Professional Documents
Culture Documents
2, 2009 : 10 – 15
ABSTRAK
Penelitian status pemanfaatan lobster (Panullirus sp) dilakukan di Perairan Pantai Kebumen, Jawa
Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat pemanfaatan dan musim penangkapan.
Pengambilan contoh dilakukan sejak Agustus sampai dengan September 2008, menggunakan metode
survei. Lokasi penelitian di tiga TPI, yaitu TPI Pasir, TPI Argopeni dan TPI Karangduwur. Hasil
penelitian menunjukkan Lobster tertangkap sepanjang tahun, dengan musim penangkapan bulan
November sampai dengan Februari, dan puncak musim pada bulan Desember. Berdasarkan ukuran rata-
rata panjang karapas dan bobot individu lobster yang tertangkap, status pemanfaatan Lobster
mengindikasikan telah mengarah lebih tangkap.
Kata kunci : Lobster, status pemanfaatan, perairan Kebumen
ABSTRACT
The research of the exploitasion status of Lobster (Panullirus sp) was held on Kebumen waters Central
Java. The objective research were to analysis of exploitation level and fishing season.of lobster. Samples
was collected from August to September 2008, using survey methods. The study area were three TPI :
TPI Pasir, TPI Argopeni and TPI Karangduwur. The results showed that Lobster caught occurred
through the year, with fishing season from November to February, and peak season on December. Base
on carapace length and weigh of Lobster, show that level of exploitation was indicated over-exploitation.
Key word : Lobster, exploitation status, Kebumen waters
10
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 4, No. 2, 2009 : 10 – 15
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini Hasil analisis ini akan memperjelas status
bertujuan untuk mengkaji status pemanfaatan perikanan tangkap, apakah tingkat
sumberdaya lobster serta musim penang- penangkapannya sudah berlebih (didominasi
kapannya di Kabupaten Kebumen. oleh ikan-ikan berukuran kecil) ataukah
sebaliknya. Prinsip-prinsip pengelolaan yang
METODE PENELITIAN dapat dikembangkan adalah mengatur ukuran
ikan yang sebaiknya boleh ditangkap.
Penelitian dilakukan menggunakan metode
Meskipun memiliki berbagai keter-batasan
survei.
dan kelemahan metodologis, kajian staus
Pengambilan Sampel pemanfaatan juga akan dilakukan menggunakan
model surplus produksi. Metode yang
Penelitian dilakukan di tiga TPI utama di
digunakan akan disesuaikan dengan pola
Kabupaten Kebumen, yaitu TPI Pasir, TPI
distribusi data.
Argopeni dan TPI Karangduwur, selama dua
bulan, sejak Agustus sampai dengan Septermber Untuk menghitung potensi lestari
2008. Oleh karena jumlah lobster yang (MSY) metode Schaefer, menggunakan rumus
tertangkap per hari relatif sedikit, maka seluruh
lobster hasil tangkapan selama penelitian MSY = sedangkan foptimum = -
dijadikan sampel. Sedangkan metode potensi lestari metode
Pengukuran Data. Fox menggunakan persamaan MSY =
11
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 4, No. 2, 2009 : 10 – 15
ombak, juga tempat bersembunyi dari predator Hasil perhitungan CPUE dengan standart
serta berfungsi pula sebagai daerah pencari gillnet monofilamen Kebumen menunjukkan
makan. Akibatnya daerah pantai berterumbu ini bahwa CPUE cenderung menurun sejak tahun
juga menjadi daerah penangkapan udang barong 1998, dan terendah terjadi pada tahun 2000.
bagi para nelayan. Hal ini dapat dilihat dari cara Setelah itu, CPUE perlahan-lahan meningkat.
nelayan mengoperasikan alat tangkap (bintur) di Hasil perhitungan CPUE dengan standart gillnet
daerah bebatuan di pantai Chan (1998). monofilamen Kebumen menunjukkan bahwa
CPUE cenderung menurun sejak tahun 1998,
Menurut Chan (1998) jenis Panullirus
dan terendah terjadi pada tahun 2000. Setelah
hummarus hidup pada perairan pantai yang
itu, CPUE perlahan-lahan meningkat kembali
jernih pada bebatuan dan karang berpasir.
sampai dengan tahun 2006 (Gambar 3).
Lobster bersifat nokturnal (aktif malam hari)
dan suka bergerombol. Musim penangkapan
terjadi pada musim hujan, pada hari bulan gelap, 1,00
CPUE
Status Pemanfaatan Lobster Di Perairan 0,40
Kebumen 0,20
Produksi Lobster di Kabupaten Kebumen -
berfluktuasi, namun ada cenderung meningkat 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
sejak tahun 2005 (Gambar 1). Tahun
50.000
Filamen di Kabupaten Kebumen.
40.000
30.000 Plot antara CPUE dan trip gill net
20.000 monofilamen memberikan sebaran data yang
10.000 tidak memenuhi asumsi model surplus produksi
- (Gambar 4), baik model Schaeffer (linier)
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
mapun model Fox (exponensial), sehingga
Tahun
perhitungan nilai MSY menggunakan model
surplus produksi tidak bisa dilakukan. Kondisi
Gambar 1. Perkembangan Produksi Lobster di
demikian dapat terjadi karena pencatatan data
Kabupaten Kebumen.
yang kurang teliti, terutama data trip yang
biasanya cenderung diabaikan. Berdasarkan
Jumlah trip penangkapan Lobster dengan
observasi lapang, di wilayah studi banyak
standart alat tangkap gill net monofilamen juga
diperasikan alat tangkap bintur, namun pada
memiliki kecenderungan yang sama, fluktuatif,
data statistik sering tidak dijumpai. Ketidak-
dan pada tahun 2007 jumlah trip meningkat
akuratan data produksi dan trip dapat
cukup tajam (Gambar 2).
mengakibatkan ketidak akuratan hasil
perhitungan. Oleh karenanya diperlukan
160.000
140.000
informasi lain, seperti beberapa aspek biologi,
120.000 misalnya ukuran rata-rata ikan yang tertangkap.
100.000
Hasil pengkajian BRKP (2001) tingkat
Trip
80.000
60.000 pemanfaatan lobster di Samudera Hindia baru
40.000 mencapai 10% dari potensi lestarinya yang
20.000 diduga potensinya sebesar 1.600 ton per tahun.
- Hal ini mengindikasikan kemungkinan masih
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
adanya daerah penangkapan lobster di
Tahun
Samudera Hindia yang belum diusahakan.
Gambar 2. Perkembangan Trip Penangkapan
Lobster dengan Standart Gillnet
Monofilamen di Kabupaten
Kebumen.
12
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 4, No. 2, 2009 : 10 – 15
0,90 100
0,80
0,70
0,60
CPUE
% kumulatif
0,50
0,40
0,30 50
0,20
0,10
-
100.000
120.000
140.000
160.000
20.000
40.000
60.000
80.000
-
0
20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Trip
Panjang karapas (mm)
Struktur Ukuran Lobster (Panulirus sp) yang Berdasarkan data berat Lobster (Gambar 7
tertangkap di Perairan Kebumen dan 8) ternyata bahwa Lobster yang paling
banyak tertangkap adalah dengan berat 82 gram,
Berdasarkan hasil pengukuran panjang dengan berat rata-rata 50% sebesar 110 gram.
karapas Lobster di Kabupaten Kebumen
(Gambar 5 dan 6) diperoleh gambaran bahwa
70
Lobster yang tertangkap di perairan sekitar
Kebumen memiliki modus panjang karapas 45 60
mm, dengan panjang karapas rata-rata 50%
50
adalah 44,5 mm. Ukuran terkecil Lobster yang
Frekuensi
13
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 4, No. 2, 2009 : 10 – 15
100
3.500
3.000
Produksi (Kg)
2.500
% kumulatif
2.000
50 1.500
1.000
500
-
Juli
Oktober
November
September
Mei
Juni
April
Januari
Februari
Desember
Maret
Agustus
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
300
320
340
360
380
400
420
440
460
480
500
520
540
560
580
600
620
640
660
680
Berat (Gram)
Bulan
Gambar 8. Kurva Logistik Baku Penentuan
ukuran Berat Rata-rata Lobster Gambar 9. Distribusi Temporal (Bulanan)
Lobster di PANSEL Periode
Musim Penangkapan Lobster Tahun 1997- 2007
Berdasarkan data tangkapan yang Udang barong memiliki dua fase dalam
dikumpulkan dari tiga TPI di Kabupaten siklus hidupnya, yaitu fase pantai dan fase
Kbumen sejak tahun 1997 sampai dengan 2007 lautan , lobster akan memijah di dasar perairan
menunjukkan bahwa musim penangkapan laut yang berpasir dan berbatu. Telur yang
lobster terutama terjadi pada bulan November dibuahi akan menetas menjadi larva yang
sampai dengan Februari, dengan puncak musim kemudian bersifat planktonis, melayang-layang
terjadi pada bulan Desember (Tabel 1 dan dalam air. Larva yang disebut phylosoma ini
Gambar 9). Pada bulan – bulan tersebut memerlukan waktu sekitar 7 bulan untuk
merupakan musim penghujan, dan angin menjadi lobster kecil/muda. Di perairan Selatan
berhembus dari arah barat laut. Pada saat itu, Jawa daerah pemijahan diperkirakan tidak jauh
kondisi perairan pantai utara akan sangat dari garis pantai, karena pantai terjal sehingga
bergelombang, sedangkan perairan pantai kedalaman yang sesuai untuk daerah pemijahan
selatan relatif lebih tenang. Oleh karenanya relatif dekat. Hal inilah yang menambah
nelayan Kebumen tetap aktif melakukan semakin besarnya potensi lobster di perairan
penangkapan lobster di perairan pantai. selatan Kebumen, karena semakin dekat jarak
Tabel 1. Produksi rata-rata bulanan lobster di antara lokasi pemijahan dengan daerah asuhan,
Kebumen (1997-2007) maka sintasan larva sampai dengan lobster kecil
Bulan Produksi rata-rata (Kg) semakin besar. Hal ini karena gangguan selama
perjalanan dari daerah pemijahan dan daerah
Januari 1.985,40
asuhan semakin sedikit.
Februari 2.198,28
Maret 1.281,37 KESIMPULAN
April 1.201,88
Mei 618,34 Berdasarkan uraian di atas dapat
Juni 514,60 disimpulkan bahwa:
Juli 670,64 1. Analisis potensi lestari menggunakan data
Agustus 820,64 produksi dan trip tidak dapat dilakukan
September 1.732,82 karena data tidak memenuhi asumsi model
surplus produksi
Oktober 962,46
2. Lobster yang tertangkap didominasi oleh
November 2.250,99 ukuran kecil dan dapat membahayakan
Desember 3.391,60 keberlanjutan pembentukan stok alaminya.
Kondisi demikian dapat mengarah pada
terjadinya recruitment overfishing.
3. Musim penangkapan Lonster di Kabupaten
Kebumen terjadi pada musim penghujan
(November sampai Februari), dengan
puncak pada bulan Desember.
14
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 4, No. 2, 2009 : 10 – 15
15