Professional Documents
Culture Documents
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14 PONDASI
14.1 UMUM
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari strukstur
atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya
differential settlement pada sistem strukturnya.
Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu
cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan
untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya.
Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:
14-1
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan suatu pondasi, yakni
1. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat
pengaruh luar.
2. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung
3. Pondasi harus aman dari penurunan berlebihan.
14-2
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-3
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
MULAI
PERSIAPAN
PELAKSANAAN
PONDASI
SELESAI
14-4
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-5
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
MULAI
PERSIAPAN
PELAKSANAAN
PONDASI
SELESAI
14-6
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-7
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
Pneumatic Breakers
Credit Picture by Google
14-8
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-9
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-10
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-11
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-12
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
Mutu sedang 20 – < 35 MPa atau K 250 – < K 400 Kg/cm2 untuk
beton bertulang, lantai beton jembatan rangka baja, gelagar beton,
diafragma, kerb beton pracetak, gorong-gorong
Mutu rendah 15-< 20 MPa atau K 175- < K 250 kg/cm2 untuk
struktur beton tanpa tulangan seperti siklop, trotoar, pasangan batu
kosong
Mutu rendah 10-< 15 MPa atau K 125-< K 175 kg/cm2 untuk lantai
kerja, penimbunan kembali dengan beton
g. Bagan Alir Pengawasan Pekerjaan Pondasi Sumuran (Caisson)
MULAI
PERSIAPAN
PENYIAPAN
FORMASI
PENEMPATAN
DINDING SUMURAN
GALIAN DAN
PENURUNAN
PENYUMBATAN
DASAR SUMURAN
PENGISIAN SUMURAN
PENANGANAN BAGIAN
ATAS SUMURAN
SELESAI
14-13
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-14
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-15
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-16
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-17
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-18
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
4) Estimasi daya dukung tiang dapat langsung dilihat dari hasil bacaan
pressure gaugeyang ada pada alat jack-in pile, karena mesin jack-in
pile dilengkapi dengan pressure gauge (umunya dalam satuan MPa).
Pemancangan dengan Preboring
Pekerjaan preboring sebelum pemancangan diperlukan apabila
berdasarkan hasil soil test terdapat lensa atau lapisan tanah
keras tipis yang tidak memungkinkan dijadikan tumpuan ujung
tiang pancang (end bearing), namun lensa tersebut tidak dapat
ditembus dengan pemancangan langsung sehingga diperlukan
proses preboring untuk melubangi lensa tersebut agar dapat
ditembus tiang pancang saat pemancangan, dan didapatkan
kedalaman tiang pancang sesuai dengan perencanaan pondasi
tiang pancang. Setelah proses preboring mencapai kedalaman
lensa dan dipastikan lensa tersebut sudah ditembus mata bor
maka pengeboran dihentikan sampai menembus lensa.
Selanjutnya dilakukan proses pemancangan.
14-19
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-20
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
secara empiris melalui perhitungan yang dihasilkan oleh proses pemukulan alat
pancang. Alat pancang disini bisa berupa diesel hammer maupun hydraulic
hammer. Biasanya kalendering dalam proses pemancangan tiang pancang
merupakan item wajib yang harus dilaksanakan dan menjadikan laporan untuk
proyek. Sebagai tambahan selain kalendering dilakukan pengecekan dengan
PDA test. Perhitungan kalendering menghasilkan output yang berupa daya
dukung tanah dalam Ton.
Sebelum dilaksanakan kalendering basanya juga dilakukan monitoring
pemukulan saat pemancangan yaitu untuk mengetahui jumlah pukulan tiap
meter dan total sebagai salah satu benuk data yang dilampirkan beserta
hitungan kalendering. Untuk itu sebelumnya tiang pancang yang akan
dipancang diberikan skala terlebih dahulu tiap meternya menggunakan
penanda misalnya cat semprot / philox. Untuk mengitungnya
disediakanterlebih dahulu counter agar mudah dalam menghitung jumlah
pukulan tiap meter dan totalnya.
Sebenarnya metode pelaksanaan kalendering hanyalah sederhana. Alat yang
disediakan cukup spidol, kertas milimeterblock, selotip, dan kayu pengarah
spidol agar selalu pada posisinya. Alat tersebut biasanya juga telah disediakan
oleh subkon pancang. Dan pelaksanannya pun merupakan bagian dari kontrak
pemancangan. Pelaksanaanya dilakukan pada saat 10 pukulan terakhir. Kapan
saat dilaksanakan kalendering adalah saat hampir mendekati top pile yang
disyaratkan, Final Set 3 cm untuk 10 pukulan terakhir, atau bisa dilihat dari data
bore log. Sebenarnya ada beberapa faktor lain tergantung kondisi dilapangan.
Tahapan pelaksanaanya yaitu :
I. Saat kalendering telah ditentukan dihentikan pemukulannya oleh hammer
II. Memasang kertas millimeter block pada tiang pancang menggunakan
selotip
III. Menyiapkan spidol yang ditumpu pada kayu, kemudian menempelkan
ujung spidol pada kertas millimeter
IV. Menjalankan pemukulan
14-21
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-22
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
MULAI
PERSIAPAN
-TIANG PANCANG
- ALAT PANCANG
PENEMPATAN
DAN PENYETELAN
TIANG PANCANG
PEMANCANGAN
EVALUASI HASIL
PEMANCANGAN
PELAPORAN
SELESAI
14-23
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
Panjang tiang pondasi bore pile harus sampai pada kedalaman dengan tingkat
kekerasan daya dukung tanah yang disyaratkan untuk pondasi dasar konstruksi
bangunan.
a. Jenis dan Material
Material yang dipakai untuk pondasi tiang bor hampir sama dengan
penggunaan material atau alat dan bahan yang digunakan oleh pondasi tiang
pancang yang lain. Tetapi ada dua cara untuk melakukan pengeboran tanah
yang akan digunakan untuk pondasi bor pile.
Peralatan Rotary
Rotary drilling machine atau mesin bor putar adalah metode pemboran
yang menggunakan aksi putaran untuk melakukan Penetrasi terhadap
batuan. Pada mesin bor putar lubang bor dibentuk dari pemboran dengan
mekanisme putar dan disertai pembebanan.
Alat ini dipasang pada lantai bor dan posisi tegak lurus dengan traveling
block. Bagian tengah dari rotary table terdapat lubang, dan master bushing
dipasang di dalamnya. Rotary table harus dibersihkan dari lumpur yang
tercecer, agar operator lantai bor tidak terpeleset pada waktu bekerja di
lantai bor. Pembersihannya dilakukan dengan semprotan air. Ukuran dan
kapasitas beban rotary table berkisar antara 100 sampai 600 ton.
14-24
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
Bantalan Utama adalah alat yang dapat dilepasdan diganti dengan ukuran yang
sesuai dengan lubang pada meja pemutar dan kebutuhan operasi. Alat ini menjadi
tempat kedudukan salah satu dari dua alat-alat perlengkapan pemutar yaitu kelly
bushing atau rotary slip. Kelly dimasukkan melalui bantalan kelly, bantalan utama
dan meja putar. Kemudian tenaga putar (gerakan berputar) diteruskan dari meja
pemutar ke kelly dan batang bor dibawahnya.
Apabila slips pemutar dimasukkan kedalam bantalan utama, akan dapat dipakai
untuk menggantung batang bor pada saat penambahan atau pengurangan bagian-
bagian dari batang bor. Dapat menahan karena memiliki gigi-gigi yang tajam dan
bentuk yang tirus (dies). Rotary slips disisipkan kedalam bantalan utama sekeliling
batang bor sehingga batang bor tergantung bebas didalam sumur bor. Ada dua
tipe dasar dari master bushing (bantalan utama), yaitu : tipe utuh (solid) dan tipe
dua bagian atau tipe terbelah (split).
14-25
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
Kelly bushing ini adalah alat yang dipasang masuk ke dalam master bushing untuk
menyalurkan gaya putar pada kelly dan batang bor sewaktu mengebor sumur bor
(lubang). Lubang pada kelly bushing ini berbentuk sama dengan bentuk kelly yang
dipakai persegi, segitiga atau segi enam. Ada dua tipe dasar dari bantalan-bantalan
kelly :
– Pin Drive : Mempunyai empat pin yang dimasukkan kedalam bagian atas dari
master bushing.
– Square Drive : Mempunyai penggerak tunggal berbentuk segi empat yang
dimasukkan kedalam master bushing.
Rotary slip adalah alat untuk menggantung rangkaian pengeboran pada rotary
table disaat Kelly dilepas, untuk menambah drillpipe yang baru. Rotary slip juga
digunakan untuk menggantung rangkaian pengeboran pada rotary table di saat
mencabut rangkaian pengeboran dari lubang. Rotary slip memegang tool joint drill
pipe saat digantung pada rotary table. Dies dari rotary slip menggigit tool joint drill
pipe. Sebelum digunakan dies dari rotary hose harus dibersihkan dari pasir, dan
diperiksa kondisinya.
14-26
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
Slip Bowl adalah bantalan pengisi dari logam yang diletakkan didalam master
bushing untuk mengatur atau menyesuaikan ukuran pipa dan slip yang dipakai yang
berubah-ubah menurut keperluannya.
Safety clamp digunakan saat menahan drill collar, dimana drill collar yang tidak
punya tool joint. Untuk menahan /menggantungkan drill collar, rotary slip harus
dibantu dengan safety clamp yang dipasang di atasnya.
14-27
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
Rotary tong adalah kunci-kunci besar yang digantung diatas lantai rig dekat meja
putar, yang dipasang pada bagian-bagian dari batang bor, baik untuk menyambung
maupun melepas sambungan. Kunci tersebut adalah break out tong atau lead tong
dan make up tong atau back up tong.
Kelly spinner di pasang pada bagian bawah dari swivel stem. Alat ini dipakai untuk
menyambung kelly dengan pipa bor secara cepat di dalam rat hole (lubang tempat
menyimpan dan memasang atau membongkar rangkaian pipa).
14-28
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-29
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
Metode Basah
Pengeboran dengan sistem bor basah / wash boring : Tanah di bor dengan
menggunakan mata bor cross bit yang memiliki kecepatan putar 375 rpm
dan tekanan +/- 200 kg. Jika tanah dalam keadaan mudah runtuh dapat
diberi chasing terlebih dahulu untuk menghindari kelongsoran dinding
lubang hasil pengeboran. Pengikisan tanah dibantu dengan tembakan air
lewat lubang stang bor yang dihasilkan dari pompa. Hal ini menyebabkan
tanah yang terkikis menjadi lumpur dan terdorong keluar dari lubang.
Setelah mencapai kedalaman sesuai rencana, pengeboran dihentikan,
sementara mata bor dibiarkan berputar tetapi beban penekanan
dihentikan dan air sirkulasi tetap mengalir terus sampai serpihan tanah
terdorong keluar dari lubang seluruhnya. Selama pembersihan ini
berlangsung, baja tulangan dan pipa tremi sudah disiapkan di dekat lubang
bor. Setelah cukup bersih, stang bor diangkat dari lubang bor. Dengan
bersihnya lubang pengecoran akan mendapatkan hasil yang terbaik.
Metode Dengan Menggunakan Casing
1. Temporary Casing
Setelah dilakukan pengeboran awal, kemudian dilakukan pemasangan
temporary casing dengan bantuan crane untuk menyesuaikan posisi
casing tersebut.
14-30
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
Temporary casing ini dilengkapi dengan dua lubang pada kiri dan
kanannya yang berfungsi sebagai tempat pengait crane masuk. Setelah
temporary casing dipasang, kemudian pengeboran dilanjutkan hingga
kedalam yang sesuai rencana atau pengeboran hingga mencapai tanah
keras. Setelah itu dilakukan pengecoran. Setelah pengecoran selesai,
dilakukan pencabutan casing sementara (temporary casing) dengan
cara mengaitkan lubang pada kedua sisi casingdengan pengunci pada
crane, kemudian diangkat dengan hati-hati agar posisi casing tidak
miring saat dicabut, dan proses pengecoran Bore Pile pun selesai.
2. Permanently Casing
Proses metode dengan permanent casing hampir sama dengan metode
temporary casing, hanya saja untuk pekerjaan bor pile dengan
menggunakan permanent casing, casing tersebut tidak diangkat
kembali tapi dibiarkan didalam tanah.
c. Pengawasan Pekerjaan Penulangan Tiang Bor
Pemasangan dan pembengkokan tulangan harus sedemikian rupa sehingga
posisi dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami
perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran berlangsung.
Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan SKSNI 03.2847.2002.
Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan
persyaratan SKSNI 03.2847.2002 atau A.C.I 315.
d. Pengawasan Pekerjaan Pengecoran Tiang Bor
Untuk memisahkan beton dari lumpur limbah pengboran pada awal
pengecoran, maka harus dinggunakan kantong plastik yang diisi beton dan
diikat dengan tali kawat bendrat dan digantung dibagian dalam lubang tremi
sekitar satu sampai dua meter kebawah dari corong tremi.
Setelah persiapan pengecoran selesai, beton slump 18+-2cm ditampung
didalam corong tremi dan ditahan oleh bola plastik yang telah dipasang
sebelumnya, setelah cukup penuh bola kantong plastik dilepas sehingga beton
mendorong lumpur yang berada didalam lubang tremi.
14-31
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-32
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
Prinsip kerja dari CSL test itu sendiri yaitu menggunakan gelombang sonic
dengan komponen 1 jenis transmitter dan 1 receiver yang nantinya ditarik
secara bersamaan pada jarak yang sama. Satu hal yang harus diperhatikan,
lubang untuk transmitter dan receiver harus diflushing dengan benar
sehingga tidak terjadi penyumbatan. Sensor transmitter dan receiver ini
memberikan hasil semua pengukuran ke data logger (komputer).
Semua prosedur diatas dilakukan berulang-ulang secara berkala, kemudian
hasil pengukuran dipetakan. Hasil yang didapatkan dari tabung akses
tersebut berupa data grafik yang nantinya bisa dianalisa untuk mengetahui
kondisi dan struktur beton pondasi.
Dalam melakukan CSL Test ini tentunya harus memiliki instrument yang
dibutuhkan dan tenaga ahli dalam bidang sipil. Jadi, bisa dibilang memang
membutuhkan keahlian khusus untuk melakukan metode ini.
14-33
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
Piled Tomography
Piled Tomography adalah sebuah software baru untuk mengukur mutu tiang
pancang.
f. Bagan Alir Pengawasan Pekerjaan Tiang Bor
14-34
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-35
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-36
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-37
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
Perlu diketahuI bahwa kondisi kepala tiang pada saat pengujian adalah bebas
sedangkan di bawah pile cap kondisi kepala tiang adalah terjepit, sehingga
interpretasi daya dukung lateral yang dilakukan dengan cara
Alat Uji Loading test Beban Lateral
Peralatan yang digunakan pada loading test beban lateral adalah:
Reaction.
Bearing plates, merupakan plat penghubung antara reaction dengan strut
dan strut dengan hydraulic cylinder.
Hydraulic cylinder, diletakan antara strut dengan test pile.
Test pile, plat yang diletakan diantara hydraulic cylinder dengan test pile.
Dial gauge, merupakan alat pengukur yang diletakan di sebelah test pile
untuk mengukur pergeseran tiang yang terjadi akibat beban lateral.
Reference beam, sebagai datum pembacaan dial gauge dan diletakkan
pada posisi tegak dan berada di atas pendukung yang kaku. Reference
beam ini tidak boleh mengalami perubahan selama pengukuran
berlangsung.
14-38
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-39
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14-40
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
Contents
14 PONDASI ............................................................................................................................ 14-1
14.1 UMUM ........................................................................................................................... 14-1
14.2 PONDASI DANGKAL ....................................................................................................... 14-2
14.2.1 Pondasi Pasangan Batu ......................................................................................... 14-2
14.2.2 Pondasi Campuran Beton ...................................................................................... 14-5
14.3 PONDASI SUMURAN (CAISSON) .................................................................................... 14-7
14.4 PONDASI DALAM ......................................................................................................... 14-14
14.4.1 Pondasi Tiang Pancang ........................................................................................ 14-14
14.4.2 Pondasi Tiang Bor (Bor Pile) ................................................................................ 14-23
14.5 PENGUJIAN TIANG ....................................................................................................... 14-35
14.5.1 Pengujian Aksial Tiang Dengan Metode Statik .................................................... 14-35
14.5.2 Pengujian Aksial Tiang Metode Dinamik dengan PDA Test ................................ 14-36
14.5.3 Pengujian Daya Dukung Lateral .......................................................................... 14-37
14.5.4 Kontrol Kualitas Keutuhan Tiang ......................................................................... 14-38
14-41