Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Rumus-Rumus Desibel:
A. Rumus Penguatan Daya
Penguatan Daya (dB) = 10 log10 (Pout / Pin)............................(2.1)
B. Rumus Penguatan Tegangan
Penguatan Tegangan (dB) = 20 log10 (Vout / Vin) ..................(2.2)
C. Rumus Penguatan Arus
Penguatan Arus (dB) = 20 log10 (Iout /Iin) ..............................(2.3)
3
Gambar 2.1. Rangkaian Penguat Transistor Bipolar Umum Tipe NPN.
4
C. IC Amplifier Umum
Sebuah penguat IC sederhana ditunjukkan pada gambar 2.3. Sirkuit ini
menggunakan op-amp. Amplifier yang ditunjukkan di sini adalah penguat
pembalik, yang berarti bahwa outputnya adalah 180 0 keluar dari fasa dengan
input. Kombinasi RC pada input dan loop umpan balik digunakan untuk
"menyesuaikan" gain dan respons frekuensi rangkaian ini. Secara umum,
kapasitansi yang lebih besar digunakan untuk mendukung/menguatkan frekuensi
rendah, dan kapasitansi kecil digunakan pada frekuensi yang lebih tinggi. Dalam
loop umpan balik, resistansi rendah menghasilkan penguatan yang rendah dengan
meningkatkan umpan balik negatif (di luar fasa), sementara resistansi besar
menghasilkan penguatan yang tinggi dengan mengurangi umpan balik negatif.
5
A. Amplifier Kelas A
Amplifier kelas A adalah amplifier yang menguatkan sinyal secara langsung
dan secara utuh dalam setiap satu putaran gelombang (360º). Dalam melakukan
ini, transistor-transistor penguat disetel pada setelan bias penuh. Efeknya adalah
ketika transistor dalam keadaan sedang menguatkan sinyal ataupun tidak, tetap
dialiri arus yang besar. Amplifier kelas A mempunyai arus stasioner (arus diam
ketika tidak ada sinyal) yang kuat, tergantung di tahap mana transistor tersebut
beroperasi sebagai penguat. Jika transistor dipasang sebagai penguat tahap akhir
(transistor akhir) maka arus stasioner bisa mencapai beberapa Ampere.
6
Kelas A sangat bagus untuk menguatkan sinyal-sinyal dengan frekuensi
tunggal ataupun kompleks dan linieritas nya tinggi. Namun sayangnya,
efisiensinya sangat rendah. Efisiensi penguat kelas A hanyalah sekitar 30-35%.
B. Amplifier Kelas B
Amplifier kelas B adalah amplifier yang menguatkan setiap setengah
putaran gelombang (180º). Dua transistor (biasanya tipe komplementer) dipasang
berderet di mana setiap transistor nya menangani penguatan satu belahan
gelombang. Transistor NPN menangani bagian belahan gelombang positif,
sedangkan transistor PNP menangani bagian belahan gelombang negatif-nya.
Amplifier tipe ini praktis tidak memerlukan arus stasioner. Karena itu tipe
ini diterapkan manakala efisiensi lebih menjadi perhatian daripada cacat yang
dihasilkan. Efisiensinya berkisar 78%. Konsekuensi nya adalah cacat kelas B jauh
lebih besar daripada cacat kelas A.
Pada amplifier kelas B yang menerapkan trafo input/output, dua transistor
yang terpasang adalah dari tipe yang sama. Pada model ini kedua transistor diberi
sedikit tegangan bias.
7
C. Amplifier Kelas AB
Untuk mendapatkan kompromi antara kelas A dan kelas B, diterapkan lah
kelas AB. Kelas AB bekerja menguatkan setiap setengah putaran gelombang lebih
sedikit, yaitu sekitar 200º. Mirip dengan kelas B, dua transistor (biasanya tipe
komplementer) dipasang agar setiap transistor menguatkan setengah putaran
gelombang lebih sedikit. Untuk mencapai kinerja kelas AB, sedikit arus stasioner
diberikan kepada kedua transistor berpasangan tersebut. Hasilnya adalah kelas AB
mempunyai efisiensi yang lebih baik daripada kelas A, yaitu sekitar 50-60%,
namun cacatnya bisa lebih kecil dari pada kelas B.
D. Amplifier Kelas C
Untuk mendapatkan efisiensi yang lebih besar lagi, diterapkan lah amplifier
kelas C. Kelas ini mempunyai efisiensi yang tertinggi dibandingkan tiga kelas
yang telah disebutkan di atas, yaitu sekitar 80%. Amplifier kelas C murni tidak
memerlukan arus stasioner, namun linieritas nya paling buruk dan cacatnya pun
paling besar.
Amplifier kelas C hanya menguatkan sebagian dari belahan positif
gelombang sinyal saja. Kelas C ini tidak diterapkan pada sistem amplifier audio,
tetapi diterapkan pada sistem penguat jalur sempit frekuensi tinggi. Agar hasil
8
penguatan menjadi baik (berbentuk gelombang sinus) maka di sirkuit keluaran
(kolektor) transistor penguat, dipasang lah sirkuit tala yang disetel pada frekuensi
tertentu sebagaimana yang diperlukan. Ini hanya dimungkinkan dalam teknik
penguatan frekuensi tinggi.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun simpulan dari materi dalam makalah ini adalah sebagai berikut;
A. Signal Amplifier adalah sebuah rangkaian atau sistem untuk menguatkan
atau meningkatkan Arus, Tegangan, atau level Daya dari frekuensi
audio(AF) ataupun sinyal frekuensi radio(RF).
B. Faktor Signal Amplifier, yaitu: Desibel(dB), desibel(dB) Tegangan,
desibel(dB) Arus, dan desibel(dB) Daya
C. Ada 3 Rangkaian Dasar Amplifier: Amplifier Bipolar Umum, Amplifier
FET Umum, dan Amplifier IC Umum.
D. Adanya beberapa kelas yang telah dominan di dalam rancangan-rancangan
amplifier, di antaranya : kelas A, kelas AB, kelas B, dan kelas C.
E. Aplikasi Signal Amplifier Umumnya Pada Peralatan Audio
3.2 Saran
Kami sadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sangat
baik, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan atau penyempurnaannya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Dennis Roddy, John Coolen. Alih bahasa: Ir. Kamal Idris. Komunikasi
Elektronika, 1984, Erlangga,Jakarta.
https://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u=https://en.wikipedia.
org/wiki/Small/Signal/Amplifier&prev=search (diakses 17/10/2017)
11