You are on page 1of 9

Nama/NIM : Sartika/1713042019

Kelas : Pendidikan Kimia A


Ringkasan 1 Ikatan Kimia

Teori Perkembangan Atom


1. Teori Atom John Dalton (1803)
Teori atom Dalton didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa
(hukum Lavoisier) dan hukum susunan tetap (hukum prouts). Lavosier menyatakan bahwa
“Massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat-zat hasil reaksi”.
Sedangkan Prouts menyatakan bahwa “Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu
senyawa selalu tetap”. Dari kedua hukum tersebut Dalton mengemukakan pendapatnya
tentang atom sebagai berikut:

● Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi.

● Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-atom
yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda

● Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan


sederhana.

● Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari
atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.

● Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal seperti pada tolak
peluru.
Kelemahan teori Dalton ialah tidak menerangkan hubungan antara larutan senyawa
dan daya hantar arus listrik.
2. Teori Atom J. J. Thomson
Berdasarkan penemuan tabung katode yang lebih baik oleh William Crookers, maka
J.J. Thomson meneliti lebih lanjut tentang sinar katode dan dapat dipastikan bahwa sinar
katode merupakan partikel, sebab dapat memutar baling-baling yang diletakkan diantara
katode dan anode. Dari hasil percobaan ini, Thomson menyatakan bahwa sinar katode
merupakan partikel penyusun atom (partikel subatom) yang bermuatan negatif dan
selanjutnya disebut elektron.
Atom merupakan partikel yang bersifat netral, oleh karena elektron bermuatan
negatif, maka harus ada partikel lain yang bermuatan positifuntuk menetrallkan muatan
negatif elektron tersebut. Dari penemuannya tersebut, Thomson memperbaiki kelemahan dari
teori atom dalton dan mengemukakan teori atomnya yang dikenal sebagai Teori Atom
Thomson. Yang menyatakan bahwa: “Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif
dan didalamya tersebar muatan negatif elektron”.
Model atom ini dapat digambarkan sebagai jambu biji yang sudah dikelupas kulitnya.
biji jambu menggambarkan elektron yang tersebar marata dalam bola daging jambu yang
pejal, yang pada model atom Thomson dianalogikan sebagai bola positif yang pejal. Model
atom Thomson dapat digambarkan sebagai berikut:

Kelemahan model atom Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif
dan negatif dalam bola atom tersebut.
3. Teori Atom Rutherford
Rutherford bersama dua orang muridnya (Hans Geigerdan Erners Masreden)
melakukan percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar alfa (λ) terhadap lempeng tipis
emas. Sebelumya telah ditemukan adanya partikel alfa, yaitu partikel yang bermuatan positif
dan bergerak lurus, berdaya tembus besar sehingga dapat menembus lembaran tipis kertas.
Percobaan tersebut sebenarnya bertujuan untuk menguji pendapat Thomson, yakni apakah
atom itu betul-betul merupakan bola pejal yang positif yang bila dikenai partikel alfa akan
dipantulkan atau dibelokkan.
Dari percobaan mereka, didapatkan fakta bahwa apabila partikel alfa ditembakkan
pada lempeng emas yang sangat tipis, maka sebagian besar partikel alfa diteruskan (ada
penyimpangan sudut kurang dari 1°), tetapi dari pengamatan Marsden diperoleh fakta bahwa
satu diantara 20.000 partikel alfa akan membelok sudut 90° bahkan lebih.
Berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, diperoleh kesimpulan yaitu atom bukan
merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan
Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisanatom-atom emas, maka didalam
atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan positif.
Partikel tersebut merupakan partikelyang menyusun suatu inti atom, berdasarkan fakta bahwa
1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila perbandingan 1:20.000 merupakan
perbandingan diameter, maka didapatkan ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil
daripada ukuran atom keseluruhan.
Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford
mengusulkan model atom yang dikenal dengan Model Atom Rutherford yang menyatakan
bahwa Atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif, dikelilingi oleh
elektron yang bermuatan negatif. Rutherford menduga bahwa didalam inti atom terdapat
partikel netral yang berfungsi mengikat partikel-partikel positif agar tidak saling tolak
menolak. Model atom Rutherford dapat digambarkan sebagai beriukut:

Kelemahan teori ini yaitu tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke
dalam inti atom.
4. Teori Atom Bohr
Pakar fisika Denmark bernama Neils Bohr memperbaiki kegagalan atom Rutherford
melalui percobaannya tentang spektrum atom hidrogen. Percobaannya ini berhasil
memberikan gambaran keadaan elektron dalam menempati daerah disekitar inti atom.
Penjelasan Bohr tentang atom hidrogen melibatkan gabungan antara teori klasik dari
Rutherford dan teori kuantum dari Planck, diungkapkan dengan empat postulat, sebagai
berikut:
o Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu elektron dalam atom
hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak stasioner (menetap) elektron dan
merupakan lintasan melingkar disekeliling inti.
Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi elektron tetap sehingga tidak ada
energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun diserap.
o Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan stasioner lain.
Pada peralihan ini, sejumlah energi tertentu terlibat, besarnya sesuai dengan persamaan
planck, ΔE = hv.
Lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran dengan sifat-sifat tertentu, terutama
sifat yang disebut momentum sudut. Besarnya momentum sudut merupakan kelipatan
dari h/2∏ atau nh/2∏, dengan n adalah bilangan bulat dan h tetapan planck.
o Menurut model atom bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-lintasan
tertentu yang disebut kulit elektron atau tingkat energi. Tingkat energi paling rendah
adalah kulit elektron yang terletak paling dalam, semakin keluar semakin besar nomor
kulitnya dan semakin tinggi tingkat energinya.

Kelemahan teori ini yaitu tidak bisa menjelaskan spektrum warna dari atom
berelektron banyak.
5. Teori Atom Modern
Model atom mekanika kuantum dikembangkan oleh Erwin Schrodinger
(1926).Sebelum Erwin Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg
mengembangkan teori mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian yaitu
“Tidak mungkin dapat ditentukan kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama
pada saat bersamaan, yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron
pada jarak tertentu dari inti atom”.
Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron
disebut orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin Schrodinger.Erwin
Schrodinger memecahkan suatu persamaan untuk mendapatkan fungsi gelombang untuk
menggambarkan batas kemungkinan ditemukannya elektron dalam tiga dimensi.
Persamaan Schrodinger.

x,y dan z : Posisi dalam tiga dimensi


Y : Fungsi gelombang
m : Massa
ђ : h/2p dimana h = konstanta plank dan p = 3,14
E : Energi total
V : Energi potensial
Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom modern atau
model atom mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini, seperti terlihat pada gambar

Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron. Orbital


menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi yang sama atau
hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit bergabung membentuk
kulit.Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit dan subkulit terdiri dari beberapa
orbital. Walaupun posisi kulitnya sama tetapi posisi orbitalnya belum tentu sama.
Ciri khas model atom mekanika gelombang Gerakan elektron memiliki sifat
gelombang, sehingga lintasannya (orbitnya) tidak stasioner seperti model Bohr, tetapi
mengikuti penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang disebut orbital (bentuk tiga dimensi
darikebolehjadian paling besar ditemukannya elektron dengan keadaan tertentu dalam suatu
atom). Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan kuantumnya.
(Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan kuantum tersebut)
Posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut Bohr bukannya sesuatu yang pasti,
tetapi bolehjadi merupakan peluang terbesar ditemukannya elektron.
Nama/NIM : Sartika/1713042019
Kelas : Pendidikan Kimia A
Ringkasan 2 Ikatan Kimia

Perbedaan Teori Ikatan Valensi dan Teori Orbital Molekul


Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam interaksi
gaya tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu senyawa
diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Kekuatan ikatan-ikatan kimia sangatlah bervariasi.
Pada umumnya, ikatan kovalen dan ikatan ion dianggap sebagai ikatan “kuat”, sedangkan
ikatan hidrogen dan ikatan van der Waals dianggap sebagai ikatan “lemah”. Pembentukan
ikatan kovalen dapat dijelaskan menggunakan dua teori yaitu teori ikatan valensi dan teori
orbital molekul. Berikut penjelasannya:
1. Teori Ikatan Valensi (TIV)
Teori ikatan valensi merupakan teori mekanika kuantum pertama yang muncul pada
masa awal penelitian ikatan kimia yang didasarkan pada percobaan W. Heitler dan F. London
pada tahun 1927 mengenai pembentukkan ikatan pada molekul hidrogen. Teori ini kembali
diteliti dan dikembangkan oleh Linus Pauling pada tahun 1931 yang dipublikasikan dalam
jurnal ilmiahnya yang berjudul “On the Nature of the Chemical Bond”. Dalam jurnal ini
dikupas hasil kerja Lewis dan teori ikatan valensi oleh Heitler dan London sehingga
menghasilkan teori ikatan valensi yang lebih sempurna dengan beberapa postulat dasarnya,
sebagai berikut:
a. Ikatan valensi terjadi karena adanya gaya tarik pada elektron-elektron yang tidak
berpasangan pada atom-atom.
b. Elektron – elektron yang berpasangan memiliki arah spin yang berlawanan.
c. Elektron-elektron yang telah berpasangan tidak dapat membentuk ikatan lagi dengan
elektron-elektron yang lain.
d. Kombinasi elektron dalam ikatan hanya dapat diwakili oleh satu persamaan gelombang
untuk setiap atomnya.
e. Elektron-elektron yang berada pada tingkat energi paling rendah akan membuat pasangan
ikatan-ikatan yang paling kuat.
f. Pada dua orbital dari sebuah atom, orbital dengan kemampuan bertumpang tindih paling
banyaklah yang akan membentuk ikatan paling kuat dan cenderung berada pada orbital
yang terkonsentrasi itu.
Keenam postulat dasar diatas disimpulkan dari sejumlah penelitian terhadap
pembentukkan ikatan pada molekul hidrogen berdasarkan persamaan fungsi gelombang
elektron pada masing-masing orbital yang berikatan.
Dalam teori ikatan valensi, yang menjadi titik tekannya yaitu fungsi gelombang
elektron-elektron yang berpasangan dibentuk dari tumpang tindih fungsi gelombang pada
masing-masing orbital dari atom-atom yang berkontribusi dan saling terpisah.
Jika terdapat satu elektron pada masing-masing dua atom H yang berlainan maka
kemungkinan fungsi gelombang pada tiap sistem adalah sebagai berikut:
Ψ = χA(1)χB(2)….. (1)
Ψ = χA(2)χB(1)….. (2)
dimana, χA dan χB adalah orbital-orbital 1s pada atom A dan B. Angka 1 dan 2
adalah elektron yang berikatan dengan proton pada masing-masing atom A dan B.
Ketika kedua atom H letaknya berdekatan, kita tidak dapat mengetahui apakah
elektron 1 terikat pada atom A dan elektron 2 terikat pada atom B atau sebaliknya, sehingga
deskripsi yang paling mungkin adalah menyatukan kedua persamaan fungsi gelombang di
atas. Penjelasan yang lebih baik adalah kombinasi linear dari keduanya.
Ψ = χA(1)χB(2) + χA(2)χB(1)….. (3)
Fungsi di atas merupakan fungsi gelombang untuk ikatan H-H. Kedua fungsi ini
berinterferensi konstruktif sehingga terjadi kenaikkan amplitudo di daerah fungsi gelombang
dalam inti. Untuk menjelaskan lebih rinci digunakan prinsip Pauli yang menyatakan bahwa
hanya elektron-elektron dengan spin berpasangan yang dapat dideskripsikan oleh fungsi
gelombang di atas. Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pada teori ikatan
valensi, fungsi gelombang dibentuk oleh pasangan spin dari elektron-elektron pada kedua
orbital atom-atom yang berikatan. Ikatan yang terjadi dari tumpang tindih ini adalah ikatan
sigma (б).

2. Teori Orbital Molekul (TOM)


Orbital molekul adalah orbital-orbital dari dua atom yang saling tumpang tindih agar
dapat menghasilkan ikatan kovalen orbital-orbital atomik yang benar-benar berperan dalam
pembentukan orbital molekuler (OM) yaitu orbital 3d, 4s, dan 4p bagi atom pusat dari logam
transisi seri pertama dan orbital s-p atau bentuk hibridisasinya bagi atom donor dari ligan.
Dalam Teori Orbital Molekul (TOM), ikatan dalam kompleks terjadi melalui pembentukan
orbital molekul. Orbital molekul merupakan orbital yang terbentuk sebagai kombinasi antara
orbital atom yang dimiliki logam dengan orbital atom yang dimiliki oleh ligan. Oleh karena
itu orbital molekul dapat dipelajari dengan menggunakan pendekatan Linear Combination
Atomic Orbital (LCAO).
Setiap penggabungan orbital atom menjadi orbital molekul akan menghasilkan orbital
bonding (orbital ikatan) dan orbital antibonding (orbital anti ikatan). Bagaimana orbital
molekul ini terbentuk akan dibahas lebih terperinci dalam Ikatan Kimia.
Pembentukan Orbital σ
Pembentukan ikatan melalui orbital σ yang paling sederhana dapat dicontohkan dalam
pembentukan ikatan antar atom hidrogen dalam molekul H2.

Gambar 1. Diagram enegi Orbital Molekul H2


Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa tiap atom H memiliki masing-masing satu buah
elektron pada orbital 1s. kedua orbital atom H tersebut kemudian bergabung membentuk
orbital molekul σ, sehingga terbentuk dua macam orbital, orbital σ yang merupakan orbital
bonding, dan orbital σ* yang merupakan orbital antibonding. Molekul H2 ini merupakan
molekul yang lebih stabil dari atom-atomnya. Diagram energi dari molekul H2 seperti pada
gambar 1. Perbedaan energy antara orbital atom dan orbital molekul yaitu a, tergantung dari
besarnya overlap orbital atom. Makin besar overlap, makin besar a sehingga makin kuat
ikatan yang terjasi. Ikatan yang terjadi pada orbital sigma (σ) distabilkan oleh orbital ikatan.

3. Persamaan dan Perbedaan TIV dan TOM


Ada beberapa konsep yang sama antara Teori ikatan valensi dan teori orbital molekul,
diantaranya adalah:
✓ Keduanya sama-sama melibatkan pembagian elektron-elektron yang ada dalam sebuah
atom ataupun molekul sehingga memiliki paling banyak dua elektron pada setiap
pasangnya.
✓ Kedua teori ini menjadikan kombinasi dari elektron-elektron yang ada oleh inti masing-
masing atom atau molekul sebagai konsep pembentukkan ikatan
✓ Berdasarkan pada kedua teori ini, energi dari orbital-orbital yang saling tumpang tindih
merupakan bentuk perbandingan dan memiliki kesamaan pada bentuk simetrinya.

Adapun perbedaan dari keduanya yaitu antara lain:


➢ Ikatan pada TIV ikatan hanya dibebankan pada kedua atom, tidak pada molekul,
sedangkan pada TOM ikatan dibebankan pada keduanya (atom dan molekul)
➢ Pada teori ikatan valensi, digunakan konsep hibridisasi dan resonansi, sedangkan pada
orbital molekul menggunakan interaksi antar orbital dari atom yang berikatan dalam
molekul.
➢ Teori ikatan valensi tidak dapat menjelaskan sifat paramagnetic pada Oksigen yang dapat
dijelaskan dengan baik oleh teori orbital molekul.
➢ Teori ikatan valensi tidak membutuhkan perhitungan yang rumit sedangkan perhitungan
pada teori orbital molekul cukup rumit dan membutuhkan ketelitian yang lebih tinggi.
➢ Teori ikatan valensi memiliki berbagai kelemahan yang mana dapat diatasi oleh teori
orbital molekul.
➢ Berdasarkan TIV pada pada pembentukan ikatan kovalen , dua buah atom saling
mendekati sampai jarak tertentu sehingga orbital valensi dari dua atom tersebut saling
tumpang tindih dan dua buah elektron yang ada saling berpasangan atau memiliki spin
yang berlawanan. TOM menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah orbital molekul,
yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom dari atom-atom yang berikatan dan
yang terkait dengan molekul secara keseluruhan.
➢ Pada TIV orbital-orbital valensi yang digunakan merupakan orbital-orbital yang
terlokalisasi sehingga ikatan-ikatan kovalen yang terbentuk akan diarahkan pada posisi
tertentu dalam ruang. Hal ini menyebabkan dimilikinya bentuk, geometri atau struktur
tertentu oleh suatu molekul.

You might also like