You are on page 1of 17

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum

2.1.1 Public Relations

Di antara tokoh PR adalah Ivy Ledbetter Lee dianggap sebagai the father of

public relations yang telah memikirkan dan mempraktekkan PR secara konsepsional.

Ivy Lee dianggap sebagai bapak public relations/humas karena ia berhasil

mengembangkan PR yang menurut para cendikiawan kemudian dijadikan landasan

objek studi ilmiah (Soemirat dan Ardianto, 2010:9).

Public Relations merupakan mediator yang berada antara pimpinan organisasi

dengan publiknya, baik dalam upaya membina hubungan orang-orang yang berada di

dalam perusahaan atau di luar perusahaan. Sebagai publik, mereka berhak

mengetahui rencana kebijaksanaan, aktivitas, program kerja dan rencana-rencana

usaha suatu organisasi/perusahaan berdasarkan keadaan, harapan-harapan, dan sesuai

dengan keinginan publik sasarannya (Ruslan, 2010:14).

Menurut (Harlow dalam Ruslan, 2010:16) menyatakan bahwa, “Public

Relations adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan,

pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut

aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerjasama, melibatkan manajemen

dalam menghadapi persoalan/permasalahan, membantu manajemen untuk mampu

menanggapi opini publik; mendukung manajemen dalam mengikuti dan

memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini

10
dalam mengantisipasi kecendrungan penggunaan penelitian serta teknik komunikasi

yang sehat dan etis sebagai sarana utama. Jadi terdapat aspek cukup penting dalam

PR, yaitu teknik komunikasi, dan komunikasi yang sehat dan etis”. Oleh karena itu

PR harus cepat peka dan pintar membaca situasi dalam keadaan apapun.

PR memiliki proses manajemen yang dikemukakan oleh (Cutlip,&Kelly

dalam Yudarwati, 2004:154) yang menggambarkan bagaimana proses manajerial

yang biasa dilakukan oleh perusahaan dalam melaksanakan aktivitas program CSR.

Proses ini terdiri dari :

1. Tahap Penemuan Fakta

Tahap ini mencakup public relations melakukan riset untuk mendapatkan

fakta yang ada berkaitan dengan organisasi. Setidaknya ada tiga hal yang perlu

diidentifikasi, yaitu: 1) Kondisi internal organisasi, meliputi identifikasi dan evaluasi

kebijakan organisasi, aktivitas maupun produk (barang maupun jasa) yang

dihasilkan, serta harapan organisasi terhadap komunitas. PR diarahkan untuk

meneliti masalah atau fakta-fakta yang menyangkut social responsibility yang timbul

di masyarakat.

2. Tahap Perencanaan

Tahap ini merupakan tahap membuat keputusan tentang penetapan visi dan

misi, serta tujuan, mempertimbangkan kebijakan, menetapkan target, penetapan

program publik, strategi tujuan, struktur organisasi, menyediakan sumber daya

manusia dan pemetaan wilayah serta penentuan sumber dana untuk program CSR

yang akan dilakukan.

10
3. Tahap Aksi dan Mengkomunikasikan

Tahap yang ketiga ini merupakan kegiatan yang mengarah pada penerapan

dan mengkomunikasikan program CSR kepada publik secara sistematis, sehingga

persepsi publik dapat terbentuk dengan baik.

4. Tahap Evaluasi

Pada tahapan yang terakhir ini, kegiatan komunikasi dalam PR difokuskan

pada usaha untuk melakukan penilaian atas persiapan, implementasi dan hasil dari

program CSR yang sudah dilakukan.

2.2 Teori Khusus

2.2.1 Corporate Social Responsibility (CSR)

2.2.1.1 Definisi Corporate Social Responsibility

(Kotler dan Lee dalam Solihin, 2009:5) menyebutkan bahwa definisi

tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu “Corporate Social Responsibility is a

commitment to improve community well being through discretionary business

practices and contribution of corporate resources”. “Dalam definisi tersebut, Kotler

dan Lee memberikan penekanan pada kata discretionary yang berarti kegiatan CSR

semata-mata merupakan komitmen perusahaan secara sukarela untuk turut

meningkatkan kesejahteraan komunitas dan bukan merupakan aktivitas bisnis yang

diwajibkan oleh hukum dan perundang-undangan seperti kewajiban untuk membayar

pajak atau kepatuhan perusahaan terhadap undang-undang ketenagakerjaan”. “Kata

discretionary juga memberikan nuansa bahwa perusahaan yang melakukan aktivitas

CSR haruslah perusahaan yang telah menaati hukum dalam pelaksanaan bisnisnya”.

Jadi kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan tidak diperkenankan hanya untuk

menyembunyikan kinerja operasional perusahaan yang buruk dan harus dilakukan

10
sungguh-sungguh menciptakan lingkungan masyarakat yang sehat, aman, dan

sejahtera.

Menurut (Maignan & Ferrell dalam Susanto, 2009:10) mendefinisikan CSR

sebagai “A business acts in socially responsible manner when it’s decision and

actions account for and balance diverse stakeholder interests”. “Definisi ini

menekankan perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan

berbagai stakeholder yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang

diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung

jawab”.

(Elkington dalam Alfitri, 2011:92) mengemukakan bahwa, “sebuah

perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikan

perhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan (profit);masyarakat, khususnya

komunitas sekitar (people); serta lingkungan hidup (planet bumi). Pertama, profit

menyangkut keuntungan perusahaan sebagai motivasi utama dari setiap kegiatan

usaha. Aktivitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak keuntungan antara lain

dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya. Kedua, People

menyangkut masyarakat sekitar perusahaan yang berkomitmen memberikan manfaat

sebesar-besarnya kepada masyarakat. Perusahaan perlu melakukan kegiatan yang

menyentuh kebutuhan masyarakat sebagai kompensasi atas dampak yang diterima

masyarakat. Ketiga, Planet, diartikan sebagai kegiatan perusahaan yang peduli

terhadap lingkungan sekitar agar terjaga keseimbangan lingkungan fisik dengan

kehidupan manusia”.

Berdasarkan rencana implementasi (draft) (ISO 26000 dalam Solihin,

2009:31) yang akan mengatur mengenai standar CSR Corporate Social

Responsibility adalah “tanggung jawab sebuah perusahaan terhadap dampak-dampak

10
dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan

yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan

pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan

harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang berlaku dan norma-

norma perilaku internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara

menyeluruh”.

Penulis dapat menyimpulkan bahwa definisi CSR yaitu komitmen dan upaya

perusahaan yang beroperasi secara legal dan etis untuk berkontribusi terhadap

pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup serta pembangunan

berkelanjutan guna meningkatkan kualitas hidup beragam pemangku kepentingan.

2.2.1.2 Dasar Hukum Corporate Social Responsibility (CSR)

Dalam Pasal 74 ayat 1 UU Republik Indonesia No.40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas disebutkan Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di

bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung

jawab sosial dan lingkungan; Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan

diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran; Perseroan yang tidak melaksanakan

kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan (Susanto, 2009:3).

Sedangkan dalam Pasal 15 (b) UU Republik Indonesia No.25 tahun 2007 tentang

Penanaman Modal menyatakan bahwa “Setiap penanam modal berkewajiban

melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.”

10
2.2.1.3 Kategori Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR)

Berdasarkan (Kotler dan Lee dalam Solihin, 2009:131) menyebutkan bahwa

terdapat 6 (enam) kategori program CSR, yaitu:

No Kategori CSR Definisi Contoh


1 Cause Perusahaan Kampanye yang dilakukan

Promotions menyediakan dana atau Bank Indonesia untuk

sumber daya lainnya meningkatkan kesadaraan

yang dimiliki masyarakat terhadap

perusahaan untuk meningkatnya peredaran

meningkatkan kesadaran uang palsu di Indonesia

masyarakat terhadap yang di kenal dengan

suatu kegiatan sosial kampanye 3D.

atau untuk mendukung (dilihat,diraba,diterawang).

pengumpulan dana,

partisipasi dari

masyarakat atau

perekrutan tenaga

sukarela untuk suatu

kegiatan tertentu.

Komunikasi persuasif

untuk menciptakan

kesadaraan serta

perhatian terhadap suatu

masalah sosial.

10
2 Cause-Related Perusahaan memiliki “Berbagi 1000 kebaiakan”

Marketing komitmen untuk dengan cara

menyumbangkan menyumbangkan Rp 1000

persentase tertentu dari untuk setiap penjualan es

penghasilannya untuk krim vienetta walls ke

suatu kegiatan sosial kegiatan sosial.

berdasarkan besarnya

penjualan produk.
3 Corporate Perusahaan Pampers melalui program

Social mengembangkan dan “back to sleep” bertujuan

Marketing melaksanakan kampanye mengedukasi masyarakat

untuk mengubah amerika untuk menidurkan

perilaku masyarakat bayi dengan posisi

dengan tujuan telentang, hal ini dilakukan

meningkatkan kesehatan karena sudden infant death

dan keselamatan publik, syndrome (SIDS) yang

menjaga kelestarian mengakibatkan kematian

lingkungan hidup serta bayi secara mendadak pada

meningkatkan saat menidurkan bayi

kesejahteraan dalam keadaan tengkurap.

masyarakat.
4 Corporate Perusahaan memberikan PT Telkom Divre III

Phylanthropy sumbangan langsung melakukan pemberian

dalam bentuk derma paket sembako menjelang

untuk kalangan hari raya Idul Fitri.

masyarakat tertentu.

10
5 Community Perusahaan mendukung McDonald memberikan

Volunteering serta mendorong para makanan dengan para

karyawan, rekan profesional dan

pedagang eceran, atau sukarelawan pada musibah

para pemegang franchise 9/11.

agar menyisihkan waktu

mereka secara sukarela

guna membantu

organisasi

masyarakat lokal

maupun masyarakat.

6 Social Perusahaan Pemberian makanan

Responsible melaksanakan aktivitas tambahan kepada balita,

Business bisnis melampaui yang ibu hamil dan ibu

Practice diwajibkan oleh hukum menyusui dan Pelatihan

serta melaksanakan olahan pangan dari sagu.

investasi yang

mendukung kegiatan

sosial dengan tujuan

meningkatkan

kesejahteraan komunitas

dan memelihara

lingkungan hidup.

10
Dari keenam kategori aktivitas CSR tersebut, dapat disimpulkan bahwa inti

atau output yang dihasilkan dari program CSR salah satunya adalah sebagai wadah

atau sarana untuk mengembangkan masyarakat.

2.2.1.4 Konsep Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)

Pelaksanaan program CSR melibatkan beberapa pihak, oleh sebab itu

diperlukan beberapa kondisi yang akan menjamin terlaksananya implementasi

program CSR dengan baik. Kondisi pertama, implementasi CSR memperoleh

persetujuan dan dukungan dari para pihak yang terlibat sehingga pelaksanaan

program CSR didukung sepenuhnya oleh sumber daya yang dimiliki perusahaan.

Kondisi kedua yang harus diciptakan untuk menunjang keberhasilan implementasi

program CSR adalah ditetapkannya pola hubungan di antara pihak-pihak yang

terlibat secara jelas. Hal ini akan meningkatkan kualitas koordinasi pelaksanaan

program CSR. Tanpa adanya pola hubungan yang jelas di antara berbagai pihak yang

terlibat dalam pelaksanaan CSR, maka kemungkinan besar pelaksanaan program

CSR tersebut tidak akan berjalan secara optimal. Selain itu tanpa adanya pola

hubungan yang jelas, maka kemungkinan program CSR tersebut untuk berlanjut

(sustainable) akan berkurang. Kondisi ketiga adalah adanya pengelolaan program

yang baik. Pengelolaan program yang baik hanya dapat terwujud bila terdapat

kejelasan tujuan program, terdapat kesepakatan mengenai strategi yang akan

digunakan untuk mencapai tujuan program dari para pihak yang terlibat dalam

pelaksanaan CSR. Perwujudan program tersebut juga memerlukan dukungan

terhadap program yang tengah dijalankan dari pihak-pihak yang terlibat dan terdapat

kejelasan mengenai durasi waktu pelaksanaan program serta siapa yang bertanggung

10
jawab untuk memelihara kontinuitas pelaksanaan kegiatan bila program CSR sudah

berakhir (Ismail Solihin, 2009 : 145).

2.2.2 Stakeholders

2.2.2.1 Pengertian Stakeholders

Menyadari adanya realitas baru hubungan antara perusahaan korporasi

dengan pemangku kepentingan, (Freeman dan Reed dalam Solihin, 2009:50)

mengajukan dua rumusan pemangku kepentingan, yakni: pemangku kepentingan

dalam pengertian luas dan pemangku kepentingan dalam pengertian sempit.

Dalam hal ini pemangku kepentingan dalam arti luas yaitu kelompok maupun

individu-individu yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan mereka atau

pencapaian perusahaan yang dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan pada saat

perusahaan mengejar tujuannya. Yang termasuk dalam pemangku kepentingan dalam

pengertian ini mencakup : kelompok kepentingan publik, kelompok yang melakukan

aktivitas protes (protest group), pegawai pemerintah, asosiasi perdagangan, pesaing,

serikat pekerja dan juga karyawan, pelanggan pada segmen tertentu, serta pemegang

saham.

Pemangku kepentingan dalam arti sempit, dimana perusahaan memiliki

ketergantungan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya kepada pemangku

kepentingan ini yang terdiri atas kelompok-kelompok maupun beberapa individu

tertentu. Pemangku kepentingan ini terdiri dari karyawan, pelanggan pada segmen

tertentu, pemasok tertentu, pegawai kunci di pemerintahan, kreditur tertentu, dan

pemegang saham.

10
2.2.2.2 Kategori Stakeholders

(Kumar dan Subramanian serta Fotler et al dalam Solihin, 2009:59)

mengklasifikasikan Stakeholders menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu internal

stakeholders,interface stakeholders dan eksternal stakeholders.

a) Internal Stakeholders, terdiri dari orang-orang yang memiliki kepentingan dan

tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasi

perusahaan. Perusahaan secara terus-menerus memberikan imbalan yang

memadai kepada kelompok pemangku kepentingan jenis ini untuk

memperoleh kontribusi hasil kerja mereka. Yang termasuk ke dalam inside

stakeholders adalah para manajer (managers), para profesional, dan staf

nonoperasional.

b) Eksternal Stakeholders, terdiri atas orang-orang maupun pihak-pihak

(constituencies) yang bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin

perusahaan dan bukan pula karyawan perusahaan, namun memiliki

kepentingan terhadap perusahaan dan dipengaruhi oleh keputusan serta

tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Yang termasuk ke dalam kategori

eksternal stakeholders adalah pelanggan (customers), pemasok (suppliers),

pemerintah (government), masyarakat lokal (local communities) dan

masyarakat secara umum (general public).

c) Interface Stakeholders, yaitu mereka yang melaksanakan fungsi organisasi

secara internal maupun eksternal, atau mereka yang menjadi penghubung

antara organisasi dengan lingkungannya. Kelompok pemangku kepentingan

ini adalah staf karyawan, para pemegang saham, pembayar pajak, serta

kontributor lainnya.

10
Dari ketiga jenis tersebut dapat diketahui mengenai peran pada masing-

masing jenis stakeholders terhadap program CSR perusahaan. Pada jenis internal

Stakeholders, orang-orang yang termasuk dalam jenis tersebut memiliki peran dalam

rangka merumuskan program CSR. Pada jenis Interface stakeholders hanya

menjalankan rumusan program CSR perusahaan. Sedangkan orang-orang yang

termasuk pada jenis eksternal stakeholders memiliki peran sebagai pendukung

ataupun sebagai objek dari program CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan.

2.2.3 Citra Perusahaan

Pengertian citra menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Soemirat

dan Ardianto, 2010:114), yaitu: “(1) kata benda: gambar, rupa, gambaran; (2)

gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau

produk; (3) kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata,

frase atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau

puisi”.

(Frank Jefkins dalam Soemirat dan Ardianto, 2010:114) menyimpulkan

bahwa, “secara umum citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang

sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalaman yang

dimilikinya”. Selanjutnya, menurut (Jalaluddin Rakhmat dalam Soemirat dan

Ardianto, 2010:114), “citra merupakan penggambaran tentang realitas dan tidak

harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi”. Jadi citra adalah

sebuah pandangan seseorang mengenai realitas dan persepsi tentang segala hal yang

sudah atau belum terjadi terhadap kehidupannya.

Sedangkan dalam upaya pengukurannya, (Spector dalam Jatmiko, 2011:13)

menemukan enam faktor utama yang dapat mengukur dimensi utama para calon

10
responden yang mereka gunakan dalam mengekspresikan citra dari suatu organisasi.

Keenam faktor utama tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dynamic : pioneering, attention-getting, active, goal oriented

Bahwa sebuah organisasi atau perusahaan haruslah dinamis : pelopor,

menarik perhatian, aktif dan berorientasi pada tujuan.

2. Cooperative : friendly, well-liked, eager to please good relations

Sebuah organisasi harus mampu bekerja sama : ramah, disukai, membuat

senang orang lain dan memiliki hubungan baik dengan orang lain.

3. Business : wise, smart, persuade, well-organized

Organisasi harus memiliki karakter bisnis : bijak, cerdas, persuasif,

terorganisasi dengan baik.

4. Character : ethical, reputable, respectable

Sebuah organisasi yang baik, harus memiliki karakter yang baik pula seperti :

etis, reputasi baik dan terhormat.

5. Successful : financial performance, self-confidence

Ciri yang dimiliki organisasi sukses adalah kinerja keuangan yang baik dan

percaya diri

6. Withdrawn : aloof, secretive, cautious

Organisasi pun harus mampu menahan diri : ketat, menjaga rahasia dan

berhati- hati.

Dengan demikian, maka parameter atau pengukuran citra perusahaan dapat

dilakukan, melalui keenam faktor temuan Spector ini yang akan dikonversi melalui

instrument penelitian, yaitu wawancara.

10
Menurut (Frank Jefkins dalam Soemirat dan Ardianto, 2010:117), ada

beberapa jenis citra (image) yang dikenal di dunia aktivitas hubungan masyarakat,

dan dapat dibedakan satu dengan yang lain sebagai berikut.

a. Citra Cermin (mirror image)

Pengertian di sini bahwa citra cermin yang diyakini oleh perusahaan

bersangkutan terutama para pimpinannya yang selalu merasa dalam posisi baik tanpa

mengacuhkan kesan orang luar. Setelah diadakan studi tentang tanggapan, kesan dan

citra di masyarakat ternyata terjadi perbedaan antara yang diharapkan dengan

kenyataan citra di lapangan, bisa terjadi justru mencerminkan “citra negatifnya yang

mucul.

b. Citra Kini (current image)

Citra merupakan kesan yang baik diperoleh dari orang lain tetang perusahaan

atau hal yang lain berkaitan dengan produknya. Berdasarkan pengalaman dan

informasi kurang baik penerimaannya, sehingga dalam posisi tersebut pihak PR akan

menghadapi risiko yang sifatnya permusuhan, kecurigaan, prasangka buruk, dan

hingga muncul kesalahpahaman yang menyebabkan citra kini yang ditanggapi secara

tidak adil atau bahkan kesan yang negatif diperolehnya.

c. Citra Keinginan (wish image)

Citra keinginan ini adalah seperti apa yang ingin dan dicapai oleh pihak

manajemen terhadap perusahaan, atau produk yang ditampilkan tersebut lebih

dikenal, menyenangkan dan diterima dengan kesan yang selalu positif diberikan

(take and give) oleh publiknya atau masyarakat umum.

d. Citra Perusahaan (corporate image)

Jenis citra ini adalah yang berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan

utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan yang positif, lebih dikenal serta

10
diterima oleh publiknya, mungkin tentang sejarahnya, kualitas pelayanan prima,

keberhasilan dalam bidang marketing, dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab

sosial sebagainya. Dalam hal ini pihak PR berupaya atau bahkan ikut bertanggung

jawab untuk mempertahankan citra perusahaan, agar mampu mempengaruhi harga

sahamnya tetap bernilai tinggi untuk berkompetensi di pasar bursa saham.

e. Citra serbaneka (multiple image)

Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan di atas,misalnya

bagaimana pihak PR-nya akan menampilkan pengenalan terhadap identitas

perusahaan, atribut logo, brand’s name, seragam para front liner, sosok

gedung,dekorasi lobby kantor dan penampilan para profesionalnya. Semua itu

kemudian diunifikasikan atau diidentikkkan ke dalam suatu citra serbaneka yang

diintegrasikan terhadap citra perusahaan.

f. Citra Penampilan (performance image)

Citra penampilan ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana kinerja

atau penampilan diri para profesional pada perusahaan bersangkutan. Misalnya

dalam memberikan berbagai bentuk dan kualitas pelayanannya, menyambut telepon,

tamu, dan pelanggan serta publiknya, harus serba menyenangkan serta memberikan

kesan yang selalu baik. Mungkin masalah citra penampilan ini kurang diperhatikan

atau banyak disepelekan orang. Misalnya, dalam hal mengangkat secara langsung

telepon yang sedang berdering tersebut dianggap sebagai tindakan interupsi,

termasuk si penerima telepon masuk tidak menyebut identitas nama pribadi atau

perusahaan bersangkutan merupakan tindakan kurang bersahabat dan melanggar

etika.

Pentingnya penelitian citra, ungkap (Moore dalam Soemirat dan Ardianto,

2010:116), penelitian citra menentukan sosok institusional dan citra perusahaan

10
dalam pikiran publik dengan mengetahui secara pasti sikap masyarakat terhadap

sebuah organisasi, bagaimana mereka memahami dengan baik, dan apa yang mereka

sukai dan tidak sukai tentang organisasi tersebut. Menurut (Haney dalam Soemirat

dan Ardianto, 2010:117) pentingnya penelitian mencakup: 1) memprediksi tingkah

laku publik sebagai reaksi terhadap tindakan lembaga/organisasi perusahaan; 2)

mempermudah usaha kerjasama dengan publik; 3) memelihara hubungan yang ada.

Menurut (Danusaputra dalam Soemirat dan Ardianto, 2010:117) dengan

melakukan penelitian citra, perusahaan dapat mengetahui secara pasti sikap publik

terhadap organisasi maupun terhadap produk barang atau jasa yang dihasilkan oleh

perusahaan yang bersangkutan. Dari penelitian citra ini, perusahaan juga dapat

mengetahui apa-apa yang disukai dan tidak disukai publik tentang perusahaan,

dengan demikian perusahaan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat bagi

kebijaksanaan perusahaan selanjutnya.

2.2.4 Kerangka Teori

Teori Umum Teori Khusus


uuuUmum

Public relations memiliki proses


Kategori aktifitas
managerial
CSR

Kegiatan program CSR di


Stakeholders EMPMalacca Strait S.A.

Pelatihan pembuatan
olahan pangan dari
sagu

Pemberian makanan
tambahan kepada
balita,dan ibu hamil
10

Citra Perusahaan
10

You might also like