Professional Documents
Culture Documents
Gambar 3.12 Grafik Penemuan kasus (CDR) TB Paru BTA (+) Kota
Semarang tahun 2010 s.d 2016 Sumber: Seksi P2ML, Bidang P2P
1
Insiden kasus tahun 2014 dan 2015 menunjukan angka yang sama yaitu
sebesar 29,6% dari total kasus. Dikaitkan dengan proporsi kejadian TB MDR
pada kasus TB baru dan TB kambuh di tahun 2016 terdapat 16 kasus baru TB
MDR, sehingga CDR pada TB MDR pada tahun 2016 sebanyak 50%.
2
b. Keteraturan berobat yang rendah,
c. Motivasi penderita kurang,
d. Kebiasaan merokok,
e. konsumsi alkohol yang buruk (Masniari dkk, 2007).
a. K
eterlambatan diagnosis
b. K
urangnya dukungan dan motivasi dari keluarga dan kerabat
c. T
idak ada pemantauan pengobatan
d. O
rganisasi program TB yang kurang/tidak baik
e. P
emberian terapi TB yang tidak adekuat akan menyebabkan mutan resisten
f. S
uplai obat yang tidak teratur
g. Pemberian monoterapi atau regimen obat yang tidak efektif
h. Dosis tidak adekuat, instruksi yang buruk.
3
pada penyakit Paru tersebut. Pengobatan tidak lengkap dan adekuat
menyebabkan Multi Drugs Resistant. Multi drug resistant tuberculosis (MDR
TB) adalah yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (M.TB)
resisten terhadap isoniazid (H) dan rifampisin (R) dengan atau tanpa resisten
obat lainnya. Banyak hal yang mendukung terjadinya MDR TB seperti
kurangnya pengetahuan, perhatian penderita terhadap penyakitnya, lamanya
diagnosis dan penanggulangan penyakit TB, Suplai obat yang tidak teratur,
sulit dijangkau atau bahkan tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-
sarana kesehatan, kurangnya dukungan sosial bagi para penderita TB.
4
terjamin mutunya. Strategi utama yang dilakukan adalah menemukan
kasus lebih banyak dan lebih dini untuk memutuskan penularan dan
mengurangi angka kematian.
Kegiatan
5
penemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya MDR-TB.
e. Penemuan dan pengobatan dalam rangka pengendalian TB
dilaksanakan oleh seluruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes),
meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah Balai/Klinik Pengobatan,
Dokter Praktek Swasta (DPS) dan fasilitas kesehatan lainnya.
f. Pengendalian TB dilaksanakan melalui penggalangan kerja sama
dan kemitraan diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swasta
dan masyarakat dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional Pengendalian
TB (Gerdunas TB).
g. Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat
pelayanan ditujukan untuk peningkatan mutu dan akses layanan.
h. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk pengendalian TB diberikan
secara cuma-cuma dan dikelola dengan manajemen logistk yang efektif
demi menjamin ketersediaannya.
i. Ketersediaan tenaga yang kompeten dalam jumlah yang memadai
untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja program.
j. Pengendalian TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin
dan kelompok rentan lainnya terhadap TB.
k. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan
pekerjaannya.
l. Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam
MDGs.
m. Pembentukan pos TB desa
n. Membentuk komunitas TB MDR
o. Yayasan PETA (PEjuang Tangguh TB)
6. Fase 6 ( Implementasi )
Pada fase ini akan disampaikan tentang implementasi untuk mengatasi
permasalahan MDR TB yang bisa dilaksanakan di Wilayah Kota Semarang.
Kunci dari fase ini antara lain :
- Pengalaman
- Sensitif terhadap kebutuhan
- Fleksibel dalam situasi kondisi
- Fokus pada tujuan
- Sense of humor
6
Manajemen Program MDR TB (Programmatic Manajment Of
Drug Resistant Tuberculosis) merupakan program yang sistematis,
komprehensif dan terpadu sesuai kerangka strategi DOTS (Directly
Observed Treatment, Shortcourse chemotherapy) dalam mengendalikan
perkembangan TB kebal obat agar tidak menjadi masalah kesehatan
masyarakat, dengan kegiatan utama :
7
- Adanya komitmen dari pemerintah Kota Semarang, khususnya
pengalokasian dana secara bertahap untuk kelancaran &
pengembangan kegiatan selanjutnya.
8
PENGORGANISASIAN
a. Tingkat Pusat
Kegiatan Manajemen TB Resistan Obat adalah bagian dari upaya
pengendalian TB yang dilakukan melalui Gerakan Terpadu Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis (Gerdunas TB). Dalam pelaksanaan
program TB MDR secara Nasional dilaksanakan oleh Direktorat
Pengendalian Penyakit Menular Langsung, cq.Sub Direktorat
Tuberkulosis.
d. Tingkat Provinsi
Pelaksanaan program TB MDR merupakan bagian dari pelaksanaan
program TB ditingkat provinsi, dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi Provinsi Jawa Tengah.
e. Tingkat Kabupaten/Kota
Pelaksanaan program TB MDR merupakan bagian dari pelaksanaan
program TB ditingkat kabupaten/kota dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Kota Magelang
f. Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam Manajemen TB Resistan
Obat dengan Kegiatan pelayanan Manajemen TB Resistan Obat
dilaksanakan oleh :
a. Fasyankes satelit
b. Fasyankes sub rujukan
c. Fasyankes pusat rujukan
9
kegiatan penanganan semua pasien tuberkulosis termasuk pasien TB
MDR. Tim Ahli Klinis merupakan bagian tim DOTS rumah sakit yang
khusus menangani pasien TB MDR.
b. Jejaring Eksternal
Jejaring eksternal adalah jejaring yang dibangun antara rumah sakit
dengan semua fasyankes dan institusi lain yang terkait dalam program
pengendalian tuberkulosis, termasuk penanganan pasien TB MDR dan
difasilitasi oleh Dinas Kesehatan setempat.
10
Menilai efek langsung dari program pada target perilaku (predisposing,
enabling, reinforcing factors) dan lingkungan
Proses evaluasi di lihat dari tiga faktor yaitu :
Predisposing (faktor pedisposing)
Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya
Pada tahapan pengetahuan harus di evaluasi perihal masalah pengetahuan
masyarakat secara umum tentang pencegahan MDR TB, melakukan penyuluhan
secara rutin pada area area yang tingkat MDR TB nya banyak ditemukan dengan
harapan mereka bisa mengetahuai dan bersikap waspada terhadap MDR
TB,kemudian kita evaluasi apakah pendidikan yang kita lakukan dapat meningkatkan
kewaspadaan masyarakat tentang MDR TB.
Reinforcing factor (faktor penguat)
Perlu mengevaluasi kembali apakah ada peningkatan keterlibatan oleh petugas
pelayanan kesehatan terhadap pencegahan MDR TB dan penyampaian kegiatan
penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakt terhadap MDR TB
Enabling factor (faktor penguat)
Tersedianya petugas pelayanan kesehatan, tempat pelaksanaan kegiatan
pengobatan MDR TB seperti Mempunyai akses ke laboratorium yang telah
disertifikasi untuk melaksanakan biakan dan uji kepekaan terhadap OAT (Drugs
Susceptibility Test/ DST)
11
12