You are on page 1of 14

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
PEMBERDAYAAN FUNGSI BANK SAMPAH SEBAGAI SOLUSI
TIMBUNAN SAMPAH DI TPA
MENUJU INDONESIA - ZERO WASTE AREA

JUDUL EKSPRESIF, SESUAI


DENGAN MASALAH YANG
BIDANG KEGIATAN :
DISOLUSIKAN
TIDAK MEMBUAT PKM GAGASAN TERTULIS
PENAFSARAN GANDA

Diusulkan oleh :

Arizal Bawasir 03311740000008 Angkatan 2017


Armanda M.F. S. 03211740007002 Angkatan 2017
Dewi Puji Rahayu 03211740000027 Angkatan 2017
Dwi Ramadhani 03311740000003 Angkatan 2017

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2017

NOMER HALAMAN COVER TIDAK PERLU DITULIS


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Potensi Singkong Sebagai Bio-Ethanol


JANGAN ..................................................2
ADA HEADER/FOOTER
NOMER HALAMAN
Tabel 2. Strategi Peningkatan Nilai Jual SingkongAWAL DIIndonesia
KANAN BAWAH, DITULIS
..............................4
DENGAN
Tabel 3. Identifikasi Pelaksana, Sumber Dana dan Program Community ANGKA ROMAWI
Development Petani Singkong
..........................................................................................................
5
Tabel 4. Peranan Elemen Terkait dalam Pengembangan Pertanian Organik di
Indonesia.................................................................................................5

DAFTAR GAMBAR JIKA ADA

Gambar 1. Distribusi singkong antara petani dengan tengkulak ..........................10


Gambar 2. Strategi distribusi singkong ................................................................10

ii
WAJIB ADA
RINGKASAN BUKAN ASBTRAK
MAKSIMAL 1 HALAMAN RINGKASAN

Indonesia merupakan lima besar Negara penghasil singkong terbesar di


dunia. Kapasitas produksi singkong nasional pada tahun 2009 mencapai 22,4 Juta
ton. Tingkat produksi singkong rata-rata di Indonesia mencapai 11,43 ton/hektar
(BAPPENAS, 2009). Namun, masih belum banyak yang mengetahui jika
Indonesia merupakan lima besar produsen singkong terbesar di dunia (FAO,
2009). Kapasitas produksi singkong yang besar ini belum mampu meningkatkan
kesejahteraan petani. Hal ini ditunjukan dengan rendahnya harga jual singkong
hingga mencapai 175 rupiah perkilogram.
LATAR BELAKANG
Keadaan pasar yang terus berkembang menjadikan permintaan dunia akan
produk organik mengalami peningkatan. Salah satu faktor yang menyebabkan
adalah semakin banyaknya limbah industri yang mencemari lingkungan.
Terjadinya peralihan perilaku menjadi green consumers (konsumen produk hijau,
bebas bahan kimia) menjadikan sebuah segmentasi baru yang potensial untuk
pemasaran produk organik.
Karya tulis ini bertujuan merumuskan konsep untuk meningkatkan nilai
jual produk singkong Indonesia. Konsep tersebut ditunjang oleh beberapa teori
yaitu penerapan perbaikan distribusi logistik singkong, community development
berbasis pertanian organik, penerapan teknologi lokalTUJUAN, LANDASAN
karya anak TEORI DAN
bangsa secara
menyeluruh, penyusunan kebijakan pemerintah yang menunjang METODE PENULISAN
keberlangsungan
program, marketing kepada potential green consumers, dan pencitraan potensi
singkong Indonesia melalui sektor pariwisata. Gagasan ini ditulis dengan dengan
analisis dari beberapa permasalahan yang terjadi pada petani singkong di
Indonesia, yang dikombinasi dengan solusi logis berdasarkan tinjauan pustaka
yang ada.
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa rendahnya harga jual singkong
salah satunya disebabkan pembelian murah yang dilakukan oleh tengkulak akibat
hutang dan ketidak mengerti-nya petani akan kondisi pasar. Untuk meningkatkan
nilai jual singkong, maka dilakukan strategi penguatan internal petani selaku
produsen serta pengembangan eksternal yang meliputi aspek pencitraan dan
pemasaran. Strategi internal yang dilakukan pertama adalah melakukan
community development terhadap petani singkong dengan tujuan membentuk
PEMBAHASAN
suatu komunitas atau badan usaha yang mampu mengolah secara mandiri hasil
KESIMPULAN
singkong serta memasarkanya. Pengembangan tersebut difasilitasi oleh
REKOMENDASI lembaga
pemerintah LSM serta kalangan akademisi dan didukung oleh dana CSR
perusahaan. Pengembangan dilakukan dengan mengajarkan pembuatan
PolyLactic Acid (PLA), budidaya MOCAF (Modified Cassava Fluor) dan
pelatihan pembuatan Bio-Ethanol singkong. Peningkatan kualitas singkong
dilakukan dengan menerapkan pertanian organik secara menyeluruh. Pelaksanaan
community development tersebut menjadikan alur distribusi tidak lagi melewati
tengkulak dan langsung dipasarkan secara langsung oleh komunitas/badan usaha
yang beranggotakan petani. Pasar luar negeri menjadi tujuan utama dengan
karakteristik produk yang diminati oleh green consumers dunia.

iii
JANGAN ADA HEADER/FOOTER
NOMER HALAMAN ISI DI KANAN ATAS, DITULIS 1
DENGAN ANGKA ARAB

PENDAHULUAN
Latar Belakang INDENTASI PARAGRAF BARU 1,25 cm
SPASI 1,15 Sampah (refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan
yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis
(karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat
(Azwar, 1990). Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah : dari
rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah perkotaan
mengakibatkan daerah pemukiman semakin luas dan padat. Peningkatan aktivitas
manusia, lebih lanjut menyebabkan bertambahnya sampah. Faktor yang
mempengaruhi jumlah sampah selain aktivitas penduduk antara lain adalah :
jumlah atau kepadatan penduduk, sistem pengelolaan sampah, keadaan geografi,
musim dan waktu, kebiasaan penduduk, teknologi serta tingkat sosial ekonomi
(Depkes RI., 1987).
Besarnya penduduk dan keragaman aktivitas di kota-kota metropolitan di
Indonesia seperti Jakarta, mengakibatkan munculnya persoalan dalam pelayanan
prasarana perkotaan, seperti masalah sampah. Diperkirakan hanya sekitar 60 %
sampah di kota-kota besar di Indonesia yang dapat terangkut ke Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA), yang operasi utamanya adalah pengurugan (landfilling).
Banyaknya sampah yang tidak terangkut kemungkinan besar tidak terdata secara
sistematis, karena biasanya dihitung berdasarkan ritasi truk menuju TPA. Jarang
diperhitungkan sampah yang ditangani masyarakat secara swadaya, ataupun
sampah yang tercecer dan secara sistematis dibuang ke badan air.

Tabel 1. Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Perlakuan Memilah


Sampah Mudah Membusuk dan Tidak Mudah Membusuk, 2013-2014

2014

Sampah Dipilah
Provinsi
Sampah Tidak
Dipilah dan Dipilah
dipilah
sebagian kemudian Total
dimanfaatkan dibuang
Aceh 7.30 9.93 17.23 82.77
Sumatera Utara 7.66 7.36 15.02 84.98
Sumatera Barat 4.80 8.25 13.05 86.95
Riau 5.84 10.20 16.04 83.96
Jambi 3.26 7.88 11.14 88.85
Sumatera Selatan 3.08 9.22 12.30 87.70
Bengkulu 3.28 7.48 10.76 89.24
Lampung 6.88 8.43 15.31 84.69
Kep. Bangka Belitung 4.02 9.56 13.58 86.42
Kepulauan Riau 3.88 11.89 15.77 84.23
DKI Jakarta 3.39 7.95 11.34 88.65
Jawa Barat 11.28 11.36 22.64 77.36
2

Jawa Tengah 10.95 11.09 22.04 77.96


DI Yogyakarta 16.15 11.45 27.60 72.40
Jawa Timur 8.39 7.10 15.49 84.51
Banten 9.63 7.68 17.31 82.69
Bali 15.17 10.49 25.66 74.33
Nusa Tenggara Barat 7.61 4.10 11.71 88.29
Nusa Tenggara Timur 20.37 7.45 27.82 72.18
Kalimantan Barat 5.59 9.44 15.03 84.98
Kalimantan Tengah 7.59 16.53 24.12 75.87
Kalimantan Selatan 3.96 12.71 16.67 83.33
Kalimantan Timur 5.62 13.94 19.56 80.43
Sulawesi Utara 4.68 23.81 28.49 71.51
Sulawesi Tengah 5.26 14.86 20.12 79.88
Sulawesi Selatan 11.78 20.10 31.88 68.11
Sulawesi Tenggara 5.63 16.62 22.25 77.75
Gorontalo 3.48 10.90 14.38 85.62
Sulawesi Barat 2.73 11.49 14.22 85.78
Maluku 4.20 10.46 14.66 85.34
Maluku Utara 1.84 6.34 8.18 91.82
Papua Barat 4.92 20.98 25.90 74.10
Papua 6.83 11.27 18.10 81.90
Indonesia 8.75 10.09 18.84 81.16
Tabel 1 : data sampah yang diolah dan tidak diolah oleh Badan Pusat
Statistik
Dari tabel diatas dapat kita ketahui jumlah sampah yang tidak dipilah jauh
lebih besar dari jumlah sampah yang dipilah. Hal ini terjadi hampir merata di
seluruh wilayah Indonesia. Dari jumlah sampah yang telah dipilah pun masih
banyak sampah yang tidak di manfaatkan, hal ini memperparah kondisi pada
pembuangan akhir. Dimana hingga kini sampah yang ada di TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) masih belum mendapatkan pengelolaan yang baik.

Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah langkah pemberdayaan fungsi bank sampah agar tercipta
kesejahteraan masyarakat?
2. Bagaimanakah pengelolaan sampah organik dan anorganik yang tepat agar
diperoleh keuntungan ekologis dan ekonomis?
3. Bagaimanakah cara pengelolaan sampah agar mengurangi timbunan sampah
di TPA ?

Tujuan
3

Karya tulis ini bertujuan untuk :


1. Memperbaiki sistem pengelolaan sampah agar berjalan lebih efektif dan
teroganisir.
2. Mengedukasi masyarakat agar lebih peduli pada lingkungan.
3. Menciptakan lingkungan yang lebih bersih bagi wilayah perkotaan.
Manfaat
Manfaat karya tulis ini adalah meminilaisir jumlah sampah yang belum
jelas pengelolaannya, mengedukasi masyarakat agar memperoleh pengetahuan
tentang pengolahan sampah yang baik dan teroganisir, serta menciptakan
kesejahteraan masyarakat dengan pemberdayaan fungsi bank sampah.

GAGASAN

Kondisi kekinian

Gambar 1 . Kondisi TPA di Benowo

Di TPA (tempat pembuangan sampah akhir ini di banyak pemulung


yang memilah milah sampah. Tumpukan sampah tidak terartur tidak terawat dan
tidak teroganisir. Selain itu juga terlihat hewan ternak yang mencari makan di
tumpukan sampah.

Solusi yang Pernah Ditawarkan


4

Teknis operasional pengelolaan sampah Kota Semarang terdapat 4 pola


pengelolaan sampah di Kota Semarang (Pemerintah Kota Semarang, penyusun
rencana induk sistem persampahan Kota Semarang, 2006) adalah :
1. Pembuangan langsung ke tempat terbuka
Adalah masyarakat yang dilakukan pembuangan langsung ke pekarangan,
tempat terbuka atau pembuangan kesungai. Kegiatan ini terutama bagi
kawasan yang tidak ada sistem pelayanan atau wilayah dengan kepadatan
tinggi.
2. Pelayanan Sampah Konvensional Dilakukan dengan pengangkutan
sampah dari sumber sampah hingga kepembuangan akhir. Pelayanan
dilakukan dengan sisitem pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan
tempat pembuangan akhir.
3. Pembuangan Kelurahan langsung ke TPAMerupakan mode bagi kegiatan
industri atau sarana prasarana lain yang membuang sampah dengan
kendaraan operasional ke TPA.
4. Pengolahan Sampah
Merupakan mode pengelolaan sampah yang dilakukan dengan mengolah
sampah menjadi produk daur ulang.

Gagasan Baru yang Ditawarkan


Berdasarkan fakta empiris yang ada dan solusi yang pernah ditawarkan,
maka kami menawarkan solusi untuk mengurangi timbunan sampah di TPA
dengan rincian sebagai berikut.

Pemberdayaan Fungsi Bank Sampah Sebagai Solusi Timbunan Sampah Perkotaan


di TPA Menuju Indonesia Zero Waste Area

Sudah banyak bank sampah yang berdiri di Indonesia. Baik yang dibentuk
pemerintah maupun yang berbentuk koperasi. Namun penggalian potensinya
masih sangat rendah dikarenakan kurangnya kepedulian warga dan rendahnya
sinergi antar petugas bank sampah. Rincian Program :
 Pengelolaan sampah yang lebih terorganisir, dengan pemisahan sampah
yang lebih jelas dengan solusi yang lebih jelas pula. Berikut rinciannya:
5

 Dengan pengelolaan yang lebih terorganisir, maka akan dihasilkan produk


organik, kerajinan, dan lain sebagainya. Sehingga akan berguna bagi
banyak pihak dan mendapatkan keuntungan ekonomis.
 Perbaikan manajemen unit bank sampah menjadi beberapa aspek. Yaitu
aspek Kelembagaan (pengarahan sistem), Pembiayaan (anggaran dan
sumber dana), Pengaturan (landasan hukum), Partisipasi Masyarakat
(kapasitas kerja dan penyetor), dan Teknik Operasional (pengelolaan
sampah)
 Bank sampah (unit/induk) bekerja sama dengan perusahaan asuransi/klinik
asuransi dan PT PLN dengan masyarakat sebagai nasabah penyetor
sampah, sehingga masyarakat dapat menikmati layanan asuransi maupun
membayar tagihan listrik melalui sampah yang disetorkan. Dengan
kerjasama ini maka dibutuhkan timbangan, buku induk, buku tabungan
nasabah, nota, truk dan alat pengangkut, serta gudang yang beberapa sudah
tersedia di bank sampah.
 Kerjasama dengan perusahaan tertentu tidak menghilangkan fungsi bank
sampah yaitu menerima sampah dari masyarakat sehingga masyarakat
mendapat imbalan uang di rekening mereka maupun berupa bahan
makanan pokok dan semacamnya.
 Pemberian edukasi dan pelatihan kepada masyarakat mengenai
pengelolaan sampah maupun peran masyarakat sebagai penyetor sampah.
Manfaat yang akan terlihat dan terasa oleh masyarakat adalah:
 Masyarakat dari semua kalangan dapat memperoleh santunan meninggal,
santunan kerugian kebakaran, santunan musibah, kesehatan, dan lain-lain.
 Masyarakat dapat membayar tagihan listrik hanya dengan menyetorkan
sampah yang mereka hasilkan ke bank sampah.
 Keuntungan ekologis dan ekonomis bagi masyarakat dan pemerintah akan
terlihat secara nyata seiring dengan terus berlanjutnya program tersebut.
Dan kesejahteraan masyarakat akan meningkat apabila bank sampah di
Indonesia dapat menerapkan gagasan di atas.
Dengan manfaat yang kami paparkan, pemberdayaan fungsi bank akan
mengatasi masalah menumpuknya sampah di TPA maupun di berbagai tempat
sekaligus mendatangkan keuntungan dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.

Pihak-pihak yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan


Gagasan ini dapat terwujud melalui partisipasi aktif pihak-pihak sebagai
berikut.
1. Unit Bank Sampah dan Bank Sampah Induk
Sebagai pengelola sampah, tempat penyetoran sampah, dan pengadaan
rekening yang mengadopsi sistem pada perbankan, serta kerjasamanya
dengan perusahaan.
6

2. PT PLN dan Perusahaan Asuransi


Sebagai mitra bank sampah untuk kesejahteraan masyarakat.
3. Pemerintah Daerah dan Pusat
Pengawas, pembuat Peraturan Perundang-undangan maupun pemberi
pinjaman dan modal.
4. Masyarakat Luas (warga rumah, warga sekolah/universitas, pedagang, dan
lain-lain)
Sebagai penyetor sampah, pekerja di bank sampah, dan pemilik rekening
di bank sampah daerahnya.
Jelaskan peran stakeholders baik pemerintah, swasta, kelompok
masyarakat, perguruan tinggi, atau pihak lainnya yang dapat
mengimplementasikan gagasan. Pihak-pihak ini harus konkret dan jelas, misalnya
Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya. Paparkan pula apa yang mereka dapat
kontribusikan untuk mengimplementasikan gagasan kita.
Tabel 3. Identifikasi Pelaksana, Sumber Dana dan Program Community
Development Petani Singkong
Pelaksana Sumber dana Program yang diterapkan
Bank Sampah  Modal dan pinjaman dari  Pengelolaan sampah
meliputi seluruh pemerintah melalui yang lebih terorganisir,
anggota organisasi APBN maupun APBD dengan pemisahan
 Investasi, modal, atau sampah yang lebih jelas
pinjaman dari pihak dengan solusi yang lebih
perusahaan yang jelas pula.
bekerjasama dengan  Dihasilkan produk
bank sampah yang organik, kerajinan, dan
bersangkutan lain sebagainya.
 Premi dari nasabah Sehingga akan berguna
 Hibah bagi banyak pihak dan
mendapatkan
keuntungan ekonomis.
 Perbaikan manajemen
unit bank sampah
menjadi beberapa aspek.
Yaitu aspek
Kelembagaan
(pengarahan sistem),
Pembiayaan (anggaran
dan sumber dana),
Pengaturan (landasan
hukum), Partisipasi
Masyarakat (kapasitas
kerja dan penyetor), dan
7

Pelaksana Sumber dana Program yang diterapkan


Teknik Operasional
(pengelolaan sampah)
 Bank sampah
(unit/induk) bekerja
sama dengan perusahaan
asuransi/klinik asuransi
dan PT PLN dengan
masyarakat sebagai
nasabah penyetor
sampah, sehingga
masyarakat dapat
menikmati layanan
asuransi maupun
membayar tagihan listrik
melalui sampah yang
disetorkan. Dengan
kerjasama ini maka
dibutuhkan timbangan,
buku induk, buku
tabungan nasabah, nota,
truk dan alat pengangkut,
serta gudang yang
beberapa sudah tersedia
di bank sampah.
 Kerjasama dengan
perusahaan tertentu tidak
menghilangkan fungsi
bank sampah yaitu
menerima sampah dari
masyarakat sehingga
masyarakat mendapat
imbalan uang di rekening
mereka maupun berupa
bahan makanan pokok
dan semacamnya.
 Pemberian edukasi dan
pelatihan kepada
masyarakat mengenai
pengelolaan sampah
maupun peran
masyarakat sebagai
8

Pelaksana Sumber dana Program yang diterapkan


penyetor sampah.

Sumber: Penulis, 2017


Untuk pengembangan pertanian organik sebagai dasar peningkatan nilai
jual singkong, berkut ini merupakan pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan
pertanian organik singkong.
Tabel 4. Peranan Elemen Terkait dalam Pengembangan Pertanian Organik
Indonesia
No. Lembaga Peranan
Sebagai pengelola sampah, tempat penyetoran
Unit Bank Sampah dan sampah, dan pengadaan rekening yang
1.
Bank Sampah Induk mengadopsi sistem pada perbankan, serta
kerjasamanya dengan perusahaan.
Sebagai mitra bank sampah untuk
PT PLN dan Perusahaan
2. kesejahteraan masyarakat.
Asuransi
Pemerintah Daerah dan Pusat
Pengawas, pembuat Peraturan Perundang-
Pemerintah Daerah dan
3. undangan maupun pemberi pinjaman dan
Pusat
modal.
Masyarakat Luas (warga
Sebagai penyetor sampah, pekerja di bank
rumah, warga
4. sampah, dan pemilik rekening di bank sampah
sekolah/universitas,
daerahnya.
pedagang, dan lain-lain)
Sumber: Penulis, 2017
Langkah-langkah Strategis Implementasi Gagasan
Langkah-langkah strategis untuk mewujudkan gagasan Pemberdayaan
Bank Sampah ini dibagi menjadi beberapa tahap yang dipaparkan secara
kronologis, yaitu:
1. Tahap Persiapan
 Pemberian edukasi kepada masyarakat terkait kerjasama dengan
perusahaan dan bagaimana program baru akan dilaksanakan.
 Pemberian pelatihan kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah dan
pemberdayaannya.
2. Tahap Perencanaan Teknis
Penyusunan dokumen kerja, pengorganisasian ulang, dan pengadaan
peralatan yang belum tersedia.
3. Tahap Kemitraan
Menjalin kerjasama dengan Perusahaan Asuransi dan PT PLN
4. Tahap Pelaksanaan Program
5. Tahap Evaluasi
9

Kegiatan evaluasi ini dilakukann secara bertahap, disesuaikan dengan


kemajuan kegiatan yang telah dilakukan oleh masyarakat, dan dilakukan
pengontrolan secara intensif serta bebagai upaya untuk menyiapkan
kemandirian masyarakat.

KESIMPULAN BAB KESIMPULAN :


 GAGASAN YANG DIAJUKAN
 TEKNIK IMPLEMENTASI YANG AKAN DILAKUKAN
 PREDIKSI HASIL YANG AKAN DIPEROLEH
Inti Gagasan
Jelaskan dengan detail konsep gagasannya, sejelas dan sedetail mungkin.
Teknik Implementasi Gagasan
Gagasan peningkatan nilai jual singkong ini dapat diimplementaskan
dengan baik apabila didukung oleh hal-hal sebagai berikut. Bagian ini pada
dasarnya merupakan rekomendasi, jabarkan dari strategi dan pihak terkait yang
telah dirumuskan pada bagian sebelumnya. Rekomendasi ini pada dasarnya ada
upaya apa yang harus dilakukan oleh pihak-pihak tersebut mewujudkan gagasan
yang ditawarkan.
Prediksi Keberhasilan Gagasan
Jelaskan/kalkulasikan kelayakan ekonomi, sosial, administrasi dll. dari
gagasan yang ditawarkan, dapat menggunakan asumsi-asumsi yang logis.

DAFTAR PUSTAKA
Alexander Abe. 2001. Perencanaan Daerah Memperkuat Prakarsa Rakyat dalam
Otonomi Daerah. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.
Artiningsih, N. K. A., dan Hadi, S. P. 2012. Peran Serta Masyarakat Dalam
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus di Sampangan &
Jomblang, Kota Semarang). Serat Acitya, 1(2), 107.
Badan Pusat Statistik, 2017. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1360.
Diakses pada 17 September 2017
10

Damanhuri, E., dan Padmi, T., 2010. Pengelolaan sampah. Diktat Kuliah TL,
3104, pp.5-10.
Faizah, F. 2008. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat (Studi
Kasus di Kota Yogyakarta) (Doctoral dissertation, Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro).
Santoso, U., 2008. Pentingnya Pemilahan Sampah. Jurnal Urip Santoso, 12.
Surakusumah, W., 2008. Permasalahan Sampah Kota Bandung dan Alternatif
Solusinya. Universitas Pendidikan Indonesia, Jurusan Biologi. Diakses,
16.
Surjandari, I., Hidayatno, A., & Supriatna, A., 2009. Model Dinamis Pengelolaan
Sampah Untuk Mengurangi Beban Penumpukan. Jurnal Teknik Industri,
11(2), pp.PP-134.
Suryani, I., & Dahlan, M. H., 2012. Pembuatan Briket Arang Dari Campuran
Buah Bintaro dan Tempurung Kelapa Menggunakan Perekat Amilum.
Jurnal Teknik Kimia, 18(1)
Utami, B. D., Indrasti, N. S., dan Dharmawan, A. H., 2008. Pengelolaan Sampah
Rumahtangga Berbasis Komunitas: Teladan dari Dua Komunitas di
Sleman dan Jakarta Selatan. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 2(1).
Wahyono, S., 2011. Pengolahan sampah organik dan aspek sanitasi. Jurnal
Teknologi Lingkungan 2(2)

LAMPIRAN

Pengelolaan sampah terorganisir di bank sampah


11

You might also like