You are on page 1of 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/317037660

TIPOLOGI ATAP PADA ARSITEKTUR VERNAKULAR DI SUMATERA SELATAN

Conference Paper · January 2017

CITATIONS READS

0 1,168

1 author:

Zuber Angkasa
Universitas Muhammadiyah Palembang
7 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Study to reduce the intensity of Urban Heat Island View project

All content following this page was uploaded by Zuber Angkasa on 21 May 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TIPOLOGI ATAP
PADA ARSITEKTUR
VERNAKULAR DI SUMATERA
SELATAN
Oleh: Zuber Angkasa
Universitas Muhammadiyah Palembang
(halaman 433-454)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 2016
“KEARIFAN LOKAL DALAM
PERPEKTIF GLOBAL”
Medan, 25-26 Januari 2017
TIPOLOGI ATAP
PADA ARSITEKTUR VERNAKULAR DI SUMATERA SELATAN
Zuber Angkasa Wazir1*
1.Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Palembang
*Email: zuberpalembani@gmail.com

ABSCTRACT

The development of new urbanism paradigm in the world today, has been reminded of the importance of
vernacular architecture in urban planning.. It would be advantageous for areas with high ethnic diversity as South
Sumatra. This study aims to inventory the vernacular house typology in South Sumatra. Methods of study is to
examine the vernacular houses of all ethnicities in South Sumatra (29 ethnicity) plus two ethnic from neighboring
provinces (Kubu and Lambak). The study found 18 different types of houses, and also found that the typology of
the roof consists of a limas roof, pelana roof, and a perisai roof. The variety of roof reflects the high ethnic
mobilization in South Sumatra. Even so, as a result of acculturation that occurs in these dynamics, the variety is
found only on the shape of the roof, while the other part of the building does not have a clear marker of difference.
Implications of the New Urbanism presented in the design of contemporary urban planning in South Sumatra.

Kata kunci: arsitektur vernakular, Sumatera Selatan, tipologi bentuk, tipologi atap, keanekaragaman etnik

Pendahuluan mahluk sosial dan memberikan risiko tersendiri


jika dihubungkan dengan karakteristik lokal
Bangunan didefinisikan sebagai “wujud fisik yang berbeda-beda dalam hal sifat lingkungan
hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan alami maupun risiko tersendiri yang dapat
tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya dihasilkan oleh bangunan modern tersebut
berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau (misalnya risiko kebakaran). Hal ini semua tidak
air” [1]. Sebagai bagian dari habitat manusia, ditemukan pada arsitektur vernakular yang
bangunan memiliki fungsi yang melayani mengintegrasikan aspek lingkungan dan sosial
berbagai kebutuhan manusia dari yang paling sekaligus dalam proses maupun desain akhirnya.
dasar hingga kebutuhan tersier dengan fungsi
utama sebagai tempat manusia melakukan Selain itu, bangunan vernakular memiliki fungsi
kegiatannya. Hal ini mencakuplah fungsi identitas di masa modern ini. Pada era
sebagai hunian atau tempat tinggal, kegiatan globalisasi saat ini, identitas kultural menjadi
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial semacam hal berharga dalam upaya mengangkat
budaya, maupun kegiatan khusus. daya saing antar budaya. Identitas yang
diberikan oleh bangunan vernakular
Karena merupakan elemen penting dari suatu menyediakan habitus spasial bagi suatu budaya
budaya, bangunan memiliki variasi yang sangat atau kelompok masyarakat tertentu yang
tinggi, tergantung pada budaya dan periode mencirikan karakteristik kultural dasar mereka.
perkembangan. Bangunan tipe modern yang Hal ini semakin penting ketika pembangunan
dikembangkan secara terstandar saat ini pada yang berkelanjutan dan bertanggungjawab
dasarnya adalah hasil dari pengembangan aspek- menjadi sebuah wacana penting dalam
aspek tertentu tradisi adat (vernakular) Barat, pembangunan suatu kawasan seperti perkotaan.
dalam hal pembebasan atas kendala lingkungan Karenanya, desain kota yang disusun oleh
dan estetika artifisialitas yang kongruen [2]. bangunan-bangunan vernakular bukan saja
Sayangnya, hal ini membawa pada kendala memberikan manfaat sosiologis dan lingkungan,
interaksi sosial, kompartementalisasi fungsi tetapi juga mendukung identitas kota yang
dalam suatu bangunan, dan imposisi memungkinkan pariwisata berkembang lebih
simetrikalitas eksternal yang dipaksakan [2]. pesat.
Sementara hal ini memang mendukung sifat
individualitas dan fungsionalitas pada Semangat kembali ke arsitektur vernakular, yang
masyarakat perkotaan, hal ini juga sekaligus diusung oleh urbanisme baru, merupakan
menciptakan keterasingan manusia sebagai semangat baru yang muncul di Indonesia dewasa
ini. Era otonomi daerah yang berjalan sejak State of The Art
tahun 1999 memberikan kesempatan bagi Sejumlah literatur telah membahas mengenai
pemerintah daerah untuk mengembangkan aspek-aspek tipologis dari arsitektur vernakular
identitas-identitas kedaerahan mereka, termasuk di Sumatera Selatan. Sumintardia [5] misalnya,
arsitektur vernakular, pada dimensi yang lebih telah melakukan survey rumah-rumah
luas lagi. Pada faktanya, hampir setiap tradisional di Palembang. Survey yang lebih luas
kabupaten di luar Jawa memiliki identitas rumah dilakukan oleh Alimansyur et al [6] terkait
adat sendiri. Hal ini apalagi didukung oleh arsitektur tradisional daerah Sumatera Selatan.
keanekaragaman budaya yang sangat tinggi di Terakhir, Schefold [7] bahkan telah melakukan
Indonesia, dengan hampir masing-masingnya survey pada semua rumah vernakular di
mampu berkontribusi bagi pengembangan Indonesia, termasuk rumah-rumah di Sumatera
arsitektur vernakular komposit yang Selatan.
menawarkan aspek-aspek unggul dari masing-
masing budaya keruangan etnik yang ada di satu Artikel ini menyediakan kerangka dasar untuk
daerah (kabupaten/kota atau provinsi). eksplorasi yang lebih terkini mengenai bangunan
vernakular di Sumatera Selatan dengan fokus
Sumatera Selatan merupakan salah satu daerah pada bangunan untuk rumah tinggal sekaligus
dengan keanekaragaman etnik yang cukup tinggi kemungkinan penerapannya dalam urbanisme
di Indonesia. BPS menghitung terdapat 29 suku baru. Urbanisme baru pada dasarnya adalah
yang memiliki asal dari Sumatera Selatan [3]. “strategi perencanaan ruang yang bertujuan
Kawasan ini merupakan salah satu kawasan mencipta ulang persekitaran dan masyarakat
tertua di Indonesia sebagai tempat dari imperium yang ditemukan dalam permukiman lama
Sriwijaya (abad ke-6 M) berdiri. Kota sebelum munculnya permukiman kumuh, jalan
Palembang sendiri merupakan kota tertua di raya, dan perumahan massal” [8]. Dengan
Indonesia (dari 97 kota yang ada di Indonesia) adanya tipologi rumah vernakular di Sumatera
dengan tahun pendirian 682 M. Sungguh Selatan, diharapkan hasil yang diperoleh mampu
demikian, tata kota yang berlaku saat ini masih digunakan untuk mendesain persekitaran dan
belum menunjukkan karakteristik sesungguhnya masyarakat di kota-kota yang berkembang di
dalam adopsi arsitektur vernakular. Prijotomo Sumatera Selatan ke arah Urbanisme Baru yang
[4] pernah melakukan penelitian evolusi menghargai dan mengembalikan karakter-
arsitektur di Indonesia dalam satu abad (1890-an karakter lokal pada pembangunan fisik,
– 1990-an) untuk melihat bagaimana arsitektur khususnya pada bangunan rumah tinggal dan
Barat mempengaruhi arsitektur lokal dan begitu perkantoran.
pula sebaliknya. Terlihat bahwa arsitektur
Belanda dan rumah modern Indonesia telah Urbanisme Baru
dipengaruhi cukup kuat oleh budaya vernakular Urbanisme baru merupakan gerakan arsitektur
lokal. Sungguh demikian, dalam kajiannya tidak dan perencanaan wilayah yang mendorong
muncul pengaruh dari bangunan vernakular pengembangan desain berbasis bentuk urban
Sumatera Selatan dalam perkembangan tradisional dalam pengembangan arsitektur,
arsitektur nasional. Hal ini patut disayangkan mulai dari skala bangunan hingga skala urban.
dengan adanya sejarah panjang masyarakat di Prinsip-prinsip yang dipegang oleh urbanisme
Sumatera Selatan. Setidaknya, diharapkan kalau baru adalah pengembangan kawasan yang
aspek-aspek vernakular dapat diwujudkan dalam beranekaragam, kompak, digunakan secara
urbanisme baru di kawasan Kota Palembang bercampur, berorientasi pejalan kaki, dan
sendiri sebagai ibukota dari Sumatera Selatan. bersahabat dengan transit. Hal ini dinyatakan
Karenanya, penelitian ini berupaya meninjau dapat memecahkan masalah perkotaan modern
bangunan-bangunan vernakular di Sumatera yang dipenuhi oleh permukiman suburban yang
Selatan sebagai kontribusi yang penting untuk kumuh dan penurunan kualitas hidup di bagian
pengembangan kota Palembang yang dalam kota, dimana masyarakat terkotak-
berperspektif urbanisme baru dan berpotensi kotakkan dan saling menghindari satu sama lain.
memberikan kontribusi yang lebih luas pada Urbanisme Baru menekankan bahwa desain kota
tataran nasional dalam pengembangan bentuk harus menekankan pada pentingnya aspek-aspek
rumah vernakular maupun penempatannya publik ketimbang aspek-aspek privat [9].
dalam kerangka budaya nasional.
Urbanisme baru kemudian segera dipandang atap. Tipologi atap sesuai karena paling mudah
sebagai fenomena arsitektur Amerika terbesar diterapkan dalam suatu desain urbanisme baru,
setelah era Perang Dingin. Prinsip-prinsip mengingat bentuk ini relatif independen
urbanisme baru telah diterapkan dalam berbagai dibandingkan dengan bagian struktur bangunan
bidang seperti perlindungan lingkungan, yang ada di permukaan tanah lainnya. Selain itu,
preservasi historis, perencanaan transit, atap memungkinkan untuk diamati secara
pedestrian, dan bersepeda, pembangunan menyeluruh dari perspektif bawah sehingga
berkelanjutan, manajemen pertumbuhan, menonjol dan menunjukkan aspek vernakular
program jalan utama, dan pertumbuhan cerdas secara tegas. Agar lebih menonjol, sebenarnya
perkotaan [10]. harus ada kajian proporsi sehingga proporsi atap
setiap rumah vernakular terhadap bagian bawah
Sejumlah karakteristik dari urbanisme baru bangunan dapat ditentukan dan menunjukkan
antara lain: aspek vernakular yang lebih jelas. Hal ini dapat
 Mengembangkan lewat pencampuran tipe digunakan sebagai rekomendasi untuk penelitian
satuan rumah, sehingga terdapat blok selanjutnya.
berpendapatan rendah bertetangga dengan
blok berpendapatan tinggi dalam suatu Metode Penelitian
hubungan yang harmonis, ketimbang
mengkotak-kotakkan rumah miskin dan Penelitian ini bersifat deskriptif dan berusaha
kaya di tempat-tempat tertentu di kota [11]. membangun tipologi bentuk bangunan
 Pola perkembangan berbasis ekologi dan vernakular di Sumatera Selatan. Metode yang
teknologi, dengan penekanan pada sistem digunakan adalah metode studi literatur dengan
konektivitas kendaraan dan pejalan kaki menggunakan mesin pencari Google untuk
antar permukiman dilengkapi dengan menemukan rumah tradisional etnik-etnik di
pemandangan alamiah dan akses bersama Sumatera Selatan. Total terdapat 29 etnik asal
pada suatu pusat yang menawarkan berbagai Sumatera Selatan ditambah dengan dua etnik
fasilitas publik seperti sekolah, rumah lain dari provinsi tetangga yang memiliki jumlah
ibadah, pasar, dan taman [12]. yang signifikan dalam populasi penduduk yaitu
 Fungsi utama kota bukan sebagai pusat etnik Lambak dan Kubu. Tabel berikut
perdagangan tetapi sebagai pusat mendaftarkan semua etnik di Sumatera Selatan
permukiman sehingga penekanan pada dan rumah vernakular yang mewakilinya.
permukiman harus diberikan dengan
Tabel 1 Arsitektur Vernakular Berdasarkan Etnik
menyorot pada arsitektur vernakular dan No Etnik Rumah Keterangan
aspek-aspek historisitas perkotaan [13]. 1 Palembang Rakit, Kemungkinan
Limas, digunakan suku-suku
Hubungan antara Urbanisme Baru dan Gudang, lainnya di DAS Musi
Panggung
Arsitektur Vernakular Air
Prinsip-prinsip urbanisme baru menunjukkan 2 Daya ? Berada di aliran Ogan,
OKU, khususnya
relevansi yang kuat pada arsitektur vernakular. Kecamatan Lengkiti.
Prinsip orientasi pada pejalan kaki misalnya, 3 Enim Limas Variasi Bentuk Limas.
memfasilitasi arsitektur vernakular karena 4 Gumai Limas Variasi Bentuk Limas.
arsitektur vernakular cenderung menggunakan 5 Kayu Limas Variasi Bentuk Limas.
Agung
lahan untuk kepentingan pejalan kaki ketimbang
6 Kikim Godong Bermukim di sekitar
kendaraan. Lebih dari itu, karena arsitektur DAS Kikim,
dipandang berorientasi pada lokalisasi, maka Kabupaten Lahat.
7 Kisam Baghi, Daerah Muara Dua,
urbanisme baru mencari otentisitas pada Limas OKU, banyak
bangunan vernakular untuk menghasilkan kesamaan dengan
panduan, pola, dan tipologi bangunan yang dapat Pasemah
8 Komering Minanga, Suku Besar, terdiri
diterapkan di lapangan [14]. Urbanisme baru Komering, dari sejumlah sub
menjadi tradisi yang bersahabat dengan upaya Limas suku
pembangunan kawasan yang menghargai tradisi 9 Lematang Limas Variasi Bentuk Limas.
historik dan arsitektur vernakular [15]. 10 Lintang Rumah Penduduk Mayoritas
Lintang, Kabupaten Empat
Limas Lawang
Tipologi bentuk bangunan yang dipilih agar 11 Lom Rumah Lom Etnik asal Bangka
Belitung.
sejalan dengan urbanisme baru adalah tipologi
No Etnik Rumah Keterangan Hasil dan Pembahasan
12 Mapur Rumah Lom Mapur dan Lom
adalah Sinonim.
13 Sekak Perahu Etnik asal Bangka Tipologi bentuk atap rumah secara umum adalah
Kolek, Belitung. Disebut juga limas, pelana, dan perisai.
Panggung suku Sawang.
Air
Atap Limas
14 Meranjat Rumah Disebut juga suku  Rumah Limas/Rumah Bari
Bongkar Penesak. Berada di Rumah limas berfungsi sebagai tempat
Pasang beberapa kecamatan
di Ogan ilir. tinggal sekaligus perayaan. Rumah limas
15 Musi Pesirah Wilayah Kabupaten berbentuk panggung persegi panjang. Rumah
Banyuasin Musi Banyuasin. ini dikatakan limas karena memiliki atap
16 Musi Rumah Sinonim dengan
Sekayu Rakit, Sekayu. berbentuk piramida terpenggal (limas).
Panggung Karakteristik lain adalah lantai rumah
Air, Limas memiliki ketinggian yang tidak sama.
17 Sekayu Rumah "Orang Sungai"
Rakit, Terdapat tiga bagian dari lantai yang
Panggung mencakup bagian depan (beranda), tengah
Air, Limas (pusat rumah), dan bagian belakang untuk
18 Ogan Limas Variasi Bentuk Limas.
19 Orang Perahu Kemungkinan sama
tempat tinggal anak dan dapur [17]. Rumah
Sampan Kolek, dengan Orang Laut di umumnya diukir secara halus dengan pintu
Panggung Riau. dan jendela memiliki bukaan ke atas (lawang
Air
20 Pasemah Baghi, Wilayah Pasemah. kipas) [18]. Bagian depan rumah tidak
Limas berjendela sementara diantara kedua pintu
21 Pedamaran Rakit, Kecamatan depan terdapat dinding ruji-ruji kayu [19].
Panggung Pedamaran,
Air Kabupaten OKI [16] Rumah ini banyak ditemukan di daerah
22 Pegagan Limas Bermukim di Palembang hingga Kabupaten OKU. Rumah
Kelurahan Tanjung ini umumnya cukup besar dengan
Raja Barat, Kabupaten
Ogan Ilir karakteristik fisik kuat. Rumah ini adalah
23 Rambang Limas Terkenal dengan generasi kedua dari tipe rumah di Palembang
Limas 100 Tiang. setelah Rumah Rakit [20].
24 Ranau Lamban Wilayah Ranau.
Tuha
25 Rawas Limas Umumnya petani.
Bermukim di dekat
Sungai Rawas.
26 Saling ? Aliran Sungai Saling,
Kecamatan Saling,
Kabupaten Empat
Lawang
27 Semendo Tunggu Variasi Bentuk Limas.
Tubang,
Limas
28 Teloko ? Bermukim di sekitar
Lebak Besar/Danau
Teloko, OKI Gambar 1 Rumah Limas/Bari [21]
29 Ulu Potong Jang Rumah Khas Ulu.
30 Lambak Tua
Bubungan
Etnik asal Bengkulu.
 Rumah Gudang
Lima Rumah gudang adalah generasi ketiga dari
31 Kubu Godong Etnik asal pedalaman rumah di Palembang. Rumah gudang berdiri
Jambi.
di atas tiang dengan lantai rumah
berketinggian sama. Bagian bawah rumah
Etnik ini mencakuplah etnik Lembak dari
digunakan sebagai gudang. Lantai dari papan
Bengkulu dan etnik Kubu dari Jambi.
dan bentuk atap perisai, dengan penutup atap
Karenanya, total terdapat 31 etnik yang
genteng atau seng [18]. Rumah gudang
diperiksa. Kata kunci yang digunakan adalah
tersebar di Palembang hingga ke OKU.
“(Nama etnik) house” atau “(nama etnik)
Rumah gudang umumnya merupakan rumah
traditional house”. Tidak semua etnik memiliki
pilihan masyarakat biasa. Kombinasi antara
rumah adat yang terdokumentasi (Teloko,
rumah limas dan rumah gudang disebut
Saling, Daya) dan terdapat banyak etnik yang
rumah limas gudang [22]. Rumah limas
memiliki rumah adat dari jenis yang sama,
gudang hanya memiliki satu ketinggian
khususnya rumah limas dan panggung air.
lantai.
 Rumah Lintang
Rumah Lintang adalah rumah dari suku
Lintang, suku mayoritas di Kabupaten Empat
Lawang. Karakteristik rumah Lintang adalah
panggung dengan empat ruang utama yaitu:
 Ruang depan, terdiri dari kamar bujang
dan ruang untuk berkumpul bujang.
 Ruang tamu utama, untuk menerima tamu
dan berkumpul keluarga.
Gambar 2 Rumah Gudang [21]
 Ruang tengah, mencakup kamar tidur
anak gadis dan orang tua.
 Rumah Lamban Tuha  Ruang belakang, mencakup dapur, ruang
Rumah tipe ini terdapat di kabupaten OKU makan, dan tempat mencuci (Gaghang)
sebagai rumah masyarakat Ranau yang [26]
merupakan sub etnik suku Komering. Atap
memiliki kemiringan 45 derajat dengan
penutup atap seng sementara dinding ruang
bawah ditutup oleh daun nipah horizontal.
Kaki bangunan menggunakan struktur unik
berupa sistem Ari dan Kalindang. Sistem Ari
adalah tiang penyangga yang bertumpu pada
balok kayu horizontal ditempatkan di atas
tanah sementara sistem Kelindang berupa
penumpuan beban rumah pada susunan balok
kayu yang ditumpuk horizontal. Sistem ini Gambar 5 Rumah Lintang [27]
membuat rumah Lamban Tuha tergolong
tahan gempa [23].  Rumah Tua Bubungan Lima
Rumah tradisional dari etnik Lembak yang
bermukim di hulu Sungai Musi hingga ke
Bengkulu. Rumah ini berbentuk panggung
dengan ruangan-ruangan besar. Kolong
rumah digunakan untuk menyimpan kayu
bakar (sulang kayu) sementara pekarangan
tidak memiliki pagar pembatas. Atap
berbentuk limas.Tiang sering dilapisi batu.

Gambar 3 Rumah Lamban Tuha [24]

 Rumah Pesirah
Rumah ini merupakan rumah besar dari
kabupaten Musi Banyuasin. Atap berbentuk
campuran limas dan pelana, tetapi pada
dasarnya adalah limas. Teras tedapat di kedua
samping bangunan, begitu pula pencapaian. Gambar 6 Rumah Tua Bubungan Lima [28]

Atap Pelana
 Rumah Rakit
Rumah rakit merupakan rumah terapung
yang banyak ditemukan di Sungai Musi.
Rumah rakit selalu terapung di atas air
sehingga praktis berada di badan sungai [29].
Rumah terapung ini menggunakan susunan
balok kayu atau bambu dengan lantai bahan
Gambar 4 Rumah Pesirah [25] papan. Atap berbentuk pelana datar dengan
penutup dari daun nipah, alang, atau ijuk,
diikat dengan tali dari rotan. Varian dengan
bentuk pelana yang lebih melengkung
disebut Rumah Rakit Tionghoa. Bagian
ujung pelana diperkuat dengan sistem
konstruksi Tionghoa karena rumah ini pada
awalnya memang dibuat oleh etnik Tionghoa
yang sempat dilarang untuk tinggal di daratan
[18]. Rumah ditempatkan sejajar dengan
tepian sungai dan tersusun berderet ke arah
Gambar 8 Rumah Ulu Minanga [21]
daratan. Rumah yang berada paling ke arah
sungai umum digunakan untuk berdagang
sementara rumah yang lebih ke darat  Rumah Baghi
disebabkan karena penghuni rumah bekerja Rumah tipe ini berada di kawasan Pelang
di darat [18]. Bangunan ini berfungsi sebagai Kenidai, Pagar Alam dan merupakan
tempat tinggal, warung, bengkel, dan rumah dari suku Basemah/Pasma. Rumah
sebagainya. Bagian depan rumah dapat Baghi memiliki tiga tipe sesuai dengan
difungsikan untuk tempat mencari ikan. status sosial pemilik. Tipe ini mencakup
Rumah Tatahan yang memiliki ukiran
halus, Rumah Kilapan yang tidak berukir,
dan Rumah Padu Kingking yang
mengkombinasikan kayu dan bambu.
Atap secara umum berbentuk pelana
trapesium dengan patahan pada
bubungan. Kajian Rinaldi et al [32]
menyimpulkan kalau tipe rumah ini
tergolong tahan gempa.

Gambar 7 Rumah Rakit [30]

 Rumah Ulu
Rumah Ulu sebenarnya lebih pantas
dipandang sebagai kelompok dari beberapa
jenis rumah karena istilah Ulu itu sendiri
adalah penanda lokasi hulu sungai Musi dan
di lokasi ini terdapat banyak etnik. Gambar 9 Rumah Besemah [32]
Karakteristik umum dari rumah ulu memiliki
bentuk dasar segi empat. Sebagian ruangan  Rumah Tunggu Tubang
memiliki plafond (pagu hantu) untuk Rumah ini banyak ditemukan di kawasan
menyimpan barang dan makanan. Sementara Pulau Panggung, OKI dan Muaraenim.
itu atap berbentuk pelana, bukannya limas. Rumah ini merupakan rumah etnik
Atap pelana ini menjorok ke depan dan ke Semendo. Atap secara umum berbentuk
belakang pada bagian tengahnya. Rumah pelana trapesium dengan patahan pada
berbentuk panggung untuk menghindari bubungan.
musim pasang dan biantang buas. Hanya ada
satu tangga terletak di depan rumah dan
beranak tangga ganjil [31]. Bagian atas untuk
tempat tinggal dan bawah untuk
penyimpanan alat rumah tangga.

Klasifikasi rumah Ulu ini antara lain:


 Rumah Minanga
Rumah Minanga memiliki atap pelana Gambar 10 Rumah Tunggu Tubang [33]
persegi panjang. Rumah ini banyak
digunakan oleh suku Komering.  Umeak Potong Jang
Rumah ini merupakan rumah yang kemiskinan ketimbang masalah budaya.
dijadikan identitas dari kabupaten OKU. Ketiadaan hak milik di darat memaksa
mereka tinggal di dalam perahu dengan
fasilitas seadanya. Rumah-rumah perahu
kolek ini dibangun sangat sederhana dengan
tipe atap pelana.

Gambar 11 Rumah Potong Jang [34]

 Rumah panggung atas air


Hunian vernakular khas kawasan pesisir dan Gambar 13 Perahu Kolek [36]
tepi sungai di Asia tenggara adalah hunian
panggung atas air. Hunian tipe ini adalah  Rumah Lom
rumah sederhana biasa dengan modifikasi BPS mendaftarkan suku Lom sebagai suku
bagian pondasi yang berupa bentuk asal Sumatera Selatan. Sebenarnya, suku
panggung tinggi yang menancap di dasar air. Lom berasal dari kawasan Bangka, yang pada
Hunian tipe ini dapat ditemukan di sepanjang gilirannya memiliki asal usul dari Vietnam.
sungai-sungai besar di Sumatera Selatan dan Penempatannya dalam data BPS
Kalimantan, maupun di kepulauan sekitar kemungkinan disebabkan provinsi Bangka
Sulawesi Selatan dan Tenggara (khususnya Belitung pernah menjadi bagian dari provinsi
etnik Bajau), dan juga dapat ditemukan di Sumatera Selatan. Bentuk rumah suku Lom
pesisir timur Teluk Benggala (etnik Moken), adalah panggung dengan atap rumbia dan
dan Kampung Ayer, Brunei. Di kawasan dinding dari kulit pohon. Rumah berbentuk
Sumatera Selatan, etnik yang paling banyak sangat sederhana.
menggunakan rumah panggung atas air
adalah Palembang, Pedamaran, dan Sekak di
Bangka.

Gambar 12 Rumah Panggung Atas Air milik suku


Sekak (Sawang) [35] Gambar 14 Rumah Vernakuler Lom [37]

 Perahu Kolek
Khusus bagi suku Sekak, diketahui bahwa
sebagian dari mereka yang tidak memiliki
tanah di darat, umumnya tinggal di atas
perahu kolek, seperti halnya suku Anak Laut
yang berada di sekitar Kepulauan Riau atau
suku Bajau di kawasan timur Indonesia. Gambar 15 Bentuk besar Rumah Vernakular Lom
Perahu kolek juga digunakan sebagai hunian [37]
bagi etnik yang disebut “Orang Sampan” di
Sumatera Selatan. Sungguh demikian, hal ini
semestinya lebih dilihat sebagai masalah
Gambar 16 Balai Adat Lom [38]
Gambar 18 Rumah Rakit Pedamaran [41]
 Rumah Godong
Rumah godong adalah rumah dari suku Kubu  Rumah Komering
(Anak Dalam) yang bermukim terutama di Rumah Komering memiliki bentuk Melayu
kawasan Jambi. Rumah godong sangat dengan panggung tinggi. Rumah Komering
sederhana karena dibangun hanya ketika banyak ditemukan di kawasan sekitar DAS
membuka lahan atau menunggu panen. Komering.
Bahan baku rumah Godong adalah kayu dan
jerami untuk atap. Sementara paku
digantikan dengan sistem ikat rotan. Rumah
godong sendiri fungsinya lebih sebagai
tempat penyimpanan atau menerima tamu
sementara penduduk tidur di tanah (Rumah
ditano) atau tenda (Susudung) dan tikar
(Bolalapion) [39]. Bentuk rumah panggung
dengan tinggi sekitar 1,2 meter. Karena Gambar 19 Rumah Adat Suku Komering [42]
bentuk yang sangat sederhana, rumah tipe ini
kemungkinan digunakan secara umum pada  Rumah Bongkar Pasang
suku-suku pedalaman perambah hutan di Rumah ini ditemukan pada wilayah suku
Sumatera, termasuk suku Kikim di DAS Penesak atau Meranjat, di kawasan Ogan Ilir,
Kikim, Kabupaten Lahat. khususnya Kecamatan Tanjung Batu,
Payaraman, Lubuk Keliat, dan Indralaya
Selatan.

Gambar 17 Rumah Godong [40]

Atap Perisai
 Rumah Rakit Pedamaran Gambar 20 Rumah Bongkar Pasang [43]
Rumah rakit dalam bentuk besar dengan atap
perisai banyak ditemukan di kawasan Tipologi Rumah Vernakular Sumatera
Pedamaran, Kecamatan Pedamaran, Selatan
Kabupaten OKI. Rumah-rumah suku Davis [44] menyatakan bahwa pada umumnya
Pedamaran ini memiliki proporsi atap yang rumah di Sumatera memiliki atap yang tinggi
sangat besar dibandingkan bagian bawah dengan lantai utama terangkat dari tanah dan
rumah. Di sisi lain, rumah tidak berbentuk beranda menjorok maju. Atap yang tinggi diduga
panggung, tetapi langsung mengambang di dirancang agar air dapat segera turun karena atap
atas air atau dengan tali tambang maupun tinggi mengakibatkan kemiringan atap yang
tiang tersembunyi. curam pula untuk menghindari penggunaan
lahan yang terlalu luas. Selain itu, atap tinggi
diperlukan untuk sirkulasi udara yang lebih baik.
Bentuk atap sendiri dipandang sebagai bentuk
simbolik dari perahu yang membawa leluhur
penduduk ke pulau Sumatera. Walau begitu, Menariknya, tipe-tipe atap rumah ini tidak
hipotesis ini tidak dapat diterima karena leluhur terlokalisasi di satu titik. Rumah-rumah limas
suku-suku di Sumatera lebih mungkin datang memang ditemukan di sepanjang lembah di
dalam jalan darat ketika Paparan Sunda masih tengah Sumatera Selatan (DAS Musi) dari
terbentuk, ketimbang lewat laut seperti rupa Palembang sampai Lematang yang menerus
muka bumi saat ini. Sungguh demikian, jika dari timur ke barat, tetapi rumah dengan atap
rumah dibuat pada periode sejarah, hal ini dapat limas juga ditemukan di Musi Banyuasin di
diterima terkait migrasi penduduk menggunakan utara dan Lintang di pedalaman barat hingga
sungai [45]. Tetapi terdapat bukti kalau rumah ke Lambak di Bengkulu dan Ranau di barat
tipe Melayu dengan atap pelana telah ada di daya. Sementara itu rumah tipe perisai
Sumatera Selatan sekitar abad ke-7 Masehi [45]. banyak di kawasan timur laut. Rumah dengan
Begitu pula, Schefold et al [45] berargumen tipe atap pelana banyak ditemukan di
bahwa sebenarnya, asosiasi nautikal dari rumah kawasan pedalaman barat, tetapi juga
vernakular Sumatera Selatan sebenarnya digunakan pada rumah rakit dan perahu kolek
terdapat pada bentuk lantai ketimbang atap. yang memiliki mobilisasi tinggi di sepanjang
sungai dan laut, maupun rumah panggung air
Walaupun studi ini tidak meninjau secara di pesisir sungai dan laut, serta rumah Lom di
mendalam keseluruhan dari 29 suku asal kawasan Bangka. Hal ini mencerminkan
Sumatera Selatan dan suku-suku sekitarnya dinamika mobilisasi etnik yang tinggi di
dalam aspek arsitektur vernakular, sejumlah Sumatera Selatan [45]. Karenanya rumah-
kesimpulan tipologis mengenai rumah rumah adat dapat saling mengalami
vernakular Sumatera Selatan dapat ditarik. akulturasi.
 Terdapat 18 tipe rumah yang ditemukan di
Sumatera Selatan. Dari 18 tipe ini, enam
memiliki atap limas, sembilan atap pelana,
dan tiga atap perisai. Bentuk optimal untuk
meneruskan air hujan adalah bentuk pelana
dan perisai karena meneruskan langsung air
hujan dari puncak rumah. Adanya tipe limas
yang merupakan tipe yang cukup banyak
menentang pandangan umum kalau rumah-
Gambar 21 Persebaran Etnik dan Rumah Vernakular
rumah Sumatera memiliki atap yang
dioptimalkan untuk meneruskan air hujan
turun, karena atap limas memiliki bagian  Semua rumah memiliki tipologi panggung,
bawah yang lebih landai. kecuali rumah rakit dan perahu kolek yang
mengapung di atas sungai. Tipe ini
Tabel 2 Tipe Rumah berdasarkan Tipe Atap disebabkan kebutuhan untuk menyelamatkan
No Nama Rumah Tipe Atap diri dari binatang buas atau banjir pada tanah
1 Pesirah Limas rawa di Sumatera Selatan. Ketika hal ini tidak
2 Limas Limas lagi terlalu dipermasalahkan, bagian kolong
3 Lintang Limas ini dapat digunakan sebagai tempat
4 Tua Bubungan Lima Limas penyimpanan. Risiko gempa dikompensasi
5 Lamban Tuha Limas dengan model penyusunan tiang penyangga
6 Gudang Limas panggung yang dirancang khusus.
7 Panggung Air Pelana  Bersama dengan tipe yang hampir semuanya
8 Lom Pelana panggung, tipe dinding juga bervariasi
9 Perahu Kolek Pelana bahkan untuk satu etnik. Hal ini dapat
10 Rakit Pelana
disebabkan kekerabatan yang sebenarnya
11 Minanga Pelana
terlalu dekat dari suku-suku yang ada.
12 Baghi Pelana
13 Godong Pelana Karenanya, walau Schefold et al [45]
14 Tunggu Tubang Pelana berpendapat bahwa provinsi Sumatera
15 Potong Jang Pelana Selatan mungkin merupakan provinsi paling
16 Bongkar Pasang Perisai kaya dalam keanekaragaman etnik, hal ini
17 Komering Perisai tidak terekam pada keanekaragaman yang
18 Rakit Pedamaran Perisai
mencolok pada tipologi rumah, kecuali pada sehingga memungkinkan nilai-nilai
bentuk atap. publik/sosial dapat diutamakan kembali,
sebagaimana hakikat masyarakat kolektivis
Dalam konteks urbanisme baru, rumah-rumah Indonesia, ketimbang nilai-nilai privasi yang
ini kemudian memungkinkan pembentukan diunggulkan dalam paradigma modernisme.
pusat-pusat kota berbasis vernakular. Sejumlah
implikasi yang dapat diambil antara lain:
 Masyarakat dapat dilayani di pusat Daftar Pustaka
permukiman dengan fasilitas yang dibentuk
menyerupai arsitektur vernakular terkait, [1] Undang-Undang RI No 28 tahun 2002
khususnya Puskesmas, sekolah, dan rumah Tentang Bangunan Gedung.
ibadah. Hal ini pada awalnya dapat dilakukan [2] Glassie, H. (1990). Architects, vernacular
dengan semata mengubah bentuk atap, traditions, and society. Traditional
dengan proporsi yang sesuai, berdasarkan Dwellings and Settlements Review, 9-
daerah masing-masing. Dengan cara ini, 21.
masyarakat mendapatkan identitas yang lebih
kuat dan memungkinkan mereka lebih [3] BPS (2011) Kewarganegaraan, Suku
merasa akrab dengan fasilitas publik yang Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-
ada, terlebih jika eksterior bawah maupun Hari Penduduk Indonesia: Hasil
interior diadaptasi sesuai arsitektur Sensus Penduduk 2010. Jakarta: BPS
vernakular terkait. [4] Prijotomo, J. (1996). When West Meets East:
 Rumah-rumah bergaya vernakular baru dapat One Century of Architecture in
disisipkan di antara bangunan-bangunan Indonesia (1890s-
permanen yang telah ada, kapanpun 1990s). Architronic, 5(3), 04a.
memungkinkan, setidaknya pada bentuk atap.
Hal ini akan menciptakan pencampuran tipe [5] Sumintardia, D (1974) Traditional Housing
rumah yang menghilangkan kesan in Indonesia: Palembang – South
modernisme di perkotaan. Lebih dari itu, Sumatra
trotoar dapat diperluas dan menghilangkan [6] Alimansyur, M. Ma'moen Abdullah,
garasi yang ada di depan rumah, dengan Djumiran, Zainal Makmur, Tabrani
menggantinya dengan garasi di bawah rumah Sidin. (1985). Arsitektur Tradisional
bagi rumah bergaya vernakuler berbentuk daerah Sumatera Selatan. Proyek
panggung. Inventarisasi Kebudayaan Daerah
 Relasi antara kelompok kaya dan kurang Direktorat Sejarah dan Nilai
mampu dapat dijembatani salah satunya Tradisional Departemen Pendidikan
dengan desain rumah bergaya vernakular, dan Kebudayaan.
baik rumah orang kaya ataupun rumah orang
kurang mampu. Dengan adanya jalan [7] Schefold, R. (2014). Indonesian Houses:
samping yang lebar dan kosong dari PKL, Volume 2: Survey of Vernacular
penghuni rumah vernakular yang kaya dapat Architecture in Western
mengundang yang kurang mampu untuk Indonesia (Vol. 2). Brill.
melihat-lihat, sementara gaya vernakular [8] Louw, M. P. (2012). The new urbanism and
orang kurang mampu dapat mendorong rasa new ruralism frameworks as potential
ketertarikan dan komunikasi orang kaya tools for sustainable rural
dengan orang kurang mampu. development in South Africa (Doctoral
dissertation, Stellenbosch:
Stellenbosch University).
Kesimpulan
[9] Groat, L. N., & Wang, D.
Sebagai kesimpulan, diketahui bahwa dari total (2013). Architectural research
31 suku yang diperiksa, diperoleh 18 jenis rumah methods. John Wiley & Sons.
vernakular, terbagi dalam tiga kelompok [10] Bohl, C. C. (2000). New urbanism and the
berdasarkan tipe atap. Selanjutnya, telah dibuat city: Potential applications and
sejumlah rekomendasi implementasi tipologi ini implications for distressed inner‐city
pada urbanisme baru di Sumatera Selatan
neighborhoods. Housing Policy Palembang. Prosiding Simposium
Debate, 11(4), 761-801 Alam Bina Serantau, Denpasar, Bali,
Indonesia, hal. 218-239
[11] Hipp, J. (2010). What is the
‘neighbourhood’in neighbourhood [21] Murod, C. dkk. (2002) Langgam Arsitektur
satisfaction? Comparing the effects of Rumah Tradisional Daerah Minanga
structural characteristics measured at di Kabupaten Ogan Komering Ulu.
the micro-neighbourhood and tract Universitas Sriwijaya
levels. Urban Studies, 47(12), 2517-
[22] Triyuly, W., Sri Desfita, Y., & Ade Tria, J.
2536.
(2013). Identifikasi Rumah
[12] Ercoskun, O. Y. (2009). Green urban Tradisional di Lorong Firma Kawasan
planning and design for smarter 3-4 Ulu, Palembang. Prosiding Temu
communities. Organizational Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan
Communication and Sustainable Binaan 2013, F-17.
Development: ICTs for Mobility: ICTs
[23] Siswanto, A., Salim, A. S. B. S., Dahlan, N.
for Mobility, 41.
D., & Hariza, A. (2013). The
[13] Jacoby, S. (2013). The reasoning of Phenomenology of Lamban Tuha: The
architecture: type and the problem of Local Wisdom of South Sumatra
historicity (Doctoral dissertation, Traditional Architecture. International
Berlin, Technische Universtität Berlin, Transaction Journal of Engineering,
Diss., 2013). Management, & Applied Sciences &
Technologies, 4(2), 157-170.
[14] Ellis, C. (2002). The new urbanism:
Critiques and rebuttals. Journal of [24] Fransiska, W., Setiawan, W. (2006) Rumah
Urban Design, 7(3), 261-291. Lamban Tuha: Palembang, Sumatera
Selatan. Indonesia Design, 3(14), 104-
[15] Bettencourt, L. M. (2013). The kind of
107
problem a city is. Die Stadt
Entschlusseln: Wie Echtzeitdaten Den [25] Anonim (2014) Rumah Adat yang ada di
Urbanismus Verandern: Wie Propinsi Sumatera Selatan.
Echtzeitdaten den Urbanismus http://www.hdesignideas.com/2014/1
verändern, 175-187. 0/rumah-adat-yang-ada-di-
propinsi.html
[16] Santun, D. I. M., Murni, M., & Supriyanto,
S. (2010). Iliran dan Uluan: Dikotomi [26] Majid, I (2008) Rumah Panggung Khas
dan Dinamika dalam Sejarah Kultural Empat Lawang.
Palembang. Palembang: Eja Publisher. http://forumlintangempatlawang.blogs
pot.com/2008/03/rumah-panggung-
[17] Siswanto, A., Salim, A. S. B. S., Dahlan, N.
khas-empat-
D., & Hariza, A. (2011). Architectural
lawang.html#ixzz4TV96d4RN
And Physical Characteristics Of
Indigenous Limas’houses In South [27] Rumah Perumahan (2016) Desain Bentuk
Sumatra. Universiti Putra Malaysia Rumah Adat Empat Lawang dan
Penjelasannya.
[18] Diem, A.F. (2004) Pengaruh Orientasi
http://www.rumahperumahan.com/20
Bangunan terhadap Pengkondisian
16/08/desain-bentuk-rumah-adat-
Thermal Dalam Ruangan pada Rumah
empat-lawang.html
Rakit Palembang. Tesis. Universitas
Diponegoro [28] Harian Rakyat Bengkulu. 5 Februari 2015.
Rumah Tua Bubungan Lima yang
[19] Zulfikri. (2004) Efektivitas bukaan Pintu
Nyaris Punah Sudah Ada Sejak Tahun
pada Rumah Tradisional Limas
1916, Bubungan Ditulis Doa-Doa.
Palembang terhadap Pengendalian
temperatur Udara dalam Ruangan. [29] Hidayat, H. (2014) Konteks Ekologi Kota
Tesis. Universitas Diponegoro. Tepian Sungai dalam Perspektif
Lokalitas Bahan Bangunan.
[20] Ardiansyah, S.T. (2011) Makna dan
Architecture Event 2014: Membangun
Identitas Ruang Rumah Limas
Karakter Kota Berbasis Lokalitas
[30] Amin, Z. (2013). Rumah Rakit Hemat /mengenal-kehidupan-suku-anak-
Energi Di Sungai Musi Palembang: dalam.html
Analisa dengan program Ecotect
[41] Utami, E (2016) Jalan-Jalan ke Kecamatan
5.2. Journal of Architecture and
Pedamaran.
Wetland Environment Studies, 1(1).
http://kayuagungradio.com/jalan-
[31] Saganta, J., Imron, A., & Arif, S. (2014). jalan-ke-kecamatan-pedamaran/
Rumah Ulu Pada Masyarakat Adat
[42] Kaskus. (2015) Suku-Suku yang ada di
Komering Di Ogan Komering Ulu
Sumatera Selatan.
Timur.Pesagi (Jurnal Pendidikan dan
https://www.kaskus.co.id/thread/54f0
Penelitian Sejarah), 2(4).
2a320e8b468b4f00000a/suku-suku-
[32] Rinaldi, Z., Purwantiasning, A. W., & yang-ada-di-sumatera-selatan/
Nur’aini, R. D. (2015). Analisa
[43] Ogan Ilirku (2014). Mengenal Suku
Konstruksi Tahan Gempa Rumah
Penesak di Ogan Ilir.
Tradisional Suku Besemah Di Kota
http://oganilirku.blogspot.co.id/2014/
Pagaralam Sumatera
06/mengenal-suku-penesak-di-ogan-
Selatan. Prosiding Semnastek.
ilir.html
[33] Lensa Berita (13 November 2015)
[44] Davis, H. (2006). The culture of building.
Mengenal Rumah Tunggu Tubang
Oxford University Press.
Semende.
[45] Schefold, R., Nas, P., & Domenig, G.
[34] Mariendo, A.J. (2015) Redesain 3-4 Ulu
(Eds.). (2004). Indonesian Houses:
Palembang Sebagai Kawasan Wisata.
Tradition and transformation in
Tesis. Universitas Sriwijaya
vernacular architecture. NUS Press.
[35] Ikhae (2010). Panggil Saja Kami Orang
Sawang.
http://travellere.blogspot.co.id/2011/0
1/panggil-saja-kami-orang-
sawang.html
[36] Andaya, B. W. (2006). Oceans unbounded:
Transversing Asia across “area
studies”. The Journal of Asian
Studies, 65(04), 669-690.
[37] Vau G. (2016). Upacara Adat Nujuh Jerami,
Suku Lom/Mapur.
http://www.kompasiana.com/vau-
g/upacara-adat-nujuh-jerami-suku-
lom-mapur-
bangka_571178f13cafbd18048b456f
[38] Tribun News. (2014) Balai Adat Suku Lom
Belinyu Tempat Diskusi Warga.
http://www.tribunnews.com/regional/
2014/04/16/balai-adat-suku-lom-
belinyu-tempat-diskusi-warga
[39] Prasetijo, A. (2013) Konsep “Rumah” bagi
Orang Rimba.
http://etnobudaya.net/2013/12/30/kon
sep-rumah-bagi-orang-rimba/
[40] Anonim. (2010) Mengenal Kehidupan Suku
Anak Dalam.
http://jejehhati.blogspot.co.id/2010/03

View publication stats

You might also like