You are on page 1of 18

LAPORAN ANALISIS JURNAL

Disusun Untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah


Pengembangan Bahan Ajar Fisika

Dosen Pengampu: Rudi Haryadi, M.Pfis

Disusun oleh
Kissi Marwanti 2280150034
Ade Tia Ningsih 2280160011
Risma Noviyanti 2280160013
Indah Indriyani 2280160036

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2018
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA
MATERI ELATISITAS DAN HUKUM HOOKE
Desmaria Kristin S.1 , I Dewa Putu Nyeneng2 , Chandra Ertikanto2
1
Mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP Unila, desmakristin@ymail.com
2
Dosen Pendidikan Fisika FKIP Unila

A. Pendahuluan
Kegiatan pembelajaran di kelas tidak bias dilepaskan dari adanya media pembelajaran, karena
dalam melancarkan kegiatan pembelajaran, meningkatkan kemampuan berpikir, dan kecerdasan siswa
tentunya harus diimbangi dengan penyediaan media pembelajaran.Kurang lengkapnya media
pembelajaran di sekolah dapat menghambat kegiatan pembelajaran. Keadaan tersebut akan
mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu bentuk media pembelajaran yang mendukung proses
pembelajaran mandiri, yaitu modul.
Guru sangat membutuhkan media pembelajaran yang dapat mempermudah penyampaian materi,
memberikan informasi yang menarik, dan menyenangkan sehingga meningkatkan minat dan motivasi
siswa. Media pembelajaran terdiri dari beberapa jenis.Salah satunya adalah modul. Modul merupakan
bahan ajar yang dapat digunakan secara mandiri, di dalamnya disajikan isi materi yang tersusun secara
sistematis dan soal-soal latihan beserta kunci jawaban. Suprawoto (2009: 2) mengungkapkan bahwa
modul adalah sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis yang disusun secara sistematis, memuat materi
pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar, petunjuk kegiatan belajar
mandiri, dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menguji diri sendiri melalui latihan
yang disajikan dalam modul.

Selain itu, dalam proses pembelajaran guru membutuhkan suatu metode atau strategi
pembelajaran agar siswa dapat dengan mudah memahami konsep fisika, misalnya menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Pembelajaran dengan strategi inkuiri membuat siswa lebih mengenal
lingkungan dengan mengamati fenomena alam, melatih siswa untuk merumuskan masalah, melatih siswa
untuk membuat hipotesis, mengumpulkan data, menumbuhkan kemampuan siswa untuk merancang
percobaan, mengembangkan kemampuan siswa untuk menganalisis data, menarik kesimpulan,
mengkomunikasikan hasil, dan mampu berpikir logis dalam memecahkan permasalahan. Sanjaya (2009:
194) menjelaskan strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan mengemukakan sendiri
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran
inkuiri merupakan proses pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan intelektual, berinteraksi
dengan siswa dan guru, bertanya, berpikir kritis, dan terbuka. Beberapa tahapan pembelajaran inkuiri
terbimbing menurut Trianto (2010), yaitu: (1) menyajikan pertanyaan atau masalah; (2) membuat
hipotesis; (3) merancang percobaan; (4) melakukan percobaan untuk mengumpulkan informasi; (5)
mengumpulkan dan menganalisis data; dan (6) membuat kesimpulan.

B. Metode Penelitian
Berdasarkan hasil analisis jurnal ini kita dapat ketahui bahwa dalam metode penelitian ini
menggunakan metode Research and Development atau penelitian dan pengembangan. Model penelitian
yang digunakan adalah R&D (research and development) termodifikasi dari Borg and Gall (1983),
langkah-langkahnya: 1) penelitian dan pengumpulan informasi, 2) perencanaan, 3) pengembangan produk
awal, 4) uji coba produk awal, 5) revisi produk I, 6) uji coba lapangan terbatas,7) revisi produksi II, 8) uji
lapangan operasional, 9) revisi produk akhir, serta 10) diseminasi dan implementasi produk.
Tahap uji coba lapangan operasional menggunakan desain one group pretest and posttest,
sehingga penelitian hanya melibatkan sekelompok subjek yang diberi pretest sebelum dikenai perlakuan,
dan posttest setelah dikenai perlakuan untuk diketahui hasil akibat perlakuan tersebut. Metode
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian dan pengembangan Modul Fisika Berbasis Inkuiri
Terbimbing adalah teknik tes, angket, observasi, dan wawancara.Teknik tes dilakukan menggunakan
instrumen penilaian aspek kognitif (instrumen soal diintegrasi dengan indikator keterampilan berpikir
kritis) yang telah dianalisis menggunakan excel. Berdasarkan analisis yang dilakukan, instrument tes
memenuhi kriteria valid dan reliabel.Teknik angket dilakukan menggunakan instrument angket
kebutuhan, angket respon, dan lembar validasi. Angket kebutuhan dan respon telah divalidasi oleh
pembimbing penelitian, sedangkan lembar validasi menggunakan instrument dengan criteria penilaian
Djemari Mardapi (2004). Teknik observasi dilakukan untuk memperoleh penilaian sikap, keterampilan
siswa dan keterlaksanaan sintaks pembelajaran. Instrumen yang digunakan pada penilaian sikap,
keterampilan dan keterlaksanaan sintaks pembelajaran adalah lembar observasi yang disesuaikan dengan
indikator yang akan muncul dalam pembelajaran menggunakan skala Likert 4. Lembar observasi telah
divalidasi oleh pembimbing. Teknik wawancara dilakukan secara tidak terstuktur pada tahapan definisian
dan pengembangan. Data yang diperoleh pada penelitian dan pengembangan Modul Fisika Berbasis
Inkuiri Terbimbing adalah data validasi ahli (materi, media, bahasa dan instrumen), praktisi pendidikan
dan teman sejawat, nilai pretest post test, nilai sikap dan keterampilan, nilai keterlaksanaan sintaks
pembelajaran, angket respon serta angket disminasi dan implementasi produk. Data validasi ahli, praktisi
pendidikan dan teman sejawat, nilai keterlaksanaan sintaks pembelajaran, angket respon serta angket
disminasi dan implementasi produk dianalisis menggunakan kategori skala empat menurut teori Djemari
Mardapi (2004).Nilai pretest dan post test dianalisis dengan uji t berpasangan dan uji n-gain
menggunakan persamaan Hake (1998). Nilai sikap dan keterampilan dianalisis dengan melakukan
tabulasi nilai yang dikonversi menjadi persentase.

C. Hasil Penelitian
Hasil utama berupa modul pembelajrana fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas
dan Hukum Hooke. Hasil dari setiap tahapan prosedur diantaranya:
1. Potensi dan masalah
Dari hasil pengisian angket tentang pembelajaran dan media pembelajara yang dikrjakan oleh siswa
dan guru fisika, dapat disimpulkan bahwa media (modul) yang sudah ada kurang mendukung
pembelajaran karena modul yang ada masih terpusat pada guru.
2. Pengumpulan data
Melalui pengisian angket, rata-rata skor presentase menjawab “ya” adalah diatas 70%. Dari hasil
tersebut diperlukan pengembanagn modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing pada materi
elastisitas dan Hukum Hooke.
3. Desain Produk
Modul disajikan sesuai dengan tahap inkuiri terbimbing, yaitu: orientasi, merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan menyimpulkan. Modul ini juga
menyajikan fenomena terkait materi yang ingin disajikan.

4. Uji coba produk


Dari angket yang dikerjakan oleh 3 orang siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
menyatakan bahwa produk sudah menarik, isi produk mudah dipelejari, dipahami dan mudah
dipelajari.
5. Uji coba pemaikaian
Dilakukan oleh siswa kelas XI IPA, dari hasil post test dan pre test untuk melihat keefektifan modul
yang dianalisis dengan perhitungan gai ternomalisasi. Menunjukkan bahwa modul fisika berbasis
inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan Hukum Hooke valid dan efektif digunakan dalam
pembelajaran.

D. Pembahasan
Karakteristik modul hasil pengembangan penelitian ini adalah menghasilkan modul pembelajaran
fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan Hukum Hooke yang dikembangkan secara
menarik, mudah, bermanfaat, dan efektif sebagai media pembelajaran. Modul ini dapat digunakan secara
mandiri, di dalamnya berisi materi, contoh soal, latihan, dan uji kompetensi beserta kunci jawaban yang
memfasilitasi siswa untuk menemukan suatu konsep berdasarkan suatu permasalahan. Materi yang
disajikan dalam modul harus sesuai dengan indikator pembelajaran yang telah disusun, serta harus sesuai
dengan langkah-langkah inkuiri terbimbing yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
melaksanakan penyelidikan, menganalisis data, dan menyimpulkan. Sebelum penyajian materi, modul
menyajikan fenomena terkait materi sebagai orientasi, lalu disajikan rumusan masalah. Pada tahap
menganalisis data, disajikan latihan yang hampir sama dengan fenomena pada orientasi, dan diakhiri
dengan penyajian kesimpulan.
Produk yang telah dikembangkan memiliki kelebihan dan kekurangan. Produk hasil dari
pengembangan mempunyai kelebihan antara lain: (1) modul pembelajaran ini berbasis inkuiri terbimbing
sehingga siswa dapat merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan penyelidikan,
menganalisis data, dan menyimpulkan, (2) modul ini dirancang agar siswa dapat belajar secara mandiri,
dan (3) modul ini berupa media cetak sehingga tidak memerlukan media penunjang lain dalam
penggunaannya. Kelemahan produk hasil pengembangan yaitu modul belum diujikan pada kelompok
yang lebih besar, sehingga kepercayaannya baru berlaku untuk ruang lingkup kecil, yaitu kelas tempat
penelitian.

Deskripsi Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan Modul Hasil Pengembangan Untuk


mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan modul, perlu dilakukan uji satu lawan
satu dan uji coba pemakaian. Pada uji coba satu lawan satu, tiga orang siswa menggunakan modul secara
mandiri dan diberi angket uji satu lawan satu untuk menilai tingkat kemenarikan, kemudahan, dan
kemanfaatan modul dengan pilihan “Ya” dan “Tidak”. Berdasarkan hasil angket uji satu lawan satu,
diperoleh informasi bahwa modul menarik untuk digunakan, modul mudah digunakan sehingga siswa
mampu menggunakan modul dengan baik, dan modul bermanfaat bagi siswa untuk memahami konsep
materi elastisitas dan Hukum Hooke. Setelah dilakukan tahap uji satu lawan satu, selanjutnya adalah uji
coba pemakaian yang melibatkan 40 siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Natar memperlihatkan bahwa
modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan Hukum Hooke
memiliki kualitas kemenarikan sangat baik dengan kategori skor 3,32. Kualitas kemudahan sangat baik
dengan kategori skor 3,43. Kualitas kemanfaatan sangat baik dengan kategori skor 3,42. Deskripsi
Keefektifan Modul Hasil Pengembangan Untuk mengetahui tingkat keefektifan modul, siswa diberikan
pre test untuk melihat kemampuan awal siswa sebelum diberi tindakan atau pembelajaran dengan
menggunakan modul, lalu siswa diberikan post test untuk mengetahui tingkat tujuan yang dapat dicapai
serta melihat keefektifan modul. Hasil pre test dan post test tersebut dianalisis dengan perhitungan gain
ternormalisasi. Berdasarkan hasil perhitungan gain tersebut, diperoleh ratarata gain sebesar 0,69. Skor
tersebut telah mencapai rata-rata skor 0,3 < g 0,7 yang termasuk dalam klasifikasi gain ternormalisasi
sedang. Hal ini menunjukkan bahwa modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi
elastisitas dan Hukum Hooke valid dan efektif digunakan sebagai media pembelajaran.

E. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) penelitian ini menghasilkan produk berupa
modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan Hukum Hooke; (2)
modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan Hukum Hooke
memiliki tingkat kemenarikan sangat baik dengan skor 3,32, tingkat kemudahan sangat baik dengan skor
3,43, dan tingkat kemanfaatan sangat baik dengan skor 3,42; dan (3) modul pembelajaran fisika berbasis
inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan Hukum Hooke dinyatakan efektif untuk digunakan sebagai
media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk memahami materi elastisitas dan Hukum Hooke
berdasarkan perolehan data melalui perhitungan gain ternormalisasi, sehingga diperoleh rata-rata gain
sebesar 0,69. Skor tersebut telah mencapai rata-rata skor 0,3 < g 0,7 yang termasuk dalam klasifikasi gain
ternormalisasi sedang.

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MATERI FLUIDA STATIS DENGAN


STRATEGI INKUIRI TERBIMBING
Rizki Mirantika1, Chandra Ertikanto2, Ismu Wahyudi2
1
Mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP Unila, rizkimirantika@gmail.com
2
Dosen Pendidikan Fisika FKIP Unila

A. Pendahuluan
Perubahan kurikulum dalam dunia pendidikan di Indinesia yang sering kali terjadi merupakan
upaya meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia. Upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesian salah satunya mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah siswa dengan
berbagai pendekatan, diantaranya melalui pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah dapat diterapkan salah
satunya dengan strategi inkuiri karena tahapan yang diterapkan dalam strategi inkuri tepat digunakan
untuk menumbuhkan cara berpikir ilmiah siswa.
Penelitian ini menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing adalah
model pembelajaran dimana guru membimbing siswa agar siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran
di kelas. Dwi Purwanti (2013: 7) menjelaskan, pengertian inkuiri terbimbing adalah salah satu model
pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana dalam proses pembelajarannya siswa dituntut aktif dalam
melakukan pembelajaran, namun pada prosesnya guru tidak melepas begitu saja aktivitas siswa dalam
pembelajaran melainkan memberikan bimbingan. Beberapa tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing
menurut Trianto (2010), yaitu: (1) menyajikan pertanyaan atau masalah; (2) membuat hipotesis; (3)
merancang percobaan; (4) melakukan percobaan untuk mengumpulkan informasi; (5) mengumpulkan dan
menganalisis data; dan (6) membuat kesimpulan.
Penggunaan strategi inkuiri terbimbing bisa dituangkan melalui media pembelajaran berupa
modul. Asyhar (2011: 155) menjelaskan modul adalah salah satu bentuk bahan ajar berbasis cetakan yang
dirancang untuk belajar secara mandiri oleh siswa karena itu modul dilengkapi dengan putunjuk untuk
belajar sendiri. Modul merupakan salah satu media pembelajaran yang efektif untuk digunakan karena
media pembelajaran berupa modul merupakan media pembelajaran mandiri yang berfokus pada
penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari siswa dengan waktu tertentu sesuai dengan
potensi dan kondisinya. Modul dapat digunakan secara mandiri karena disusun sesuai kebutuhan siswa
dan perkembangan teknologi, sehingga siswa dapat menggunakan modul dengan baik.

B. Metode Penelitian
Berdasarkan hasil analisis jurnal ini kita dapat ketahui bahwa dalam metode penelitian ini
menggunakan metode Research and Development atau penelitian dan pengembangan. Model penelitian
yang digunakan adalah R&D (research and development) termodifikasi dari Borg and Gall (1983),
langkah-langkahnya: 1) penelitian dan pengumpulan informasi, 2) perencanaan, 3) pengembangan produk
awal, 4) uji coba produk awal, 5) revisi produk I, 6) uji coba lapangan terbatas,7) revisi produksi II, 8) uji
lapangan operasional, 9) revisi produk akhir, serta 10) diseminasi dan implementasi produk.
Tahap pengumpulan data pada pengembangan ini diperoleh dari pengisian angket oleh guru dan
siswa. Angket digunakan untuk memperoleh data pada uji ahli, uji satu lawan satu, uji kemenarikan,
kemudahan dan kemanfaatan.Pada tahap validasi ahli, data diperoleh dari pengisian angket dengan uji
materioleh dosen Fisika FMIPA Uniladan uji desain oleh dosen Teknologi Pendidikan Unila. Pada tahap
uji coba produk, pengisian angket uji satu lawan satu yang memuat indikator kemenarikan, kemudahan,
dan kemanfaatan modul oleh tiga siswa SMA dari tiga sekolah yang berbeda. Sementara, data keefektifan
modul diperoleh dari soal post test. Soal ini dikerjakan oleh siswa kelas XI IPA4 SMA Al-Kautsar
sesudah menggunakan modul. Teknik analisis data angket uji ahli dan uji satu lawan satu dilakukan
dilakukan dengan cara: (1) Klasifikasi data; (2) melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang
dibuat; (3) memberi skor jawaban responden, penskoran jawaban responden berdasarkan skala Likert;
Selanjutnya, (5) mengolah jumlah skor jawaban responden; (6) menghitung jawaban angket pada setiap
item; (7) menghitung ratarata persentase angket untuk mengetahui keefektifan, kemenarika, kemudahan,
dan kemanfaatan instrumen; dan (8) menafsirkan skor secara keseluruhan menggunakan tafsiran Suyanto
(2009:20)

C. Hasil Penelitian
Materi pokok yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah fluida statis yang meliputi massa
jenis, tekanan, hukum Pascal, hukum Archimedes, kapilaritas, dan tegangan permukaaan. Hasil dari setiap
tahapan prosedur pengembangan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan
2. Tujuan Pembelajaran
3. Pokok Materi
4. Alat Ukur
5. Naskah Awal
6. Produksi Prototipe
7. Evaluasi
8. Revisi
9. Naskah Akhir
10.Uji Coba Produk
11.Produk Final

D. Pembahasan
Modul inkuiri terbimbing ini mampu membuat siswa untuk menemukan fakta dan konsep dengan
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Modul dengan strategi inkuiri terbimbing ini memiliki
beberapa kelebihan, diantaranya: (a) modul dapat membimbing siswa secara mandiri untuk merumuskan
masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, mampu menganalisis data hasil percobaan,
menyimpulkan dan mengkomunikasikannya; (b) modul dapat digunakan secara mandiri dan kelompok
oleh semua siswa; (c) modul ini berupa media cetak sehingga tidak memerlukan media penunjang lain
dalam penggunaannya; (d) modul dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk mengetahui tingkat
penguasaan konsep materi pada aspek kognitif dan produk lebih efisien waktu dalam pembelajaran.
Selain kelebihan, modul dengan strategi inkuiri terbimbing ini memiliki beberapa kekurangan,
diantaranya: (a) soal latihan dan fenomena yang disajikan kurang banyak dan belum variatif; (b) produk
belum terlaksana pada kelompok besar, sehingga tingkat kepercayaan baru berlaku untuk ruang lingkup
kecil, yaitu sekolah tempat penelitian.

E. Kesimpulan
Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan
strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2) modul pembelajaran fisika
dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis memiliki tingkat kemenarikan dengan skor
3,35 (sangat menarik), tingkat kemudahan dengan skor 3,33 (sangat mudah), dan tingkat kemanfaatan
dengan skor 3,34 (sangat bermanfaat); (3) modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing
pada materi fluida statis efektif sebagai media pembelajaran fisika dilihat dari hasil belajar siswa, yaitu
78,00% siswa telah mencapai KKM.

BAHAN AJAR ALAT UKUR DAN PENGUKURAN FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING
Ino Angga Putra, Eko Sujarwanto Universitas KH. A. Wahab Hasbullah, Jombang
e-mail: angga.putra2346@yahoo.co.id.
A. Pendahuluan
Pembelajaran Fisika menekankan pada pengalaman belajar secara langsung kepada siswa.
Pembelajaran Fisika juga membantu siswa dalam peningkatan dan pengembangan kompetensi yang
dimiliki siswa sehingga keterampilan proses sains dan sikap ilmiah akan meningkat. Keterampilan proses
sains diperlukan siswa untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pengamatan terhadap dunia sekitar
mereka sehingga nantinya siswa dapat membangun konsep ilmu pengetahuan sendiri.
Upaya untuk mendukung peningkatan aspek produk sains dan aspek proses sains, maka
digunakan model pembelajaran inkuiri. Model ini membantu siswa untuk memahami konsep dan
mengembangkan keterampilan proses sains melalui tahapan ilmiah (Ergul, 2011). Balany (2013)
menambahkan bahwa model ini merupakan salah satu tipe model yang menekankan pada aktivitas,
keterampilan, serta pengetahuan melalui pencarian aktif berdasarkan rasa keingintahuan.
Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa mahasiswa kesulitan dalam memahami konsep.
Hal ini didasari dengan beberapa aspek antara lain: 1) model pembelajaran yang digunakan kurang tepat
atau kurang bervariasi, 2) sumber belajar yang terbatas, dan 3) sumber belajar yang kurang menarik
dalam memberikan informasi. Oleh karena itu, perlu adanya alternatif pembelajaran yang dapat
meningkatkan penguasaan konsep dan pengembangan keterampilan proses sains mahasiswa.
Meskipun telah terdapat bahan ajar berbasis inkuiri terbimbing untuk beberapa materi fisika,
tetapi belum ada bahan ajar berbasis inkuiri terbimbinguntuk materi alat ukur dan pengukuran fisika.
Dengan demikian dilakukan pengembangan bahan ajar alat ukur dan pengukuran fisika berbasi inkuiri
terbimbing dengan kajian penelitian meliputi: (1) kelayakan bahan ajar alat ukur dan pengukuran fisika,
(2) keefektifan bahan ajar alat ukur dan pengukuran fisika, dan (3) hubungan antara keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep mahasiswa.

B. Metode Penelitian
Berdasarkan hasil analisis jurnal ini kita dapat ketahui bahwa dalam metode penelitian ini
menggunakan metode Research and Development atau penelitian dan pengembangan. Model penelitian
yang digunakan adalah R&D (research and development) termodifikasi dari Borg and Gall (1983),
langkah-langkahnya: 1) penelitian dan pengumpulan informasi, 2) perencanaan, 3) pengembangan produk
awal, 4) uji coba produk awal, 5) revisi produk I, 6) uji coba lapangan terbatas,7) revisi produksi II, 8) uji
lapangan operasional, 9) revisi produk akhir, serta 10) diseminasi dan implementasi produk.
Instrumen penilaian dalam penelitian adalah (1) instrumen keterlaksanaan pembelajaran meliputi
Silabus, dan SAP (Satuan Acara Pembelajaran), (2) instrumen kelayakan meliputi instrumen keterbacaan
dan instrumen validasi, dan (3) Intrumen tes tulis keterampilan proses sains dan penguasaan konsep
siswa. Pengumpulan data penelitian dengan cara observasi instrumen perlakuan dan hasil keterampilan
proses sains dan posttest penguasaan konsep mahasiswa. Analisis data penelitian meliputi analisis data
kelayakan produk, keefektifan produk dan korelasi antara keterampilan proses sains dan penguasaan
konsep mahasiswa. Analisis data keevektifan produk dilakukan dengan menggunakan Uji Independent
Sample t. Data korelasi diuji dengan correlation pearson. Sebelumnya data diuji secara prasyarat analisis
melalui uji normalitas sebaran data, uji homogenitas varians, dan uji korelasi antar variabel terikat.

C. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian diperoleh berdasarkan tahapan pengembangan dengan desain pengembangan
Borg & Gall sebagai berikut.
1. Tahap Studi Pendahuluan
2. Tahap Perencanaaan
3. Hasil Tahap Pengembangan Draft
4. Tahap Uji Coba Awal
5. Revisi Uji Coba Awal
6. Tahap Uji Coba Lapangan
7. Revisi Uji Coba Lapangan

D. Pembahasan
Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber belajar dan
melatih keterampilan proses sains. Bahan ajar ini dikembangkan berdasarkan metode inkuiri. Metode
yang digunakan meliputi kegiatan observasi, klasifikasi/menggolongkan, bertanya, berhipotesis,
merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan (praktikum/penelitian), menerapkan konsep,
mengkomunikasikan, dan melakukan percobaan (Rustaman, 2005). Semua tahapan tersebut disesuaikan
dengan kegiatan praktikum yang akan diberikan kepada mahasiswa. Melalui bahan ajar tersebut,
mahasiswa diarahkan agar melakukan keterampilan proses sains, memahami materi alat ukur dan
pengukuran Fisika, dan berlatih dalam menyelesaikan permasalahan. Hal ini sesuai dengan beberapa
literatur yang menyatakan bahwa bahan ajar berbasis inkuiri dapat digunakan untuk peningkatan hasil
belajar (Novianty, 2013 dan Tampubolon, dkk. 2015), meningkatkan respon belajar (Jaya, 2012), dan
pengembangan kegiatan kerja ilmiah (Fauziah, 2015).

Hasil penelitian dalam pengembangan bahan ajar alat ukur dan pengukuran fisika berbasis inkuiri
terbimbing memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari bahan ajar ini, yaitu: (1) dapat
digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan praktikum di Fisika, (2) dapat digunakan sebagai referensi
tidak hanya di tingkat universitas namun bisa di lingkup sekolah dasar dan menengah, dan (3) mudah
dijangkau. Selain itu, untuk kelemahan dari bahan ajar ini yaitu: (1) kurang detail dalam penjelasan
konsepnya, dan (2) desain bahan ajar yang terlalu sederhana sehingga kurang diminati oleh pembaca.

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data, disimpulkan mengenai beberapa hal, yaitu:
1. Bahan ajar alat ukur dan pengukuran fisika berbasis inkuiri terbimbing dalam kategori cukup layak
diimplementasikan
2. Keterampilan proses sains mahasiswa mengalami peningkatan
3. Penguasaan konsep mahasiswa meningkat berdasar hasil skornya, meski secara statistik tidak terjadi
perbedaan secara signifikan, dan 4) terdapat korelasi antara keterampilan proses sains dan penguasaan
konsep mahasiswa melalui bahan ajar alat ukur dan pengukuran fisika berbasis inkuiri terbimbing
yang dikembangkan secara berkelanjutan. Namun, setelah pengembangan lanjutan, tidak terdapat
korelasi antara keterampilan proses sains dan penguasaan konsep mahasiswa.

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK


MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
Eko Prihandono1,Widha Sunarno2, Nonoh Siti Aminah3
1,2,3
Magister Pendidikan Sains , FKIP UNS, Surakarta, 57126, Indonesia
A. Pendahuluan
Pembelajaran fisika membutuhkan keaktifan siswa dalam memahami konsep-konsep yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Masalah utama dalam fisika adalah bagaimana
menghubungkan fakta-fakta yang pernah dilihat dan dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan
konsep, teori, hukum, atau proses fisika. Selama ini pemahaman siswa hanya terpaku pada jabaran konsep
fisika dari apa yang diperoleh dari penjelasan guru dan didapat dari membaca buku, jarang menyadari apa
dan bagaimana makna yang terkandung dalam konsep, hukum, teori fisika tersebut. Permasalahan yang
berasal dari guru diantaranya dijabarkan setelah melakukan wawancara dengan guru fisika dan
dokumentasi perangkat pembelajaran yaitu: 1. Pembelajaran belum menggunakan Lembar Kerja Siswa
(LKS), hanya berbantuan Power Point dan buku teks. 2. Guru cenderung menggunakan metode ceramah
walaupun sering diselingi dengan tanya jawab dan diskusi serta pemberian tugas. 3. Masih terbatasnya
jumlah bahan ajar yang dapat meningkatkan Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa. 4. Siswa lebih
dominan masih belajar dari apa yang disampaikan guru, belum banyak diberi kesempatan untuk belajar
dari sesuatu yang dia ketahui secara sederhana. 5. Siswa jenuh melihat buku text yang hanya berisi rumus
dan kurang dalam hal penyajian konsep, sehingga konsep-konsep sulit dipahami karena lebih banyak
ditekankan pada perhitungan dengan rumus-rumus matematik. Salah satu upaya untuk meningkatkan
keterampilan proses sains dalam proses pembelajaran dalam hal ini adalah dengan menghadirkan variasi
sumber belajar yang digunakan yaitu menggunakan modul yang mampu mengasah siswa agar lebih kritis,
kreatif dan melalui proses yang sistematis dalam menemukan konsep yang akan diperoleh. Oleh karena
itu, melalui pengembangan modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing ini dapat meningkatkan
keterampilan proses sains siswa.

B. Metode Penelitian
Berdasarkan hasil analisis jurnal ini kita dapat ketahui bahwa dalam metode penelitian ini
menggunakan metode Research and Development atau penelitian dan pengembangan. Research and
Development (R&D) yang merupakan metode penelitian untuk menghasilkan produk tertentu, dan
menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono dalam Nurhayati, 2013). Penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan yang mengembangkan modul pembelajaran fisika pada materi Pemanasan
global untuk kelas XI IPA. Penelitian pengembangan ini, mengacu pada model 4-D (four-D Models) yang
dikemukakan oleh Thiagarajan dalam Nisak (2013) dan dimodifikasi.
Uji Kelayakan menggunakan 5 skala, dalam aspek materi/isi, tampilan modul, dan pembelajaran.
Skor yang diperoleh kemudian dikonversikan melalui skala Penilaian Acuan Patokan (Sukardjo, dalam
Pambudi 2015) Analisis keefektifan juga digunakan untuk menguji kelayakan produk. Analisis ini
mengacu pada nilai Cut-Off Point, seluruh penilaian responden dikumpulkan, kemudian dirata-ratakan
untuk tiap elemen. Seluruh faktor diurutkan dari nilai tertinggi ke nilai terendah. Kemudian dicari nilai
cut off point. Faktor yang memiliki nilai di bawah cut-off point akan dibuang dari perhitungan (Septiana,
2009:225).

C. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian diperoleh berdasarkan tahapan pengembangan sebagai berikut:
1. Tahap Define
Identifikasi kebutuhan dilakukan dengan menyebarkan angket, wawancara, dan juga observasi. Data
hasil angket yang diperoleh dari siswa dan guru dapat diidentikasi permasalahan yang berkaitan
dengan pemanfaatan bahan ajar fisika di sekolah. Siswa dan guru cenderung suka apabila diawal
pembelajaran bahan ajar menyediakan pertanyaan awal terkait dengan materi yang sedang dipelajari,
guru mengharapkan bahan ajar yang mampu memberikan ruang bagi para siswa untuk berdiskusi, guru
dan siswa lebih senang apabila bahan ajar menyediakan materi secara utuh (tidak terlalu singkat).
2. Tahap Design
Rancangan modul berupa format modul, komponen modul, serta cakupan materi di dalam modul yang
dikembangkan. Format modul yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah cover, kata pengantar,
daftar isi, isi modul (berupa materi), lembar kegiatan siswa, soal latihan, serta glosarium.
3. Tahap Develop
Pada tahap ini untuk menetapkan kelayakan dari produk desain modul dilakukan uji ahli materi,
tampilan modul, serta ahli pembelajaran, uji coba terbatas, serta memperoleh data mengenai respon
guru dan siswa terhadap modul yang telah dikembangkan. Uji kelayakan terdiri dari uji validasi modul
oleh ahli materi/isi, ahli tampilan modul, ahli pembelajaran. Uji kelayakan digunakan sebagai syarat
memperoleh kriteria pengembangan modul yang baik.
4. Tahap Disseminate
Pada tahap terakhir adalah modul digunakan di sekolah untuk memperoleh data tentang potensi atau
dampaknya dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Untuk memperoleh informasi
tentang potensi tersebut, dilakukan pengumpulan informasi data menggunakan metode observasi dan
tes. Efektivitas penggunaan modul dalam pembelajaran dapat ditentukan melalui 2 parameter yaitu a)
efeknya terhadap keterlaksanaan pembelajaran dan b) perubahan keterampilan proses sains siswa
setelah mengikuti pembelajaran menggunakan modul berbaisis inquiry terbimbing.

D. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan uji validasi ahli sebagai acuan untuk menentukan kelayakan modul
yang dikembangkan. Pada uji ahli materi/isi didapatkan nilai sebesar 3,21 dalam skala lima, dan nilai ini
termasuk dalam kategori “baik”, pada uji validasi ahli tampilan modul didapatkan nilai sebesar 3,93, dan
nilai ini termasuk dalam kategori “baik”, sedangkan pada uji validasi ahli aspek pembelajaran didapatkan
nilai sebesar 4,2, nilai ini termasuk dalam kategori “baik”. Hal ini sejalan dengan penelitian Sugiyanto
(2013) dengan judul “Pengembangan Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing Disertai Multimedia pada
materi Keanekaragaman Makhluk Hidup Di SMPN 1 Kendal Kabupaten Ngawi”, yang didapatkan bahwa
perolehan rata-rata penilaian hampir semua tahapan, yaitu pada uji coba ahli adalah 3,6 dalam skala
empat, nilai tersebut termasuk kategori “sangat baik”. Pada uji coba oleh praktisi total rata-rata
keseluruhan adalah 3,8 dalam skala empat (“sangat baik”). Pada uji coba skala kecil total rata-rata
keseluruhan adalah kategori 3,7 dalam skala empat (“sangat baik”). Pada uji coba terbatas total rata-rata
keseluruhan adalah 3,7 dalam tabel skala empat (“sangat baik”). Analisis dari deskripsi data diperoleh
bahwa untuk keterampilan berhipotesis, keterampilan merencanakan percobaan/penyelidikan,
keterampilan menerapkan sub konsep/prinsip, dan keterampilan berkomunikasi masih kurang dan
membutuhkan peningkatan. Dikatakan rendah karena keempat indikator tersebut memperoleh skor 1,32
dan berkategori tidak baik (rendah). Data tersebut untuk menentukan rancangan modul yang akan
dikembangkan. Observasi keterampilan proses sains (KPS) siswa tersebut dilakukan di lokasi uji coba
terbatas dan lokasi uji lapangan/penelitian. Observasi selanjutnya adalah observasi kinerja pembelajaran
siswa. Data hasil yang diperoleh pada deskripsi data menunjukkan bahwa, keenam indikator tersebut
berkategori baik dan memperoleh skor diatas 2,51. Data mengenai efektivitas produk melalui skor rata-
rata keterampilan proses sains hasil post test. Penelitian ini juga melihat efektivitas modul melalui skor
rerata pre-test dan post-test yang telah dilakukan, dan didapatkan hasil untuk nilai rerata pre-test siswa
adalah 59,6 sedangkan untuk nilai rerata post-test adalah 82,8. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan keterampilan proses sains. Rerata gain yang diperoleh adalah 0,58. Hasil pre-test dan post-
test, serta gain membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan modul berbasis inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Soal-soal pada pre-test dan post test dibuat
dengan mengaplikasikan indikatorindikator keterampilan proses sains, sehingga hasil peningkatan
keterampilan proses sains siswa dapat dilihat dari hasil test tersebut.

E. Kesimpulan
1. Modul pembelajaran fisika dengan materi pemanasan global yang dikembangkan memiliki
karakteristik proses berupa tahapan aktivitas belajar siswa yang berorientasi pada proses (kerja) ilmiah
dan menekankan pada proses penemuan, melalui kerja kelompok (diskusi) mampu menumbuhkan
sikap kerjasama, teliti, tanggung jawab, dan toleran, disamping itu juga dapat menghasilkan produk
ilmiah berupa rumusan simpulan diskusi berupa deskripsi konsep fisika.
2. Spesifikasi modul yang dibutuhkan dalam pembelajaran yaitu; a) bahan ajar yang memberikan
kesempatan bagi siswa pada proses penemuan konsep fisika yang selalu diawali dengan sebuah
pertanyaan yang mengarah pada peristiwa atau fakta-fakta yang terjadi, b) pertanyaan atau masalah
yang terdapat dalam modul akan membuka jalan bagi siswa untuk melakukan penyelidikan untuk
mengungkap kebenaran suatu konsep yang berhubungan dengan fakta-fakta tersebut, dan c) bahan ajar
memuat lembar kegiatan siswa (LKS) sebagai instrument kerja sistematis untuk membuktikan konsep
yang akan dibuktikan/ditemukan.

3. Modul berbasis inquiri terbimbing yang telah dikembangkan layak digunakan, menarik serta
membantu siswa dalam memahami konsep, dan dapat meningkatkan Keterampilan Proses Sains (KPS)
siswa dalam kategori “sedang”

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MENGGUNAKAN MODEL GUIDED INQUIRY UNTUK


MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP
SISWA
Eka Yuli Sari Asmawati
SMA Negeri 1 Metro
Email: ekayulisariasmawati@gmail.com

A. Pendahuluan
Pembelajaran fisika bertujuan untuk membekali peserta didik memiliki sederet kompetensi teori
dan konsep fisika yang telah dijabarkan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang tersirat
dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2007 tentang Standar Isi dan nomor 23 tahun 2007 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Khusus untuk pelajaran fisika. Pelajaran fisika di SMA dan MA dimaksudkan
sebagai sarana untuk melatih para peserta didik agar dapat menguasai pengetahuan, konsep, dan prinsip
fisika, memiliki kecakapan ilmiah, memiliki keterampilan proses sains, dan keterampilan berpikir kritis.
Dari sebagian banyak kompetensi yang menjadi tuntutan Permendiknas bahwa salah satu poin dari
standar isi dalam mencapai fungsi dan tujuan tersebut, keterampilan berpikir kritis merupakan kompetensi
yang sangat penting untuk dilatihkan.
Berdasarkan hasil observasi di sekolah-sekolah, proses pembelajaran fisika masih berfokus
kepada guru sebagai informator yang berperan dominan dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Kemampuan bertanya siswa masih rendah, hal ini terlihat pada saat guru memberikan kesem-patan
kepada siswa untuk bertanya, jarang siswa yang mengajukan pertanyaan bahkan tidak ada yang bertanya.
Guru diwajibkan untuk memperhatikan cara mengajar dan cara siswa belajar dalam memahami konsep-
konsep sains. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan kemampuan bertanya
siswa, agar pemahaman konsep yang diperoleh siswa tidak hanya bersifat informatif, tetapi siswa terlibat
aktif dalam membangun pemahaman konsep.
Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran
fisika adalah metode inkuiri terbimbing. Dengan pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan dapat
mengatasi kesulitan belajar siswa (Nuangchalem dan Thammasena dalam Wijayanti dkk, 2010).
Sedangkan tujuan utama model inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis,
dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah (Dimyati dan Mujiono dalam Wahyudin & Sutikno,
2010).
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan
dikaji adalah apakah LKS yang dikembangkan dengan menggunakan metode guided inquiry dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa? Sedangkan tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah LKS yang dikembangkan dengan meng-gunakan metode guided inquiry
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan dengan teknik simak catat. Studi
kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,
litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
dipecahkan (Nazir. 1988).
Teknik simak catat merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan buku-buku,
literatur ataupun bahan pustaka, kemudian mencatat atau mengutip pendapat para ahli yang ada di dalam
buku tersebut untuk memperkuat landasan teori dalam penelitian. Teknik simak catat ini menggunakan
buku-buku, literatur, dan bahan pustaka yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, biasanya dapat
ditemukan di perpustakaan maupun di tempat penulis melakukan penelitian.

C. Hasil Penelitian
Tingkat Sifat
Fokus Peneliti Subyek Temuan Kunci
Kelas Penelitian
Wahyudin
Inkuiri
& Sutikno SMA Fisika PTK Inkuiri terbimbing,
terbimbing
(2010)
Perangkat Perangkat pembelajaran,
Chodijah
pembelajar SMA Fisika R&D guided inquiry, penilaian
dkk (2012)
an portofolio
Student worksheet,
Putri dkk
LKS SMA Fisika R&D Discovery, Keterampilan
(2013)
berpikir kritis
Inkuiri terbimbing, peer
Inkuiri Kurniawati Quasi-
SMA Fisika instruction, penguasaan
terbimbing dkk (2014) experimental
konsep, berpikir kritis
Inkuiri Wijayanti Hasil belajar, inkuiri
SMP Fisika Eksperimen
terbimbing dkk (2010) terbimbing
Worksheet, guided
Rahayu
LKS SMA Fisika R&D inquiry, domain proses
dkk (2012)
sains

D. Pembahasan
Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, dkk (2012) menunjukkan bahwa worksheet dengan
pendekatan guided inquiry hasil pengembangan layak digunakan sebagai bahan ajar fisika pokok
bahasan Suhu dan Kalor yang berdampak pada optimalnya domain proses sains siswa. Keterlaksanaan
pembelajaran dengan persentase 91,25% atau berkriteria baik. Pengoptimalan domain proses sains
siswa memperoleh persentase 90% dengan rerata nilai 81,3 dengan KKM 70. Respon siswa terhadap
worksheet dan proses pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran berlangsung baik dan menarik.
Penelitian yang dilakukan Chodijah, dkk (2012) menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran
yang dikembangkan dengan menggunakan model guided inquiry sangat valid, sangat praktis, dan
efektif. Hasil uji keefektifan adalah rata-rata nilai peserta didik pada ranah kognitif 66,7, ranah afektif
61,2, ranah psikomotor 68 dan rata-rata nilai persentase observasi efektifitas berdasarkan aktifitas
peserta didik adalah 86,3%.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pembelajaran fisika untuk melatih keterampilan
berpikir kritis siswa, yaitu dengan menentukan model pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pembelajaran (Wulaningsih, dalam puspita & jatmiko
, 2013).
Penelitian kali ini menggunakan model Guided Inquiry. Model ini digunakan terutama bagi para
peserta didik yang belum berpengalaman belajar dengan model inquiry, dalam hal ini guru
memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas.

E. Kesimpulan
Berdasarkan dari berbagai hasil studi menunjukkan bahwa :
a. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan ilmiah
b. Salah satu kriteria pembelajaran dari kurikulum 2013 yaitu mendorong peserta didik berpikir
secara kritis.
c. Pengembangan LKS dan model pembelajaran inquiri terbimbing sangat membantu dalam
peningkatan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep fisika siswa
d. Keterampilan berpikir kritis sangat diperlukan oleh siswa karena menjadi modal dasar untuk
memahami berbagai hal, diantanya memahami konsep dalam disiplin ilmu

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN DINAMIKA GERAK


BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK SISWA KELAS X SMA/MA
Enik Setianingsih1, Widha Sunarno2 dan Sukarmin3
Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126, Indonesia
1
eniksetianingsihl@student..uns.ac.id
2
widha sunarno@staff.uns.ac.id
3
karmin.abdulkarim@staff.uns.ac.id
A. Pendahuluan
Pada saat memasuki tahap konsep fisika yang baru, siswa biasanya telah memiliki wawasan dari
pengalaman sehari-hari dan informasi dari lingkungan sekitar. Dalam pengalaman tersebut terbentuk
prakonsepsi atau sejenis “teori siswa” mengenai peristiwa-peristiwa fisika dalam lingkungan sehari-hari
manusia. Prakonsepsi ini belum tentu benar, Jika dalam proses pembelajaran guru tidak memperhatikan
prakonsepsi, maka dalam kepala siswa akan terjadi percampuran prakonsepsi dengan konsep yang
sebenarnya. Kadang-kadang konsep awal yang telah dibangun siswa tidak sesuai dengan konsep ilmiah
yang sudah disepakati oleh para ahli. Keadaan demikian disebut dengan miskonsepsi. Miskonsepsi
tersebut biasanya sulit diatasi karena siswa cenderung mempertahankan konsep awal ini secara kokoh
(Ibrahim, 2012).
Pelajaran fisika, sangat rentang mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi biasanya menyangkut
kesalahan siswa dalam pemahaman hubungan antar konsep atau juga pada beberapa bagian dalam konsep
(Suparno, 2005 dan Berg, 1991). Selain itu banyak siswa yang berpendapat bahwa fisika sulit untuk
dipelajari karena hanya merupakan kumpulan rumus-rumus belaka yang kurang dapat dimengerti
maknanya. Kesulitan-kesulitan dalam memahami konsep fisika ini akan menyebabkan terjadinya
miskonsepsi.
Sebagai contoh miskonsepsi pada materi Dinamika gerak. Sebuah tes pendahuluan diberikan
kepada siswa SMAN 2 Jombang yang telah menerima pelajaran tentang materi ini pada SMA kelas X dan
SMP kelas VII akhirnya masih didapatkan kesalahan-kesalahan pemahaman siswa diantaranya, Benda
diam, berarti tidak ada gaya dan gaya normal sama dengan gaya berat.
Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang menggunakan cara pengumpulan
informasi yang relevan dan menggunakan analisis logis melalui penyelidikan, serta investigasi fenomena
sekitar dengan arahan, petunjuk yang berupa pertanyaan membimbing, sehingga siswa menyelesaikan
permasalahan berdasarkan fakta yang ditemukan (Joyce&Weil,2000).
Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis,
didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu
peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa modul merupakan suatu alat atau sarana
pembelajaran yang didalam berupa materi, metode, dan evaluasi yang dibuat secara sistematis dan
terstruktur sebagai upaya untuk mencapai tujuan kompetensi yang diharapkan. Modul dirancang secara
khusus dan jelas berdasarkan kecepatan pemahaman masing – masing siswa, sehingga mendorong siswa
untuk belajar sesuai dengan kemampuannya.

B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian pengembangan atau Research and
Develoment (R&D) yaitu penelitian yang menghasilkan suatu produk tertentu. Desain yang digunakan
sebagai dasar untuk mengembangkan modul berbasis inkuiri terbimbing ini adalah model 4-D (four-D
model) yang dikemukakan oleh Thiagarajan) Langkah - langkah pengembangan modul fisika berbasis
inkuiri terbimbing ini yaitu :

1. Pendefinisian (Define)
Mengidentifikasi karakteristik siswa, kondisi sekolah, potensi dan masalah yang ada dalam
pembelajaran khususnya pembelajaran fisika. Temuan-temuan yang diperoleh dijadikan dasar langkah
untuk perancangan produk yang akan dibuat.
2. Perancangan (Design)
Produk awal berupa draft 1 modul fisika berbasis inkuiri terbimbing diserahkan kepada ahli untuk
dilakukan validasi. Proses validasi melibatkan ahli (materi dan media), guru fisika, dan teman sejawat.
Validasi produk dilakukan dengan menggunakan instrumen lembar validasi kegrafikan, lembar validasi
kelayakan isi dan lembar validasi kisi-kisi soal, setiap instrumen terdapat penilaian serta kolom
saran/koreksi. Hasil validasi ini menghasilkan produk draft II modul fisika berbasis inkuiri terbimbing.
3. Pengembangan (Develop)
Draft II yang dihasilkan dilakukan uji coba terbatas digunakan untuk mengetahui tingkat
keterbacaan modul fisika berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan. Hasil uji coba terbatas
memungkinkan perlu adanya revisi. Hasil revisi berupa produk draft III yang akan digunakan untuk uji
coba diperluas. Desain yang digunakan dalam penelitian pengembangan modul fisika berbasis inkuiri
terbimbing ini adalah Pre Experimental Design dengan bentuk One Group Pretest-Postest Design.
4. Penyebaran (Desseminate)
Penyebaran dilakukan ke beberapa guru fisika SMA di Jombang. Sehingga produk modul fisika
berbasis inkuiri terbimbing dapat tersebar dan digunakan oleh guru-guru fisika SMA. Guru juga diminta
mengisi angket yang hasilnya sebagai respon guru terhadap modul fisika berbasis inkuiri terbimbing.

C. Hasil Penelitian
Tabel 8. Respon Guru Fisika Terhadap Modul Fisika Berbasis inkuiri terbimbing
Aspek Skor (%) Kategori
Kelayakan modul keseluruhan 94 Sangat Baik
Kelayakan Penyajian 95 Sangat Baik
Kegrafikan 96 Sangat Baik
Isi 93 Sangat Baik
Kesesuaian dengan pembelajaran Problem Solving 90 Sangat Baik

D. Pembahasan
Tabel 8. menunjukkan bahwa angket responden terkait modul pembelajaran yang telah diberikan,
secara keseluruhan modul mendapatkan respon sangat baik. Aspek dari modul meliputi aspek isi, aspek
bahasa, aspek kegrafikan, aspek kelayakan penyajian, aspek kesesuaian dengan pembelajaran inkuiri
terbimbing masing masing mendapatkan respon sangat baik. Dari hasil perolehan respon guru dalam
kategori sangat baik sehingga dapat dinyatakan bahwa modul berbasis inkuiri terbimbing dengan materi
elastisitas yang dikembangkan layak untuk digunakan.

E. Kesimpulan
Langkah-langkah pengembangan yang dilakukan untuk mengembangkan modul fisika berbasis
inkuiri terbimbing materi Dinamika adalah melakukan studi literatur yang meliputi analisis siswa,
kurikulum dan materi, pemilihan format modul, desain awal modul, validasi produk, uji coba terbatas,
perbaikan, uji coba pemakaian, dan penyebaran modul pada guru MGMP. Pengembangan yang dilakukan
mengacu pada langkah yang dinyatakan oleh Thiangarajan dan telah tervalidasi. Modul fisika berbasis
inkuiri terbimbing materi dinamika gerak untuk siswa kelas X SMA yang dikembangkan dinyatakan
layak berdasarkan indikator kelayakan media yang berada pada kategori sangat baik. Pencapaian hasil
belajar peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan modul fisika berbasis inkuiri
terbimbing mengalami penurunan miskonsepsi.

You might also like