Professional Documents
Culture Documents
STANDAR
ASUHAN
KEPERAWATAN Prof. DR. Dr. Cissy R. Sudjana P., Sp. A(K)., M. Sc.
PADA PASIEN NIP 140 086 929
DENGAN ARDS
1. Pengertian ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrom) atau SDPD (Sindrom Distress
Pernafasan Dewasa) adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk
kegagalan nafas berat, biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang
telah terpajan pada berbagai penyebab pulimonal atau non pulmonal.
2. Tujuan Sebagai pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome).
a. Sistem Pernafasan
- Pernafasan : cepat, mendengkur, dangkal.
- Peningkatan kerja nafas : penggunaan otot aksesori pernafasan
- Bunyi nafas : pada awal normal. Krekels, ronchi dan dapat terjadi
bunyi nafas bronchial.
- Perkusi dada : bunyi pekak di atas area konsolidasi.
- Ekspansi dada menurun atau tak sama.
- Peningkatan fremitus (getar vibrasi pada dinding dada dengan
palpitasi)
- Terdapat sputum, pucat atau sianosis, penurunan mental, bingung.
b. Sistem kardiovaskular
TD : Dapat normal atau meningkat pada awal (berlanjut menjadi
hipoksia; hipotensi terjadi pada tahap lanjut (syok) atau dapat faktor
pencetus seperti pada eklampsia. Biasanya terdapat peningkatan
frekuensi jantung (taki – kadia). Bunyi jantung normal pada tahap
dini, S2 (komponen paru) dapat terjadi. Disritmia dapat terjadi, tetapi
EKG sering normal. Kulit dan membaran mukosa pucat dan dingin.
Sianosis biasanya terjadi pada tahap lanjut.
c. Integritas Ego
Ketakutan, ancaman perasaan takut, gelisah, agitasi, mudah
terangsang, perubahan mental.
Pemeriksaan Diagnostik.
Sinar X dada : tidak terlihat pada tahap awal/dapat menyatakan sedikit
normal, infiltrasi jaringan parut lokasi terpusat pada regio penbiliar
paru. Pada tahap lanjutan terdapat infiltrat pulmonen bilateral
menyebar putih pada film sinar y, memperlihatkan latar dasar seperti
kaca.
AGD : seri membedakan gambaran kemajuan hipoksemia (penurunan
PaO2 meskipun konsentrasi O2 inspirasi meningkat). Hipokabnia
(penurunan kadar CO2) dapat terjadi pada tahap awal sehubungan
dengan kompensasi hiperventilasi. Hiperkapnia (PaCO2 lebih besar
dari 50) menunjukan kegagalan ventilasi. Alkalosis respiratori (pH
lebih besar dari 7,45) dapat terjadi pada tahap dini, tetapi asidosis
respiratori terjadi pada tahap lanjut sehubungan dengan peningkatan
area mati dan penurunan ventilasi alveolar. Asidosis metabolik dapat
juga terjadi pada tahap lanjut sehubungan dengan peningkatan kadar
laktat darah, diakibatkan dari metabolik anaerob.
6.1.1. Tujuan : jalan nafas tetap paten, tidak terjadi aspirasi, sekresi encer.
Kriteria tujuan :
Pasien akan :
- Menyatakan/menunjukan hilangnya dispnea.
- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/
tidak ada ronchi.
- Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
- Menunjukan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan
bersihan jalan nafas.
Rasionalisasi :
Mandiri :
- Penggunaan stop interkostal/abdominal dan pelebaran nasal
menunjukan peningkatan upaya bernafas.
- Ekspansi dada terbatas atau tidak sama sehubungan dengan
akumulasi cairan, edema dan secret dalam sekresi lobus.
- Bunyi nafas menunjukan aliran udara melalui pohon
trakeobronkial dan dipengaruhi oleh adanya cairan, mucus, atau
obstruksi aliran udara lain. Mengidentifikasi dapat merupakan
bukti konstriksi bronkus atau penyempitan jalan nafas
sehubungan dengan edema. Ronki dapat jelas tanpa batuk dan
menunjukan penumpukan mucus pada jalan nafas.
- Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab
gagal pernafasan sputum, bila ada mungkin banyak, kental,
berdarah dan/atau purulen.
Rasionalisasi :
1. Untuk mengetahui kemajuan-kemajuan yang menyimpang dari
hasil pasien.
Jika BUN meningkat dan haluaran urine adekuat, hal tersebut
menunjukan gejala dehidrasi dan malnutrisi.
2. Dukungan nutrisi sangat penting untuk perbaikan jaringan dan
memperkuat sistem imun. Hasil akhir metabolisme karbohidrat
adalah air dan karbon dioksida.
Ahli gizi adalah seorang spesialis yang dapat mengevaluasi
status nutrisi pasien dan merencanakan diet yang tepat
berhubungan dengan keadaan pasien saat ini.
3. Hal-hal tersebut merupakan tanda-tanda illeus paralitik dan
memerlukan pengosongan gaster.
6.7. Dx : kerusakan mobilitas fisik b.d. perubahan tingkat kesadaran dan tidak
toleran terhadap aktivitas.
6.7.1. Tujuan : mendemonstrasikan toleransi terhadap aktivitas.
Kriteria tujuan : tidak ada keluhan lelah dan lemas saat melakukan
ADL, tidak ada dispnea dan takipnea.
5. Implementasi Dx I : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. penurunan gerakan silia dan
meningkatkan tahanan jalan nafas
1. Mencatat perubahan upaya dan pola bernafas.
2. Mengobservasi penurunan ekspansi dinding.
3. Mencatat karakteristik bunyi nafas.
4. Mencatat karakteristik batuk, juga produksi dan karakteristik
sputum.
5. Mempertahankan posisi tubuh/kepala tepat dan menggunakan
alat bantu nafas sesuai kebutuhan.
6. Membantu teknik batuk efektif dan nafas dalam, mengubah
posisi dan menghisap sesuai indikasi.
6. Evaluasi Dx 1 : Jalan nafas tetap paten, tidak terjadi aspirasi, dan sekresi encer
dan mudah dikeluarkan.
7. Unit Terkait
14 General Intensive Care Unit
DAFTAR PUSTAKA
Hudak & Gallo, tahun 1997, Keperawatan Kritis edisi VI Pendekatan Holistik
Volume I, Egc.