You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Latar belakang pentingnya Signal Amplifier atau penguat sinyal adalah
dilihat dari fungsinya yaitu sebagai penguat sinyal, dengan meningkatkan Arus,
Tegangan, atau level Daya dari frekuensi audio maupun sinyal frekuensi radio.
Dalam hal keperluan audio, baik untuk radio, tape, televisi, speaker, dan yang
lainnya, Signal Amplifier ini digunakan untuk penguat sinyal audio(suara) yakni
memperkuat sinyal tegangan(V) listrik dari input menjadi arus listrik dan
tegangan yang berdaya lebih besar di bagian output nya. Sebagian besar perangkat
yang mempunyai sistem audio memerlukan kehadiran Signal amplifier. Tanpa
adanya Signal Amplifier tentu saja sinyal suara yang dikeluarkan tidak akan
berjalan normal.
Oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas mengenai pengertian Signal
Amplifier, Faktor Signal Amplifier, Rangkaian Dasar Amplifier, Kelas-Kelas
Amplifier, dan juga Aplikasi Signal Amplifier.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan Pengertian Signal Amplifier ?
2. Jelaskan Faktor Signal Amplifier ?
3. Jelaskan Rangkaian Dasar Amplifier ?
4. Jelaskan Kelas-Kelas Amplifier ?
5. Jelaskan Aplikasi Signal Amplifier ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Pengertian Signal Amplifier !
2. Mengetahui Faktor Signal Amplifier !
3. Mengetahui Rangkaian Dasar Amplifier !
4. Mengetahui Kelas-Kelas Amplifier !
5. Mengetahui Aplikasi Signal Amplifier !

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Signal Amplifier


Penguat (Amplifier) adalah rangkaian komponen elektronika yang dipakai
untuk menguatkan daya. Dalam bidang audio, Amplifier akan menguatkan
sinyal suara yaitu memperkuat sinyal arus (I) dan tegangan (V) listrik dari input
nya menjadi arus listrik dan tegangan yang lebih besar (daya lebih besar) di
bagian output nya.
Signal Amplifier adalah sebuah rangkaian atau sistem untuk menguatkan
atau meningkatkan arus (I), tegangan (V), atau level daya (P) dari frekuensi audio
(AF) ataupun sinyal frekuensi radio (RF).

2.2 Faktor Signal Amplifier


Luasnya pengertian suatu rangkaian Amplifier maka disebut faktor Signal
Amplifier. Faktor Signal Amplifier biasanya ditentukan dalam satuan desibel(dB).
Dalam rangkaian tertentu faktor Signal Amplifier bisa dan sering terjadi, sangat
berbeda pada saat diukur untuk tegangan, arus, dan daya.
Desibel(dB) merupakan satuan yang sering digunakan sebagai skala
penguatan dalam rangkaian elektronika seperti rangkaian pada peralatan audio dan
komunikasi. Besaran-besaran yang menggunakan skala penguatan desibel(dB)
tersebut diantara seperti penguatan pada tegangan, arus, dan daya. Jadi pada
dasarnya desibel(dB) adalah satuan yang menggambarkan suatu perbandingan
atau rasio. Secara definisi, desibel yang sering disingkat dengan “dB” ini dapat
diartikan sebagai “Perbandingan antara dua besaran dalam skala Logaritma”.
Dalam perhitungan desibel(dB), penguatan atau Gain suatu sinyal akan
ditandai dengan tanda “+” (positif), sedangkan pelemahan atau Loss akan ditandai
dengan tanda “-“ (negatif). Dengan demikian, jika sinyal Output +6dB dari sinyal
Input maka hal ini menandakan terjadinya penguatan Output sebanyak 6dB dari
sinyal Input. Sebaliknya jika sinyal Output -2dB dari sinyal Input yang artinya
adalah telah terjadi pelemahan sinyal Output sebanyak 2dB terhadap sinyal Input.

2
Rumus-Rumus Desibel:
A. Rumus Penguatan Daya
Penguatan Daya (dB) = 10 log10 (Pout / Pin)............................(2.1)
B. Rumus Penguatan Tegangan
Penguatan Tegangan (dB) = 20 log10 (Vout / Vin) ..................(2.2)
C. Rumus Penguatan Arus
Penguatan Arus (dB) = 20 log10 (Iout /Iin) ..............................(2.3)

2.3 Rangkaian Dasar Amplifier


Pada umumnya, kebanyak Amplifier menggunakan komponen aktif, seperti
transistor atau IC. Sebuah peubah AC sederhana bisa meningkatkan pengiriman
arus atau tegangan jika, input dan output impedansi nya berbeda. Namun tidak
bisa menghasilkan sinyal output yang memiliki daya lebih besar dari pada sinyal
input, dan juga tidak dapat meningkatkan arus atau tegangan jika input dan output
impedansinya sama.

A. Bipolar Amplifier Umum


Penguat transistor bipolar ganerik npn ditunjukkan pada gambar 2.1. Sinyal
input melewati sebuah kapasitor ke dasar. Resistor memberikan bias. Pada
amplifier ini, kapasitor paling banyak memiliki nilai yang cukup besar sehingga
sinyal ac bisa dilalui dengan mudah. Tetapi seharusnya tidak jauh lebih besar dari
pada minimum yang diperlukan untuk tujuan ini. Nilai kapasitansi ideal
bergantung pada frekuensi disain penguat, dan juga pada impedansi pada input
dan output. Secara umum sebagai frekuensi and / or impedansi rangkaian
meningkat, diperlukan kapasitansi yang lebih sedikit. Nilai resistor bergantung
pada impedansi input dan output.

3
Gambar 2.1. Rangkaian Penguat Transistor Bipolar Umum Tipe NPN.

B. FET Amplifier Umum


Penguat JFET N-channel umum ditunjukkan pada Gambar 2.2. Mengenai
nilai kapasitor, pertimbangan yang sama berlaku di sini, seperti pada sirkuit
bipolar-transistor. Sebuah JFET memiliki impedansi masukan yang tinggi, dan
oleh karena itu nilai kapasitor input dapat relatif kecil. Jika perangkatnya adalah
MOSFET, input impedansinya sangat tinggi, dan kapasitansi inputnya bisa sangat
kecil, terkadang kurang dari 1 picofarad(pF). Nilai resistor bergantung pada input
dan output impedansinya.

Gambar 2.2. Rangkaian Penguat FET Umum Tipe N-channel.

4
C. IC Amplifier Umum
Sebuah penguat IC sederhana ditunjukkan pada gambar 2.3. Sirkuit ini
menggunakan op-amp. Amplifier yang ditunjukkan di sini adalah penguat
pembalik, yang berarti bahwa outputnya adalah 180 0 keluar dari fasa dengan
input. Kombinasi RC pada input dan loop umpan balik digunakan untuk
"menyesuaikan" gain dan respons frekuensi rangkaian ini. Secara umum,
kapasitansi yang lebih besar digunakan untuk mendukung/menguatkan frekuensi
rendah, dan kapasitansi kecil digunakan pada frekuensi yang lebih tinggi. Dalam
loop umpan balik, resistansi rendah menghasilkan penguatan yang rendah dengan
meningkatkan umpan balik negatif (di luar fasa), sementara resistansi besar
menghasilkan penguatan yang tinggi dengan mengurangi umpan balik negatif.

Gambar 2.3. Rangkaian Op-amp Umum, dengan kombinasi RC untuk


“menyesuaikan” gain dan respon frekuensi.

2.4 Kelas-Kelas Amplifier


Rangkaian Amplifier telah di kategori kan menjadi beberapa kelas. Ada
beberapa kelas yang telah dominan di dalam rancangan-rancangan amplifier, di
antaranya : kelas A, kelas AB, kelas B, dan kelas C.

5
A. Amplifier Kelas A
Amplifier kelas A adalah amplifier yang menguatkan sinyal secara langsung
dan secara utuh dalam setiap satu putaran gelombang (360º). Dalam melakukan
ini, transistor-transistor penguat disetel pada setelan bias penuh. Efeknya adalah
ketika transistor dalam keadaan sedang menguatkan sinyal ataupun tidak, tetap
dialiri arus yang besar. Amplifier kelas A mempunyai arus stasioner (arus diam
ketika tidak ada sinyal) yang kuat, tergantung di tahap mana transistor tersebut
beroperasi sebagai penguat. Jika transistor dipasang sebagai penguat tahap akhir
(transistor akhir) maka arus stasioner bisa mencapai beberapa Ampere.

Gambar 2.X. Amplifier Kelas A


Penerapan amplifier kelas A diperlukan manakala kualitas sinyal hasil
penguatan lebih menjadi perhatian dari pada yang lainnya. Kualitas kelas A adalah
yang tertinggi karena cacat sinyal (distorsi)nya sangatlah kecil, nyaris nol persen.
Ini karena amplifier kelas A menguatkan gelombang sinyal secara utuh dalam
setiap siklus nya.
Mode penguatan kelas A lazimnya diterapkan pada tahap penguatan awal
seperti pre-amplifier, buffer, atau tahap pengolahan sinyal seperti equalizer atau
tone-control di dalam sistem audio. Namun ada kalanya juga kelas A diterapkan
pada tahap penguatan akhir, yaitu power-amplifier.

6
Kelas A sangat bagus untuk menguatkan sinyal-sinyal dengan frekuensi
tunggal ataupun kompleks dan linieritas nya tinggi. Namun sayangnya,
efisiensinya sangat rendah. Efisiensi penguat kelas A hanyalah sekitar 30-35%.

B. Amplifier Kelas B
Amplifier kelas B adalah amplifier yang menguatkan setiap setengah
putaran gelombang (180º). Dua transistor (biasanya tipe komplementer) dipasang
berderet di mana setiap transistor nya menangani penguatan satu belahan
gelombang. Transistor NPN menangani bagian belahan gelombang positif,
sedangkan transistor PNP menangani bagian belahan gelombang negatif-nya.
Amplifier tipe ini praktis tidak memerlukan arus stasioner. Karena itu tipe
ini diterapkan manakala efisiensi lebih menjadi perhatian daripada cacat yang
dihasilkan. Efisiensinya berkisar 78%. Konsekuensi nya adalah cacat kelas B jauh
lebih besar daripada cacat kelas A.
Pada amplifier kelas B yang menerapkan trafo input/output, dua transistor
yang terpasang adalah dari tipe yang sama. Pada model ini kedua transistor diberi
sedikit tegangan bias.

Gambar 2.X. Amplifier Kelas B


Dalam praktik nya, mode kelas B diterapkan pada amplifier-amplifier audio
untuk keperluan “public-address” dan tidak pada perangkat hi-fi.

7
C. Amplifier Kelas AB
Untuk mendapatkan kompromi antara kelas A dan kelas B, diterapkan lah
kelas AB. Kelas AB bekerja menguatkan setiap setengah putaran gelombang lebih
sedikit, yaitu sekitar 200º. Mirip dengan kelas B, dua transistor (biasanya tipe
komplementer) dipasang agar setiap transistor menguatkan setengah putaran
gelombang lebih sedikit. Untuk mencapai kinerja kelas AB, sedikit arus stasioner
diberikan kepada kedua transistor berpasangan tersebut. Hasilnya adalah kelas AB
mempunyai efisiensi yang lebih baik daripada kelas A, yaitu sekitar 50-60%,
namun cacatnya bisa lebih kecil dari pada kelas B.

Gambar 2.X. Amplifier Kelas AB


Penerapan kelas AB sangat umum sebagai pilihan yang realistis. Ia paling
banyak diterapkan di berbagai sistem amplifier audio untuk keperluan public-
address ataupun pada amplifier-amplifier audio berlabel hi-fi.

D. Amplifier Kelas C
Untuk mendapatkan efisiensi yang lebih besar lagi, diterapkan lah amplifier
kelas C. Kelas ini mempunyai efisiensi yang tertinggi dibandingkan tiga kelas
yang telah disebutkan di atas, yaitu sekitar 80%. Amplifier kelas C murni tidak
memerlukan arus stasioner, namun linieritas nya paling buruk dan cacatnya pun
paling besar.
Amplifier kelas C hanya menguatkan sebagian dari belahan positif
gelombang sinyal saja. Kelas C ini tidak diterapkan pada sistem amplifier audio,
tetapi diterapkan pada sistem penguat jalur sempit frekuensi tinggi. Agar hasil

8
penguatan menjadi baik (berbentuk gelombang sinus) maka di sirkuit keluaran
(kolektor) transistor penguat, dipasang lah sirkuit tala yang disetel pada frekuensi
tertentu sebagaimana yang diperlukan. Ini hanya dimungkinkan dalam teknik
penguatan frekuensi tinggi.

Gambar 2.X. Amplifier Kelas C

2.5 Aplikasi Signal Amplifier


A. Dalam bidang audio, amplifier akan menguatkan sinyal suara berbentuk
analog dari sumber suara yaitu memperkuat sinyal / gain arus (I) dan
tegangan (V) listrik berbentuk sinyal AC dari input- nya menjadi arus listrik
AC dengan arus (I), tegangan (V) yang lebih besar, sehingga output dayanya
juga akan menjadi lebih besar.
B. Audio amplifier memperkuat sinyal di Audio (suara) kisaran kurang dari 20
kHz, amplifier RF memperkuat frekuensi di frekuensi radio kisaran antara
20 kHz dan 300 GHz.
C. Pada rangkaian Power Amplifier pada proses penguatan audio terbagi
menjadi dua kelompok yaitu :
 Penguat sinyal tegangan (V) disebut driver menggunakan
susunan transistor darlington,
 Penguat arus (I) atau penguat daya susunannya transistor paralel,
masing-masing transisistor berdaya besar dan menggunakan
sirip pendingin untuk membuang panas ke udara.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Adapun simpulan dari materi dalam makalah ini adalah sebagai berikut;
A. Signal Amplifier adalah sebuah rangkaian atau sistem untuk menguatkan
atau meningkatkan Arus, Tegangan, atau level Daya dari frekuensi
audio(AF) ataupun sinyal frekuensi radio(RF).
B. Faktor Signal Amplifier, yaitu: Desibel(dB), desibel(dB) Tegangan,
desibel(dB) Arus, dan desibel(dB) Daya
C. Ada 3 Rangkaian Dasar Amplifier: Amplifier Bipolar Umum, Amplifier
FET Umum, dan Amplifier IC Umum.
D. Adanya beberapa kelas yang telah dominan di dalam rancangan-rancangan
amplifier, di antaranya : kelas A, kelas AB, kelas B, dan kelas C.
E. Aplikasi Signal Amplifier Umumnya Pada Peralatan Audio

3.2 Saran
Kami sadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sangat
baik, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan atau penyempurnaannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Albert Paul Malvino. Alih Bahasa: Prof. M. Barmawi, Ph.D. M. O. Tjia,


Ph.D.Prinsip-Prinsip Elektronika, 1992 , Erlangga , Jakarta.

Dennis Roddy, John Coolen. Alih bahasa: Ir. Kamal Idris. Komunikasi
Elektronika, 1984, Erlangga,Jakarta.

Gibilisco, Stan, Electronics Demystified, 2005, McGraw-Hill companies, New


York.

R&D DAV PT.LG Electronics Indonesia, Basic System Handbook, 2004,


Cikarang Barat.

Wasito S, Vademekum Elektronika, 2001, PT.Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta.

https://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u=https://en.wikipedia.
org/wiki/Small/Signal/Amplifier&prev=search (diakses 17/10/2017)

11

You might also like