Kesehatan ibu

Faktor-faktor status kesehatan ibu antara lain status gizi,

penyakit infeksi atau parasit, penyakit menahun seperti tuberkulosis,

penyakit jantung, ginjal, dan riwayat komplikasi obstetri. Status

kesehatan ibu sebelum maupun pada saat kehamilan berpengaruh besar

terhadap kemampuan ibu dalam menghadapi komplikasi.

1) Status Gizi

Status gizi ibu hamil dapat dilihat dari hasil pengukuran

terhadap lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA bertujuan

untuk mendeteksi apakah ibu hamil termasuk kategori kurang

energi kronis (KEK) atau tidak. Ibu dengan status gizi buruk

memiliki risiko untuk terjadinya perdarahan dan infeksi pada masa

nifas.
31

Keadaan kurang gizi sebelum dan selama kehamilan

memberikan kontribusi terhadap rendahnya kesehatan maternal,

masalah dalam persalinan dan masalah pada bayi yang dilahirkan.

Prevalensi ibu yang menderita KEK (LILA ibu < 23,5 cm)

adalah 25%. Risiko KEK pada ibu hamil lebih banyak ditemukan

di pedesaan (40%) daripada di perkotaan (26%) dan lebih banyak

dijumpai pada kelompok usia ibu di bawah 20 tahun (68%).

2) Anemia

Menurut WHO, seorang ibu hamil dikatakan menderita

anemia jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11g/dl. Anemia

dapat disebabkan oleh berbagai sebab, yang dapat saling berkaitan,

yaitu intake yang kurang adekuat, infestasi parasit, malaria,

defisiensi zat besi, asam folat dan vitamin A. Menurut WHO, 40%

kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia

dalam kehamilan. Anemia defisiensi besi merupakan 95%

penyebab anemia selama kehamilan. Kurang lebih 50% dari

seluruh ibu hamil di seluruh dunia menderita anemia , yang

menderita anemia berat akan lebih rentan terhadap infeksi selama

kehamilan dan persalinan, akan meningkatkan risiko kematian

akibat perdarahan dan akan memiliki risiko terjadinya komplikasi

operatif bila dibutuhkan persalinan dengan seksio sesaria.

Anemia ibu hamil di Indonesia masih merupakan masalah

nasional karena anemia mencerminkan nilai kesejahteraan sosial


32

ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap

kualitas sumber daya manusia.

3) Riwayat Penyakit

Penyakit degeneratif lebih sering terjadi, sementara

penyakit infeksi dan parasit juga masih memegangperanan.

Penyakit tuberkulosis masih mendominasi, dan penyakit ini

memberikan kontribusi kematian, selain Tb juga terdapat ibu

dengan riwayat penyakit seperti kanker otak, jantung dan hepatitis.

b. Status Reproduksi

Faktor-faktor status reproduksi antara lain :

(1) Usia ibu hamil yaitu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun

merupakan usia berisiko untuk hamil dan melahirkan

Umur ibu turut menentukan kesehatan maternal dan sangat

berhubungan erat dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas

serta bayinya. Usia ibu hamil yeng terlalu muda atau terlalu tua (≤

20 tahun atau ≥ 35 tahun) merupakan faktor penyulit kehamilan,

sebab ibu yang hamil terlalu muda, keadaan tubuhnya belum siap

menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas serta bayinya,

sedangkan ibu yang usianya 35 tahun atau lebih akan menghadapi

resiko seperti kelainan bawaan dan penyulit pada waktu persalinan

yang disebabkan oleh karena jaringan otot rahim kurang baik untuk

menerima kehamilan. Proses reproduksi sebaiknya berlangsung


33

pada ibu berumur antara 20 hingga 34 tahun karena jarang terjadi

penyakit kehamilan dan juga persalinan (Kusumandiri, 2010)

(2) Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik yang

meninggal ataupun yang hidup ( Joeharno,2008 ). Paritas

merupakan faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan janin

baik selama kehamilan maupun selama persalinan ( Karjatin,2002)

dengan demikian paritas erat hubungannya dengan penyakit atau

komplikasi persalinan yang pernah dialami pada kelahiran –

kelahiran lalu.

(3) Status perkawinan yaitu wanita dengan status tidak menikah

cenderung kurang memperhatikan kesehatan diri dan janinnya

selama kehamilan dengan tidak melakukan pemeriksaan kehamilan

yang menyebabkan tidak terdeteksinya kelainan yang dapat

mengakibatkan terjadinya komplikasi.

(4) Terlalu Tua yaitu kehamilan diatas usia 35 tahun menyebabkan

wanita terpapar pada komplikasi medik dan obstetrik. Kejadian

perdarahan pada usia kehamilan lanjut meningkat pada wanita yang

hamil di usia > 35 tahun, dengan peningkatan insidensi perdarahan

akibat solusio plasenta dan plasenta previa. Penelitian yang

dilakukan di Amerika Serikat menyatakan bahwa kematian

maternal akan meningkat 4 kali lipat pada ibu yang hamil pada usia

35 – 39 tahun bila dibanding wanita yang hamil pada usia 20 – 24


34

tahun. Usia kehamilan yang paling aman untuk melahirkan adalah

usia 20 – 30 tahun. (Kemenkes RI,2004)

(5) Terlalu Muda yaitu usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun

merupakan usia berisiko untuk hamil dan melahirkan. Wanita yang

melahirkan pada usia 14 tahun tahun mengalami risiko kematian

saat melahirkan sebesar 5 sampai 7 kali. Sedangkan wanita yang

melahirkan pada usia antara 15 sampai 19 tahun mengalami risiko

kematian saat melahirkan sebsar 2 kali lipat.Tingginya tingkat

kematian tersebut disebabkan oleh preeklampsi, perdarahan post

partum, sepsis, infeksi HIV dan malaria. (Nour,2009)

Kekurangan akses ke pelayanan kesehatan untuk

mendapatkan perawatan kehamilan dan persalinan merupakan

penyebab yang penting bagi terjadinya kematian maternal di usia

muda. Keadaan ini diperburuk oleh kemiskinan dan kebuta-

hurupan, ketidaksetaraan kedudukan antara pria dan wanita,

pernikahan usia muda dan kehamilan yang tidak diinginkan

(Kemenkes RI, 2008).

(6) Terlalu Sering yaitu paritas 2-3 merupakan paritas paling aman

ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas ≤ 1 (belum pernah

melahirkan/baru melahirkan pertama kali) dan paritas > 4 memiliki

angka kematian maternal lebih tinggi. Paritas ≤ 1 dan usia muda

berisiko karena ibu belum siap secara medis maupun secara mental,
35

sedangkan paritas di atas 4 dan usia tua, secara fisik ibu mengalami

kemunduran untuk menjalani kehamilan. (Kemenkes RI, 2004)

(7) Terlalu Dekat merupakan Jarak antar kehamilan yang kurang dari 2

tahun dapat meningkatkan risiko terjadinya kematian maternal.

Persalinan dengan interval kurang dari 24 bulan merupakan

kelompok resiko tinggi untuk perdarahan postpartum, kesakitan

dan kematian ibu. penelitian yang dilakukan di tiga rumah sakit di

Bangkok (Cunningham, 2006).

Memperlihatkan bahwa wanita dengan interval kehamilan

kurang dari dua tahun memiliki risiko dua setengah kali lebih besar

untuk meninggal dibandingkan dengan wanita yang memiliki jarak

kehamilan lebih lama (Royston, 2008).

(8) Infeksi

Infeksi dalam kehamilan adalah masuknya mikroorganisme

patogen ke dalam tubuh wanita hamil, yang kemudian

menyebabkan timbulnya tanda atau gejala – gejala penyakit. Bila

virulrnsi mikroorganisme tergolong rendah, umumnya terjadi

reaksi imunologik, yang direfleksikan dengan terbentuknya

antibody spesifik. Pada infeksi yang berat, dapat terjadi demam dan

gangguan fungsi organ vital, infeksi dapat terjadi selama

kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Mikroorganisme penyebab

infeksi, dapat berupa bakteri, protozoa, jamur dan virus.( Sarwono

Prawirohardjo,2009 ).
36

c. Akses terhadap Pelayanan Kesehatan

Hal ini meliputi aspek ketersediaan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan. Ketersediaan pelayanan kesehatan adalah

tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan dengan jumlah dan kualitas

yang memadai. Keterjangkauan pelayanan kesehatan mencakup jarak,

waktu dan biaya. Tempat pelayanan yang lokasinya tidak strategis atau

sulit dicapai oleh para ibu menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil

terhadap pelayanan kesehatan. Penggunaan pelayanan kesehatan yang

tersedia tergantung keterjangkauan masyarakat terhadap informasi. (

WHO,2008)

d. Perilaku penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan

Hal ini antara lain meliputi:

(1) Penggunaan alat kontrasepsi yaitu ibu ber-KB akan lebih jarang

melahirkan dibandingkan dengan ibu yang tidak ber-KB.

(2) Pemeriksaan kehamilan yaitu ibu yang melakukan pemeriksaan

kehamilan secara teratur akan terdeteksi masalah kesehatan dan

komplikasinya.

Pemeriksaan kehamilan Antenatal Care (ANC) adalah

pemeriksaan kehamilan untuk persiapan memberikan ASI dan

kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. ANC adalah

perawatan fisik dan mental pada masa hamil. ANC bersifat

preventif care dan bertujuan mencegah hal – hal yang kurang baik

bagi ibu dan anak. Pengawasan antenatal bermanfaat untuk


37

mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga

mampu menghadapi persalinan,kala nifas, mendeteksi dini faktor

resiko kehamilan, pencegahan dan penanganan komplikasi yang

membahayakan kehamilan ibu sehingga dapat dicegah secara dini

(Manuaba,2008).

(3) Penolong persalinan yaitu ibu yang ditolong oleh dukun berisiko

lebih besar untuk mengalami kematian dibandingkan ibu yang

melahirkan dibantu oleh tenaga kesehatan.

(4) Perilaku menggugurkan kandungan yaitu ibu yang berusaha

menggugurkan kandungannya berisiko lebih besar untuk

mengalami komplikasi.

3. Determinan Jauh

Meskipun determinan ini tidak secara langsung mempengaruhi

kematian maternal,akan tetapi faktor sosio kultural,ekonomi,keagamaan

dan faktor – faktor lain juga perlu dipertimbangkan dan disatukan dalam

pelaksanaan intervensi penanganan kematian ibu. ( Wibowo, 1997)

Termasuk dalam determinan jauh adalah status wanita dalam

keluarga dan masyarakat, yang meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan ibu

dan kemiskinan. Wanita yang berpendidikan tinggi cenderung lebih

memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya, sedangkan wanita dengan

tingkat pendidikan yang rendah, menyebabkan kurangnya pengertian

mereka akan bahaya yang dapat menimpa ibu hamil maupun bayinya

terutama dalam hal kegawat daruratan kehamilan dan persalinan. Ibu – ibu
38

terutama di daerah pedesaan dengan pendidikan rendah, tingkat

independensinya untuk mengambil keputusanpun rendah dan berdasarkan

pada budaya ‘berunding’ yang berakibat pada keterlambatan merujuk.

Kemiskinan dapat menjadi sebab rendahnya peran serta masyarakat pada

upaya kesehatan. (Burcheet, 2009)

Kematian maternal sering terjadi pada kelompok miskin, tidak

berpendidikan, tinggal di tempat terpencil, dan mereka tidak memiliki

kemampuan untuk memperjuangkan kehidupannya sendiri. (Kemenkes

RI,2004)

Faktor – faktor dari kejadian kematian maternal berdasarkan

Determinan Jauh meliputi :

a. Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Faktor-faktor yang menentukan status perempuan antara lain:

1) Tingkat pendidikan yaitu perempuan yang berpendidikan lebih

tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan

keluarganya.

Wanita dengan tingkat pendidikan rendah biasanya cenderung

untuk mempunyai keputusan yang tidak dianjurkan. Ibu dari

pedesaan yang berpendidikan rendah cenderung melahirkan di

rumah dan di tolong oleh dukun sehingga banyak mengalami

komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi.

Dibandingkan ibu di daerah perkotaan yang melahirkan dirolong

bidan dan dokter (65%). Hal ini terjadi karena rendahnya


39

pendidikan ibu di pedesaan dan tidak tahu menggunakan akses

fasilitas kesehatan” hasil studi (Wijono,2001 Yuliana,2011)

2) Pekerjaan yaitu ibu yang bekerja di sektor formal memiliki akses

yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan.

3) keberdayaan perempuan yang memungkinkan perempuan lebih

aktif dalam menentukan sikap dan lebih mandiri dalam

memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya (termasuk kesehatan

dan kehamilannya).

Semua variabel tersebut dapat menjadi faktor yang

berpengaruh dalam mencegah kematian ibu.

b. Status keluarga dalam masyarakat

Variabel ini lebih menekankan pada keluarga perempuan,

antara lain penghasilan keluarga, kekayaan keluarga, tingkat pendidikan

dan status pekerjaan anggota keluarga juga dapat berpengaruh terhadap

risiko mengalami kematian ibu.

c. Status masyarakat

Variabel ini meliputi antara lain tingkat kesejahteraan,

ketersediaan sumberdaya (misalnya jumlah tenaga kesehatan dan

fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia), serta ketersediaan dan

kemudahan transportasi.

Determinan jauh dari kematian maternal sangat berkaitan erat

dengan tiga keterlambatan dalam The Three Delays Models :


40

1) Tiga Keterlambatan dan beberapa faktor yang berperan:

a) Sosial ekonomi dan Budaya dan aspek Tiga Terlambat

1. Terlambat dalam pengambilan keputusan yaitu Pada tahap

ini wanita berinteraksi dengan faktor-faktor tertentu

sebelum mencapai keputusan apakah akan mencari

fasilitas perawatan kesehatan atau tidak. Faktor – faktor

yang mempengaruhi pembuatan keputusan adalah : faktor

penyakit, sosial budaya (pendidikan, pendapatan,

pemanfaatan tenaga dukun, budaya kawin muda) , biaya

yang tinggi dan rendahnya kualitas perawatan.

Keterlambatan dalam mencari perawatan kesehatan

dilakukan bila penyakit telah mangakibatkan implikasi

yang serius terhadap ibu. Penelitian yang dilakukan di

Bangladesh oleh Killewo et al (2006) menemukan bahwa

pencarian perawatan kesehatan modern adalah pilihan

terakhir ketika terjadi kegagalan yang jelas menurut

pendekatan lokal mereka. Penundaan pencarian perawatan

dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran

tentang tanda bahaya obstetri.

Rendahnya status perempuan dalam masyarakat, budaya

dan kepercayaan adalah faktor yang menyebabkan wanita

gagal untuk mengakses pelayanan kesehatan (WHO,2009).

Mrisho dalam Cham et.al 2008 menemukan tradisi di


41

pedesaan Tanzania, budaya dan pola pengambilan

keputusan kekuasaan di keluarga mencegah wanita untuk

ke fasilitas kesehatan.

Hambatan sosial ekonomi yang dirasakan membuat

ketidakmampuan bagi perempuan untuk mengambil

keputusan untuk mencari perawatan. Sebelum

memutuskan, mereka menghitung biaya yang dibutuhkan

dalam perjalanan kefasilitas kesehatan. Menurut

Mpembeni et al dalam Cham et al 2008, penyebab utama

persalinan dirumah adalah tersedianya dukun bayi dan

ketakutan yang tinggi terhadap biaya ketika dirujuk ke

rumah sakit. Selain itu Mrisho et al (2007)

mengungkapkan bahwa kurangnya akses terhadap uang

adalah alasan mengapa wanita Pedesaan Tanzania tidak

dapat mengambil keputusan.

Kualitas pelayanan kesehatan yang merupakan halangan

untuk mencari jasa pelayanan kesehatan. Sikap yang buruk

dari petugas kesehatan, tidak tersedianya tenaga yang ahli,

infrastruktur kesehatan yang buruk dan fasilitas yang

kurang menjaga privasi dan kerahasiaan, kurangnya obat-

obatan, persediaan dan peralatan adalah isu yang dapat

menciptakan anggapan negatife dari pasien.


42

Di Nepal, sebuah studi dilakukan untuk menunjukkan

pengaruh sikap staf terhadap pemanfaatan asuhan

kebidanan professional dan tercatat bahwa sikap staf yang

baik terhadap klien memberikan kontribusi terhadap

peningkatan pemanfaatan jasa pelayanan (Cristian et al,

2009). Tradisi yang sulit ditinggalkan hingga saat ini

adalah persalinan dirumah yang dilakukan oleh dukun.

Menurut Mpembeni dalam Cham et.al 2008 penyebab

utama persalinan dirumah adalah tersedianya dukun bayi

dan ketakutan terhadap biaya yang tinggi ketika dirujuk ke

rumah sakit.

Data dari Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa

pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan mencapai 82,2 % dari total persalinan, akan

tetapi masih terdapat 17 Provinsi dengan cakupan

persalinan oleh tenaga kesehatan dibawah 80 %. Bahkan

masih ada Provinsi dengan cakupan persalinan oleh tenaga

kesehatan hanya 26,6 %.Pada pasien dengan perdarahan,

keputusan keluarga untuk mencari perawatan sering

dilakukan pada saat pasien sudah kehilangan darah dalam

jumlah yang banyak, hal ini diperparah dukun sebagai

penolong yang hanya mengandalkan kebiasaan dalam

menolong persalinan, tidak berdasarkan kemampuan teknis


43

yang diperoleh melalui jenjang pendidikan (Titaley et al,

2010). Sehingga meskipun sudah ada keputusan untuk

merujuk, tetapi keputusan itu sudah terlambat.

2. Terlambat mencapai fasilitas rujukan

Ini terjadi pada tahap dimana seorang wanita

diharapkan untuk mengidentifikasi dan mencapai fasilitas

medis. Tahap ini terutama didominasi oleh faktor – faktor

sosio-ekonomik aktual yang memprediksi apakah seorang

wanita akan mengidentifikasi dan menjangkau fasilitas

medis pada waktu yang tepat. Diantara hambatan ini

meliputi : kurangnya jaringan transportasi, kurangnya

ongkos untuk transportasi, transportasi tidak teratur.

Dari beberapa hambatan diatas terlihat bahwa

transportasi yang baik dan ketersediaan ongkos untuk

transportasi adalah faktor sosial ekonomi yang

memungkinkan perempuan untuk mengidentifikasi dan

menjangkau pelayanan kesehatan. Di negara berkembang,

kebutuhan transportasi yang dapat diandalkan untuk

mencapai fasilitas kesehatan tidak memadai dan belum

merata. Selain itu infrastruktur dan geografis yang jelek

menyebabkan tidak adanya akses ke fasilitas pelayanan

kesehatan.
44

3. Terlambat mendapat pertolongan

Keterlambatan ketiga terjadi di fasilitas pelayanan

kesehatan yang berkaitan dengan kualitas teknis

perawatan. Salah satu alasan mengapa wanita tidak

menerima perawatan yang mereka butuhkan adalah :

ketidak sediaan alat atau rendahnya kualitas pelayanan

yang disediakan (WHO,2009).

Komponen keterlambatan ketiga yang

mempengaruhi kurangnya kualitas perawatan adalah :

keterampilan staf termsuk tenaga kesehatan perempuan,

tidak adanya komitmen dan motivasi staf, lemahnya

manajeman dan administrasi pelayanan kesehatan,

kekurangan dana, perlengkapan, obat-obatan dan

peralatan,kurangnya privasi dan kerahasiaan serta

organisasi yang buruk dari pelayanan dan infrastruktur.

Menurut WHO (2009) sebagian kematian ibu

yang terjadi dapat dihindari apabila tersedia tenaga

pertolongan persalinan yang terampil. Kompetensi adalah

prasyarat untuk praktek – praktek terbaik dan memastikan

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu (Canavan

dalam Cham et al 2008).

Kurangnya keterampilan manajerial dan beban

kerja yang tinggi bagi manajer memberikan kontribusi


45

terhadap rendahnya kinerja. Penelitian tentang

ketersediaan sumber daya manusia untuk EmOC di

Tanzania utara menyimpulkan bahwa ketersediaan

personil yang memenuhi syarat serta manajemen

kelembagaan dan kapasitas menentukan kualitas layanan

perawatan obstetrik (Olsen et al, 2005).

b) Akses fasilitas kesehatan dan aspek tiga terlambat :

Faktor Geografis dan keberadaan sarana pelayanan

kesehatan akan sangat mempengaruhi hasil pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan yang

mudah dijangkau baik dari segi pembiayaan maupun dari segi

jarak akan lebih banyak dikunjungi oleh masyarakat

khususnya masyarakat ekonomi lemah/miskin. Hal ini sesuai

dengan pendapat Sumarmo (2007) yang menyatakan bahwa

biaya dan jarak sering berkaitan sebagai bahan pertimbangan

seseorang dalam mengakses pelayanan.

Akses ke fasilitas sangat berkaitan erat dengan

keterlambatan pertama, kedua, dan ketiga dimana sosial

ekonomi yang rendah mengakibatkan wanita maupun

keluarganya tidak dapat mencapai akses ke pelayanan

kesehatan terkait dengan biaya transportasi, ketiadaan biaya

juga mengakibatkan ibu dan keluarganya sulit untuk


46

mendapatkan akses terhadap layanan yang berkualitas (Cham

et al, 2008 ).

c) Kualitas pelayanan dan aspek tiga terlambat :

Puskesmas dan Rumah Sakit Daerah sebagai ujung

tombak pelayanan kesehatan di tingkat daerah-daerah jauh dan

terpencil harus mempunyai standar pelayanan kesehatan dan

penanganan kasus perdarahan pada wanita hamil dan

melahirkan sehingga kematian ibu melahirkan dapat ditekan

seminimal mungkin (Kemenkes RI, 2007).

Standar pelayanan yang memiliki kriteria dalam hal

ini termasuk standar petugas, peralatan dan ruangan serta obat.

Standar petugas menggambarkan kualifikasi dan kompetensi

minimal yang harus dimiliki oleh petugas seperti kemampuan

melakukan pertolongan pada kasus emergensi dan pertolongan

persalinan dengan standar seperti manajemen aktif kala tiga

dan penggunaan partograf (Kemenkes RI, 2007).

Kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat

juga merupakan salah satu aspek pertimbangan dalam keluarga

untuk mengambil keputusan dalam mencari pelayanan

kesehatan. Kualitas pelayanan yang kurang memadai dan

tidak sesuai standar mengakibatkan masyarakat tidak

mengaskes layanan kesehatan tersebut yang mengakibatkan


47

keterlambatan dalam memutuskan penolong persalinan

mereka.

d. Pendidikan Ibu

Kematian ibu dipengaruhi secara dramatis oleh pendidikan.

Penelitian di berbagai negara berkembang membuktikan bahwa jumlah

anak yang dilahirkan umumnya akan menurun bersamaan dengan

semakin tingginya tingkat pendidikan ibu. Tingkat pendidikan ibu

sangat berperan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi dan

demikian pula terhadap angka kematian ibu. Misalnya cakupan

pemeriksaan kehamilan pada para ibu dengan tingkat pendidikan tamat

pendidikan dasar cenderung lebih tinggi daripada para ibu yang buta

huruf atau tidak tamat pendidikan dasar. Tingkat pendidikan yang tinggi

akan menjadikan suatu kehamilan lebih aman karena wanita dengan

pendidikan lebih tinggi cenderung untuk menikah pada usia lebih tua,

menunda kehamilan, mau mengikuti program KB dan mencari

pelayanan antenatal bila hamil. Disamping itu mereka juga tidak akan

mencari pengobatan tradisional bila hamil dan juga dapat memilih

makanan yang bergizi. Dari beberapa penelitian yang dilakukan di

berbagai negara menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara

penggunaan pelayanan antenatal dan tingkat pendidikan ibu. Pendidikan

berpengaruh secara tidak langsung melalui peningkatan status sosial

dan kedudukan seorang wanita, peningkatan pilihan mereka terhadap


48

kehidupan dan peningkatan kemampuan untuk membuat keputusan

sendiri serta menyatakan pendapat.

World Fertility Survey menemukan bahwa pada 10 dari 14

negara berkembang, para wanita yang mengenyam pendidikan 7 tahun

atau lebih umumnya cenderung menikah 3,5 tahun lebih lambat jika

dibandingkan mereka yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Juga

ditemukan bahwa faktor yang mempunyai pengaruh paling penting

dalam perilaku mencari pelayanan kesehatan prenatal adalah

pendidikan. Lebih dari 90% wanita yang berpendidikan paling sedikit

sekolah dasar telah mencari pelayanan kesehatan prenatal. Wanita buta

huruf yang kurang memahami fisiologi reproduksi berikut cara

pengendaliannya akan menerima kehamilan sebagai takdir. Keadaan itu

berpengaruh terhadap kematian ibu karena akan rentan terhadap

penjelasan yang tidak rasional dan gangguan komplikasi kehamilan dan

persalinan yang membahayakan.

e. Pekerjaan Ibu

Ibu yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih

baik terhadap berbagai informasi termasuk kesehatan. Informasi

kesehatan ini termasuk informasi tentang pelayanan pemeriksaan

kehamilan dan persalinan. Ibu yangbekerja di sektor formal lebih tinggi

proporsinya dalam memanfaatkan pelayananantenatal sesuai dengan

standar dibandingkan ibu yang tidak bekerja di sektorformal.


49

f. Status Ekonomi

Status ekonomi atau pendapatan mempunyai kontribusi yang

besar dalam pemanfaatan penolong persalinan. Bagi ibu dengan status

ekonomi yang baik, akan lebih leluasa untuk memilih penolong

persalinan yang diinginkan.Sebaliknya ibu dengan penghasilan rendah,

akan kesulitan dalam memilihpenolong persalinan yang diinginkan

karena pertimbangan biaya. Secara umum,pemanfaatan pelayanan

kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang tidak meratasangat erat

hubungannya dengan kemiskinan, pendidikan wanita, faktor

geografisdan pembangunan sosial. Kaum ibu yang miskin dan tidak

berpendidikanmengalami kesulitan dalam memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan karenaketerbatasan biaya dan ketidaktahuan.

g. Kehamilan Ganda/Kembar

Pada kehamlan kembar ada beberapa hal yang dapat

merugikan ibu dan bayinya, karena dapat terjadi penyulit pada

kehamilannya dan proses persalinannya. Pemeriksaan kehamilan

dilakukan lebih sering sehingga bila terjadi penyulit dapat ditegakkan

secara dini. Ibu dengan kehamilan ganda memerlukan asupan gizi yang

lebih banyak sehingga tumbuh kembang janin optimal. Pada saat

kehamilan muda sering terjadi keluhan yang lebih hebat, cepat lelah,

dan sering terjadi penyulit dalam kehamilan seperti

preeklampsia/eklampsia. Pada saat persalinan dijumpai waktu

persalinan memanjang, persalinan memerlukan tindakan karena posisi


50

janin saling mengunci, setelah lahir dapat terjadi perdarahan dan

retensio plasenta. Setelah persalinan anak pertama dapat terjadi

pelepasan plasenta sebelum waktunya sehingga membahayakan janin

kedua. Pengaruh pada janin dapat terjadi persalinan prematuritas dan

bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Bila dokter atau bidan

telah menetapkan kehamilan ganda dianjurkan untuk melahirkan di

tempat yang mempunyai fasilitas kesehatan lengkap.

h. Kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini

Pengeluaran air ketuban sebagian besar terjadi menjelang

persalinan dengan pembukaan mendekati lengkap. Selama terjadi his

(kekuatan kontraksi rahim) selaput janin menjadi pelindung bagian

terendah janin, sedangkan air ketuban yang keluar setelah selaput pecah

menjadi sarana penting persalinan yaitu untuk melicinkan jalan lahir,

bersifat antiseptik sehingga jalan lahir steril. Pecahnya selaput janin

dan terjadi pengeluaran air ketuban sebelum persalinan dimulai dapat

memberikan kesempatan terjadinya infeksi langsung pada janin.

Disamping itu gerakan janin makin terbatas sehingga pada kehamilan

kecil dapat terjadi deformitas. Sebab terjadinya selaput janin pecah

diantaranya karena trauma langsung pada perut ibu, kelainan letak janin

dalam rahim, atau pada kehamilan grandemultigravida (hamil lebih dari

lima kali) (Manuaba, 2008 )

Pada keadaan normal ketuban akan pecah menjelang

persalinan setelah ada tanda awal persalinan seperti mulas dan


51

keluarnya lendir bercampur sedikit darah. Cairan ketuban normal

berwarna jernih kekuningan. Bila ketuban telah pecah dan cairan

ketuban keluar sebelum ibu mengalami tanda-tanda persalinan, hal ini

berbahaya bagi ibu maupun janin dan ibu perlu segera mendapatkan

pertolongan.

i. Kehamilan dengan Kematian Janin dalam Rahim

Setelah umur kehamilan 16 minggu dapat dirasakan gerakan

janin dalam rahim. Bila ibu merasakan gerakan janin berkurang atau

menghilang dapat menjadi pertanda bahwa janin mengalami kematian

dalam rahim. Janin yang mati dapat mengancam keselamatan ibu

karena dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah dan infeksi

dalam rahim. Menetapkan kematian janin dalam rahim adalah dengan

pemeriksaan detak jantung janin menggunakan stetoskop Laeneck atau

alat Dopler. Dengan pemeriksaan USG dapat dilihat gerakan jantung

janin, keadaan tulang kepala dan tulang belakang. Penyebab kematian

janin dalam rahim dapat terjadi karena lilitan tali pusat yang mematikan

atau terbentuk simpul pada tali pusat, kehamilan dengan perdarahan,

kehamilan pada ibu dengan diabetes mellitus, gangguan nutrisi

menjelang kehamilan cukup bulan, dan kehamilan lewat waktu lebih

dari 14 hari.

j. Riwayat Komplikasi Obstetri Terdahulu

Ibu yang pernah mengalami komplikasi pada waktu kehamilan,

persalinan dan nifas sebelumnya akan menghadapi risiko tinggi pada


52

kehamilan dan persalinan berikutnya. ( Djaja dan Suwandono 2006),

ibu yang mengalami komplikasi pada kehamilan terdahulu berisiko 14

kali mengalami komplikasi pada kehamilan berikutnya dibandingkan

ibu yang tidak mengalami komplikasi pada kehamilan dahulu. Dan ibu

yang mengalami komplikasi pada persalinan terdahulu berisiko 9 kali

mengalami komplikasi pada persalinan berikutnya dibandingkan ibu

yang tidak mengalami komplikasi pada persalinan terdahulu.

2.5 Upaya dalam Menurunkan AKI

a. Pengelolaan anemia pada kehamilan

Melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan atau

rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

b. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan

Menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklampsi lainnya, serta

mengambil tindakan yangtepat dan merujuknya.

c. Persiapan persalinan

Memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta

keluarganya padatrimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan

persalinan yang bersih danaman serta suasana yang menyenangkan akan

direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya

unutk merujuk bila tiba-tiba terjadikeadaan gawat darurat.


53

Secara konseptual telah disepakati bahwa pelayanan yang harus

diberikan kepadasemua ibu disebut pelayanan dasar, yaitu pelayanan

kesehatan minimal bagi ibuhamil, ibu bersalin dan ibu nifas. Bagi kelompok

ibu tertentu diperlukanpelayanan esensial, yaitu pelayanan bagi ibu dengan

kehamilan bermasalah yangmemiliki komplikasi atau potensial memiliki

komplikasi. Sedangkan pelayananemergensi adalah serangkaian prosedur

untuk pelayanan penyelamatan jiwa ibudan atau bayinya yang mengalami

komplikasi serius.

d. Penolong Persalinan

Penolong persalinan merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan

dalam prosespersalinan. Pemeriksaan kehamilan yang kualitasnya baik

bukan jaminan untuktidak terjadinya komplikasi pada persalinan, karena

masih ada faktor penting yaitupenolong persalinan. Persalinan akan

berlangsung lancar dan aman biladilaksanakan oleh tenaga kesehatan

terdidik dan terlatih khususnya dalam bidangpelayanan obstetri. Tenaga ini

mempunyai pengetahuan dan keterampilan baiksecara fisiologis maupun

secara patologis mengenai kehamilan dan persalinan.Apabila persalinan

dilakukan oleh bukan tenaga yang terdidik dan terlatih akandapat timbul

penanganan yang salah khususnya dalam proses persalinan yangakan

mengakibatkan komplikasi persalinan.

Pada umumnya ibu hamil masih ditolong oleh penolong persalinan

tradisional(tradisional birth attendants) atau dukun pada saat persalinan.

Pelayanan dukundipilih karena beberapa alasan seperti aksesibilitas, karena


54

dukun tinggal disekitar lingkungan mereka, dukun pada umumnya lebih

berpengalaman daripadabidan desa, biaya dapat dinegosiasikan, bahkan

beberapa dukun mau menerimapembayaran selain uang, dan dukun

mengerti adat kebiasaan masyarakat (MNH,1999). Persalinan yang dotolong

oleh dukun mempunyai risiko tinggi terjadinyakomplikasi selama nifas

(Djaja dan Suwandono, 2006).

e. Tempat Persalinan

Tingginya angka kematian ibu di Indonesia sebagian besar

disebabkan olehtimbulnya persalinan yang tidak dapat segera ditangani atau

dirujuk ke fasilitaspelayanan kesehatan yang lebih mampu. Salah satu faktor

yang mempengaruhiprogram SafeMotherhood di Indonesia adalah bahwa

wanita Indonesia biasanyamemilih melahirkan di rumah. Banyaknya wanita

yang melahirkan di rumah akanmengarah pada banyaknya kejadian

komplikasi obstetri yang akan terjadi dirumah daripada di fasilitas kesehatan

(Depkes, 2007).

Persalinan di tempat yang bukan fasilitas kesehatan dapat

menghambat aksesuntuk mendapatkan pelayanan rujukan secara cepat bila

terjadi komplikasi persalinan, yang secara langsung dapat meningkatkan

kematian ibu. Faktor waktudan transportasi merupakan hal yang sangat

menentukan keberhasilan rujukankasus risiko tinggi. Penempatan bidan di

desa memungkinkan penanganan danrujukan ibu hamil berisiko sejak dini,

dengan mengidentifikasi tempat persalinanyang tepat bagi ibu hamil sesuai

dengan risiko kehamilan yang dialaminya.Persalinan sebaiknya dilakukan di


55

rumah sakit, puskesmas dengan ruang rawatinap, pustu atau polindes yang

tersedia ruangan untuk persalinan, dan rumahbersalin (Depkes, 1996).

f. Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan

manifestasi darisalah satu bentuk perilaku di bidang kesehatan dalam upaya

mencegah danmenanggulangi adanya penyakit atau gangguan yang dapat

membahayakankesehatan ibu selama kehamilan, persalinan dan nifas.

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan

yangmempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat.

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau

objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan minuman,serta lingkungan. Dari batasan ini

perilaku kesehatan dapat diklasifikasikanmenjadi 3 kelompok (Notatmodjo,

2007):

a) Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance)

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-

usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak

sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Perilaku

pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari:

 Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila

sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari

penyakit.

 Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan

sehat.
56

 Perilaku gizi (makanan dan minuman) karena makanan dan

minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan

seseorang, tetapi juga dapat menjadi penyebab menurunnya

kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit.

b) Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan

kesehatan, atau perilaku pencarian pengobatan (Health Seeking

Behaviour) Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan

seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan

atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai

mencari pengobatan keluar negeri.

c) Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang

merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya,

sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

Menurut WHO (1984) dalam Notoatmodjo (2007), seseorang

berperilaku kesehatan oleh karena adanya 4 alasan pokok yaitu:

1. Pemikiran dan perasaan (thought and feeling), yaitu pengetahuan,

kepercayaan (beliefs), sikap (attitudes) dan penilaian (values)

terhadap objek kesehatan. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman

sendiri atau pengalaman orang lain. Kepercayaan diterima

berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih

dahulu. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari

orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati

atau menjauhi orang lain atau objek lain.


57

2. Orang penting yang dianggap sebagai referensi Perilaku seseorang

banyak dipengaruhi oleh orang yang dianggap penting atau yang

dipercayai. Apabila orang yang dipercayai tersebut menganjurkan

atau berperilaku tentang kesehatan maka cenderung untuk diikuti

atau dicontoh.

3. Sumber daya (resources)

Sumber daya ini meliputi fasilitas, uang, waktu, tenaga kerja,

pelayanan, keterampilan, dan sebagainya. Pengaruh sumber daya

ini bisa positif dan juga bisa negatif.

4. Kebudayaan.

Kebudayaan atau pola hidup di masyarakat sangat mempengaruhi

perilaku kesehatannya. Kebudayaan terbentuk dalam waktu yang

lama sebagai akibat dari kehidupan masyarakat bersama. Perilaku

yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan, dan

selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap

perilaku ini.

Hubungan antara ketiga determinan diatas tentang kesakitan dan

kematian ibu digambarkan dalam kerangka teori berikut ini yang merupakan

modifikasi kerangka teori dari McCarthy dan Maine (1992). Faktor-faktor

yang mempengaruhi kematian dan kesakitan ibu berkaitan dengan

kehamilan, persalinan dan komplikasinya dapat digambarkan sebagai

berikut:
58

2.6 Kerangka Teori

Determinan Jauh Determinan Antara Determinan Dekat

Status Wanita dalam


Status Kesehatan Ibu
Keluarga dan
 Gizi
Masyarakat
 Penyakit kronik
 Pendidikan  Riwayat Komplikasi Kehamilan
 Pekerjaan  Anemia
 Penghasilan
 Keberdayaan wanita
Status Reproduksi
 Umur
 Paritas Komplikasi
Status Keluarga Dalam  Status Perkawinan
Masyarakat  Jarak kehamilan  Perdarahan
 Infeksi  Infeksi
 Penghasilan  Pre eklamsia
 Kepemilikan  Eklamsia
 Akses Ke YANKES
Pendidikan  Partus macet
 Pekerjaan Anggota  Lokasi Pelayanan
Rumah Tangga Kesehatan ( KB )
 Jangkauan Pelayanan
 Kualitas Pelayanan
Status Masyarakat  Akses Informasi tentang
Yankes
 Kesejahteraan
 Sumber Daya Kematian
Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan
 Penggunaan KB
 Pemeriksaan Antenatal
 Penolongan Persalinan
 Penggunaan fasilitas
Yankes

Faktor Tak Terduga

Kerangka Teori Mc. Charty dan Mine ( 1992 )


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan variabel –

variabel yang akan diukur atau diamati selama penelitian. Variabel – variabel

yang ada di dalam kerangka teori hanya 8 variabel yang akan dibahas di

penelitian ini.

Variabel yang akan diteliti pada determinan dekat adalah komplikasi

kehamilan, komplikasi persalinan, dan komplikasi nifas. Variabel yang akan

diteliti pada determinan antara adalah usia ibu, paritas,status gizi,pemeriksaan

antenatal ( ANC ),riwayat KB. Variabel yang akan diteliti pada determinan jauh

adalah tingkat pendidikan ibu,jumlah pendapatan keluarga.

Variabel Independen Variabel Dependen

Komplikasi

Gizi

Umur

Paritas KEMATIAN
Penggunaan KB MATERNAL
Pemeriksaan ANC

Pendidikan Ibu

Penghasilan Keluarga

Kerangka Konsep Mc. Charty dan Mine ( 1992 )

59
60

3.2 Hipotesa Penelitian

Ha : Faktor – faktor resiko dari determinan dekat , determinan antara dan

detreminan jauh saling berpengaruh terjadinya Kematian Maternal

Ho : Faktor – faktor resiko dari determinan dekat , determinan antara

dandeterminan jauh tidak saling mempengaruhi terjadinya kematian

maternal

3.3 Variabel Penelitian

Yang menjadi variabel penelitian ini adalah Faktor kematian ibu yang meliputi :

1. Variabel Dependen

a. Kematian Maternal

2. Variabel Independent

a. Komplikasi ( Komplikasi Kehamilan, Komplikasi Persalinan,

Komplikasi Masa Nifas ).

b. Gizi Ibu

c. Usia Ibu

d. Paritas

e. Penggunaan Keluarga Berencana ( KB )

f. Penanganan Antenatal ( ANC )

g. Pendidikan Ibu

h. Penghasilan Keluarga
61

3.4 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Instrumen Skala


Ukur
Variabel Dependen
1 Kematian Maternal Kematian maternal adalah kematian yang Kuesioner dengan ( 0 ) Kematian Maternal ( Nominal
terjadi pada ibu selama hamil dan atau dalam cara wawancara kasus )
42 hari setelah berakhirnya kehamilan, ( 1 ) Tidak mengalami
disebabkan oleh komplikasi kehamilan, kematian
persalinan, dan nifas atau penanganannya dan Maternal ( Kontrol )
penyakit yang diderita sebelum atau selama
kehamilan, diperberat oleh kehamilan dan
bukan kematian karena kecelakaan atau
kebetulan.
Variabel Independent
2 Komplikasi Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami Kuesioner dengan ( 0 ) Komplikasi Nominal
kematian maternal apabila terdapat cara Wawancara ( 1 ) Tidak Ada Komplikasi
komplikasi pada kehamilannya selama Dan data dari
kehamilan terakhir dapat berupa pendarahan , Dokumen, KMS
preeklamsia , eklamsia , infeksi , anemia yang sudah
maupun ketuban pecah sebelum waktunya. pernah diisi
3 Gizi Ibu Keadaan gizi ibu sewaktu hamil yang diukur Data Dari KMS ( 0 ) KEK Nominal
berdasarkan ukuran lingkar lengan atas ( 1 ) Tidak KEK
(LILA) karena Ibu hamil berisiko bila LILA <
23,5 cm (menderita KEK).
3 Umur Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami Kuesioner dengan (0) Umur = 19 tahun Rasio
kematian maternal apa bila ibu berusia kurang cara wawancara (1) Umur 20-24 tahun
dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun (2) Umur 25-29 tahun
(3) Umur 30-34 tahun
62

(4) Umur = 35 tahun


4 Paritas Jumlah Persalinan yang pernah dialami Ibu Kuesioner dengan (0) = 1 anak Rasio
karena Ibu hamil berisiko bila jarak cara wawancara (1) = 2-3 anak
kehamilan kurang dari dua tahun. (2) = ≥ 4 anak
Ibu hamil berisiko pada paritas ≤ 1 (belum
pernah/ baru melahirkan pertama kali) atau
paritas lebih dari empat.
5 Penggunaan KB Riwayat ibu dalam penggunaan KB Wawancara dan ( 0 ) Tidak Pernah KB Nominal
sebelumnya karena Ibu hamil berisiko bila Catatan medis. ( 1 ) Pernah KB
tidak pernah menggunakan metode
kontrasepsi (KB).

6 Pemeriksaan ANC Pemeriksaan antenatal disebut baik bila ibu Kuesioner dengan ( 0 ) Tidak Baik Nominal
hamil memeriksakan kehamilannya minimal 4 cara wawancara (1 ) Baik
kali dengan standar 5 T oleh tenaga dan KMS
kesehatan. Sebaliknya bila salah satu atau
lebih tidak dilakukan maka pemeriksaan
antenatal disebut tidak baik. Pemeriksaan
dilakukan selama ibu hamil sampai pemberian
ASI sesuai standart kesehatan.
7 Pendidikan Ibu Pendidikan formal terakhir yang pernah Kuesioner dengan (0) Tidak Sekolah Ordinal
dijalani ibu sampai saat kehamilan dan cara Wawancara (1) SD / sederajat
persalinan terakhir. (2) SMP / sederajat
Ibu hamil berisiko bila memiliki pendidikan (3) SMA/ sederajat
formal kurang dari 9 tahun atau tidak pernah (4) Diploma
menempuh pendidikan formal sama sekali. (5) Sarjana
8 Penghasilan Ibu hamil berisiko bila jumlah pendapatan Kuesioner (0) ≥ 1 juta perbulan Rasio
keluarga berada di bawah rata – rata upah wawancara (1) 1 juta perbulan
minimum regional per bulannya. (2) ≤ 1 juta perbulan
63

3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian Kuantiaf dengan menggunakan Deskriptif Analitik dan dilakukan

pula studi kualitatif dengan metode wawancara mendalam (indept interview)

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini dengan menggunakan desain Case

Control. Karena akan mencari kasus dan control yang ada , kelompok kasus

yaitu riwayat ibu maternal , informasi dari keluarga dan bidan yang ada

serta dengan melihat data AMP dan AV yang bisa dilihat dibagian

kesehatan keluarga di Dinas Kesehatan , dan kelompok kontrolnya yaitu

dengan cara wawancara ibu bersalin hidup pada waktu yang sama .

Rancangan penilitian ini yaitu dengan membandingkan antara

kelompok kasus dan kelompok control dengan melihat factor resiko yang

dapat mempengaruhi terjadinya kematian pada ibu hamil

Studi kasus kontrol dilakukan dengan mengidentifikasi kelompok

kasus (kematian maternal) dan kelompok kontrol (ibu pasca persalinan

yang hidup), kemudian secara retrospektif (penelusuran ke belakang) diteliti

faktor – faktor risiko yang mungkin dapat dijelaskan secara baik.


64

3.6 Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian ini adalah semua ibu bersalin di tahun 2015. Dengan

rincian yaitu :

a. Populasi kasus yaitu Semua ibu yang mengalami kematian

maternal sejumlah 13 ibu meninggal di Kabupaten Batang pada

tahun 2015.

b. Populasi kontrol yaitu semua ibu pasca persalinan yang tidak

mengalami kematian maternal juga sejumlah 13 ibu di Kabupaten

Batang pada tahun 2015.

2. Sampel dalam penelitian ini terbagi dalam populasi kasus dan populasi

kontrol. Sampel bejumlah 26 yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu

kelompok control dipilih secara acak dari ibu melahirkan yang tidak

mengalami kematian maternal di tahun 2015 dengan ketentuan bertempat

tinggal di wilayah Puskesmas Kabupaten Batang dan memiliki Hari

Perkiraan Lahir (HPL) yang bersamaan atau hampir bersamaan dengan ibu

yang mengalami kematian maternal. Sampel dalam penelitian ini adalah 26

responden yang terdiri dari :

a. Kelompok Kasus

Sampel kasus diambil dari data kematian maternal yang ada di Dinas

Kesehatan Kabupaten Batang, sebanyak 13 kasus kematian dengan cara

melakukan survey mendalam kepada dinas kesehatan setempat,

puskesmas diwilayah Kabupaten Batang,riwayat dokumen medis


65

kesehatan setempat dan keluarga ibu kasus pada periode tahun 2015 di

kabupaten Batang.

b. Kelompok Kontrol

Setiap kecamatan yg ada kasus kematian maternal diambil sampel

responden Ibu melahirkan yang hidup di periode tahun 2015 di

Kabupaten Batang dengan cara melakukan wawancara secara mendalam

dan pemilihan kelompok kasusnya dengan cara Random sampling.

c. Responden Indept Interview

Setiap bidan puskesmas / bidan desa dengan adanya kejadian responden

kasus ( ibu melahirkan meninggal ) bertujuan untuk sebagai responden

penguat dari pernyataan keluarga responden kasus, dengan cara melihat

data audit maternal prenatal / hasil otopsi responden kasus dan juga

untuk mengetahui kondisi keadaan pelayanan kesehatan di desa tersebut

sesungguhnya.

3.7 Pengumpulan Data.

Data berupa data primer dan data sekunder :

1. Data primer diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner dengan

keluarga kelompok kasus dan lingkungan sekitar kelompok kasus.

2. Data sekunder berupa data KMS ibu , dokumen riwayat ibu hamil dari

Wilayah Puskesmas di Kabupaten Batang , dan data AMP , AV dari bagian

Kesehatan Keluarga di Dinas Kesehatan Batang


66

3.8 Pengolahan Data

Tahap – tahap pengolahan data :

1. Cleaning

Data yang telah dikumpulkan dilakukan cleaning (pembersihan data) yaitu

sebelum dilakukan pengolahan data, data terlebih dahulu diperiksa agar

tidak terdapat data yang tidak diperlukan dalam analisis.

2. Editing

Setelah dilakukan cleaning kemudian dilakukan editing untuk memeriksa

kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data sehingga validitas

data dapat terjamin.

3. Coding

Coding dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data.

4. Entry Data

Yaitu memasukkan data ke dalam program komputer untuk proses analisis

data.

3.9 Analisis Data

Data penelitian yang dikumpulkan akan dianalisis dengan tiga tahap

berturut - turut, yaitu: analisis univariat, analisis bivariat, dan terakhir analisis

multivariate namun dengan adanya pendalaman jawaban maka dilakukan

analisis kualitatif . Teknik Analisis data dengan menggunakan SPSS .

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dipergunakan untuk mendapatkan gambaran

distribusi frekuensi atau besarnya proporsi menurut karakteristik yang


67

diteliti dari semua variabel penelitian.Ukuran yang digunakan dalam analisis

ini adalah angka absolute dan persentase karena merupakan data kategorik

dan disajikan dalam bentuk table , grafik dan narasi.

Tujuan Analisis ini adalah untuk melihat distribusi frekuensi

persalina oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan dan semua variabel

independen.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas

dengan variabel terikat secara sendiri-sendiri. Uji statistika yang digunakan

yaitu Chi Square digunakan untuk data berskala nominal dengan nominal

dengan menggunakan Confidence Interval (CI) sebesar 95% (α= 0,05). Uji

statistik Chi Square digunakan untuk menganalisis semua variabel yang

diteliti. Apabila ada sel yang kosong maka masing-masing sel ditambah

angka satu. Untuk mengetahui estimasi risiko relatif dihitung odds ratio

(OR) dengan tabel 2 x 2 dan rumus sebagai berikut :

(OR) = {A/ (A+B) : B/ (A+B)} / {C/ (C+D) : D/ (C+D)}


= A/B : C/D= AD/BC

Keterangan : A = kasus yang mengalami paparan

B = kasus yang tidak terpapar

C = kontrol yang terpapar

D = kontrol yang tidak terpapar


68

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh paparan

secara bersama-sama dari beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap

kejadian kematian maternal. Uji yang digunakan adalah regresi logistik.

Apabila masing – masing variabel bebas menunjukkan nilai p < 0,25, maka

variabel tersebut dapat dilanjutkan ke dalam model multivariat. Analisis

multivariat dilakukan untuk mendapatkan model yang terbaik. Seluruh

variabel kandidat dimasukkan bersama – sama untuk dipertimbangkan

menjadi model dengan hasil nilai p < 0,05. Variabel yang terpilih

dimasukkan ke dalam model dan nilai p yang tidak signifikan dikeluarkan

dari model, berurutan dari nilai p tertinggi.

4. Analisis Kualitatif

Analisis pada kajian kualitatif dilakukan secara deskriptif dan

disajikan dalam bentuk narasi yang meliputi kajian mengenai kronologi

kejadian kematian maternal dan upaya penurunan angka kematian maternal

di kabupaten Batang pada tahun 2015.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

1. Keadaan Geografis Kabupaten Batang

Kabupaten Batang merupakan salah satu Kabupaten Batang di Jawa

Tengah yang berada di jalur pantura Pulau Jawa, terletak antara 6o 51” 46”

dan 7o 11” 47” Lintang Selatan dan antara 109o 40” 19” dan 110o 03” 06”

Bujur Timur. Perbatasan Kabupaten Batang :

Sebelah Barat : Kabupaten dan Kota Pekalongan

Sebelah Selatan : Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo

Sebelah Timur : Kabupaten Kendal , dan

Sebelah Utara : Laut Jawa

Luas wilayah Kabupaten Batang sebesar 788,7 Km2 ,terbagi menjadi

15 kecamatan yang terdiri dari 248 desa dan kelurahan, daerah terluas

adalah Kecamatan Subah dengan luas 83,52 Km2 , atau sekitar 10,59% dari

luas total Kabupaten Batang, sedangkan Kecamatan Warungasem

merupakan daerah yang luasnya paling kecil di Kabupaten Batang, yaitu

23,55 𝐾𝑚2 atau sekitar 2,99%.

2. Keadaan Demografi

a. Pertumbuhan Penduduk

Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari

rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan

69
70

penduduk perempuan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

Kabupaten Batang tahun 2015 sebesar 361.052 jiwa (50,01%) dan jumlah

penduduk perempuan 360.972jiwa (49,99%). Sehingga kita dapatkan

rasio jenis kelamin sebesar 100,02.

b. Kepadatan Penduduk

Daerah yang terpadat adalah Kecamatan Batang, dengan tingkat

kepadatan sekitar 918 jiwa per kilometer persegi, dan daerah yang

terlapang di Kabupaten Batang adalah Kecamatan Blado, dengan tingkat

kepadatan sebesar 1053,17 jiwa per kilometer persegi. Dengan demikian

bisa kita simpulkan bahwa persebaran penduduk di Kabupaten Batang

belum merata.

Kepadatan penduduk dilihat dari wilayah kerja puskesmas maka

wilayah terpadat adalah wilayah kerja Puskesmas Batang 1 sebesar

5.701,55 jiwa per kilometer persegi, dan wilayah kerja puskesmas yang

terlapang adalah Puskesmas Blado 1 sebesar 374,32 jiwa per kilometer

persegi.

Jumlah Rumah tangga di Kabupaten Batang sebesar 169.655 rumah

tangga, maka rata – rata anggota rumah tangga di Kabupaten Batang

adalah 4,30 jiwa untuk setiap rumah tangga. Jumlah penduduk tertinggi

adalah Kecamatan Batang sebesar 114.15 jiwa (15,90% dari total

penduduk Kabupaten Batang) dan terendah di Kecamatan Pecalungan

sebanyak 30.722 jiwa (4,25% dari total penduduk Kabupaten Batang).

Sedangkan jumlah penduduk tertinggi berdasarkan wilayah kerja


71

puskesmas, maka penduduk tertinggi adalah di Puskesmas Bawang

sebesar 51,512 jiwa (7,13%) dan terendah di Puskesmas Blado II sebesar

13.921 jiwa (1,93 %).

3. Keadaan Sosial Ekonomi

Tingkat pendidikan Kabupaten Batang pada Tahun 2015 secara

keseluruhan sudah mempunyai sumber daya manusia yang baik

dibandingkan dengan tahun 2010. Tingkat pendidikan dapat berkaitan

dengan kemampuan menyerap dan menerima informasi kesehatan serta

kemampuan dalam berperan serta dalam pembangunan kesehatan.

4. Sarana Pelayanan Kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan kabupaten Batang pada tahun 2015

meliputi :

No Fasilitas Kesehatan Jumlah Satuan ( % )


1. Rumah Sakit Umum 2 RS
2. Rumah Sakit Khusus - RS
3. Puskesmas Rawat Inap 5 -
4. Puskesmas Non Rawat Inap 16 -
5. Puskesmas Keliling 29 -
6. Puskesmas Pembantu 44 -
7. Jumlah Apotek 46 -
8. RS dengan kemampuan pelayanan 100,00 %
gadar level 1
9. Jumlah Posyandu 1.215 Posyandu
10. Posyandu Aktif 100 %
11. Rasio Posyandu per 100 balita 1,76 Per 100 balita
12. UKBM
1. Poskesdes 175 Poskesdes
2. Polindes - Polindes
3. Posbindu 8 Posbindu
13. Desa Siaga 248 Desa
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2015
72

4.2 Gambaran Umum

Penelitian ini dilaksanakan pada 12 Mei 2016 sampai tanggal 22 Juni

2016. Adapun responden pada penelitian ini adalah populasi kasus yaitu semua

ibu yang mengalami kematian maternal sejumlah 13 ibu meninggal di

Kabupaten Batang pada tahun 2015 dan populasi kontrol yaitu semua ibu pasca

persalinan yang tidak mengalami kematian maternal juga sejumlah 13 ibu di

Kabupaten Batang pada tahun 2015. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor -

faktor yang berhubungan dengan kejadian kematian maternal yang terjadi di

Kabupaten Batang berdasarkan faktor - faktor yang meliputi Determinan Dekat

, Determinan Antara dan Determinan Jauh.

1. Kematian maternal

Tabel 4.1.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kematian maternal

Variabel Frekuensi Persentase


(n) (%)
Kasus 13 50,0
Kontrol 13 50,0
Total 26 100.0

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan hasil bahwa faktor penyebab kematian

maternal yaitu yang kasus dan kontrol mengalami kematian maternal

masing-masing sebanyak 13 orang (50%).

2. Faktor penyebab kematian maternal berdasarkan determinan dekat

yaitu komplikasi dalam kehamilan yang dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:
73

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor penyebab


kematian maternal berdasarkan determinan dekat yaitu
komplikasi dalam kehamilan

Variabel Frekuensi Persentase


(n) (%)
Komplikasi 6 23,1
Tidak Komplikasi 20 76,9
Total 26 100.0

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan hasil bahwa faktor penyebab

kematian maternal berdasarkan determinan dekat yaitu komplikasi dalam

kehamilan adalah Tidak komplikasi sebanyak 20 orang (76,9%), dan yang

menjawab komplikasi sebanyak 6 orang (23,1%).

3. Faktor risiko kematian maternal berdasarkan determinan antara

yaitu:

1. Status Gizi Ibu Saat Hamil (Gizi)

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Risiko


Kematian Maternal yang Terjadi Berdasarkan Determinan
Antara yaitu Status Gizi Ibu Saat Hamil (Gizi)

Variabel Frekuensi Persentase


(n) (%)
KEK 5 19,2
Tidak KEK 21 80,8

Total 26 100.0

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan hasil bahwa status gizi ibu

saat hamil sebagian besar tidak KEK sebanyak 21 orang (80,8 %),

sedangkan yang KEK sebanyak 5 orang (19,2%).


74

2. Umur Ibu

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor risiko


kematian maternal yang terjadi berdasarkan determinan
antara yaitu umur ibu

Variabel Frekuensi Persentase


(n) (%)
19 Tahun 1 3,8
20-24 Tahun 7 26,9
25-29 Tahun 4 15,4
30-34 Tahun 9 34,6
>35 Tahun 5 19,2
Total 26 100.0

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan hasil bahwa faktor risiko

kematian maternal yang terjadi berdasarkan determinan antara yaitu

berupa umur ibu diketahui bahwa sebagian besar berusia 30-34 tahun

sebanyak 62 orang (34,6%), dan terendah 19 tahun sebanyak 1 orang

(3,8%).

3. Paritas

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Risiko


Kematian Maternal yang Terjadi Berdasarkan Determinan
Antara yaitu Paritas
Variabel Frekuensi Persentase
(n) (%)
1 Anak 2 7,7
2-3 Anak 8 30,8
>4 Anak 16 61,5

Total 26 100.0

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan hasil bahwa paritas

responden sebagian besar adalah > 4 anak sebanyak 16 orang (61,5%),

sedangkan terendah 1 anak sebanyak 2 orang (7,7%).


75

4. Keluarga Berencana (KB)

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Risiko


Kematian Maternal yang Terjadi Berdasarkan Determinan
Antara yaitu Keluarga Berencana (KB)

Variabel Frekuensi Persentase


(n) (%)
Tidak Pernah 4 15,4
Pernah 22 84,6

Total 26 100.0

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan hasil bahwa KB yang ibu

lakukan sebagian besar pernah sebanyak 22 orang (84,6%), sedangkan

tidak pernah sebanyak 4 orang (15,4%).

5. Pemeriksaan Antenatal

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Risiko


Kematian Maternal yang Terjadi Berdasarkan Determinan
Antara yaitu Pemeriksaan Antenatal

Variabel Frekuensi Persentase


(n) (%)
Tidak Baik 7 26,5
Baik 19 73,1

Total 26 100.0

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan hasil bahwa jumlah ANC

responden sebagian besar adalah baik sebanyak 19 orang (73,1%),

sedangkan terendah tidak baik sebanyak 7 orang (26,5%).


76

4. Faktor risiko kematian maternal berdasarkan determinan jauh yaitu :

1. Pendidikan Ibu

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Risiko


Kematian Maternal yang Terjadi Berdasarkan Determinan
Jauh yaitu Pendidikan Ibu

Variabel Frekuensi Persentase


(n) (%)
SD/Sederajat 13 50,0
SMP/Sederajat 4 15,4
SMA/Sederajat 8 30,8
Sarjana 1 3,8

Total 26 100.0

Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan hasil bahwa pendidikan ibu

sebagian besar SD/ Sederajat sebanyak 22 orang (84,6%), sedangkan

tidak pernah sebanyak 4 orang (15,4%).

2. Pendapatan Keluarga

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Risiko


Kematian Maternal yang Terjadi Berdasarkan Determinan
Jauh yaitu Pendapatan Keluarga

Variabel Frekuensi Persentase


(n) (%)
> 1 Juta perbulan 23 88,5
1 Juta perbulan 2 7,7
< 1 Juta perbulan 1 3,8

Total 26 100.0

Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan hasil bahwa pendapatan

keluarga sebagian besar > 1 juta perbulan sebanyak 23 orang (88,5%)

dan terendah < 1 juta sebanyak 1 orang (3,8%).


77

4.3 Hasil Bivariat

1. Pengaruh Faktor Risiko Kematian Maternal Yang Terjadi Dengan

Faktor Penyebab Kematian Maternal Berdasarkan Determinan Dekat,

Antara, dan Jauh

Tabel 4.10 Analisis Pengaruh Faktor Risiko Kematian Maternal Yang


Terjadi Dengan Faktor Penyebab Kematian Maternal
Berdasarkan Determinan Dekat Yaitu Komplikasi Dalam
Kehamilan (n =26)

Variabel 95%
Kematian Maternal Total P value OR CI

Kasus Kontrol
n % n % n %
Komplikasi
Komplikasi 0,306
0 0 13 100 13 100 0,000 4,223
6,230
Tidak Komplikasi 13 100 0 0 13 100
Status Gizi Ibu
0,320 0,350 0,489
KEK 4 80 1 20 5 100
-
Tidak KEK 9 42,9 12 57,1 21 100
1,226
Usia Ibu
0,010 0,500 0,102
19 Tahun 0 0 1 20 1 100
-
20-24 Tahun 1 14,3 6 85,7 7 100
7,221
25-29 Tahun 2 50,0 2 50,0 4 100

30-34 Tahun 7 77,8 2 22,2 9 100

>35 Tahun 3 60,0 2 40,0 5 100


Paritas
1 Anak 2 100 0 0 0 100 0,175 0,500 0,102
2-3 Anak 5 62,5 3 37,5 8 100 -
>4 Anak 6 37,5 10 62,5 16 100 7,221
KB
0,000 1,000 0,119
Tidak Pernah 2 50 2 50 4 100
-
Pernah 11 50 11 50 22 100
8,421
Pemeriksaan
Antenatal
0,017 10,286 0,018
Tidak Baik 6 85,7 1 14,3 7 100
-
Baik 7 36,8 12 63,2 19 100
1,948
78

Pendidikan Ibu
0,783 9,206 1.023
SD/ Sederajat 7 53,8 6 46,2 13 100
-
SMP/Sederajat 2 50,0 2 50,0 4 100
10,45
SMA/Sederajat 4 50,0 4 50,0 8 100
4
Pendapatan
Keluarga
12 52,2 0,218 0,055 2,054
>1 Juta 11 47,8 23 100
0 0,0 -
1 Juta 2 100,0 2 100
1 7,250
< 1Juta 0 50,0 0 100
100,0

Berdasarkan Tabel 4.10. diketahui bahwa distribusi frekuensi

responden berdasarkan variabel yaitu komplikasi dalam kehamilan dimana

yang komplikasi dan tidak komplikasi kasus dan kontrol sebanyak 13 orang

(100%) dengan nilai p-value 0,000, status gizi sebagian besar tidak KEK 12

orang (57,1%) pada kontrol dengan nilai p-value 0,320, rata – rata usia ibu

sebagian besar usia 39-34 tahun sebanyak 7 orang (77,8%) pada kasus

dengan nilai p-value 0,010. Paritas >4 anak sebagian besar 10 orang

(62,5%) pada kontrol dengan nilai p-value 0,175, sedangkan pemakaian KB

sebanyak 11 orang (50%) pada kasus dan kontrol dengan nilai p-value

0,000,. Pemeriksaan antenatal baik sebanyak 12 orang (63,2%) pada kontrol

dengan nilai p-value 0,017, pendidikan ibu yaitu SD/Sederajat pada kasus

dengan nilai p-value 0,783, dan pendapatan keluarga >1 juta sebanyak 12

orang (52,2%) pada kasus dengan nilai p-value 0,218.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan determinan dekat yaitu

komplikasi dalam kehamilan dimana yang komplikasi dan tidak komplikasi

kasus dan kontrol sebanyak 13 orang (100%), berdasarkan determinan dekat

komplikasi dalam kehamilan yaitu dengan uji analisis Chi Square diperoleh
79

dari nilai Continuity Correction dengan p-value sebesar 0,000, maka dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh faktor penyebab kematian maternal

dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan determinan dekat

yaitu komplikasi dalam kehamilan mil dengan nilai OR = 4,223, nilai 95%

CI 0,306 – 6,230.

Determinan antara yaitu status gizi ibu saat hamil dimana yang KEK

dan tidak KEK pada kasus yaitu 4 orang (80%) dan 9 orang (42,9%), yang

kontrol KEK dan tidak KEK pada kasus yaitu 1 orang (20%) dan 12 orang

(57,1%). Hasil pengaruh faktor risiko penyebab kematian maternal

berdasarkan determinan antara yaitu status gizi ibu saat hamil dengan uji

analisis Chi Square diperoleh dari nilai Continuity Correction dengan p-

value sebesar 0,320, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh

faktor penyebab kematian maternal dengan faktor penyebab kematian

maternal berdasarkan determinan dekat yaitu status gizi ibu saat hamil

dengan nilai OR = 0,350, nilai 95% CI 0,489 – 1,226.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan determinan antara yaitu

usia ibu dimana yang usia 19 tahun pada kasus tidak ada 0 orang (0%), dan

yang kontrol 1 orang (20%), usia 20-24 tahun yang kasus 1 orang (14,3%),

kontrol sebanyak 6 orang (85,7%), usia 25-29 tahun yang kasus dan kontrol

sebanyak 2 orang (50%), usia 30-34 tahun sebanyak 7 orang (77,8%) pada

kasus dan 2 orang (22,2%) pada kontrol, pada usia >35 tahun yang kasus

sebanyak 3 orang (60,0%) dan 2 orang (40,0%) pada kontrol. Hasil

pengaruh faktor risiko penyebab kematian maternal berdasarkan determinan


80

antara yaitu usia ibu dengan uji analisis Chi Square diperoleh dari nilai

Pearson Chi Square dengan p-value sebesar 0,010, maka dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh faktor risiko penyebab kematian maternal dengan

faktor penyebab kematian maternal berdasarkan determinan dekat dengan

usia ibu dengan nilai OR = 0.500, nilai 95% CI 0,102 – 7,221.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan determinan antara yaitu

paritas dimana yang memiliki anak 1 anak sebanyak 2 orang (100%) pada

kasus, dan yang tidak mengalami tidak ada yaitu 0 orang (0%) pada kontrol,

paritas 2-3 anak sebanyak 5 orang (62,5%) pada kasus dan yang tidak

sebanyak 3 orang (11,5%) pada kontrol, responden yang paritas >4 anak

sebanyak 6 orang (23,1%) pada kasus dan yang tidak sebanyak 10 orang

(38,5%) pada kontrol. Hasil pengaruh faktor risiko penyebab kematian

maternal berdasarkan determinan antara yaitu paritas dengan uji analisis Chi

Square diperoleh dari nilai Pearson Chi Square dengan p-value sebesar

0,175, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh faktor penyebab

kematian maternal dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan

determinan dekat yaitu paritas dengan nilai OR = 0.500, nilai 95% CI 0,102

– 7,221.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan determinan antara yaitu

keluarga berencana dimana yang tidak pernah sebanyak 2 orang (50%) pada

kasus dan kontrol, responden yang pernah sebanyak 11 orang (42,3%) pada

kasus dan kontrol. Hasil pengaruh faktor risiko penyebab kematian maternal

dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan determinan antara


81

yaitu keluarga berencana dengan uji analisis Chi Square diperoleh dari nilai

Continuity Correction dengan p-value sebesar 0,000, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh faktor penyebab kematian maternal

dengan faktor penyebab keluarga berencana kematian maternal berdasarkan

determinan dekat yaitu keluarga berencana dengan nilai OR = 1,000, nilai

95% CI 0,119 – 8,421.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan determinan antara yaitu

pemeriksaan antenatal dimana yang tidak sebanyak 6 orang (85,7%) pada

kasus, dan yang tidak yaitu 1 orang (3,8%) pada kontrol, responden yang

pernah sebanyak 7 orang (36,8%) pada kasus dan yang tidak sebanyak 12

orang (63,2%) pada kontrol. Hasil pengaruh faktor risiko penyebab

kematian maternal dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan

determinan antara yaitu pemeriksaan antenatal dengan uji analisis Chi

Square diperoleh dari nilai Continuity Correction dengan p-value sebesar

0,017, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh faktor penyebab

kematian maternal dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan

determinan dekat yaitu status gizi ibu saat hamil dengan nilai OR = 10,286,

nilai 95% CI 0,018 – 1,948.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan determinan jauh yaitu

pendidikan ibu dimana yang berpendidikan SD/sederajat sebanyak 7 orang

(53,8%) pada kasus, dan pada kontrol sebanyak 6 orang (46,2%), responden

yang berpendidikan SMP/sederajat pada kasus dan kontrol masing-masing

sebanyak 2 orang (50,0%). Responden dengan pendidikan SMA /sederajat


82

pada kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 4 orang (50,0%),

sedangkan pendidikan sarjana tidak ada (0%). Hasil pengaruh faktor risiko

penyebab kematian maternal dengan faktor penyebab kematian maternal

berdasarkan determinan jauh yaitu pendidikan ibu dengan uji analisis Chi

Square diperoleh dari nilai Pearson Chi Square dengan p-value sebesar

0,783, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh faktor penyebab

kematian maternal dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan

determinan jauh yaitu pendidikan ibu dengan nilai OR = 9,206, nilai 95% CI

1,023 – 10,454.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan determinan antara yaitu

pendapatan keluarga dimana yang >1 juta perhari sebanyak 12 orang

(52,2%) pada kasus, dan sebanyak 11 orang (47,8%) pada kontrol.

Pendapatan <1 juta perhari sebanyak 1 orang (100%) pada kasus dan 0

orang (0%) pada kontrol. Hasil pengaruh faktor risiko penyebab kematian

maternal dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan

determinan jauh yaitu peendapatan keluarga dengan uji analisis Chi Square

diperoleh dari nilai Pearson Chi Square dengan p-value sebesar 0,218,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh faktor penyebab

kematian maternal dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan

determinan jauh yaitu pendapatan keluarga dengan nilai OR = 0,055, nilai

95% CI 2,054 – 7,250.


83

4.4 Hasil Multivariat

Hasil multivariat pengaruh variabel dependen dengan beberapa variabel

independen yaitu :

Tabel 4.11 Analisis Multivariat Pengaruh Faktor Risiko Kematian Maternal


Yang Terjadi Dengan Faktor Penyebab Kematian Maternal
Berdasarkan Determinan Dekat Yaitu Komplikasi Dalam Kehamilan
(n =26)

Faktor Resiko OR
95% CI p
Adjusted

Komplikasi 22,154 0,306 46,230 0,009


Usia Ibu 0,500 0,102-7,221 0,001
Pemeriksaan Antenatal 1,007 1.023-10,454 0,029
KB 0,218 1,003-89,400 0,015

Hasil uji uji multivariat yaitu hasil variabel independent yaitu

komplikasi, status gizi ibu saat hamil, umur ibu, paritas, KB, pemeriksaan

antenatal, pendidikan ibu, pendapatan keluarga dapat menjelaskann variabel

kematian maternatal diketahui memiliki nilai yaitu pengaruh antara variabel

independen yaitu komplikasi, paritas, KB, pendidikan ibu, pendapatan keluarga

tidak saling berpengaruh erat secara multivariat dengan nilai <0,05, hal ini dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh faktor risiko kematian maternal yang

terjadi dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan determinan

dekat, determinan antara dan determinan jauh.

4.5 Hasil Penelitian Wawancara Mendalam Informan Triangulasi

Hasil penelitian dari Wawancara Langsung (indept Interview) ke

Responden Kasus Kontrol, Bidan serta Kepala Kesehatan Keluarga Dinas

Kesehatan Kabupaten Batang menunjukkan dari delapan variabel yang diteliti


84

terdapat empat variabel yang berhubungan langsung dengan kejadian kematian

maternal. Faktor yang berhubungan langsung yaitu berdasarkan determinan

dekat yaitu pertama Komplikasi baik komplikasi kehamilan, komplikasi

persalinan dan komplikasi masa nifas. Faktor dari determinan antara yang

berhubungan yaitu Usia Ibu,Penggunaan KB, dan Pemeriksaan Antenatal

(ANC), sedangkan dari determinan jauh tidak berpengaruh secarang langsung

yaitu pendapatan keluarga variabel ini lebih menekankan pada keluarga

perempuan, antara lain penghasilan keluarga, kekayaan keluarga, status

pekerjaan anggota keluarga juga dapat berpengaruh terhadap resiko mengalami

kematian ibu

Berdasarkan data diatas dapat diketahui angka yang terbesar yang

mempengaruhi atau berhubungan langsung kejadian kematian maternal sebagai

berikut :

1. Faktor yang berhubungan dengan kematian maternal berdasarkan

determinan Dekat

a. Komplikasi (komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan dan

komplikasi masa nifas)

Hasil pengaruh faktor risiko kematian maternal yang terjadi

dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan determinan

dekat dengan komplikasi dalam kehamilan itu sendiri tidak ada. Hasil

diatas dapat diartikan bahwa pada wanita yang hamil memiliki risiko

untuk mengalami komplikasi, baik komplikasi kehamilan maupun


85

komplikasi persalinan dan masa nifas, sedangkan wanita yang tidak

hamil tidak memiliki risiko tersebut.

Komplikasi sendiri sangat berbahaya bagi ibu baik saat

hamil,persalinan maupun masa nifas. Karena dapat menyebabkan resiko

terjadinya kematian ibu. Seperti emboli air ketuban itu sangat

berbahaya bagi ibu dan janin karena bisa masuknya cairan amnion

kedalam sirkulasi ibu sehingga menyebabkan kolaps pada ibu saat

persalinan. Hal ini terjadi saat air ketuban pecah dan pembuluh darah

terbuka pada plasenta atau serviks. Contoh lainnya adalah pecah

ketuban sebelum waktunya dan keguguran itu sangat berbahaya bagi

ibu hamil.

Kejadian komplikasi di kabupaten batang karena komplikasi

yaitu pre-eklamsia/eklamsia, Perdarahan dan karena riwayat penyakit

ibu seperti leukemia, jantung, gagal ginjal, ispa dan juga gangguan jiwa.

Hal ini bisa terjadi karena kurangnya intensivitas dari tenaga kesehatan

setempat yang kurang dalam memantau kondisi ibu. Mungkin dengan

diadakannya ANC setiap ibu melakukan pemeriksaan antenatal

perlunya penindak lanjutan terus kan riwayat penyakit atau kondisi

sebenarnya ibu, karena kondisi seseorang dapat berubah setiap saat apa

bila daya tahan ibu tiba – tiba menurun.

Kejadian ini membuat dari berbagai pihak semakin

memperketan dan memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan yang

sudah ada dan yang belum ada dengan melaksanakan terobosan


86

program baru yang dapat di laksanakan bidan di wilayah kerja

kabupaten batang.

2. Faktor yang berhubungan dengan kematian maternal berdasarkan

Determinan Antara

a. Status Gizi Ibu

Status gizi merupakan ukuran keberhasilan dalam pemenuhan

nutrisi untuk ibu hamil. Gizi ibu hamil merupakan nutrisi yang

diperlukan dalam jumlah yang banyak untuk pemenuhan gizi ibu

sendiri dan perkembangan janin yang dikandungnya (Bobak, dkk,2005),

kebutuhan makanan dilihat bukan hanya dalam porsi yang dimakan

tetapi harus ditentukan pada mutu zat – zat gizi yang terkandung dalam

makanan yang dikonsumsi (Amiruddin, 2007).

Menurut RISKESDAS tahun 2007, prevalensi nasional Kurang

Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS) berdasarkan

LILA yang disesuaikan dengan umur adalah 13,6%. Prevalensi KEK

pada WUS di jawa Tengah sebesar 18,45%

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi

pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal

pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan

melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal.

Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada

keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil (Zalhaida 2010 dalam

Ganda, 2011)
87

b. Usia Ibu

Hasil bahwa faktor resiko kematian maternal berdasarkan

determinan antara yaitu usia ibu sangat mempengaruhi terjadinya

kematian ibu. Usia ibu dibawah 20 tahun rentan terjadinya kematian ibu

karena proses reproduksi ibu itu sendiri belum sepenuhnya baik seperti

sel telur belum sempurnadan selaput ibu yang belum matang. Dan juga

usia ibu diatas 35 rentan untuk hamil kembali karena pada usia tersebut

kesuburan pada ibu sudah menurun, kehamilan dipetengahan umur 30 –

40 tahun itu sendiri usia Advenced yaitu memerlukan penanganan

ekstra baik untuk persiapan ibu dan bayi.

Waktu kehamilan dibawah usia 20 tahun dan diatas 30 tahun itu

sendiri beresiko karena pada ibu tersebut rentan terjadinya hipertensi,

diabetes, persalinan dengan tindakan seksio sesarea (Caesar), sampai

terjadinya Kematian. Semantara pada kehamilannya terjadi peningkatan

resiko keguguran, kelainan janin akibat kelainan kromosom dan lahir

mati. Untuk mengurangi resiko tersebut diperlukan Skrining terutama

pada trismeter pertama (11-14 minggu)

Usia baik untuk ibu hamil diusia 21 sampai 30 tahun karena

pada usia tersebut resiko gangguan kesehatan pada ibu hamil paling

rendah yaitu sekitar 15%. Selain itu dilihat dari perkembangan

kematangan, wanita pada kelompok umur ini telah memiliki

kematangan reproduksi, emosional, maupun aspek sosial.


88

Hasil diatas diartikan bahwa umur ibu hamil berpengaruh

sedemikian besarnya akan mempengaruhi perilaku, karena semakin

lanjut umurnya, maka semakin lebih bertanggung jawab, lebih tertib,

lebih bermoral, lebih berbakti dari usia muda (Notoatmodjo, 2010).

Umur yang dimiliki responden sebagian besar merupakan umur yang

masih produktif, dimana umur yang masih bisa memiliki anak, dan hal

ini membutuhkan perhatian serta kesiapan responden dalam mengatur

kehamilan berikutnya, contohnya terjadi di Puskesmas Reban dan

Puskesmas Batang III Usia ibu diatas 35 tahun. Pada kasus di

Puskesmas Reban dan Puskesmas Batang III Kasus kematian ibu sama

Karena Pre- Eklamsi Berat.

c. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh

seseorang wanita (BKKBN,2006).

Paritas itu merupakan jumlah anak lahir hidup yang dilahirkan

seorang ibu dikehamilan yang ke dua ini tidak terlalu mengancam jiwa

ibu secara langsung tetapi apabila kehamilan ibu yang lebih dari tiga itu

beresiko terjadinya kegawat daruratan pada itu, maka dari itu perlunya

pengawasan lebih saat kehamilan yang ke tiga dan selanjutnya.

Jumlah anak memang tidak berpengaruh akan terjadinya

kematian ibu namun ini salah satu resiko terjadinya kematian pada ibu

apabila sang ibu memang dalam kondisi tidak baik.


89

d. Penggunaan KB

Penggunaan KB merupakan langkah mencegah / memperkecil

kemungkinan perempuan untuk menjadi hamil,selama seseorang

perempuan tidak berada dalam kehamilan ia tidak beresiko kematian

ibu.

Konseling dan pelayanan keluarga berencana harus tersedia

pada semua pasangan dan individu. Pelayanan keluarga berencana

harus menyediakan informasi dan konseling yang lengkap dan juga

pilihan metode kontrasepsi yang memadai, termasuk kontrasepsi

emergensi, dan pelayanan ini harus merupakan bagian dari program

komprehensif pelayanan kesehatan.

Program keluarga berencana memiliki peranan dalam

menurunkan resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamiilan,

penundaan usia kehamilan serta menjarangkan kehamilan.

e. Pemeriksaan Antenatal (ANC)

Hasil bahwa pemeriksaan antenatal (ANC) responden sebagian

besar adalah baik, hasil dari faktor resiko penyebab kematian maternal

dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan determinan

antara dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh faktor penyebab

kematian maternal.

Ibu hamil pada dasarnya perlu memerlukan pemeriksaan

antenatal secara teratur karena dengan melakukan pemeriksaan secara

teratur dapat mengidentifikasi masalah kesehatan agar dapat


90

diperhatikan kondisi kesehatan dan persalinan yang aman bagi ibu dan

bayi.

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan

kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil,

hingga menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian air susu

ibu (ASI) dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar

(Manuaba,2008)

Kunjungan antenatal care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan

atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasakan hamil untuk

mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan

antenatal care petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai

kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk

mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada tidaknya

masalah atau komplikasi (Saifudin,2005)

3. Faktor yang berhubungan dengan kematian maternal berdasarkan

Determinan Jauh.

a. Pendidikan Ibu

Faktor kematian maternal yang terjadi berdasarkan determinan

jauh yaitu pendidikan ibu, penelitian kemarin menunjukkan pendidikan

ibu terbanyak dalam katagori Sekolah Dasar (SD), sehingga dapat

disimpulkan bahwa tingkat pendidikan responden sebagian besar

rendah. Besarnya tingkat pendidikan yang rendah tidak memiliki

hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan kunjungan pelayanan


91

kesehatan hal ini dibuktikan dengan masih cukup tinggi / baik

kunjungan masyarakat ke tempat pelayanan kesehatan namun sangat

berpengaruh akan kesehatan , yang menyebabkan rendahnya perilaku

hidup sehat.

Pendidikan responden pada penelitian ini yang kurang baik yang

dapat berdampak pada penerimaan informasi yang tepat tentang

penyebab kematian maternal, hal ini perlu terutama adanya suatu

penyuluhan agar ibu hamil dengan pendidikan yang kurang dapat

memiliki suatu informasi dan penyuluhan yang benar tentang seluk

beluk penyebab terjadinya kematian maternal dengan benar. tetapi

sebaliknya responden yang berpendidikan tinggi cenderung lebih

memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya, sedangkan wanita

dengan tingkat pendidikan yang rendah, menyebabkan kurangnya

pengertian mereka akan bahaya yang dapat menimpa ibu hamil maupun

bayinya terutama dalam hal kegawat daruratan kehamilan dan

persalinan. Ibu – ibu terutama di daerah pedesaan dengan pendidikan

rendah, tingkat independensinya untuk mengambil keputusanpun

rendah dan berdasarkan pada budaya ‘berunding’ yang berakibat pada

keterlambatan merujuk. Kemiskinan dapat menjadi sebab rendahnya

peran serta masyarakat pada upaya kesehatan. Kematian maternal

sering terjadi pada kelompok miskin, tidak berpendidikan, tinggal di

tempat terpencil, dan mereka tidak memiliki kemampuan untuk

memperjuangkan kehidupannya sendiri (Kemenkes RI, 2004).


92

Pendidikan dalam artian luas mencakup seluruh proses

kehidupan dan segala bentuk interaksi individu dengan lingkungannya

baik secara formal maupun informal. Tingkat pendidikan seseorang

akan berpengaruh dengan member respon sesuatu yang datang dari luar,

menyerap dan memahami pengetahuan yang diperoleh (penelitian

Novasari, 2012) yang menyatakan bahwa pendidikan sangat

mempengaruhi seseorang dalam memotivasi untuk siap berperan serta

dalam membangun kesehatan sebaliknya pendidikan yang kurang akan

menghambat sikap seseorang (penelitian Widyaningsih,2012)

b. Penghasilan Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan pengaruh faktor resiko penyebab

kematian maternal dangan faktor kematian maternal berdasarkan

determinan jauh maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh

secara signifikan, variabel ini lebih menekankan pada keadaan

ekonomi, kejadian kematian maternal dapat dijabarkan bahwa faktor ini

saling berpengaruh 66,2% dengan tingkat kenormalan antara variabel

dependent dengan variabel independent.

Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara

lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan

makanan itu sendiri, serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan

pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar

akan kurang dapat memenuhi kebutuhan akan makanannya terutama

untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya. Tingkat


93

pendapatan dapat menentukan pola makan. Pendapatan merupakan

faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan,

semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang

diperoleh dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar

pula prosentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah,sayuran

dan beberapa jenis bahan makanan lainnya (Umar,2007).


BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pada Bab V ini akan menjabarkan hasil penelitian dari variabel dependen

(kematian maternal) dan variabel independen (paritas, umur, status gizi, pemeriksaan

antenatal, KB, pendidikan ibu, pendapatan keluarga) sebagai berikut :

5.1 Kematian maternal

Hasil bahwa faktor penyebab kematian maternal yaitu yang mengalami

kematian maternatal sebanyak 13 orang (50%), dan yang tidak mengalami

kematian maternal sebanyak 13 orang (50%). terjadinya kematian maternal

merupakan suatu kematian wanita yang terjadi pada saat kehamilan, atau dalam

42 hari setelah berakhirnya kehamilan, dimana tidak tergantung dari lama dan

lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan,

atau yang diperberat oleh kehamilan tersebut atau penanganannya, tetapi bukan

kematian yang disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan (WHO,2007).

Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya kematian maternal yaitu

faktor determinan dekat, determinan antara dan determinan jauh. Faktor yang

terjadi selama kehamilan, merupakan determinan dekat yang meliputi kejadian

kehamilan, dimana wanita hamil memiliki risiko untuk mengalami komplikasi

pada masa kehamilan, persalinan dan nifas, seperti komplikasi perdarahan,

preeklamsia / eklamsia, infeksi, partus lama, dan ruptura uterus akan

berpengaruh terhadap terjadinya kematian maternal (Kemenkes 2008 dalam

Wilopo 2010).

94
95

Kematian maternal pada ibu hamil perlu mendapat perhatian dan

penangganan yang terprogram dimana kematian maternal yang terjadi dalam

waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan yang tidak tergantung pada tempat

atau usia kehamilan. Kematian maternal pada penelitian ini salah satunya

disebabkan oleh suatu penyakit yang timbul saat hamil misal leukimia, fisiologis

ibu terhadap kehamilannya, adanya penyulit stenosis mitral, perdarahan,

komplikasi.

5.2 Faktor penyebab kematian maternal berdasarkan determinan dekat yaitu

komplikasi dalam kehamilan

Hasil bahwa faktor penyebab kematian maternal berdasarkan determinan

dekat yaitu komplikasi dalam kehamilan adalah komplikasi tidak ada sebanyak

13 orang (100%). Hasil pengaruh faktor risiko kematian maternal yang terjadi

dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan determinan dekat

dengan komplikasi dalam kehamilan dengan uji analisis Chi Square diperoleh

dari nilai Continuity Correction dengan p-value sebesar 0,000, maka dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh faktor risiko kematian maternal yang terjadi

dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan determinan dekat yaitu

komplikasi dalam kehamilan dengan nilai OR = 4,223 artinya memiliki peluang

4 kali berpengaruh pada kematian maternal.

Hasil diatas dapat diartikan bahwa pada wanita yang hamil memiliki

risiko untuk mengalami komplikasi, baik komplikasi kehamilan maupun

komplikasi persalinan, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko

tersebut. penyebab kejadian dari kematian maternal yaitu komplikasi obstetri


96

yaitu penyebab langsung kematian ibu berupa perdarahan, infeksi, eklampsia,

partus lama, abortus, dan ruptura uteri (robekan rahim). Hal ini perlu adanya

langkah intervensi yang ditujukan untuk mengatasi komplikasi dalam bentuk

penurunan AKI, akan tetapi intervensi ini tidak akan menyelesaikan masalah

kematian ibu secara tuntas dan berkesinambungan. Oleh sebab itu upaya

penurunan AKI dalam jangka panjang harus memperhatikan dan dilengkapi

dengan intervensi terhadap determinan antara dan determinan jauh.

5.3 Faktor risiko kematian maternal berdasarkan determinan antara yaitu :

1. Status Gizi Ibu Saat Hamil (Gizi)

Hasil bahwa status gizi ibu saat hamil sebagian besar tidak KEK

sebanyak 12 orang (57,1%). Hasil pengaruh faktor risiko penyebab

kematian maternal dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan

determinan antara yaitu status gizi ibu saat hamil dengan uji analisis Chi

Square diperoleh dari nilai Continuity Correction dengan p-value sebesar

0,320, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh faktor penyebab

kematian maternal dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan

determinan dekat yaitu status gizi ibu saat hamil dengan nnilai OR = 0,350

artinya memiliki peluang 0,3 kali berpengaruh pada kematian maternal

Tidak adanya pengaruh status gizi ibu saat hamil dengan kejadian

kematian maternal diperkirakan bahwa responden memiliki status gizi yang

baik, dimana seorang wanita dengan kondisi kesehatan yang baik dan

dengan aktivitas kerja yang sedang selama kehamilannya memerlukan

tambahan sekitar 300 kalori sehari. Disamping itu juga diperlukan


97

peningkatan pasokan vitamin, asam folat, zat besi dan mineral lainnya.

Selanjutnya selama trimester terakhir kehamilan, seorang wanita

membutuhkan tambahan kalori sekitar 550 kalori sehingga mampu

menyimpan cadangan untuk menyusui terutama selama enam bulan pertama

(Royston dan Amstrong, 1994).

2. Usia Ibu

Hasil bahwa faktor risiko kematian maternal yang terjadi

berdasarkan determinan antara yaitu berupa usia ibu diketahui bahwa

sebagian besar berusia 30-34 tahun sebanyak 7 orang (77,8%). Hasil

pengaruh faktor risiko penyebab kematian maternal dengan faktor penyebab

kematian maternal berdasarkan determinan antara yaitu usia ibu dengan uji

analisis Chi Square diperoleh dari nilai Pearson Chi Square dengan p-value

sebesar 0,010, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh faktor risiko

penyebab kematian maternal dengan faktor penyebab kematian maternal

berdasarkan determinan dekat dengan usia ibu dengan nilai OR = 0.500.

Usia ibu hamil yaitu dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun merupakan usia

berisiko untuk hamil dan melahirkan, hal ini disimpulkan bahwa berpeluang

0,5 kali terjadi kematian antenal.

Hasil diatas diartikan bahwa usia ibu hamil berpengaruh sedemikian

besarnya akan mempengaruhi perilaku, hal ini semakin lanjut usianya, maka

semakin lebih bertanggung jawab, lebih tertib, lebih bermoral, lebih

berbakti dari usia muda (Notoatmodjo, 2010). Usia yang dimiliki responden

sebagian besar merupakan umur yang masih produktif, dimana usia yang
98

masih bisa memiliki anak, dan hal ini membutuhkan perhatian serta

kesiapan responden dalam mengatur kehamilan berikutnya. Penelitian yang

dilakukan di Amerika Serikat menyatakan bahwa kematian maternal akan

meningkat 4 kali lipat pada ibu yang hamil pada usia 35 – 39 tahun bila

dibanding wanita yang hamil pada usia 20 – 24 tahun. Usia kehamilan yang

paling aman untuk melahirkan adalah usia 20 – 30 tahun (Kemenkes RI,

2004).

3. Paritas

Hasil bahwa paritas responden sebagian besar adalah > 4 anak

sebanyak 16 orang (61,5%). Hasil pengaruh faktor risiko penyebab

kematian maternal dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan

determinan antara yaitu paritas dengan uji analisis Chi Square diperoleh dari

nilai Pearson Chi Square dengan p-value sebesar 0,175, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh faktor penyebab kematian maternal

dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan determinan dekat

yaitu paritas dengan nilai OR = 0.500, dimana memiliki peluang 0,5 kali

terjadi kematian maternal.

Paritas pada penelitian ini tidak berpengaruh pada kejadian kematian

maternal dimana hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan semakin

banyak jumlah kelahiran yang dialami oleh seorang ibu maka semakin

tinggi risikonya untuk mengalami komplikasi. Pada penelitian ini paritas

responden rata-rata memiliki anak 3 orang dalam keluarga. Paritas

merupakan salah satu faktor predisposisi dalam kematian maternal, selain


99

itu faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kematian maternal

berpengaruh besar dan memiliki faktor risikokematian maternal, maka

kepada petugas kesehatan agar senantiasa diupayakan peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan dalam asuhan kebidanan terutama ante natal care

dalam mendeteksi faktor risiko yang mungkin dapat mendukung terjadinya

kematian maternal sehingga dapat meminimalisasi komplikasi yang dapat

terjadi pada ibu maupun pada bayi. Selain itu kepada peneliti selanjutnya

agar dapat mengembangkan penelitian ini sehingga hasil yang diperoleh

akan dapat lebih bermanfaat khususnya dalam ilmu kebidanan.

4. Pemeriksaan Antenatal

Hasil bahwa pemeriksaan antenatal responden sebagian besar adalah

baik sebanyak 12 orang (63,2%). Hasil pengaruh faktor risiko penyebab

kematian maternal dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan

determinan antara yaitu pemeriksaan antenatal dengan uji analisis Chi

Square diperoleh dari nilai Continuity Correction dengan p-value sebesar

0,017, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh faktor penyebab

kematian maternal dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan

determinan dekat yaitu pemeriksaan antenatal dengan nilai OR= 10.286,

dimana memiliki peluang 10 kali terjadinya kematian maternal.

Pada prinsipnya pemeriksaan kehamilan (ibu yang melakukan

pemeriksaan kehamilan secara teratur akan terdeteksi masalah kesehatan

dan komplikasinya), selain itu perlu di diperhatikan juga penolong

persalinan (ibu yang ditolong oleh dukun berisiko lebih besar untuk
100

mengalami kematian dibandingkan ibu yang melahirkan dibantu oleh tenaga

kesehatan), perilaku menggugurkan kandungan (ibu yang berusaha

menggugurkan kandungannya berisiko lebih besar untuk mengalami

komplikasi).

Strategi P4K ( Program Perencanaan Persalina dan Pencegahan

Komplikasi ) adalah dengan cara menempelkan stiker merupakan suatu

kegiatan yang di fasilitasi oleh bidan didesa dalam rangka merencanakan

persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil,

termasuk perencanaan penggunaan KB pasca persalinan dengan

menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka

meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi

baru lahir (Bidanlia,2010)

5. Keluarga Berencana (KB)

Hasil bahwa KB yang ibu lakukan sebagian besar pernah sebanyak

11 orang (50%). Hasil pengaruh faktor risiko penyebab kematian maternal

dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan determinan antara

yaitu keluarga berencana dengan uji analisis Chi Square diperoleh dari nilai

Continuity Correction dengan p-value sebesar 0,000, maka dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh faktor penyebab kematian maternal

dengan faktor penyebab keluarga berencana kematian maternal berdasarkan

determinan dekat yaitu keluarga berencana dengan nilai OR = 1.000 Adanya

pengaruh pemakaian KB dapat dijelaskan bahwa penggunaan alat


101

kontrasepsi (ibu ber-KB akan lebih jarang melahirkan dibandingkan dengan

ibu yang tidak ber-KB).

Responden yang memakai alat KB sesuai kebutuhan akan lebih

mudah mengatur jarak kehamilan atau memiliki anak lagi, hal ini dapat

menghindari terjadinya kematian maternal pada ibu.

5.4 Faktor risiko kematian maternal berdasarkan determinan jauh yaitu :

1. Pendidikan Ibu

Hasil bahwa pendidikan ibu sebagian besar SD/ Sederajat sebanyak

7 orang (53,8%). Hasil pengaruh faktor risiko penyebab kematian maternal

dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan determinan jauh

yaitu pendidikan ibu dengan uji analisis Chi Square diperoleh dari nilai

Pearson Chi Square dengan p-value sebesar 0,783, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada pengaruh faktor penyebab kematian maternal dengan faktor

penyebab kematian maternal berdasarkan determinan jauh yaitu pendidikan

ibu dengan nilai OR = 9.206, dimana berpeluang 9 kali terjadi kematian

maternal. Tidak adanya hubungan pendidikan ibu dengan kejadian kematian

maternal ibu dimungkinkan bahwa pendidikan adalah sebuah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas

dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap

dan memahami tentang penyebab dari kematian maternal yang mereka

pahami berdasarkan kebutuhan dan kepentingan keluarga.


102

Pendidikan responden pada penelitian ini yang kurang baik yang

dapat berdampak pada penerimaan informasi yang tepat tentang penyebab

kematian maternal, hal ini perlu terutama adanya suatu penyuluhan agar ibu

hamil dengan pendidikan yang kurang dapat memiliki suatu informasi dan

penyuluhan yang benar tentang seluk beluk penyebab terjadinya kematian

maternal dengan benar. tetapi sebaliknya responden yang berpendidikan

tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya,

sedangkan wanita dengan tingkat pendidikan yang rendah, menyebabkan

kurangnya pengertian mereka akan bahaya yang dapat menimpa ibu hamil

maupun bayinya terutama dalam hal kegawat daruratan kehamilan dan

persalinan. Ibu – ibu terutama di daerah pedesaan dengan pendidikan

rendah, tingkat independensinya untuk mengambil keputusanpun rendah

dan berdasarkan pada budaya ‘berunding’ yang berakibat pada

keterlambatan merujuk. Kemiskinan dapat menjadi sebab rendahnya peran

serta masyarakat pada upaya kesehatan. Kematian maternal sering terjadi

pada kelompok miskin, tidak berpendidikan, tinggal di tempat terpencil, dan

mereka tidak memiliki kemampuan untuk memperjuangkan kehidupannya

sendiri (Kemenkes RI, 2004).

2. Pendapatan Keluarga

Hasil bahwa pendapatan keluarga sebagian besar > 1 juta perbulan

sebanyak 12 orang (52,2%). Hasil pengaruh faktor risiko penyebab

kematian maternal dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan

determinan jauh yaitu peendapatan keluarga dengan uji analisis Chi Square
103

diperoleh dari nilai Pearson Chi Square dengan p-value sebesar 0,218,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh faktor penyebab

kematian maternal dengan faktor penyebab kematian maternal berdasarkan

determinan jauh yaitu pendapatan keluarga dengan nilai OR = 0,055.

Variabel ini lebih menekankan pada keluarga perempuan, antara lain

penghasilan keluarga, kekayaan keluarga, status pekerjaan anggota keluarga

juga dapat berpengaruh terhadap risiko mengalami kematian ibu.

Pendapatan mempunyai kontribusi yang besar dalam pemanfaatan

penolong persalinan. Bagi ibu dengan status ekonomi yang baik, akan lebih

leluasa untuk memilih penolong persalinan yang diinginkan. Sebaliknya

pendapatan keluarga yang rendah akan kesulitan dalam memilih penolong

persalinan yang diinginkan karena pertimbangan biaya. Secara umum,

pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang tidak merata

sangat erat hubungannya dengan kemiskinan serta mengalami kesulitan

dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan karena keterbatasan

biaya dan ketidaktahuan (Depkes, 2001).

5.5 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kematian Maternal

yang terjadi di Kabupaten Batang berdasarkan faktor - faktor yang

meliputi Determinan Dekat , Determinan Antara dan Determinan Jauh

Hasil uji Klasik pada penelitian ini yaitu hasil p value <0,05 artinya

bahwa variabel independent yaitu komplikasi, usia ibu, pemeriksaan antenal, KB

dapat menjelaskann variabel kematian maternatal saling berpengaruh. Kejadian


104

kematian maternal dapat dijabarkan bahwa saling berpengaruh dengan tingkat

antara variabel dependent dengan independen yaitu nilai p value <0,05.

5.6 Pembahasan Kualitatif Kematian Maternal di Kabupaten Batang

Kajian kualitatif mengenai kejadian kematian maternal dan upaya

pelayanan kesehatan maternal di Kabupaten Batang disajikan dalam bentuk

narasi. Tujuan dari kajian kualitatif adalah untuk melihat berbagai faktor yang

berkaitan dengan terjadinya kematian maternal secara lebih detail serta untuk

memperkuat argumen faktor – faktor penyebab kematian maternal lebih

mendalam lagi dengan langsung yaitu mengenai kasus ini berasal dari riwayat

perjalanan atau kronologi terjadinya kematian maternal yang diperoleh melalui

teknik wawancara secara mendalam (indepth interview) terhadap responden

penelitian pada kasus kematian maternal, dan didukung dari data yang ada dalam

dokumen otopsi verbal atau hasil audit maternal perinatal. Informasi mengenai

upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Batang dalam menurunkan

angka kematian maternal yang ada diperoleh dari hasil wawancara terhadap

Dinas Kesehatan yaitu terutama dari bagian Kesehatan Keluarga Kabupaten

Batang, dan bidan desa yang tinggal di tempat terjadinya kasus kematian

maternal.

Penempatan bidan di desa merupakan salah satu program dari dinas

kesehatan Kabupaten Batang dalam rangka menurunkan Angka Kematian

Maternal, yaitu dengan penempatan bidan di desa – desa, baik dengan status

PNS atau PTT sehingga diharapkan ibu hamil mendapatkan pelayanan maternal

yang berkualitas dan dekat dengan masyarakat. Pemeriksaan antenatal yang baik
105

akan dapat menilai status kesehatan ibu dan dapat memberikan informasi yang

memadai tentang kehamilan dan persalinan. Selain itu, pemeriksaan antenatal

dapat mengidentifikasi dan mengantisipasi kehamilan risiko tinggi sedini

mungkin dan memantau perkembangan kehamilan, serta melakukan intervensi

yang relevan untuk mencegah berbagai komplikasi kehamilan dan persalinan.

Dari hasil wawancara terhadap bidan desa, diperoleh informasi bahwa bidan

telah memberikan penyuluhan tentang tanda – tanda bahaya kehamilan dan

persalinan sesuai dengan yang tercantum dalam KMS ibu hamil, akan tetapi

bidan tidak dapat menjamin apakah ibu benar – benar dapat memahami isi pesan

yang diberikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 kasus kematian maternal

yang ada, sebagian besar kematian disebabkan oleh Pre- Eklamsia Berat /

Eklamsia sebanyak, karena Riwayat penyakit, dan terakhir karena Pendarahan.

Dengan pemberian MgSO4 ( Magnesium Sulfat ) pada pasien pre eklamsia dan

eklamsia diberikan karena obat anti kejang yang efektif tanpa menimbulkan

depresi susunan saraf pusat baik pada ibu maupun janinnya. Pemberian pada

preeklamsia berat sama seperti untuk eklamsia karena persalinan dan pelahiran

merupakan kejang, wanita biasanya diberikan MgSo4 selama persalinan dan

selama 24 jam postpartum,

Berdasarkan penelitian hasil wawancara kepada responden didapatkan

penyebab langsung kematian ibu itu sendiri karena riwayat sakit ibu, contohnya

di Puskesmas Bawang Desa Wonosari kasus kematian ibu berdasarkan

wawancara bidan, keluarga dan riwayat pemeriksaan ibu (otopsi) ibu meninggal
106

karena sakit Gagal Ginjal yang tidak dapat ditangani oleh puskesmas dan RSUD

di batang, sebelum kehamilan keduanya ibu waktu hamil pertama masih dalam

keadaan sehat dan normal belum menderita Gagal ginjal, baru diketahui ibu

hamil juga pada saat usia kehamilan sudah menginjak 3 bulan. Setelah itu dari

pihak puskesmas sendiri bersama bidan selalu memberikan informasi tentang

kesehatannya seperti tensi ibu yang selalu naik, tidak boleh banyak pikiran serta

agar menjaga pola makan yang sehat. Masalah lainnya juga karena kendala

biaya dari keluarga yang tidak mau di bawa ke RS Karyadi Semarang. Pada saat

itu ibu hanya mendapatkan perawatan berapa hari di RSUD Batang dan dari

pihak keluarga meminta pulang pada hari ke 4 namun sebelum hari ke 4 pada

hari ke 3 ibu sudah meninggal terlebih dahulu.

Tidak hanya penyakit gagal ginjal saja, di Puskesmas Subah juga

diketahui ibu meninggal karena menderita sakit Leukimia, kejadian itu baru

diketahui setelah ibu di bawah ke RSUD dan berapa hari kemudian ibu

meninggal di RUSD Batang. Penyakit itu sendiri karena faktor ibu yang sudah

bekerja selama 15 tahun di Pabrik Rokok setempat yang memperburuk keadaan

ibu. Kasus lain yaitu terjadi di Puskesmas Pecalungan, ibu menderita sakit

jantung namun ibu tidak mau dibawa berobat ke Puskesmas maupun ke RSUD.

Padahal dari pihak Puskesmas dan Bidan sudah sering mengunjungi ibu dirumah

namun ibu slalu tidak mau di kasih tahu dan tidak mau meminum obat yang

diberikan oleh petugas kesehatan setempat. Kasus selanjutnya yaitu terjadi di

kecamatan Warungasem, informasi yang diberikan oleh bidan setempat bahwa

pada kasus kematian ibu di desa tersebut itu karena faktor gangguan jiwa,
107

dimana ibu setiap hamil dari kehamilan pertama ibu selalu terguncang jiwanya

namun setelah pasca persalinan ibu normal kembali, namun setelah kehamilan

keduanya ibu terulang kembali mengalami gangguan jiwa dan menyakiti dirinya

sendiri, dari keluarga sendiri menutupi keadaan tersebut jadi kejadian tersebut

menghambat kerja dari petugas kesehatan setempat. Kasus kematian ibu yang

terakhir yaitu terjadi di Puskesmas Batang IV yang mengalami penyakit bawaan

dari kecil ISPA.

Disamping penyebab kematian akibat komplikasi obstetri langsung dan

tidak langsung ini, penelitian menemukan bahwa berbagai faktor turut berperan

untuk terjadinya kematian maternal. Faktor keterlambatan rujukan yang meliputi

keterlambatan dalam pengambilan keputusan dari pihak keluarga masih

memegang peranan penting pada kejadian kematian maternal di Kabupaten

Batang, disamping itu juga faktor status kesehatan ibu, faktor status reproduksi,

pemeriksaan antenatal, penolong persalinan, tingkat pendidikan dan faktor sosial

ekonomi. Sebagian besar ibu meninggal pada usia 20 - 35 tahun sebanyak 11 ibu

yang meninggal dari 13 kasus ibu yang meninggal sisanya ibu meninggal pada

usia diatas 35 tahun, jika dilihat darisegi usia kategori usia 20 – 35 tahun

termasuk usia produktif, namun dari segi pekerjaan ibu yang bekerja untuk

menambah pendapatan keluarga hanya sebagian kecil saja), hal ini dapat

diartikan walaupun sebagian besar ibu meninggal di usia produktif akan tetapi

dapat diasumsikan hanya sebagian kecil yang kemungkinan disebabkan oleh

pekerjaan yang ikut sebagai pemicu kematiannya karena penyebab terbanyak


108

kematian ibu itu sendiri karena faktor riwayat penyakit yang disudah ada

sebelum kehamilan terakhir. Sedangkan untuk kategori usia risiko

Kategori tingkat pendidikan kasus sebagian besar tergolong rendah

SD/sederajat yaitu sebesar 50,0%. Namun jika dilihat dari proporsi pemeriksaan

antenatal, sebagian besar ibu yang meninggal telah melakukan pemeriksaan

antenatal dan sebagian besar pula (73,1%) memenuhi kriteria baik, yaitu

memenuhi kriteria empat kali periksa (K4) dan mendapatkan pelayanan 5 T,

sedangkan tempat pemeriksaan antenatal sebagian besar di bidan. Dari kondisi

ini tampak bahwa rendahnya tingkat pendidikan kasus, tidak mempengaruhi

perilaku dalam memperoleh pelayanan kehamilan di sarana kesehatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir 95% kasus telah

memanfaatkan fasilitas kesehatan saat terjadi komplikasi, baik komplikasi yang

terjadi selama masa kehamilan, persalinan, maupun masa nifas yaitu dengan

meminta pertolongan pada bidan terdekat, dan dirujuk ke rumah sakit, akan

tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus mengalami keterlambatan

rujukan saat terjadi komplikasi, dan sebagian besar kasus mengalami

keterlambatan pertama yaitu terlambat dalam mencapai fasilitas pelayanan

kesehatan yang lebih baik seperti Rumah Sakit karena dari pihak keluarga yang

terlalu lama dalam pengambilan keputusan. Dari hasil indepth interview

diketahui bahwa kemampuan ibu, suami dan anggota keluarga lainnya untuk

mengetahui tanda – tanda kegawatdaruratan kebidanan yang mengharuskan ibu

segera mendapatkan pertolongan ternyata masih rendah. Rendahnya kemampuan

untuk mengenali tanda – tanda kegawatdarutan kebidanan, seperti edema pada


109

tangan dan kaki, nyeri kepala, perdarahan yang terjadi saat kehamilan maupun

persalinan, infeksi dan persalinan bayi kedua dalam persalinan kembar seperti di

desa Gringsing, juga diperburuk oleh dominannya peran suami dalam

pengambilan keputusan serta budaya ‘berunding’/musyawarah dalam keluarga

yang dapat menghambat pelaksanaan rujukan, merupakan hal yang memberikan

kontribusi bagi keterlambatan pertama pada kasus – kasus kematian maternal,

sehingga saat bidan datang kondisi ibu sudah buruk. Kendala biaya dan sikap

pasrah pada takdir juga merupakan alasan terjadinya keterlambatan pertama

pada kasus – kasus kematian maternal.

Strategi P4K ( Program Perencanaan Persalina dan Pencegahan

Komplikasi ) adalah dengan cara menempelkan stiker merupakan suatu kegiatan

yang di fasilitasi oleh bidan didesa dalam rangka merencanakan persalinan yang

aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk

perencanaan penggunaan KB pasca persalinan dengan menggunakan stiker

sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu

pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir (Bidanlia,2010)

Penghasilan keluarga di bawah UMR Kabupaten Batang

(Rp.1.467.500,00) pada kelompok kasus yaitu sebesar 88,5% dan mata

pencaharian kepala keluarga sebagian besar adalah buruh. Meskipun bagi

keluarga tidak mampu diupayakan mendapat kartu Kartu Indonesia Sehat (KIS),

BPJS atau surat keterangan tidak mampu dari kepala desa untuk mendapatkan

bantuan JAMKESDA, keluarga tetap beranggapan bahwa nantinya akan

dihadapkan pada biaya – biaya tambahan, baik untuk pembelian obat – obatan
110

khusus maupun untuk biaya transportasi, yang akan merepotkan keluarga dan

tetangga sekitar. Dukungan warga masyarakat pada kasus kematian maternal,

pada umumnya sebatas rasa simpati pada keluarga ibu dan turut serta

mengupayakan sarana transportasi saat ibu akan dirujuk ke rumah sakit, akan

tetapi menurut bidan desa, upaya pengadaan tabungan ibu bersalin (tabulin)

belum berjalan dengan baik.

Keterlambatan petugas dalam merujuk ibu ke RS juga dapat menjadi

penyebab terjadinya keterlambatan pertama. Pada kasus kematian maternal di

wilayah kabupaten batang terjadinya Pre- eklamsia Berat dan Pendarahan karena

AMP pada saat itu hari raya Cina para bidan dan tenaga kesehatan lainnya pada

waktu itu tidak bisa langsung menolong ibu untuk dibawa ke Rumah Sakit

setelah 30 menit ibu menunggu ibu dibawa ke Rumah Sakit, dengan didampingi

dari pihak bidan setempat waktu itu dan langsung mendapatkan pertolongan di

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang namun karena ibu mengalami

perdarahan dan bayi tidak dapat keluar dengan normal maka ibu dan bayi waktu

itu tidak dapat diselamatkan. Dari sisi pertolongan persalinan, penolong pertama

persalinan pada sebagian besar kasus adalah tenaga kesehatan, dimana pada

sebagian besar kasus penolong pertama persalinan adalah bidan. Hasil ini

tampak tidak sesuai dengan teori yang mendasari, dimana seharusnya

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatanakan menurunkan risiko kematian

maternal, akan tetapi dari hasil wawancara mendalam diperoleh informasi bahwa

pada kasus – kasus kematian maternal, pada umumnya bidan datang dalam

kondisi ibu mengalami komplikasi baik kehamilan, persalinan maupun nifas,


111

yang mengharuskan ibu untuk segera dirujuk dan pada umumnya kondisi ibu

sudah buruk. Pada kasus kematian maternal pada ibu hamil dengan kehamilan

kembar, suami memanggil bidan dalam keadaan ibu mengeluarkan busa dari

mulutnya, dari pihak bidan langsung memberikan rujukan kerumah sakit dan

pada waktu itu dari pihak keluarga (adik dan ayah) sudah membawa ibu ke

Rumah Sakit Islam daerah Kendal dulu. Namun setelah sampai Rumah sakit ibu

hanya di biarkan berbaring di UGD tanpa di kasih infus atau alat penolong

lainnya. AMP kejadian disana keluarga dan ibu harus menunggu Dokter

Kandungan yang akan praktek pukul 17.30 WIB padahal pasien dalam mondisi

tidak memungkinkan untuk menunggu pada saaat itu ibu dan keluarga sampai di

Rumah Sakit pukul 16.00 WIB, dari awal sampai terjadinya ibu meninggal tidak

ada penanganan apa – apa dari petugas kesehatan disana baik dari perawat atau

lainnya pada saat itu ibu hanya mendapatkan untuk pemompa oksigen (dadanya

ditekan – tekan oleh perawat). Dapat dilaksanakan program SMS Bunda dan Si

jari Emas strategi ini dapat diterapkan di kabupaten batang untuk menekan

terjadinya Aki setiap tahunnya. SMS bunda yaitu apa ada hal yang terjadi / yang

ibu rasakan pada kehamilan / kondisi dirinya dan bayi nya bunda dapat

melakukan sms kepada pelayanan kesehatan, sebelum itu ibu hamil terlebih

dahulu mendaftarkan dirinya. Layanan ini gratis yang didesain untuk

memberikan informasi kepada ibu hamil hingga pasca melahirkan. Program Si

Jari Emas merupakan program baru secara nasional, yang mana program

tersebut pada dasarnya untuk mencatat AKI dan AKB secara online, program ini

diprioritaskan untuk pertolongan medis persalinan ibu dan anak, Program si jari
112

emas atau sistem informasi jejaring rujukan expanding maternal and new born

survival bantuan kementrian kesehatan secara Nasional bertujuan menutunkan

resiko AKI dan AKB secara signifikan

Dari kasus di atas menunjukkan bahwa faktor waktu menjadi sangat

penting pada kasus – kasus dengan komplikasi. Keterlambatan dalam merujuk

akan menjadi lebih buruk bila terjadi gangguan, rumah sakit sebagai tempat

rujukan untuk menyediakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70% ibu meninggal di rumah

sakit. Hal ini menunjukkan bahwa pada kasus – kasus kematian maternal waktu

tempuh ke tempat pelayanan kesehatan rujukan sebagian besar tidak terdapat

kendala, sehingga kasus dapat sampai di rumah sakit sebelum meninggal.

Penelitian ini masih memerlukan penelitian yang lebih mendalam mengenai

sistem rujukan dan pelayanan di rumah sakit, karena hasil temuan penelitian ini

bersumber dari hasil wawancara pada keluarga dan bidan desa serta catatan

hasil AMP (audit maternal perinatal) dari dinas kesehatan Kabupaten Batang.

Upaya penurunan angka kematian maternal yang dilakukan oleh dinas

kesehatan Kabupaten Batang, antara lain dengan melakukan pelatihan bidan

desa, seperti pelatihan LSS (Life Saving Skills), pelatihan KIE, dan pelatihan

bagi dukun bayi yang dilaksanakan oleh puskesmas. Meskipun pelatihan

terhadap petugas kesehatan telah dilakukan oleh dinas kesehatan Kabupaten

Batang, pada beberapa contoh kasus diperoleh informasi bahwa di sekitar

keadaan kegawatdaruratan kebidanan juga dapat dikaitkan dengan

ketidakmampuan petugas dalam memberikan pertolongan medis yang


113

memadai karena terhambat kurangnya fasilitas penunjang penolongan

kesehatan.

Pertolongan Pertama pada saat Bersalin Masyarakat sudah baik hasil

penelitian menunjukkan bahwa perilaku ibu saat akan bersalin sudah

menggunakan tenaga kesehatan dan bidan adapun pada saat bersalin keluarga

memanggil juga dukun bayi karena dipengaruhi oleh tradisi turun – temurun,

dimana dukun memberi perawatan pada ibu selesai bersalin (perawatan ibu dan

bayi) sampai bayi lahir dengan imbalan jasa yang tidak mengikat dan karena

dukun bayi sudah mendapat pelatihan dari puskesmas. Kerjasama antara bidan

desa dengan dukun bayi selain melalui pelatihan yang diadakan oleh

puskesmas, juga dalam bentuk pendampingan bidan saat ibu bersalin.

Keterlambatan kedua dijumpai pada kasus kematian maternal, dan

sebagian besar disebabkan oleh kesulitan dalam mencari alat transportasi.

Keberadaan ambulan desa yang merupakan salah satu wujud program GSI

belum berjalan sebagaimana diharapkan. Pada kasus kematian maternal yang

memerlukan rujukan segera ke rumah sakit, alat transportasi yang digunakan

sebagian besar adalah mobil pinjaman tetangga atau keluarga yang mempunyai

mobil tapi ada desa yang memang dari pihak desanya saling menolong dan

memang sudah disediakan mobil untuk berjaga – jaga dari Kepala Desa nya

apa bila ada kasus kegawatdaruratan hanya berapa desa yang mempunyai

ambulan desa biasanya hanya menggunakan ambulance Puskesmas, namun

kendala – kendala dalam trasportasi yang setiap desa belum tentu mempunyai

ambulance desa kenyataannya tetap membutuhkan waktu untuk mencarinya


114

apa lagi bila memerlukan rujukan pada malam hari. Hasil wawancara dengan

Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Kabupaten Batang mengenai Gerakan

Sayang Ibu (GSI) di kabupaten Batang, Baliau menyampaikan bahwa untuk

keberhasilan pelaksanaan program GSI yang memerlukan kerjasama secara

lintas sektoral, tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat.

Pembahasan kualitatif pada penelitian ini mengungkapkan kompleksnya

kematian ibu yang terjadi pada kasus – kasus kematian maternal di Kabupaten

Batang. Yang tampak jelas merugikan adalah rendahnya kemampuan untuk

mengenali tanda – tanda risiko kebidanan baik oleh kasus maupun oleh

anggota keluarganya. Kegagalan mengenali kondisi kegawatdaruratan ini akan

berlanjut pada keterlambatan penanganan kasus yang membawa akibat pada

terjadinya kematian maternal. Untuk menurunkan kematian maternal di

kabupaten Batang perlunya informasi dari bidan atau tenaga kesehatan lainnya

untuk masyarakat mengenai gejala – gejala penting yang perlu diperhatikan

selama kehamilan, persalinan dan masa nifas baik pada ibu sendiri, para suami

maupun anggota keluarga lainnya. Diperlukan jaringan kerjasama lintas

sektoral baik di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten dalam memberikan

pengetahuan yang cukup mengenai risiko kehamilan/persalinan dan kapan

harus merujuk ke rumah sakit. Dilihat dari tingkat pendidikan dan pendapatan

keluarga, hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus berpendidikan rendah

(SD) dan berpendapatan di bawah UMR, sehingga keterlambatan mencari

pertolongan ke rumah sakit sesegera mungkin, tidak hanya berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan, tetapi juga dengan kurangnya biaya, sehingga


115

upaya pencegahan kematian maternal ini juga membutuhkan dukungan dari

segi perbaikan tingkat ekonomi yang nantinya akan berdampak pada perbaikan

terhadap akses pelayanan kehamilan dan persalinan yang aman. Hal lain yang

penting adalah meningkatkan partisipasi suami dan keluarga dalam tugasnya

sebagai pendamping dalam menghadapi masalah kehamilan dan persalinan

karena dari hasil penelitian menemukan bahwa peran suami dalam keluarga

masih dominan. Keluarga dari setiap ibu hamil harus mempunyai rencana

rujukan, termasuk persiapan kendaraan untuk mengirim ibu ke pelayanan

kesehatan rujukan dan memberikan pengertian pada keluarga agar tidak

membuang – buang waktu dalam rujukan yaitu dengan menunggu pihak

keluarga lain pada saat terjadinya kegawatdaruratan yang mengharuskan segera

langsung dirujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih memadai seperti Rumah

Sakit. Kualitas pelayanan maternal di tingkat pelayanan kesehatan rujukan

sangat penting untuk diperhatikan, terutama mengenai masalah ketersediaan

darah dan kesiapan pelayanan Kegawatdaruratan 24 jam.

5.7 Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatasan penelitian ini memiliki jumlah kasus dan kontrol dengan jumlah

yang minimal sehingga kurang mewakili.

2. Pengukuran pada penelitian ini dengan mengunakan alat ukur satu macam

yaitu kuesioner tanpa ada pembanding lainnya.

3. Tolak ukur penelitian mengunakan HPL responden tidak melihat kondisi

rumah dan karakter responden

4. Recall bias
116

Kelemahan pada penelitian kasus kontrol adalah recall bias karena

penelitian ini bersifat retrospektif. Upaya untuk meminimalkan recall bias

yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melakukan uji coba observasi dan

kuesioner di lapangan dan penelitian dilakukan terhadap kejadian kematian

maternal yang waktunya sedekat mungkin dengan pelaksanaan penelitian dan

memilih kontrol pada ibu pasca persalinan yang bersalin pada waktu yang

bersamaan / hampir bersamaan dengan kejadian kematian maternal.

5. Interview bias

Interview bias adalah kesalahan dalam melakukan wawancara.

Kesalahan ini akan terjadi bila pewawancara kurang jelas dalam memberikan

pertanyaan, sehingga responden menjadi salah dalam menafsirkannya. Cara

untuk mengatasinya adalah dengan melakukan pelatihan pada pewawancara

dan peneliti berupaya untuk membuat dan menyusun pertanyaan – pertanyaan

dengan kalimat – kalimat yang sederhana dan mudah dipahami baik oleh

responden maupun pewawancara sendiri.

6. Nilai Confidence Interval yang lebar

Hasil analisis menemukan adanya variabel dengan nilai Confidence

Interval yang sangat lebar, sehingga presisi penaksiran parameter menjadi

kurang baik dan untuk menaikkan presisi perlu menambahkan jumlah sampel.

7. Mengingat kompleksnya faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian

kematian maternal, maka variabel penelitian yang dipilih untuk diketahui

pengaruhnya terhadap kematian maternal kemungkinan belum dapat

menggambarkan secara keseluruhan permasalahan yang ada.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang bisa peneliti ambil adalah :

1. Faktor risiko kematian maternal yang terjadi dengan komplikasi dalam

kehamilan memiliki nilai prosentase sebanyak 13 orang (100%) dengan nilai

p-value 0,000 OR = 4,223.

2. Faktor risiko kematian maternal dengan status gizi ibu saat hamil memiliki

prosentase sebagian besar tidak KEK sebanyak 12 orang (57,1%) pada

kontrol dengan nilai p-value 0,320 OR = 0,350.

3. Faktor risiko kematian maternal yang terjadi dengan usia ibu sebagian besar

berumur 30-34 tahun sebanyak 7 orang (77,8%) pada kasus dengan nilai p-

value 0,010 nilai OR = 0,500.

4. Faktor risiko kematian maternal dengan paritas responden memiliki nilai

prosentase sebagian besar adalah > 4 anak sebanyak 10 orang (62,5%), pada

kasus kontrol dengan p-value sebesar 0,175 dengan nilai OR= 0.500.

5. Faktor risiko kematian maternal dengan pemeriksaan antenatal memiliki

nilai prosentase baik sebanyak 11 orang (50%) pada kasus dan kontrol

dengan nilai p-value 0,017 dan nilai OR = 10.286.

6. Faktor risiko kematian maternal dengan keluarga berencana memiliki

prosentase baik sebanyak 12 orang (63,2%) pada kontrol dengan nilai p-

value sebesar 0,000, dengan nilai OR = 1.000.

117
118

7. Faktor risiko kematian maternal dengan pendidikan ibu memiliki nilai

sebagian besar SD/ Sederajat sebanyak 7 orang (53,8%) pada kasus dengan

nilai p-value sebesar 0,783, dengan nilai OR=9.206.

8. Faktor risiko kematian maternal dengan pendapatan keluarga memiliki

prosentase sebagian besar > 1 juta perbulan sebanyak 12 orang (52,2%)

pada kasus dengan nilai p-value sebesar 0,218 dengan nilai OR= 0,055.

9. Hasil faktor berpengaruh dari determinan dekat, determinan antara dan

determinan jauh terhadap kematian maternal di Kabupaten Batang diketahui

dengan nilai saling dengan nilai p value <0,000.

6.2 Saran

1. Bagi Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan Kabupaten Batang

a. Pemanfaatan fasilitas PONED yang dimiliki masing-masing kecamatan

secara optimal beserta sistem rujukannya. Pemerintah Daerah

memberikan dukungan operasional dan kebijakan dalam peningkatan

pelayanan kesehatan ibu dan anak dan bagi puskesmas yang belum ada

PONED nya agar segera di adakan.

b. Monitoring kerja bidan secara berkala.

c. Peningkatan kompetensi dan pengetahuan bidan puskesmas atau bidan

desa dalam asuhan persalinan normal dan dalam asuhan penanganan

komplikasi yang masih dapat ditangani oleh bidan dengan melakukan

pelatihan secara berkala.

d. Mencetuskan strategi nasional terbaru yaitu SMS Bunda dan Si Jari

Emas dalam upaya penurunan kematian pada ibu.


119

e. Meningkatkan kualitas bidan yang terampil terutama pada daerah

terpencil yang jauh dari pelayanan kesehatan yang komplit dan

diperhitungkan kebutuhan jumlah bidan dengan kapasitas ibu hamil di

wilayah tersebut.

f. Perlu diberikan penghargaan khusus pada bidan yang berada didaerah

terpencil agar bidan tetap tinggal di desa dan bertugas dalam waktu

yang lebih lama.

g. Akses terhadap informasi kesehatan harus lebih didekatkan kepada

masyarakat sebagai pengguna pelayanan kesehatan tersebut, agar

terbentuk perilaku yang baik dari masyarakat dalam pemanfaatan

pelayanan kesehatan dengan melakukan penyuluhan.

2. Bagi Puskesmas dan Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Kabupaten

Batang

a. Dengan meningkatkan program P4K (Program Perencanaan Persalinan

dan Pencegahan Komplikasi) secara berkala, setiap ibu memeriksakan

kehamilan hendaknya selalu diperiksa kembali keadaan dan kondisi

riwayat penyakit atau daya tahan tubuh ibu yang setiap saat menurun.

b. Melakukan kunjungan rumah

c. Kerjasama dengan pemegang kebijakan setempat agar adanya

perbaikan fasilitas di kecamatan tersebut, seperti ambulan desa bagi

desa yang jauh dari puskesmas dan rumah sakit.


120

d. Lebih meningkatkan kemitraan antara bidan dan dukun, serta membuat

kebijakan apabila salah satu tidak melakukan sesuai tugasnya dikenakan

sanksi baik bidan, dukun maupun ibu hamil

e. Mengaktifkan peran serta masyarakat dan tokoh masyarakat dalam

mendukung program kesehatan ibu dan anak ini secara

bekesinambungan dengan tetap memberikan pembinaan agar terbentuk

perilaku yang baik dari masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan

kesehatan.

f. Kehamilan berrisiko tinggi harus mendapat perhatian lebih dari tenaga

kesehatan di puskesmas dan penyedia pelayanan kesehatan lainnya. Ibu

hamil selalu dipantau kesehatannya dan persiapan persalinannya dengan

mendekatkan ibu pada fasilitas kesehatan terdekat.

g. Meningkatkan kualitas pelayanan dengan cara memberikan pelayanan

antenatal sesuai standar minimal, melakukan KIE (komunikasi,

informasi, dan edukasi) pada semua ibu hamil dan keluarga

h. Catatan tentang riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya

sangatlah penting dan disertakan ke dalam KMS ibu hamil, sehingga

terdapat kesinambungan pengobatan dan perawatan ibu hamil sampai

melahirkan dan masa nifas.

i. Puskesmas dan penyedia pelayanan kesehatan lainnya dapat lebih

meningkatkan kualitas pelayanan, keberadaan staf medis 24 jam,

keberadaan ambulan 24 jam dan mekanisme komunikasi yang lebih

fleksibel.
121

j. Puskesmas dan penyedia pelayanan kesehatan lainnya dapat lebih

meningkatkan kompetensi dan keterampilan tenaga kesehatan dalam

menangani komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, dan

mengaktifkan sistem rujukan, transfusi darah dan obat-obatan untuk

kasus-kasus yang tidak dapat ditangani di tingkat pelayanan dasar.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Meneliti dengan metode kualitatif namun dengan melakukan FGD

(Fokus Grup Discussion) pada masyarakat. Melibatkan berbagai pihak

yang membuat kebijakan serta masyarakat.

b. Perlu dilakukan penelitian dengan disain yang berbeda untuk melihat

hubungan sebab akibat terhadap kejadian komplikasi persalinan.

c. Dalam penelitian kasus dan kontrol sebaiknya lebih menekankan pada

responden dengan karakteristik yang sama, agar lebih terlihat jelas

perbedaannya namun dalam status sosial ekonomi yang sama.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari, Saifuddin. 2008. Pelayanan Kesehatan maternal Dan Neonatal.Jakarta :


Bina Pustaka

Amiruddin. 2007. Asupan Gizi pada Ibu Hamil.


http:www.scribd.com/doc/47810533/makalah anemia-bumil. Diakses 7
Agustus 2016.

Anantyo, Herman. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Bidanlia.blogspot.co.id/2010/08/p4k.html. diakses tanggal 8Agustus2016 01.30 WIB

Bobak dkk, 2005. Buku Ajar Keperawatan maternitas. Edisi 4. Jakarts:


EGC.pp:143-16

BKKBN 2006 ______________________

Chabdranita Manuaba, Fajar Manuaba, & GdeManuaba. 2008. Gawat-Darurat


Obstetri-Ginekologi & obstetri-Ginekologi Sosial untuk Profesi
Bidan.Jakarta : EGC

Cunningham, F.Gant, J.Leveno, Gilstrap, Hauth dan D.Wenstrom., 2006., Obstetri


Williams. Ed 21,Vol.2. Jakarta : EGC

Cunninghum, F G, dkk., 2005. Obstetri Williams Volume 1.Jakarta : EGC

Cunninghum, F G, dkk., 2006. Obstetri Williams Volume 1.Jakarta : EGC

DepKes RI (2008), Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, Jakarta

Kemenkes RI 2008 dalam Wilopo 2010

Kusumawati, Y., 2006, Faktor – Faktor Resiko yang Berpengaruh Terhadap


Persalinan dengan Tindakan ( Studi Kasus di RS. Dr. Mowardi Surakarta),
Tesis diterbitkan Semarang : Program Pasca Sarjana UNDIP.

Profil Kesehatan kabupaten Batang Tahun 2014.Pemerintah kabupaten Batang.Dinas


Kesehatan

WHO 1997 , FIGO 1986., 2009 dalam buku “ Ilmu kebidanan “. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo,S.,2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Prawirohardjo,S.,2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Prawirohardjo,S., 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal . Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Priyo.Sutanto, 2007. Analisis Data Kesehatan. Jakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia

Riskesdas 2010_________________________

Royston.1994 Pencegahan Kematian Ibu Hamil.Jakarta : Biana Rupa Aksara

Royston E, Amstrong S. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Alih bahasa : Maulany


R.F. Jakarta. Binarupa Aksara 1998

Saifuddin., 2009. Ilmu kebidanan .Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Sugiyono.2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

UNFPA 2004 ________________________________

United Nations Fund for Population Aktivities (UNFPA, 2004)

WHO 2007 ___________________________

WHO (1984) dalam Notoatmodjo (2007).

Walyani Siwi, Elisabeth & Purwoastuti Endang.2015. Asuhan Kebidanan


Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Yogyakarta

Wiknjosastro, Hanifa. 2007 .Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo
( INDEPT INTERVIEW ) PUSKESMAS GRINGSING 1
Informan : Bidan Desa Mentosari
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Dari 2010 berarti sudah mau 6 tahun
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Sangat menanggapi positif , masyarakat sudah membaur sama masyarakat
terus masyarakat sudah mau kerjasama antar toko masyarakat tentang
keseatan lingkungan sudah bisa berjalan lancar
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini ,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Tidak , tidak ada dukun bayi di Mentosari , kalau melahirkan sudah bidan
semua tidak ada dukun bayi. Kepercayaan masyarakat sudah sepenuhnya
sama bidan semuanya bidan pemeriksaan pun bidan
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah persalinan
yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu?
Sudah tidak ada dukun bayi disini mbak , tapi ada masyarakat yang
membawa dukun bayi sendiri dari desa lainnya , dukun tidak melakukan
persalinan dukun malahan diam , dukun nanti mijeti tok tidak melakukan
persalinan jadi dukun tidak diawasi dukun Cuma mijiti tok persalinan full
semua Bidan, dukun juga Cuma memendam ari – ari, itupun dukun dari
desa lain kalau di mentosari sudah tidak ada dukun.
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat , Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Sudah baik jadi kalau ada resiko – resiko langsung dirujuk ke puskesmas
maupun rumah sakit, rumah sakit kalisari , kalau puskesmas rawat inap
juga ada disini PONED.
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat , Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Biasanya itu apa persetujuan keluarga dari suami, keluarga kayak gitu tapi
kalau disini Alhamdulillah sudah paham jadinya dikasih pengertian kalau
ini tidak ada kemajuan oh ya langsung silahkan dirujuk begitu jadi sudah
tidak ada kesulitan begitu.
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko , pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Kalau dalam system rujukannya tidak ada kalau kehamilan berresiko jadi
langsung ditangani dan dirujuk langsung kerumah sakit seperti TE begitu
langsung dirujuk kerumah sakit seperti yang kemarin itukan langsung
dirujuk ke rumah sakit tapi karena kok dirumah sakitnya kok lama
penanganannya jadi terlantarnya di rumah sakit bukan sininya kalau
sininya langsung. Rumah sakitnya RSUD soalnya jadi pasienya mungkin
penuh RSI Kendal tidak menerima soale maksudte tidak menerima itu
kondisi dia kayak gitu jadi tidak bisa menangani karna belum begitu
komplit.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal , Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini , Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
Gerakan Sayang Ibune yo disinikan kalo lintas sektoral sama kayak kita
gitu terus kalau ada kita kalau ada resiko pasien itu sulit untuk hamil tapi
dia malu melakukan pemeriksaan kita koordinasi sama perangkat desa
sama pak lurah kayak gitu nanti kita kerumahnya. Semuanya sudah baik.
Dalam membantu Heem semisal kalau dimintain bantuan kehamilan atau
tentang apa tentang pasien kayak gitu biasanya Ayok kita anter.
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Kalau kasus kematian maternal ya menanggapinya ya itu karna kesalahan
dari si pasiennya itu jadi pasiennya sudah dikasih tau sama tetangga –
tetangga sampai saya kunjungan perangkat desa kunjungan itu suruh
periksa rutin itu enggak mau gitu alesannya malu dan malu karna
suaminya kan sudah punya WIL lagi gitu terus akhirnya malu gitu
engurung diri jadinya.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Kalau sekarang tabungannya kan masing – masing pasien kalau disuruh
kayak Tabulin ( Tabungan Bersalin ) itu wong ibu sekarang sudah punya
bank sendiri-sendiri kok buk jadi gak usah kayak gitu bilangnya hasilnya
kan sama saja dengan Tabulin dia, tapi kalau dana untuk persalinan udah
ada persiapan dari pasien nya sendiri
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa? Mohon diceritakan !
Pengawasannya ya rutin slalu kepuskesmas ya slalu didampingi kalau ada
pendampingan ada apa itu selalu dari puskesmas datang. Dari puskesmas
setiap 2 bulan sekali tapi mulai sekarang 1 bulan sekali .
Kalau dari dinkes biasanya setiap 6 bulan sekali dikumpulkan
dipuskesmas , bentuk monitoringnya biasanya ya pengecekan administrasi
per bulan laporannya bagaimana gitu aja si.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus Puskesmas Gringsing 1
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Kematian maternal kuwi wong seng rak tau meriksake hamile salama
kehamilan dedine orak reti kondisi asline ibu karo bayine sehat opo orake
sebabnya pecah ketuban , pendarahan kuwi sen tak reteni.
Sedangke adekku rak tau berobat perikso isin karna bojone malahan
dolanan karo wedokan liyo kan jadine pikiran kabeh, wes takdire mbak
ikhlas bae.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Yo nek seharuse berobat periksa terus , digowo nang bidan nek orak
puskesmas mbak ben ditangani tp adekku isin orak gelem digowo nang
bidan karo puskesmas aku dedine tak pekso nang bu bidan pas pendarahan
kae nek rak dipekso yo wegah mbak wes rak tau ngerawat kandungane
nembe duwe anak pertama juga kok moro-moro meteng maneh yo nambah
beban.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Yo biasalah mbak nek kenopo-kenopo langsung nang puskesmas, yo nek
pas kejadian kemarin bu bidan seng ten griyo merikso almarhum, wes
dipekso-pekso perikso nang bu bidan tapi adekku wegah mbak yo dedine
bu bidan seng mriki
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Mendapatkan mbak , bu bidan slalu mriki , slalu ngandani masalah-
masalah wong meteng pendarahan,pecah ketuban,pikiran yo kokae lah
mbak nek opo-opo kondo karo bu bidane
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Baik mbak , setahune aku yo bu bidane bagus soale sering kerumah
ngunjungi
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Kurang paham mbak , adane senam ibu hamil diposyandu setiap hari sabtu
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Mboten paham nek kuwi mbak. Pokoke selamet.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Nek kuwi rak patio reti nemen mbak wong wes duwe bojo wes dewe-dewe
mbak.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Setahune aku adae ambulan puskesmas.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat ,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Terjangkau mbak cepak kabeh , terjangkau lah mbak wes ono kartu dek
pemerintah juga
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Biasalah nek kuwi sewajare wong deso ngandan-ngandani kon berobat
perikso terus ben do sehat.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Gringsing 1
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui , apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Kematia ibu iku ibu meninggal karena pendarahan, biasane ibue kurang
darah, tidak pernah mengkonsumsi obat saat hamil terus orak berhat – hati.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Tindakane segera langsung dibawa kerumah sakit mbak soale mesti wes
guder dewe mbak , wedi kenopo – kenopo
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa?
Langsung dibawa kerumah sakit ra , la walaupun enten rawat inap tapi
biasane kan dereng puas si nek ten rawat inap bae mbak soale biasane kan
wedos nek terjadi kenopo – nopo ray o langsung ten rumah sakit mawon,
walaupun bidan kadang nyuruhe ten rawat inap tapi biasane yo mesti
tergantung keluargane mbak , bidane yo manut bae mbak.
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Tanda – tanda bahaya kehamilan biasae keluar darah banyak kadang pecah
ketubah terlebih dahulu sebelum bayi lahir. Selalu dapat informasi mbak
soale kan enten senam hamil, cek up nya biasane nek udah 7 bulan kan 1
bulan 2 kali , nek pas 1 bulan sampai 5 bulan kan 1 bulan 1 kali.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Informasi yo palingan nek enten keluhan nek mboten nggeh mboten dari
kitanya yang harus nanya mbak. Kerjasamane bagus kalau melahirkan yo
enten bidan kalihan dukun bayi. Sarana ya lengkap tp yo maksudte mpon
wonten bidan desa, mpon wonten tempate cedak maksudte nek melahirkan
mboten sah adoh – adoh ten mriki mawon.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Heem ada mpon dilaksanakan
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Sudah bagus , nek melahirkan enten bidan kalian dukun bayi
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Cek darah , memeriksa perut terus suntik TT klalen mbak terus cek darah
kae mbak jenenge opo kae seng tangane diceplok terus dileb kae opo
nganu maksudte darahe ki ketoke darahe ki pas opo orak pas melahirkan
ngeten lo.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Nek di desa tidak ada Puskesmas yo ada
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat ,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Deket dan mudah terjangkau terus biayanya tidak masalah saget dijangkau
semua kalangan lah mbak
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Langsung nolongin biasae nek kita kan saling tolong menolong mboten
cuek - cuekan
( INDEPT INTERVIEW ) PUSKESMAS GRINGSING 1
Informan : Bidan Desa Gringsing
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Dari 2009 , udah 7 tahunan mbak
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Ya menanggapi positif , kalau haah sekarang kalau dukun bayi sudah tidak
ada disini sudah tidak ada dukun bayi sudah nakes semua.
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini ,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Enggak , dukun bayi sudah tidak ada semua bidan , dukun bayi hanya
masih memijat namun semua persalinan sudah nakes semua.
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah
persalinan yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu ?
Ya bagus , semua persalinan sudah bidan dan tenaga kesehatan semua ,
dukun bayi sudah tidak menangani persalinan hanya sesudah persalinan
ibu dan bayi mendapatkan pijet
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat , Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Baik heem berjalan baik , untuk kita nanti hubungin dulu umpama mau
ngerujuk ke batang atau ke kendal atau RSI nanti kita nelpon dulu ada
kamar atau tidak , biasanya kan kalau RSI penuh jadi kita harus nelpon
dulu kalo tidak ada kamar ya nanti kita telpon ke Kendal
Komunikasi antara bidan dan puskesmas berjalan baik dan puskesmasnya
mau nganter.
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat , Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Biasanya dari pihak keluarga menunggu , nunggu org tua nya , nunggu
suaminya persetujuan dan angkutannya kadangkan mobil susah juga
transportasi nya. Ambulan desa ya ada tapi kan tdak mesti punya satu
orang itu kadangkan lainnya gitu, kalau ambulance puskesmas ada kalau
pas puskesmas banyak rujukan jugakan gag bisa soalnya puskesmas sini
kan PONED si jadi untuk anu melahirkan dipuskesmas , disini sudah rawat
inapnya biasanya ada yang melahirkan disitu sekarangkan yang
JAMKESMAS kan diharuskan melahirkan di puskesmas.
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko , pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
La itu biasanya dari pihak pasiennya itu yang ndak mau kayak kelewat
bulan dia beranggapan ah wong biyen bae kelewatane suwi yo rak popo,
ya biasanya memang dari pihak keluarga sudah dikasih tau tapi tetap tdk
mau yang seperti sudah kelewat tanggalnya perkiraan lahirnya itu biasanya
susah ngandelke orang – orang yang dulu
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal , Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini , Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
Biasanya umpamanya pasien tidak mau ditujuk kita dari puskesmas
BIKORnya ( Bidan Koordinator ) turun kalo seumpama pasien tetep tidak
mau dari pihak desa juga turun . Kepala desa langsung turun ke pasiennya
seumpama desa Gringsing ada yang kelewat bulan tidak mau dirujuk udah
dibilangin Bidan sudah sering ngomong terus tetap tidak mau ngomong
kepuskesmas terus kepala puskesmas melimpahke Bidan Koordinator
suruh damping kalau tidak mau dari pihak desa turun
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Menanggapi dengan baik karena eklamsi kejang.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Tabulin biasanya tiap , kadang ada yang ada kadang ada yang endak
tergantung posyandu masing masing. Disinikan ada 9 posyandu udah ada
yang Tabulin ada yang belum
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan desa
? Mohon diceritakan !
Biasanya dari dinas kan 3 bulan sekali biasanya dikumpulkan semua
dipuskesmas , kalau dari puskesmas ya setiap bulan turun ke desa . yang
diliat biasanya administrasi – administrasi
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus Puskesmas Gringsing 1
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Sebelum kematian itu sebelumnya terjadi komplikasi gitu lo haah nyampe
berbusa itu karna tensi darahnya atau karena infeksi dan pada saat mbak
itu mungkin karna pikiran banyak kayaknya soalnya katanya kehamilan
kembar pas di USG. Karna pikiran stress jadi tensi naik juga itu sebab
kematian mungkin . Karena keturunan juga si dari bapak ada tensi.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Kalau kemarin si penyebabnya itu tu mungkin dari Rumah Sakitnya
kurang sigap itu kemarin , kalau bidan sudah rutin kok , bu bidan itu mbak
kan periksa rutin bidannya yang kesini kerumah jadi kalau buat
pemeriksaan pasti rutin kepuskesmas ke bidan rutin Cuma masalahe tensi
darah itu , kalau diRumah sakit pertamakan mbak kepuskesmas itu dirujuk
ke rumah sakit karena tensinya tinggi itu pas itu ya masih sehat orang naik
mobil aja masih kuat sampai sana itu dari jam 4 sore tu nyampe sana
nunggu dokter, dokter nya itu katanya datangnya jam setengan enam nah
pas nunggu dokter itu mbak tiba-tiba kejang-kejang pas yang nanganin
kok anak magang disitu kurangnya ya itu penangananya menurut aku gag
SOPlah wong kurang sigap sampai mbak mulutnya berbusah Cuma
diteken-tekan aja dadanya menurut aku orang sudah kayak gitukan
seharusnya mendapatkan pertolongan apalah wong waktu itu gag diinpus
gag diapa – apa, udah gag adapun masih aja diteken-teken bapak kan
ngomong dan belum ada dokter yang menangani masih semua perawat –
perawatnya itu sekitar jam 5 an itu, kan kitu sudah gawat setidaknya
ditangani dokter dulu apa gimana gitu Cuma perawat itu yang kemarin
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Dari puskesmas bidan rujukannya sudah baik pas mbak dirujuk suruh ke
rumah sakit disana malahan ditelantarkan tidak ada penanganan dari
dokter dari jam 4 sampai jam 5 itu hanya perawat dan harus nunggu
dokternya spesialis kandungan katanya jam setengah 6 datangnya itu
sudah pada marah semua keluarga pas tak Tanya ternyata semua yang
menangani anak magang , kurang baiknya ya di rumah sakitnya aja si
menurut saya perlu ditingkatkan SOP nya gitu.
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Paling ya saya taunya yang standar standar si yang ada di buku – buku
kehamilan itu kan ada , paling itu itu aja si yang basic – basic , karna saya
cowok jadi kurang paham palingan kalau ada bukunya mbak itu tak baca –
baca buat pengetahuan kalau yang lebih specifiknya si gag tau.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Kayaknya si iya soalnya dari bidannya itu sering kesini sering ngecek
mbak sering cek tensi karna sering tinggi ya mbak itu , sering kok kalau bu
isti itu kesini , pas waktu itu katanya mbak itu kepalanya pusing berat
banget itu si belum waktu persalinan langsung bawa kepuskesmas dirujuk
ke RSI , kehamilan mbak sudah 8 bulan waktu itu dan bayinya ikod
meninggal soalnya kan waktu mbak sudah gag ada bayi gag dapet suplay
oksigen dari ibunya kacau pokoknya.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Kurang paham kalau itu si
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Dukun bayi disini si masih ada biasa masih kejawen denger kata-kata
orang tua kan yang paling uda bener pastinya , kalau kerjasamanya ya tak
liat dari tetangga sudah baik ya bidan sama dukun bayi.

8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Saya kan Cuma liat buku ne mbak itu KMS ya sudah baik slalu mencek up
dan periksa ke bidan ke puskesmas dan USG.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Ambulan ada puskesmas , waktu itu kalau mbak naiknya mobil pribadi
soalnya aku kan bilang kalau nunggu ambulan lama lah haah terus karna
ada mobil ya naik mobil sendiri
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat ,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Deket kok gag ada masalah kalo menurut aku lokasinya deket dan
terjangkau , Cuma karna itu penanganannya lelet kenapa dari sananya gitu
apa karna mbak pakek BPJS jadi disusah – susah atau gmn ,gag tau juga .
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Dari masyarakat palingan Tanya kenapa kok terjadi ya aku Cuma bilang
karna penyakit gini gini ya biasa aja si ya responnya ya udah tau resikolah
resiko dari kehamilan Cuma Tanya knp bisa kayak gitu udah. Kalau
masalah cek up seperti posyandu kesadaran pada diri sendiri si kalau
masyarakat Cuma kasih tau mengigatkan aja kalau ada posyandu . kalau
mbak dari pemeriksaan si komplit ya saya liat dari buku nya komplit
semua pemeriksaan bukunya penuh.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Gringsing 1
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui , apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Agar tidak terjadi kematian ibu ya itu periksa rutin dijaga kesehatannya ,
jangan terlalu capek ,jangan banyak pikiran ya gag boleh stress ya atau
mungkin kalau kehamilan bisa dijaga itu ya insyaallah sehat , kalau sering
capek , pikirane banyak kan itu juga jadi penyebabnya kematian ibu.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Niku pas jatuh dulu nikukan ndak ada pengaruh apa – apa jatuhnya sore
jadi biasa – biasa aja tidak ada perubahan apa – apa paginya itu abis sholat
subuh kok itu dikamar mandi saya pecah ketuban kok kata ibu saya , saya
si tidak tahu terus saya cek anu dilarikan ke RSI terus telpon dokternya
bilange harus dilahirkan lah niku
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Enggak , rujukan langsung dari rumah soalnya inikan belum waktunya
melahirkan tapi emang ketuban sudah pecah ya harus langsung tindakan
operasi. Waktu itu panik ya jadi tidak ke bidan apa lagi puskesmas
langsung saja ke RSI biasa periksa di RSI spesialis ya udah langsung
kesana masuk ruangan UGD ya diperiksa.
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Heem udah udah , udah dikasih tahu kalau sudah mau melahirkan pasti
kita mengeluarkan lendir gitukan Cuma itu katanya spesialis dokternya
itukan bisa maju soalnya mau cessar ya tinggal kita mantapnya kapan
tidak usah nunggu tanda – tanda itu kan ya pas itu jatuh ya maju 1 bulan
ini 2,6 lahirnya.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Ya kita takutnya kan yang kemarin-kemarin tidak ada kan tidak mau ambil
resiko ya langsung ke spesialis , bidan ada juga ini bu asti setiap posyandu
ya periksa kalau kita kan kadang gak enak badan atau apa panas ya ,
pusing kita takut minum sembarang obat ya kebidan aja terus dikasih obat
gag harus ke spesialis kalo seperti itu.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Ada kematin juga ada pas disuruh kumpul bidannya ada senam , ada
pemberitahuan – pemberitahuan apa yang perlu ibu hamil peroleh gitu
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Dukun bayi biasanya kan setelah melahirkan, kalau pengalaman saya itu
dukun cuma kerek ya biar kita kalau hamil kan apanya madet kalau
dikerek kan sudah nunggu kalau sudah 6 bulan. Kerek = Pijet.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Pemeriksaan ya ten Bidan , ke posyandu nggeh terus RSI . RSI ya nek kula
periksa mriko mawon nggeh dapet pelayanan cek-cek mawon soale kan
sudah pernah keguguran niku , nek pemeriksaan saking bidan kalian
posyandu ya komplit Alhamdulillah.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Wonten mawon , tapi pas niku ya mobil pribadi kita gak mikir apa – apa
wong sudah langsung panic tapi saya tidak mikir mau melahirkan perkiraan
kan masih lama Cuma saya dalam ketakutan tok keluar cairan langsung
kesana tidak mikir mau melahirkan.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat ,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
RSI kan paling deket kalau mau ke Rumah sakit umum kan jauh lebih deket
RSI . Puskesmas juga terjangkau. Buat biaya juga terjangkau rumayan lah.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Pengalaman saya si ya kemarin tidak ada orang tahu , masih bisa bersih –
bersih , jalan , mondar – mandir , nyapu , nyiram wong sore itu masih beli
ikan nguras ikan eh pagi – pagi sudah reaksi dibawa ke RSI tetangga ya
tidak ada yang tau . Tapi kemarin ya karna pengalaman saya yang sudah
beberapa kali keguguran masuk rumah sakit teruskan itu kiret ya banyak
orang desa yang nengokkin. Dulu ya sering tetangga menggingatkan
masalah-masalah penyebab kehamilan gitu.
( INDEPT INTERVIEW ) Puskesmas Bawang
Informan : Bidan Desa Wonosari
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Tiga setengah tahun
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Alhamdulillah positif semua , kalau wonosari memang kerja samanya
bagus disini soalnya mau minta bantuan apa soal ibu hamil , penyakit apa
insyaallah langsung ditolong dari desa disini juga desa mau keluar dana.
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini ,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Kalau kepercayaan sama , kalau sekarang dukun bayi dan bidan sekarang
kan sudah se iya sekata jadi masyarakat juga kan lebih gampang kasih tau
kalau ada pasien yang susah kita sama – sama mbah dukun ( mbah niku
ibu hamil kongene – kongene dirujuk orak gelem jajal disanjangi
njenengan ) jadi peran nya lebih besar bidan tapi kerjasamanya bagus sama
dukun bayi.
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah persalinan
yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu?
Persalinan 100% sama bidan , dukun kadang dipanggil Cuma bantu bayi
biasanya mbedong bayi sama njagain ibunya mboten membantu persalinan
mboten motong tali pusar semuanya sudah bisan persalinannya.
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat , Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Kalau komunikasi dan rujukan berjalan dengan baik misalnya untuk
merujuk pasien dari puskesmas kalau memang konsul dokter tidak dapat
ditangani dipuskesmas kita telpon rumah sakit dirujuk langsung . Cuma
memang jaraknya yang jauh.
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat , Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Ya itu terutama kesulitannya jalannya yang susah , kadang keluarga pasien
nya gak mau dirujuk walau ibunya mau tapi keluarganya yang gak mau,
biasanya keluarga sanjang ( ten mriko kadoen buk ) mikir biaya juga.
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko , pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Yang susah itu kalau JAMKESMAS system rujukannya terlalu banyak
syarat – syaratnya apalagi kalau BPJS kan beda nama beda alamat kan
tidak mau menerima yang susah si itu Cuma persyaratannya saja sama
jaraknya ,kalau sering ditemukan waktu kehamilan pemeriksaan
kehamilan itu pertama dari tinggi kurang dari 145 cm terus darah tinggi ,
KEK juga kekurangan energy kronik , biasanya kan disini banyak yang
kecil – kecil apalagi yang awal – awal hamil bahaya juga biasanya ya itu
yang paling banyak.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal , Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini , Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
Kalau koordinasi lintas sektor waktu itu dibentuk dari kecamatan dari desa
sama dari puskesmas jadi sudah ada ikatan saling misalnya kok ada ibu
hamil yang gak mau dirujuk nanti kita ngomong sama kecamatan
ngomong sama desa jadi nggak cumin bidan desa saja tapi puskesmas juga
dating kadang ya sama pak polisi sama pak tentara nggonten. Disini semua
sudah dibentuk jadi ya sudah baik komunikasinya dan saling berkomitmen
mendukung program – program yang sudah disepakati.
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Alhamdulillah masyarakat menanggapinya baik,karna tidak selamanya itu
negative . masyarakat biasanya hanya sekedar simpati dan tanya kok bisa
seperti itu , tapi ya semuanya sudah baik , sudah ada dari pihak tokoh
masyarakat yang mewakilinya.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Tabulin belum ada , biasanya inisiatif dari warga sendiri kalau nggak kartu
JAMKESMAS.
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa? Mohon diceritakan !
Monitoringnya setiap bulan jadi nanti diadakan perkumpulan bidan –
bidan desa , biasanya café morning dari puskesmas , kalau dari dinas
kesehatan kan monitornya dari puskesmas biasanya kan monev , monev
juga enggak setiap bulan biasanya setahun dua kali dari dinas kalau
enggak gentian kita yang datang ke dinas pas ada pelatian apa sekalian
nanti monitoring. Monitoring biasanya Administrasi sama nanti kesulitan
apa yang didesa terus misalnya bidannya bermasalah juga kan nanti
dibahas disitu. Kalau dari puskesmas café morning setiap bulannya dicek
kita bawa laporan desa ini kayak gini kayak gini kok masih merah, ada
yang masih merah cakupannya berarti kan dicari masalahnya apa nanti
perumusan pemecahan masalahnya itu apa jadi sebulan dua kali, kalau dari
puskesmas satu bulan satu kali
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus Peskesmas Bawang
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Penangananya ikukan sudah dirawat jalan rumah sakit waktu itu memang
sama dokter disarankan untuk cuci darah tapi tidak disini dikaryadi harus
dirujuk kesemaramg tapi keluarga gak ada yang mau minta pulang paksa ,
harusnya dijadwalin hari senin itu cuci darah dirumah sakit batang tapi
sebelum kondisi membaik malahan ibuke meninggal. Penyakit sebelum
hamil yang ini, sebelum hamil ibu sudah menderita gagal ginjal.
Kehamilan yang pertama masih sehat normal biasa Cuma ibunya itu
penakut jadi kalau periksa tensinya mesti naik semenjak kehamilan yang
pertama
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Buat penanganan sudah baik dari bidan dan puskesmas cuma memang
jauh dari batang jadi bolak baliknya keluarga tidak sanggup apalagi harus
ke karyadi kan butuh uang . Ya sebisanya disini yang deket
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
System rujukan sudah sesuai kan pertama dating ke PONED bawang
diponed di periksa di berikan oksigen langsung cari rumah sakit untuk
rujukan. Pertama dibawa ke weleri karna weleri dicek darah ginjal weleri
tidak bisa menangani keluarga minta dipindahkan ke rumah sakit batang
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Untuk informasi tanda bahaya ibu kan belum tahu soalnya waktu periksa
walaupun tensinya tinggi sudah dikasih tau kalau tensinya tinggi harus
tenang ,jgn banyak pikiran , gag boleh makan minum ini tapi karna ibu
sudah ketakutan akhirnya gag lama-lama akhirnya langsung pulang belum
dikasih tau tanda – tanda bahaya
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Komunikasi lancar itu ada keluhan apa ibunya langsung periksa kalau
enggak keluarganya yang biasa telepon ke bidan nya
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Enggeh sampon , sampon enten.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Disini kalau di wonosari ada 4 dukun bayi Alhamdulillah mpon bermitra
sedanten , jadikan empat – empatnya sudah lulus pelatihan sudah bermitra
dengan bidan.
Tugasnya kalau dukun bayi hanya boleh memijat ibu sama mijet bayi
sekarang sudah gak ada dukun bayi membantu persalinan. Persalinan di
wonosari Alhamdulillah sudah tenaga kesehatan semua
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Ibunya karna hamilnya baru 4 bulan ya jadikan baru 2X periksa ibu tau
hamil itu waktu umur 3 bulanan. 4 bulan itu baru 2X periksa jadinya.
Udah Pemeriksaan HB , cek darah lengkap mpon. Cek urin udah terus
pemeriksaan TFU , tekanan darah mpon sedanten nggeh.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Ambulance desa belum ada , nggeh adanya Puskesmas.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Jauh , Jauh sekali kalau mau rujuk itu jalan 2 jam wong dari sini ke
puskesmas saja paling gak setengah jam nunggu keluarganya ngurus baju
nunggu saudaranya yang nganter akhirnya rujukan nya lama bukan karena
Bidannya enggak ngerujuk – ngerujuk tapi nunggu keluarga banyaknya
disini masih nunggu keluarga , nunggu peralatan , nunggu surat – surat.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Kalau disini warganya sudah tanggap ngoten kalau misalnya ada ibu hamil
belum memeriksakan kesehatan nanti kadernya bilang bu bidan “ bu bidan
ini kok mbak ini kayaknya hamil tapi belum pernah periksa coba dilihat “
nantikan bu bidan kunjungan rumah ngoten
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Bawang
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Kematian ibu yang melahirkan mungkin masih dalam kandungan pas
persalinan atau kandungan kan itu resiko mungkin kan ibu pendarahan itu
bisa terjadi terus mempunyai riwayat sakit jantung apa – apa kemarin juga
ada yang mengalami seperti itu.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Kalau sakit biasanya langsung periksa ke dokter , ke bidan kalau enggak ya
kalo ada dukun bayi diurut biasanya. Kalau dukun bayi biasanya saya
perutnya terasa sakit jatuh apa kepleset itukan biasanya posisi bayi berubah
ya kalau saya kedukun diurut gitu dan bu bidan ngertos.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila ternyata
terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan desa ?
Dibawa ke rumah sakit langsung.
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Iya biasanya bu bidan menceritakan kalau begini – begini itu bahaya harus
nya begini – begini gitu , seandainya apa keluar darah belum saatnya atau
perutnya sudah mengencang perutnya belum waktunya itu biasanya terus
bercak – bercak.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Iya cekatan terus ya bagus si dari petugasnya. Biasanya kalau dukun kan
nek melahirkan langsung ke bidan kesehatan teus paling kalau ada dukun itu
setelah beberapa hari besok hari, tugasnya dukun untuk memijit kita tok
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan apakah
sudah dilaksanakan dengan baik ?
Posyandu ada tiap 1 bulan sekali isinya paling ditimbang diukur berat badan
kalau mau diimunisasi diposyandu ,senam ibu hamil ada tapi di wonosari.
Dan warga sudah baik dalam program – program yang dibuat pemerintah
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan dan
dukun bayi selama ini ?
Bagus sih kalau disini , kalau dukun bayi 1 desa mungkin ada berapalah
banyak gak Cuma satu . melahirkan kalau disini masih bidan semua terus
paling ada dukun bayi untuk memijat – mijat
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Kalau saya pemeriksaan paling ya diperiksa biasa periksa perut , dari
pemeriksaan itu saya baru ketahuan itu dari 3 bulan baru tahu itu saya hamil
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Enggak ada palingan dikecamatan , dibawang di rumah sakit
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat
dekat dan mudah terjangkau?
Dekat , kalau biaya standarlah disini enggak terlalu
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Ya iya sih langsung responnya bagus si suruh ikut semuanya.
( INDEPT INTERVIEW ) Puskesmas Kandeman
Informan : Bidan Desa Depok
12. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Dari 1997 berarti 19 tahun disini
13. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Yo iyo ra , kalau masalah itu udah semua Alhamdulillah percaya selama
ini.
14. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini ,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Nek ini kan dukun bayi peran nya masing – masing yo nek dukun bayi
biasanya yo perawatan bayi terus yo mijet tapi kalau persalinan mesti ke
bidan. Tadinya ada dua bidan disini sekarang cuma saya.
15. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah
persalinan yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu ?
Haah , yo baik – baik saja hunungane yo, nek sekarang biasa sih mbak ow
nek babaran ke bidan engko bar babaran ngundang dukun bayi , nek
misalkan ibu hamil masih ada kepercayaan girek (periksa kehamilan), bayi
juga masih ada tapi yo ada yang gireng tapi tetep ke bidan juga.
16. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat , Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Yo bagus yo , sekarang kan wes ada HP gampang , ya kalau disini
misalkan periksa sini terus paling enggak kan sekali konsul dokter terus
ANC terpadu terus ten puskesmas , berarti biasanya kalau disini kayak gini
periksa sini terus nantikan setiap tanggal 19 besok ada pertemuan ibu
hamil disini ya nanti yang mau ke puskesmas siapa saja sama – sama
nyewa mobil ke puskesmas bareng – bareng. Tapi yang sendiri juga ada
tapi yang mau bareng – bareng juga ada.
17. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat , Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Kendalanya yo mungkin kadang kalau kesana kadang gak langsung RS
nya penuh kemudian dari keluarga juga kadang nganter gak langsung pada
iya mau ke rumah sakit kadang nunggu ini nunggu ini gak punya kartu ,
kalau transportasi tidak ada masalah Cuma rumah sakit memang sering
penuh , di QIM bisa tapi harus Kalisari penuh dulu kalau menggunakan
JAMKESDA, kalau batang penuh semua ke pekalongan tapi kalau
JAMKESDA gak 100% bantuane.
18. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko , pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
System rujukannya missal kalau dideteksi kan kalau kita Cuma
mendeteksi mungkin kalau perlu konsul – konsul dokter kendalanya yo
karna sini jauh ya biasanya harus ada yang ngantar, misalnya minta
rujukan ke Puskesmas nah itu kadang keluarga juga yo ada yang apalagi
yang Serotinus gak terlalu resiko banget ya menurut keluarga ya gpp ya
sehat – sehat jadi kadang yo ada yang gak mau kemudian kalau periksa
harus konsul USG yang gak punya kartu kan harus bayar kadang yo dari
segi keuangan.
19. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal , Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini , Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
Kalau disini yang terkait biasanya dari kelurahan ka nada itu kelas ibu
hamil, kelas ibu hamil itu juga ada kadernya la itu dari kader membantu
pelaksanaan itu kemudian dari bu lurah dari PKK juga ikut kelas ibu.
Buat GSI Kemarin itu baru buat SK ya sudah di kumpulkan di kecamatan
dan sudah disetujui.
20. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik?
Tanggapane yo kadangkan ditanya oh bisone meninggal mergone iki la
terus misalkan perdarahan , perdarahan biasanya babarane nandi opo tau
berikso opo ndak bias anya uda pada Tanya kayak gitu. K1 sampai K4
sudah tercapai
21. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Tabungan ibu bersalin tidak ada sudah digembor – gemborkan tapi tidak
ada yang nabung si. Nabungnya sendiri - sndiri
22. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa? Mohon diceritakan !
Kalau dari dinas kesehatan itu kan ada supervisi misalkan satu tahun sekali
ke desa kalau dari puskesmas itu tiap bulan ada meeting , yang diliat
biasanya Kohort , pws , administrasi.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus Puskesmas Kandeman
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui , apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Saya hanya sekedar tau kalau si anak itu hamil terus dibawa kerumah sakit
akhire dioperasi beberapa hari terus akhirnya saya dibel katanya ada tidak
beres, tidak beresnya mungkin karna mau meninggal dibel kue bukane
tidak beres RS nya. Katanya bu bidan itu pre eklamsi anak saya itu
memang waktu itu banyak tekanan mungkin jadi strez terus kebawa
sampai kandungannya.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil ? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini!
Penanganannya dari bu bidan itu langsung dirujuk ke RS terus dioperasi
setelah menunggu beberapa hari di kondisi sudah membaik, Kodisinya pas
itu aslinya mau pulang kok itupun rencana mau pulang siang kue terus kira
– kira jam 1 mau pulang jam 11 dibel saya suruh kesana katanya kondisi
tidak memungkinkan akhirnya pas kesana key sudah tidak ada lagi terus
dibawa ke ruangan ICU we sebenere diruang rawat lahiran we sudah tidak
ada nyawa.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Langsung kerumah sakit , dari rumah bu bidan terus dirujuk ke Rumah
Sakit. Dirumah sakit langsung dilayani, waktu itu kondisi dari dokter boleh
langsung dioperasi langsung melahirkan bayinya diambil dicessar, bayinya
selamat.
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
 Satu minggu sebelum kejadian kan periksa sama suaminya di
Wonokerso waktu itu belum ada tanda bahaya, selama kehamilan
itu sehat – sehat aja tidak ada yang mengira bakalan seperti ini,
kejadian PE ( pre eklamsi ) jadi tiba-tiba saja tekanan darah ibu
tinggi.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
 Sudah baik, langsung ditangani.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
 Sudah ada , sudah disetujui sama kecamatan waktu itu.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
 Hubungan Sae , kalau dukun bayi itu kalau orang – orang desa kan
tidak sering langsung ke bidan biasanya kedukun bayi dulu terus
dukun bayi konsultasi sama bidan. Sekarang melahirkan semua
petugas kesehatan nek dulu memang ditangani dukun bayi tapi
sekarang kerja sama dukun bayi sama bidan desa , dukun bayi
tugasnya nek udah lahiran mungkin merawat setiap hari untuk pijet
, bayi didadahi.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
 Wsktu itu anak saya berobat di sini dan diwonokerso ditempat
suaminya si ya, jadi kurang paham, kalau disini juga harus bu
bidan kunjungan kerumah kalau tidak ya tidak periksa.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
 Belum enten , biasanya kalau ada kejadian apa – apa nyewa mobil
masyarakat kan sudah banyak yang punya mobil.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat
, apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat
dekat dan mudah terjangkau ?
 Kalau trasportasi tidak ada masalah , waktunya kalau ke puskesmas
dan ke RS kurang lebih 30menitan , kalau jalan waktu itu rusak
tapi sekarang sudah rumayan. Kalau punya JAMKESMAS ,
JAMKESDA langsung dilayani tidak ada masalah.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi
masalah kesehatan pada ibu hamil ?
 Biasane langsung kebidan desa ditangani langsung ke rumah sakit,
pas kejadian itu langsung kr rumah sakit tidak ada berhenti –
hentinya pokoknya langsung ke bu bidan bahaya apapun langsung
ke rumah sakit. Dari masyarakat udah langsung saling gotong
royong saling meminjamkan kendaraan mobilnya kalau ada
kejadian – kejadian yang gawat.
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG
Informan : Responden kelompok Kontrol
PERTANYAAN !
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui , apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
 Ibu jarang memperhatikan kondisi bayi , kecapekan , strez , kerjo. Biasane
ibu itu menyepelekan kondisi yang timbul , mboten memperhatike
kesehatane,jarang perikso. Pecah ketuban sebelum waktunya , pendarahan
juga menyebabkan ibu sedo.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil ? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
 Harus segera dibeto Puskesmas , Rumah Sakit. Nek ten Puskesmaskan
diparingi tindakan langsung bu dokter saget dirujuk ten RS kalisari.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan pertolongan
segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila ternyata terjadi hal
yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan desa ?
 Iya bu bidan kunjungan dirumah, nek mboten mangkeh kulo seng ten
puskesmas cek up kalian bu bidan setiap bulanipun sareng – sareng berobat
ten Kandeman nek bade USG langsung dirujuk Kalisari. Penanganan
memuaskan
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi mengenai
tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya pencegahannya
dari petugas kesehatan ?
 Diposyandu, PKK, kelas ibu hamil bu bidan , bu lurah slalu maringi senam
ibu hamil ben sehat kandungane. Tanda bahaya juga ada disitu dijelaskan
bu bidan nek mboten kader. Nek pas kulo perikso bu bidan sanjang ampon
kesel – kesel terus nek enten bercak – bercak bahaya.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari komunikasi
petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama bidan dan dukun,
kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
 Komunikasi lancar bu bidan sering maringi informasi , merikso maringi
obat , nyuntik nopo – nopo kalian bu bidan. Nek ten mriki tugas dukun
biasane mijet – mijet, soale sampon diparingi ngertos bu lurah,bu bidan
bahaya – bahaya melahirkan nek kalian dukun bayi.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan apakah
sudah dilaksanakan dengan baik ?
 Kelas ibu hamil, senam ibu hamil sampon enten, bu lurah ten PKK sering
ngingetke nek badhe enten kelas Posyandu setiap dinten sabtu Wage.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan dan
dukun bayi selama ini ?
 Bagus , sekarang bidan yang semua melakukan persalinan , motong ari –
ari komplit , dukun bayi tugasnya selesai melahirkan mijet – mijet bayi ibu
kalian mandiin bayi , ngubur ari – ari.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
 Lengkap nggeh soale anak pertama dados wedos nek kenopo – kenopo.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
 Mboten enten ambulan desa , biasane kendaraan pribadi.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat
dekat dan mudah terjangkau?
 Kalau ke Polindes dekat, tapi nek ten Puskesmas Kandeman kalian
RS.Kalisari ya 45 menitan jalannya kalau mau ten Puskesmas rodo tasek
dereng alus. Biaya ya kan ada JAMKESDA jadi terjangkaulah waktu itu.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
 Responnya langsung membantu, ten mriki gotong – royongnya masih
bagus soalnya ya. Ya saling mengingatkan kalau mau periksa bareng –
bareng di Puskesmas Kandeman.
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG
Informan : Bidan Puskesmas dan Bidan Desa
PERTANYAAN !
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
 Ya kurang lebih dari 2009 , 7 tahunan .
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini ,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
 Yo responnya sangat baik nggeh dengan keberadaan bidan didesa ya
kalau dulukan bidan desanya kan sedikit nggeh satu desa itu satu nek
sekarang kan sudah banyak , responnya sudah baik. Kalau disini bidan
desanya dua bu mut satu bidan puskesmas , bidan rumah sakitnya satu.
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini , Apakah
peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan Bagaimana
kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada bidan?
 Ya kalau peran bidan didesa ya membantu persalinan. Hamil ,
persalinan hamil , periksa hamil , persalinan di desa. Kalau dukun bayi
biasanya pada waktu pendampingan tok mbak nggeh pada waktu
bersalin Cuma mengubur ari – ari , nifasnya paling mijeti ibu tok.
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah persalinan
yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu ?
 Hubungan bidan dan dukun bayi ya berjalan dengan baik seandainya
kalau mbah dukunnya kalau dulu ada ibu hamil mbah dukun bilang
sama bidan “ bu itu ada ibu hamil baru “ gitu. Potong tali pusar juga
harus bidan seandainya kalau ada yang sudah lahir semua dukunnya
gak berani motong nunggu bidan.
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di wilayah
setempat , Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
 Inggeh berjalan dengan baik, iya seandainya sekarangkan systemnya
kan ada itu bersalin itu harus di puskesmas kalau ada kartu
JAMKESMAS,BPJS, kartu kesehatan harus disini. Kalau harus
dirujuk ke Rumah sakitpun langsung dirujuk dan syarat – syaratnya
harus sudah dipenuhi dipersiapkan waktu hamil jadi pada waktu
bersalin ya tidak kelabakan sudah dipersiapkan fotocopy dan
sebagainya.
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat , Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa saja
yang harus dirujuk?
 Biasanya kan kalau komplikasi harus segera ke rumah sakit ya
kesulitannya paling ya itu mbak nunggu keluarga keputusan keluarga
la itu rembugan – rembukannya keluarga yang kadang lama.
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko , pada umumnya kejadian seperti
apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan kehamilan?
Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
 Beresiko ya biasanya tensi tinggi ,KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan)
. ya kalau sebelum hamilkan sudah dideteksi ya harus pertama gini
dulu sekarangkan harus ANC Terpadu, harus Cek Lab, HB , protein
Urin , terus konsul – konsul nggeh gigi semuanya niku dan juga harus
ke dokter specialis kandungan ajak konsul ibunya.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal , Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini , Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon dijelaskan!
 Ya kalau biasanya ada PKK biasanya kalau apa – apa di PKK kalau
enggak di Posyandu itu nggeh ibu kadernya kan sudah dikasih materi
nggeh kangge tentang kematian ibu , kematian bayi , tanda bahaya nya
terus juga didesa juga sudah ada kelas ibu hamil 1 bulan sekali. GSI
juga udah ada dan berjalan baik
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
 Tanggapan masyarakat paling ya sudah takdir gitu .
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri dari
bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga apabila ada
suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah berjalan
dengan baik ?
 Rata – rata sudan punya KIS dan BPJS paling yang gak punya 5 % tok
sedikit tok kok. Tapi kalau sudah punya JAMKESMAS, kartu sehat ,
KIS dan BPJS ya itu kan bersalinnya dipuskesmas dan itu kan gratis
dirumah sakit juga bisa Gratis
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan desa
?Mohon diceritakan !
 Biasanya kan kalau monitoring dari puskesmas kan kunjungan nggeh
ten Postu jadwalnya 6 bulan sekali yang dicek biasanya Administrasi ,
alat – alatnya
 Kalau dari dinkes monitoring 1 tahun sekali tapi kalau sekarang
kayaknya 2 bulan sekali.
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG
Informan : Responden kelompok Kasus
PERTANYAAN !
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui , apasajakah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
 Pas itu yo gak mengira kalau akan kejadiannya meninggal,
pemeriksaan sudah rutin tapi tiba – tiba saja istri saya itu sesek nafas,
muntah dan batuk – batuk terus saya bawa langsung ke bu dokter dari
bu dokter disuruh langsung ke Kalisari (Rumah Sakit), ya kejadiannya
begitu saja terus di RS ditangani dokter kira – kira dari jam 17:00
sampai sekitar jam 17:35 istri saya sudah tdk dpt ditangani. ( PEB )
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil ? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
 Segera di bawa ke Bu Dokter / Bu Bidan terus dari Bu bidan biasanya
dirujuk ke Puskesmas Kandeman untuk mendapatkan penanganan
yang lbh banyak alat – alat kesehatnnya.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila ternyata
terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan desa ?
 Iya si pada waktu itu langsung ditangani bu bidan, di rujuk ke rumah
sakit, bu dokter telpon RS dulu ada ruang kosong atau tdk.
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi mengenai
tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya pencegahannya
dari petugas kesehatan ?
 Tidak mengira si ya kalau bakalan seperti ini, dari bidannya si sudah
baik sering kerumah untuk melihat kondisi istri dan kandungan istri
saya. Ya mungkin sudah dikasih tau istri kulo, nek kulo gak begitu
paham masalah itu ya wong lanang. Palingan istri saya bilang harus
“makan yang bergizi,gak boleh capek – capek kata bu bidan gitu “
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama bidan
dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
 Sudah baik ya selama ini mben kulo ngeterke bojo berobat bu doktere
sae – sae nanganine slalu ngasih informasi yang baik – baik ya.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan apakah
sudah dilaksanakan dengan baik ?
 Kurang paham kalau itu ya, biasanya saya Cuma ngater istri ten
posyandu , kelurahan kanggeh senam apa – apa gitu namanya. Kata bu
bidan GSI sudah ada.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan dan
dukun bayi selama ini ?
 Baik , dukun biasane cuma mijet – mijet sama ngadusi bayi nek wong
– wong biasane. Kalau disini sudah dikasih tau melahirkan ya ten bu
bidan biar aman.
8. Pemeriksaan apasajakah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
 Pemeriksaan sudah lengkap , KMS lengkap tp wes takdire dek
pangerane.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
 Belum ada, waktu kemarin menggunakan angkutan sendiri
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat ,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
 Cukup dekat , jalan juga sudah dibenerin jadi gak sulit. Kalau
biayakan sudah ada JAMKESMAS jadi pakek itu.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
 Warga ki ya saling gotong – royong , mengingatkan nggeh.
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG
Informan : Responden kelompok Kontrol
PERTANYAAN !
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui , apasajakah sebab
yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
 Biasanya karena kurang periksa rutin, capek, darah tinggi terus punya sakit
yang gawat, ibu saat hamil jatuh .
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil ? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
 Langsung dibawa ke Bidan mungkin nanti kalau serius di bawa ke
Puskesmas terus biasanya dari Puskesmas dirujuk ke Rumah Sakit. Tapi
harus sudah punya kartu KIS langsung di rujuk dan keluarga mau soalnya
tidak menggeluarkan uang.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan pertolongan
segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila ternyata terjadi hal
yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan desa ?
 Iya disini langsung , bu dokter telepon RS kalau ada yang kosong langsung
dibawa ke RS dengan Ambulance Puskesmas.
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi mengenai
tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya pencegahannya
dari petugas kesehatan ?
 Selalu mendapatkan saat kelas ibu terus di PKK dr dokter suruh banyak
istirahat gak boleh capek – capek.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari komunikasi
petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama bidan dan dukun,
kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
 Pelayanan sudah bagus ya. Dukun juga disini sudah ada buat mijet – mijet,
mandiin bayi kalau sudah babaran biasanya.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan apakah
sudah dilaksanakan dengan baik ?
 Ada dan sudah berjalan.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan dan
dukun bayi selama ini ?
 Baik , tugas bidan menangani babaran harus bidan , kalau dukun sesudah
babaran biasanya mijet – mijet ibu bayi terus ngajarin mandiin bayi,
mbedong bayi. Udah ada tugasnya sendiri – sendiri bidan sama dukun
sudah berkerja sama saling menguntungkan.
8. Pemeriksaan apa sajakah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
 Suntik , Obat biar gak kekurangan darah , yo kayak gitu, suntik lengan
juga, USG di Rumah Sakit
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
 Tidak ada , ambulan ya Puskesmas Kandeman
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat
dekat dan mudah terjangkau?
 Dekat jalan juga sudah bagus , biaya juga terjangkau sudah ada kartu KIS
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
 Responnya baik , tidak yang aneh – aneh si ya seringnya ngasih tahu kalau
ibu hamil gak boleh begini – begini , kalau ada di PKK informasi
kesehatan juga tetangga ngasih tahu dan mengajak begitu apa lagi ibu saya
ya cerewet kalau masalah kesehatan.
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG
Informan : Bidan Puskesmas dan Bidan Desa
PERTANYAAN !
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
 Bidan disini dari 1996 pindah dari klaten dulunya tahun 1985 sudah
disini tapi diangkat tahun 1987 pindah keklaten 10tahun diklaten ,
disini jadi dari 1996.
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini ,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
 Menanggapi positif karenakan ujung tombak dari masyarakat nggeh
untuk tenaga kesehatan sangat dibutuhkan misalnya malem – malem
sakit perut biasanya mbak yak an ndodok kan pertolongan pertama
dulu sebelum dibawa ke UGD gitu. Ya memang ada dua bidan satu
RT itu tapi bermanfaaf semua ndilalah rejeki sudah diatur nggeh.
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini , Apakah
peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan Bagaimana
kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada bidan?
 Besar peran bidan kan mbak ya kalau dulu itu dukun ya tapi sekarang
harus bidan dulu , karena sekarang persyaratannya harus dirumah
bidan nggak seperti jaman dulukan bidan yang dipanggil ke rumah ya
sekarang gak boleh harus datang ke rumah bidan terus dukun itu
nomer dua jadi kerja dukun itu dibelakang bidan, dukun harus tidak
boleh memotong tali pusar nek dulu boleh nek sekarang tidak boleh ,
tidak boleh pegang –pegang perut ibu hamil terus kerjanya dukun
hanya mijeti tok bayi maupun ibunya, mbedongi bayi sesudah
lahiran.sesudah melahirkan yang merawat dukun bayi tapi dukun bayi
yang sudah terlatih dipuskesmas, kan ada pertemuan dukun bayi setiap
Sabtu Paing dan saya juga yang melatih.
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah persalinan
yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu ?
 Inggeh sudah bagus si hubungannya ya karena ka ada pertemuan
dukun bayi harus rukun dengan bidan kerjasama dengan baik , mitra
dengan bidan ya kalau sekarang itu tidak boleh patuh dgn dukun kan
sekarang partus mbrojol saja dipantau dari dinas kesehatan, ditanya
kok partus mbrojol itu banyak karena apa, jadi jangan sampai partus
itu mbrojol dirumah pasien. Misalkan datang perutnya sudah kenceng
– kenceng ya sakit mules yaudah tak periksa dulu ditensi terus dilihat
perute sehat nggak bayi nya terus diperiksa dalam kalau
pembukaannya masih satu cm ya pulang dulu. Biasanya kan dirumah
bebas mau makan mau tidur tapi kalau di rumah bidan cok pekewoh
ya. Biasanya bukaan 4 ditahan dulu dirumah bidan setiap 4 jam sekali
dipantau, periksa TT nya. Kalau sudah bukaan 7 biasanya kita
memanggil soulmate maupun sudah lahir harus panggil soulmat
sekarang tidak boleh sendiri. Yg satu bayi yang satu ibunya kalau ada
dukun ya bayinya dikasih ke dukun dua bidan menangani ibunya.
Sekarang apa – apa harus siap siaga nifas pun bahaya dulu 2 jam
sekarang 6 jam pengawasan nifas.
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di wilayah
setempat , Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
 Dari rumah ke PONED berjalan dengan lancar BPJS dan jaminan
biasanya langsung dirujuk ke PONED sekarang , yang dirumah bidan
itu yang pasien mandiri. Kalau yang punya BPJS dan jaminan itu mau
ke rumah bidan itu harus ada tanda tangan dr INFORMCONCENT
bahwa pasien itu mau bayar sendiri atas persetujuan keluarga.
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat , Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa saja
yang harus dirujuk?
 Biasane kalau yang umum dirumah kan karena dia sudah siap biaya
kita kesuasta biasanya rumah sakit swasta Pak Heru Rumah Sakit
Anugrah biasanya kita nelpon dulu kalau mau ada pasien biasanya pak
dokternya sudah stand bay didepan ruangan dan pak agung dulu pas
yang cessar itu malem – malem sudah ada di ruangan. Biasanya juga
melihat kasusnya kasus apa. Kalau dari keluarga biasanya ya nunggu –
nunggu dr keluarga besar dulu baru berangkat . yang dirujuk biasanya
kelewat bulan , pendarahan harus pasang infuse ada 2 bidan , biasanya
juga sirotinus , letak bayi sungsang.
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko , pada umumnya kejadian seperti
apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan kehamilan?
Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
 Biasane anu denyut jantung tidak terdengar langsung dikasih rujukan
USG di RS kalisari sama pak Diki.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal , Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini , Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon dijelaskan!
 Ada kelas ibu hamil gitu , kalau dari desa ya ikut partisipasi ya.
Sektornya Semua PKK juga berpartisipasi ibu hamil , kader posyandu,
balaidesa, kecamatan, polsek, Koramil itu juga setiap bulan
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
 Tinggal kasusnya apa biasanya gitu. Karena kita kan juga sudah
maksimal. Masyarakat ya sudah positif tanggapannya karena bidan
sudah biasa kunjungan rumah, mengecek terus.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri dari
bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga apabila ada
suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah berjalan
dengan baik ?
 Nggak ada sekarang kalau dulu ada
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan desa
?Mohon diceritakan !
 Monitoring nya yo kan bidan desa biasanya setiap bulan kan laporan.
Dari dinkes biasanya ya satu tahun dua kali.
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG
Informan : Responden kelompok Kasus
PERTANYAAN !
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui , apasajakah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
 Penangannya itu sudah bagus Cuma memang mbak saya itu punya
penyakit tapi suaminya itu waktu itu gak kasih tau pihak keluarga.
Malahan disuruh bawa pulang ya mungkin karna binggung biaya
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil ? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
 Yo sak janne langsung dibeto ten RS Semarang mbak yo nek reti
mung kuwi suamine seng nembe sanjang 2 hari kemudian nek harus
ke semaranng. Salahe ten mriku . nek saking Puskesmase sampon sae.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila ternyata
terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan desa ?
 Iya mendapatkan rujukan yang baik , kalau suaminya pas itu langsung
ngomong pun mungkin wes dibeto ten Semarang mbak , suamine
sanjange be kan 2 hari setelah niku kalian bojone sanjange mung ten
mriki peralatane mboten enten , nembe ngertos nek sakit Leukimia be
pas ten Semarang niku mbak.
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi mengenai
tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya pencegahannya
dari petugas kesehatan ?
 Kalau tanda – tandanya si gag ada si tanda-tanda bahaya persalinan iku
Cuma pas niku ya bayine sehat biasa mboten enten masalah. Haah ,
Cuma deknenne ki nganu mbak posisi bayine ki dikon nek sujud seng
suwi kokuwi tok biar kalau posisi bayinya waktu kelahirane lancar
kados niku tok.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama bidan
dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
 Mboten ngertos nek niku mbak. Soale dereng pernah kelahiran si
dedine gag tau.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan apakah
sudah dilaksanakan dengan baik ?
 Sak derengipun sak retine mboten enten tapi nek sakniki yo mboten
ngertos soale
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan dan
dukun bayi selama ini ?
 Inggeh enten , nek kelahiran yo bodan nek kalian dukun bayine kulo
mboten ngertos si. Ngertine mung mandikna bayi terus hari
kemudianne mijeti nek masalah dukun melahirkan si mboten ngertos
sih ngehh.
8. Pemeriksaan apasajakah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
 Ya sering hampir setiap bulane periksa rutin pernah mbak nek mboten
ten mriko pernahe nek tetanus biasae ten bidan MTS bidan keluarga.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
 Mboten , makek pribadi pas niku
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat ,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
 Yo enggak sih mbak nek dari sini kepuskesmas kalau dari sini ke
Rumah Sakit bendannya rumayan. Nek biayane kan maune nderek
BPJS dapet saking pabrike.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
 Masalahe pas niku mboten ten griyo trs jarang ten griyo soale kerja si
paling nek sore kumpul kalian keluarga tok yo mpon . kerja ten rokok
kawet lulus SMP yo kiro – kiro 15 tahun.
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG
Informan : Responden kelompok Kontrol
PERTANYAAN !
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui , apasajakah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
 Hamile mungkin kan karena penyakit nek mboten penyakit yo
pendarahan , kurang gizi.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil ? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini
!
 Biasane yo ngundang bidan opo pripon koniku. Yo mbiyen langsung
ten bidan . ibuke kulo kan langsung manggilke bidan.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
 Paling kados niku nek bidan mboten saget nangani langsung dirujuk
nek bayine tenopo – tenopo.
4. Apakah selama ibu hamil , ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
 Ya kayak wingi kan priksa akune lemes – lemes cobi di beto ten LEB
terus ketahuan si HB ne tinggi , engko disarankan kados pripon
kayakniku.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
 Lancar nggeh , biasane setiap bulan bidane pun taken pripon buk
kondisine nopo pripon niki dereng cek lab, niki dereng USG, niki
dereng niki kados nikunan
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini , dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
 Inggeh , kmrn kolu Derek bulan maret kalau gag salah , posyandu ya
juga enten.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
 Apik nggeh , anu nek bidan penolong nek dukun bayi mung
mendampingi nek ngoten ari – ari diurusi dukun , dipijet.
8. Pemeriksaan apasajakah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
 Niku niki pemeriksaan TT, cek HB, katah pokoke mbak
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
 Mboten enten , kebanyakan pribadi.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau
sangat dekat dan mudah terjangkau?
 Nek ten mriki puskesmas cedak , nek badhe ten RS yo tebeh . biaya RS
juga Besar mbak nek ten puskesmas kan terjangkau.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
 Ngasih informasi ngati – ngati niki nek tiyang hamil , nek ten pundi
beto sawanan nopo liyone niku.
( INDEPT INTERVIEW ) Puskesmas Pecalungan
Informan : Bidan Desa Gemuh
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Sudah 7 sampai 8 tahun ya.
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Keberadaannya disana diakui cuman ya kalau keberadaan disana diakui
tapi memang untuk persalinan ya semuanya dengan bidan terus ya
mungkin ada sebagian masyarakat yang masih SDM nya masih kurang.
Kalau dukun bayi kan Cuma membantu bidan abis melahirkan untuk
perawatannya saja kalau untuk persalinannya ya semua tenaga bidan.
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Lebih besar kepercayaannya kepada bidankalau untuk persalinannya
biasanya untuk dukun bayi itu abis persalinannya, biasanya untuk memijit,
unyuk memandikan bayi gitu. Kalau perawatan untuk ibu kaki waktu
hamil sih masih tidak apa – apa tapi kalau untuk perut sebaiknya jangan
sering dipijet.
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan apakah persalinan
yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu?
Terjaga baik setiap bulannya dukun ada pelatihan dipuskesmas .
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat, Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Berjalan dengan baik, kalau ada masalah langsung kesini langsung dirujuk
missal kalau sudah dirujuk kepuskesmas dan puskesmas tidak bisa
menanganiya langsung dirujuk yang lebih lanjut ke RS. Kalau sini penuh
seringnya ya diganti ke Pekalongann kraton kalau tidak bendan kalau QIM
penuh ya baru bisa ke Pekalongan.
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat, Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Kalau kesulitannya dari masyarakatnya, kalau untuk persalinan biasa
dirumah kalau masyarakatkan dengan bidan semua tapi kalau missal
menemukan ada kasus resiko tinggi itu ada yang gampang ada yang susah,
biasanya rembukan nggeh rembugan keluarga itu lama kesulitannya itu
orangnya dirujuk tidak mau padahal pasien harus dirujuk secepatnya tapi
kadang kendala dari biaya juga bisa. Kalau kendaraan sudah ada
Ambulance Desa.
Yang sering dirujuk biasanya ibu ya, yo mungkin dari partus macet bisa,
kala II lama juga bisa , perdarahan , replasi plasenta, terus yang punya
resiko penyakit riwayat penyakit penyerta kayak jantung , paru-paru, trs
TBC itu harus dirujuk.
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko, pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Biasanya kalau ibu hamilnya perdarahan,hipertensi,lebih bulan missal
lebih bulan itu wayahe HPL lahir tapi belum biasanya lebih dari 2 minggu
ya. Kemudian letak sungsang atau letak lentang harus dirujuk, yang
ditemukan biasanya it uterus mungkin dari denyut jantungnya mungkin
iraguler atau regular. Biasanya kalau dikasih motivasi bilange buk belum
wayahe lahir katanya gitu tapikan kita berusaha menyakinkan lagi.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal, Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini, Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
GSI biasanya adanya kelas ibu hamil terus apalagi ya
Dari kecamatan bagus, terus dari puskesmasnya biasanya mengadakan
kumpulan dibalai desa dan mengundang biasanya dari perangkat desa atau
tokoh masyarakat desa , kepala desanya masing – masing dari desa ke
kecamatan nah itu mungkin ada senam untuk lingkungan , ada gerakan
sayang ibu misalnya ada ibu hamil yang beresiko itu mohon untuk ikut
turun untuk membantu agar maksudtnyaagar ibu hamil sadar diriuntuk
kesehatannya
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Tanggapan masyarakat biasanya yang disalahkan ya bidannya, kadang
seperti itu, kadang ya ada sebagian yang menyadari ada sebagian yang
tidak. Buat yang menyadari mungkin mrmang orangnya dinasehati susah ,
kalau yang tidak menyadari biasanya bagaimana bu bidannya kok
penanganannya telat gini gini gitu. Biasanya beralih kebidan lain untuk
bidan yang menanganinya biasanya milih yang lain gitu.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Ada ditiap – tiap RT.
Bahkan setiap RT ada kelompok tahlil itu biasanya kumpulannya disitu
kalau ada yang bersalin nanti dikasih kalau missal ada yang dirumah sakit
ya diberi lebih banyak.
Tabulinnya setiap minggu berapa gitu.
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan desa?
Mohon diceritakan !\
Kalau monitoring dari dinas kesehatan setengah tahun sekali ya kesini
kedesa. Ya mengecek semua administrasi bidan desa bagaimana kerjanya
gitu.
Dari puskesmas juga sama memonitoringnya itu kedesa 6bulan sekali
piket di RB dan di puskesmas dibagian KIA
belum poned tapi sudah membuka persalinan.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus Puskesmas Pecalungan
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Kehamilan pertama niku anu peenahe kok sering – sering mumet, watok
ngoten la kulo kan sanjanag mbok prikso nog njenengan niku mumet –
mumet terus watus – watuk terus, mboten purun niku kersane mpon nggeh
niku. Sungkan niku si kadose nyatane tiyang mboten enten si nggeh.
Nembe periksa be nembe pitung wulan, awal mulane hamil kan tasek biasa
la niku awal pitung wulan nembe periksa – periksa. Watuk yo watuk biasa
mantun tapi bar niku selet nemene yo tujuh bulan niku. Meteng sewulan
mutah mawon tapi maeme mboten doyan
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Seharuse yo dibeto ten puskesmas tapi sinoge sing mboten purun ,
mungkin hawane wong meteng sih nggeh
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Mpon dibeto ten batang kalian pekalongan 1 wulan nggeh terus dibeto
wangsul males ya sakit maleh
Batang mboten saget obate trs akhire ten Kraton trs mpon wangsul mpon
pirang dino kumat maneh.
Terus dibeto maleh ten pekalongan lahiran terus pirang dinten dibeto
wangsul maleh. Wangsul niku wetenge tasek gedhe,sikile tasek aboh kula
mawon sanjang kok mpon lahira ijek sukune abot trs badhe dibeto maleh
mriko kok mpon nana.
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Nggeh angsal saking bu bidan dikengken perikso terosipun ibu hamil
gadhe keluhan mumet nopo watok harus periksa nggeh tapi niku mboten
pareng perikso. Dikiro sakit biasa. Pokoke selama hamil niku mboten
pernah sehat niku
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Pelayanan ipun sampon sae
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Nggeh wonten sering tapi ibuke mboten nateh nggeh males niko si
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Nateh diurut dukun nggeh selama hamil.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Pemeriksaan kehamilan nggeh komplit tapi nek dikengken berobat nek
sakit mboten purun.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Mobil pribadi.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Cedak nggeh, mboten mlampah mawon.
Biaya wonten bantuan saking puskesmas mboten bayar makek
JAMKESMAS
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Nggeh maringi penyuluhan tapi mbake mboten purun , nek pas sakit
berobat tapi ten bidan mawon, tapi buat berobat lanjutannya ibu tidak mau,
pas itu dulu ibu berobat sembuh sebentar nanti kumat lagi la itu gag mau
ke lebih lanjut ke dokter dalem maupun dokter kandungan konsultasi ndak
mau
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Pecalungan
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Terjadinya sakit ibu saat hamil ataupun persalinan mungkin karna
pendarahan dan jatuh atau sakit nek gag karna gangguan rahim kayak
hamil anggur nek gg sakit kusta.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Dibawa ke rumah sakit langsung ya biar dapat pertolongan di UGD nek
ten puskesmas nek gag parah semasih bisa di tangani, tapi biasane
keluarga was – was taku kenapa – kenapa.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Iya kemarin langsung dirujuk bidan ke puskesmas waktu sudah mules –
mules trs bapake bawa saya langsung ke puskesmas.
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Ibu bidan selalu mengkontrol keadaan saya dan bayi nek ada apa – apa
juga langsung dirujuk ten puskesmas. Tidak ada kesulitan apa – apa si, bu
bidane baik juga.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Pelayanan sudah baik hanya saja memang desa sama puskesmas jauh jadi
ya bu bidan yang sering kerumah tapi ya setiap 3 bulan kadang ten
puskesmas. Mpon cak cek bu bidane apa – apa langsung.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Iya sudah ada kelas ibu sudah disuruh sama bu lurah juga harus rutin nek
periksa kesahatan biar sehat ibu dan bayinya gitu.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Sudah bagus.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Semua yang disuruh dan diberikan bu bidan sudah komplit kayaknya
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Ada tapi disini pada menggunakan kendaraan mandiri.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau
sangat dekat dan mudah terjangkau?
Kalau jarak memang jauh mbak, lebih dekat dengan kecamatan Limpung
tapi kalau biaya kan sudah ada BPJS.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Langsung pada geger memberikan informasi ya soalnya disini kan masih
sering kumpul – kumpul kalau sore – sore trs cerita – cerita gitu si.
( INDEPT INTERVIEW ) Puskesmas Reban
Informan : Bidan Puskesmas Puskesmas Reban
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Dari tahun 1991
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Sangat positif kalau bidan, masyarakat sering ikut kegiatan, masayarakat
seneng dan mendukung dengan keberadaan bidan didesa ini.
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Disini sudag tidak ada persalinan dukun, persalinan bidan semua maupun
ditenaga kesehatan itu mulai 2015 bulan juni sudah dipuskesmas semua
terutama yang punya jamkesmas atau kartu BPJS. Kalau yang mandiri
yang tidak punya kartu itu bisa milih mau di bidan apa di puskesmas
terserah tapi jam dinas walaupun dia tidak punya kartu tetap dipuskemas
Dukun bayi sesudah persalinan dia merawat sesudah persalinan merawat
ibu maupun memandikan bayi
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah
persalinan yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu?
Baik tidak ada masalah. Bermitra.
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat, Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Baik karna disini diperlakukan baik karena selama disini periksa minimal
ada satu keterpaduan pemeriksaan jadi setisp ibu hamil harus di periksakan
ke pusat untuk mengetahui golongan darah, hb harus konsultasi kedokter
maupun ke pusat. Buat rujukan tidak ada masalah
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat, Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Alhamdulillah kalau sekarang sudah gampangyang susah itu mengirim
kasus - kasus yang kelebihan bulan. Seumpama ne tanggal perkiraan kok
belum lahir juga 1 minggu belum bersalin dia kita rujuk, karna pengertiane
ibu hamil orang desa itu ya kalau belum kerasa berarti belum
waktune.kalau untuk merujuk kasus – kasus yang lain si insyaallah
gampang. Juga biasanya keluarganya yang sulit untuk mengambil
keputusan padahal ibunya mau.
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko, pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Banyak umpamanya darah tinggi hipertensi ya seringnya terusan serotinus
terusan ibu dengan penyakit lain, ibu dgn kehamilan lebih dari satu
kehamilan ganda.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal, Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini, Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
Kalau ada yang susah dirujuk biasanya kita laporan ke RT dulu, kepala
desa,RW kalau tidak berhasil bidan Pembina wilayah kalau belum berhasil
kita ke Bikor kalau tdk berhasil juga kita ke Kepala puskesmas kalau msh
gag bisa ya bisa ke Kapolsek, pak camat.
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Untungnya ya sudah bagus. Terutama dari kasus ini kan tidak dari
langsung dikirimnya karena pre eklamsia, HB dengan protein positif.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Belum ada yang pasti.
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa? Mohon diceritakan !
Kalau ada kejadian kita laporan 2 kali 24 jam dari dinkes nanti minta data-
data kejadiannya kita sudah sesuai prosedur rujukan apa belum, kalau sudah
nanti ditindak lanjuti kejadiannya karena apa gitu biasanya.
Setahun biasanya 2 kali 3 kali.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus Puskesmas Reban
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Pada saat itu tidak ada masalah pada kandungan sih, memang kejadiannya
langsung pendarahan dan saya langsung bawa ke rumah sakit keluarga
lainnya tak suruh urus ke bu bidan.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Bawa ke Rumah sakit buat lebih aman.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Sudah baik dari bu bidan dan puskesmas karena sudah tau hamil jadi
mungkin sudah dipersiapin
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Kurang paham kalau itu istri saya ya
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Kurang tahu mbak biasanya istri saya sama ibu saya , saya kan kerja.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Gag tau mbak, kayake sih ada ya istri saya slalu ikot – ikut apa gitu si
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Mboten tau mbak, kurang paham kokuinan
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
lengkap
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Pakai kendaraan pribadi
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Jauh mbak , butuh 1 jam untuk ke RSUD kalisari
Masalah uang ya harus diada – adain ya
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
ah gag tau mbak say amah masa bodoh kata orang
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Reban
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Mungkin karena ibu tidak berhati – hati jatuh atau karna kecapekan jadi
terjadi pendarahan dan bisa mawon pecah ketuban sebelum waktunya.
Pokoke ya kudu jaga kesehatan cek ten bidan terus ben reti kondisine.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Langsung dibeto nang bu bidan ra nek mboten ten UGD rumah sakit
langsung
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Langsung mendapatkan
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Iyalah kalau tidak kan kita gag tau apa - apa
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Sudah baik tapi terkadang saya ke bidan lain untuk lebih memastikan
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Sudah ada di pengajian slalu diingatkan
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Kurang paham soalnya tidak pernah ada urusan dengan dukun bayi, belum
pernah
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Komplit Cuma dr umur kandungan 3 bulan krn saya tdk tahu kalau hamil.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Ada tapi saya menggunakan mobil sendiri
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau
sangat dekat dan mudah terjangkau?
Deket sih deket Cuma kalau biayakan bayar sendiri harus mempersiapkan
jauh – jauh hari
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Pada cuek si
( INDEPT INTERVIEW ) Puskesmas Bandar 1
Informan : Bidan Desa Kluwih
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Nek saya bidan memang sudah 7 tahun mbak, cuma memang saya pindah
disinikan 2015 bulan September jadi disini sudah 9 bulan . menggantikan
bidan sebelumnya yang pindah ke tegal dulu saya bidan di Purworjo.
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Nek masalah keberadaan bidan ya kayaknya baik – baik saja mbak ya, kita
soalnya juga sama – sama membutuhkan tidak dipungkiri keberadaan
bidan memang kalau saat persalinan kan memang harus sama bidan
masyarakat juga sangat sadar itu jadi ya kalau disini enak lah, keberadaan
juga diakui disini
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Kalau disini semua ibu hamil sudah bersalin semuanya sama bu bidan
walaupun kadang masih ada yang dirumah, tapi walau dirumah harus tetap
manggil bu bidan sekarang mbah dukun tidak boleh melakukan persalinan
untuk peran mbah dukun dan bu bidan juga sama – sama saling
melengkapi jadi mbah dukun juga sadar kalau persalinan harus sama bu
bidan nanti kalau setelah persalinan kan waktunya bayi sama ibu
bersalinnya nanti sama mbah dukun dari segi mungkin dari capek nanti
dipijet atau adeknya nanti dimandiin, tapi untuk persalinan sudah
semuanya bu bidan
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah
persalinan yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu?
Untuk selama ini dukun dan bidan Alhamdulillah baik mbak, kadang juga
mungkin kita tidak tahu informasi tentang masyarakat
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat, Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Baik dan sangat membantu keluarga dalam kegawatan agar keluarga
merasa nyaman dan aman.
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat, Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Kalau untuk persalinan yang tidak bisa otomatis dirujuk ya kendalanya
dari segi kendaraan sudah tidak ada jelas sudah ada ambulance desa kalau
tidak dengan ambulance desa juga masyarakat sudah punya kendaraan
pribadi. Kalau dari segi kesehatan kita juga tanggap langsung merujuk
kalau ada kegawatan.
Kesulitan nya ya itu tadi pasien sulit dirujuk, keluarga yang agak susah.
Tapi kita harus kasih tahu informasi nya.
Kita punya 18 penapisan contohnyakan bayi kembar,kala 1 pembukaannya
lama, ya masih banyak mbak
Kebanyakan ya karena pendaraham,presentasinya kepala bukan bokong
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko, pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Kalau yg beresiko kita biasane sudah tau dari hamil jadi pemeriksaan
kalau beresiko itu kita sampaikan. Resikonya apa penyebabnya apa. Missal
hamil 5 kali keguguran 3 kali itu termasuk resiko,kalau hamil diusia
kurang dr 20 tahun dan lebih dari 35 tahun kan juga beresiko
Biasanya kan pikirannya masyarakat kalau di RS bakalan dioperasi
padahal tidak seperti itu juga kita lihat dulu kalau masih bisa dipacu ya
masih bisa normal begitu si.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal, Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini, Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
Kalau misale ada apa-apa kita biasane per 6 bulan sekali pihak
puskesmaskan mengadangan rapat lintas sektor itu dari koramil,dari
polsek,kecamatan,pihak desa semua kita dijadikan satu nanti ada rapat kita
ada keluhan apa kita sampaikan.trs nanti ada program apa kita sampaikan
Untuk GSI kan kita mengadakan kelas ibu rutin.buat ibu yang KEK juga
mendapatkan PMT tambahan dari pemerintah seperti itu
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Ya biasa aja nggeh wong itu kan kematian umum , dan orang desa sudah
tau tdk boleh mengunjing kalau orang meninggal begitu, jadi tidak begitu
jelek – jelek banget.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Tidak ada karna sudah ada jaminan kesehatan yang sudah gratis setiap
berobat.
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa? Mohon diceritakan !
Dari dinkes setiap 1 tahun 2 kali
Kalau dari puskesmas kita setiap hati ke puskesmas untuk café break
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus Puskesmas Bandar 1
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Awalnya pas subuh – subuh itu sakit perut waktu itu kandungan 6bulan
begitu sakit perut langsung saya bawa ke bidan terus disuntik kasih obat
tapi sampai jam 10 siang belum sembuh akhirnya saya bawa ke
Kalisari,diRumah Sakit Kalisari ternyata si ibu tdk bisa buang air besar
dan buang air kecil sampai 8 hari dikalisari kemudian orak betah minta
pulang, saya ijin dokter dan boleh. Dirumah 6 hari kumat lagi trs tak bawa
ke RS budho rahayu pekalongan pas disana saya bawa hari jumat trs hari
senin bayi nya lahir normal, sekitar jam 11 bayi lahir jam 5 sore bayi
meninggal. Terus hari kamis jam 2 pagi itu obu sudah gag sadar trs di
bawa keICU, jam 5 pagi dibawa ke ICU jam 11 siang meninggal/
meninggalnya kata dokter karena ada usus yang tercepit oleh kandungan.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Ya cepet begitu kesakitan saya bawa ke bidan dapat rujukan ke RS.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Cukup baik dan memadai
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Dari bidan ya insyaallah ada pada saat priksa itukan dikasih masukan –
masukan. Iya pada saat itukan kandungannya sehat sampai saya bawa ke
anugerah itu. Yang hamil sebelumnya itu hamil diluar kandungan saya
bawa ke anugerah dilihat ini normal apa diluar kandungan lagi dan
ternyata normal dan sehat katanya.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Kerjasamanya baik
Bidan dan dukun saya kurang paham.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Enggak
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Sepertinya yang saya lihat sudah ada kemitraan antara bidan dan dukun
bayi. Karna saya pernah liat ada pelatihan dukun bayi dikecamatan.
Nek sepengetahuan saya bidan itu membantu melahirkan, dukun ya
membantu.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Ya pemeriksaan kandungan komplit
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Ada, saya menggunakan ambulan desa dr rumah trs ke puskesmas
disambung ambulance puskesmas.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Kalau dr rmh ke puskesmas ya gag begitu jauh jalannya sudah bagus.
Ke rumah sakit ya termasuk jauh
Yo sebenarnya tdk terjangkau biayanya wong makek mandiri
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Biasanya kalau ada posyandu SKD nya ya ngumumke di masjid jadi gag
usah warga bilang.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Bandar 1
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Mungkin ibunya sewaktu kehamilan tidak lancar pemeriksaannya , terlalu
menyepelekan itulah periksa kehamilan pas kehamilan itu. Mungkin ya
juga biasanya tekanan darah tinggi
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Yang pasti larinya ke Yankes , trs ke bidan terdekat yang jelas kalau ada
keluhan ke bidan terdekat
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Iya yg jelas terkadang puskesmas dlu. Kalau dulu gampang dari bidannya
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Iya, contohnya di buku KMS ka nada penjelasan – penjelasan juga, pas
kita periksa juga saling Tanya begitu
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Untuk kerjasama ya cukup intens nggeh antara bidan dan dukun seimbang
dan rukun.
Pelayanan memuaskan, banyak memberikan informasi dan memberikan
masukan, iya lengkap semuanya
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Kelas ibu hamil dulu pernah ada pas kita hamil kok tidak ada.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Kemitraannya ya cukup baik sih , seperti bidan membutuhkan dukun
disini, ya sebaliknya
Antara dukun dan bidan saling membutuhkan disini
Dukun biasanya mengurusi bayi
Bidannya ibu.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Kalau saya sepertinya komplit
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Ada, bisa diandalkan
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau
sangat dekat dan mudah terjangkau?
Dekate iya dan biaya terjangkau
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Respon dari masyarakat ya dicari sebabnya dulu kalau disini kan belum
pasti dari kesalahan ibu
Diperhatikan sih sama warga
Komunikasi baik
( INDEPT INTERVIEW ) Puskesmas Warungasem
Informan : Bidan Desa Pandansari
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Sejak 2012 bekerja di pandansari sini
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Baik hanya saja tergantung SDM dan kesadaran dari pasien dan
keluarganya biasanya.
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Sudah bagus, dukun sudah tau tugasnya apa setelah melahirkan dan sudah
dilatih juga dukun agar dalam penanganan tau dan sesuai standart yang
sudah ditentukan. Sekarang sudah bermitra dengan baik
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah
persalinan yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu?
Baik
Sudah tidak ada dukun membantu persalinan ibu
Persalinan Yankes semuanya 2 bidan. 1 bidan pasien yang 1 nya bidan
pembantu (partner)
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat, Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Sudah baik tegantung keluarganya saja itu mbak, kalau dr kita sudah
langsung tanggap
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat, Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Ya langsung ke Rumah Sakit ya tidak mikir - mikir lagi
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko, pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Biasanya ya riwayat sakit ibu,pendarahan, presentasi kelebihan bulan.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal, Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini, Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
Sudah baik dan sudah komitmen antar sektor
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Ya biasa pada Tanya – Tanya tapi setelah itu dari kelurahan menjelaskan
bukan sepenuhnya kesalahan bidan, kadang keluarga yang tidak mau
mendengarkan nasihat bidan juga kan.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Ada dan berjalan setiap minggunya.
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa? Mohon diceritakan !
Dari dinkes 2 kali dalam setahun dan juga sekarang puskesmas
mendapatkan bantuan untuk ibu hamil dan bersalin mendapatkan 1.200
dari pemerintah
Kalau dari puskesmas setiap trieulan sekali mengecek administrasi,pws
seperti itu
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus Puskesmas Warungasem
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Saat itu si tidak ada masalah kehamilannya, memang murni dari faktor
gangguan jiwa yang menyebabkannya. Bayi normal dan sehat, mungkin
karena sering di gebugi perutnya jadi kan sering terjadi kontraksi, dan ibu
juga sudah sering melakukan tindakan bunuh diri (mencelakakan dirinya
sendiri).tapi dari pihak keluarga tertutup. Pada saat itu pun bayinya jadinya
dicessar karna kondisi yang ydk memungkinkan, kehamilan sebelumnya
yang ke 4 juga ibu pernah mengalami gangguan jiwa.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Waktu itu harusnya dibawa ke Puskesmas pun dalam keadaan sudah
terlambat ya langsung kita rujuk ke RSUD batang disana langsung
dicessar SC.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Sudah langsung tanggap
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Keluarga yang selalu tertutup jadi dari kita pihak bidan dan puskesmas
tidak selalu bisa memantau kondisinya, Cuma terkadang saya
menginformasikan kepada saudara lainnya agar ibu jangan terlalu tertekan
diajak ngomong dr hati ke hati begitu saja.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Ya sebetulnya sudan sesuai standart yang ada ya, Cuma semua tergantung
dari keluarga pasien.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Sudah ada dan sudah berjalan baik setiap bulannya.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Sudah bagus, sekarang dukun sudah mau dilatih dan sudah mau tau tugas
sebenarnya sekarang itu apa. Kalau dulu kan tidak mau dikira bidan
mengambil lahan pencari nafkahnya. Padahalkan dari pemerintah sudah
mengharuskan dari Yankes sejak 2014.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Dulu ditrismeter ke dua datang ke sini tapi setelah itu tidak langsung ke
RS kalau tidak ke puskesmas.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Tidak ada
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Termasuk terjangkau semuanya ya wong sudah ada jaminan kesehatan
sekarang keluarga hanya perlu menunjukkan kartu dan berobat selesai.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Langsung pada geger, kan disini masih ada saling mengingatkan tidak
seperti dikota – kota cuek satu sama lain.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Warungasem
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Perdarahan gitu sih kayake terus karena jatuh
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Langsung ke bu bidan saya kan gag ada masalah jdi ya mungkin itu
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
iya
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Iya pastinya
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Baik semuanya sudah baik
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Ada dilaksanain setiap minggu
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Baik mungkin
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
komplit
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Tidak
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau
sangat dekat dan mudah terjangkau?
Dekat dan terjangkau
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Biasa saja
( INDEPT INTERVIEW ) Puskesmas Warungasem
Informan : Bidan Desa Pesaren
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
5 – 6 tahun. Dari 2010
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Ya bagus, ada kerja samanya ya, kalau ada masalah – masalah, data – data
kan memang harus kerja sama dengan desa
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Ndak, dipesaren sudah hampir 100% persalinan sama bidan.
Dukun disini masih ada tapi cenderung ke perawatan bayinya saja sama
ibu.
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah
persalinan yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu?
Hubungan bidan dan dukun juga bagus. Kalau disinikan ada dukun bayi
dua, dan sudah bermitra dan dilatih setiap ada pertemuan dipuskesmas.
Malah sekarang kan persalinan dua bidan mbak, walaupun itu ditempat
swasta bidan sama yang dipuskesmas mana pun itu harus dua bidan. Yang
1 bidan yang menangani pasien itu yang 1 nya bidan partner istilahnya
gitu.
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat, Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Bisa dengan baik, biasanya kalau memang kegawatan kita bidan yang
didesa itu langsung suruh kerumah sakit soal surat rujukan bisa besoknya
ngurus keluarganya itu untuk kegawatan, kalau tidak ada kegawatan
memang misal disinikan ada ANC ya harus indikasi untuk kedokter
kandungan dia mempunyai kartu sehat kartu JAMKESMAS atau KIS itu
kepuskesmas dulu lewat puskesmas diperiksa dulu sama bidan puskesmas
jadi tidak hanya 1 tangan dari bidan desa tapi juga dari puskesmas. La
nanti dari bidan puskesmas membuatkan rujukan kerumah sakit untuk ke
poli. Untuk yang poli langsung tdk harus telpon dahulu, kalau kegawatan
memang dari bidan desapun harus telpon dulu ke RS nya ada tempat atau
tidak.
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat, Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan. Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Kesulitane ya itu ya banyak penuh untuk kelas 3 nya itu, yang mending
yang sudah punya kartu jaminan jadi dia sudah tidak mikir biaya ya
semisal kelas 3 ada Alhamdulillah kecuali kalau tidak ada ditambah susah
lagi kalau dia tidak punya jaminan kesehatan mintanya kan palingan kelas
3 to biasanya rencana untuk JAMKESDA kan kekalisari tok itu
semisalkan penuh kan tidak bisa kita nyari keswasta nyari yang lebih
murahnya itu. Kesulitannya dari segi ekonomi itu kalau dikalisarikan
gratis bisa ngurus JAMKESDA kalau dilainnya ka nada tambahan yang
harus dikeluarkan. Dan kesulitan lainnya dari pengambilan keputusan itu
emang kadang cok angel atos kan memang susah dibujuknya, lama juga
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko, pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Kalau yang biasanya dirujuk itu dari yang hamil biasanya dari tanda –
tanda bahaya itu, misalkan dibidan dilihat ada tekanan darah tinggi
otomatis ke puskesmas dulu control disana trs buat rujukan ke Kalisari, ya
semisal tensinya tinggi diperiksa diwarungasem dulu dicek protein urinnya
dulu misal bakteri urienanya negative biasanya dipantau dulu tdk langsung
diberi rujukan mbak.misal darah tinggi tapi protein urine negative dipantau
dulu dan diberi obat dulu ka nada dokternya nanti suruh konttrol lagi nanti
perubahannya gmn kalau lemah dirujuk ke kalisari. Terus juga dari posisi
USG presentasi kepala, penyakit bawaan juga.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal, Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini, Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
Lintas sektor ya mungkin dari desanya sering sosialisasi ke kader, ke
prangkat, misal ono wong meteng adoh dr bidane. Periksane do mencar –
mencar bidan sudah banyak si ow pasien kan berhak memilih terserah.
Paling ya juga gitu biasane jadi kerja sama, bidane harus sering
mengunjungi. Tiap posyandu ada ibu hamil ndak gitu nanti dipantau,
missal kalau ada itu kesulitan – kesulitan yang ibu hamil yang tdk mau
dirujuk itu juga minta kerja sama dengan pamong istilahe ngerewangi
ngomong kadang took masyarakat kan yang lebih dipercaya gitu.
GSI ada, GSI ya kayak dijalankan kelas ibu hamil sudah ada, disitu dikasih
sosialisasi gerakan sayang ibu.
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Geger mbak, yo tanggapane begitulah mbak.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Ndak ada
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa? Mohon diceritakan !
Sering mbak, sering banget apalagi kalau ada pertemuan disini kesehatan
kan harus melibatkan bidan desa kalau ada pertemuan harus ada bidan
puskesmas dan bidan desa ya mesti ada itu himbauan – himbauan gitu,
peringatan – peringatan itu ada, bahkan kita kadanf suruh bawa laporan –
laporannya. Setiap didinas ada pertemuan didinas harus bawa laporan –
laporannya. Monitoring ya kohort, adminastrasinya gitu, apalagi sekarang
ada 1 X 24 jam harus lapor via SMS atau via Telpon nanti harus besoknya
harus lapor kedinas terus kita melakukan Audit misalkan ini kasus kan
saya belum melakukan audit ke RB yang bersangkutan.
Monitoring dari puskesmas yo setiap bulan memang ada laporan, laporan-
laporan bulanan itu slalu dipantau administrasinya terus tiap tri smster ada
penilaian dr puskesmas ke desa, ada kunjungan – kunjungan yang
berresiko juga ada.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Perute sakit terus niko si, jare doktere dikon operasi rahim badhe diangkat
tapi mboten ngertos pinten dinten ten RS kokmpon mboten enten. Awale
niku pusing – pusing terus sinok niku, la ten dokter katane darahe tinggi.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini!
Dibeto ten puskesmas nggeh berobat ten mriko terus mangkeh pripon –
pripone kan dokter ingkang ngertos trs manut mawon. Wong boten ngertos
opo – opo nggeh.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Ya langsung dirujuk ten RS nek mboten ten puskesmas riyen tp sanjang
kalihan bu bidan sek, pripon-pripone langsung manut mangkeh
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Iya , bu bidan selalu memberitahu kalo mual, pusing atau gmn gitu dikasih
tau, Cuma karna kondisi gag ada yang tau ya.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Kalau kemarin kan belum sampai lahiran jadi kalau itu kurang tahu ya,
mungkin ya baik kerjasamanya.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Kelas ibu ten posyandu yo enten . mboten ngertos maleh wong mboten
nyandeng sih nggeh
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Kurang paham.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Kalau itu yang tau suami nggeh, nek kulo kurang paham masalah niku.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Tidak ada kayaknya adanya kan ambulance puskesmas
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Ya mungkin terjangkau yak an pakek kartu KIS.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Yo biasa aja, wong meninggal meh apa lagi.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Warungasem
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Karena jatuh jadi pendarahan,pecah ketubah juga saget, karna kurang
periksa kandungan, tdk memperhatikan kesehatan.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Segera dilarikan ke Rumah Sakit ya agar tidak kejadi kematian.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Iya baik langsung dirujuk ke puskesmas kalau ujug – ujug ada masalah
atau sakit kejang diperut begitu. Nanti dari puskesmas kalau memang
bahaya ya dibeto ten Rumah sakit.
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Inggeh bu bidan wenehi informasi nek pas badhe enten kelas ibu,
posyandu kadosnikuan mangkeh didelokke gambar – gambar, bahaya –
bahaya nek kokuwinan. Mangkeh kados pundi ne pencegahane diparingi
ngertos. Kados nikuan si, nek pas berobat yo di paring kandani nek
mboten oleh kesel – kesel, maeme katha ampon mimic es kakean.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Pelayanan bu bidan apik, kadang bu bidan dolan ten griyo kanggeh ngecek
kados pundi ne kondisi bayi kalian kulone. Mangkeh nek ten nopo – nopo
bu bidan langsung maringi obat nek boten dirujuk.
Kerjasama nipun wes apik mbak.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
GSI kelas ibu enten kayak senam ibu hamil, perawatan mangkeh nek
mpon lahiran. Yo pokoke nek pas posyandu nek orak PKK diparingi
ngertos kon jaga kesehatan, melu seng disaranke bu bidan ben sehat kabeh
lah.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Kerjasamane wes apik kayake mbak wong nek dukun reti ono ibu hamil
barkuwi bu bidan langsung nekoni ten griyone.
Wes apikan lah mbk, wes saling ngertos sadar diri nek ben slamet kabeh
kudu steril, kudu kalian dokter, bidan. Dukun kan biasane mung ngerawat
bayi bar lahiran mbak.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Komplit kyje mbak, kayak nek ben wulan nek boten ben 3bulan niku
disuntik,diken USG, trs mimic obat kae sih. Mboh kuwi opo namae .
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Ngageme pribadi mbak retine yo ambulance puskesmas kalian Rumah
sakit
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau
sangat dekat dan mudah terjangkau?
Nek cedak si termasuk cedak mbak tapi pas biyek ki dalane rung alus
kayak saiki. Angele ten mriku, nek biaya kan wes enten BPJS dados yo
ngunakke niku.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Biasane yo keluarga mbak wong deso kok omahe cedak – cedake kalian
budhe – budhene, simbah – simbahe , yo palingan kon berobat rutin kados
niku.
( INDEPT INTERVIEW ) Puskesmas Batang IV
Informan : Bidan Desa Denasri Wetan
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Sudah 5tahunan ya.
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Alhamdulillah menanggapi baik
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Peran bidan lebih besar dari pada dukun, dukun biasanya hanya perawatan
bayi setelah melahirkan. Semua persalinan ditangani oleh bidan dan tenaga
kesehatan lainnya sudah tidak boleh dukun memegang ibu hamil.
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah
persalinan yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu?
Alhamdulillah berjalan dengan baik setiap 1 bulan sekali juga sudah ada
pertemuan dukun bayi untuk pelatihan dukun bayi.
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat, Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Baik, dari puskesmas menanggapi dan melayani masyarakat dengan cepat
kalau ada kegawatan dari ibu maupun bayinya. Apalagi dari Rumah sakit
sini tinggal telpon apakah disana masih ada ruangan atau tidak biasanya
seperti itu kalau tidak ada dirujuk ke pekalongan tapi asal rumah sakit itu
milik pemerintah.
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat, Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan . Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Iya langsung dirujuk karna kan kita sudah ada komitmen sebagai tenaga
kesehatan melayani dengan baik dan memberikan pelayanan semaksimal
mungkin kalau tentang kendala biasanya dari pihak keluarga sendiri ya
dalam pengambilan keputusan yang lama itu kan bisa memperlambat
penanganan kita padahal kan harus cepat – cepat.
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko, pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Biasanya karena letak kepala bayi yang besar, trs sungsang,ya terus karena
penyakit biasanya kan dipuskesmas peralatan kurang apalagi di bidan desa
nah langsung dirujuk ke rumah sakit.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal, Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini, Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
Sudah berjalan lancar dengan baik sesuai komitmen bersama yang sudah
disepakati, saling membantu apabila ada kesulitan atau ada warga yang
susah diberitahu oleh bidan nanti dari kelurahan langsung membantu
bilang ke orang yang bersangkutan. Untuk GSI juga sudah berjalan baik
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Baik saja soalnya orang disini kadang masa bodoh ya mikirnya ya sudah
takdirnya saja begitu, tidak dipersulit lah. Nanti Cuma Tanya-tanya sama
bidan tp kita memberikan informasi sebaik mungkin lah.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Tidak ada.
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa? Mohon diceritakan !
Dari puskesmas itu setiap hari yg dicek ya biasa administrasi dll
Kalau dr dinkes ya nanti kan ke puskesmas ngeceknya juga setiap 1 tahun
2 kali.
INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus Puskesmas Batang IV
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Ibu waktu itu meninggal karena sakit ISPA yang sudah diderita sejak
Kecil.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Saat itu ibu langsung dibawa ke Rumah sakit namun juga karena ibu
mungkin terlalu lama sesek jadi penanganannya juga dari kita terlambat
walau sudah dibawa ke UGD
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Iya langsung dibawa ke Rumah Sakit karena sesek nafaskan butuh
Oksigen juga pertolongan lainnya. Dari puskesmas system rujukannya
sudah diurus sama bidan ( saya ) jadi keluarga hanya menemani ibu di RS.
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Dari kami slalu memberikan informasi dan kunjungan rumah agar
keluarga tau penanganan pertama apa apabila ibu kenapa – kenapa, tapi
karna disana keluarganya hanya simbah,adek dan suami jadi kurang
intensif penjagaanya. Suami kerja,adeknya ada gangguan jiwa sedang
simbah sendiri orang tua yang kadang linglung
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Kalau kerja sama dengan dukun sudah terjaga baik.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Sudah ada dan sudah dilaksanakan setiap hari kamis saat ada posyandu
atau kelas ibu biasanya.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Sudah baik dan berjalan seirama. Dukun juga sudah mendapatkan
pelatihan dari puskesmas dan dinas kesehatan.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Kalau ibu kemarin sudah baik, saya sendiri yang selalu memeriksa dan
menangani
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Tidak ada, semua sudah manggunakan kendaraan pribadi kalau tdk ya
ambulance puskesmas.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Semua dekat, dekat puskesmas dan RSUD kabupaten batang. Kalau
masalah biaya kan semua sudah punya KIS,JAMKESMAS kalau tdk bisa
minta JAMKESDA bagi warga yang tdk mampu
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Biasa – biasa saja warga sini tdk terlalu mempermasalahkan hal – hal
seperti itu, keluarga sudah kehilangan masak mau ditanya hal-hal yang
menyakitkan hati gitu.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Batang IV
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Karena kurang pemeriksaan lengkap dari dokter,karna jatuh terus
kekurangan darah, bisa juga karena sakit. Ibu hamil juga kan tdk boleh
capek-capek ya
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Segera dibawa ke Rumah Sakit ya
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Pas kemarin Alhamdulillah tdk kenapa – kenapa jadi hanya melahirkan
dirumah bidan saja, jadi tdk ada rujukan – rujukan kemana – kemana.
Semua sehat dari awal kehamilan itu.
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Iya mendapatkan saat ada kumpulan ibu hamil diposyandu kalau tdk
dibalai desa nanti dikasih sosialisasi ya gmn-gmn nya.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Pelayanannya sudah baik Cuma terkadang ngantri di puskesmasnya yang
lama, wong org hamil rasanya gmn si mbak trs antrinya lama kayak gag
kuat pengen pulang saja biasanya begitu
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
Sudah ada Kelas Ibu diPosyandu bu lurah slalu gembor – gembor agar
warga sadar kesehatan bayi dan ibunya begitu. Tdk itu aja dr desa juga
begitu
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Sudah bagus,sekarang melahirkan ditangani bidan tapi merawat bayi dan
ibu selepas melahirkan oleh dukun bayi.jadi sudah ada tugasnya masing-
masing
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Komplit karna takut kenapa-kenapa.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Tidak ada palingan ambulance puskesmas.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau
sangat dekat dan mudah terjangkau?
Dekat dan terjangkau karna ada bantuan dr pemeintah ya
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Ya tergantung masyarakatnya ya. Ada yang respon baik ya memberikan
masukan kalau yang cuek biasanya ya terserah begitu.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Bidan Puskesmas dan Bidan Desa
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
Dari 2010 sudah 6 tahunan ya.
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa ini,
Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif keberadaan
bidan?
Menanggapi positif apa lagi kauman ya sudah termasuk kota nya batang
jadi warganya sudah berpikiran baik. Kebanyakan warga sudah
berpenghasilan baik juga disini.
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
Bidan dan Dukun bayi bekerja sama dengan baik, dukun biasanya hanya
digunakan oleh keluarga yang masih percaya sama adat istiadat.
Kepercayaan masyarakat sudah sepenuhnya sama tenaga Kesehatan.
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah
persalinan yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini lalu?
Baik . bukan dukun didampingi bidan memang sekarang proses persalinan
harus tenaga kesehatan ( bidan ) dukun hanya memandikan bayi, merawat
ibu dan bayi.
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat, Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
Rujukan sudah baik, apa lagi disini dekat dengan RSUD Kabupaten
Batang.
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh bidan
desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat, Kesulitan apa yang terkait
dengan sistem rujukan. Apakah ada kendala yang dihadapi dari pihak
keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian seperti apa
saja yang harus dirujuk?
Selama ini tidak ada kendala, soalnya warga sini sudah berpikiran maju
akan kesehatan, Cuma kejadian kemarin karena perdarahan hebat.
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko, pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
Biasanya karena ibu memiliki riwayat penyakit namun masih tetap
melanjutkan kehamilannya padahal sudah diberi tahu sama dokter dalam
juga tidak baik kalau tetap dilanjutkan. Kesulitannya kalau dulu – dulu ya
dari pihak keluarga yang kelamaan biasanya dari kalangan menengah
kebawah.
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal, Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini, Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
Semua sudah berkomitmen bagus, seperti bidan dibantu dengan kelurahan,
puskesmas, Pkk, Kecamatan begitu. Kalau ada ibu hamil yang susah
biasanya dari kelurahan datang dan menasehati pihak keluarga.
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan baik ?
Semuanya baik. Karna sudah takdir biasanya begitu.
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Tidak ada kalau dulu sempet ada tapi sekarang sudah tidak ada lagi.
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa ?Mohon diceritakan !
Monitoring setiap bulan dari dinas kesehatan, kalau dari puskesmasnya
setiap hari absen juga menyetorkan administrasi – administrasi ada
kesulitan – kesulitan apa saja slalu ada koordinernya.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kasus Puskesmas Batang III
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Kematian ibu itu karena riwayat penyakit, pendarahan, tdk memperhatikan
asupan makanan dan kurang tertibnya ibu dalam pemeriksaan kehamilan
sampai melahirkan.
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Seharusnya segera dirujuk ke pusat kesehatan terdekat, seperti bidan,
puskesmas dan RSUD. Agar segera mendapatkan pertolongan secepat
mungkin
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
Disini Alhamdulillah memadai dan komplit, kelurahan kauman termasuk
kelurahan yang strategis dekat dengan pelayanan kesehatan, bidan
banyak,dokter keluarga ada, puskesmas dekat apalagi RSUD kalisari
sangat terjangkau jaraknya. Jadi kejadian apa saja dari keluarga dan tenaga
kesehatan saling komitmen dan enak apabila ternyata terjadi kejadiaan
yang tidak diinginkan dan harus segera dirujuk.
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Iya mendapatkannya, bahkan bidan selalu melakukan kunjungan rumah
setiap minggunya untuk mengecek kondisi ibu, Cuma kejadian yang
dialami kemarin memang kejadian yang tidak terduga sebelumnya.
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Baik , semuanya sudah berjalan seirama dan menjalankan pekerjaannya
sesuai aturan – aturan yang sudah ada.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
GSI sudah ada dan dilakukan rutin disetiap kelas ibu , posyandu bahkan
ibu PKK.
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
Kerjasamanya sudah bagus kerja dukun hanya perawatan ibu dan bayi
selepas melahirkan
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
Mungkin sudah komplit, karna keluarga termasuk orang yang terpandang.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Tidak ada, semua menggunakan mobil pribadi.
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat dekat
dan mudah terjangkau ?
Semuanya sudah dekat kelurahan kauman Cuma berjarang berapa Kilo dr
RSUD kabupaten Batang. Biaya sudah ada kartu BPJS jadi ya ringan.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Masyarakat menganggap ini sudah takdir dari allah tidak ada lainnya.
Karna masyarakat disini termasuk sendiri – sendiri. Sibuk dengan
hidupnya sendiri.
( INDEPT INTERVIEW )
Informan : Responden kelompok Kontrol Puskesmas Batang III
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apa saja kah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
Kamatian ibu ki biasanya karena ibu tidak rutin berobat, tidak menjaga pola
makan dan pola tidur trs juga coke karena pendarahan kurang hati – hati .
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama ini !
Ya harus periksa ke puskesmas nek gag ke Rumah sakit bend dapet
penanganan yang komplit.
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila ternyata
terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan desa ?
Alhamdulillah baik dan sesuai, kalau saya kenapa – kenapa pengen ke RS
control dokter biasanya langsung dikasih rujukan tidak lama lah Cuma
nunggu rujukan saja lamanya biasane ten Rumah Sakite kan seng sakit
katanh nggeh.
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi mengenai
tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannya dari petugas kesehatan ?
Dikasih tau pas kelas posyandu, terus bu bidan kadang dateng kerumah buat
ngecek kondisi bayine. Nek pusing, mual terus ken langsung cek up ten bu
bidan iku tanda – tanda kehamilan mboten sae kados niku .
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
Kalau sarana si tasek kurang nggeh nek badhe USG be ten RS nek
pelayanan sampon sae sedoyo, penanganan kanggeh ibu hamil niku mpon di
nomer satukan.
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan apakah
sudah dilaksanakan dengan baik ?
Sudah ada kelas ibu hamil, senam ibu hamil bersama PKK kadang
Posyandu, bu bidan maringi woro – woro rumiyin .
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan dan
dukun bayi selama ini ?
Kerjasama ne sae Cuma pas niku persalinan bu bidan sedoyo, dukun Cuma
ngajari makpungi, mbedong bayi kados niku.
8. Pemeriksaan apa saja kah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
KMS mpon keisi sedoyo mbak, kulo kalian anak yo eman kudu komplit
pemeriksaane.
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
Tidak ada, pakek angkutan .
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan
terdekat,apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat
dekat dan mudah terjangkau?
Deket sedoyo enten RS yo cepak Puskesmas yo cepak, biaya sampon
ngagem BPJS.
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi masalah
kesehatan pada ibu hamil ?
Yo warga ki biasane nyarane nek wong meteng kon ati – ati, jaga pola
maem, ampon kesel – kesel kados niku tok biasa niku nek pas do ngerumpi.
( INDEPT INTERVIEW ) Dinas Kesehatan
Informan : Kepala Seksi KIA – KB Kabupaten Batang
1. Apa tugas atau peran saudara di bidang Kesehatan Keluarga ( KESGA ) ?
Kalau td Dr. Zuhnuron sebagai Ketua Bidangnya , kalau saya Khotiq
Mulyaningrum saya Kepala Seksi KIA – KB.
2. Menurut ibu apakah tenaga medis seperti bidan disetiap puskesmas dan
desa itu cukup secara jumlah dan kualitas SDM dalam menangani setiap
masalah yang ada di sana terutama dalam menangani ibu hamil agar
mengurangi kematian maternal ?
Kalau jumlahnya sudah kita kan sudah cukup ada 248 desa / kelurahan,
kita mempunyai hampir kalau yang dipuskesmasnya itu ada 417 bidan
berarti kalau dibagi perdesa itu terbagi didaerah – daerah terpencil itu jadi
ada 2 yang penduduknya besar padahal tapi secara kualitas secara
kompetinsinya bidan ada tapi tidak efektif, secara jam terbangnyakan
katakanlah bidan – bidan lulusan baru yang belum banyak jam terbangnya
jadi pengalaman – pengalaman dilapangangannya kasus itu , kemudian
yang dipelajari dan dilapangan kan beda. Nah itu ada deprogram kami
potensinya kurang , kami sendiri meningkatkan kompetensi kan dengan
pertemuan – pertemuan dan pelatihan – pelatihan jadi secara kualitas SDM
belum maksimal , knp belum maksimal kami sudah melakukan pertemuan
– pertemuan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi.
3. Secara umum, bagaimana langkah – langkah pemerintah dalam upaya
pelayanan kesehatan maternal khususnya dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu ?
Sudah banyak dari pemerintahnya ya terutama dari pencegahannya ya nek
kalau saya melihat kalau kematian ibu ya ibu mutlak tidak tanggung jawab
dari dinas kesehatan karena sebenarnya itu tanggung jawab oleh banyak
pihak. Banyak pohaknya itu belum banyak urun salah satunya kita
memberdayakan masyarakat itu sendiri kemudian bukan yg dari tenaga
kesehatannya ya contohnya sengan kita melaksanakan kelas ibu hamil .
kelas ibu hamil itu sendiri dilaksanakan sejak tahun 2011 sampai dengan
saat ini. Nah untuk 2011 pertamanya di danai oleh provinsi dana
pancingan istilahnya setelah itu kita bersama adop melaksanakan dengan
dana APBD II . jadi nah tahun 2011 selain APBD I kita juga dana APBD
II. Kelas ibu itu sendiri dikumpulkannya ibu hamil untuk diberikan
pengetahuan untuk mengubah sikap, perilaku kebiasaan ibu sendiri jadi
dikelas ibu hamil sendiri nanti tergantung contohnya ditempat ini mateinya
tidak sama dengan tempat lain ibu hamilnya banyak yang ngapikki, nanti
ditawari ibunya jadi nanti masyarakat rembugan materinya itu sesuai
dengan kebutuhan wilayah itu dan sesuai dibutuhkan masyarakat. Jadi
materinya itu tidak langsung dr kesehatan tapi ditawarkan. Jadi dgn
meningkatkan pengetahun dalam mengubah perilaku , kebiasaan jadi ibu
yang dulunya tidak pernah periksa piye carane periksa hamil , kelas ibu
terus ada juga untuk ibu hamil pemberian MPASI.
4. Apakah langkah – langkah tersebut diketahui dan dilaksanakan oleh
masing – masing program ? Mohon diceritakan !
Dilaksanakan kayak saya ngurusi ibu hamil ya saya ngurusin ibu hamil ,
nah PMT nya dari gizi nah materinya dari gizi ,kemudian dari promkes itu
ada lagi Desa siaga. Jadi masing – masing banyak pihak , yg ngurusin
kader ya ngurusi kader, saya ibu hamilnya.
5. Bagaimana tanggapan pemerintah daerah (termasuk Bupati) terhadap
kematian ibu ?
Tanggapannya ya prihatin kenapa dibatang itu banyak kematiannya. Yo
sama – sama peduli ya sama – sama berusaha untuk menurunkan kematian
kabupaten batang . dengan apa nah itun kita itu dengan kelas ibu hamil 1
tahun APBD II itu sudah hampir 300juta untuk melaksanakan kelas ibu
hamil jadikan memang didukung oleh pemerintah
Ya banyaknya itu dikelas ibu hamil padahal ada kelas ibu balita. Dan
tahun 2016 ini semua desa sudah melaksanakan sumberdana selain APBD
II ada juga yang tidak katakanlah yang tidak terakumuder APBD oleh dana
BOK ( Bantuan Operasional Kesehatan ).
6. Berapa persen alokasi dana untuk program KIA dibandingkan dengan
program lainnya ?
Ya tadi sekitar 300 juta tiap tahunnya.
7. Bagaimana bila ibu berasal dari keluarga yang tidak mampu , Apakah ibu
hamil dan ibu bersalin kurang mampu mendapat pembebasan biaya
persalinan , Berapa persen dana yang dialokasikan ?
Semua yang tidak mampu mendapatkan BPJS / KIS nag yang bener –
benar tidak mampu bisa lewat JAMKESDA. Sudah terakumuder
8. Pada umum nya kematian ibu terjadi karena ada keterlambatan 3 T ,
Bagaimana pemerintah daerah di sini menjaga agar rujukan dapat berjalan
baik dan Masalah apa biasanya yang terkait dengan sistem rujukan di sini
?
Sebenarnya akibat kematian di kita kebanyakan karena penyakit penyerta
bukan dari penyebab langsung seperti perdarahan ,infeksi , eklamsi dan
preeklamsi sekarang kematian malahan karena penyebab lain – lain .
penyebab lain-lainnya itu penyakit penyerta. Jadi sebenarnya ibu hamil
sudah bermasalah sebelum hamil jadi punya penyakit terus ibu hamil nah
nek itu menurut kita seharusnya ada SIM ( Surat Ijin Hamil ) tapi sekarang
tidak boleh karena melanggar.sebenarnya kalau tempat kita lokasi – lokasi
tidak masalah Cuma beberapa duank yang memang jauh seperti bawang ,
gerlang , praten sama itu tok Cuma kadang dikita itu terkendala rembugan
keluarga itu padahal ini harus dirujuk msti nunggu suami,neneknya atau
siapalah anggota keluarga padahal ketika itu harus segera rujuk.
9. Bagaimana pemerintah daerah memastikan bahwa pelayanan kesehatan
yang ada berkualitas , Apakah ada cara untuk monitoring dan
mengevaluasi kualitas pelayanan KIA di puskesmas dan bidan di desa dan
Bagaimana pemerintah daerah meningkatkan kualitas bidan desa dan
bidan puskesmas ?
Kita disini sudah ada ANC terpadu kalau evaluasi kita setiap tahun dari
kami sendiri ya ada evaluasi ke puskesmas permasalahannya apa
dipuskesmas, kita nah itu bagaimana pelaksanaannya.
Kalau kita kepuskesmas ya 2 kali setahun itu dari bidang saya tok kalau
dari bidan lain ada.
Dengan mengucurkan dana tadi untuk masyarakat ya masyarakat lewat
posyandu , lewat GSI , nah tahun ini kita kan juga walaupun belum
berjalan , nanti abis lebaran berjalan dapat kegiatan REPLIKASI EMAS ,
EMAS itu Expending Maternal Survival.
Nah itu ingin mengusut mata rantai lamanya rujukan itu lo walaupun itu
belum berjalan tapi ya tahun ini mau dilaksanakan dan sudah ada
agendanya.
Saya mau merujuk kasus rujukannya apa kita kirim sms dulu nanti mana
RS yang kosong yang siap menerima terus sebelum dirujuk apa yang harus
dilakukan bidan yang mau merujuk, ini baru persiapan.
Sudah ada POKJA itu gerakan penyelamatan ibu dan bayi baru lahir.
10. Apakah Audit Maternal Perinatal (AMP) rutin dilakukan di daerah ini lalu
Siapa saja yang hadir dalam AMP dan Bagaimana dengan hasil AMP,
apakah didokumentasikan, dan disebarkan kepada siapa saja?
Rutin
Ya tim managemen
Hasil Amp ya rekomendasi – rekomendasi
Nek dibatang memang masih sebatas disebarkan ditingkat dinas kesehatan
, puskesmas.
11. Bagaimana dengan koordinasi lintas sektoral dalam upaya penurunan AKI
, Sektor mana saja yang terlibat , Apakah kegiatan GSI di kabupaten ini
berjalan dengan baik Bagaimana koordinasinya dan Bagaimana
pelaksanaan kegiatannya? Mohon dijelaskan?
Biasane bareng – bareng sudah saling berkomitmen seperti Disdikpora ,
Depak , Bappeda, Bapermasdes , PKK , TNI , Dishubkaminfo.
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG

Informan : Kepala Bidang Kesehatan Keluarga ( KESGA ) Dinas Kesehatan


Kabupaten Batang
PERTANYAAN !
1. Apa tugas atau peran saudara di bidang Kesehatan Keluarga ( KESGA ) ?
2. Menurut ibu apakah tenaga medis seperti bidan disetiap puskesmas dan
desa itu cukup secara jumlah dan kualitas SDM dalam menangani setiap
masalah yang ada di sana terutama dalam menangani ibu hamil agar
mengurangi kematian maternal ?
3. Secara umum, bagaimana langkah – langkah pemerintah dalam upaya
pelayanan kesehatan maternal khususnya dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu ?
4. Apakah langkah – langkah tersebut diketahui dan dilaksanakan oleh
masing – masing program ? Mohon diceritakan !
5. Bagaimana tanggapan pemerintah daerah (termasuk Bupati) terhadap
kematian ibu ?
6. Berapa persen alokasi dana untuk program KIA dibandingkan dengan
program lainnya ?
7. Bagaimana bila ibu berasal dari keluarga yang tidak mampu , Apakah ibu
hamil dan ibu bersalin kurang mampu mendapat pembebasan biaya
persalinan, Berapa persen dana yang dialokasikan ?
8. Pada umum nya kematian ibu terjadi karena ada keterlambatan 3 T,
Bagaimana pemerintah daerah di sini menjaga agar rujukan dapat berjalan
baik dan Masalah apa biasanya yang terkait dengan sistem rujukan di sini?
9. Bagaimana pemerintah daerah memastikan bahwa pelayanan kesehatan
yang ada berkualitas, Apakah ada cara untuk monitoring dan
mengevaluasi kualitas pelayanan KIA di puskesmas dan bidan di desa dan
Bagaimana pemerintah daerah meningkatkan kualitas bidan desa dan
bidan puskesmas ?
10. Apakah Audit Maternal Perinatal (AMP) rutin dilakukan di daerah ini lalu
Siapa saja yang hadir dalam AMP dan Bagaimana dengan hasil AMP,
apakah didokumentasikan, dan disebarkan kepada siapa saja?
11. Bagaimana dengan koordinasi lintas sektoral dalam upaya penurunan AKI,
Sektor mana saja yang terlibat , Apakah kegiatan GSI di kabupaten ini
berjalan dengan baik Bagaimana koordinasinya dan Bagaimana
pelaksanaan kegiatannya? Mohon dijelaskan?
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG

Informan : Bidan Puskesmas dan Bidan Desa

PERTANYAAN !
1. Sudah berapa lama ibu bidan bekerja di desa ini ?
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan tenaga bidan di desa
ini, Apakah keluarga dan tokoh masyarakat menanggapi positif
keberadaan bidan?
3. Bagaimana peran bidan dalam persalinan yang dilakukan di desa ini,
Apakah peran dukun bayi di desa ini lebih besar dari peran bidan dan
Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi maupun kepada
bidan?
4. Apakah hubungan bidan dan dukun bayi terjaga baik dan Apakah
persalinan yang ditolong oleh dukun didampingi oleh bidan selama ini
lalu?
5. Bagaimana rujukan ibu hamil atau ibu bersalin dengan puskesmas di
wilayah setempat, Apakah komunikasi dapat berjalan dengan baik?
6. Bagaimana dengan kasus persalinan yang tidak berhasil ditolong oleh
bidan desa sehingga harus dirujuk ke RS terdekat, Kesulitan apa yang
terkait dengan sistem rujukan. Apakah ada kendala yang dihadapi dari
pihak keluarga pasien? Mohon dijelaskan. Pada umumnya kejadian
seperti apa saja yang harus dirujuk?
7. Bagaimana dengan kehamilan yang berisiko, pada umumnya kejadian
seperti apa yang sering dideteksi sewaktu melakukan pemeriksaan
kehamilan? Sebenarnya kesulitan apa yang terkait dengan sistem rujukan?
8. Bagaimana koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan kematian
maternal , Sektor apa saja yang terkait lalu Bagaimana pelaksanaan GSI di
sini, Apakah semua sektor memiliki komitmen yang baik? Mohon
dijelaskan!
9. Selama ini bagaimanakah tanggapan masyarakat dan tokoh masyarakat
apabila ada kasus kematian maternal, Apakah menanggapinya dengan
baik?
10. Apakah didesa ini ada kas atau tabungan yang dibuat atas inisiatif sendiri
dari bidan dan disepakati oleh ibu yang bertujuan untuk berjaga – jaga
apabila ada suatu hal yang terjadi mendadak ? dan apabila ada apakah
sudah berjalan dengan baik ?
11. Bagaimana monitoring dari dinkes atau dari puskesmas terhadap bidan
desa ?Mohon diceritakan !
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( INDEPT INTERVIEW )

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG
Informan : Responden kelompok Kasus Kontrol
PERTANYAAN !
1. Bagaimanakah kejadian kematian maternal yang ibu ketahui, apasajakah
sebab yang timbul sampai terjadinya kematian ibu ? Mohon ceritakan !
2. Seharusnya tindakan penanganan apa yang harus segera dilakukan apabila
terjadi kesakitan ibu saat hamil ? uraikan sesuai pengetahuan ibu selama
ini !
3. Bagaimana dengan system rujukan di sini apakah ibu mendapatkan
pertolongan segera mungkin ke fasilitas yang lebih memadai apabila
ternyata terjadi hal yang tidak dapat ditanggani di puskesmas atau bidan
desa ?
4. Apakah selama ibu hamil, ibu dan keluarga mendapatkan informasi
mengenai tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan dan upaya
pencegahannyadari petugas kesehatan ?
5. Bagaimana pendapat ibu tentang pelayanan petugas kesehatan dari
komunikasi petugas terhadap ibu hamil, ketrampilan petugas, kerjasama
bidan dan dukun, kelengkapan sarana kesehatan yang ada ?
6. Apakah program Gerakan Sayang Ibu sudah dilaksanakan di sini, dan
apakah sudah dilaksanakan dengan baik ?
7. Bagaimanakah pendapat ibu tentang pelaksanaan kemitraan antara bidan
dan dukun bayi selama ini ?
8. Pemeriksaan apasajakah yang sudah ibu terima selama kehamilan sampai
melahirkan ?
9. Apakah ada fasilitas seperti ambulace desa di desa ini ?
10. Bagaimana menurut saudara keterjangkauan pelayanan kesehatan terdekat,
apakah membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar atau sangat
dekat dan mudah terjangkau ?
11. Bagaimanakah respon dari warga masyarakat sekitar apabila terjadi
masalah kesehatan pada ibu hamil ?
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG

STATUS RESPONDEN : KONTROL


Nomor Kuesioner :……………………………………
Tanggal Wawancara :……………………………………
Nama Pewawancara : ……………………………………
A. DATA KELUARGA :
1. Nama kepala Keluarga :………………………………..
2. Hubungan dengan Responden : ……………………………….
3. Alamat Lengkap : No…. RT/RW:………................
………………………………………….
4. Pekerjaan : ………………………….. (sesuai KK)
5. Pendidikan terakhir : ………………………….. (sesuai KK)
6. Jumlah anggota keluarga : ………………………………………
7. Jumlah pendapatan keluarga : …………………………….. / bulan
B. IDENTITAS SUAMI :
1. Nama Suami : ………………………………………
2. Pendidikan Terakhir : ………………………………………
3. Pekerjaan Suami : ………………………………………
4. Jumlah pendapatan : ……………………………. / bulan
C. IDENTITAS RESPONDEN
1. IDENTITAS KONTROL PENELITIAN :
1) Nama Ibu :……………………………...
2) Usia Ibu Sekarang : ……………………….. Tahun
3) Usia ibu saat Persalinan terakhir : ……………………….. Tahun
4) Apakah Selama Hamil Ibu Bekerja :
5) Jenis Pekerjaan : ……………(apabila ibu bekerja)
6) Lama dalam Bekerja / hari : ……………………………. Jam
7) Pendidikan Terakhir : …………………………………
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Paritas
Apakah Ibu pernah mengalami keguguran ?
Apakah pada persalinan sebelum persalinan terakhir,
pernah terjadi komplikasi persalinan, seperti perdarahan,
plasenta tertinggal, partus lama, tekanan darah tinggi
(preeklamsia/eklamsia), infeksi, syok?
Apakah menurut ibu jumlah anak sangat mempengaruhi
terjadinya komplikasi pada masa hamil , persalinan
maupun pada masa nifas ?
Apakah umur di bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
beresiko mengalami komplikasi bahkan penyebab kematian
maternal ?
Persalinan yang biasanya paling aman untuk ibu yaitu
persalinan kedua dan ketiga karena persalinan keempat dan
kelima secara dramatis akan meningkatkan angka kematian
ibu ?
2. Pemeriksaan Antenatal
Pada saat ibu hamil, apakah ibu pernah memeriksakan
kehamilan
Apakah dalam 3 bulan pertama kehamilan ,ibu pernah
memeriksakan kehamilan tersebut ?
Apakah pada kehamilan 13 – 28 minggu, ibu
memeriksakan kehamilan ?
Apakah dalam beberapa kondisi tertentu ibu disarankan
untuk mengkonsumsi suplemen tambahan seperti suplemen
asam folat diusia kehamilan tiga bulan untuk mencegah
terjadinya cacat bawaan , ataupun zat besi untuk
meminimalisir anemia ?
Menurut ibu dukun bayi adalah pilihan yang tepat untuk
pelaksanaan pemeriksaan kehamilan ?
3. Komplikasi
Apakah pada saat kehamilan terakhir, ibu mengalami
komplikasi kehamilan, seperti perdarahan, tekanan darah
tinggi (preeklamsia / eklamsia) lainnya?
Apakah pada saat persalinan terakhir , ibu mengalami
komplikasi pada saat proses persalinan , seperti perdarahan,
tekanan darah tinggi (preeklamsia / eklamsia) lainnya?
Apakah pada saat nifas terakhir , ibu mengalami
komplikasi pada saat 42 hari setelah melahirkan , seperti
perdarahan, tekanan darah tinggi (preeklamsia / eklamsia)
lainnya?
Apakah pada persalinan sebelum persalinan terakhir,
pernah terjadi komplikasi persalinan, seperti perdarahan,
plasenta tertinggal, partus lama, tekanan darah tinggi
(preeklamsia/eklamsia), infeksi ?
Tingkat Hemoglobin ibu saat hamil apakah ibu anemia atau
tidak anemia ?
( bisa melihat melalui KMS dan dokumen riwayat medis
sebelumnya )
Apakah ibu memiliki riwayat penyakit / menderita penyakit
seperti penyakit jantung,diabetes mellitus , TBC, hepatitis,
lainnya
4. Status Gizi Ibu saat Hamil
Selama ibu hamil apakah ibu memeriksakan LILA untuk
mengukur status gizi agar mengetahui KEK atau Tidak
KEK ?
( bisa melihat melalui KMS dan dokumen riwayat medis
sebelumnya )
Apakah selama hamil ibu bekerja ?
Apakah ibu selalu memperhatikan asupan makanan selama
kehamilan ?
Apakah status gizi ibu mempengaruhi pertumbuhan janin ?
Apakah selama ibu hamil ibu dan keluarga selalu
memperhatikan asupan makanan yang masuk ?
5 KB ( KELUARGA BERENCANA )
Apakah ibu pernah menggunakan alat / cara kontrasepsi
(KB) ?
Apakah suami mendukung dengan penggunaan alat
kontrasepsi tersebut?
Apakah ibu sudah pernah menggunakan beberapa jenis dari
alat KB ?
Apakah ibu setuju dengan penggunaan alat kontrasepsi
dalam mencegah kehamilan ?
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DIKABUPATEN BATANG PADA TAHUN 2014

STATUS RESPONDEN : KASUS


Nomor Kuesioner :……………………………………
Tanggal Wawancara :……………………………………
Nama Pewawancara : ……………………………………
A. DATA KELUARGA :
8. Nama kepala Keluarga :………………………………..
9. Hubungan dengan Responden : ………………………………..
10. Alamat Lengkap : No…. RT/RW:………........................
……………………………………….
11. Pekerjaan : ………………………….. (sesuai KK)
12. Pendidikan terakhir : ………………………….. (sesuai KK)
13. Jumlah anggota keluarga : ………………………………………
14. Jumlah pendapatan keluarga : …………………………….. / bulan
B. IDENTITAS SUAMI :
5. Nama Suami : ………………………………………
6. Pendidikan Terakhir : ………………………………………
7. Pekerjaan Suami : ………………………………………
8. Jumlah pendapatan : ……………………………. / bulan
C. IDENTITAS RESPONDEN
2. IDENTITAS RESPONDEN PADA KASUS KEMATIAN
MATERNAL :
1) Nama Responden : …………………………………
2) Hubungan dengan Almarhumah : ………………………………….
3. IDENTITAS IBU YANG MENINGGAL :
1) Nama Ibu Meninggal : ………………………………….
2) Tanggal Meninggal : ..../…./……/ (tanggal,bulan,tahun )
3) Usia ibu saat meninggal : ……………………………Tahun
4) Apakah ibu meninggal saat :
a. Hamil , pada usia kehamilan ke………………. Minggu / bulan
b. Persalinan
c. Masa nifas ( pada saat 42 hari setelah melahirkan
D. PERTANYAAN RESPONDEN KELOMPOK KASUS
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Paritas
Apakah Ibu pernah mengalami keguguran ?
Apakah pada persalinan sebelum persalinan terakhir,
pernah terjadi komplikasi persalinan, seperti perdarahan,
plasenta tertinggal, partus lama, tekanan darah tinggi
(preeklamsia/eklamsia), infeksi, syok?
Apakah menurut ibu jumlah anak sangat mempengaruhi
terjadinya komplikasi pada masa hamil , persalinan
maupun pada masa nifas ?
Apakah umur di bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
beresiko mengalami komplikasi bahkan penyebab kematian
maternal ?
Persalinan yang biasanya paling aman untuk ibu yaitu
persalinan kedua dan ketiga karena persalinan keempat dan
kelima secara dramatis akan meningkatkan angka kematian
ibu ?
2. Pemeriksaan Antenatal
Pada saat ibu hamil, apakah ibu pernah memeriksakan
kehamilan
Apakah dalam 3 bulan pertama kehamilan ,ibu pernah
memeriksakan kehamilan tersebut ?
Apakah pada kehamilan 13 – 28 minggu, ibu
memeriksakan kehamilan ?
Apakah dalam beberapa kondisi tertentu ibu disarankan
untuk mengkonsumsi suplemen tambahan seperti suplemen
asam folat diusia kehamilan tiga bulan untuk mencegah
terjadinya cacat bawaan , ataupun zat besi untuk
meminimalisir anemia ?
Menurut ibu dukun bayi adalah pilihan yang tepat untuk
pelaksanaan pemeriksaan kehamilan ?
3. Komplikasi
Apakah pada saat kehamilan terakhir, ibu mengalami
komplikasi kehamilan, seperti perdarahan, tekanan darah
tinggi (preeklamsia / eklamsia) lainnya?
Apakah pada saat persalinan terakhir , ibu mengalami
komplikasi pada saat proses persalinan , seperti perdarahan,
tekanan darah tinggi (preeklamsia / eklamsia) lainnya?
Apakah pada saat nifas terakhir , ibu mengalami
komplikasi pada saat 42 hari setelah melahirkan , seperti
perdarahan, tekanan darah tinggi (preeklamsia / eklamsia)
lainnya?
Apakah pada persalinan sebelum persalinan terakhir,
pernah terjadi komplikasi persalinan, seperti perdarahan,
plasenta tertinggal, partus lama, tekanan darah tinggi
(preeklamsia/eklamsia), infeksi ?
Tingkat Hemoglobin ibu saat hamil apakah ibu anemia atau
tidak anemia ?
( bisa melihat melalui KMS dan dokumen riwayat medis
sebelumnya )
Apakah ibu memiliki riwayat penyakit / menderita penyakit
seperti penyakit jantung,diabetes mellitus , TBC, hepatitis,
lainnya
4. Status Gizi Ibu saat Hamil
Selama ibu hamil apakah ibu memeriksakan LILA untuk
mengukur status gizi agar mengetahui KEK atau Tidak
KEK ?
( bisa melihat melalui KMS dan dokumen riwayat medis
sebelumnya )
Apakah selama hamil ibu bekerja ?
Apakah ibu selalu memperhatikan asupan makanan selama
kehamilan ?
Apakah status gizi ibu mempengaruhi pertumbuhan janin ?
Apakah selama ibu hamil ibu dan keluarga selalu
memperhatikan asupan makanan yang masuk ?
5 KB ( KELUARGA BERENCANA )
Apakah ibu pernah menggunakan alat / cara kontrasepsi
(KB) ?
Apakah suami mendukung dengan penggunaan alat
kontrasepsi tersebut ?
Apakah ibu sudah pernah menggunakan beberapa jenis dari
alat KB ?
Apakah ibu setuju dengan penggunaan alat kontrasepsi
dalam mencegah kehamilan ?

You might also like