You are on page 1of 66

LAPORAN RESIDENSI

PEMBENTUKAN RELAWAN PEDULI TBC DUSUN DAWUNG


DESA SUMBEREJO KECAMATAN MRANGGEN
KABUPATEN DEMAK
TAHUN 2018

OLEH
KELOMPOK 1
1. Agus Adystia Wirawijaya NIM. 25000317410001
2. Aprillia Putri NIM. 25000317410003
3. Qurrota A’Yun NIM. 25000317410007
4. Nor Amalia Muthoharoh NIM. 25000317410011
5. Pratiwi Juhanida Lestari NIM. 25000317410022
6. Muhammad Harli NIM. 25000317410028
7. Sri Murtini NIM. 25000317410030
8. Muhammad Jaufar Fuadi NIM. 25000317410032
9. Anisa Prastika M NIM. 25000317410035
10. Pratiwi Juhanida Lestari NIM. 25000317410022

PROGRAM STUDI MAGISTER PROMOSI KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESIDENSI
PROGRAM MAGISTER PROMOSI KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO

PEMBENTUKAN RELAWAN PEDULI TBC DUSUN DAWUNG


DESA SUMBEREJO KECAMATAN MRANGGEN
KABUPATEN DEMAK

Telah dipetahankan di depan penguji dan dinyatakan telah memenuhi syarat


untuk diterima

Semarang, Desember 2018

Menyetujui

Dosen PJMK Residensi Kepala Desa Sumberejo

Drg. Zahroh Shaluhiyah, MPH. PhD Supriyadi

Mengetahui
Ka. Prodi Magister Promosi Kesehatan
FKM UNDIP

Dr. Yuliani Setyaningsih, SKM. M.Kes

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan kegiatan residensi di Dusun Dawung Desa Sumberejo
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak dari bulan September 2018 sampai
dengan bulan November 2018 berjalan dengan baik. Laporan ini disusun untuk
mendeskripsikan kegiatan apa saja yang sudah dilaksanakan selama proses
pelaksanaan residensi. Laporan residensi ini dapat terselesaikan dengan
bantuan dan motivasi serta partisipasi dari semua pihak, untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Yuliani Setyaningsih, S.KM.,M.Kes selaku ketua Prodi Magister Promosi


Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2. Drg. Zahroh Shaluhiyah MPH.,PhD selaku dosen penanggung jawab
matakuliah residensi
3. Ns.Edy Susanto S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing lapangan
4. dr. Kartika Indrawati M.Kes, selaku kepala Puskesmas Mranggen I
5. Kepala Desa dan seluruh perangkat Desa Sumberejo yang telah memberikan
dukungan selama kegiatan residensi berlangsung
6. Relawan dan warga Dusun Dawung Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak yang selalu mendukung kegiatan kami.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan residensi ini memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan. Akhirnya, semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan.

Semarang, Desember 2018

Kelompok II

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................... i
Lembar Pengesahan .............................................................................. ii
Kata pengantar ....................................................................................... iii
Daftar isi ................................................................................................. iv
Daftar Tabel ............................................................................................ vi
Daftar Gambar ........................................................................................ vii
Daftar Lampiran ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................. 8
C. Manfaat ................................................................................ 8
D. Waktu Pelaksanaan ............................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis paru ................................................................ 10
B. Etiologi ................................................................................. 13
C. Diagnosis tuberculosis paru ................................................... 14
D. Tanda dan gejala tuberculosis paru ...................................... 14
E. Pemeriksaan dahak mikroskopi ............................................. 15
F. Jenis pemeriksaan tuberkulosis ............................................. 16
G. Pengobatan tuberkulosis ...................................................... 17
H. Relawan ............................................................................... 18
I. Pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi tuberculosis .... 21
J. Gerakan masyarakat sehat dalam penanggulangan
Tuberculosis ......................................................................... 23
BAB III METODE DAN RANCANGAN KEGIATAN
A. Gambaran umum desa sumberejo......................................... 27
B. Kegiatan residensi ................................................................ 29
C. Metode dan rancangan kegiatan .......................................... 30
BAB IV. PELAKSANAAN KEGIATAN RESIDENSI
A. Pelaksanaan kegiatan............................................................... 46
B. Hasil ........................................................................................ 49
C. Pembahasan ........................................................................... 51

iv
BAB V. PENUTUP
A. Hambatan .......................................................................... 55
B. Kesimpulan ........................................................................ 55
C. Saran ................................................................................. 56
D.
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sarana dan prasarana desa Sumberejo ............................... 30


Tabel 3.2 pelaksanaan pelatihan pembentukan relawan
peduli TBC Dusun Dawung desa Sumberejo ........................ 42
Tabel 4.1 Analisis SWOT dalam pembentukan relawan peduli TBC ..... 48
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin relawan
peduli TBC ............................................................................ 49
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan relawan
Peduli TBC ........................................................................... 50
Tabel 4.4 Diskripsi skor pre test ........................................................... 50
Tabel 4.5 Diskripsi skor post test .......................................................... 50
Tabel 4.6 Deskripsi hasil pelatihan ....................................................... 51
Tabel 4.7 Analisis SWOT setelah pembentukan relawan peduli TBC ... 54

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jumlah Seluruh Kasus TBC BTA+


Kabupaten Demak 2012-2015 .......................................... 4
Gambar 1.2 Penderita TBC BTA+ per Puskesmas Kabupaten Demak 5

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Kegiatan Residensi

Lampiran 2. Surat, SK, dan Perjanjian Kerjasama

Lampiran 3. Survey Mawas Diri

Lampiran 4. Dokumentasi

Lampiran 5. Kegiatan Pelatihan Relawan Peduli TBC

Lampiran 6. Rencana Tindak Lanjut

Lampiran 7. Kegiatan Penyuluhan di Sekolah

Lampiran 8. Absensi Kegiatan

Lampiran 9. Sertifikat Pelatihan

Lampiran 10. Buku Saku

viii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan

nasional yang pada hakikatnya merupakan upaya untuk mencapai

kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

kesehatan yang optimal. Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan

sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomi. Tujuan pembangunan kesehatan yang telah tercantum pada Sistem

Kesehatan Nasional adalah suatu upaya penyelenggaraan kesehatan yang

dilaksanakan oleh bangsa Indonesia guna mendapatkan kemampuan hidup

sehat bagi setiap masyarakat agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal yang mana dikatakan bahwa peningkatan derajat kesehatan

masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, pelayanan

kesehatan, tindakan serta bawaan (congenital).

Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia.

Dalam 20 tahun World Health Organitation (WHO) dengan negara-negara

yang tergabung di dalamnya mengupayakan untuk mengurangi TBC.

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang di sebabkan oleh

infeksi menular oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan

yaitu pasien TBC BTA positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya.

Penyakit ini apabila tidak segera diobati atau pengobatannya tidak tuntas

dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI,

2015).

Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi

perhatian global. Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan,

1
2

insiden dan kematian akibat tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis

diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta

kematian pada tahun 2014. India, Indonesia dan China merupakan negara

dengan penderita tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%, dan

10% dari seluruh penderita di dunia (WHO, 2015). Berdasarkan laporan WHO

2017 diperkirakan ada 1.020.000 kasus di Indonesia, namun baru terlaporkan

ke Kementerian Kesehatan sebanyak 420.000 kasus. Mereka yang belum

diperiksa dan diobati akan menjadi sumber penularan bagi orang di

sekitarnya. Hal ini yang menyebabkan seakan-akan masalah TBC tak kunjung

selesai (WHO, 2017).

Indonesia merupakan negara pertama diantara High Burden Country

(HBC) di wilayah Asia Tenggara yang mampu mencapai target global TBC

dalam hal keberhasilan pengobatan serta deteksi pada tahun 2006. Tercatat

sejumlah sejumlah 294.732 kasus TBC telah ditemukan dan diobati dan lebih

dari 169.213 diantaranya terdeteksi BTA positif pada tahun 2009. Rerata

pencapaian angka keberhasilan pengobatan selama 4 tahun terakhir adalah

sekitar 90% dan pada kohort tahun 2008 mencapai 91%. Pencapaian target

global tersebut menjadi hasil pencapaian program pengendalian TBC nasional

yang utama. Hasil survei prevalensi TBC pada tahun 2004 mengenai

pengetahuan, sikap dan perilaku menunjukkan bahwa 96% keluarga merawat

anggota keluarga yang menderita TBC dan hanya 13% yang

menyembunyikan keberadaan mereka. Meskipun 76% keluarga pernah

mendengar tentang TBC dan 85% mengetahui bahwa TBC dapat

disembuhkan, Tetapi hanya 26% yang dapat menyebutkan minimal dua tanda

dan gejala utama TBC. Hanya 19% yang mengetahui bahwa obat TBC

disediakan pemerintah secara gratis.


3

Menurut Profil Kesehatan Kemenkes RI tahun 2016, Jawa Tengah

adalah provinsi pringkat ke tiga dengan jumlah total kasus TBC terbanyak

pada tahun 2016, yaitu 28.842 orang. Setelah jawa barat yang memegang

pringkat pertama 52.328 orang Kemudian disusul oleh Jawa Timur pringkat ke

dua yaitu (45.239), peringkat keempat adalah DKI Jakarta (24.775),

dan peringkat kelima adalah Sumatera Utara dengan (17.798) jiwa. Kasus

TBC paling rendah dimiliki oleh Provinsi Gorontalo dengan 1.151 kasus.

Berdasarkan data Global Tuberculosis Report WHO 2017, angka keberhasilan

pengobatan TBC di dunia sebesar 83% terlihat masih belum sempurna karena

standar yang dikeluarkan oleh WHO untuk tingkat keberhasilan TBC adalah ≥

90%. Jumlah seluruh kasus TBC di Jawa Tengah tahun 2016 dilaporkan

sebanyak 39,982 kasus dengan 39,243 adalah kasus baru TBC. Angka

notifikasi kasus dari semua kasus pada tahun 2016 dilaporkan sebanyak

118/100.000 penduduk. Kota Semarang pada tahun 2016 memiliki angka

penemuan kasus TBC sebesar 76,6 persen melebihi target cakupannya yaitu

sebesar 75 persen dan dari angka penemuan kasus tersebut memiliki angka

keberhasilan pengobatan (success rate) sebesar 83 persen mendekati target

yang telah dibuat yaitu sebesar 90%.

Data terakhir dinas kesehatan Jawa Tengah menyebutkan, di Jawa

Tengah pada tahun 2015 kasus TBC BTA positif sebesar 115,17 per 100.000

penduduk, penemuan kasus BTA positif pada tahun 2015 mengalami

peningkatan dibandingkan tahun 2014 yaitu 55,99 per 100.000 penduduk.


4

Program Pemberantasan dan Penanggulangan Tuberkulosis

dilaksanakan dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment

Shortcourse). Penerapan strategi ini dilakukan di pelayanan dasar dan

rujukan, baik pemerintah maupun swasta dengan pelaksanaan jejaring

yang kuat. Pelaksanan P2TBC di Kabupaten Demak sampai saat ini

masih perlu terus ditingkatkan dengan komitmen tinggi dan berbagai

upaya yang konsisten. Jumlah Kasus Baru BTA (+) di tahun 2015

mencapai 497 kasus dengan Case Notification Rate (CNR) BTA(+) 44,46

per 100.000 penduduk dengan Jumlah Seluruh kasus TBC mencapai 785

kasus dengan Case Notification Rate (CNR) Seluruh kasus TBC 66.20 per

100.000 penduduk Bila dibandingkan dengan tahun 2014 Kasus Baru TBC

BTA (+) yang mencapai 612 dengan CNR BTA (+) 52,01 Per 100.000

Penduduk dengan Jumlah seluruh Kasus TBC 785 kasus dengan CNR

Seluruh kasus TBC 66,71 per 100.000 penduduk .Maka penyakit

Tuberkulosis mengalami penurunan yang berarti bahwa terjadi peningkatan

derajat kesehatan masyarakat Demak pada umumnya.

Gambar 1.1 Jumlah Seluruh Kasus TBC BTA +


Kabupaten Demak 2012-2015
5

Di Kabupaten Demak pada tahun 2015 , menurut data laporan dari 27

Puskesmas penderita yang dinyatakan positif menderita TBC tercatat

sebanyak 497 Orang (L : 287 Dan P : 210) Keseluruhan penderita diobati atau

100% mendapat pengobatab (497 orang). Jumlah penderita yang diobati

Lengkap dan sembuh pada tahun 2015 sebanyak 224 orang (45,07 %). Grafik

4.10 berikut menunjukan jumlah penderita TBC BTA positif per puskesmas.

Gambar 1.2 Penderita TBC BTA + per Puskesmas


Kabupaten Demak 2015

Berdarasarkah data puskesmas mranggen I menyebutkan penemuan

kasus BTA positif (+) sebanyak 21 kasus yang terjadi selama tahun 2017 dan

pada tahun 2018 penemuan kasus BTA + Sebanyak 12 kasus di kecamatan

mranggen kabupaten Demak (Puskesmas Mranggen I, 2018).

TBC merupakan penyakit yang sangat cepat ditularkan. Cara penularan

TBC yaitu melalui percikan dahak (droplet nuclei) pada saat pasien batuk atau

bersin terutama pada orang di sekitar pasien seperti keluarga yang tinggal

serumah dengan pasien. Perilaku keluarga dalam pencegahan TBC sangat

berperan penting dalam mengurangi resiko penularan TBC. Meningkatnya

penderita TBC di Indonesia disebabkan oleh perilaku hidup yang tidak sehat.
6

Hasil survey di Indonesia oleh Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan

Penyehatan Lingkungan (P2MPL) salah satu penyebab tingginya angka

kejadian TBC disebabkan oleh kurangnya tingkat pengetahuan (Kemenkes RI,

2011).

TBC lebih banyak menyerang laki-laki (60%) dari pada perempuan

(40%). Proporsi kasus tuberkulosis terbanyak ditemukan pada kelompok usia

produktif (25-34 tahun), yaitu sebesar 18,07%, diikuti kelompok umur 45-54

tahun sebesar 17,25 persen. Kasus TBC juga paling banyak ditemukan pada

golongan penduduk yang tidak bekerja dan yang tidak sekolah. Meski begitu,

setiap orang pada dasarnya bisa terkena tuberkulosis apabila orang tersebut

memiliki faktor risikonya salah satunya adalah dengan sistem imun lemah,

kebersihan diri yang tidak terjaga baik, dan tingkat keterpaparan alias

seberapa intens dan dekat kontak langsung orang dengan pasien TBC.

Kejadian penyakit TBC di Indonesia sangat tinggi terutama di perkotaan,

tempat padat dan kumuh, serta lingkungan tempat kerja.

Sesuai data WHO Global Tuberculosis Report 2017, Indonesia

menempati posisi kedua dengan beban TBC tertinggi di dunia dan ini

termasuk dalam peringkat yang sangat membuat semua elemen masyarakat

harus bekerja keras memberantas TBC.Tren insiden kasus TBC di Indonesia

tidak pernah menurun, masih banyak kasus yang belum terjangkau dan

terdeteksi, kalaupun terdeteksi dan telah diobati tetapi belum dilaporkan.

Angka TBC di Indonesia berdasarkan mikroskopik sebanyak 759 per 100 ribu

penduduk untuk usia 15 tahun ke atas dengan jumlah laki-laki lebih tinggi dari

pada perempuan, dan jumlah di perkotaan lebih tinggi dari pada di pedesaan.

Pengertian relawan atau dalam bahasa Volunteer atau relawan adalah

seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan

nuraninya memberikan apa yang dimilikinya (pikiran, tenaga, waktu, harta)


7

kepada masyarakat sebagai perwujudan tanggung jawab sosialnya tanpa

mengharapkan pamrih baik berupa imbalan (upah), kedudukan, kekuasaan,

kepentingan maupun karier. Adapun kriteria kerelawanan antara lain memiliki

kepedulian penuh keikhlasan untuk memperjuangkan nasib kaum miskin

berbasis nilai-nilai kemanusiaan dan prinsip kemasyarakatan sebagai bentuk

pengabdian dan perjuangan hidupnya.Semua warga yang secara ikhlas tanpa

membeda-bedakan derajat, jenis kelamin dan status sosial bersedia

mengabdikan dirinya tanpa mengharapkan pamrih (baik berupa imbalan

maupun karir) dapat menjadi relawan. Siapapun dapat menjadi relawan,

selama memiliki semangat dan jiwa kerelawanan.Relawan tidak tergantung

dari asal kelompok masyarakat maupun wilayah tertentu karena relawan tidak

memperjuangkan kepentingan kelompok, agama, maupun wilayah tertentu.

Dusun Dawung memiliki organisasi remaja yang aktif dibandingkan

dengan dusun yang ada di Desa Sumberejo. Organisasi tersebut terbentuk

dengan nama IRMADA (Ikatan Remaja Masjid Dawung) dimana setiap hari

Jumat malam memiliki kegiatan rutinan yakni pengajian dan tabuh rebana.

Peran remaja di Dusun Dawung ini juga dikatakan aktif dalam kegiatan

keagamaan dan dikenal baik dikalangan masyarakat yang ada di Dusun

Dawung. Setelah melakukan beberapa tahapan dan pertimbangan yang pada

akhirnya anggota relawan peduli TBC ini terdiri dari beberapa orang anggota

remaja baik dari IRMADA atau dari luar IRMADA. Jumlah relawan peduli TBC

Dusun Dawung ini berjumlah 9 orang dimana setelah melakukan pendekatan

dan terdata 9 orang yang mendaftar diri menjadi relawan dengan kesadaran

dan juga semangat penuh untuk menurunkan angka kasus TBC yang ada di

Dusun Dawung, dan juga membantu petugas Puskesmas Mranggen I dalam

memantau kesehatan yang ada di Dusun Dawung.


8

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan umum dalam kegiatan ini untuk membentuk relawan peduli

TBC untuk menjadi agen perubahan kesehatan khususnya TBC di Dusun

Dawung Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.

2. Tujuan Khususnya

a. Untuk melakukan pendampingan oleh remaja terhadap bahaya

penularan TBC di Dusun Dawung Desa Sumberejo Kecamatan

Mranggen Kabupaten Demak.

b. Untuk melakukan pendampingan remaja dalam hal penularan TBC di

Desa Dawung Kecamatan Mranggen.

c. Untuk melakukan penjaringan oleh remaja terhadap pengobatan TBC di

Dusun Dawung Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten

Demak.

d. Untuk melakukan pendampingan remaja dalam hal etika batuk pada

remaja di Desa Dawung Kecamatan Mranggen.

e. Untuk menerapkan (aplikasi) pengetahuan dan keterampilan mahasiswa

di bidang promosi kesehatan pada situasi nyata di masyarakat.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

a. Terimplikasinya ilmu yang telah didapatkan selama di bangku kuliah

sehingga dapat membandingkan kesesuaian antara teori dan fakta

yang ada di masyarakat.

b. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memcahkan masalah

kesehatan yang ada di masyarakat.


9

2. Bagi Instansi Kesehatan

a. Memberikan informasi mengenai masalah kesehatan TBC yang ada

pada masyarakat di Dusun Dawung Desa Sumberejo Kecamatan

Mranggen Kabupaten Demak.

b. Memberikan informasi dan membantu dalam menemukan temuan

kasus TBC yang baru di Dusun Dawung Desa Sumberejo Kecamatan

Mranggen Kabupaten Demak.

c. Memberikan informasi upaya kesehatan yang sesuai dengan masalah

kesehatan mengenai penyakit TBC yang ada di Dusun Dawung Desa

Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.

3. Bagi Masyarakat

a. Memberikan informasi mengenai masalah kesehatan terutama TBC

pada masyarakat di Dusun Dawung Desa Sumberejo Kecamatan

Mranggen Kabupaten Demak dengan materi yang ada pada buku saku

relawan.

b. Memberikan timbal balik mengenail masalah kesehatan yang ada di

Dusun Dawung Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten

Demak.

c. Memberikan informasi upaya kesehatan yang sesuai dengan masalah

kesehatan mengenai penyakit TBC yang ada di Dusun Dawung Desa

Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.

D. Waktu

Pelaksanaan kegiatan residensi dilakukan dari bulan September 2018

sampai dengan bulan November 2018.


10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis Paru

1. Definisi

Tuberkulosis paru (TBC) adalah penyakit infeksius, yang terutama

menyerang penyakit parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel

yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem

kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. TBC ini

bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma

dan menimbulkan nekrosis jaringan. TBC dapat menular melalui udara, waktu

seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kumanMycobacterium Tuberkulosis. Sebagian besar kuman TBC menyerang

paru-paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman TBC

berbentuk batang (basil) yang ditemukanpertamakali oleh Robert Koch pada

tahun 1882. Kuman ini mempunai ciri-ciri bebentuk batang tipis lurus atau

agak bengkok, mempunyai ukuran Panjang 1-4 mikron, lebar 0,3-6 mikron.

Kuman ini mempunyai sifat istimewa yaitu tahan terhadap asam pada

pewarnaan sehingga disebut basil tahan asam (BTA).Kuman TBC dapat mati

dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan beberapa jam di

tempat yang lembab dan gelap. Dalam tubuh kuman ini tertidur (dorman)

selama beberapa tahun.

10
11

2. Klasifikasi

a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena :

1) Tuberkulosis Paru.

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan

(parenkim) paru. Tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar

pada hilus.

2) Tuberkulosis ekstra paru.

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misal

pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limpa,

tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,saluran kencing, alat kelamin,

dan lain-lain. Pasien dengan TBC dan TBC ekstra paru di

klasifikasikan sebagai TBC paru.

b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis,

1) Tuberkulosis paru BTA positif

a) Sekurang – kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya

keadaan ini terutama ditujukan pada TBC paru BTA positif.

b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada

menunjukkan gambaran tuberkulosis.

c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman

TBC positif.

d) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen

dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya negatif dan

tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

2) Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi padaTBC paru BTA positif.

Kriteria diagnostik TBC paru BTA negatif harus meliputi :

a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif


12

b) Foto thoraks abormal sesuai dengan gambaran tuberkulosis.

c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT, bagi

pasien dengan HIV negatif

d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

e) Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

c. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya disebut

sebagai tipe pasien, yaitu :

1) Kasus Baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah

pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).

Pemeriksaan BTA bisa positif atau negatif.

2) Kasus yang sebelumnya di obati

a) Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat

pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau

pengobatan lengkap. didiagnosis kembali dengan BTA positif

(apusan atau kultur)

b) Kasus setelah putus berobat (default)

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau

lebih dengan BTA positif.

c) Kasus setelah gagal (Failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau

kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama

pengobatan.

3) Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan keregister lain untuk melanjutkan

pangobatannya.
13

4) Kasus lain :

Yaitu semua kasus yang tidak memenuhi syarat di atas, seperti:

a) Tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya

b) Pernah diobati tetapi tidak diketahui hasil pengobatannya

c) Kembali diobati dengan BTA negatif

TBC paru negatif dan TBC ekstra paru, dapat juga mengalami

kambuh, meskipun sangat jarang, harus dibuktikan secara patologik,

bakteriologik (biakan), radiologik dan pertimbangan medis spesialistik.

B. Etiologi

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri. Mycobakterium tuberkulosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).

Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis BTA positif pada waktu

batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk

droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan

di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi

kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.Setelah kuman

tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman

tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya

melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke

bagian-bagian tubuh lainnya.

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil

pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil

pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut

dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi tuberkulosis ditentukan oleh

konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.


14

C. Diagnosis Tuberkulosis Paru

Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan melalui pemeriksaan gejala

klinis, mikrobiologi, radiologi, dan patologi klinik. Pada program tuberkulosis

nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan

diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti radiologi, biakan dan uji kepekaan

dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan

indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis tuberkulosis hanya berdasarkan

pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran

yang khas pada TBC, sehingga sering terjadi overdiagnosis.

D. Tanda dan Gejala Tuberkulosis Paru

1. Tanda

Tanda-tanda yang di temukan pada pemeriksaan fisik tergantung luas

dan kelainan struktural paru. Pada lesi minimal, pemeriksaan fisis dapat

normal atau dapat ditemukan tanda konsolidasi paru utamanya apeks paru.

Tanda pemeriksaan fisik paru tersebut dapat berupa: fokal fremitus

meingkat, perkusi redup, bunyi napas bronkovesikuler atau adanya ronkhi

terutama di apeks paru.Pada lesi luas dapat pula ditemukan tanda-tanda

seperti : deviasi trakea ke sisi paru yang terinfeksi, tanda konsolidasi, suara

napas amporik pada cavitas atau tanda adanya penebalan pleura.

2. Gejala

a. Gejala sistemik atau umum

1) Penurunan nafsu makan dan berat badan.

2) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

3) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya

dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang

serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.


15

b. Gejala khusus

1) Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke

paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang

membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah

yang disertai sesak.

2) Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat

disertai dengan keluhan sakit dada.

E. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan

dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3

spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan

sewaktu-pagi- sewaktu (SPS).

1. S (sewaktu): Dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis datang

berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah

pot dahak untuk mengumpulkan dahak pada pagi hari kedua

2. P (pagi) : Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera

setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas.

3. S (sewaktu) : Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan

dahak pagi hari

Pemeriksaan mikroskopisnya dapat dibagi menjadi dua yaitu

pemeriksaan mikroskopis biasa di mana pewarnaannya dilakukan dengan

Ziehl Nielsen dan pemeriksaan mikroskopis fluoresens di mana

pewarnaannya dilakukan dengan auramin-rhodamin (khususnya u ntuk

penapisan).
16

F. Jenis Pemeriksaan Tuberkulosis

1. Pemeriksaan Bactec

Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode

radiometrik. Mycobacterium tuberculosa memetabolisme asam lemak

yang kemudian enghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya

oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif

pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan

diagnosis dan melakukan uji kepekaan.Bentuk lain teknik ini

adalah dengan memakai Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT).

2. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas

indikasi ialah foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus dimana

pada pemeriksaan sputum SPS positif, foto toraks tidak diperlukan lagi.

Pada beberapa kasus dengan hapusan positif perlu dilakukan foto toraks

bila:

a. Curiga adanya komplikasi (misal : efusi pleura, pneumotoraks)

b. Hemoptisis berulang atau berat

c. Didapatkan hanya 1 spesimen BTA +

3. Pemeriksaan foto toraks

Pemeriksaan foto toraks memberi gambaran bermacam-macam bentuk.

Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TBC aktif :

a. Bayangan berawan di segmen apikal dan posterior lobus atas dan

segmen superior lobus bawah paru.

b. Kaviti terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan

atau nodular.

c. Bayangan bercak milier.


17

d. Efusi Pleura.

4. Gambaran radiologi yang dicrigai TBC inaktif :

a. Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior lobus atas

dan atau segmen superior lobus bawah.

b. Kalsifikasi.

c. Penebalan pleura.

G. Pengobatan Tuberkulosis

1. Tujuan pengobatan

Pengobatan TBC bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah

kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan

mencegah terjadinya resisten kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis

(OAT).

2. Prinsip Pengobatan

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip- prinsip sebagai berikut

a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis

obat,dalam jumlah cukup dan dosis yang tepat sesuai dengan kategori

pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian

OAT – Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan

sangat dianjurkan.

b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan

pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh PMO.

3. Tahapan Pengobatan TBC adalah :

a. Tahap awal (intensif)

Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu

diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resisten obat. Bila

pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya

pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian


18

besar pasien TBC BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

b. Tahap Lanjutan

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun

dalam jangka waktu yang lebih lama.Tahap lanjutan penting untuk

membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya

kekambuhan. Saat ini setiap instansi pelayanan kesehatan sudah

memakai sistem pengobatan dengan FDC (Fixed Dose Combination).

H. Relawan

1. Definisi Relawan

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, relawan sepadan dengan kata

sukarelawan yang artinya adalah orang yang melakukan sesuatu dengan

sukarela (tidak karena diwajibkan atau dipaksakan). Secara bahasa,

relawan memang orang yang bekerja sukarela membantu dalam pelayanan

atau organisasi tertentu tanpa menginginkan atau melibatkan uang sebagai

imbalan atas kerjanya.

Pengertian lain yaitu orang-orang atau warga masyarakat setempat

yang bersedia mengabdi secara ikhlas dan tanpa pamrih, tidak digaji atau

diberikan imbalan, rendah hati, berkorban, diusulkan serta dipilih oleh

masyarakat berdasarkan kualitas sifat kemanusiaan atau moralitasnya, dan

memiliki kepedulian serta komitmen yang sangat kuat bagi upaya

memperbaiki kesejahteraan masyarakat miskin yang ada di sekitarnya

maupun bagi upaya kemajuan masyarakat dan kondisi lingkungan

wilayahnya.

Alam Volunteering England Information Sheet, terdapat kutipan

pengertian aktivitas kerelawanan yang merujuk pada buku The Compact

Code of Good Practice on Volunteering yang terbit pada tahun 2005.


19

“…an activity that involves spending time, unpaid, doing something that

aims to benefit the environment or individuals or groups other than (or in

addition to) close relatives”.

Merujuk pengertian di atas, artinya seseorang disebut relawan jika telah

menyediakan waktunya, tanpa dibayar, untuk melakukan sesuatu yang

dapat berkontribusi positif bagi lingkungan, orang lain, atau suatu

kelompok, yang notabene bukan semata orang terdekat sang relawan saja.

Ini berarti hal yang mendorong kerja kerelawanannya bukanlah kedekatan

batin dengan pihak penerima ‘bantuan’-nya saja, tetapi ada motivasi lain

yang mendorongnya, dan itu bukanlah uang. Sama sekali bukan uang.

Adapun ada beberapa organisasi yang memberikan sejumlah uang para

relawannya, tetapi biasanya sekedar untuk menutupi biaya akomodasi

yang telah dikeluarkan relawan atau berupa sistem reimbursement. Akan

tetapi, perlu diingat juga ada atau tidak adanya uang untuk aktivitas

kerelawanannya itu tidak akan sama sekali memengaruhi kerja sang

relawan. Jadi, dapat disimpulkan seseorang bisa disebut relawan jika:

a. Melakukan sesuatu hal dengan sukarela

b. Mengorbankan waktu dan tenaga

c. Aktivitas tersebut memberikan keuntungan positif bagi lingkungan atau

organisasi yang dibantunya

d. Tidak atas dasar motivasi atau mengharapkan imbalan uang.

2. Tugas Relawan

Kontribusi Relawan bagi pengembangan masyarakat, antara lain :

Kerelawanan menghasilkan suatu cara masyarakat untuk dapat berkumpul

dan membuat suatu perubahan melalui tindakan nyata.Tindakan

kerelawanan yang dilakukan bersama-sama dapat membantu membangun

“kepercayaan” diantara para relawan.Bekerja bersama juga membantu


20

menjembatani berbagai perbedaan menuju “rasa percaya” dan

“penghormatan” antar individu yang mungkin belum pernah bertemu

sebelumnya.Secara alamiah kerelawanan kolektif berkontribusi pada

pengembangan sosial dari masyarakat yang justru akan terus memperkuat

kegiatan-kegiatan kerelawanan mereka.

Fungsi Relawan yaitu mempercepat terjadinya proses penanggulangan

bencana atau kasus yang terjadi di masyarakat. Tugas relawan

diantaranya:

a. Membantu orang-orang lain (warga masyarakat), dan menjalankan misi

sebagai agen perubahan atau pembaharu di masyarakat.

b. Membantu pemerintah dalam mensosialisasikan program pengurangan

resiko bencana,.

c. Sebagai katalisator dan fasilitator pengembangan dan pemberdayan

masyarakat. Membantu orang-orang lain (warga masyarakat), dan

menjalankan misi sbg agen perubahan atau pembaharu di masyarakat.

Pada umumnya motivasi menjadi relawan dapat digolongkan dalam:

1) Keagamaan yaitu orang yang melakukan sesuatu bagi sesamanya

sebagai amal saleh atau perbuatan baik, dengan harapan

mendapatkan balasan dari Tuhan.

2) Rasa kesetiakawanan yang tertanam dalam hati sanubari.

Merupakan orang yang berbuat sesuatu karena dorongan hati untuk

berbuat sesuatu bagi kemanusiaan.

3) Kebutuhan sosial. Yaitu orang yang aktif di organisasi, melakukan

sesuatu karena dorongan untuk menjalin hubungan sesama manusia,

sebab manusia merupakan makhluk sosial. Aktualisasi diri adalah

orang yang melakukan sesuatu karena dia ingin mengekspresikan

dirinya, ingin berprestasi, berbuat terbaik. Adapun peran-peran


21

Relawan dalam pendampingan masyarakat seperti: capacity building

melalui “coaching”, bantuan teknis, membangun jaringan, mobilisasi

sumberdaya.

I. Pemberdayaan Masyarakat untuk Mengatasi Tuberkulosis

Penyakit TBC merupakan penyakit menular kronis, yang menjadi

masalah global. Artinya bahwa TBC merupakan masalah yang dihadapi

seluruh negara. Indonesia merupakan negara kedua dengan kasus TBC

terbesar di dunia. Hal tersebut tentunya sangat memprihatinkan, karena akan

mengganggu perekonomian yang dapat menghambat pembangunan.

Untuk menangani penyakit tersebut, diperlukan kerjasama dari berbagai

lapisan masyarakat. Departemen Kesehatan bekerjasama dengan USAID

meluncurkan program CEPAT (Community Empowerment of People Against

Tuberculosis) salah satu dalam memberantas penyakit TBC. Hal tersebut

berupaya membantu pemerintah Indonesia untuk memerangi tuberkulosis

(TBC) sejak dini dengan diagnosis efektif dan pengobatan.“USAID melalui

program CEPAT akan membantu meningkatkan kesadaran tentang TBC,

akan mendukung pasien TBC untuk berobat dan disembuhkan. USAID bisa

bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan dan mendukung program TBC

di Indonesia. Program CEPAT USAID akan dilaksanakan oleh tiga organisasi

mitra Indonesia: Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU), Jaringan

Kesehatan Masyarakat (JKM) dan Katolik Roma Keuskupan Timika (RCD).

Terbatasnya deteksi kasus, keterlambatan diagnosis serta pengetahuan

tentang Tuberkulosis yang terbatas masih menjadi permasalahan. Bahkan bila

hal ini tidak cepat diatasi, Tuberkulosis (TBC) dapat kembali meningkat.

Diperlukan pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi untuk

melibatkan masyarakat dalam mendukung pelayanan TBC, termasuk

membantu pasien agar tetap melakukan pengobatan, proaktif


22

mengidentifikasi, dan advokasi peningkatan kualitas layanan untuk

Tuberkulosis. Permasalahan TBC bukan hanya menjadi tanggung jawab

sektor kesehatan saja tetapi memerlukan komitmen semua sektor baik

pendidikan, agama dan segenap elemen masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan melalui lintas agama

merupakan pendekatan yang diharapkan dapat membantu dalam

penanganan penyakit TBC. Bahkan pemberdayaan juga harus dilakukan

melalui komunitas remaja yang merupakan penerus pembagunan khususnya

bidang kesehatan. Salah satu bentuk pemberdayaan yang dapat dilakukan

yaitu memberdayakan remaja. Untuk membina remaja bisa dilakukan dengan

berbagai cara dan sarana, salah satunya melalui Remaja Masjid. Yaitu suatu

organisasi atau wadah perkumpulan remaja muslim yang menggunakan

Masjid sebagai pusat aktivitas.

Remaja Masjid merupakan salah satu alternatif pembinaan remaja yang

terbaik. Melalui organisasi ini, mereka memperoleh lingkungan yang islami

serta dapat mengembangkan kreatitivitas. Pembinaan dilakukan dengan

menyusun aneka program yang selanjunya ditindaklanjuti dengan berbagai

aktivitas. remaja masjid yang telah mapan biasanya mampu bekerja secara

terstruktur dan terencana.

Pemberdayaan relawan dari remaja dalam masyarakat dalam bidang

kesehatan bukanlah hal baru, namun konsep active case finding yang

melibatkan peran aktif relawan masyarakat khususnya dalam masalah

penanggulangan TBC hingga kini belum diaplikasikan di seluruh wilayah

Indonesia dan dikenal secara luas. Relawan atau relawan masyarakat yang

sebelumnya memperoleh pendidikan kesehatan mengenai TBC diharapkan


23

melakukan pengawasan (surveillance) aktif di lingkungan RTnya untuk

mencari serta menemukan penderita suspect TBC Paru.

Selanjutnya relawan tersebut memotivasi penderita dan keluarga untuk

segera berobat ke Puskesmas terdekat. Dengan cara ini diharapkan penderita

TBC Paru yang tidak berobat dapat diperiksa dan diobati semenjak dini

sehingga dapat mencegah angka penularan dan lebih jauh lagi dapat

menurunkan prevalensi serta mencegah ouTBCreak TBC Paru. Relawan

masyarakat tersebut juga bisa melakukan supervisi terhadap Pengawas

Menelan Obat (PMO) yang berasal dari keluarga.

J. Gerakan Masyarakat Sehat dalam Penanggulangan Tuberkulosis

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) menjadi sebuah pilihan

dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Tujuannya

memunculkan kesadaran pada masyarakat dalam mencegah penyakit.

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu

tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh

seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan

berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS

harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari

masyarakat yang membentuk kepribadian. GERMAS dapat dilakukan dengan

cara:

1. Melakukan aktifitas fisik,

2. Mengonsumsi sayur dan buah,

3. Tidak merokok,

4. Tidak mengonsumsi alkohol,

5. Memeriksa kesehatan secara rutin,

6. Membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban.


24

Pada tahap awal, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada

tiga kegiatan, yaitu:

a. Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari,

b. Mengonsumsi buah, sayur; dan

c. Memeriksakan kesehatan secara rutin (dapat menemukan suspek TBC)

Hari TBC Sedunia tahun 2018 mengusung tema, yakni ''Peduli TBC,

Indonesia Sehat'' bermaksud untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta

seluruh pemangku kebijakan dan masyarakat dalam mendukung Eliminasi

TBC di Indonesia serta menempatkan TBC sebagai isu penting di semua

sektor pembangunan. Gerakan Temukan Obati Sampai Sembuh (TOSS) TBC

sangat dibutuhkan, perlu dipahami dan dilakukan oleh seluruh masyarakat.

Fokus pencegahan dan pengendalian TBC adalah penemuan kasus dan

pengobatan. Tolong temukan penderita TBC, diobati sebaik-baiknya. Sampai

sembuh, betul-betul harus sampai sembuh agar terhindar dari resistensi.

Maka dari itu, kegiatan penemuan aktif di lapangan, dimana relawan atau

relawan dan petugas melakukan upaya Ketuk Pintu (mendatangi langsung ke

rumah-rumah) untuk melakukan pemeriksaan gejala TBC dari kontak pasien.

Kegiatan tersebut dilakukan untuk memukan terduga TBC atau ternyata

terbukti sudah TBC. Hal ini dapat merupakan salah satu kerja sama nyata

masyarakat dan petugas dalam menemukan kasus TBC. Menteri kesehatan

mengatakan, kegiatan deteksi dini ini selaras dengan semangat gerakan

masyarakat hidup sehat (GERMAS). Gerakan ini perlu menjadi suatu kegiatan

terpadu dan memperkuat program Indonesia sehat melalui pendekatan

keluarga (PIS-PK).

Menurut Dr Anung penemuan kasus terus ditingkatkan secara intensif

baik yang dilakukan fasilitas milik pemerintah maupun swasta, serta

melakukan pendekatan terpadu layanan TBC dengan layanan kesehatan


25

lainnya serta dilakukan juga penemuan aktif melalui pendekatan

keluarga. Upaya ini didukung dengan edukasi terus menerus melalui berbagai

kegiatan dan media. Dukungan pihak di luar kesehatan sangat berarti bagi

program pencegahan dan pengendalian penyakit TBC. Tantangan dalam

pencegahan dan pengendalian Tuberkulosis adalah menemukan dan

mengobati semua penderita TBC sampai sembuh.

Hal ini dilakukan agar semua penderita TBC di Indonesia dapat kembali

sehat, hidup berkualitas, dan produktif. Di samping itu juga untuk mewujudkan

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dalam memenuhi

tujuan Pembangunan Kesehatan. Gerakan Temukan Tuberkulosis Obati

Sampai Sembuh (TOSS TBC) di masyarakat merupakan wujud pelayanan

Pengendalian TBC. Melalui gerakan TOSS TBC semua pasien dapat

ditemukan dan diobati sampai sembuh sehingga mereka dapat hidup layak,

bekerja dengan baik dan produktif, serta tidak menjadi sumber penularan

TBC di masyarakat. Untuk memperkuat Gerakan TOSS TBC, pemerintah

bersama masyarakat telah memulai pula Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

atau GERMAS dengan kegiatan utama antara lain

1. Peningkatan aktivitas fisik,

2. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat,

3. Penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi,

4. Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit,

5. Peningkatan kualitas lingkungan,

6. Peningkatan edukasi hidup sehat.

GERMAS ini didukung penerapannya melalui Pendekatan Keluarga.

TBC mudah menular melalui udara dengan sarana cairan yang keluar saat

penderita bersin dan batuk, yang terhirup oleh orang sekitarnya terutama

dalam satu keluarga


26

Pemerintah berupaya mengidentifikasi masalah dan menyusun upaya-

upaya dalam rangka percepatan eliminasi Tuberkulosis, dan peningkatan

cakupan serta mutu imunisasi. Germas menjadi penting diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari sebagai upaya menghindari masalah TBC tersebut, dan

masalah kesehatan lainnya.


27

BAB III
METODE DAN RANCANGAN KEGIATAN

A. Gambaran Umum Desa Sumberejo

Kecamatan Mranggen adalah salah satu kecamatan pada Kabupaten

Demak. dengan luas wilayah Kecamatan Mranggen secara administratif

adalah 72,22 km². Kecamatan Mranggen terletak di 7º 1’ 41” dengan Garis

Lintang Utara dan 110º 30’ 55’ Garis Bujur Timur serta memiliki 19 desa

yang mayoritas penduduknya hidup dari pertanian. Total luas wilayah

kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak adalah 72.22 km².

1. Kondisi Geografis

Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak

memiliki jarak geografis dengan laut Jawa ± 40 km sedangkan

menuju pinggiran hutan yang terletak di ujung paling selatan Desa

tepatnya di selatan Dukuh Sendang Delik ± 15 Km. Untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari warga Desa Sumberejo membutuhkan waktu ±

30 Menit berkendara sepeda motor atau berjarak ± 5 Km untuk

berbelanja di Pasar Mranggen yang berada di pusat Pemerintahan

Kecamatan.

Luas Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak

dengan koordinat bujur 110.51615 dan koordinat lintang –7.090886,

yang kondisi desanya sebagian besar kontur tanahnya adalah

dataran rendah dengan luas wilayah ± 888,9 Ha.

Walaupun Desa Sumberejo merupakan salah satu desa yang

terletak dipaling ujung selatan dari pusat Pemerintahan Kabupaten

namun yang berbatasan dengan Kotamadya Semarang dengan

jarak ± 6 Km sekaligus lebih dekat ke pusat Pemerintahan Provinsi

2
27
7
28

Jawa Tengah yang berjarak ± 17 Km. Kantor Polisi Sektor Mranggen

dan Kantor Rayon Militer 016 yang terletak di pusat Pemerintahan

Kecamatan yang berjarak ± 5 Km dari pusat Pemerintahan Desa

Sumberejo. Adapun batas-batas wilayahnya yaitu:

a. Sebelah Utara: Desa Kangkung Kecamatan Mranggen

b. Sebelah Timur: Desa Margohayu Kecamatan Karangawen

c. SebelahSelatan: Kecamatan Klepu Kabupaten Semarang

d. Sebelah Barat: Desa Kebon Batur Kecamatan Mranggen

Desa Sumberejo merupakan salah satu kelurahan yang terletak

dipaling ujung selatan Kecamatan Mranggen sekaligus dari

Kabupaten Demak, kira membutuhkan waktu ± 30 Menit dari kantor

Kecamatan Mranggen.

2. Gambaran Umum Demografis

Desa Sumberejo merupakan desa yang sebagian masyarakatnya

bermata pencaharian bercocok tanam atau petani, selain itu masyarakat

di Desa Sumberejo bersifat religious dan tradisional konservatif. Jadi,

banyak kegiatan masyarakat yang berorientasi religious konservatif.

Desa Sumberejo ini terdiri dari 5 Pedukuhan, 8 RW, serta 33 RT

dengan mayoritas penduduk menjadi petani tembakau, jagung, kedelai,

palawija dengan cara bertani konvensional. Keseharian masyarakat

adalah mayoritas bercocok tanam, petani, buruh tani, buruh pabrik,

pekerja serabutan, berternak, perikanan, buruh bangunan, berdagang

dan lain - lainnya.

Penggunaan lahan berdasarkan jenis penggunaan lahan di Desa

Sumberejo didominasi oleh tegalan dengan luas 492,40 hektar (73,38%)

dari total luas penggunaan lahan sebesar 671 hektar. Perkarangan atau
29

bangunan dengan luas 113,83 hektar (16,96%), hutan negara dengan

luas 50 hektar (7,46%) dan lain-lain seluas 14,77 hektar (2,2%).

B. Kegiatan Residensi

Kegiatan awal yang dilakukan mahasiswa residensi yaitu melakukan

analisis prioritas masalah yang sangat menonjol di dusun Dawung,

melakukan pendekatan kepada masyarakat Dusun Dawung yang bertujuan

untuk mengetahui karakteristik warga tersebut.

1. Penduduk Desa Sumberejo

a. Gambaran Umum

Kepadatan penduduk di Desa Sumberejo berjumlah 8.241.000

jiwa. Mereka tersebar di 5 pedukuhan, yaitu Dusun Dawung, Dusun

Dukoh, Dusun Karangasem, Dusun Puro dan Dusun Sendang Delik.

Beberapa organisasi yang ada di Dusun Dawung adalah

Organisasi Karang taruna, Remaja Masjid atau biasa disebut dengan

IRMADA (Ikatan Remaja Masjid Dawung) . Secara umum organisasi

yang ada di dusun Dawung tersebut sudah berjalan dengan baik dan

aktif.

b. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Sumberejo

Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak terdiri dari :


30

No Nama Jumlah
1 Kantor Desa 1 Unit
2 Puskesmas 1 Unit
3 Posyandu 5 Unit
4 Pasar Desa 1 Unit
5 MA 1 Unit
6 MTs 1 Unit
7 MI 2 Unit
8 SD Negeri 3 Unit
9 TK 6 Unit
10 PAUD 3 Unit
11 TPQ 6 Unit
12 Masjid 5 Unit
13 Mushola 5 Unit
14 Pondok Pesantren 2 Unit
15 Panti Asuhan 1 Unit
16 Masjid Ta’lim 10 Unit

Tabel 3.1 Sarana dan Prasarana yang terdapat di


Dusun Dawung Desa Sumberejo
C. Metode dan Rancangan Kegiatan

1. Metode Kegiatan

Metode yang digunakan dalam kegiatan Residensi ini adalah Metode

Survei Kepuasan Masyarakat dengan pendekatan kuantitatif serta

pemberdayaan masyarakat. Hal ini dipilih karena nila kebudayaan yang

cocok untuk masyarakat di daerah Dukuh Dawung. Kegiata pertama

yang dilakukan adalh koordinasi dengan Puskesmas Mranggen I

sebagai pemegang wilayah Puskesmas dan Struktur Organisasi Desa

Sumberejo.

Setelah dilakukan koordinasi, mahasiswa melakukan analisa situasi

di Dukuh Dawung untuk menemukan prioritas masalah dan

penyelesaiannya.
31

Kegiatan pertama dimulai dengan survei mawas diri (SMD) di 6 RT

dan 1 RW di Dukuh Dawung. Berdasarkan hasil SMD didapatkan hasil

bahwa masyarakat di Dukuh Dawung sebagaian besar mengalami

penyakit TBC dengan rata – rata belum tuntas pengobatan dan tidak

mengetahui apa itu penyakit yang mereka alami dan memilih membeli

obat warung ketika sakit kambuh. Selain itu sebagaia besar rumah

masyarakat adalah rumah semi permanen sehingga bila tidak menjaga

kebersihan lingkungan rumah sehingga mendukung kejadian sakit pada

orang di dala rumah tersebut.

Dalam salah satu wawancara dengan Bapak RW 3 beliau

mengatakan bahwa warga di Dukuh Dawung mengalami gangguan

nyeri otot atau lutut dan bukan TBC. Namun berdasarkan data yang

didapatkan di Puskesmas Dukuh Dawung merupakan kantong TBC

sejak tahun 2014. Pendekatan kuanititatif dipilih dalam kegiata residensi

ini untuk dapat mempaparkan dam menjelaskan bagaimana kondisi

kesehatan dan analisa situasi warga Dukuh Sumberejo. Analisis

keadaan yang berupa:

a. Kedaan masa lalu, sekarang, dan kecenderungannya di masa

depan.

b. Identifikasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan alasan-

alasan atau penyebabnya.

c. Identifikasi (akar) masalah dan alternatif-alternatif pemecahan

masalah.

d. Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman atau analisis

strength, weakness, opportunity, and treat (SWOT) terhadap

semua alternatif pemecahan masalah.


32

e. Pemilihan alternatif pemecahan masalah yang paling layak atau

dapat diandalkan (dapat dilaksanakan, efisien, dan diterima oleh

sistem sosialnya).

f. Rincian tentang stakeholders dan peran yang diharapkan dari

para pihak, serta jumlah dan sumber-sumber pembiayaan yang

dapat diharapkan untuk melaksanakan program/ kegiatan yang

akan diusulkan atau direkomendasikan.

2. Rancangan kegiatan

Rancangan kegiatan di residensi ini menggunakan langkah –

langkah pemberdayaan di masyarakat dengan tujuan akhir bahwa

masyarakat mampu mengenali sakit mereka tahu tindakan yang harus

dilakukan dan paham cara mencegahnya. Pemberdayaan masyarkat

dilakukan dengan tujuan masyarakat mampu memberdayakan diri

mereka dan mengatasi masalah kesehatan mereka sendiri.

Rancangan kegiatan dilakukan sejak bulan Agustus sampai

dengan bulan November 2018 dengan awal kegiatan di bulan Agustus

adalah observasi dan SMD, kemudian dilanjutkan pembentukan relawan

sebagai pionir kesehatan di Dukuh Dawung dan monitoring kegiatan

penemuaan kasus TBC selama bulan beserta pemetaanya yang telah

dikoordinasikan dengan pemegang program Puskesmas Mranggen 1.

a. Pendekatan untuk melakukan pemberdayaan

Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa

masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan,

tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri.

Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan masyarakat

harus mengikuti pendekatan sebagai berikut:


33

1) Upaya itu harus terarah (targetted) Ini yang secara populer disebut

pemihakan. Ia ditujukan langsung kepada yang memerlukan,

dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya

dan sesuai kebutuhannya.

2) Program ini harus langsung mengikut sertakan atau bahkan

dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikut

sertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa

tujuan, yakni supaya bantuan tersebut efektif karena sesuai

dengan kehendak dan kemampuan serta kebutuhan mereka.

Selain itu sekaligus meningkatkan keberdayaan (empowering)

masyarakat dengan pengalaman dalam merancang,

melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya

peningkatan diri dan ekonominya.

3) Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-

sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah-

masalah yang dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu

luas kalau penanganannya dilakukan secara individu. Karena itu

seperti telah disinggung di muka, pendekatan kelompok adalah

yang paling efektif, dan dilihat dari penggunaan sumber daya juga

lebih efisien. Di samping itu kemitraan usaha antara kelompok

tersebut dengan kelompok yang lebih maju harus terus-menerus di

bina dan dipelihara secara saling menguntungkan dan

memajukan.

b. Relawan Peduli TBC

Salah satu tujuan umum dibentuknya relawan peduli TBC di

Dusun Dawung yaitu untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat


34

dalam bidang kesehatan, agar mereka lebih peduli akan kesehatan

pada dirinya, keluarga bahkan juga pada masyarakat disekitarnya.

Dalam pembentukan relawan peduli TBC pada masyarakat

Dusun Dawung dilaksanakan melalui beberapa langkah diantaranya

yaitu :

1) Melakukan analisis prioritas masalah yang artinya Penetapan

Prioritas dalam masalah kesehatan penduduk dan penentuan

prioritas dalam program intervensi yang dilaksanakan merupakan

sesuatu yang penting mengingat adanya keterbatasan sumber

daya SDM dan dana. Jika kita sudah mendapatkan data dari

sektor Kesehatan di daerah tersebut maka kita dapat melihat

masalah kesehatan apa yang harus segera diselesaikan dan

perlunya perhatian lebih dalam pemecahannya, melihat dari

banyaknya kejadian kesakitan, kematian dan juga dilihat dari

tingkat keparahan dalam penanganan dalam jangka panjang.

2) Pendekatan kepeda masyarakat di Dusun Dawung merupakan

cara untuk mengetahui karakteristik warga disana, agar dalam

melakukan pemberdayaan masyarakat disana dapat diterima

dengan baik dan tepat sasaran. Agar masyarakat juga merasa

dilibatkan dalam beberapa kegiatan kesehatan nantinya.

3) Pendekatan untuk perubahan perilaku masyarakat merupakan

cara yang sangat sistematis dan berdasarkan kondisi nyata dalam

menentukan perilaku mana dan penyebab perilaku itu dapat

membantu mereka menentukan keputusan sendiri.pendekatan ini

merupakan dasar dari proses belajar sistematis dalam mengambil

keputusan.
35

Pengetahuan pemahaman masyarakat masih rendah,

kurangnya sarana pendukung, kondisi lingkungan yang tidak

mendukung, tenaga kesehatan yang melaksanakan sesuai

dengan SOP, kurangnya dukungan masyarakat dan keluaga serta

Belum terpadunya sektoral terkait untuk berkomitmen dalam

upaya pencegahan penyakit TBC. Untuk mewujudkan

pemberantasan penyakit TBC dalam menurunkan angka

kesakitan dan kematian penyakit TBC di Dusun Dawung Desa

Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak

4) Pendekatan Promosi Kesehatan merupakan suatu upaya

membantu masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan

perilaku hidup bersih dan sehat untuk menolong diri sendiri,

melalui pembelajaran dari oleh dan bersama masyarakat, sesuai

sosial budaya setempat & didukung oleh kebijakan publik yg

berwawasan kesehatan. Bagaimana menumbuhkan rasa mau

pada masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya melalui pendidikan kesehatan yang diberikan oleh

tenaga kesehatan. ingin mengajak semua pihak dan anggota

masyarakat untuk turut berperan aktif dalam gerakan TOSS TBC

sebagai upaya pencegahan dan pengendalian TBC

Untuk memperkuat Gerakan TOSS TBC, pemerintah bersama

masyarakat telah memulai pula Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

atau GERMAS dengan kegiatan utama antara lain :

a) Peningkatan aktivitas fisik

b) Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat

c) Penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi

d) Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit


36

e) Peningkatan kualitas lingkungan

f) Peningkatan edukasi hidup sehat.

GERMAS ini didukung penerapannya melalui PIS - PK

(Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga).

c. Langkah – langkah pembentukan Relawan Peduli TBC di Dusun

Dawung Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen

1) Persiapan

a) Analisis Situasi

Analisis situasi merupakan langkah awal dalam Problem

Solving Cycle (Siklus Pemecahan Masalah). Dalam proses

pemecahan masalah selalu dimulai dari analisis situasi. Proses

pemecahan masalah diharapkan benar-benar memecahkan

masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Semua itu

memerlukan dukungan informasi yang tepat dari proses analisis

situasi.

Tujuan analisis situasi adalah mengumpulkan informasi

sebanyak-banyaknya tentang kondisi kesehatan di suatu

daerah yang akan berguna untuk menetapkan permasalahan

(identifikasi masalah). Analisa situasi juga dapat digunakan

dalam rangka perencanaan program dan analisis hambatan.

Dengan dilakukan analisis situasi kita dapat memotret kondisi

kesehatan masyarakat yang sedang dihadapi suatu daerah.

Sehingga dapat diperkirakan secara tidak langsung derajat

kesehatan masyarakat atau masalah kesehatan yang dialami

masyarakat. Analisis Situasi merupakan proses pengamatan

situasi kini (present condition atau the existing condition)

dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan


37

dan mengumpulkan informasi atau data dari laporan-aporan

atau publikasi melalui metode observasi dan wawancara.

Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu Faktor

perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan.

b) Wawancara

Wawancara dilakukan pada warga masyarakat dan tokoh

masyarakat yang ada di Dusun Dawung tentang pemahaman

mereka mengenai penyakit TBC dan permasalahan kesehatan

lainnya. Tujuannya agar kita mengetahui seberapa

pengetahuan warga masyarakat tentang TBC dan

permasalahan kesehatan pada dirinya.

c) Pre Need Assesment pada warga

Untuk memperoleh informasi utuh dari segi pengetahuan,

praktek dan sikap warga masyarakat dalam mengambil data

melalui need assesment pada remaja yang ada di Desa

Sumberejo.

d) Observasi

Untuk mendapatkan informasi secara lengkp dari segi

lingkungan fisik masyarakat yaitu dengan melakukan

pengamatan pada rumah warga bersamaan dengan kegiatan

pre need assessment.

2) Pelaksanaan

a) Pre Need Assessment

Pengkajian awal untuk mengali masalah kesehatan di

masyarakat salah satu caranya dengan menggunakan pre need

assessment. Penilaiaan pengkajian kesehatan masyaraat yang


38

dilakukan secara menyeluruh untuk diambil satu kesimpulan

utuh tentang masalah yang terjadi di masyarakat. Masyarakat

dilakukan pengkajian dengan menggunakan kuesioner atau

bertanya terbuka mengenai masalah kesehatannya, baik dari

segi sikap dan pengetahuan masyarakat akan masalah

kesehatannya tersebut.

b) Pelatihan

Kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dan

mempersiapkan diri sebelum melakukan pengkajian di

masyarakat tentang masalah kesehatan masyarakat.

Pengetahuan yang cukup tentang ilmu kesehatan masyaarkat

dan cara berkomunikasi dengan masyarakat agar memudahkan

relawan dan masyarakat melakukan kegiatan pengkajian

dengan tenang dan nyaman.

c) Buku Pencatatan

Pada saat dilakukannya pelatihan calon relawan TBC

diberikan buku catatan dan buku saku relawan peduli TBC,

relawan dibekali buku saku setiap melakukan pelacakan door to

door ke warga masyarakat. Hal ini untuk melihat, mendapatkan

data dan mendokumentasikan pada saat melakukan

wawancara keliling bertujuan untuk melihat sampai mana

keberhasilan mereka dalam mencari informasi dan apa saja

hambatan mereka yang mungkin bisa diselesaikan bersama

bagaimana penyelesaiannya.

d) Pemberian materi awal seputar TBC dan cara pelacakannya

Setelah dilaksanakannya pelatihan, relawan peduli TBC

dilakukan pendampindan yang didampingi oleh mahasiswa


39

Residensi. Mereka mencontohkan cara melakukan wawancara

dan pelacakan kepada warga dengan benar dan langsung

melakukan evaluasi tindak lanjut agar relawan menjadi tahu

harus bagaimana selanjutnya supaya bisa ditingkatkan kembali.

e) Penyusunan Struktur Organisasi

Relawan yang sudah dilatih, selanjutnya melakukan

wawancara pelacakan TBC ke warga. Selanjutnya relawan ini

dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan dalam

penyampaian pesan kesehatan di lingkungan Dusun Dawung.

Relawan ini dilatih, dibentuk dan dibekali sedemikian rupa

sehingga menjadi Relawan yang mampu untuk menjadi agen

perubahan di Desa Sumberejo

Selanjutnya untuk mengakui keberadaan calon Relawan

TBC, maka diadvokasi Surat Keputusan Kepala Desa tentang

Pembentukan Relawan Peduli TBC yang dibuat dalam struktur

Organisasi Relawan Peduli TBC di Dusun Dawung Desa

Sumberejo Kecamatan Mranggen.

f) Pendekatan kepada key person di Dusun Dawung

Berkomunikasi dengan orang terpercaya di masayarakat

akan memudahkan mahasiswa residensi dalam mendapat

informasi yang akurat tentang masalah kesehatan yang terjadi

di masyarakat.

d. Peran relawan dalam penanggulangan TBC

1) Memberikan penyuluhan tentang TB dan pengendaliannya kepada

masyarakat.

2) Membantu menemukan pasien yang dicurigai sakit TB dan pasien

TB di wilayahnya.
40

3) Membantu Puskesmas atau sarana kesehatan lainnya dalam

membimbing dan memberikan motivasi kepada PMO untuk selalu

melakukan pengawasan menelan obat.

4) Menjadi koordinator PMO. Jika pasien tidak memiliki PMO, maka

seorang relawan bisa menjadi PMO.

e. Tugas Relawan Peduli TBC

1) Mendeteksi secara aktif warga yang memiliki gejala TBC

2) Menyarankan kepada warga untuk melakukan pemeriksaan darah

ke puskesmas

3) Mendampingi pasien dengan gejala TBC untuk melakukan

pemeriksaan menuju ke Puskesmas

4) Melakukan koordinasi dengan pihak puskesmas ketika ada warga

yang memiliki gejala TBC namun tidak mau melakukan

pemeriksaan dahak

5) Membantu puskesmas dalam penemuan temuan kasus TBC yang

kemudian dilaporkan ke pihak Puskesmas untuk di data dan

tindak lanjuti

6) Memonitor proses pengobatan pada pasien TBC jika di

perkenankan

7) Mendorong pasien TBC untuk selalu melakukan kontrol dan

pemeriksaan dahak secara teratur di Puskesmas

8) Mendorong anggota keluarga yang memiliki kontak langsung

dengan pasien TBC untuk melakukan pemeriksaan dahak di

puskesmas

9) Membagikan masker kepada keluarga yang memiliki kontak

langsung dengan pasien TBC


41

f. Rumus untuk penentuan sampel menggunakan Slovin dengan

rumus dan perhitungan sebagai berikut :

N
n=
1 + Ne2
dimana : n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Prosentase (%), toleransi

ketidaktelitian karena kesalahan

dalam pengambilan sampel.

Dengan rincian N : 1936 dimana nberasal dari 484 (Jumlah KK 6 RT) x 4

(rata – rata jumlah anggota keluarga dalam 1 KK)

1,936
Sehingga n =
1+(1,963 𝑥 0,01𝑥0,01)

= 0,162 maka sama dengan 162 orang sebagai sampel.


42

Tabel 3.2 Pelaksanaan Pelatihan Pembentukan Relawan Peduli TBC Dusun Dawung Desa Sumberejo

No Tanggal Kegiatan Metode Yang Hadir Hasil / Penampakan


1 13 Agustus 2018 Pre Need Assesment Ceramah (terlampir pada a) Memaparkan hasil yang didapat dari
dan daftar hadir) puskesmas dan didapat dari
Diskusi penyebaran kuesioner need
assesment dan rencana kerja
kedepan selama residensi 3 bulan ke
depan.
b) Mendapatkan masukan dari
undangan yang hadir terkait rencana
kerja yang akan dilakukan sesuai
dengan kondisi warga di desa.
c) Mendapatkan topik issue yaitu
masalah tentang Tuberkulosis (TBC).
2 4 November 2018 Pelaksanaan Pelatihan Ceramah, (terlampir pada a) Kegiatan pelatihan di hadiri oleh
Relawan TB Dusun Materi, daftar hadir) kepala desa Sumberejo, ketua PKK
Dawung role play
Desa Sumberejo, perangkat desa,
dan
Diskusi perangkat dusun Dawung dan para
calon Relawan Peduli TB
b) Para calon relawan dan undangan
yang hadir diberi pengetahuan dan
keterampilan untuk menjadi relawan
43

peduli TB, namun pada umumnya


yang hadir sudah sedikit mengetahui
beberapa hal tentang Tuberkulosis
yaitu apa itu TBC, gejalanya apa saja,
bagaimana penularannya dan
pencegahannya. Walaupun hanya
baru sekedar pengetahuannya
setidaknya warga yang hadir sudah
sedikit paham permasaslahan tentang
Tuberkulosis tersebut
c) Warga yang Hadir sebelumnya
diberikan pre test dan sesudah
diberikan pelatihan diberikan materi
selanjutnya dilaksanakan post test.
Didapatkan hasil yang cukup bagus,
sebagian besar warga sudah
mengetahui namun untuk
menerapkannya belum begitu bagus.
3 9 November 2018 Memfasilitasi Diskusi Ibu Muslikhah, a) Terjalinnya komunikasi langsung dan
Pertemuan pengelolah Semua koordinasi antara pengelolah program
Anggota
44

TB Puskesmas Relawan TB Puskesmas Mranggen 1 dengan


Mranggen 1 dengan Peduli TBC para relawan peduli TB Dusun
dan Semua
para relawan TB Dusun Dawung secara baik dan lancar.
Mahasiswa
dawung Residensi b) Saling bertanya antara pengelolah
program dan relawan TBC perihal
TBC dan bagaimana
keberlanjutannya kedepannya.
4 11 November 2018 Pelantikan Relawan Diskusi (terlampir pada a) Pelantikan dihadiri oleh Sekprodi
Peduli TBC Dusun daftar hadir) Magister Promosi Kesehatan Undip,
Dawung
kepala puskesmas Mranggen 1,
kepala desa Sumberejo, ketua PKK,
Bidan desa Sumberejo perangkat
desa sumberejo, perangkat dusun
Dawung dan dusun Dukoh serta para
calon relawan peduli TB dan Relawan
peduli DM
b) Para relawan di lantik secara sah oleh
Kepala Desa Sumberejo
c) Dibuat nota kesepakatan antara desa
Sumberejo dengan Puskesmas
45

Mranggen 1
d) Penandatanganan komitmen
bersama peduli TB
e) Penyerahan sertifikat pelatihan dan
simbolik buku saku pendampingan
penyakit TB
5 17-18 November 2018 Rencana Tindak Lanjut Pelacakan Semua a) Relawan sudah mampu
(RTL) / Relawan melaksanakan pendampingan
Praktik lapangan Wawancar Peduli TBC
masyarakat, mengedukasi, praktik
penemuan kasus, a dan
edukasi masyarakat Mahasiswa strategi penemuan kasus serta teknik
terkait penyakit TB. Residensi pemetaan
b) Langsung melakukan evaluasi yaitu
kesulitan yang dialami oleh relawan
peduli TBC
6 21 November 2018 Koordinasi ke diskusi Mahasiswa Pak karwadi bersedia menjadi
perangkat desa untuk Residensi dan pendamping relawan peduli TB di Desa
menjadi pendamping Perangkat Sumberejo selama priode 5 tahun
relawan peduli TB Desa
7 1 Desember 2018 Penutupan diskusi (terlampir pada a) Acara lancar dihadiri oleh perangkat
daftar hadir) desa, warga, anggota IRMADA serta
Relawan Peduli TBC
b) Penyerahan Kenang-kenangan
46

BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN RESIDENSI

A. Pelaksanaan Kegiatan

Tujuan dibentuknya relawan peduli TBC di Dusun Dawung yaitu untuk

menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam bidang kesehatan, agar mereka

lebih peduli akan kesehatan pada dirinya, keluarga bahkan juga pada

masyarakat disekitarnya. Dalam pembentukan relawan peduli TBC pada

masyarakat Dusun Dawung dilaksanakan melalui beberapa langkah

diantaranya yaitu :

1. Analisis situasi

Dukuh Dawung merupakan salah satu dukuh di Desa Sumberejo

Kecamatan Mranggen yang merupakan wilayah binaan Puskesmas

Mranggen 1. Dukuh Dawung dulunya adalah persawahan kemudian

didirikan pemukiman warga sebagai tempat tinggal warga. Dukuh Dawung

memiliki 6 RT dengan jumlah KK sebanyak 484 KK. Mayoritas masyarakat

di Dukuh Dawung adalah masyarakat usia produktif dan lansia. Pekerjaan

sehari – hari warga Dukuh Dawung adalah bertani dan bekerja di pabrik.

selain itu masyarakat dusun Dawung bersifat religious dan tradisional

konservatif. Jadi, banyak kegiatan masyarakat yang berorientasi

religious konservatif.

Lingkungan tempat tinggal di Dukuh Dawung berupa perumahan

tunggal yang berdekat-dekatan. Jarak antara rumah dengan rumah yang

lainnya bervariasi, beberapa rumah berjarak 1 m dengan rumah yang

lainnya dan ada juga rumah yang berjarak 5 meteran. Lingkungan tempat

tinggal warga sebagian ada yang ramai karena terletak di pinggir jalan

46
47

jalan desa dan ada yang tidak terlalu ramai karena beberapa rumah ada

yang terletak diujung desa dekat dengan perbatasan desa dan sawah.

Kebersamaan di dukuh Dawung terlihat erat dan kompak gotong

royong,tenggang rasa, serta dukungan dari warga namun kurangnya rasa

memilki dan kebersamaan (antara suami,istri anak dan keluarga besar)

kurang bagus Hal ini disebabkan karena semua anggota keluarga bekerja

dan sibuk dengan kegiatan masing–masing sehingga apabila ada keluarga

yang sakit tidak begitu dipedulikan.

Beberapa organisasi yang ada di Dusun Dawung adalah Organisasi

Karang taruna, Remaja Masjid atau biasa disebut dengan IRMADA (Ikatan

Remaja Masjid Dawung). Secara umum organisasi yang ada di dusun

Dawung tersebut sudah berjalan dengan baik dan aktif.

Berdasarkan data dari Puskesmas pada tahun 2016 pada kasus TBC

Paru yang ditemukan dengan BTA (+) sejumlah 13 kasus dan tahun 2017

tercatat khusus penyakit menular TBC Paru BTA (+) 21 kasus. Survei

Mawas Diri yang dilakukan pada tanggal 21 September – 22 September

2018 didapatkan hasil bahwa pada RT 1,2,3,4,5 dan 6 Dukuh Dawung

sebagian besar mengalami batuk lebih dari 1 tahun dengan gejala

berkeringat dimalam hari, penuruan BB da bila berdahak mengeluarkan

darah sebanyak 6 orang suspect TBC dan ada 1 keluarga yang

mengalami suspect TBC yang terdiri dari orang tua dan anaknya.

2. Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan analisis perangkat umum yang didesain

dan digunakan sebagai langkah awal dalam proses pembuatan keputusan

dan sebagai perencanaan strategis dalam mengidentifikasi masalah dan

menentukan cara pemecahan masalah tersebut. Dibawah ini merupakan

analisis SWOT dalam pembentukan relawan TBC, yaitu:


48

Analisa Lingkungan Internal:


Strength Weakness
1. Banyaknya usia remaja di Dusun 1. Rendahnya pengetahuan
Dawung masyarakat tentang
2. Aktifnya remaja dalam kegiatan penyakit TBC.
keagamaan 2. Kurangnya kesadaran
3. Kedekatan remaja dengan masyarakat akan
masyarakat sekitar kesehatan.
4. Adanya kemauan remaja dusun 3. Kurangnya informasi
Dawung untuk membantu kesehatan tentang perilaku hidup
masyarakat. sehat
Analisa Lingkungan Eksternal:
Opportunity Threat
1. Dukungan dari Puskesmas 1. Tingginya prevalensi
Mranggen 1. kasus TBC
2. Adanya fasilitas kesehatan yaitu 2. Kurangnya kesadaran
pustu di desa Sumberejo untuk masyarakat tentang
menunjang kesehatan masyarakat. perilaku hidup sehat.

Tabel 4.1. Analisis SWOT dalam pembentukan relawan TBC

Berdasarkan analisis SWOT diatas, didapatkan kesimpulan bahwa

perlunya gerakan pemberdayaan masyarakat berupa “Pembentukan

Relawan Peduli TBC Dusun Dawung Desa Sumberejo Kecamatan

Mranggen Kabupaten Demak”.


49

B. Hasil

1. Relawan TBC

Salah satu tujuan umum dibentuknya relawan peduli TBC di Dusun

Dawung yaitu untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam bidang

kesehatan, agar mereka lebih peduli akan kesehatan pada dirinya,

keluarga bahkan juga pada masyarakat disekitarnya.

Pelaksanaan Pelatihan Relawan Peduli TBC Dusun Dawung

menggunakan metode ceramah, diskusi dan roleplay. Kegiatan pelatihan di

hadiri oleh kepala desa Sumberejo, ketua PKK Desa Sumberejo, perangkat

desa, perangkat dusun Dawung dan para calon Relawan Peduli TBC.

Jumlah peserta pelatihan relawan peduli di Dusun Dawung Desa

Sumberejo Kecamatan Mranggen yaitu sebanyak 9 orang.

a. Distribusi berdasarkan jenis kelamin

Variabel Frekuensi Persen (%)


Laki-laki 4 44,4
perempuan 5 55,6
Total 9 100,0

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil pengumpulan data distribusi frekuensi berdasarkan jenis

kelamin dapat diketahui bahwa sebagian besar berjenis kelamin

perempuan sebanyak 5 orang (55,6%).


50

b. Distribusi berdasarkan pendidikan relawan Peduli TBC

Variabel Frekuensi Persen (%)


SMA 6 67
PT 2 22
Tamat
1 11
diploma/sarjana
Total 9 100,0

Tabel 4.3. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan


Relawan Peduli TBC

Hasil pengumpulan data distribusi frekuensi berdasarkan

pendidikan dapat diketahui bahwa sebagian besar pendidikan SMA

sebanyak 6 orang (67%).

c. Deskripsi skor Pre-test

Variabel Minimum Maksimum Rata-Rata

Pre-test 58 78 68,78

Tabel 4.4. Deskripsi skor Pre-test

Rata-rata skor pre-test relawan 68,78. Skor minimum 58 dan

skor maksimum 78.

d. Deskripsi skor Post-test

Variabel Minimum Maksimum Rata-Rata

Post-test 72 88 80,67

Tabel 4.5. Deskripsi skor Post-test

Rata-rata skor post-test relawan 80,67. Skor minimum 72 dan

skor maksimum 88. Berdasarkan kategori tersebut maka sebelum

pelatihan sebagian besar peserta dikategorikan berkemampuan

cukup.
51

e. Deskripsi hasil pelatihan

Relawan Pre-Test Post-Test Keterangan


1 68 84 Meningkat
2 78 88 Meningkat
3 58 76 Meningkat
4 72 84 Meningkat
5 67 88 Meningkat
6 74 72 Menurun
7 66 84 Meningkat
8 68 76 Meningkat
9 68 74 Meningkat

Tabel 4.6. Deskripsi hasil pelatihan

Berdasarkan hasil pelatihan didapatkan hasil bahwa mayoritas

relawan mengalami peningkatan pengetahuan setelah dilakukan

pelatihan sebanyak 8 orang (88%).

C. Pembahasan

Permasalahan penemuan suspect penderita TBC di desa Sumberejo

Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak disebabkan pengetahuan

pemahaman masyarakat masih rendah, kurangnya sarana pendukung,

kondisi lingkungan yang tidak mendukung, kurangnya keterlibatan masyarakat

dan keluaga serta belum terpadunya sektoral terkait untuk berkomitmen

dalam upaya pencegahan penyakit TBC. Rendahnya keterlibatan masyarakat

dalam penjaringan suspek TBC tidak terlepas dari pemahaman yang benar

tentang TBC, bagaimana penularannya, kriteria pasien tersangka TBC serta

upaya pencegahan. Pendampingan aktif kepada pasien selama pengobatan

TBC membutuhkan waktu yang lama sesuai dengan aturan pengobatan yang

memenuhi standar, terkadang merupakan salah satu faktor penghambat yang


52

memungkinkan terjadinya ketidak patuhan pasien dalam menelan obat.

Disamping itu, masih adanya stigma tentang TBC, serta terbatasnya

informasi, bagaimana pelayanan dan pengobatan TBC di masyarakat

mempengaruhi motivasi pasien untuk sembuh.

Untuk pengendalian masalah tersebut peran masyarakat sebagai

Relawan Kesehatan dan petugas di Sarana Pelayanan Kesehatan terdepan

sangatlah penting untuk menjadi tenaga penyuluh melacak pasien serta

mendampingi Pengawas Minum Obat (PMO), pasien, dan keluarganya guna

mewujudkan pemberantasan penyakit TBC dalam menurunkan angka

kesakitan dan kematian penyakit TBC dengan menggunakan konsep

“Gerakan Pemberdayaan Masyarakat berupa Pembentukan Relawan Peduli

TBC Dusun Dawung Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten

Demak” .

Aktifnya relawan peduli TBC sebagi relawan dan petugas dalam

pendampingan di masyarakat diharapkan akan meningkatkan penemuan dan

kesembuhan kasus TBC di wilayah Puskesmas Mranggen 1, menurunkan

angka pasien yang mangkir dan putus berobat (drop-out), serta membantu

menghilangkan persepsi dan sikap masyarakat yang menghambat program

Pengendalian TBC. Untuk mewujudkan maksud diatas maka pada tanggal 4

November 2018 diadakan pelatihan relawan peduli TBC yang

diselenggarakan di balai desa Sumberejo. Peserta pelatihan adalah relawan

peduli TBC merupakan remaja dusun Dawung yang bersedia mejadi relawan

dan tergabung dalam ikatan remaja masjid dawung (IRMADA). Relawan

peduli TBC yang dilatih sebanyak 9 orang.

Adapun tujuan pelatihan adalah peserta dapat melaksanakan peran

sebagai relawan peduli TBC secara aktif dan terampil. Tujuan secara khusus

setelah mengikuti pelatihan peserta mampu memahami program


53

pengendalian TBC secara umum, memahami keterpaduan upaya pelayanan

TBC di Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau Upaya Kesehatan Bersumber

Masyarakat (UKBM) lain, melaksanakan tugas-tugas sebagai relawan peduli

TBC, berkomunikasi secara efektif, melakukan pencatatan dan pelaporan

TBC untuk relawan peduli TBC. Hasil pretest skor maksimal 78,00, dan

setelah dilakukan pelatihan Relawan mendapatkan nila post test tertinggi

88,00.

Hasil pelatihan didapatkan bahwa mayoritas relawan mengalami

peningkatan pengetahuan setelah dilakukan pelatihan sebanyak 8 orang

(88%). Pengetahuan atau pemahaman relawan peduli TBC terhadap penyakit

TBC dalam hal pengertian TBC, mengenali gejala penyakit TBC, orang yang

berisiko terkena penyakit TBC, penyebab dari penyakit TBC, penularan TBC,

pengobatan, PMO sudah cukup baik, hal ini dibuktikan dengan adanya

peningkatan nilai antara pretest dan posttest. Pengetahuan relawan terhadap

pengendalian penyakit TBC dalam hal pencegahan serta penanggulangannya

sudah cukup baik. Relawan bisa menjelaskan bahwa pengendalian penyakit

TBC dengan melakukan pencegahan yaitu perilaku hidup bersih dan sehat,

dan penanggulangannya dengan cara memakai masker dan meminum obat

secara teratur. Tingkat pengetahuan relawan terkait peran utama mereka

sebagai relawan peduli TBC sudah baik yaitu menjaring suspek TBC dan

melakukan penyuluhan karena peran tersebut yang lebih membantu untuk

penjaringan suspekTBC lebih banyak, sedangkan peran PMO dan memberi

motivasi bisa dilakukan oleh keluarga pasien sendiri. Pengetahuan relawan

terhadap tindakan yang akan dilakukan setelah menemukan suspek TBC juga

sudah cukup baik. Relawan bisa menyebutkan apa-apa saja yang akan

dilakukan setelah mengenali penderita TBC. Hal ini disebabkan karena

relawan sudah diberikan pelatihan serta sudah melakukan praktik pelacakan


54

langsung ke masyarakat dan cara mengisi formulir pasien TBC. Meskipun

demikian perlu dilakukan praktik berkelanjutan demi mengasah dan

meningkatkan cara komunikasi efektif pada masyarakat.

D. Analisis SWOT

Dibawah ini merupakan analisis SWOT setelah dilakukan pelatihan

relawan peduli TBC, yaitu:

Analisa Lingkungan Internal:

Strength Weakness

1. Lebih terjalin kedekatan antara 1. Kurangnya motivasi

remaja dengan masyarakat sekitar. 2. Kurangnya apresiasi yang

2. Meningkatnya kemauan remaja diberikan kepada relawan

dusun Dawung untuk membantu

kesehatan masyarakat, khususnya

penyakit TBC.

3. Adanya informasi tentang perilaku

hidup sehat

Analisa Lingkungan Eksternal:

Opportunity Threat

1. Lebih terjaldari Puskesmas Mranggen 1. Belum tersedianya

1. anggaran untuk menunjang

2. Adanya fasilitas kesehatan yaitu kegiatan

pustu di desa Sumberejo untuk 2. Kesibukan anggota relawan

menunjang kesehatan masyarakat.

3. Meningkatnya kesadaran masyarakat

tentang perilaku hidup sehat.

Tabel 4.7. Analisis SWOT setelah pembentukan relawan TBC


55

Berdasarkan analisis SWOT setelah pelatihan relawan peduli TBC diatas,

didapatkan kesimpulan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dan kesadaran

masyarakat, khususnya Relawan Peduli TBC Dusun Dawung Desa Sumberejo

Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.


56

BAB V
PENUTUP

A. Hambatan

1. Hambatan dalam kegiatan ini adalah waktu antara relawan dan

mahasiswa yang mana para relawan pada hari aktif bersekolah.

Sehingga kegiatan residensi bisa dilakukan di Jumat malam atau

Minggu pagi.

2. Beberapa warga beranggapan bila ada mahasiswa yang membentuk

relawan maka akan akan imbalan sebagai relawan tersebut.

3. Hasil wawancara dengan warga mereka mengatakan bahwa bila sakit

akan pergi ke Rumah Sakit atau membeli obat warung.

B. Kesimpulan

1. Permasalahan kesehatan di Desa Sumberejo khusunya Dukuh

Dawung yang menjadi focus perhatian adalah penyakit TBC.

2. Penyampaian informasi melalui pembentukan Relawan Peduli TBC

diharapkan dapat membantu masyarakat mengenali penyakit dan

mencegah penyakit tersebut.

3. Relawan Peduli TBC dibekali dengan pelatihan dan buku saku yang

akan membantu Relawan dalam menjalankan tugasnya di lapangan.

4. Bagi MTS dan MA yang dilakukan penyuluhan TBC dapat

meningkatkan pengetahuan siswa dan siswa dapat menerapkannya di

rumah dan keluarganya.

5. Relawan Peduli TBC sebagai role model & agent of change

kesehatan.

56
57

C. Saran

1. Perlunya dukungan sepenuhnya oleh pihak desa dan Puskesmas

untuk keberlangsungan dan kelancaran kegiatan Relawan Peduli TBC

khususnya deteksi dini penyakit TBC dan penyakit lainnya.

2. Pendampingan secara teknis dan psikologis sebaiknya dilakukan oleh

Puskesmas dan Pendamping Relawan di dusun dan informasi dari

relawan dapat tersampaikan dengan baik dan dipahami oleh

masyarakat.

3. Pemetaan yang dilakukan dan pelaporan oleh Relawan harapannya

dapat diterima dengan baik dan diarahkan aktif oleh pihak – pihak

yang terkait.

4. Dukungan teknis dan pengembangan program selain desa dan

Puksemas adalah Universitas Diponegoro dengan melakukan

bimbingan dan monitoring evaluasi kegiatan Relawan untuk

keberlanjutan program.
58

DAFTAR PUSTAKA

1. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2016). Buku Saku

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016. Semarang: Dinas

Kesehatan Jawa Tengah.

2. Dinkeskab Demak. Profil Kesehatan Kabupaten Demak Tahun 2017.

Demak; Dinas Kesehatan Kabupaten Demak. 2018

3. ILPPD AMJ periode Tahun 2009-2015. Pemerintah Kota

Demak.Kecamatan Mranggen.Desa Sumberejo.2015

4. Kemenkes RI. Dirjen Pencegahan dan Penanggulangan dan

Pengendalian Penyakit. Kebijakan Program Penanggulangan

Tuberkulosis. Jakarta. 2017

5. Kemenkes RI. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat Dengan

Pendekatan Keluarga. Jakarta. 2017

6. ( Jaringan Kesejahteraan / Kesehatan Masyarakat

www.suaramerdeka.com,www.jurnas.com,harianandalas.com

7. Kemenkes RI, Sosialisasi Germas Atasi Masalah Kesehatan

Dipublikasikan Pada : Kamis, 05 April 2018 00:00:00,

8. Kemenkes RI.,warta kesmas, edisi 01 /2017

9. RisKesDas. (2016). Tuberkulosis temukan obati sampai sembuh .

Pusat data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (pp. 1-10).

Kemenkes RI.

10. World Health Organization (WHO). Global Tuberculosis Report 2015.

Switzerland. 2015.

You might also like