You are on page 1of 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN OBESITAS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I

ADE AULIA MARETNA


AKBAR
ALDIN
FARAH UMAINAH
INTAN CAHYANI
MELIYUN PONEMA

KELAS IIB KEPERAWATAN


PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obesitas merupakan suatu penyakit multifactorial, yang terjadi akibat akumulasi
jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obwaitas terjadi bila
besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah
berat badannya, maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya
bertambah banyak. Untuk setiap kelebihan energi sebanyak 9,3 kalori yang masuk ke
tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. Lemak disimpan terutama di aposit pada
jaringan subkutan dan rongga intraperitonial, walaupun hati dan jaringan tubuh lainnya
seringkali menimbun cukup lemak pada orang obesitas. Perkembangan obesitas pada
orang dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah adiposity dan peningkatan
ukurannya.
Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan penting dalam
menetukan asupan makanan dan metabolism energi, gaya hidup dan faktor lingkungan
dapat berperan dominan pada banyak orang dengan obesitas. Didugabahwa sebagian
besar disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetic dan faktor lingkungan, antara
lain aktivitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional. (Guyton, 2007 )
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Obesitas merupakan suatu penyakit multifactorial, yang terjadi akibat akumulasi
jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obwaitas terjadi bila
besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah
berat badannya, maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya
bertambah banyak. Obesitas merupakan sutau kelainan kompleks pengaturan nafsu
makan dan metabolism energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologic spesifik.
Faktor genetic diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini. Secara
fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang
tidak normal atau berlebihan di di adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan.
Keadaan obesitas ini, terutama obesitas sentral, menigkatkan resiko penyakit
kardiovaskular karena keterkaitannya dengan sindrom metabolik atau
sindrom resistensi insulin yang terdiri dari resistensi 10 insulin/hiperinsulinemia,
hiperuresemia, gangguan fibrinolisis, hiperfibrinogenemia dan hipertensi (Sudoyo, 2009).
Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi.
Bila energi dalam jumlah besar (dalam bentuk makanan) yang masuk ke dalam tubuh
melebihi jumlah yang dikeluarkan, maka berat badan akan bertambah dan sebagian besar
kelebihan energi tersebut akan di simpan sebagai lemak. Oleh karena itu, kelebihan
adipositas (obesitas) disebabkan masukan energi yang melebihi pengeluaran energi.
Untuk setiap kelebihan energi sebanyak 9,3 kalori yang masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram
lemak akan disimpan. Lemak disimpan terutama di aposit pada jaringan subkutan dan
rongga intraperitonial, walaupun hati dan jaringan tubuh lainnya seringkali menimbun
cukup lemak pada orang obesitas. Perkembangan obesitas pada orang dewasa juga terjadi
akibat penambahan jumlah adiposity dan peningkatan ukurannya. Seseorang dengan
obesitas yang ekstrem dapat memiliki adiposit sebanyak empat kali normal, dan setiap
adiposit memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang yang kurus (Guyton, 2007).
B. Etiologi
Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan penting dalam
menetukan asupan makanan dan metabolism energi, gaya hidup dan faktor lingkungan
dapat berperan dominan pada banyak orang dengan obesitas. Didugabahwa sebagian
besar disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetic dan faktor lingkungan, antara
lain aktivitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional. (Guyton, 2007 )
1. Genetik
Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetik yang pasti untuk
menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya
memiliki kebiasaan makan dan pola aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti
terkini menunjukkan bahwa 20-25% kasus obesitas dapat disebabkan faktor genetik.
Gen dapat berperan dalam obesitas dengan menyebabkan kelainan satu atau lebih
jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi serta penyimpanan lemak.
Penyebab monogenik (gen tunggal) dari obesitas adalah mutasi MCR-4, yaitu
penyebab monogenik tersering untuk obesitas yang ditemukan sejauh ini, defisiensi
leptin kongenital, yang diakibatkan mutasi gen, yang sangat jarang dijumpai dan
mutasi reseptor leptin, yang juga jarang ditemui.
Semua bentuk penyebab monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah kecil
persentase dari seluruh kasus obesitas. Banyak variasi genetik sepertinya berinteraksi
dengan faktor lingkungan untuk mempengaruhi jumlah dan distribusi
lemak. (Guyton, 2007).
2. Aktivitas fisik
Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini
didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa
otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat
dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena
itu pada orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan
pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat
badan (Guyton, 2007).
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh.
Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor: 1) tingkat aktivitas dan olahraga
secara umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal
memiliki tanggung jawab dua pertiga dari pengeluaran energi orang
normal. Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga pengeluaran energi
seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan
aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori
terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori
secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk
bekerja seharian akan mengalami penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan
aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat
kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya
olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal
tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak
saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur
berfungsinya metabolisme normal (Guyton, 2007).
3. Perilaku makan
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku
makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena
lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di
negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah
psikologis, dimana perilaku makan agaknya dijadikan
sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa
kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam
obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-
sel lemak yang baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan,
dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak.
Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak
cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti (Guyton, 2007).
4. Neurogenik
Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedial hipotalamus dapat
menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan menjadi obesitas. Orang
dengan tumor hipofisis yang menginvasi hipotalamus seringkali mengalami obesitas
yang progresif. Hal ini memperlihatkan bahwa, obesitas pada manusia juga dapat
timbul akibat kerusakan pada hipotalamus. Dua bagian hipotalamus yang
mempengaruhi penyerapan makan
yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakkan nafsu makan (awal atau pusat
makan) dan hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas menintangi nafsu
makan (pemberhentian atau pusat kenyang). Dan hasil penelitian didapatkan bahwa
bila HL rusak/hancur maka individu menolak untuk makan atau minum, dan akan
mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila
kerusakan terjadi pada bagian HVM, maka seseorang akan menjadi rakus dan
kegemukan. Dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian ventromedial dapat
menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan obesitas, serta terjadi
perubahan yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus berupa peningkatan
oreksigenik seperti NPY dan penurunan pembentukan zat anoreksigenik seperti
leptin dan α-MSH pada hewan obesitas yang dibatasi makannya (Guyton, 2007) .
5. Hormonal
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin
adalah sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang
bekerja melalui aktivasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan
penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon,
insulin diketahui berhubungan langsung dalam penyimpanan dan penggunaan energi
pada sel adiposa. Kortisol
adalah glukokortikoid yang bekerja dalam mobilisasi asam
lemak yang tersimpan pada trigliserida, hepatic glukoneogenesis, dan proteolisis
(Wilborn et al, 2005).

6. Dampak penyakit lain


Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit
lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism,
Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma dan
gangguan lain pada hipotalamus. Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat
badan seseorang diregulasi baik oleh
endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka sedikit saja
kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan (Flieretal,2005).
C. Patofisiologi
Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori
dari tubuh serta penurunan aktifitas fisik (sedentary life style) yang
menyebabkan penumpukan lemak di sejumlah bagian tubuh (Rosen,2008). Penelitian
yang dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan
seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral (neurohumoral) yang dipengaruhi
oleh genetik, nutrisi,lingkungan, dan sinyal psikologis. Pengaturan keseimbangan
energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian rasa
lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran
energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini
terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan
sinyal aferen dari perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot).
Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta
menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,
meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek
dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta
berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang
diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar.
Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur
penyimpanan dan keseimbangan energi (Sherwood, 2012).
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa
meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Kemudian,
leptin merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro
Peptida Y (NPY) sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila
kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan
terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan
nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga
tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan (Jeffrey, 2009).
D. Manifestasi klinis
Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya
timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak wanita, selain berat
badan meningkat dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat
(ternyata jika periksa usia tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh
dan matang itu akan mempunyai tinggi badan yang relative rendah dibandingkan dengan
anak yang sebayanya.
Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas :
1. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil dengan jari –
jari yang berbentuk runcing.
2. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu yang
berbentuk ganda.
3. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah
tumbuh pada anak pria keadaan demikian menimbulkan perasaan yang kurang
menyenangkan.
4. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng,
kadang – kadang terdapat strie putih atau ungu.
5. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya pada biseb
dan trisebnya.
Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin
merupakan penyebab atau keadaan dari obesitas. Penimbunan lemak yang berlebihan
dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru - paru, sehingga timbul
gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas
yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan
terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari
penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri
punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan
pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang
menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan
dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan
mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan
akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
E. Komplikasi
Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama obesitas apple shaped,
sangat erat hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan satu
kelompok kelainan metabolik selain obesitas, meliputi resistensi insulin, gangguan
toleransi glukosa, abnormalitas lipid dan hemostasis, disfungsi endotel dan hipertensi
yang kesemuanya secara sendiri-sendiri atau bersama-sama merupakan faktor resiko
terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi penyakit jantung koroner dan/atau stroke.
Mekanisme dasar bagaimana komponen- komponen sindrom metabolik ini dapat terjadi
pada seseorang dengan obesitas apple shaped dan bagaimana komponen-komponen ini
dapat menyebabkan terjadi gangguan vaskular, hingga saat ini masih dalam penelitian
(Soegondo,2007).
F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis OA biasanya dilakukan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan
fisik, tetapi evaluasi radiografi juga diperlukan. Radiografi adalah sensitif dan murah
sehingga dapat dijadikan sebagai pemeriksaan rutin untuk OA (Siddiqui & Laborde,
2009).
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan gizi.
Pada pemeriksaan antropometri tujuan yang hendak dicapai adalah:
1. Penapisan status gizi, yang diarahkan untuk orang dengan keperluan khusus.
2. Survei status gizi, yang ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat
pada saat tertentu serta faktor yang berkaitan.
3. Pemantauan status gizi, yang digunakan untuk memberikan gambaran perubahan
status gizi dari waktu ke waktu.
Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan mengukur ukuran fisik, seperti
tinggi badan, berat badan serta lingkar beberapa bagian tubuh tertentu.
G. Penatalaksanaan
1. Merubah gaya hidup
Diawali dengan merubah kebiasaan makan. Mengendalikan kebiasaan ngemil
dan makan bukan karena lapar tetapi karena ingin menikmati makanan dan
meningkatkan aktifitas fisik pada kegiatan sehari-hari. Meluangkan waktu
berolahraga secara teratur sehingga pengeluaran kalori akan meningkat dan jaringan
lemak akan dioksidasi (Sugondo,2008).
2. Terapi Diet
Mengatur asupan makanan agar tidak mengkonsumsi makanan dengan
jumlah kalori yang berlebih, dapat dilakukan dengan diet yang terprogram secara
benar. Diet rendah kalori dapat dilakukan dengan
mengurangi nasi dan makanan berlemak, serta mengkonsumsi makanan yang
cukup memberikan rasa kenyang tetapi tidak menggemukkan karena jumlah kalori
sedikit, misalnya dengan menu
yang mengandung serat tinggi seperti sayur dan buah yang tidak terlalu manis
(Sugondo, 2008).
3. Aktifitas Fisik
Peningkatan aktifitas fisik merupakan komponen penting dari
program penurunan berat badan, walaupun aktifitas fisik tidak
menyebabkan penurunan berat badan lebih banyak dalam jangka waktu enam
bulan. Untuk penderita obesitas, terapi harus dimulai
secara perlahan, dan intensitas sebaiknya ditingkatkan secara bertahap. Penderita
obesitas dapat memulai aktifitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka
waktu 3 kali seminggu dan
dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 3 kali
seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu
5 kali seminggu (Sugondo, 2008).
4. Terapi perilaku
Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya,
diperlukan suatu strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul pada saat terapi
diet dan aktifitas fisik. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap
kebiasaan makan dan aktifitas fisik, manajemen stress, stimulus control, pemecahan
masalah, contigency management, cognitive restructuring dan dukungan sosial
(Sugondo,2008).
5. Farmakoterapi
Farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam program
manajemen berat badan. Sirbutramine dan orlistat merupakan obat-obatan penurun
berat badan yang telah disetujui untuk penggunaan jangka panjang. Sirbutramine
ditambah diet rendah kalori dan aktifitas fisik efektif menurunkan berat badan dan
mempertahankannya. Orlistat menghambat absorpsi lemak sebanyak
30 persen. Dengan pemberian orlistat, dibutuhkan penggantian
vitamin larut lemak karena terjadi malabsorpsi parsial (Sugondo,2008).
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a. Kesehatan sekarang : keluhan pasien
b. Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah menderita
obesitas
c. Kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang mengalami
penyakit serupa atau memicu
d. Kesehatan mental, sosial, spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan
beribadah , kepercayaan.
3. Pemeriksaan fisik
a. Kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena
jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
b. Sistem respirasi : Untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas
c. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.
d. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
e. Sistem musculoskeletal : untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
f. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal :
hipotiroidisme, hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing (peningkatan
kadar insulin).
5. Pola fungsi kesehatan
a. Aktivitas istirahat : Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan /
kurang keinginan untuk beraktifitas.
b. Sirkulasi : Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan
dapat menghilangkan perasaan tidak senang.
c. Makanan / cairan : Mencerna makanan berlebihan
d. Kenyamanan : Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa nyeri
dalam menopang berat badan atau tulang belakang
e. Pernafasan : Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea
f. Seksualitas : Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan menstruasi
dan amenouria.
B. Diagnosa yang mungkin muncul
1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan denganintake
makanan yang lebih.
2. Gangguan pencitraan diri yang berhubungan dengan biofisika atau psikosial
pandangan px tehadap diri.
3. Hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan ungkapan atau tampak tidak
nyaman dalam situasi sosial.
4. Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, nyeri,
ansietas, kelemahan dan obstruksi trakeobronkial.
C. Perencanaan
Setelah pengumpulan data, megelompokkan dan menentukan diagnosa
keoerawatan yang mungkin muncul, maka tahapan selanjutnya adalah menentukkan
prioritas, tujuan dan rencana tindakkan keperawatan.

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Perubahan Tujuan : Kebutuhan - Kaji penyebab - Mengidentifikasi
nutrisi : nutrisi kembali normal. kegemukan mempengaruhi
Lebih dari Kriteria hasil : dan buat penentuan
kebutuhan - Perubahan pola rencana makan intervensi
tubuh yang makan dan dengan pasien - Memberikan
berhubungan keterlibatan - Timbang berat informasi tentang
dengan individu dalam badan secara keefektifan
intake makana program latihan periodic program
n yang lebih. - Menunjukan - Tentukan - Mendorong px
penurunan tingkat untuk menyusun
berat badan. aktivitas dan tujuan lebih nyata
rencana dan sesuai
program dengan rencana
latihan - Kalori dan nurtisi
diet\Kolaboras terpenuhi secara
i dengan ahli normal
gizi untuk - Penurunan berat
menentujan badan
keb kalori dan
nutrisi penurun
an berat badan
- Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian
obat penekan
nafsu makan
(ex.dietilpropi
nion)

Gangguan Tujuan : - Beri privasi - Individu biasanya


pencitraan diri Menyatakan gambaran kepada px sensitif terhadap
b.d biofisika diri lebih nyata selama tubuhnya sendiri
atau psikosial Kriterian hasil : perawatan - Pasien
pandangan px - Menunjukkan - Diskusikan mengungkapkan
tehadap diri beberapa dengan px beban
penerimaan diri tentang psikologisnya
dari pandangan pandangan - Keyakinan tentang
idealism menjadi gemuk seperti apa tubuh
- Mengakui indiviu dan apa artinya yang ideal atau
yang mempunyai bagi px trsebut motifasi dapat
tanggung jawab - Waspadai mitos menjadi upaya
sendiri px / orang penurunan berat
terdekat badan
- Tingkatkan - Meningkatkan rasa
komunikasi kontrol dan
terbuka dengan meningkatkan rasa
px untuk ingin
menghondari menyelesaikan
kritik masalahnya :
- Waspadai a. Pola makan
makan berlebih terjaga
- Kolaborasi b. Kelompok
dengan terapi dapat
kelompok memberikan
terapi teman dan
motifasi

Hambatan Tujuan : - Kaji perilaku - Keluarga dapat


interaksi sosial Mengungkapkan hubungan membantu
b.d ungkapan kesadaran adanya keluarga dan merubah perilaku
atau tampak perasaan yang perilaku sosial sosial pasien
tidak nyaman menyebabkan interaksi - Kaji - Mekanisme
dalam situasi sosial yang buruk penggunaan koping yang baik
sosial Kriteria hasil : ketrampilan dapat melindungi
Menunjikan koping pasien pasien dari
peningkatan perubahan - Rujuk untuk perasaankesepian
positif dalam perilaku terapi keluarga isolasi
sosial dan atau individu - Pasien mendapat
interpersonal sesuai dengan keuntungan dari
indikasi keterlibatan orang
terdekat untuk
memberi
dukungan

Pola napas tak Tujuan : - Awasi , - Peranapasan


efektif yang Mengembalikan pola auskultasi mengorok/
berhubungan napas normal bunyi napas pengaruh anastesi
dengan Kriteria hasil : - Tinggikan menurunkan
penurunan - Mempertahankan kepala tempat ventilasi, potensial
ekspansi paru, ventilasi yang tidur 30 derajat atelektasis,
nyeri , ansietas adekuat - Bantu lakukan hipoksia.
, kelemahan - Tidak mengalami napas dalam, - Mendorong
dan obstruksi sianosis atau tanda batuk menekan pengembangan
trakeobronkial hipoksia lain insisi diafragma
- Ubah posisi sehingga ekspansi
secara periodic paru optimal,
- Berikan pasien lebih
O2 tambahan / nyaman.
alat pernapasan - Ekspansi paru
lain maksimal,
pembersihan
jalan napas,
resiko atelektasis
minimal.
- Memaksimalkan
sediaan O2 untuk
pertukaran dan
penurunan kerja
napas.
Obesitas

Masukan makan Aktifitas Tubuh Genetik

Mekanisme neuro kumoral

Hipotalamus

Pengatur keseimbangan

energi

Pengatur lapar dan kenyang, regulasi sekresi


hormon laju pengeluaran energi

Sinyal afaren

Setelah dapat sinyal dari aferen parifer(jar-


adiposa, usus, dan jar-otot
Sinyal bersifat anabolik

Lapar

pengeluaran energy
Abdomen
Kolesistokinin sebagai
stimulator rasa lapar Massa tubuh berat
Menekan diafragma

Ke atas Asupan energi Asupan energi


Asupan makanan
Malas
Inspirasi inefeltif bergerak
Penumpukan lemak pada Pengeluaran energi Penumpukan lemak pada
Sejumlah bagian tubuh Gaya hidup
Sejumlah bagian tubuh
Lapang thorax tidak monoton
maksimal Lipid di simpan
Jar-adiposa Kegemukan
dalam jar-adiposa
bertambah
Sesak nafas
Gangguan citra Tidak mampu
Deficit Pengetahuan
Ketidakseimbangan tubuh
Beraktivitas lebih
Nutrisi lebih dari
Adpnea
kebutuhan tubuh

Ketidakefektifan pola nafas


Inteloren
aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, R., & Sartika, D. (2011). FAKTOR RISIKO OBESITAS PADA ANAK 5-15 TAHUN DI
INDONESIA, 15(1), 37–43.
Hariyanto, D., Madiyono, B., Sjarif, D. R., & Sastroasmoro, S. (2009). Hubungan Ketebalan
Tunika Intima Media Arteri Carotis dengan Obesitas pada Remaja,11(3).

You might also like