You are on page 1of 8

BELIA 3 (1) (2014)

Journal of Early Childhood Education Papers

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/belia

KESIAPAN TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENYELENGGARAAN


KELAS INKLUSI DILIHAT PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

Devi Mastuti

Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Program Sarjana, Universitas Negeri
Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstract


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Education for all began intensively conducted by the Indonesian government, one
Diterima Januari 2014 of them through inclusive education . Inclusive education needs to take place from pre-
Disetujui Maret 2014 school level, it is that children with special needs receive appropriate care from an early age.
Based on observations in the field, there are several kindergartens who have children with
Dipublikasikan
special needs in the classroom. Providing education inclusion criteria, one of which is a
Mei 2014 program of learning activities. This makes researchers interested in carrying out research on
________________ learning activity programs in kindergarten who have children with special needs in the
Keywords: classroom. This study aims to determine the extent of readiness of preschool inclusion class
kindergarten , Inclusion , in organizing visits of program learning activities.
Learning Program
____________________ This type of research is descriptive qualitative. Research informants were
teachers, principals and parents kindergarten class organizers Gajahmungkur inclusion in
the District of Semarang. Methods of data collection through interview,observation and
documentation. The validity of research data using triangulation. Data analysis using data
reduction, data display and data verification.

Results showed that planning activities in the classroom with special needs
children who are still at the planning of learning activities for regular kindergarten. The
existence of children with special needs in the classroom becomes a special concern for
teachers, but does not necessarily change the curriculum applied in the institution.
Implementation of learning activities that occur in kindergarten inclusion class organizers
conducted by classroom teachers to deliver innovations that are expected to stimulate
children with special needs. Indirectly provide service teachers to encourage children to do
activities such asfriends, but limited capabilities that can be done with special needs.

© 2014 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6625
Gedung A3 Lantai 1 FIP Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang, 50229 E-mail: pgpaud@unnes.ac.id
Devi Mastuti/ Journal of Early Childhood EducationPapers (1) (2014)

berbeda-beda bukan sebagai penghambat tapi


Pendahuluan sebagai tantangan di dalam kelas.

Education for all Handicapped Children Pemerintah Daerah Semarang sudah


Act tahun 1975 mengeluarkan mandat bahwa menyatakan untuk melaksanakan pendidikan
layanan pendidikan yang layak harus diberikan inklusi pada setiap tingkat pendidikan, salah
bagi seluruh anak berkelainan dan disediakan satunya di kecamatan Gajahmungkur.
dana bagi penerapan layanan pendidikan Kecamatan Gajahmungkur Semarang terletak
tersebut. Deklarasi tentang pendidikan untuk tidak jauh dari pusat kota Semarang, hal ini
semua di Jomtien, Thailand juga memberikan tentunya akses informasi mengenai
sebuah fokus pendidikan untuk semua. Dalam perkembangan pendidikan akan lebih cepat
deklarasi ini dinyatakan bahwa terdapat diterima daripada kota-kota lain. Banyaknya
kesenjangan pendidikan, dan adanya kelompok jumlah taman kanak-kanak
tertentu yang rentan akan diskriminasi dan mengidentifikasikan bahwa pendidikan menjadi
eksklusivitas. Oleh karena itu Indonesia kebutuhan yang sangat penting di Kecamatan
mengumandangkan untuk penyelenggaraan Gajahmungkur Semarang. Kesiapan
pendidikan inklusi kesejumlah wilayah di penyelenggaraan pendidikan inklusi adalah
Indonesia. Departemen pendidikan nasional mempersiapkan program kegiatan belajar di
menghimbau untuk setiap kepala dinas dalam kelas dengan anak yang heterogen.
pendidikan di kota ataupun dikabupaten di Penyelenggaraan kelas inklusi harus mampu
seluruh Indonesia untuk menyelenggarakan merancang program kegiatan pembelajaran
dan mengembangkan pendidikan inklusi. yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk
Penyelenggaraan pendidikan inklusi setidak- mengetahui kesiapan taman kanak-kanak di
tidaknya 4 sekolah yang terdiri dari sekolah Kecamatan Gajahmungkur dalam
dasar, sekolah lanjutan pertama, sekolah penyelenggaraan kelas inklusi dilihat dari
menengah umum dan sekolah kejuruan. program kegiatan pembelajaran. Diharapkan
setelah melakukan penelitian ini dapat
Berdasarkan pengamatan di lapangan, meningkatkan kompetensi guru taman kanak-
terdapat beberapa taman kanak-kanak yang kanak mengenai penyelenggaraan kelas inklusi.
memiliki anak berkebutuhan khusus di kelas.
Penyelenggaraan pendidikan inklusi memiliki Kesiapan Taman Kanak-kanak Kelas Inklusi
kriteria, salah satunya adalah program kegiatan
pembelajaran. Hal tersebut membuat peneliti Pendidikan inklusi termasuk hal yang
tertarik untuk melaksanakan penelitian baru di Indonesia umumnya. Ada beberapa
mengenai program kegiatan pembelajaran di pengertian mengenai pendidikan inklusi,Smith
taman kanak-kanak yang memiliki anak (2012:45) mendefinisikan bahwa pendidikan
berkebutuhan khusus di kelas. Kesiapan untuk inklusi merupakan penyatuan bagi anak-anak
menjadi sebuah lembaga pendidikan anak usia berkelainan (penyandang hambatan/cacat) ke
dini yang dapat menerima semua anak dalam program-program sekolah.Konsep
terutama pada tingkat taman kanak-kanak inklusi berhubungan langsung dengan anak
dengan kelas inklusi harus dimulai dan menjadi yang memiliki hambatan-hambatan yang
fokus penting dalam dunia pendidikan biasanya tidak terjadi pada perkembangan anak
Indonesia. Banyak hal yang harus dipersiapkan pada umumnya. Anak yang memiliki hambatan
dalam penyelenggaraan kelas inklusi, ataupun keterbatasan sering disebut dengan
kurikulum, sarana prasarana, kegiatan anak berkebutuhan khusus. Termasuk anak
pembelajaran, dan pendidik. Taman kanak- berkebutuhan khusus meliputi : tunanetra,
kanak yang memiliki anak berkebutuhan tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,
khusus dikelas diharapkan dapat melayani kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak
semua kebutuhan tiap karakteristik anak yang berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.

2
Devi Mastuti/ Journal of Early Childhood EducationPapers (1) (2014)

Konsep dasar pendidikan inklusif pola atau kecakapan tertentu yang diperlukan
dimaksudkan sebagai sistem layanan untuk suatu tindakan. Pada dasarnya kesiapan
pendidikan yang mengikut sertakan anak merupakan kapasitas fisik maupun mental
berkebutuhan khusus belajar bersama dengan untuk belajar, disertai harapan ketrampilan
anak sebayanya di sekolah reguler yang dekat yang dimiliki dan latar belakang untuk
dengan tempat tinggalnya. Semangat mengerjakan sesuatu. Kapasitas fisik dari
penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah kesiapan dapat berupa kelas untuk mendukung
memberikan kesempatan atas akses yang dalam mengerjakan sesuatu. Barnawi dan Arifin
seluas-luasnya kepada semua anak untuk (2012:105) menyatakan kelas merupakan
memperoleh pendidikan yang bermutu dan tempat pembelajaran berlangsung. Di ruang
sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik kelas, pembelajaran dapat bersifat teori
tanpa diskriminasi. Pihak sekolah dituntut untuk maupun praktek.
melakukan penyesuaian baik dari segi
kurikulum, sarana prasarana pendidikan, Pendidikan anak usia dini terbagi
maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan menjadi beberapa jalur, salah satunya yakni
dengan kebutuhan individu peserta didik pendidikan anak usia dini dengan jalur
(Direktorat PLB, 2007: 4). Sekarang ini, pendidikan formal yang berbentuk Taman
penyelenggaraan pendidikan inklusi di Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA)
Indonesia menjadi gagasan yang telah dipayungi yang menggunakan program untuk anak usia 4-
oleh kebijakan pemerintah yakni Peraturan ≤6 tahun. Perbedaan TK dan RA adalah
Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 70 tahun penyelenggaraan program pendidikan di
2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta dalamnya, yaitu RA menyelenggarakan program
didik yang memiliki kelainan dan memiliki pendidikan umum dan pendidikan keagamaan
potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa. Islam sedangkan TK hanya menyelenggarakan
program pendidikan. Meskipun ada perbedaan
Kriteria calon sekolah penyelenggara namun inti dari TK dan RA adalah sama,
pendidikan Inklusif (Pedoman Umum memberikan pendidikan dan stimulus yang
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif 2007: 29) tepat bagi perkembangan anak usia dini.
meliputi: (1) Kesiapan sekolah untuk Pemberian pendidikan tentunya harus dilihat
menyelenggarakan program pendidikan dari persiapan-persiapan lembaga yang akan
inklusif (kepala sekolah, komite sekolah, guru, mendirikan pendidikan anak usia dini.
peserta didik, dan orang tua), (2) Terdapat
anak berkebutuhan khusus di lingkungan Dari pernyataan di atas maka dapat
sekolah, (3) Tersedia guru pendidikan khusus disimpulkan bahwa penyelenggaraan kelas
(GPK) dari PLB (guru tetap sekolah atau guru inklusi adalah sebuah kesiapan sebuah lembaga
yang diperbantukan dari lembaga lain), (4) untuk mengadakan kelompok anak yang belajar
Komitmen terhadap penuntasan wajib belajaR, bersama dari guru sama dan materi sama tanpa
(4) Memiliki jaringan kerjasama dengan membedakan latar belakang kondisi sosial,
lembaga lain yang relevan, (5) Tersedia sarana ekonomi, politik, suku, bahasa, jenis kelamin,
penunjang yang mudah diakses oleh semua agama atau kepercayaan, serta perbedaan
anak, (6) Pihak sekolah telah memperoleh kondisi fisik maupun mental untuk mencapai
sosialisasi tentang pendidikan inklusif, (7) tujuan bersama.Penyelenggarakan kelas inklusi
Sekolah tersebut telah terakreditasi DAN (8) dilaksanakan dikarenakan kebutuhan
Memenuhi prosedur administrasi yang masyarakat akan sebuah kelas yang dapat
ditentukan. Kesiapan taman kanak-kanak dalam melayani anak-anak dengan kelebihan dan
kelas inklusi dapat diawali dengan pemenuhan kekurangannya. Penyelenggaraan kelas inklusi
kriteria dalam menyelenggarakan pendidikan tetap harus memperhatikan peserta didik,
inklusi. Menurut Surya (Mulyasa, 2004:197) kurikulum, tenaga pendidik, kegiatan
kesiapan dapat diartikan sebagai jumlah pola- pembelajaran, penilaian dan sertifikasi, sarana

3
Devi Mastuti/ Journal of Early Childhood EducationPapers (1) (2014)

dan prasarana, manajemen sekolah, serta Prinsip-prinsip pembelajaran di kelas


pemberdayaan masyarakat. inklusi secara umum sama dengan prinsip-
Dari uraian yang telah dipaparkan maka prinsip pembelajaran yang berlaku bagi peserta
kesiapan taman kanak-kanak dalam kelas didik pada umumnya. Prinsip umum ( Pedoman
inklusi selain terdapat di dalamnya landasan- Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
landasan seperti halnya taman kanak-kanak Kegiatan Pembelajaran 2007:9-10): 1) Prinsip
pada umumnya, namun juga memiliki standar motivasi, 2) Prinsip latar/konteks, 3) Prinsip
sesuai dengan pedoman umum keterarahan, 4) Prinsip hubungan sosial, 5)
penyelenggaraan pendidikan inklusif. Kesiapan Prinsip belajar sambil bekerja, 6) Prinsip
taman kanak-kanak penyelenggara pendidikan individulisasi, 7) Prinsip menemukan dan 8)
inklusi menjadi sebuah keyakinan baru dan Prinsip pemecahan masalah. Prinsip-prinsip
merupakan awal perubahan pendidikan khusus bagi anak berkebutuhan khusus dengan
Indonesia menjadi lebih baik di masa yang akan macam kekurangannya, yaitu
datang. tunanetra,tunarungu, anak berbakat, tuna
grahita, dan tunadaksa memang sudah
Program Kegiatan Pembelajaran Kelas Inklusi seharusnya diperhatikan. Dengan mengetahui
prinsip-prinsip dalam kebutuhan khusus anak
disability maka guru yang melakukan kegiatan
Program sering diartikan berbeda-beda pembelajaran dan menentukan sikap untuk
tergantung pada konteks permasalahan yang menghadapai anak-anak tersebut di dalam
dibahas. Program merupakan pernyataan kelas.
tertulis tentang sesuatu yang dimengerti dan
diusahakan (Takdira, 2012: 25). Kegiatan Tahapan program kegiatan
pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang pembelajaran kelas inklusi yaitu perencanaan
guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa progam kegiatan pembelajaran dan
(Hernawan et al. 2011: 2.21). Proses belajar pelaksanaan program kegiatan pembelajaran.
akan terjadi pada diri siswa apabila terlibat Perencanaan kegiatan pembelajaran
secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. memainkan peranan penting dalam memandu
Program kegiatan pembelajaran kelas inklusi guru untuk melaksanakan tugas sebagai
adalah kegiatan disusun secara terencana dan pendidik dalam melayani kebutuhan belajar
memiliki tujuan, isi dan jenis kegiatan yang siswanya (Majid, 2009:22). Perencanaan
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan pembelajaran adalah cara sebelum kegiatan
evaluasi. Program kegiatan pembelajaran inklusi dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal
merupakan sebuah kegiatan terencana untuk antisipasi dalam pelaksanaan kegiatan yang
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi memperhatikan menetapkan tujuan,
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru merencanakan pengelolaan kelas,
yang memiliki anak didik heterogen. merencanakan pengorganisasian bahan,
merencanakan pengelolaan kegiatan
Program kegiatan pembelajaran pembelajaran, merencanakan penggunaan
khususnya taman kanak-kanak hampir sama sumber belajar, dan merencanakan penilaian.
dengan program kegiatan belajar pada tingkatan
SD, SMP, ataupun SMA yang memakai silabus Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
dan RPP hanya saja penamaannya menjadi RKM pada seting inklusif secara umum sama dengan
dan RKH. Program kegiatan belajar di TK terdiri pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas
dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. umum. Namun demikian, karena di dalam
Kesemuanya harus diperhatikan oleh sekolah, seting inklusif terdapat peserta didik yang
apalagi lembaga yang ingin mempersiapkan diri sangat heterogen, maka dalam kegiatan
menjadi sekolah inklusi, harus memiliki pembelajarannya di samping menerapkan
kesiapan dari aspek program kegiatan belajar. prinsip-prinsip umum juga harus

4
Devi Mastuti/ Journal of Early Childhood EducationPapers (1) (2014)

mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus Jenis penelitian yang digunakan adalah


sesuai dengan kelainan peserta didik. deskriptif kualitatif, yang merupakan penelitian
berusaha mencari fakta data kemudian
Kegiatan pembelajaran dalam seting mendeskripsikan mengenai kesiapan taman
inklusif akan berbeda baik dalam strategi, kanak-kanak dalam penyelenggaraan kelas
kegiatan, media, dan metode. Dalam seting inklusi dilihat dari program kegiatan
inklusif, guru hendaknya dapat mengakomodasi pembelajaran. Penggunaan pendekatan
semua kebutuhan siswa di kelas yang fenomenologi dilatarbelakangi berupaya untuk
bersangkutan termasuk membantu mereka mengungkap “gejala”. Gejala di sini selain
memperoleh pemahaman yang sesuai dengan berarti hal yang konkret, juga bisa berarti
gaya belajarnya masing-masing. Hambatan ‘semu’. Dengan demikikan, dari bahasanya
belajar dapat berasal dari kesulitan menentukan fenomenologi diartikan sebagai suatu aliran
strategi belajar dan metode belajar lainnya yang membicarakan fenomena, atau segala
sebagai akibat dari faktor-faktor biologis, sesuatu yang menampakkan diri. Fenomenologi
psikologis, lingkungan, atau gabungan dari pada prinsipnya merupakan salah satu bidang
beberapa faktor tersebut. filsafat yang memfokuskan diri dan
mengeksplorasi pengalaman akan kesadaran
Oleh karena itu, setelah ditetapkan manusia (Astono dan Soembogo, 2005:81-83).
model penempatan siswa luar biasa, yang perlu
dilakukan berikutnya dalam pelaksanaan Lokasi penelitian adalah objek
kegiatan pembelajaran pada kelas inklusif penelitian, kegiatan penelitian dilakukan.
antara lain seperti di bawah ini (Pedoman Penelitian dalam skripsi ini dilakukan di taman
Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif kanak-kanak di kecamatan Gajahmungkur
Kegiatan Pembelajaran 2007:23- Semarang. Pengambilan sampel menggunakan
26):Berkomunikasi dengan siswa; teknik purposive sampling yaitu teknik
Mengimplementasikan Metode, Sumber Belajar, pengambilan sampel sumber data dengan
dan Bahan Latihan yang sesuai dengan Tujuan pertimbangan atau kriteria tertentu.
Pembelajaran; Mendorong siswa untuk terlibat Pertimbangan pada penelitian ini yakni taman
secara aktif; Mendemontrasikan penguasaan kanak-kanak dengan kriteria memiliki anak
materi dan relevansinya dalam kehidupan; berkebutuhan khusus di kelas.Berdasarkan
Mengelola waktu, ruang, bahan, dan kriteria maka taman kanak-kanak yang menjadi
perlengkapan pengajaran; Mengelola lokasi penelitian antara lain TKIP Hj Nartini, TK
Pembelajaran Kelompok yang Kooperatif dan Al Huda, TK PGRI 32, TK Bendan ngisor, dan TK
Melakukan evaluasi. Labschool. Informan penelitian adalah guru,
kepala sekolah dan wali murid taman kanak-
Perencanaan dan pelaksanaan program kanak penyelenggara kelas inklusi di
kegiatan pembelajaran kelas inklusif sangat Kecamatan Gajahmungkur Semarang.
penting diperhatikan melihat kondisi kelas yang
memiliki anak didik heterogen. Anak Metode pengumpulan data melalui
berkebutuhan khusus yang berada di kelas wawancara, observasi dan dokumentasi.
diharapkan dapat mengoptimalkan Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong
perkembangannya tanpa dibatasi oleh (2011: 157), Sumber data utama dalam
keterbatasannya dengan modifikasi penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan
perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
pembelajaran, sehingga pendidikan di kelas seperti dokumen dan lain-lain. Data primer
menjadi bermakna untuk semua siswa. adalah data yang diperoleh secara langsung dari
informan, yaitu informan utama yaitu guru
Metode Penelitian taman kanak-kanak di kecamatan
Gajahmungkur, dan informan pendukung yaitu

5
Devi Mastuti/ Journal of Early Childhood EducationPapers (1) (2014)

Kepala sekolah dan orang tua murid taman lembaga tersebut. Guru kelas taman kanak-
kanak-kanak di kecamatan Gajahmungkur. Data kanak merencanakan tujuan, merencanakan
sekunder merupakan data yang diperoleh pengelolaan kelas, merencanakan
dengan mengambil bahan-bahan penelitian pengorganisasian bahan, merencanakana
melalui literature yang ada kaitannya dengan pengelolaan kegiatan pembelajaran,
penelitian. merencanakan penggunaan sumber belajar, dan
merencanakan penilaian dengan standar yang
Keabsahan data dalam penelitian masih sesuai dengan dinas. Model pembelajaran
menggunakan triangulasi sumber. Miles dan yang masih menggunakan area, pemilihan
Huberman (Sugiyono, 2010:337) menyatakan media dan penempatan alat permainan edukatif
analisis data dilakukan melalui kegiatan sebagai masih untuk anak-anak reguler. Perencanaan
berikut; reduksi data, display data dan verifikasi sumber dan bahan pembelajaran yang nantinya
data. dikerjakan anak di kelas juga masih berstandar
sekolah reguler pada umunya. Perencanaan
Hasil dan Pembahasan penilaian dan tindak lanjut dilakukan guru,
dengan tidak membedakan antara anak
Berdasarkan hasil penelitian diketahui berkebutuhan khusus dan anak-anak lainnya.
bahwa Perencanaan program kegiatan
pembelajaran harus sesuai dengan konsep Kegiatan pembelajaran merupakan inti
pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam dari pelaksanaan kurikulum. Mutu pendidikan
kurikulum. Penyusunan program pengajaran dalam hal ini terkait dengan mutu lulusan
sebagai sebuah proses disiplin ilmu banyak dipengaruhi oleh mutu kegiatan
pengetahuan, realitas, sistem, dan teknologi pembelajaran. Jika mutu kegiatan
pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pembelajarannya bagus, dapat diprediksi
pembelajaran berjalan dengan efektif dan bahwa mutu lulusan bagus; atau sebaliknya, jika
efisien. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mutu kegiatan pembelajarannya tidak bagus,
merancang kegiatan pembelajaran pada sekolah maka mutu lulusannya juga tidak bagus. Oleh
penyelenggara kelas inklusi antara lain: karena itu pelaksanaan kegiatan pembelajaran
menetapkan tujuan pembelajaran, harus dirancang dengan baik, disesuaikan
merencanakan pengelolaan kelas, dengan kemampuan dan kebutuhan setiap
merencanakan pengorganisasian media, individu siswa dan didukung oleh kompetensi
merencanakan pengelolaan kegiatan guru, media, sumber dan strategi pembelajaran
pembelajaran, merencanakan penggunaan yang memadai, sesuai dengan Standar
sumber belajar dan menentukan penilaian Pelayanan Minimal (Pedoman khusus
(Pedoman khusus penyelenggaraan kelas penyelenggaraan pendidikan inklusif kegiatan
inklusif kegiatan pembelajaran, 2007:22). pembelajaran, 2007:5).

Perencanaan pembelajaran memainkan Pelaksanaan kegiatan pembelajaran


peranan penting dalam memandu guru untuk anak usia dini pada seting inklusif secara umum
melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam sama dengan pelaksanaan kegiatan
melayani kebutuhan belajar siswanya (Majid, pembelajaran di kelas umum. Namun demikian,
2009:22). Kegiatan perencanaan pembelajaran karena di dalam seting inklusif terdapat peserta
di kelas yang terdapat anak berkebutuhan didik yang sangat heterogen, maka dalam
khusus masih sama dengan perencanaan kegiatan pembelajarannya di samping
kegiatan pembelajaran untuk taman kanak- menerapkan prinsip-prinsip umum juga harus
kanak reguler. Keberadaan anak berkebutuhan mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus
khusus di kelas menjadi sebuah perhatian sesuai dengan kelainan peserta didik.
khusus bagi guru, akan tetapi tidak serta merta
mengubah kurikulum yang diterapkan dalam
6
Devi Mastuti/ Journal of Early Childhood EducationPapers (1) (2014)

Kesiapan taman kanak-kanak Simpulan


penyelenggara kelas inklusi yaitu dapat di lihat
dari kepala sekolah, komite sekolah, guru, Berdasarkan hasil penelitian Kesiapan
peserta didik, dan orang tua untuk bekerja sama Taman Kanak-Kanak dalam Penyelenggaraan
dalam mewujudkan sebuah penyelenggaraan Kelas Inklusi dilihat Program Kegiatan
pendidikan inklusi. Kesiapan pelaksanaan Pembelajarandapat disimpulkan sebagai bahwa
program kegiatan pembelajaran dalam Kesiapan perencanaan program kegiatan
penyelenggaraan kelas inklusi taman kanak- pembelajaran masih belum terlihat.
kanak di Kecamatan Gajahmungkur Semarang Perencanaan kegiatan pembelajaran di kelas
masih sebatas kesiapan dalam penerimaan anak inklusi dilakukan masih seperti dengan
berkebutuhan khusus di dalam kelas. perencanaan kegiatan pembelajaran pada
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang terjadi umumnya, bagi anak berkebutuhan khusus
di taman kanak-kanak penyelenggara kelas yang terdapat di dalam kelas, harus mengikuti
inklusi dilakukan oleh guru kelas dengan perencanaan yang sudah dibuat dengan
memberikan inovasi-inovasi yang diharapkan berpedoman kurikulum sekolah reguler.
dapat menstimulus anak berkebutuhan khusus. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada seting
Secara tidak langsung guru memberikan inklusif masih sama dengan pelaksanaan
pelayanan yang dapat mendorong anak untuk kegiatan pembelajaran di kelas umum. Namun
melakukan kegiatan seperti teman-temannya demikian, karena di dalam seting inklusif
namun sebatas kemampuan yang bisa dilakukan terdapat peserta didik yang heterogen, maka
anak berkebutuhan khusus. dalam kegiatan pembelajarannya menerapkan
prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip
Pada beberapa bagian dalam khusus sesuai dengan kelainan peserta didik.
pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusi, guru
melakukan beberapa cara yang dirasa dapat Ucapan Terimakasih
mengatasi anak-anak berkebutuhan khusus di
dalam kelas sehingga pendidikan Penulis sadar bahwa dalam
memanusiakan manusia terjadi tidak terkecuali menyelesaikan skripsi ini penulis selalu
anak berkebutuhan khusus. Pengadaan shadow mendapat bimbingan dan dukungan dari
teacher sebagai guru pendamping anak berbagai pihak. Penulis menyampaikan rasa
berkebutuhan khusus menjadi salah satu cara terima kasih kepada Allah SWT yang telah
dari beberapa taman kanak-kanak agar melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya,
pelaksanaan pembelajaran dapat diterima sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
semua anak. Bagi beberapa taman kanak-kanak yang berjudul“Kesiapan Taman Kanak-kanak
yang tidak terdapat shadow teacher, maka dalam Penyelenggaraan Kelas Inklusi dilihat
alternatif yang digunakan guru dengan dari Program Kegiatan Pembelajaran”. Ucapan
melakukan pendekatan individual terhadap terima kasih pula penulis sampaikan kepada
kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Prinsip- ibu, bapak, kakak dan seluruh keluarga besar
prinsip pembelajaran di kelas, secara tidak tercinta yang selalu mendoakan, mendidik dan
langsung dilakukan oleh guru dengan mendukung penulis dalam setiap aktivitas.
memperhatikan kebutuhan ABK. Berikut akan
dijelaskan lebih jelas mengenai indikator dari Penulis sampaikan terima kasih pula
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam kepada Edi Waluyo, M.Pd, Ketua Jurusan
setting kelas inklusi di taman kanak-kanak di Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Kecamatan Gajahmungkur, Semarang. yang telah memberikan ijin untuk menyusun
skripsi ini. Edi Waluyo, M.Pd sebagai
pembimbing I dan Wulan Adiarti, M.Pd sebagai
pembimbing II yang telah membimbing dengan
penuh kesabaran dan mengarahkan penulis
7
Devi Mastuti/ Journal of Early Childhood EducationPapers (1) (2014)

untuk menyelesaikan skripsi ini, serta Dra. Lita _____ . 2002. Undang-Undang Republik
Latiana, SH, M.H yang telah berkenan menguji Indonesia Nomor 23 Tahun
dan membimbing hasil penelitian ini. Semua 2002Tentang Perlindungan Anak.
Jakarta: Kepres
dosen jurusan Pendidikan Guru Pendidikan
Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran.
Anak Usia Dini yang telah menanamkan ilmu Bandung: Rosdakarya
sebagai bekal yang sangat bermanfaat bagi Moleong, Lexy J. 1988. Metodologi Penelitian
penulis. Serta seluruh pihak-pihak terkait yang Kualitatif. Bandung: Remaja
telah mendukung secara langsung maupun Rosdakarya.
tidak langsung. Mulyasa. 2010. Menjadi Guru
Profesional.Bandung:Rosda
Musbikin,Imam. 2010. Buku Pintar PAUD.
Daftar Pustaka
Yogyakarta: Laksana
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Aqib, Zainal. 2011. Pedoman Teknis Republik Indonesia Nomor 70.2009.
Penyelenggaraan PAUD (Pendidikan Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik
Anak Usia Dini). Bandung:Nuansa Yang Memiliki Kelainan Dan Memiliki
Aulia. Potensi Kecerdasan Dan/Atau Bakat
Arikunto, Suharsimi. et al. 2009. Penelitian Istimewa.
Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Smith, J.David. 2012. Sekolah Inklusif.
Azwar, Syariffudin. 2011. Metode Penelitian. Bandung:Nuansa
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan.
Barnawi. 2012. Manajemen Sarana dan
Bandung : Alfabeta
Prasarana Sekolah. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media Suyadi. 2011. Manajemen PAUD. Yogyakarta:
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Pustaka Pelajar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Suyanto,Slamet. 2003. Konsep Dasar
Depdiknas Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
________ . 2007. Pedoman Umum UNY
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif.
Takdira, Asta. 2012. Peningkatan Kualitas
Jakarta: Depdiknas
________ .2007. Pedoman Khusus Layanan Program Kursus di Pusat
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif: Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Citra Ilmu Kabupaten Semarang Jawa
Depdiknas Tengah. Skripsi Universitas Negeri
Jacobsen. et al. 2009. Methods for Teaching. Semarang.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Trianto. 2011. Desain Pengembangan
Kepres. 1997. Undang-Undang Negara Republik
Pembelajaran Tematik. Jakarta:
Indonesia Nomor 4 Tahun 1997
Tentang Penyandang Cacat. Jakarta: Kencana
Kepres Uno, Hamzah.2008. Perencanaan Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara

You might also like