You are on page 1of 6

Briyanto, dkk : Detergensi Natrium Dodesilbenzen Sulfonat Dengan Penambahan Natrium Tripolifosfat Dan

Variasi PH

DETERGENSI NATRIUM DODESILBENZEN SULFONAT


DENGAN PENAMBAHAN NATRIUM TRIPOLIFOSFAT DAN VARIASI PH

Briyanto*), Arnelli*), Ahmad Suseno*)


*)Kimia Fisik Jurusan Kimia Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK
Detergensi dapat ditingkatkan dengan penambahan natrium tripolifosfat dan mengatur pH
pada saat pencucian. Detergensi yang akan dipelajari adalah detergensi natrium dodesilbenzen sulfonat
hasil sintesis. Natrium dodesilbenzen sulfonat diperoleh dengan reaksi alkilasi, sulfonasi dan
netralisasi. Produk dianalisis menggunakan FTIR dan uji detergensi produk dilakukan dengan mencuci
kain katun dengan ukuran 10x10 cm yang telah dikotori dengan kotoran standar tanpa dan dengan
penambahan natrium tripolifosfat dan variasi pH. Produk sintesis yang diperoleh berupa kristal abu-
abu sebanyak 2,83 gram (rendemen 48,38 %). Pada uji detergensi, diperoleh bahwa daya detergensi
optimum dari natrium dodesilbenzen sulfonat pada penambahan 70% natrium tripolifosfat, semakin
bertambahnya pH, semakin meningkatkan detergensi dan maksimum pada pH = 11,5
Kata kunci : detergensi; LAS; natrium dodesilbenzen sulfonat; sintesis; FTIR;

ABSTRACT
Detergency can be improved by adding sodium tripoliphosphate and pH arrangement at
washing process. Detergency will be studied is detergency from sodium dodecylbenzene sulfonate
synthesis product. Sodium dodecylbenzene sulfonate was made by alkylation, sulfonation, and
neutralized. The product was analyzed by FT-IR Spectrophotometry and detergency test product
surfactant sodium dodecylbenzene sulfonate was done by to wash cotton with size of 10x10 cm was
given by dirt standard without and with addition of sodium tripolyphosphate and pH variation. The
product obtained was 2.83 gram (48.38% to rendemen). Detergency test, showed that optimum
detergency from sodium dodecylbenzene sulfonate with adding 70% sodium tripolyphosphate, with
raising of pH value, increased detergency and optimum at pH = 11.5
Keyword : detergency; LAS; sodium dodecylbenzene sulfonate ; synthesis; FT-IR;

PENDAHULUAN air dengan membentuk missel yang digunakan


Alkilbenzen sulfonat merupakan surfaktan untuk menurunkan konsentrasi minyak dan
anionik yang banyak digunakan sebagai noda kotoran pada pakaian. Penggunaan LAS
detergen (Mortensen et al, 2001). Ada dua sebagai detergen lebih optimal apabila
mengandung rantai alkil antara C10 sampai C13
jenis alkilbenzen sulfonat yaitu branched-
dengan kemampuan maksimal pada C12-13
alkilbenzen sulfonat (ABS) dan linier- (Salanger, 2002; Mortensen et al, 2001),
alkilbenzen sulfonat (LAS). Kedua surfaktan sehingga pada penelitian ini disintesis
ini memiliki perbedaan sifat akibat jenis rantai surfaktan alkilbenzen sulfonat jenis LAS dari
alkil yang dimilikinya. Surfaktan ABS dengan dodesil klorida (rantai alkil C12).
rantai alkil bercabang, bersifat tidak Pada umumnya, LAS diperoleh dalam
terbiodegradasi, sedangkan surfaktan LAS, bentuk garam natrium. Hal ini disebabkan
karena garam natrium larut dalam air dan tidak
rantai alkil lurus yang dimilikinya
mengganggu dalam proses detergensi (Bailey,
menyebabkan surfaktan dapat didegradasi oleh 1978 : Mortensen et al, 2001), sehingga
mikroorganisme dan mengurangi masalah surfaktan alkilbenzen sulfonat pada penelitiaan
lingkungan. ini disintesis dalam bentuk garam natriumnya.
Pada proses detergensi, LAS berfungsi Penelitian mengenai sintesis narium
untuk menurunkan tegangan permukaan dari dodesilbenzen sulfonat dan uji
JSKA.Volume.XIII.Nomor.2.Tahun.2009
Briyanto, dkk : Detergensi Natrium Dodesilbenzen Sulfonat Dengan Penambahan Natrium Tripolifosfat Dan
Variasi PH

biodegradasinya telah dilakukan oleh Indriatmi disulfonasi menggunakan H2SO4 pekat dan
(2005). Begitu juga dengan penelitian menghasilkan senyawa asam alkilbenzen
mengenai uji detergensi pada zat aktif sulfonat. Langkah terakhir adalah menetralkan
permukaan anion dan non ion dengan asam alkilbenzen sulfonat menggunakan
penambahan zat aditif H3PO4 dan NaOH oleh garam NaCl sehingga diperoleh garam natrium
Firdaus (1992). Namun, penelitian mengenai alkilbenzen sulfonat. Tahap-tahap reaksi di
uji detergensi natrium dodesilbenzen sulfonat atas dapat dijelaskan dengan uraian sebagai
hasil sintesis belum dilakukan, sehingga perlu berikut. Reaksi alkilasi Friedel-Crafts diawali
dilakukan penelitian tersebut. Dalam penelitian dengan pembentukan elektrofil (dodesil),
ini akan dilakukan uji detergensi terhadap zat ditunjukkan pada persamaan reaksi 3.1.
aktif permukaan natrium dodesilbenzen C11H23CH2—Cl + AlCl3
sulfonat hasil sintesis dengan penambahan C11H23CH2+ + AlCl4- (1)
natrium tripolifosfat sebagai builder Dodesilklorida bereaksi terlebih dahulu
(pembangun) dan NaOH sebagai alkali. dengan katalis AlCl3 dan membentuk elektrofil
Aktivitas yang akan diukur adalah daya dodesil yang mudah diserang oleh benzena
detergensi tanpa dan dengan penambahan sehingga terbentuk dodesilbenzen. Reaksi yang
natrium tripolifosfat dengan variasi konsentrasi terjadi ditunjukkan pada persamaan reaksi .2.
dan pH.
H + C11H23CH2+ +AlCl4- CH2C11H23 + HCl + AlCl3
METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. (.2)
Tahap pertama adalah sintesis surfaktan
natrium dodesilbenzen sulfonat. Tahap kedua Pada penelitian ini, reaksi alkilasi dilakukan
adalah karakterisasi produk sintesis. pada suhu 0-5 0C dengan tujuan untuk
Karakterisasi yang dilakukan meliputi analisis mengatur reaksi agar terbentuk produk sintesis
gugus fungsi dengan spektrofotometer FTIR. yang monosubstitusi (Fessenden, 1990). Pada
Tahap ketiga adalah uji detergensi dengan kondisi ini, juga diatur konsentrasi benzena
penambahan natrium tripolifosfat sebagai yang dibuat berlebih untuk mencegah
builder (pembangun) dan NaOH sebagai terjadinya subtitusi lebih lanjut (Fessenden,
alkali, dengan konsentrasi dan pH yang 1990).
bervariasi. Produk yang dihasilkan ditambah dengan es
Metode yang digunakan adalah metode dan air dingin. Fungsi dari penambahan air
optimasi dimana pada metode optimasi ini dingin adalah untuk menyempurnakan
mencari harga respon yang paling maksimum dekomposisi dari senyawa intermediate.
dari variasi konsentrasi natrium tripolifosfat Selanjutnya dilakukan ekstraksi untuk
dan variasi pH. memisahkan fase hidrokarbon dari fase air.
Fase air yang tersisa diekstraksi lagi
HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan dietil eter untuk mendapatkan
1 Sintesis Natrium Dodsilbenzen Sulfonat fase hidrokarbon. Fase hidrokarbon yang
Sintesis surfaktan natrium dodesilbenzen diperoleh dievaporasi dengan rotary
sulfonat dilakukan melalui rangkaian reaksi evaporator buchi untuk menguapkan pelarut
alkilasi Friedel-Crafts, sulfonasi dan netralisasi dietil eter. Kemudian digabungkan dengan fase
(Salanger, 2002). Reagen yang digunakan hidrokarbon awal. Dari hasil reaksi diperoleh
dalam reaksi alkilasi Friedel-Crafts adalah produk yang berupa larutan berwarna kuning
dodesilklorida dan benzena. Reaksi alkilasi jernih.
Friedel-Crafts pada benzena merupakan Untuk menguji produk reaksi alkilasi, maka
substitusi elektrofilik pada cincin benzena, dilakukan analisis dengan spektrofotometer
dengan menggunakan katalis AlCl3. FTIR. Metode analisis dengan spektro-
Alkilbenzen yang diperoleh, selanjutnya fotometer FTIR bertujuan untuk
JSKA.Volume.XIII.Nomor.2.Tahun.2009
Briyanto, dkk : Detergensi Natrium Dodesilbenzen Sulfonat Dengan Penambahan Natrium Tripolifosfat Dan
Variasi PH

mengidentifikasi gugus-gugus fungsi yang


terdapat dalam produk reaksi alkilasi.
Proses selanjutnya adalah reaksi sulfonasi
oleh H2SO4 pekat, pada suhu 110-120 0C.
Pada reaksi ini digunakan suhu tinggi karena
reaksi sulfonasi bersifat reversibel, sehingga
tingkat energi yang diperlukan untuk dapat
membentuk senyawa sulfonat dapat terlampaui
dan tidak kembali membentuk reaktan awal.
Reaksi sulfonasi ditunjukkan pada persamaan Dapat dibandingkan juga dengan puncak-
reaksi 3 puncak spektra natrium dodesilbenzen sulfonat
yang dijual di pasaran. Dari data tersebut,
+ H2SO4
C 11 H 25 +
serapan gugus fungsi natrium dodesilbenzen
sulfonat dapat dilihat pada tabel 1
+
HO 3S
HO3 S C12H 25 Gugus Fungsi LAS Sintesis LAS Standar
C 12 H25
(aist.go.jp)
H
Frekuensi (cm- Frekuensi (cm-1)
(3) 1
)
Pada penelitian ini, proses sulfonasi C-H sp3 2854,5 ; 2872 ; 2960
dilakukan selama 4 jam, karena pada waktu ini 2924,09
seluruh produk reaksi alkilasi telah tersolvasi S=O 1134,14 1138
Csp2-H aromatik 3070,0 3063
pada larutan H2SO4 pekat. Proses solvasi
C=C aromatik 1620,21 1616
terjadi ketika larutan produk reaksi alkilasi dan Benzena 1018,41 ; 1011 ; 666
larutan H2SO4 pekat membentuk satu fasa. tersubstitusi 617,22
Terbentuknya satu fasa ini menunjukkan
bahwa reaksi sulfonasi telah sempurna Tabel 1 Perbandingan LAS sintesis dengan
(Vogel,1978). LAS standar
Tahap akhir sintesis yaitu proses netralisasi
oleh garam NaHCO3 dan NaCl. Garam Berdasarkan hasil analisis di atas dan
NaHCO3 merupakan garam yang bersifat basa, adanya kesesuaian dari spektra hasil sintesis
garam ini digunakan untuk menetralkan dengan LAS standar menunjukkan bahwa
lingkungan asam dari produk sulfonat yang produk sintesis merupakan surfaktan
diperoleh, sedangkan NaCl berfungsi untuk dodesilbenzen sulfonat jenis LAS.
menetralkan produk sulfonat yang diperoleh,
sehingga terbentuk garam sulfonat, seperti 3 Uji detergensi
ditunjukkan pada persamaan reaksi 3.4. Pada penelitian ini, detergen yang
digunakan merupakan Natrium Dodesilbenzen
HO3S C12H25 NaO3S C12H25 + HCl
+ NaCl Sulfonat hasil sintesis yang ditambahkan
dengan builder pada berbagai konsentrasi.
(4) Builder merupakan bahan-bahan non aktif
permukaan yang sengaja Surfaktan hasildalam
ditambahkan sintesis yang d
suatu detergen dengan maksud memperbaiki
sifat detergen itu sendiri.
2 Spektra FTIR Surfaktan Hasil Sintesis Uji detergensi dilakukan dengan
Metode analisis menggunakan menambahkan kotoran pada substrat (kain
spektrofotometer FTIR bertujuan untuk katun) dengan kotoran standar yang telah
mengidentifikasi gugus-gugus fungsi yang dibuat. Kemudian dilakukan pencucian dengan
terdapat dalam sampel produk sintesis. Spektra LAS hasil sintesis dengan penambahan
FTIR surfaktan hasil sintesis tercantum dalam konsentrasi STPP yang bervariasi.
Gambar 1
JSKA.Volume.XIII.Nomor.2.Tahun.2009
Briyanto, dkk : Detergensi Natrium Dodesilbenzen Sulfonat Dengan Penambahan Natrium Tripolifosfat Dan
Variasi PH

Mekanisme pelepasan kotoran cair pada zat penolong yang mampu mengikat unsur
substrat adalah dengan menggulung kotoran kesadahan tersebut sehingga tidak
tersebut menjadi bulatan kotoran yang mengganggu kerja zat aktif permukaan. Zat
disuspensi ke dalam larutan pencuci. penolong yang digunakan dalam penelitian ini
Kecenderungan kotoran untuk membentuk adalah natrium tripolifosfat dan NaOH. PO43-
suatu bulatan kotoran ditunjukkan oleh bebas dari natrium tripolifosfat mampu
persamaan Young. mengikat unsur Mg2+ dan Ca2+ sebagai
 SB   SO penyebab kesadahan. Hal ini disebabkan
cos   (5) karena PO43- bebas memiliki kemampuan
 BO
serangan terhadap senyawa MgCO3 dan
Dimana: CaCO3 dan membentuk ikatan yang lebih kuat
 = tegangan permukaan dibanding ikatan dari kedua senyawa, serta
menjadikan unsur-unsur penyebab kesadahan
= sudut kontak antara larutan dan substrat
menjadi non aktif.
O = minyak
Kondisi optimum detergensi LAS hasil
B = larutan pencuci
sintesis dalam menghilangkan kotoran yaitu
S = substrat
70,54% pada penambahan 70% natrium
Hasil uji detergensi tanpa dan dengan
tripolifosfat. Pada penambahan 80% natrium
variasi natrium tripolifosfat dapat dilihat pada
tripolifosfat, daya detergensi LAS lebih rendah
Grafik 1.
dibandingkan pada penambahan 70% natrium
tripolifosfat. Hal ini dikarenakan adanya
kelebihan asam fosfat yang menggangu
jalannya proses detergensi.
Kemudian dari konsentrasi optimum
natrium tripolifosfat dilakukan lagi detergensi
dengan variasi pH sehingga didapatkan grafik
uji detergensi dengan penambahan natrium
tripolifosfat 70% dan pH yang bervariasi.
Hasilnya dapat dilihat pada Grafik 2
Grafik 1. Grafik daya detergensi dengan
70
variasi natrium tripolifosfat dalam 63,822
60
Larutan LAS 25% (b/v) 56,388
daya detergensi

50
46,15
Dari Grafik 1. dapat dilihat bahwa pada 40
36,52
pencucian dengan LAS murni daya 30 28,395
detergensinya hanya 14,887%, tetapi setelah 20
ditambahkan natrium tripolifosfat maka akan 14,189
13,174
10
meningkatkan daya detergensinya. Pada 0
pelarut air PAM yang digunakan terdapat 9 9,5 10 10,5 11 11,5 12
unsur kesadahan yaitu MgCO3 dan CaCO3 pH
sebesar 47,599 ppm (Firdaus, 1992). Jika zat
aktif permukaan langsung dilarutkan ke dalam
Grafik 2. Grafik daya detergensi pada natrium
pelarut yang masih mengandung unsur
tripolifosfat 70% dan variasi pH
kesadahan tersebut maka zat aktif permukaan
akan bereaksi dengan unsur kesadahan yang
Dari Grafik 2. dapat dilihat dengan pH yang
ada dan menghasilkan endapan berupa zat
bervariasi akan mempengaruhi daya detergensi
yang tidak aktif lagi. Sehingga apabila ingin
Natrium Dodesilbenzen Sulfonat. pH yang
dicapai hasil yang optimal dari kerja zat aktif
tinggi akan memperbesar daya detergensi.
permukaan maka diperlukan penambahan zat –
Pada kondisi basa akan mendukung proses
JSKA.Volume.XIII.Nomor.2.Tahun.2009
Briyanto, dkk : Detergensi Natrium Dodesilbenzen Sulfonat Dengan Penambahan Natrium Tripolifosfat Dan
Variasi PH

detergensi karena adanya sumbangan muatan


negatif terhadap substrat dan kotoran dan
menaikkan daya detergensinya. Dengan DAFTAR PUSTAKA
muatan yang sama antara substrat dan kotoran,
maka akan saling tolak menolak, ikatan antar Arisandi, P., 2004, Mewaspadai Bahaya
keduanya lemah, sehingga zat aktif permukaan Limbah Domestik di Kali Mas, Lembaga
Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan
mudah melepaskan kotoran dari substrat dan
Basah, Gresik.
mengemulsikannya dalam larutan. Jika Bailey, R. A., H. M. Clark, C. P. Feris, S.
penambahan alkali terlalu berlebihan maka Krause and R. L. Strong, 1978,
LAS akan terhidrolisis sebelum melakukan Chemistry of the Enviromental,
detergensi. Pada pH = 9 sampai dengan pH = Academic Press, New York, pp .138-
11 ikatan antara kotoran dengan substrat lebih 140.
kuat, sehingga diperlukan daya yang lebih Bauer, O. W., 1980, Sulfonation of Oils, US
Patent, US 4, 226, 805, 1-6.
besar dari surfaktan untuk melepaskan kotoran.
Fessenden, J. R. and Fessenden, S. J.,1990,
Pada pH = 11,5 ikatan kotoran dengan substrat Kimia Organik, a.b. Aloysius
lebih lemah sehingga memudahkan surfaktan Handayana Pudjaatmaka, Ph.D, Jilid 1,
untuk melepaskan ikatan antar keduanya, edisi 3, Erlangga, Jakarta, hlm. 315-318,
sehingga pada pH ini didapatkan daya 455-457, 471-472, 474, 499
detergensi yang optimum. Pada pH = 12 daya Fessenden, J. R. and Fessenden, S. J., 1995,
detergensi dari surfaktan berkurang karena Kimia Organik, a.b. Aloysius
Handayana Pudjaatmaka, Ph.D, Jilid 2,
surfaktan telah terhidrolisis sebelum
edisi 3, Erlangga, Jakarta, hlm. 412,
melakukan detergensi. Pada penelitian ini, 436-439
daya detergensi optimum setelah variasi pH Firdaus, N., 1992, Studi Pendahuluan
mengalami penurunan dibandingkan pada Detergensi dan Beberapa Faktor yang
variasi natrium tripolifosfat. Hal ini Mempengaruhi, Skripsi Jurusan Kimia
dikarenakan tidak digunakannya larutan FMIPA UNDIP.
Garcia, J.C., Esteve, AA., Duhalt, R.V.,
penyangga (buffer) untuk mempertahankan
Ramos, J.L. and Chaves, G. S., 1999,
pH, dan juga tidak digunakannya karboksi The Branched-Chain Dodecylbenzene
metil selulose yang berfungsi untuk mencegah Sulfonate Degradation Pathway of
pengendapan kembali kotoran. Pseudomonas aeruginosa W51D
Involves a Novel Route for Degradation
KESIMPULAN of the Surfactant lateral Alkyl Chain J.
Berdasarkan hasil penelitian dan Applied and Environmental
pembahasan, dapat disimpulkan telah Microbiology., 65(8), 3730-3734.
Indriatmi, M., 2005, Sintesis Natrium
didapatkan profil detergensi Natrium
Dodesilbenzen Sulfonat dan Uji
Dodesilbenzen Sulfonat dengan hasil optimum Biodegradasi dengan metode MBAS,
pada penambahan 70% natrium tripolifosfat Skripsi Jurusan Kimia FMIPA
dan bertambahnya pH meningkatkan daya UNDIP.
detergensi, dan maksimum pada pH = 11,5 Logan, R.H., 2000, Instructor of Chemistry:
Freidel- Crafts Alkylation of Benzene

JSKA.Volume.XIII.Nomor.2.Tahun.2009
Briyanto, dkk : Detergensi Natrium Dodesilbenzen Sulfonat Dengan Penambahan Natrium Tripolifosfat
Dan Variasi PH

and
Its Derivatives, Dallas County Comunity Salanger, J. L., 2002, Surfactant Types and
College District, North Lage College. Uses, Laboratory of Formulating
Malik, R. K., 1975, Acid, Slurry and Interface Rheologi and Process,
Detergent Powder Industry, Small Universidad De Los Andes, pp. 6, 23-
Industry Research Institute, Roop Nagar 24.
Delhi, 17-18. Silverstein, R.M., Bassler, G.C. dan Morril,
Mortensen, G. K., Egsgaard, H., Ambus, P., T.C., 1986, Penyidikan Spektrometrik
Jensen , E. S. and Gron, C., 2001, Senyawa Organik, edisi 4, Erlangga,
Influence of Plant Growth on Jakarta.
Degradation of Linear alkylbenzene Smith, B.C., 1996, Fundamental of Fourier
Sulfonate in Sludge-Amanded Soil, J. Transform Infrared Spectroscopy, CRC
Of Enviromental Quality, 30, 1266- press, Boca Raton.
1270. Vogel, A., 1978, ― Vogel’s Practical Organic
Rosen, J. M., 1978, Surfactant and Interfacial Chemistry Including Qualitative
Phenomena, John Willey and sons, New Organic Analysis ―, 4th edition.,
York, pp. 1-4, 288-290. Longman Inc., New York, USA, pp
. 606, 640-641,643.

JSKA.Volume.XIII.Nomor.2.Tahun.2009

You might also like