You are on page 1of 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/314122837

RELIGIUSITAS, SPRITUALITAS DALAM KAJIAN PSIKOLOGI DAN URGENSI


PERUMUSAN RELIGIUSITAS ISLAM

Article · January 2005


DOI: 10.15575/psy.v2i2.460

CITATIONS READS

0 10,998

1 author:

Frida Fridayanti
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
10 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Developing school well being View project

All content following this page was uploaded by Frida Fridayanti on 01 March 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


RELIGIUSITAS, SPRITUALITAS DALAM KAJIAN PSIKOLOGI
DAN URGENSI PERUMUSAN RELIGIUSITAS ISLAM

Fridayanti
UIN Sunan Gunung Djati Jl. AH. Nasution No. 105 Bandung
e-mail: fridayanti90@gmail.com

Abstract
The debate about the religiosity definition is still going on until now. The religion psychologist
have not a consensus yet about the religiosity definitiont. It impacted in doubt about the use of
the existing religiosity scale. Some attempts in explaining religiosity from the Islamic perspective
has been done by some psychologists from the Islamic world. This article attempts to explain the
cause of lacking consensus regarding the notion of religiosity through study on conception of
religiosity in the West’s understanding, as well as efforts that have been made by the Islamic
world in making the formulation regarding concept of the Islamic thought and traditions
including criticisms and suggestions for further development of the notion religiosity to be used
in the Muslim community.

Keywords: religiosity, psychology of religion, Islamic perspective


Abstrak
Perdebatan mengenai pengertian religiusitas masih berlangsung sampai saat ini. Para ahli
psikologi agama belum mendapat konsensus mengenai pengertian religiusitas. Hal ini
berdampak pada keraguan mengenai penggunaan skala religiusitas yang sudah ada. Upaya
menjelaskan religusitas dari sudut pandang Islam telah dilakukan oleh beberapa ahli psikologi
dari dunia Islam. Artikel ini berupaya menjelaskan penyebab belum munculnya konsensus
mengenai pengertian religiusitas melalui penelusuran terhadap pengertian konsepsi religiusitas di
barat, upaya-upaya yang telah dilakukan oleh dunia Islam dalam membuat rumusan pengertian
yang sejalan konsep pemikiran dan tradisi Islam, kritik dan saran untuk pengembangan lebih
lanjut terhadap pengertian religiusitas untuk digunakan pada komunitas muslim.

Kata kunci: religiusitas, psikologi agama, pandangan Islam

PENDAHULUAN religiusitas telah menjadi tema penting


bidang psikologi agama.
Agama adalah ciri utama kehidupan Koenig & Larson (2001) yang me-
manusia dan dapat dikatakan sebagai satu lakukan kajian terhadap konsep religiusitas
kekuatan paling dahsyat dalam mempe- mendapati bahwa dalan 80 % hasil pene-
ngaruhi tindakan seseorang. Albright and litian yang ditelaah didapati fakta bahwa
Ashbrook (2001) menyebutkan bahwa keyakinan dan praktik beragama (religi-
manusia dapat disebut sebagai makhlus usitas) berhubungan dengena semakin be-
religius (Homo religious) karena agama te- sarnya kepuasan hidup, kebahagiaan, afek
lah hadir sepanjang kehadirannya sebagai positif dan meningkatnya moral. Meski
Homo sapiens. William James (1902) ba- religiusitas telah terbukti berpengaruh po-
pak Psikologi meyakini bahwa peran aga- sitif terhadap kesehatan mental individu,
ma sangat penting dalam keseharian manu- namun bukti penelitian juga seolah
sia (James, 1902 dalam Luis & Cruise mengindikasikan bahwa religiusitas mem-
(2006). Selanjutnya Emmons & Polutzian pengaruhi individu secara negatif.Allport
(2003) menyebutkan bahwa agama bukunya The Nature of prejudice menye-
merupakan kekuatan sosial yang penting butkan bahwa “peran agama adalah para-
dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap doksikal, dapat membawa pada prasangka
lingkungan sosial. Dalam kajian psikologi, dan dapat membawa pula pada keadaan

199
Religiusitas, Spritualitas dalam Kajian Psikologi dan Urgensi Perumusan Religiusitas Islam (Fridayanti)

tanpa prasangka. (Hood, Hill & Spilka, Research in the Social Scientific Study of
2009 hal 2). Pengaruh religisuitas terhadap Religion (JAI Press, Inc., diterbitkan mulai
prasangka juga ditemukan dalam pene- 1990). Meski telah lama dikaji, namun
litian Altemeyer & Hunsberger (1992) persoalan pengertian religiusitas masih te-
yang menemukan hubungan antara reli- tap menjadi perdebatan hingga saat ini.
giusitas dan prasangka. Hal Ini seolah me- Belum ada konsensus mengenai pengertian
nunjukkan peran religiusitas sebagai suatu religiusitas di kalangan para ahli. Hal ini
yang negatif terhadap individu.Mengapa disebabkan karena agama adalah suatu
hasil penelitian menunjukkan perbedaan? yang kompleks dan personal ( Pargament,
Religiusitas di satu sisi dapat membawa 1997). Agorastos et al (2014) dalam re-
pada cinta kasih, namun disaat yang lain viewnya menyebutkan bahwa meskipun
agama sering dikaitkan dengan contoh bu- religiusitas, spiritualitas dan keyakinan
ruk perilaku. Peneliti berasumsi bahwa personal adalah parameter penting dalam
sumber perbedaan hasil penelitian disebab- pengalaman kemanusiaan, namun sampai
kan karaena perbedaan pengertian yang saat ini masih belum terdapat kesepakatan
digunakan. Dalam kajian psikologi yang mengenai definisi religiusitas (dan spiri-
bersifat empiris, termasuk dalam kajian tualitas) ini.
psikologi, kejelasan konstruk dan operasi- Beberapa hal yang menyebabkan su-
onalisasi merupakan satu hal yang penting litnya membuat rumusan religiusitas (dan
dan dapat mempengaruhi hasil penelitian spiritualitas) diantaranya adalah karena re-
(Pargament, 2002; juga Lewis & Cruise, ligiusitas telah dimaknai secara beragam
2006). Hal ini berlaku juga dalam bidang berdasarkan sudut pandang disiplin ilmu
psikologi agama. Perlu diupayakan klari- yang berbeda-beda. Hal ini disampaikan
fikasi mengenai pengertian religiusitas oleh Holdcroft (2006) bahwa masing-
serta bagaiman kemungkinan penggunaan- masing disiplin kajian telah mendekati
nya dalam konteks masyarakat di Indo- religiusitas dari sudut pandang yang ber-
nesia. Tulisan ini di bagi menjadi dua ba- beda, misalnya teologi akan melihat dari
gian, pertama adalah apa yang sudah dila- sudut pandang keyakinan (faith), semen-
kukan oleh psikologi agama dalam mem- tara sosiologi akan menpertimbangkan
buat rumusan mengenai religiusitas. Ba- konsep religiusitas yang melibatkan keng-
gian kedua berisi mengenai apa yang su- gotaan dalam jamaah (gereja) atau keha-
dah dilakukan oleh kalangan psikologi dirannya di gereja. Dalam ilmu psikologi,
Islam dalam membuat skala pengukuran sendiri, para ahli meneliti religiusitas de-
yang bebrbasis pandangan Islam. ngan cara yang beragam, misalnya Allport
& Ross (1967) mempelopori penggunaan
Kajian Psikologi mengenai Religiusitas
konsep orientasi religius (religiusitas in-
Penelitian psikologi mengenai religi- trinsik dan ekstrinsik) untuk menggambar-
usitas mulai mendapat tempat dalam kajian kan aspek motivasional dalam beragama,
psikologi sejak sekitar tahun 1990an de- sedangkan Glock & Stark (1968) mengem-
ngan terbitnya jurnal-jurnal terkait Journal bangkan konsep komitmen religius untuk
for the Scientific Study of Religion dan Re- menjelaskan seberapa kuat komitmen sese-
view of Religious Research yaitu The orang terhadap substansi agama, yaitu as-
International Journal for thePsychology of pek pengetahuan, keyakinan, praktik, pera-
Religion (mulai terbit tahun 1990) dipub- saan dan konsekuensi. Berbagai pendekat-
likasikan di Amerika. Adapun Mental an dan sudut pandang menunjukkan bahwa
Health, Religion, and Culture (mulai terbit sebenarnya konten dimensi religiusitas itu
tahun 1998) dipublikasikan di United sendiri belum disepakati (Wulff, 1997;
Kingdom.Untuk melengkapi fungsi jurnal Pargament, 1997) Selain berbedanya sudut
maka diterbitkan pula the annual series pandang disiplin ilmu, kesulitan juga ter-

200
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 2, Hal: 199 - 208

jadi karena alasan budaya dimana dalam menghambat potensi kemanusiaan. Hal ini
satu tradisipun dapat muncul beberapa dijelaskan oleh Pargament (1999)
orientasi (Glock & Stark, 1965). Hal lain "spirituality refers to the personal,
yang menyulitkan dalam mendefinisikan thoughtful, and affective aspects of beliefs
religiusitas adalah berkembangnya konsep and is becoming more popular than
spiritualitas dalam kajian psikologi agama. religion because this term indicates a
Perkembangan konsep spiritualitas teru- freedom of individual expression and an
tama dipicu oleh ketertarikan dunia barat ability to achieve our full potential“
terhadap praktik-praktik spiritual dari Dengan munculnya konsep spiritua-
dunia timur seperti Yoga dan meditasi. litas dalam kajian psikologi, akhirnya kon-
Konsep ini semakin berkembang dengan sep psikologi mengalami sebuah “penu-
munculnya penghargaan terhadap hal-hal runan status”. Pargament et all (1997) me-
yang lebih dalam, praktik-praktik kontem- nyebutkan bahwa telah terjadi penyem-
platif dalam sistem religius (Hill et al. pitan makna dimana religiusitas yang se-
2000, Wuthnow 1998). Hadirnya konsep mestinya menggambarkan keseluruhan
spiritualitas ini membuat permasalahan penghayatan keagamaan seseorang telah
tersendiri, sebagaimana yang dikemukakan mengalami penyempitan makna, menjadi
oleh Ribaudo & Masami Takahashi, sekedar menjadi sistem ideologi, orga-
(2008) terdapat ketidakjelasan hubungan nisasi, dan ritual.
antara religiusitas dan spiritualitas.Hal ini Religion is an organizational, ritua-
menimbulkan kerancuan mengenai penger- listic, and ideological system. The term
tian religiusitas dan spiritualitas (Zinn- "religion" is moving away from the broad
bauer and Pargament, 2005) serta keran- context of both institution and individual
cuan.Dalam sebuah artikelnya yang berju- and becoming a more narrow concept of
dul The Psychology of Religion and only the institutional, and this ascribed
Spirituality? Yes and No (International alignment with the institutional has given
Journal for the Psychology of Religion), religion a negative connotation as the
Pargament (1999) menunjukkan bahwa institutional typically restricts human
konten analisis mengenai kedua termino- potential (Pargament, 1999).
logi ini menunjukkan tumpang tindih pe-
Dikotomi pengertian religiusitas
ngertian.
Terhadap penekanan yang berbeda-
Penyempitan makna Religiusitas beda ini, maka pegertian mengenai religiu-
Berkembangnya konsep spiritualitas sitas menjadi berbeda-beda tergantung apa
secara eksplisit menghadirkan kenyataan yang ditekankan oleh ahli tersebut. Meru-
bahwa religiusitas menjadi dipandang se- juk pada pendekatan yang digunakan,
bagai satu identitas yang terpisah dari maka akhirnya terdapat variasi penjelasan
religiusitas. Spiritualitas dalam psikologi untuk mendefinisikan religiusitas. Berda-
agama juga merupaka satu konsep yang di- sarkan level kajian ada pengertian religiu-
anggap kompleks, idiografik dan multi- sitas di level personal dan ada yang di
dimensi. Konsep ini dianggap sebagai sua- level sosial. Demikian juga terdapat pe-
tu yang tidak terikat pada institusi gereja ngertian religiusitas berdasarkan fungsi
atau ritual-ritual agama tertentu. Semen- dan berdasarkan substansi. Adanya perbe-
tara religiusitas diartikan sebagai hal-hal daan fokus ini membuat pada kenyataan-
yang terkait praktik-praktik agama yang nya melahirkan dikotomi pengertian.
institusional. Spiritualitas didefinisikan 1) Level kajian yang berbeda.
sebagai suatu aspek yang sifatnya personal Pargamen (1996) menjelaskan seti-
dan lebih berkonotasi positif dibandingkan daknya religiusitas telah dijelaskan melalui
pe-ngertian religiusitas yang dianggap pertama, level personal dan sosial. Religi-

201
Religiusitas, Spritualitas dalam Kajian Psikologi dan Urgensi Perumusan Religiusitas Islam (Fridayanti)

on can be found in every dimension of Dengan pengertian ini maka pembahasan


personal and social life. We can speak religiusitas berdasarkan pendekatan agama
religion as away of feeling, a way of personal merupakan kombinasi dari keya-
thingking, a way of acting and a way of kinan dan praktik (Glass & Schoch, 1971).
relating. Hal ini akan menghasilkan perbedaan-per-
Agama pada level sosial seringkali bedaan kapasitas sebagai hasil dari penga-
merupakan agama sebagaimana disampai- laman historis dan idiosinkretik dalam diri
kan, disosialisasikan oleh sebuah institusi, individu. Sebagai pengalaman personal
kelompok keyakinan tertentu seperti ge- maka agama merupakan aspek yang diper-
reja, sinagog, kelompok-kelompok inde- oleh melalui sejarah panjang pengalaman
penden, sekte. Keberadaan seseorang da- seseorang sehingga membentuk keyakinan
lam institusi ini akan mengembangkan pe- dan praktik-praktik tertentu.
mahaman terhadap relasi seseorang de-
2) Kajian Fungsi atau Subtansi Agama
ngan yang lainnya dalam komunitas "(the
state of involvement with) an organized Berdasarkan pendekatan yang ada
system of beliefs, practices,rituals, and maka beragam pengertian dapat kita ke-
symbols designed to facilitate closeness to lompokkan. Yaitu pendekatan substantif
the sacred .(that also) fosters anunder- akan mendefinsikan religiusitas melalui
standing of one's relationship to others apa (substansi) yang mengindikasikan se-
...in a community" (Koenig et al., 2001, suatu secara esensial sebagai religius, se-
p.18). dangkan pendekatan fungsional merujuk
Pada level ini yang menjadi tema pada bagaimana (fungsi agama) sesuatu
pembahasan adalah bagaimana agama secara esensial disebut sebagai religius.
berinteraksi dengan bagian masyarakat, Beberapa ahli sering mendefinisikan
dan bagaimana proses kelompok mengo- religiusitas berdasarkan fungsi agama. Sa-
perasikannya dalam organisasi religius lah satu contoh pendekatan dalam men-
mereka. jelaskan agama berdasarkan fungsi adalah
Pada level yang lain adalah level sebagaimana yang dikemukakan oleh
personal yang merujuk pada bagaimana Durkheim (1915) bahwa agama adalah ins-
agama beroperasi (berkerja) pada kehidup- titusi sosial positif yang menolong orang
an seseorang, memberi makna, memba- untuk bersama dan masyarakat yang stabil.
ngun keadaan sadar yang menyenangkan, Hal ini dicapai melalui fungsi agama se-
memberi arah bertindak, membuat seorang bagai aturan moral dan sosial yang me-
merada bersalah atau merasa bebas atau mungkinkan orang untuk meninggalkan
mengklarifikasi keyakinan untuk diperca- keadaan ”anomie” atau isolasi.
yai. Kata kunci mengenai agama pada le- Ada juga ahli yang menjelaskan aga-
vel personal adalah mengenai apa yang ma berdasarkan konten (substansi) dari
diyakini, bagaimana agama berfungsi konstruk penyusunnya, banyak ahli berbe-
dalam kehidupan, sikap terhadap issu-issu da pendapat mengenai apa yang menyusun
sosial, kesehatan mental dan psikis, keba- konsep religiusitas dan spiritualitas, namun
hagiaan dan kemampuan mengatasi krisis. salah satu karakteristik religiusitas yang
Agama personal adalah pencampuran dari telah disepakati banyak peneliti adalah
prinsip teologis dengan pengaruh- bahwa religiusitas bersifat multidimensi-
pengaruh psikologis dan sosial. Dapat di- onal. (Wulff, 1997; Pargament, 1997).
katakan ini merupakan hasil dari penga- Pendekatan yang paling umum dalam
laman seseorang dimana seseorang lahir menjelaskan substansi agama adalah
dan hidup. Agama personal diwarnai seja- Glock & Stark yang diikuti ahli lain
rah personal individu yang khas dengan pendekatan yang mirip seperti
(Corvelyn, J & Luyten, 2005 hal. 99). yang dikemukakan oleh Bergan & Mc

202
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 2, Hal: 199 - 208

Conata. Menurut mereka komponen reli- and purposeful and also derives personal
giusitas yang umumnya dikenali dan meaning from a force that she or he
dibedakan dalam kajian psikologi yaitu believes pervades, underlies, arches over,
antara aspek kognisi, perasaan (afek) dan or transcends life’‟ (Mascaro and Rosen
tindakan.Pembedaan ini bukanlah suatu 2006, p. 170). Selanjutnya Mascaro me-
yang baru dalam ilmu psikologi. Para ngembangkan skala yang disebut Spiritual
Psikolog awal seperti Hall (1891),Starbuck Meaning Scale (SMS; Mascaro et al. 2004;
(1899), and Leuba (1912) telah membuat Mascaro and Rosen 2006)
pembedaan awal antara religious belief, Berdasarkan pengertian-pengertian
religious feelings, and religious works or diatas maka dapat diambil simpulan
practices.(Marie Cornwall, Stan L. umumnya studi psikologi mengindikasikan
Albrecht, Perry H. Cunningham, and Brian bahwa religiusitas dan spiritualitas adalah
L. Pitcher, 1998). Penjelasan agama de- dua konstruk yang yang dianggap berbeda
ngan cara ini dapat dikatakan merupakan (ini juga diungkapkan oleh oleh Dowling
pendekatan yang mencoba menjelaskan et al. 2003; Piedmont et al. 2009; Shahabi
religiusitas melalui subtansi ajaran agama. et al. 2002, Takahashi and Ide 2003,
Demikian pula Good (2011) menyatakan Zinnbauer et al. 1997)
bahwa beragama adalah tingkah laku dan Religiusitas dan spiritualitas sebagai
keyakinan yang berhubungan dengan konstruk yang berbeda dapat dilihat dari
agama yang terorganisasi (behavior and pengertian para ahli seperti Piedmont et al.
beliefs associated with organized reli- (2009) menyebutkan religiusitas berhu-
gion). Penjelasan ini merupakan salah satu bungan dengan pengalaman manusia seba-
yang menggunakan pendekatan subtansi gai makhluk transenden yang diekspre-
Adapun penjelasan agama berdasar- sikan melalui komunitas atau organisasi
kan fungsi misalnya penjelasan agama sosial“ is concerned with how one’s expe-
sebagai sebuah pencarian terhadap yang rience of a transcendent being is shaped
Maha Suci atau aspek-aspek non material by, and expressed through, a community
dari kehidupan. Pada perkembangannya, or social organization. Sedangkan spiri-
pengertian pertama ini menjadi istilah tualitas pada sisi lain berhubungan dengan
untuk apa yang disebut sebagai religiusitas hubungan personal dengan Tuhan atau
dan pengertian kedua merujuk pada pe- alam semesta “is most concerned with
ngertian spiritualitas. Spiritualitas sering one’s personal relationship to larger,
dipandang sebagai hal-hal yang bersifaat transcendent realities, such as God or the
fungsional sedangkan religiusitas dipan- Universe‟‟ (hal. 163). Religiusitas
dang sebagai hal-hal yang berkaitan de- dikonotasikan dengan institusi dan doktrin,
ngan fungsi. Ahli mencoba memberi pen- bersifat lebih objektif dan internal
jelasan berdasarkan fungsi dan akhirnya sedangkan spiritualitas berkontotasi pada
merujuk pada pengertian spiritualitas pengalaman personal yang lebih subjektif
misalnya Mascaro & Rosen (2006) yang “Spirituality is differentiated from religion
mencoba menjelaskan melalui makna in that religion connotes doctrines and
eksistensial (existential meaning). Spiri- institutions, and is more objective and
tualitas didefinisikan sebagai sejauhmana external, whereas spirituality connotes
seeorang memandang kehidupannya personal experiences and individual
memiliki koherensi dan bertujuan, namun practices, and is more subjective and
juga memperoleh pengalaman personal internal. Further, spirituality is considered
melalui kekuatan yang dia yakini sebagai an innate human characteristic”.
suatu yang melingkupi, mendasari atau Good (2011) mendefinisikan
melampaui kehidupan. „„the extent to spiritualitas sebagai pencarian terhadap
which someone views life itself as coherent Yang Maha Suci, aspek non material dari

203
Religiusitas, Spritualitas dalam Kajian Psikologi dan Urgensi Perumusan Religiusitas Islam (Fridayanti)

kehidupan “as the search for sacred, God or gods. Hal yang hampir sama juga
divine, or nonmaterial aspects of life, tertuang dalamkamus Cambridge Dicti-
Sedangkan religiusitas dikonsepkan seba- onaries Online yang menterjemahkan kata
gai tingkah laku dan keyakinan yang dihu- agama sebagai the belief in and worship of
bungkan dengan agama institusi yang ter- a god or gods, or any such system of belief
organisasi “behavior and beliefs associa- and worship. Pengertian agama ini mem-
ted with organized religion”. (Marie buat Beit Hallahmi & Argyle (1997)
Good, 2011) mendefinisikan agama sebagai sebuah
Pargament (1997) mendefinisikan sistem keyakinan terhadap Tuhan yang
religiusitas sebagai sistem ideology, ritua- Maha Kuasa dan Suci, serta praktik-
listic dan organisasi : praktik pemujaan atau ritual-ritual yang
Religion is an organizational, diarahkan terhadap yang Maha Kuasa.
ritualistic, and ideological system. The Masyarakat barat pada kenyataannya
term "religion" is moving away from the tidak memasukkan spiritualitas sebagai ba-
broad context of both institution and gian dari agama.Padahal menurut Wulf
individual and becoming a more narrow (1997) religio dapat berkonotasi dengan
concept of only the institutional, and this suatu yang lebih besar dari kekuatan
ascribed alignment with the institutional manusia, yang menuntut seseorang untuk
has given religion a negative connotation merespon dengan cara-cara tertentu, untuk
as the institutional typically restricts menghindari konsekuensi yang mengeri-
human potential (Pargament, 1999) kan. “some scholars say was initially used
Sedangkan spiritualitas merujuk to designate a greater-than human power
pada aspek yang personal that requires a person to respond in a
"Spirituality refers to the personal, certain way to avoid some dreadful
thoughtful, and affective aspects of beliefs consequences
and is becoming more popular than Kaitan Religiusitas dan spiritualitas
religion because this term indicates a Secara umum para ahli kajian psi-
freedom of individual expression and an kologi gagal untuk membuat konsensus
ability to achieve our full potential mengenai definisi religiusitas dan spiritua-
(Pargament, 1999) litas (Hill et al. 2000) dan kedua konsep
Berdasarkan pengertian-pengertian lebih banyak diidentifikasi sebagai dua hal
diatas maka religiusitas seringkali dipan- yang berbeda. Di sisi lain, seringkali ter-
dang sebagai pada ritual-ritual dan tingkah dapat pengertian yang tumpang tindih
laku dalam institusi sedangkan spiritualitas dalam operasionalisasinya. Terobosan di-
merupakan hubungan yang subjektif dan lakukan oleh Pargament (1997) yang
personal dengan yang Maha Kuasa. merumuskan pengertian religiusitas dan
Penyebab dikotomi pengertian spiritualitas yang dikembalikan pada fung-
Mengapa hal ini dapat terjadi? si dari religiusitas dan spiritualitas, dimana
Apabila ditelusuri maka hal ini dapat dika- religiusitas didefinisikan sebagai “search
takan merupakan pengaruh sekularisasi da- for significance in ways related to the
lam masyarakat barat (Zinnbauer, Parga- sacred” (p. 32), sedangkan spiritualitas
ment, & Scott, 1999). Pengertian agama didefinisikan sebagai spirituality as a
dalam masyarakat barat hanya berkaitan search for the sacred, Artinya terdapat
dengan keyakinan (the belief) dan periba- unsur kesamaan dalam agama dan spiri-
datan/praktik (the worship) sebagaimana tualitas yaitu dipandang sebagai motivasi
tercantum dalam Oxford dictionaries (pencarian) terhadap Tuhan. Dalam hal ini
Online kata religion diartikan sebagai the menurut Pargament‟s (1997) bahwa titik
belief in and worship of a superhuman persamaan religusitas dan spiritualitas ada-
controlling power, especially a personal lah pencarian terhadap yang maha Suci.

204
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 2, Hal: 199 - 208

Dari pengertian agama yang dikemukakan & Glass, 1989; Kristensen, Pedersen, &
oleh Pargament, ada dua pengertian yang Williams, 2001). Bergan & McConatha
muncul, yang pertama adalah search (2000) selanjutnya mendefinisikan reli-
(pencarian) dan The Sacred (Yang Maha giusitas subtansi religiusitas melalui dua
Suci). dimensi yaitu :
Apa yang dilakukan oleh Pargament - religious beliefs
dalam pandangan peneliti adalah terobosan - involvement (religious attendance)
penting dalam kajian psikologi agama ka- Pengukuran religiusitas melalui dua
rena mencoba menyatukan religiusitas dan dimensi ini merupakan penambahan atas
spiritualitas dalam satu fungsi yang sama dasar pengukuran sebelumnya yang unidi-
dari yaitu pencarian tentang Tuhan. Se- mensional
bagai seorang beragama dan penganut Pendekatan substansi yang paling
muslim, Peneliti bersepakat dengan pan- banyak dikenal melalui apa yang dia sebut
dangan Pargament ini. bahwa fungsi kebe- sebagai komitmen religius (religious
radaan manusia dalam kehidupan di dunia commitment). Menurut Glock & Stark ada
adalah menemukan (mencari) Tuhan da- lima dimensi yang merupakan inti dari
lam kehidupan, dan bahwa spiritualitas ti- religiusitas. Religiusitas menurut mereka
dak dapat dilepaskan dari keagamaan. adalah bagaimana komitmen seseorang
Pertanyaan berikutnya lalu bagaimana terhadap lima substansi ajaran agama.
konten atau subtansi agama? Kelima substansi tersebut oleh Glock &
Stark disebutnya sebagai the ideological,
Substansi religiusitas the ritualistic, the experiential, the
Dalam agama Kristen keikatan pada intellectual and the consequential (Stark &
komuni merupakan hal yang diperhatikan Glock 1968).Glock & Stark menambahkan
dalam perumusan religiusitas. Sehingga bahwa dimensi ini merupakan manifestasi
kehadiran dalam komuni merupakan aspek religiusitas yang dapat ditemukan pada
penting religiusitas bagi umat Kristen. semua agama.
Konsep ini muncul dalam dimensi reli-
gious attendance/involvement (Bergan & Beberapa kritik terhadap dimensi
Mc Conata, 2000) serta religius intrinsic Glock & Stark
Allport & Ross (1967). Pada awalnya 1. Dimensi konsekuensial yang meru-
religiusitas hanya berfokus pada satu pakan dimensi kelima Glock & Starck
konsep unidimensional saja yaitu menge- merupakan dimensi yang paling banyak
nai kehadiran/kedatangan/mengikuti akti- dikritik (Fichter 1969; Payne and
fitas (religious attendance) Elifson 1976). Kritik utama adalah ka-
Bergan & Mc Conata lalu menam- rena dimensi ini dianggap merupakan
bahkan dimensi keyakinan (belief) yang konsekuensi dari religiusitas dan bukan
didasari pandangan bahwa mengukur reli- merupakan religiusitas itu sendiri.
giusitas hanya melalui religious atten- Glock & Stark selanjutnya mengeli-
dance akan membawa pada kesimpulan minasi dimensi konsekuensi dari mo-
yang salah, khususnya pada studi dengan delnya dan membagi dimensi ritualistic
orang tua dimana kehadiran mereka ter- menjadi praktik public dan private, de-
ganjal karena keterbatasan tubuh. Sehing- ngan demikian dimensi religiusitas
ga untuk populasi ini, aspek atau dimensi- tetap menjadi 5.
dimensi religiusitas seperti religious belief 2. Kritik kedua berkaitan dengan ideologis
systems dan private devotions (ketaatan dan intelektual yang dipandang meru-
pribadi), akan memberikan gambaran pakan satu dimensi yaitu dimensi kog-
pengukuran yang lebih akurat mengenai nitif.
religiusitas. (Ellison, 1991; Ellison, Gay,

205
Religiusitas, Spritualitas dalam Kajian Psikologi dan Urgensi Perumusan Religiusitas Islam (Fridayanti)

Penelitian Religiusitas oleh psikolog menggambarkan dimensi spiritualitas Is-


muslim lam, padahal spiritualitas adalah bagian
Beberapa psikolog muslim dari ber- tidak terpisahkan dari pengalaman bera-
bagai Negara juga telah mencoba membuat gama dalam Islam. Tidak dimasukkannya
rumusan religiusitas Islam seperti :the dimensi spiritualitas juga menjadi kele-
Muslim Attitude toward religiosity scale mahan skala religiusitas psikologi kontem-
(MARS, Wilde & Joseph, 1997). Skala ini porer yang merupakan hasil dari pemikiran
merupakan adaptasi dari skala the Francis barat yang sering memisahkan religiusitas
Scale of attitude toward christianity dari spiritualitas (dimana spiritualitas se-
(Francis & Subbs, 1987). Kelemahan ring dipandang sebagai hal yang subjektif,
skala adaptasi ini yaitu skala tersebut personal dan membebaskan sedangkan
dirumuskan untuk digunakan pada masya- religiusitas dipandang sebagai suatu yang
rakat Kristen-yahudi di barat, sehingga terkait dengan praktik-praktik dalam
meski memiliki nilai guna secara lintas bu- institusi, tidak fleksibel, sempit, rigid dan
daya, namun skala tidak dapat memberi kaku (diskusi mengenai hal ini dapat
gambaran mengenai dinamika masyarakat dilihat dalam review yang dilakukan oleh
muslim itu sendiri. Hill dkk (2000).
Dalam tahun-tahun terakhir telah Di sisi lain, Ghorbani mengembang-
muncul upaya untuk membuat rumusan kan Muslim Experiential Religiousness
konstruk yang dikembangkan dari falsafah untuk mengukur aspek spiritual dalam aga-
dan ajaran Islam, yaitu yang bersumber ma (experiential) dan juga Dasti & Sitwat
dari Alquran dan perkataan Rasulullah (2014) telah mengembangkan skala Multi-
SAW seperti : dimensional Measure of Islamic spiritua-
1) The Psychological Measure of Islamic lity (MMS). Namun kedua pengukuran di-
Religiousness (PMIR, Abu Raiya et.al lakukan secara terpisah. Konstruk religiu-
2008). Skala ini terdiri dari enam sitas dalam penelitian ini adalah religiu-
dimensi: Islamic belief, Islamic sitas Islam yang dirumuskan secara deduk-
principle & Universality, Islamic tif dari sebuah Hadist Riwayat Bukhari
Religious Struggle, Islamic religious yang menggambarkan bahwa Islam secara
Duty, Obligation & Ekslusivism, substansi terdiri dari tiga unsur yaitu iman
Islamic Positive religious Coping & (islamic faith religiosity), Islam (Islamic
Identification, Punishing Allah practice religiosity) dan ihsan (islamic
reappraisal. Comprehensive Measure experiential religiosity), konstruk ini me-
of Islamic Religiosity rupakan konstruk multidimensi untuk
2) CMIR Tiliouine & Belgoumidi (2009). menggambarkan aspek religiusitas dan
merupakan skala 4 dimensi, yang terdiri spiritualitas Islam.
dari religious belif, religius practice, Berdasarkan kajian filosofis, pemi-
religious altruism, religious enrichment sahan religiusitas dan spiritualitas pada da-
3) The Knowledge practice measure of sarnya tidak dikenal dalam ajaran Islam.
Islamic religiosity (Alghorany 2008) Aspek keyakinan, tindakan praktik tidak
4) the Short Muslim Belief and Practice dapat dilepaskan dari pencarian dan hu-
Scale (AlMari, Oei and Al Adawi bungan dengan Allah sebagai pencipta
2009). Skala ini terdiri dari dua dimensi (yang merupakan salah satu hal penting).
yaitu dimensi keyakinan (rukun iman) Karena itu lah diperlukan kontruk bera-
dan dimensi praktik (rukun Islam) gama (religiusitas) Islam yang sesung-
Kelemahan skala religiusitas Islam guhnya bukan hanya bersifat keyakinan
diatas adalah bahwa dalam dimensi reli- dan praktik tindakan, namun juga tercakup
giusitas yang dikembangkan, tidak dite- didalamnya dimensi spiritualitas yang di-
mukan satupun skala pengukuran yang kenal juga sebagai dimensi Ihsan. Dalam

206
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 2, Hal: 199 - 208

dimensi spiritualias Islam terkandung pe- pendekatannya dengan pendekatan yang


nekanan pada upaya untuk membersihkan sistematis dan terstruktur agar dapat di-
hati, menjaga keterhubungan hati dengan terima dalam masyarakat ilmiah. Kola-
Allah serta menemukan makna hidup se- borasi dengan psikolog muslim antar
bagai sarana untuk mengenal kehendak negara juga diperlukan untuk
Allah. mengembangkan skala religiusitas yang
Ihsan merupakan spiritualitas Islam dapat digunakan secara universal pada
yang dipandang sebagai faktor penggerak masyarakat muslim di berbagai negara
dibalik setiap tindakan (Mawdudi, 1967 melalui studi lintas budaya. Penelitian
dalam Dasti & Sitwat, 2014). Alghazali lintas budaya akan dapat mengungkap
dalam bukunya Kimia kebahagiaan me- aspek dinamika pengaruh lingkungan
nyatakan bahwa kebahagiaan diperoleh terhadap religiusitas masyarakatnya.
melalui pencarian melalui pertanyaan ten-
tang Allah. Meski demikian Alghazali DAFTAR PUSTAKA
menyebutkan bahwa pertanyaan-pertanya-
an tentang Allah tidaklah mencukupi sam- Albright, C.R., & Ashbrook, J.B.
pai dilengkapi dengan rasa cinta pada 2001.Where God lives in the human
Allah, yang merupakan kebahagiaan sejati. brain. Naperville, IL: Sourcebook,
Aspek relasi dengan Allah adalah suatu
yang sangat penting dalam spiritualitas Agorastos, Demilaray, C., Huber, C.G
Islam (Bonab, Miner & Proctor 2013). 2014. Influence of religious aspects
Dengan demikian spiritualitas patut diper- and personal beliefs on psychological
timbangkan sebagai salah satu dimensi behavior: focus on anxiety disorders.
penting dari substansi ajaran Islam. Se- Psychology Research and Behavior
mentara itu dalam pembuatan skala religi- Management
usitas Islam sebelumnya, dimensi ini be-
Christopher Alan Lewis & Sharon Mary
lum dimasukkan sebagai hal yang penting
Cruise. 2006. Religion and Happiness:
untuk dialami oleh individu.
Consensus, contradictions, comment
SIMPULAN & Concern. Menatal Health, Religion
& Culture, 9:03. 213-225 Doi:
Para psikolog muslim di beberapa 10.1080/13694670600615276
negara telah memulai untuk upaya untuk
mengembangkan skala penelitian religiu- Dowling, E., Gestsdottir, S., Anderson, P.,
sitas yang berbasis tradisi dan pengajaran von Eye, A., & Lerner, R. M. 2003.
Islam, namun upaya yang lebih giat diper- Spirituality, religiosity, and thriving
lukan untuk terus menyempurnakan skala among adolescents: Identification
religusitas tersebut agar dapat menggam- and confirmation of factor structures.
barkan khasanah islam secara kompre- Applied Developmental Science,
hensif, termasuk yang dapat menggambar- 7(4).
kan pula sisi atau dimensi spiritualitas Emmons, R. A., & Paloutzian, R. F. 2003.
islam sebagai bagian dari religiusitas. Be- The psychology of religion. Annual
berapa upaya lain untuk mengembangkan Review of Psychology, 54, 377-402.
skala yang relevan diantaranya dapat dila-
Koenig HG, Larson DB. 2001. Religion &
kukan adalah kolaborasi dengan disiplin
Mental Health : Evidence of
studi Islam untuk menggali dan merumus-
association. Inr Rev Psychiatri 13 :67-
kan pengertian yang tepat dan sejalan
68
dengan falsafah pandangan muslim. Para
psikolog muslim juga mengintegrasikan

207
Religiusitas, Spritualitas dalam Kajian Psikologi dan Urgensi Perumusan Religiusitas Islam (Fridayanti)

Holdcroft, Barbara. 2006 What is The Journal of Religious


religiosity? Catholic Education: A Gerontology, 15(4), 15–38.
Journal of Inquiry and Practice, Zinnbauer, B. J., Pargament, K. I., Cole,
Vol. 10, No. 1 B., Rye, M. S., Butter, E. M.,
Lewis, C.A., & Cruise, S.M. 2006. Belavich, T. G., et al. 1997. Religion
Religion and happiness: consensus, and spirituality: Unfuzzying the fuzzy.
contradictions, comments and Journal for the Scientific Study of
concerns.Mental Health, Religion & Religion, 36, 549–564.
Culture, 9, 213–225
Mascaro, N., & Rosen, D. H. 2006.The
role of existential meaning as a
buffer against stress. Journal of
Humanistic Psychology, 46(2), 168–
190.
Pargament, K.I. 2002. The bitter and the
sweet: An evaluation of the costs and
benefits of religiousness.
Psychological Inquiry, 13(3), 168–
181.
Pargament, K.I. 1999. The psychology of
religion and spirituality? Yes and no.
The International Journal for the
Psychology of Religion, 9(uke,
James T. 1998. “The Dimensions of
Religiosity: A Conceptual Model
with an Empirical Test,” in Latter-
day Saint Social Life: Social
Research on the LDS Church and its
Members (Provo, UT: Religious
Studies Center, Brigham Young
University.
Piedmont, R. L., Ciarrochi, J. W., Dy-
Liacco, G. S., & Williams, J. E. G.
2009. The empirical and conceptual
value of the spiritual transcendence
and religious involvement scales for
personality research. Psychology of
Religion and Spirituality, 1(3), 162–
179.
Shahabi, L., Powell, L. H., Musick, M. A.,
Pargament, K. I., Thoresen, C. E.,
Williams, D., et al. 2002. Correlates
of self-perceptions of spirituality in
American adults. Annals of
Behavioral Medicine, 24, 59–69.
Takahashi, M., & Ide, S. 2003. Implicit
theories of spirituality across three
generations: A cross-cultural
comparison in the US and Japan.

208

View publication stats

You might also like