You are on page 1of 41

DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN

Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

14 PONDASI

14.1 UMUM
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari strukstur
atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya
differential settlement pada sistem strukturnya.
Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu
cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan
untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya.
Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:

1. Keadaan tanah pondasi


2. Batasan – batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)
3. Keadaan daerah sekitar lokasi
4. Waktu dan biaya pekerjaan
5. Kokoh, kaku dan kuat

Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang bervariasi,


berbagai parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain pengaruh
muka air tanah mengakibatkan berat volume tanah terendam air berbeda dengan
tanah tidak terendam air meskipun jenis tanah sama.
Jenis tanah dengan karakteristik fisik dan mekanis masing – masing memberikan
nilai kuat dukung tanah yang berbeda-beda. Dengan demikianpemilihan tipe
pondasi tang akan digunakan harus disesuaikan dengan berbagai aspek dari tanah
di lokasi tempat akan dibangunnya bangunan tersebut.
Suatu pondasi harus direncanakan dengan baik, karena jika pondasi tidak
direncanakan dengan benar akan ada bagian yang mengalami penurunan yang
lebih besar dari bagian sekitarnya.

14-1
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan suatu pondasi, yakni
1. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat
pengaruh luar.
2. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung
3. Pondasi harus aman dari penurunan berlebihan.

14.2 PONDASI DANGKAL


Pondasi dangkal biasanya dibuat dekat dengan permukaan tanah, umumnya
kedalaman pondasi didirikan kurang 1/3 dari lebar pondasi sampai dengan
kedalaman kurang dari 3 m. Kedalaman pondasi dangkal ini bukan aturan yang
baku, tetapi merupakan sebagai pedoman. Pada dasarnya, permukaan
pembebanan atau kondisi permukaan lainnya akan mempengaruhi kapasitas daya
dukung pondasi dangkal. Pondasi dangkal biasanya diunakan ketika tanah
permukaan yang cukup kuat dan kaku untuk mendukung beban yang dikenakan
dimana jenis struktur yang didukungnya tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu
tinggi, pondasi dangkal pada umumnya tidak cocok dalam tanah kompresif yang
lemah atau sangat buruk, seperti tanah urug dengan kepadatan yang buruk,
pondasi dangkal juga tidak cocok untuk jenis tanah gambut, lapisan tanah muda
dan jenis tanah deposito aluvial.

14.2.1 Pondasi Pasangan Batu


a. Jenis dan Material
Pada dasarnya material yang dugunakan untuk membuat pondasi pasangan
batu hampir sama dengan material untuk pekerjaan pondasi lainnya.
Diantaranya adalah:
 Batu kali sebagai material utama pondasi pasangan batu
 Air sebagai pengikat pasir semen
 Semen sebagai perekat adukan
 Bowplank untuk menandai batas muka tanah
 Pasir sebagai bahab dasar adukan

14-2
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

Credit Picture: google

b. Pengawasan Pekerjaan Pondasi Pasangan Batu


Pondasi yang digunakan untuk mendukung sederetan kolom yang berjarak
dekat sehingga bila dipakai pondasi telapak sisinya akan terhimpit satu sama
lainnya.
Pondasi menerus biasa digunakan untuk pondasi dinding, terutama digunakan
pada bengunan/rumah tinggal tidak bertingkat, seluruh beban atap/beban
bangunan umumnya dipikul oleh dinding dan diteruskan ketanah melalui
pondasi menerus sepanjang dinding bangunan.
Untuk bangunan kecil di atas tanah baik, pondasi menerus setengah bata
cukup diletakkan pada kedalaman 60-80 cm di bawah muka tanah, bila
dinding satu bata, kedalaman pondasi biasanya 80- 100 cm, sedangkan
konstruksi pondasi cukup dari pasangan batu, lebar dasar pondasi umumnya
dibuat tidak kurang dari dua setengah kali tebal tembok. Diatas pondasi
pasangan batu perlu dipasang balok beton bertulang yang berfungsi sebagai
balok pengikat dan juga dapat meratakan beban dinding.

14-3
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

c. Pengendalian Mutu Pekerjaan Pondasi Pasangan Batu


Untuk memperoleh hasil pekerjaan struktur yang sesuai dengan standar dan
dapat dipertanggung jawabkan, maka mutu bahan untuk struktur dan
finishing harus sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka perlu dilakukan kegiatan pengawasan dan
pengendalian mutu yang meliputi pemilihan bahan, pengujian berkala, cara
pelaksanaan, perawatan, dan pemeliharaannya.

d. Bagan Alir Pengawasan Pekerjaan Pondasi Pasangan Batu

MULAI

PERSIAPAN

PELAKSANAAN
PONDASI

SELESAI

14-4
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

14.2.2 Pondasi Campuran Beton


a. Jenis dan Material
1. Pondasi telapak
Pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom atau pondasi yang
mendukung bangunan secara langsung pada tanah bilamana terdapat
lapisan tanah yang cukup tebal dengan kualitas baik yang mampu
mendukung bangunan itu pada permukaan tanah atau sedikit dibwah
permukaan tanah.
Untuk memudahkan hitungan konstruksi fondasi telapak, maka digunakan
beberapa anggapan praktis bahwa :
 Plat pondasi adalah kaku sempurna, jadi tidak akan melengkung karena
beban terpusat, dan tetap merupakan bidang lurus.
 Desakan yang terjadi pada tanah dibawah dasar pondasi berbanding
langsung dengan penurunan pondasi.
 Karena tanah tidak dapat menahan tegangan tarik, maka bila dari
hitungan secara teoritis akan timbul tegangan tarik tersebut harus
diabaikan.

2. Pondasi rakit (raft foundation)


Pondasi yang digunakan untuk mendukung bangunan yang terletak pada
tanah lunak atau digunakan bila susunan kolom-kolom jaraknya sedemikan
dekat disemua arahnya, sehingga menggunakan pondasi telapak, sisinya
berhimpit satu sama lainnya.

14-5
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

b. Pengawasan Pekerjaan Pondasi Campuran Beton


merupakan pondasi yang dibuat dari bahan beton bertulang. Pondasi ini
mempunyai kekuatan atau tahanan terhadap gaya tekan dan tarik. Dengan
demikian! maka pondasi ini mampu menahan mohen hingga batas tertentu.
Pondasi ini dapat dipasang di semua keadaan tanah! dengan (atatan perlu
dihitung luas tampangnya.
c. Pengendalian Mutu Pekerjaan Pondasi Campuran Beton
Untuk memperoleh hasil pekerjaan struktur yang sesuai dengan standar dan
dapat dipertanggung jawabkan, maka mutu bahan untuk struktur dan
finishing harus sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka perlu dilakukan kegiatan pengawasan dan
pengendalian mutu yang meliputi pemilihan bahan, pengujian berkala, cara
pelaksanaan, perawatan, dan pemeliharaannya.
d. Bagan Alir Pengawasan Pekerjaan Pondasi Campuran Beton

MULAI

PERSIAPAN

PELAKSANAAN
PONDASI

SELESAI

14-6
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

14.3 PONDASI SUMURAN (CAISSON)


Kaison adalah suatu pondasi yang terletak pada lapisan pendukung, yang terbenam ke
dalam tanah karena beratnya sendiri dan dengan mengeluarkan tanah galian dari dasar
bangunan bulat, yang terbuat dari beton bertulang. Pondasi sumuran adalah suatu
bangunan yang merupakan bagian dari pekerjaan permanen yang terdiri dari satu atau
lebih sumuran vertikal yang terbuat dari baja atau beton bertulang atau bagian – bagian
beton pracetak yang ditegangkan secara bertahap menjadi satu dan duturunkan dengan
cara akibat berat sendiri atau menggunakan bebab berlapos dan diisi dengan beton siklop
dan ditutup dengan beton.

Credit Picture by Google

a. Jenis dan Material


1. Semen
 Jenis semen portland sesuai SNI
 Hanya satu merk dalam satu campuran
2. Air
 Bersih, bebas dari bahan organik seperti minyak, garam, asam,
basa, gula
 Lolos pengujian sesuai AASHTO T 26
3. Agregat
 Ketentuan gradasi agregat sesuai ketentuan
 Ukuran maksimum agregat kasar ¾ jarak bersih tulangan
 Sifat agregat harus bersih, kuat, keras dan berasal dari pemecahan
batu

14-7
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

 Bebas bahan organik


4. Batu untuk beton siklop
 Keras, awet, bebas dari retak, rongga dan kuat terhadap cuaca
 Bersudut runcing, bebas dari kotoran, minyak dan bahan lain yang
mempengaruhi ikatan terhadap beton
5. Bahan tambah
 Jumlah tidak lebih dari 5% dari berat semen atau sesuai spesifikasi
produk
 Sesuai dengan jenis penggunaannya dan klasifikasinya
 Bahan mineral seperti fly ash, pozzolan, mikro silika sesuai ASTM C
608-94a.
Adapun untuk alat yang digunakan untuk pekerjaan pondasi sumuran
yaitu excavator, dump truck, beton molen, alat pemecah bertekanan
(pneumatic breakers) untuk memotong bagian tiang pondasi yang lebih
tinggi dari dasar pile cap (cut off).

Pneumatic Breakers
Credit Picture by Google

14-8
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

b. Ketentuan Umum Pondasi Sumuran


a. Ketentuan Pelaksanaan Pengawasan
 Pengawasan pekerjaan pondasi sumuran hanya dilakukan pada
lokasi pekerjaan yang requestnya telah mendapatkan persetujuan
dari semua pihak yang kompeten.
 Pengawasan pekerjaan pondasi sumuran dilakukan sepanjang
waktu pelaksanaan pekerjaan dilapangan mulai dari pemasokan
bahan, penyiapan formasi, penempatan/ pengecoran dinding,
penggalian/ penurunan dan pengisian sumuran.
 Frekuensi pelaporan minimal satu kali pencatatan pada setiap hari
kerja pada setiap lokasi pondasi sumuran.
 Catatan penyimpangan atau kondisi seketika yang dapat
mempengaruhi mutu, harus dicatat pada kolom catatan yang telah
disediakan.
b. Ketentuan Bahan
 Bahan dinding sumuran harus sesuai dengan gambar kerja. Dinding
sumuran dibuat dari beton bertulang. Pekerjaan beton dan baja
tulangan harus memenuhi ketenyuan yang disyaratkan. Kecuali
tidak di jelaskan dalam gambar rencana, maka mutu beton adala fc’
20 Mpa atau K250 dan mutu baja BJ 24.
 Bahan pengisi pondasi sumuran harus sesuai dengan gambar
rencana, kecuali jika ditunjukkan lain dalam gambar, maka bahan
pengisi pondasi sumuran adalah beton siklop.
 Beton siklop. Pengecoran beton siklop terdiri dari campurab beton
kelas fc’ 15 Mpa atau K175 dengan batu – batu pecah ukuran besar
(maksimum 25cm). Batu – batu ini diletakkan dengan hati-hati,
tidak boleh dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan
secara berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak bentuk acuan
pada pasangan-pasangan lain yang berdekatan. Semua batu – batu
pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume total

14-9
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume


pekerjaan batu siklop.
c. Ketentuan dinding
 Unit beton pracetak harus dicor pada landasan pengecoran yang
sebagaimana mestinya.
 Cetakan harus memenuhi garis dan elevasi yang tepat dan terbuat
dari logam
 Cetakan harus kedap air dan tidak boleh dibuka paling sedikit 3 hari
setelah pengecoran
 Unit beton pracetak yabg telah selesai dikerjakan harus bebas dari
segregasi, keropos, atau cacat lainnya dan harus memenuhi dimensi
yang disyaratkan.
d. Ketentuan Dinding Sumuran Cor di tempat
 Cetakan untuk dinding sumuran yang dicor di tempat harus
memenuhi garis dan elevasi yang tepat, kedap air dan tidak boleh
dibuka paling sedikit tiga hari setelah pengecoran.
 Beton harus di cor dan dirawat sesuai dengan ketentuan dan
spesifikasi ini.
 Penurunan tidak boleh dimulai paling sedikit tujuh hari setelah
pengecoran atau sampai pengujian menunjukan bahwa beton telah
mencapai dari kuat tekan minimum yang disyaratkan.
e. Pengawasan Pekerjaan Pondasi Sumuran
1. Persiapan
 Konsultan supervisi harus melakukan pengecekan kesesuaian
kesiapan bahan, peralatan, tenaga kerja, metoda kerja dan
gambar kerja.
 Harus dipastikan penanggung jawab kegiatan telah ditetapkan
dan berada di lokasi kegiatan.
 Referensi seperti patok-patok ketinggian telah dipasang dan
sesuai.

14-10
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

 Penyedia pekerjaan konstruksi menyediakan petugas


penanganan lingkungan.
 Penyedia jasa harus menyediakan rambu jalan atau
perlengkapan penanganan lalu lintas.
 Pengendalian keselamatan
a. Penyedia jasa (kontraktor) menyediakan petugas
pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. Dalam melaksanakan pembuatan pondasi sumuran,
standar keselamatan yang tinggi harus digunakan untuk
para pekerja dengan ketat mematuhi undang-undang dan
peraturan yang berkaitan.
2. Penyiapan Formasi
 Tanah dasar sebagai landasan dinding sumuran sebelum
penggalian merupakan dasar pondasi telapak (botom footing)
disiapkan dengan elevasi sesuai dengan gambar.
 Penandaan titik pusat untuk memastikan posisi pondasi
sumuran.
3. Penempatan Dinding Sumuran
 Apabila beton pracetak yang pertama dibuat telah diturunkan,
beton pracetak berikutnya harus dipasang di atasnya dan
disambung sebagaimana mestinya dengan adukan semen untuk
memperoleh kekakuan dan stabilitas yang diperlukan.
 Penurunan dapat dilanjutkan 24 jam setelah penyambungan
selesai dikerjakan.
 Penurunan tidak boleh dimulai paling sedikit tujuh hari setelah
pengecoran atau sampai pengujian menunjukkan bahwa beton
telah mencapai kuat tekan minimun yang disayaratkan.
4. Galian dan Penurunan
 Penggalian hanya boleh dilanjutkan apabila penurunan telah
dilaksanakan dengan tepat dengan memperhatikan
pelaksanaan dan kondisi tanah.

14-11
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

 Gangguan, penggeseran dan goncangan pada dinding sumuran


harus dihindarkan selama proses penggalian.
 Dinding sumuran umumnya diturunkan dengan cara akibat
beratnya sendiri, dengan menggunakan beban berlapis
(superimposed loads), dan mengurangi ketahanan geser
(frictional resistance).
5. Sumbatan Dasar Sumuran
 Pengecoran beton dalam air umumnya harus dilaksanakan
dengan cara tremie atau pompa beton setelah yakin bahwa
tidak terdapat fluktuasi muka air dalam sumuran.
 Air dalam sumuran umumnya tidak boleh dikeluarkan setelah
pengecoran beton untuk sumbat dasar sumuran.
6. Pengisian Sumuran
Yang dicorkan diatas lapisan beton kedap air mutu fc’ 25 Mpa atau
K300 dengan tebal minimum 150 mm. Sumuran harus diisi dengan
beton siklop fc’ 15 Mpa atau K175 sampai elevasi satu meter
dibawah pondasi telapak. Sisa satu meter tersebut harus diisi
dengan beton fc’ 20 Mpa atau K250, atau sebagaimana yang
ditunjukan dalam gambar.
f. Pengendalian Mutu Pekerjaan Pondasi Sumuran
Untuk memperoleh hasil pekerjaan struktur yang sesuai dengan standar
dan dapat dipertanggung jawabkan, maka mutu bahan untuk struktur
dan finishing harus sesuai dengan standar kualitas yang telah
ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu dilakukan
kegiatan pengawasan dan pengendalian mutu yang meliputi pemilihan
bahan, pengujian berkala, cara pelaksanaan, perawatan, dan
pemeliharaannya.

Mutu beton yang tercakup dalam spesifikasi teknik ini :


 Mutu tinggi 35-65 MPa atau K 400-800 kg/cm2 untuk beton
prategang seperti tiang pancang, gelagar, plat

14-12
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

 Mutu sedang 20 – < 35 MPa atau K 250 – < K 400 Kg/cm2 untuk
beton bertulang, lantai beton jembatan rangka baja, gelagar beton,
diafragma, kerb beton pracetak, gorong-gorong
 Mutu rendah 15-< 20 MPa atau K 175- < K 250 kg/cm2 untuk
struktur beton tanpa tulangan seperti siklop, trotoar, pasangan batu
kosong
 Mutu rendah 10-< 15 MPa atau K 125-< K 175 kg/cm2 untuk lantai
kerja, penimbunan kembali dengan beton
g. Bagan Alir Pengawasan Pekerjaan Pondasi Sumuran (Caisson)

MULAI

PERSIAPAN

PENYIAPAN
FORMASI

PENEMPATAN
DINDING SUMURAN

GALIAN DAN
PENURUNAN

PENYUMBATAN
DASAR SUMURAN

PENGISIAN SUMURAN

PENANGANAN BAGIAN
ATAS SUMURAN

SELESAI

14-13
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

14.4 PONDASI DALAM


14.4.1 Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang (file foundation) adalah bagian dari struktur yang
digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur
atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu.
Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah
yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton.
Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, di bor atau di dongkrak
ke dalam tanah dan dihubungkan dengan Pile cap (poer). Tergantung juga pada
tipe tanah, material dan karakteistik penyebaran beban tiang pancang di
klasifikasikan berbeda-beda.
a. Jenis dan Material
Paralatan yang digunakan untuk pemancangan tiang baja, beton atau kayu
pada dasarnya sama. Umumnya, peralatan dasar terdiri atas:
 Kerangka tiang pancang untuk menyangga (menopang) pemandu (leader).
 Pemandu untuk menyangga tiang pancang dan memberi arah pada waktu
pemancangan
 Penumbuk dari jenis jatuh bebas, uap atau udara bertekanan atau tenaga
diesel
 Topi tiang (helmet) yang juga diarahkan, untuk memindahkan pukulan
penumbuk pada tiang
 Katrol atau crane untuk mengangkat tiang pada posisinya dan mengangkat
penumbuk.
b. Pengawasan Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang
1. Tahap Persiapan
 Cek ulang lokasi kegiatan sesuai dengan gambar kerja
 Cek semua peralatan pemancangan dan kalibrasinya
 Cek ulang kesiapan tenaga kerja, jumlah dan kualifikasinya
 Tidak ada perubahan kesiapan kerja yang diajukan
 Ada penanggung jawab dari penyedia jasa untuk semua kegiatan dan
untuk mengatasi kondisi kejadian khusus.

14-14
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

 Adanya pengendalian keselamatan kerja


 Ada kesiapan penanganan lingkungan
 Penetapan titik referensi untuk elevasi pemancangan tiang pancang
 Tentukan lokasi titik tiang pancang yang akan dipancang
 Adanya pengajuan kesiapan kerja
 Cek utilitas bawah tanah tidak terganggu oleh pemancangan
 Cek gangguan polusi udara dan suara terhadap pemukiman dengan jarak
kurang dari 200m.
2. Tahap Penempatan dan Penyetelan Tiang Pancang
 Cek ketersediaan tiang pancang sudah ada dilapangan
 Cek penempatan tiang pancang/ posisi pemancangan sesuai gambar
kerja dengan kemiringan dan kelandaian yang telah ditetapkan dengan
menggunakan pemandu
 Cek penempatan alat pancang diatas ponton harus pada posisi ketika
pemancangan tiang pancang dilakuka, bila pemancangan dilakukan
diatas perairan
 Ada alat keselamatan kerja pada unit mesin pancang dan alat pemadam
kebakaran medium sesuai kebutuhan
 Posisi tiang pancang pada penghantar tiang pancang dan palu akan
dapat bebas bergerak dapa pengantar tiang
 Posisi tiang pancang vertikal dan horizontal tidak berubah arah dan
tidak melampaui batas toleransi, 75 mm dalam segala arah horizontal
 Palu, topi baja, bantalan topi, katrol dan tiang pancang harus
mempunyai sumbu yang sama (centris) dengan tiang pancang termasuk
tiang pancang miring.
3. Tahap Pemancangan
 Titik pengangkatan tiang pancang pada titik seperempat panjangnya
atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
 Penumbukan awal dilakukan dengan palu jatuh bebas

14-15
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

 Cek penurunan tiang pancang setiappukulan palu, untuk mengetahui


apakah penurunan normal atau tidak
 Grafik kalendering di pasang pada badan tiang pancang dan kalendering
dilakukan pada 150m menjelang akhir pemancangan selesai sesuai
panjang tiang yang dipancang menurut gambar
 Catat bila ada kejadian khusus seperti penurunan yang tiba-tiba
(settlement)
 Catat semua kejadian khusus yang terjadi pada saat pemncangan
 Catatan pemancangan harus lengkap sesuai dengan spesifikasi umum
 Cek kedalaman setiap tiang pancang yang masuk kedalam tanah
 Cek jumlah panjang pemancangan dibawah air bilamana ada.
4. Tahap Pemantauan Proses
Pantau proses pemancangan selama waktu pemancangan untuk
mendeteksi terjadinya kelainan seperti:
 Inkonsistensi penetrasi
 Tiang pancang yang naik
 Tiang pancang cacat
 Perbaikan posisi selama pemancangan
 Tindak lanjut tiang pancang yang kalending nya belum tercapai
5. Tahap Evaluasi Hasil Pemancangan
Evaluasi hasil pemancangan setiap tiang pancang tergadap:
 Kedalaman pemancangan
 Penetrasi pada 150 mm dari akhir pemancangan minimal 3 mm untuk
setiap pukulan
 Posisi vertikal dan horizontal tiang pancang.
6. Tahap Perbaikan
 Cek semua kerusakan atau cacat dalam (internal) tiang pancang,
ketidaksesuaian posisi dan elevasi yang ditunjukkan dalam gambar
 Tiang pancang yang tidak memenuhi syarat atau cacat dan tidak dapat
diterima oleh direksi pekerjaan dan harus diperbaiki sehingga
memenuhi ketentuan oleh penyedia jasa atas biaya sendiri.

14-16
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

 Cek perbaikan seperti yang ditentukan oleh direksi pekerjaan akan


mencakup dan tidak terbatas.
 Perbaikan kembali tiang pancang yang rusak dan penggantian atau
pemancangan tiang baru
 Pemancangan tiang kedua sepanjang sisi tiang pancang yang cacat
atau pendek.
7. Tahap Pelaporan
 Cek laporan yang meliputi dokumen:
 Gambar denah pondasi
 Penampang lapisan tanah
 Gambar kerja dan detail tiang pancang
 Catatan pemancangan/ kalendering
 Spesifikasi alat pancang dan hammer
 Pemancangan Dengan Diesel Hammer
Dimana proses pemancang tiang pancang dengan memberikan tekanan
beban secara Dinamik pada bagian ujung tiang dengan cara
menjatuhkan beban ke tiang pancang seperti dipukul secara berulang
ulang hingga penetrasi tiang pancang sudah maksimum.

 Pemancangan Dengan Hydraulic Jack


JACK-IN Pile adalah metode pemancangan dengan menggunakan Mesin
Pancang Hydraulic dimana proses pemancang tiang pancang dengan

14-17
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

memberikan tekanan beban secara STATIS (beban tetap, baik besarnya


(intensitasnya), titik bekerjanya dan arah garis kerjanya) pada tiang
pancang, penekanan/pemancangan tiang akan berhenti bila tiang telah
mencapai tanah keras aktual (bisa sesuai data sondir report dan bisa
juga kurang atau lebih dalam dari kedalaman sondir).

 Pemancangan dengan Jacking


Jack-in pile system merupakan suatu cara pemancangan tiang yang
pelaksanaannya dengan menekan tiang pancang ke dalam tanah dengan
menggunakan dongkrak hydraulic yang diberi beban counter weight
agar alat pancang tidak terangkat dan membantu memancang tiang
hingga tercapai daya dukung desainnya.
Kelebihan proses pemancangan menggunakan jack-in pile antara lain:
1) Tidak bising dan tidak menghasilkan polusi asap yang cukup berarti
bila dibandingkan dengan penggunaan diesel hammer.
2) Tidak menimbulkan getaran disekeliling lokasi pemancangan
sehingga aman untuk bangunan di sekitarnya.
3) Dengan menggunakan alat pancang dengan sistem jack-in pile ini
tidak mungkin terjadi keretakan pada kepala tiang dan juga tidak
mungkin terjadi necking (lekukan pada pondasi) seperti pada sistem
bored-pile.

14-18
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

4) Estimasi daya dukung tiang dapat langsung dilihat dari hasil bacaan
pressure gaugeyang ada pada alat jack-in pile, karena mesin jack-in
pile dilengkapi dengan pressure gauge (umunya dalam satuan MPa).
 Pemancangan dengan Preboring
Pekerjaan preboring sebelum pemancangan diperlukan apabila
berdasarkan hasil soil test terdapat lensa atau lapisan tanah
keras tipis yang tidak memungkinkan dijadikan tumpuan ujung
tiang pancang (end bearing), namun lensa tersebut tidak dapat
ditembus dengan pemancangan langsung sehingga diperlukan
proses preboring untuk melubangi lensa tersebut agar dapat
ditembus tiang pancang saat pemancangan, dan didapatkan
kedalaman tiang pancang sesuai dengan perencanaan pondasi
tiang pancang. Setelah proses preboring mencapai kedalaman
lensa dan dipastikan lensa tersebut sudah ditembus mata bor
maka pengeboran dihentikan sampai menembus lensa.
Selanjutnya dilakukan proses pemancangan.

c. Pemilihan Berat Jatuh Hammer


Pada pekerjaan pemancangan tiang pancang beton precast yang berat ke
dalam lapisan tanah yang padat seperti pada stiff clay, compact gravel dan
sebagainya maka akan sesuai bila kita pilih alat pancang yang mempunyai :
 Berat penumbuk (hammer) yang besar.

14-19
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

 Tinggi jatuh pendek.


 Kecepatan hammer yang rendah pada saat hammer menimpa tiang
pancang.
Dengan keadaan alat pancang seperti di atas akan diperoleh lebih banyak
energi yang disalurkan pada penurunan tiang pancang dan mengurangi
kerusakan-kerusakan pada kepala tiang pancang akibat pemancangan. Type
alat pancang yang sesuai dengan pekerjaan ini adalah type Single – Acting
Hammer.
Bila pada pemancangan tiang pancang yang ringan atau tiang pipa pada tanah
padat akan sesuai bila dipergunakan “Double – Acting Hammer”. Dengan alat
ini maka kecepatan penumbukan tiang pancang akan lebih cepat bila
dibandingkan dengan alat pancang lain. Dengan demikian akan mempercepat
waktu pemancangan.
Pada pemancangan tiang-tiang pancang dan baja yang berbentuk pipa tipis
sering terjadi pipa tersebut rusak sebelum mencapai kedalaman yang
direncankan, hal ini dapat dihindari dengan:
 Menggunakan hammer yang lebih ringan
 Memperpanjang waktu penumbukan
 Memperlebar jarak tiang (Spacing)
Waktu yang diperlukan untuk pemancangan adalah merupakan faktor yang
penting dalam pekerjaan pemancangan tiang pancang. Misalnya saja waktu
pemancangan yang diperlukan untuk pemancangan tiang dengan alat pancang
drop – hammer relatif lebih lama jika dibandingkan dengan alat-alat pancang
type lain. Jadi jelaslah bahwa pemilihan type alat pancang sangat besar
pengaruhnya pada perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan pemancangan
tiang pancang. PEmilihan berat penumbuk (hammer) tergantung pada berat
tiang pancang yang akan dipancang.
d. Pengujian Kinerja Metode Pemancangan
Kalendering
Secara umum kalendering digunakan pada pekerjaan pemancangan tiang
pancang (beton maupun pipa baja) untuk mengetahui daya dukung tanah

14-20
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

secara empiris melalui perhitungan yang dihasilkan oleh proses pemukulan alat
pancang. Alat pancang disini bisa berupa diesel hammer maupun hydraulic
hammer. Biasanya kalendering dalam proses pemancangan tiang pancang
merupakan item wajib yang harus dilaksanakan dan menjadikan laporan untuk
proyek. Sebagai tambahan selain kalendering dilakukan pengecekan dengan
PDA test. Perhitungan kalendering menghasilkan output yang berupa daya
dukung tanah dalam Ton.
Sebelum dilaksanakan kalendering basanya juga dilakukan monitoring
pemukulan saat pemancangan yaitu untuk mengetahui jumlah pukulan tiap
meter dan total sebagai salah satu benuk data yang dilampirkan beserta
hitungan kalendering. Untuk itu sebelumnya tiang pancang yang akan
dipancang diberikan skala terlebih dahulu tiap meternya menggunakan
penanda misalnya cat semprot / philox. Untuk mengitungnya
disediakanterlebih dahulu counter agar mudah dalam menghitung jumlah
pukulan tiap meter dan totalnya.
Sebenarnya metode pelaksanaan kalendering hanyalah sederhana. Alat yang
disediakan cukup spidol, kertas milimeterblock, selotip, dan kayu pengarah
spidol agar selalu pada posisinya. Alat tersebut biasanya juga telah disediakan
oleh subkon pancang. Dan pelaksanannya pun merupakan bagian dari kontrak
pemancangan. Pelaksanaanya dilakukan pada saat 10 pukulan terakhir. Kapan
saat dilaksanakan kalendering adalah saat hampir mendekati top pile yang
disyaratkan, Final Set 3 cm untuk 10 pukulan terakhir, atau bisa dilihat dari data
bore log. Sebenarnya ada beberapa faktor lain tergantung kondisi dilapangan.
Tahapan pelaksanaanya yaitu :
I. Saat kalendering telah ditentukan dihentikan pemukulannya oleh hammer
II. Memasang kertas millimeter block pada tiang pancang menggunakan
selotip
III. Menyiapkan spidol yang ditumpu pada kayu, kemudian menempelkan
ujung spidol pada kertas millimeter
IV. Menjalankan pemukulan

14-21
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

V. Satu orang melakukan kalendering dan satu orang mengawasi serta


menghitung jumlah pukulan
VI. Setelah 10 pukulan kertas millimeter diambil
VII. Tahap ini bisa dilakukan 2-3kali agar memperoleh grafik yang bagus
VIII. Usahakan kertas bersih, karena kalau menggunakan diesel hammer
biasanya kena oli dan grafiknya jadi kurang valid karena tertutup oli.
IX. Setelah tahapan selesai hasil kalendering ditanda tangani kontraktor,
pengawas, dan direksi lapangan untuk selanjutnya dihitung daya
dukungnya.
PDA (Pile Driving Analyzer) Test
PDA Test termasuk salah satu jenis pengujian dinamik dengan menggunakan
metoda wave analysis dan sering disebut dengan re-strike test sesuai dengan sifat
pengujiannya yang melakukan re-strike atau pemukulan ulang pondasi tiang yang
diuji.
Analisa data PDA dilakukan dengan prosedur Case Method, yang meliputi
pengukuran data kecepatan (velocity) dan gaya (force) selama pelaksanaan
pengujian (re-strike) dan perhitungan variabel dinamik secara real time untuk
mendapatkan gambaran tentang daya dukung pondasi tiang tunggal.
Dari PDA Test dengan menggunakan "Case Method" kita akan dapat mengetahui :
 daya dukung pondasi tiang tunggal
 integritas atau keutuhan tiang dan sambungan
 efisiensi dari transfer energi pukulan hammer/alat pancang

14-22
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

e. Bagan Alir Pengawasan Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang

MULAI

PERSIAPAN
-TIANG PANCANG

- ALAT PANCANG

PENEMPATAN
DAN PENYETELAN
TIANG PANCANG

PEMANCANGAN

-Tiang Pancang Lainnya Naik


PEMANTAUAN
-Tiang Pancang Cacat
PROSES
-Inkonsistensi Penetrasi

EVALUASI HASIL
PEMANCANGAN

PERBAIKAN DAN SESUAI?


TINDAK LANJUT
TIDAK

PELAPORAN

SELESAI

14.4.2 Pondasi Tiang Bor (Bor Pile)


Pondasi Bore Pile adalah jenis pondasi dalam yang mempunyai bentuk seperti
tabung memanjang yang terdiri dari campuran beton dengan besi bertulang
dengan dimensi diameter tertentu yang dipasang didalam tanah dengan
menggunakan metode pengeboran dengan instalasi pemasangan besi setempat
serta pengecoran beton setempat.

14-23
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

Panjang tiang pondasi bore pile harus sampai pada kedalaman dengan tingkat
kekerasan daya dukung tanah yang disyaratkan untuk pondasi dasar konstruksi
bangunan.
a. Jenis dan Material
Material yang dipakai untuk pondasi tiang bor hampir sama dengan
penggunaan material atau alat dan bahan yang digunakan oleh pondasi tiang
pancang yang lain. Tetapi ada dua cara untuk melakukan pengeboran tanah
yang akan digunakan untuk pondasi bor pile.
 Peralatan Rotary
Rotary drilling machine atau mesin bor putar adalah metode pemboran
yang menggunakan aksi putaran untuk melakukan Penetrasi terhadap
batuan. Pada mesin bor putar lubang bor dibentuk dari pemboran dengan
mekanisme putar dan disertai pembebanan.

Meja Putar, dipasang diatas lantai bor di dalamnya terdapat master


bushing. Pada master bushing terdapat box yang dimasuki oleh pin dari kelly
bushing. Sehingga bila rotary table berputar, master bushing berputar, dan
kelly bushing akan berputar.

Alat ini dipasang pada lantai bor dan posisi tegak lurus dengan traveling
block. Bagian tengah dari rotary table terdapat lubang, dan master bushing
dipasang di dalamnya. Rotary table harus dibersihkan dari lumpur yang
tercecer, agar operator lantai bor tidak terpeleset pada waktu bekerja di
lantai bor. Pembersihannya dilakukan dengan semprotan air. Ukuran dan
kapasitas beban rotary table berkisar antara 100 sampai 600 ton.

14-24
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

Kecepatan putaran pengeboran berkisar antara 35 sampai 200 putaran permenit


searah jarum jam. Kecepatan diatur oleh Driller, tergantung pada tipe mata bor
yang dipakai dan lapisan yang ditembus. Sistem penyaluran tenaga ke meja putar
melalui dua cara yaitu :
– Melalui rantai penggerak ke “Drawwork”, meja pemutar digerakkan dengan
sistem transmisi rantai, yang digerakkan oleh gigi gear (sprocket) di drawwork.
Dapat dilihat pada
– Hubungan langsung dengan penggerak mula (prime mover independent
drive).

Bantalan Utama adalah alat yang dapat dilepasdan diganti dengan ukuran yang
sesuai dengan lubang pada meja pemutar dan kebutuhan operasi. Alat ini menjadi
tempat kedudukan salah satu dari dua alat-alat perlengkapan pemutar yaitu kelly
bushing atau rotary slip. Kelly dimasukkan melalui bantalan kelly, bantalan utama
dan meja putar. Kemudian tenaga putar (gerakan berputar) diteruskan dari meja
pemutar ke kelly dan batang bor dibawahnya.
Apabila slips pemutar dimasukkan kedalam bantalan utama, akan dapat dipakai
untuk menggantung batang bor pada saat penambahan atau pengurangan bagian-
bagian dari batang bor. Dapat menahan karena memiliki gigi-gigi yang tajam dan
bentuk yang tirus (dies). Rotary slips disisipkan kedalam bantalan utama sekeliling
batang bor sehingga batang bor tergantung bebas didalam sumur bor. Ada dua
tipe dasar dari master bushing (bantalan utama), yaitu : tipe utuh (solid) dan tipe
dua bagian atau tipe terbelah (split).

14-25
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

Kelly bushing ini adalah alat yang dipasang masuk ke dalam master bushing untuk
menyalurkan gaya putar pada kelly dan batang bor sewaktu mengebor sumur bor
(lubang). Lubang pada kelly bushing ini berbentuk sama dengan bentuk kelly yang
dipakai persegi, segitiga atau segi enam. Ada dua tipe dasar dari bantalan-bantalan
kelly :
– Pin Drive : Mempunyai empat pin yang dimasukkan kedalam bagian atas dari
master bushing.
– Square Drive : Mempunyai penggerak tunggal berbentuk segi empat yang
dimasukkan kedalam master bushing.

Rotary slip adalah alat untuk menggantung rangkaian pengeboran pada rotary
table disaat Kelly dilepas, untuk menambah drillpipe yang baru. Rotary slip juga
digunakan untuk menggantung rangkaian pengeboran pada rotary table di saat
mencabut rangkaian pengeboran dari lubang. Rotary slip memegang tool joint drill
pipe saat digantung pada rotary table. Dies dari rotary slip menggigit tool joint drill
pipe. Sebelum digunakan dies dari rotary hose harus dibersihkan dari pasir, dan
diperiksa kondisinya.

14-26
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

Slip Bowl adalah bantalan pengisi dari logam yang diletakkan didalam master
bushing untuk mengatur atau menyesuaikan ukuran pipa dan slip yang dipakai yang
berubah-ubah menurut keperluannya.

Safety clamp digunakan saat menahan drill collar, dimana drill collar yang tidak
punya tool joint. Untuk menahan /menggantungkan drill collar, rotary slip harus
dibantu dengan safety clamp yang dipasang di atasnya.

14-27
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

Rotary tong adalah kunci-kunci besar yang digantung diatas lantai rig dekat meja
putar, yang dipasang pada bagian-bagian dari batang bor, baik untuk menyambung
maupun melepas sambungan. Kunci tersebut adalah break out tong atau lead tong
dan make up tong atau back up tong.

Kelly spinner di pasang pada bagian bawah dari swivel stem. Alat ini dipakai untuk
menyambung kelly dengan pipa bor secara cepat di dalam rat hole (lubang tempat
menyimpan dan memasang atau membongkar rangkaian pipa).

 Sistem Hidrolik dan Mekanik


Pengeboran tanah dengan menggunakan sistem hidrolik adalah mempunyai
beberaoa keuntungan, diantaranya ialah:
 Sangat sedikit getaran atau bahkan hampir tidak ada getaran
 Suara bising akibat pukulan hammer juga tidak ada karena menggunakan
sistem hidrolik.

14-28
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

b. Pengawasan Pekerjaan Bor Pile


 Metode Kering
Pelaksanaan bor kering / dry drilling yaitu penggalian tanah dengan cara
pengeboran sesuai dimensi diameter yang telah ditentukan perencana
yang nantinya akan diisi besi tulangan yang sudah di rakit/instal kemudian
di lakukan pengecoran beton di tempat. Metode pelaksanaan bor kering
/ dry drilling sering di gunakan ketika kedalaman bor pile yang dibutuhkan
tidak melewati batas level air tanah setempat dan maksimal diameter
hanya 40cm dengan bor minicrane.
Cara Bor pile kering yaitu pengalian tanah dengan tanah dibor dengan
mesin bor minicrane dan mata bor yang digunakan yaitu jenis
spiral/auger dan diputar searah jarum jam dengan bantuan tenaga listrik
dari gensead 380volt yang di alirkan ke dalam elektro motor 15hp dan
gearbox type wpx 155 rasio 1:30 sehingga menjadi rankaian pemutar pipa
batang bor sebagai pemutar mata bornya. Dalam pengeboran bor kering
dilakukan secara bertahap yaitu setiap pengeboran 0.5meter kedalaman
atau setelah sekiranya mata bor auger telah terisi penuh oleh limbah
pengeboran berupa tanah harus diangkat dan dibuang terlebih dahulu.
Pengankatan mata bor di bantu dengan gerakan dessel power winch - / +
2ton.

14-29
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

Limbah pengeboran yang dihasilkan setiap pengangkatan berupa tanah


dan di buang disamping luabang bor yang sekiranya tidak mengganggu
proses pengeboran titik selanjutnya. Proses pengeboran ini di lakukan
berulang-ulang sampai mendapatkan kedalaman sesuai perencanaan bor
pile yang telah di tentukan untuk pondasi bangunan tersebut. Jika
kedalaman lubang sudah mencapai perencanaan maka tahap selanjutya
yaitu pemasangan besi tulangan yang sudah di rakit / instal . Besi di
angkat/ tarik dengan tali seling dengan bantuan dessel power winch dan
dimasukan ke dalam lubang bor yang sudah siap secara hati-hati agar tidak
terlalu banyak singgungan dengan dinding lubang bor untuk mengindari
kerusakan.

 Metode Basah
Pengeboran dengan sistem bor basah / wash boring : Tanah di bor dengan
menggunakan mata bor cross bit yang memiliki kecepatan putar 375 rpm
dan tekanan +/- 200 kg. Jika tanah dalam keadaan mudah runtuh dapat
diberi chasing terlebih dahulu untuk menghindari kelongsoran dinding
lubang hasil pengeboran. Pengikisan tanah dibantu dengan tembakan air
lewat lubang stang bor yang dihasilkan dari pompa. Hal ini menyebabkan
tanah yang terkikis menjadi lumpur dan terdorong keluar dari lubang.
Setelah mencapai kedalaman sesuai rencana, pengeboran dihentikan,
sementara mata bor dibiarkan berputar tetapi beban penekanan
dihentikan dan air sirkulasi tetap mengalir terus sampai serpihan tanah
terdorong keluar dari lubang seluruhnya. Selama pembersihan ini
berlangsung, baja tulangan dan pipa tremi sudah disiapkan di dekat lubang
bor. Setelah cukup bersih, stang bor diangkat dari lubang bor. Dengan
bersihnya lubang pengecoran akan mendapatkan hasil yang terbaik.
 Metode Dengan Menggunakan Casing
1. Temporary Casing
Setelah dilakukan pengeboran awal, kemudian dilakukan pemasangan
temporary casing dengan bantuan crane untuk menyesuaikan posisi
casing tersebut.
14-30
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

Temporary casing ini dilengkapi dengan dua lubang pada kiri dan
kanannya yang berfungsi sebagai tempat pengait crane masuk. Setelah
temporary casing dipasang, kemudian pengeboran dilanjutkan hingga
kedalam yang sesuai rencana atau pengeboran hingga mencapai tanah
keras. Setelah itu dilakukan pengecoran. Setelah pengecoran selesai,
dilakukan pencabutan casing sementara (temporary casing) dengan
cara mengaitkan lubang pada kedua sisi casingdengan pengunci pada
crane, kemudian diangkat dengan hati-hati agar posisi casing tidak
miring saat dicabut, dan proses pengecoran Bore Pile pun selesai.
2. Permanently Casing
Proses metode dengan permanent casing hampir sama dengan metode
temporary casing, hanya saja untuk pekerjaan bor pile dengan
menggunakan permanent casing, casing tersebut tidak diangkat
kembali tapi dibiarkan didalam tanah.
c. Pengawasan Pekerjaan Penulangan Tiang Bor
Pemasangan dan pembengkokan tulangan harus sedemikian rupa sehingga
posisi dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami
perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran berlangsung.
Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan SKSNI 03.2847.2002.
Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan
persyaratan SKSNI 03.2847.2002 atau A.C.I 315.
d. Pengawasan Pekerjaan Pengecoran Tiang Bor
Untuk memisahkan beton dari lumpur limbah pengboran pada awal
pengecoran, maka harus dinggunakan kantong plastik yang diisi beton dan
diikat dengan tali kawat bendrat dan digantung dibagian dalam lubang tremi
sekitar satu sampai dua meter kebawah dari corong tremi.
Setelah persiapan pengecoran selesai, beton slump 18+-2cm ditampung
didalam corong tremi dan ditahan oleh bola plastik yang telah dipasang
sebelumnya, setelah cukup penuh bola kantong plastik dilepas sehingga beton
mendorong lumpur yang berada didalam lubang tremi.

14-31
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

Pengecoran dilakukan secara terus-menerus untuk menghidari kemacetan pada


pipa tremi pada saat pengecoran bor pile. Dengan sistem tremi ini pengecoran
dimulai dari dasar lubang dengan mendorong air / lumpur dari bawah menuju
keluar lubang melewati luar pipa tremi. Setelah pipa tremi penuh dan ujung
pipa tremie tertanam beton sehingga beton tidak dapat mengalir karena ada
tekanan dari bawah. Untuk memperlancar adukan beton didalam pipa tremi,
maka harus dilakukan hentakan-hentakan pada pipa tremi dengan mengayun
kpling power winch. Pipa tremi harus selalu tertanam di dalam adukan beton
dan pengisian di dalam corong harus dijaga terus menerus agar corong tidak
kosong. Pipa tremi dilepas setiap 3 meter akan tetapi ujung pipa di dalam harus
dalam keadaan tertanam di dalam beton.Pengecoran dihentikan setelah beton
yang naik ke permukaan telah bersih dari dari lumpur. Dalam tahap ini
pengecoran bor pile telah selesai dan menunggu kering maksimal baru bisa
dikerjaakan tahap pekerjaan selanjutnya.

e. Kontrol Kualitas dalam Pekerjaan Bor Pile


 CSL (Cross-hole Sonic Logging)
Crosshole Sonic Logging (CSL) merupakan suatu teknik yang paling akurat
untuk menilai integritas suatu pondasi bangunan yang terbuat dari beton.
Biasanya, metode Crosshole Sonic Logging atau CSL Test ini digunakan
untuk menentukan kualitas suatu tempat untuk dijadikan poros
pengeboran (drilled shafts). Dengan teknik CSL ini maka kondisi beton

14-32
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

pondasi apakah mengalami cacat (penggumpalan tanah, void, dll) atau


tidak.
Metode Crosshole Sonic Logging dapat mendeteksi luas, sifat, kedalaman,
dan lokasi lateral yang mengalami cacat. Metode ini biasanya dilakukan
menggunakan tabung akses (tabung PVC atau baja) 1,5 inchi. Tabung ini
dipasang dengan cara diikat pada rebar cage, kemudian dimasukan ke
dalam shaft pada saat konstruksi.
Tabung ini diisi dengan air yang berfungsi sebagai media perantara,
kemudian sensor yang berupa transmitter dan receiver diturunkan.
Ketinggian kedua sensor ini harus sama agar hasil pengukuran yang didapat
bisa sesuai.

Prinsip kerja dari CSL test itu sendiri yaitu menggunakan gelombang sonic
dengan komponen 1 jenis transmitter dan 1 receiver yang nantinya ditarik
secara bersamaan pada jarak yang sama. Satu hal yang harus diperhatikan,
lubang untuk transmitter dan receiver harus diflushing dengan benar
sehingga tidak terjadi penyumbatan. Sensor transmitter dan receiver ini
memberikan hasil semua pengukuran ke data logger (komputer).
Semua prosedur diatas dilakukan berulang-ulang secara berkala, kemudian
hasil pengukuran dipetakan. Hasil yang didapatkan dari tabung akses
tersebut berupa data grafik yang nantinya bisa dianalisa untuk mengetahui
kondisi dan struktur beton pondasi.
Dalam melakukan CSL Test ini tentunya harus memiliki instrument yang
dibutuhkan dan tenaga ahli dalam bidang sipil. Jadi, bisa dibilang memang
membutuhkan keahlian khusus untuk melakukan metode ini.
14-33
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

 Piled Tomography
Piled Tomography adalah sebuah software baru untuk mengukur mutu tiang
pancang.
f. Bagan Alir Pengawasan Pekerjaan Tiang Bor

14-34
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

14.5 PENGUJIAN TIANG


14.5.1 Pengujian Aksial Tiang Dengan Metode Statik
a. Pengujian Dengan Metode Kentledge

 Pembacaan dilakukan terhadap waktu, beban dan pergerakan tiang pada


saat sebelum dan sesudah tahapan pembebanan diberikan atau dikurangi.
 Pada saat proses pemberian beban harus dipastikan bahwa tiang uji tidak
mengalami keruntuhan.
 Untuk itu dilakukan pembacaan tambahan untuk selang waktu maksimal
10 menit selama 30 menit pertama dan selang waktu tidak lebih dari 20
menit untuk setelah 30 menit pertama tersebut.
 Setelah beban total diberikan harus dipastikan pula bahwa tiang uji tidak
mengalami keruntuhan.
 Untuk itu dilakukan pembacaan tambahan untuk selang waktu maksimal
20 menit selama 2 jam pertama, selang waktu maksimal 1 jam untuk 10
jam berikutnya, serta tidak melewati selang waktu 2 jam untuk 12 jam
berikutnya.
 Jika keruntuhan terjadi, lakukan pembacaan sesegera mungkin sebelum
dilakukan pengurangan beban pertama.
 Selama proses pengurangan beban (unloading) lakukan pembacaan untuk
selang waktu tidak melewati 20 menit.
 Lakukan pembacaan terakhir pada saat 12 jam setelah seluruh beban
diangkat.

14-35
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

b. Pengujian Dengan Metode Reaction Pile


Kondisi tanah, jenis tiang dan kendala di lokasi pekerjaan membuat reaction
pile menjadi lebih ekonomis penggunaannya. Reaction pile bisa ditempatkan
disekitar tiang pondasi yang akan diuji dan hasil pengujian yang akan keluar
adalah kapasitas tarik dari hasil hal tersebut bisa terjadi karena reaksi tiang
yang dibebani oleh tumpukan balok.

14.5.2 Pengujian Aksial Tiang Metode Dinamik dengan PDA Test


 Melakukan survey tiang yang akan di uji
 Menentukan Lokasi pemasangan sensor idealnya 1.5x diameter dari kepala
tiang atau di sesuaikan dengan kondisi tiang di lapangan , jika menggunakan 2
Strain Transducer dan 2 Accelerometer maka harus di siapakan 2 lokasi
pemasangan sensor yang saling berhadapan dan , jika menggunakan 4 Strain
Transducer dan 4 Accelerometer maka harus di siapakan 4 lokasi pemasangan
sensor yang saling berhadapan
 Meratakan tempat untuk memasang sensor dengan menggunakan alat grinda
tangan dengan luas 10cm X 10cm ( tiang Cast In Place ), jumlah meratakan
tempat di sesuaikan dengan penggunaan sensor
 Membuat Mal ( tanda ) pada bagian tiang yang akan di lubangi dengan mal
yang telah di sesuaikan lubang nya dengan lubang pada sensor
 Melubangi tiang dengan alat bor tangan untuk membuat dudukan sensor ,
Lubang di sesuaikan dengan sensor yang di pakai , jumlah lubang di sesuaikan
dengan penggunaan sensor jika menggunakan 2 Strain Transducer dan 2
Accelerometer maka harus di siapakan 6 lubang dan , jika menggunakan 4
Strain Transducer dan 4 Accelerometer maka harus di siapakan 12 Lubang
 Setelah lubang selesai di buat , langkah selanjutnya adalah memasukkan dyna
set dengan ukuran ¼”x8mmx25mm , krmudian masukkan paku dyna set ke
dalam lubang dyna set dan berikan pukulan agar bagian dynaset mengikat
pada struktur beton
 Tempelkan sensor Transducer dan Accelrometer sesuai dengan posisi lubang
kemudian masukkan baut yang sudah terpasang dengan mur ( baut ukuran

14-36
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

¼”x200mm ) ke badan sensor dan lubang dyna set, kemudian kencangan


dengan kunci pas
 Pastikan semua sensor terpasang dengan benar dan kencang , Karna
kekncangan pemasangan sensor sangat berpengaruh pada data yang akan di
monitor
 Pasang pelindung sensor
 Sambungkan sensor ke main cable yang telah tersambung ke komputer PDA.

14.5.3 Pengujian Daya Dukung Lateral


Prosedur pembebanan dapat mengacu pada ASTM D-3966. Pada umumnya, cara
pemberian beban dilakukan secara bertahap dalam 8 tingkatan hingga 200% dari
beban rencana. Daya dukung lateral ijin diperoleh dengan mengacu pada gerakan
maksimum sebesar 6,25 mm, atau daya dukung ultimit ditentukan dari
perpotongan antara dua lengkung kurva hasil uji pembebanan lateral.

14-37
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

Perlu diketahuI bahwa kondisi kepala tiang pada saat pengujian adalah bebas
sedangkan di bawah pile cap kondisi kepala tiang adalah terjepit, sehingga
interpretasi daya dukung lateral yang dilakukan dengan cara
 Alat Uji Loading test Beban Lateral
Peralatan yang digunakan pada loading test beban lateral adalah:
 Reaction.
 Bearing plates, merupakan plat penghubung antara reaction dengan strut
dan strut dengan hydraulic cylinder.
 Hydraulic cylinder, diletakan antara strut dengan test pile.
 Test pile, plat yang diletakan diantara hydraulic cylinder dengan test pile.
 Dial gauge, merupakan alat pengukur yang diletakan di sebelah test pile
untuk mengukur pergeseran tiang yang terjadi akibat beban lateral.
 Reference beam, sebagai datum pembacaan dial gauge dan diletakkan
pada posisi tegak dan berada di atas pendukung yang kaku. Reference
beam ini tidak boleh mengalami perubahan selama pengukuran
berlangsung.

14.5.4 Kontrol Kualitas Keutuhan Tiang


Ada beberapa cara yang bisa kita gunakan untuk mengontrol kualitas dari
keutuhan tiang diantaranya ialah:
a. PDA Test
 Peralatan PDA Test
1. Pile Driving Analyzer (PDA)
2. Dua strain transducter
3. Dua acceleromater
4. Kabel penghubung
Peralatan dapat dimasukkan dalam kotak perjalanan yang cukup kuat.
Setiap set PDA dan perlengkapannya membutuhkan satu atau dua kotak
yatu berukuran sekitar 600 mm x 500 mm x 400 mm dengan berat sekitar
30 kg.

14-38
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

 Prosedur Pengujian PDA Test


Pengujian dinamis tiang didasarkan pada analisis gelombang satu dimensi
yang terjadi ketika tiang dipukul oleh palu.
Regangan dan percepatan selama pemancangan diukur mrnggunakan
strain transducer dan accelerometer. Dua buah strain transducer dan dua
buah accelerometer dipasang pada bagian atas dari tiang yang diuji (kira-
kira 1,5- z diameter dari kepala tiang).
Pemasangan kedua instrument pada setiap pengukuran dimaksudkan
untuk menjamin hasil rekaman yang baik dan pengukuran tambahan jika
salah satu instrument tidak bekerja dengan baik.
Pengukuran direkam oleh PDA dan dianalisis dengan ‘Case Method’ yang
sudah umum dikenal berdasarkan teori gelombang satu dimensi.

b. PIT (Piled Integrity Test)


PIT adalah pengujian integritas tiang dengan cara memberikan gelombang
impak regangan rendah pada kepala tiang dan kemudian memonitor respon
gelombang tersebut di kepala tiang. Prinsip pengujian PIT menggunakan teori
gelombang 1-D CASE. Pengujian PIT saat ini hanya dapat dilakukan pada tiang
beton saja, karena adanya limitasi ratio diameter terhadap panjang tiang dan
dilaksanakan merujuk pada ASTM D5882-07.
 Alat Uji PIT
1. Palu genggam yang terbuat dari bahan khusus
2. Sebuah akselerometer yang berpresisi tinggi yang dihubungkan dengan
komputer yang dilengkapi dengan penyesuai, penguat dan pen-digitasi-
an sinyal
 Pelaksanaan Uji PIT
Pengujian ini dilakukan pada saat tiang belum dihubungkan dengan
struktur di atasnya, berikut prosedur pengujian uji integritas tiang PIT :
1. Langkah awal adalah menghaluskan permukaan tiang yang akan diuji
pada bagian dimana akselorometer akan ditempatkan dan dimana
pukulan palu dilakukan.

14-39
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

2. Kemudian akselerometer dipasang/dilekatkan pada permukaan tiang


dan pukulan palu dilakukan. Pemukulan ini menimbulkan gelombang
tekan atau gelombang akustik beregangan kecil (low strain stress
wave). Rambatan gelombang tekan ini dibatasi oleh material tiang dan
keadaan disekelilingnya (dalam hal ini tanah).
3. Jika kedua media tersebut mempunyai karakteristik akustik yang sama
maka gelombang yang timbul akan terpencar ke segala arah dan tidak
akan menimbulkan rambatan gelombang bidang/satu dimensi yang
berarti. Untungnya material tiang dan tanah pada umumnya
mempunyai sifat akustik yang sangat berbeda. Akselerasi gelombang
tekan yang ditangkap oleh akselerometer diteruskan ke komputer yang
akan mengintegrasi akselerasi terhadap waktu untuk memperoleh
sinyal kecepatan gelombang tekan.
4. Hasil dari uji ini berupa grafik gelombang tekan terhadap waktu (time
domain). Dengan memasukkan kecepatan gelombang tekan dan
mengalikannya dengan waktu rambat akan diperoleh kedalaman /
panjang tiang, sehingga hasil uji PIT berupa grafik kecepatan terhadap
panjang/kedalaman tiang yang seketika itu juga ditampilkan di mobitor
komputer. Pengujian pada satu tiang dilakukan beberapa kali
pemukulan sampai diperoleh grafik hasil uji yang konsisten.
5. Pada pelaksanaan pengujian pondasi, ahli geoteknik harus hadir dalam
pelaksanaan pengujian dan menandatangani laporan hasil pengujian
pondasi.

14-40
DRAFT PANDUAN PENGAWASAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)

Contents
14 PONDASI ............................................................................................................................ 14-1
14.1 UMUM ........................................................................................................................... 14-1
14.2 PONDASI DANGKAL ....................................................................................................... 14-2
14.2.1 Pondasi Pasangan Batu ......................................................................................... 14-2
14.2.2 Pondasi Campuran Beton ...................................................................................... 14-5
14.3 PONDASI SUMURAN (CAISSON) .................................................................................... 14-7
14.4 PONDASI DALAM ......................................................................................................... 14-14
14.4.1 Pondasi Tiang Pancang ........................................................................................ 14-14
14.4.2 Pondasi Tiang Bor (Bor Pile) ................................................................................ 14-23
14.5 PENGUJIAN TIANG ....................................................................................................... 14-35
14.5.1 Pengujian Aksial Tiang Dengan Metode Statik .................................................... 14-35
14.5.2 Pengujian Aksial Tiang Metode Dinamik dengan PDA Test ................................ 14-36
14.5.3 Pengujian Daya Dukung Lateral .......................................................................... 14-37
14.5.4 Kontrol Kualitas Keutuhan Tiang ......................................................................... 14-38

No table of figures entries found.

No table of figures entries found.

14-41

You might also like