You are on page 1of 3

C.

Pemikiran al-Ghazali tentang Adab Murid terhadap Guru

Dalam proses pendidikan yang berlangsung, tidak lepas dari interaction education (hubungan
antara murid dengan guru). Di mana seorang murid itu dalam menuntut ilmu bukan mencari
lembaga tetapi mencari guru, mengapa?
Karena seorang murid ini akan mengabdi kepada gurunya. Hubungan yang terjalin antara murid
dengan guru selalu intim, sebagaimana murid menghormati gurunya seperti seorang ayah dan
mematuhinya, bahkan dalam hal-hal pribadi yang tidak langsung berkaitan dengan
pendidikannya secara formal. Hubungan yang terjalin antara murid dan gurunya ini, akan
member pengaruh sikap dan kepribadian murid dalam kesehariannya, dan berhasil atau tidaknya
dalam mencapai cita-cita yang akan dicapainya dan manfaat atau tidaknya ilmu yang diprolehnya
selama belajar selama bersama syaihnya. Oleh karena itu al-Ghazali menjelaskan dalam kitab
Ihya ‘Ulumuddin nya, adab murid terhadap guru yang harus dimilikinya, supaya apa yang dicita-
citakan oleh murid akan berhasil dengan baik, dan adab murid terhadap guru antara lain:

1. Seorang Pelajar itu jangan menyombong dengan ilmunya dan jangan menentang gurunya.
Seorang murid hendaklah mendengarkan dengan baik semua nasehat-nasehat gurunya dan
mengindahkannya atau melaksanakan dalam kehidupan sehari yakni tindak tanduknya ketika
dalam menuntut ilmu supaya ilmu itu mendekat tidak menjauh demi mendapatkan ilmu yang
bermanfaat . Alangkah baiknya seorang pelajar ini, mematuhi dan melaksanakan segala nasehat,
perintah atau perkataan gurunya. Nasehat yang diberikannya bermanfaat bagi murid untuk
mencapai apa yang dicita-citakannya.
2. Tidaklah layak seorang pelajar menyombongkan terhadap gurunya, termasuk sebagian
daripada menyombong terhadap guru itu, ialah tidak mau belajar kecuali yang terkenal benar
keahliannya.
Dalam menuntut ilmu, janganlah memandang siapa yang menyampaikannya (guru) apakah ia
terkenal atau tidak, karena ilmu pengetahuan itu bagaikan barang yang hilang dari tangan
seorang mu’min, yang harus dipungut atau dicarinya dimana saja diperolehnya. Dan hendaklah
mengucapkan rasa terima kasih kepada siapa saja yang membawanya kepadanya.

3. Ilmu pengetahuan tidak tercapai selain dengan merendahkan diri dan penuh perhatian.
Sebagaimana seorang murid dalam menuntut ilmu, janganlah sifat tamak dalam (menginginkan
sesuatu yang belum semestinya), sebab hanya akan menghasilkan dirinya hina. Dan menjaga
sesuatu yang mengakibatkan ilmu beserta ahlinya menjadi hina, akan tetapi hendaklah tawaduk
(rendah hati), karena dengan tawaduk ilmu itu akan melekat dalam hati sehingga manusia yang
beradab/bermoral. Selain tawaduk, hendaklah murid mendengarkan keterangan guru dengan
penuh perhatian, supaya dapat menyerap seluruh yang disampaikan guru. Tiada yang menolong
kepada pemahaman selain dengan mempergunakan pendengaran dengan berhati-hati dan
sepenuh jiwa.

4. “Manakala guru itu menunjukkan jalan kepadanya hendaklah ditaati dan ditinggalkan
pendapat sendiri.”
Seorang pelajar hendaklah mentaati apa yang menjadi keputusan gurunya dalam menentukan
kurikulum, jangan mengikuti pendapat dan kehendaknya sendiri, karena guru lebih tahu
tingkatan-tingkatan pengetahuan yang harus diberikan kepadamu. Dari uraian di atas
menimbulkan beberapa adab yang sejalan dengan uraian tersebut yang telah disebutkan dalam
karangan beliau dalam kitab Bidayatul Bidayah yaitu : Jangan bertanya jika belum minta izin
lebih dahulu.

5. Seharusnya seorang pelajar itu, tunduk kepada gurunya, mengharap pahala dan kemuliaan
dengan berkhitmat kepadanya.
Seorang pelajar hendaknya mendengarkan keterangan gurunya, mengharapkan pahala dari guru
yakni mengharapkan keridha’an guru dengan tidak banyak bertanya sewaktu guru kelihatan
bosan atau kurang baik. Seorang guru dimanapun tetap akan ingat tugas guru diatas mempunyai
tujuan untuk menghargai dan menghormati dengan dihadapan mendapat ilmu pengetahuan yang
bermanfaat, karena seorang guru mepunyai tugas menyampaikan ilmu
6. Jika berkunjung kepada guru harus menghormati dan menyampaikan salam terlebih dahulu.
Menghormati guru merupakan salah satu sifat terpuji bahwa kewajiban seorang pelajar terhadap
guru untuk mencari kerelaan gurunya dalam memberi ilmunya, seperti dalam kitab adabul’alimi
wal muta’alim. Pelajar hendaknya duduk didepan guru dengan sopan (adab) seperti pelajar
memenuhi (meliputi dan merapatkan) pada kedua lututnya atau pelajar duduk seperti duduk
takhiyat.

7. Jangan berbicara jika tidak diajak bicara oleh guru.


Hubungan antara murid dengan guru dalam proses pendidikan yang berlangsung ini memang
harus terjalin dengan baik, tetapi ada batasbatasannya untuk menjaga kesopanan murid terhadap
ilmu,dan gurunya. dan ketika guru berfikir sesuatu maka pelajar tidak boleh bicara, yaitu
seperti aku berbicara atau seperti ini berpikir bagiku atau seperti fulan berkata.
Berbicara ditengah-tengah waktu guru berbicara atau berpikir sesuatu itu merupakan tindakan
yang kurang tepat, karena akan menghilangkan konsentrasi berpikir guru.

8. Jangan sekali-kali su’uzhon terhadap guru mengenai tindakan yang kelihatannya mungkar
atau tidak diridhai Allah menurut pandangan murid,sebab guru lebih mengerti rahasia-rahasia
yang terkandung dalam tindakannya.
Dalam belajar murid tidak boleh su’uzhon guru mengenai tindakan yang kelihatan munkar,
su’uzhon ini akan mengkibatkan ilmu yang akan diterima tidak sampai, sebab su’uzhon
merupakan penyakit hati, maka dari itu murid tidak boleh su’udhan terhadap gurunya, karena
tidak tahu rahasia dibalik itu.

9. Seorang pelajar hendahnya bersabar dalam menghadapi pelajaran dan konsekuen pada guru.
Sabar merupakan kunci dari keberhasilan mencapai cita-cita, maka murid hendak bersabar
menghadapi pelajaran yang dihadapinya, janganlah kamu sibuk dengan ilmu yang lain sebelum
kamu dapat menguasai dengan baik ilmu yang pertama tadi.

Para ahli pendidikan Islam masa kini juga telah sepakat bahwa maksud dari pengajaran dan
pendidikan bukanlah belum mengetahui tetapi maksudnya adalah mendidik akhlak dan jiwa
mereka, menanamkan rasa fadhillah (keutamaan), mempersiapkan mereka untuk sesuatu
kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur.
Jika hubungan antara anak dan orang tua, murid dan gurunya, tidak terjadi atau jarang, maka
kemungkinan besar pengajaran dan tujuan pendidikan tidak akan berhasil. Dengan inilah para
orang tua dan pendidikan harus memperhatikan dengan seksama sarana-sarana dan cara yang
positif agar ia mencintai anak-anak dan anak-anak mencintai mereka, saling membantu dan
berkasih sanyang sesamanya.
Dan apabila adab murid tersebut ada diri murid maka dia akan mencapai apa yang dicita-citakan,
tetapi apabila dalam hatinya tidak ada, maka ia tidak akan berhasil meskipun kelihatannya
berhasil, hal ini dapat dilihat pada tingkah lakunya sehari-hari.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa adab murid terhadap guru itu masih kondisional
dengan proses belajar mengajar dimasa sekarang meskipun ada juga yang tidak kondisional
apabila diterapkan di dalam proses belajar mengajar pada saat sekarang.
Adapun yang masih kondisional dalam proses belajar mengajar di masa sekarang adalah :
a. Seorang Pelajar itu jangan menyombong dengan ilmunya dan jangan menentang gurunya.
b. Tidaklah layak seorang pelajar menyombongkan terhadap gurunya, termasuk sebagian dari
pada menyombong terhadap guru itu, ialah tidak mau belajar kecuali yang terkenal benar
keahliannya.
c. Ilmu pengetahuan tidak tercapai selain dengan merendahkan diri dan penuh perhatian.
d. Manakala guru itu menunjukkan jalan kepadanya hendaklah ditaati dan ditinggalkan pendapat
sendiri.

e. Seharusnya seorang pelajar itu, tunduk kepada gurunya, mengharap pahala dan kemuliaan
dengan berkhitmat kepadanya.
f. Jika berkunjung kepada guru harus menghormati da menyampaikan salam terlebih dahulu.
g. Jangan berbicara jika tidak diajak bicara oleh guru,
h. Seorang pelajar hendahnya bersabar dalam menghadapi pelajaran dan konsekuen pada guru.
i. Jangan berbicara jika tidak diajak bicara oleh guru.
j.Jangan sekali-kali su’udhan terhadap guru mengenai tindakan yang kelihatannya mungkar atau
tidak diridhai Allah menurut pandangan murid, sebab guru lebih mengerti rahasia-rahasia yang
terkandung dalam tindakannya.

Adab-adab tersebut, masih kondisional dalam proses belajar mengajar di masa sekarang, karena
akan membantu dalam keberahasilan belajar murid untuk mencapai citacitanya.
Adapun adab murid terhadap guru yang tidak sesuai / tidak kondisional dimasa sekarang adalah :
a. Seorang pelajar tidak boleh banyak bertanya kepada gurunya sebelum waktunya. Adab ini
sudah tidak kondisional lagi digunakan dalam proses belajar mengajar, sebab dimasa sekarang
informasi tidak hanya diperoleh dari guru saja tapi bisa juga dari alat elektronika seperti radio,
televisi atau yang lain.

You might also like