You are on page 1of 7

ARCHITECTURE

&
MORALITY
Elysa Marsha Devina
08111740000007
Anisya Maharani
08111740000049
Muhammad Nur Guntang Usmar La Auza
08111740000086
Arsitektur dalam perjalanannya
selalu tidak pernah terlepas dari
nilai terutama nilai moralitas.
Nilai moralitas ini selalu terlihat
secara samar samar tetapi
merupakan sesuatu hal yang
sangat penting di dunia
VIEW
arsitektur, dalam mendesain dan
 
membangun suatu bangunan
bahwa dia tidak bersalah atau
arsitektur kita selalu berpacu
tidak mengetahui nilai nilai yang
pada nilai nilai yang ada.
melahirkan arsitektur modern
 
(arsitektur abad ke-20).
Dalam budaya tradisional,
Arsitek pada konteks tertentu
sistem nilai yang mendasari
menolak untuk melihat
tindakan arsitek berawal dari
konsekuanesi moral dan sosial
nilai nilai intrinsik yang
dari desain serta bangunan
seringkali bersifat relijius.
mereka. Mereka mengatakan
Arsitektur memahami nilai nilai
bahwa arsitektur modern terlihat
dengan sangat baik berkaitan
berantakan dam mereka merasa
dengan arsitektur tradisional,
tidak bertanggung jawab akan
a r s i t e k t u r d a p a t
itu tetapi politisilah yang
memberitahukan denga jelas
bertanggung jawab karena
tentang bagaimana Pantheon
merekalah yang memaksa
mengekspresikan dan
arsitek untuk merancang dan
mewujudkan etos serta nilai nilai
membangun dengan suatu cara
budaya Yunani atau bagaimana
tertentu.
Katedral Gotik melambangkan
 
pencarian serta nilai nilai yang
Waktu telah berubah. Tetapi
berpusat pada Tuhan. Namun,
arsitek masih terjebak dalam
arsitek pada umumnya
moral dan nilai nilai teknologi
mengklaim
lama, mereka enggan untuk
 
melihat ke belakang betapa
banyak kerusakan yang mereka
perbuat atas nama kemajuan.

OVER
Bahkan sampai saat ini, mereka
menentang diri mereka dengan
mengatakan, jika tidak mereka
yang melakukannya, maka
orang lain yang akan
melakukannya.
4 ETHICAL
IMPERATIVES
Moral atau etika ranah arsitektur setidaknya terdapat empat tingkatan
yang berbeda. Untuk masing masing level ini terdapat tanggung hawab
etis yang harus dipertahankan arsitek untuk menjadi agen moral.
Sekalipun sang arsitek tidak ingin menjadi agen moral, ia mendapat salah
satu konsekuensi dari tanggung jawab, sesuai dengan berbagai tindakan
tindakan sang arsitek.

Integritas

Sentisivitas

Rasa hidup yang lebih besar


yang disumbangkan oleh arsitek
secara positif

Kesadaran ekologis
Pada tingkat pertama, moralitas memasuki
ranah arsitektur sebagai bentuk integritas
arsitek dalam perilaku profesionalnya sehari
hari. Aspek moral dalam arsitektur ini jelas
dirasakan dan dijaga oleh kode etik
professional serta tanggung jawab yang
p r o f e s s i o n a l . Te t a p i y a n g a k h i r n y a
dipertaruhkan adalah integritas arsitek karena
meskipun dengan adanya kode etik, arsitek
bisa mengambil celah kecil dan tak terlihat
untuk melakukan cara seperti yang dia
inginkan. Dalam konteks ini integritas adalah
suatu perwujudan moral. Secara sederhana,
integritas artinya: kami mempercayai orang ini
untuk melakukan pekerjaan ini dengan baik.

INTEGRITAS
Pada tingkat kedua, arsitek akan memiliki
kesadaran untuk mengetahui lebih dalam
tentang kebutuhan klien atau yang diperlukan
oleh klien, tidak sekadar menur uti
keinginannya saja. Karena seorang arsitek
sebagaimana dia bekerja atau merancang
sebuah bangunan dengan tujuan kenyamanan
bagi si klien. Tidak hanya itu, arsitek juga
secara tidak langsung bekerja untuk
lingkungan yang melingkupi perancangan
tersebut.

SENSITIVITAS
Dengan memahami dan
menghargai kualitas hidup (quality
of life) yang telah tercapai oleh
masyarakat dari tempat yang
dijadikan target perancangan, kita
dapat memahami peran kita lebih
baik sebagai arsitek dan paham
akan jatah kontribusi kita sebagai
arsitek. Seorang arsitek akan
paham kapan ia harus membangun
dan kapan tidak.

RASA HIDUP
YANG LEBIH
BESAR
Ketika seorang arsitek telah memahami
nilai integritas, mampu memahami
kebutuhan klien, hal-hal yang
melingkupinya, serta masyarakat yang
terlibat, maka akan tumbuh juga
tanggung jawab moralnya terhadap
lingkungan sesederhana untuk tidak
merusaknya otomatis dia telah sadar
akan moral berarsitektur.

KESADARAN
EKOLOGIS
Terlepas dari maraknya paham
relativisme (paham dimana baik
dan buruk itu tergantung individu),
moralitas sejatinya adalah konsep
fundamental yang harus dipahami
oleh setiap arsitek.
Konsep moralitas ini aslinya
didasari oleh teori Reverence for
Life milik Albert Schweitzer,
dimana teori ini menjunjung tinggi
untuk mempertahankan nilai
kehidupan dan peran manusia yang
sangat membutuhkan makhluk lain.
Memahami hal ini, kita dapat
paham bahwa sejatinya arsitektur
adalah sebagian norma dari
kehidupan. Norma ini bersifat
universal bagi seluruh arsitek dan
mampu menjadi penunjang untuk
mencapai standar kehidupan
“ideal” yang diinginkan oleh
masyarakat.
Mustahil memang untuk mencapai
sebuah titik ideal, namun
setidaknya dengan menanamkan
nilai pertanggungjawaban,
seseorang dapat sepenuhnya sadar
akan keputusan dan konsekuensi
yang telah ia ambil sebagai seorang
arsitek.

RELATIVISM AND
RELEVANCE OF LIFE
KESIMPULAN
Pada kritik arsitektur ini, arsitektur adalah
sebagian norma dari kehidupan dan
dianjurkan untuk berjalan selaras dengan
moralitas agar mampu menanamkan moral
tanggung jawab dalam setiap proses
pengambilan keputusan pada setiap arsitek
melalui nilai integritas, sensitivitas,
kesadaran lebih besar akan hidup, dan
kesadaran ekologis.

You might also like