You are on page 1of 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ARDS adalah keadaan darurat medis yang dipicu oleh berbagai proses akut yang berhubungan
langsung ataupun tidak langsung dengan kerusakan paru (Aryanto Suwondo,2006). ARDS
mengakibatkan terjadinya gangguan paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak napas
yang berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru. ARDS ( juga disebut syok
paru) akibat cedera paru dimana sebelumnya paru sehat, sindrom ini mempengaruhi kurang lebih
150.000 sampai 200.000 pasien tiap tahun, dengan laju mortalitas 65% untuk semua pasien yang
mengalami ARDS. Faktor resiko menonjol adalah sepsis. Kondisi pencetus lain termasuk trauma
mayor, KID, tranfusi darah, aspirasi tenggelam, inhalasi asap atau kimia, gangguan metabolik
toksik, pankreatitis, eklamsia, dan kelebihan dosisobat. Perawatan akut secara khusus menangani
perawatan kritis dengan intubasi dan ventilasi mekanik. .ARDS berkembang sebagai akibat
kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak
langsung.
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang
mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar dan perubahan dalam jaring-
jaring kapiler, terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat akibat kerusakan
pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-paru. ARDS menyebabkan penurunan
dalam pembentukan surfaktan, yang mengarah pada kolaps alveolar. Komplians paru menjadi
sangat menurun atau paru-paru menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam
kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia
( Brunner & Suddart 616).
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana Konsep Dasar Penyakit ARDS?


1.2.2 Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan ARDS?

1.3 Tujuan Masalah

1
1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penulisan ini secara umum adalah agar mahasiswa dapat memahami landasan teori
tentang Keperawatan Kritis pada penyakit ARDS dan nantinya bias di terapkan dalam peraktek
keperawatan.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar penyakit ARDS
1.3.2.2 Untuk mengetahui asuhan keperawatan ARDS

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang di gunakan dalam penyusunan Laporan Pendahuluan (LP)

Ini adalah sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, dan Sistematika
Penulisan.
2. BAB II TINJAUAN TEORI
Bab ini berisikan tentang dasar-dasar teori yang digunakan sebagai acuan di.dalam
Penyusunan Laporan.
3. BAB III LAPORAN KASUS
Bab ini berisikan tentang Kasus.
4. BAB IV PENUTUP
Bab ini berisikan tentang Kesimpulan dan Saran .

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Penyakit ARDS
2.1.1 Definisi ARDS
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan keadaan gagal nafas yang timbul
pada klien dewasa tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya (Mutaqqin, 2013).
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan suatu bentukan dari gagal nafas
akut yang ditandai dengan : hipoksemia, penurunan fungsi paru-paru, dispnea, edema paru-paru
bilateral tanpa gagal jantung, dan infiltrate yang menyebar. Selain itu ARDS juga dikenal dengan
nama “noncardiogenic pulmonary edema atau shock pulmonary” (Somantri, 2007).
Sindrom distres respiratorik akut merupakan bentuk edema pulmoner yang menyebabkan
gagal respiratorik akut dan disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas membran alveolokapiler.
Cairan terakumulasi dalam interstisium paru-paru dan ruang alveolar. ARDS parah bisa
menyebabkan hipoksemia yang sulit disembuhkan dan fatal, tetapi pasien yang sembuh mungkin
hanya mengalami sedikit kerusakan paru-paru atau tidak sama sekali (Farid, 2006).

Gambar 2.1 Anatomi Paru-paru


2.2.2 Epidemiologi

ARDS (juga disebut syok paru) akibat cedera paru dimana sebelumnya paru sehat,sindrom ini
mempengaruhi kurang lebih 150.000 sampai 200.000 pasien tiap tahun, dengan laju mortalitas
65% untuk semua pasien yang mengalami ARDS. Faktor resiko menonjol adalah sepsis. Kondisi

3
pencetus lain termasuk trauma mayor, tranfusi darah, aspirasi tenggelam, inhalasi asap atau kimia,
gangguan metabolik toksik, pankreatitis, eklamsia, dan kelebihan dosis obat. Perawatan akut
secara khusus menangani perawatan kritis dengan intubasi dan ventilasi mekanik. Penderita yang
bereaksi baik terhadap pengobatan, biasanya akan sembuh total, dengan atau tanpa kelainan paru-
paru jangka panjang. Pada penderita yang menjalani terapi ventilator dalam waktu yang lama,
cenderung akan terbentuk jaringan parut di paru-parunya. Jaringan parut tertentu membaik
beberapa bulan setelah ventilator dilepas (Mutaqqin, 2013).

2.2.3 Klasifikasi
1. Gagal nafas akut adalah yang timbul pada pasien pada pasien yang parunya normal secara
struktural maupun fungsional sebelum penyakit timbul
2. Sedangkan gagal nafas kronik terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti
bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batu bara) pasien
mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap.
Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel
Menurut Berlin (2012) ARDS dikategorikan menjadi 3 tipe berdasarkan tingkat
keparahaannya yaitu:
ARDS PaO2/FiO2 CPAP/PEEP Mortalitas
ARDS Ringan 200-300 mmHg ≥ 5 cm H2O 27%
ARDS Sedang 100-200 mmHg ≥ 5 cm H2O 32%
ARDS Berat ≤ 100 mmHg ≥ 5cm H2O 45%
2.2.4Etiologi
Mekanisme Etiologi
Kerusakan paru akibat inhalasi Kelainan paru akibat kebakaran, inhalasi
(mekanisme tidak langsung) gas oksigen, aspirasi asam lambung,
sepsis, syok (apapun penyebabnya),
koagulasi intrvaskuler tersebut
( disseminated intravaskuler coagulaton)
dan pancreatitis idiopatik

Obat-obatan Heroin dan salisilat

4
Infeksi Virus, bakteri, jamur, dan tb paru

Emboli lemak, emboli cairan amnion,


Sebab lain emboli paru thrombosis, trauma paru,
radiasi, keracunan oksigen, kelainan
metabolic (uremia) bedah mayor.
Sumber : Mutaqqin, 2013.
2.2.5 Tanda dan gejala ARDS
Menurut Darmanto (2007) tanda gejala ARDS yaitu :
1. Gejala ARDS muncul 24-48 jam setelah penyakit berat atau trauma. Awalnya terjadi sesak
nafas, takipnea dan nafas pendek dan terlihat jelas penggunaan otot pernafasan tambahan. Pada
pemeriksaan fisik akan didapatkan ronkhi dan mengi.
2. Pada penderita yang tiba-tiba mengalami sesak nafas pada 24 jam setelah sepsis atau trauma,
kecurigaan harus ditujukan pada ARDS.
2.2.6 Patofisiologi
ARDS dimulai dengan kerusakan pada epitel alveolar dan endotel mikrovaskuler.
Kerusakan awal dapat diakibatkan injury langsung atau tidak langsung. Kedua hal tersebut
mengakibatkan inflamasi, yang dibagi dalam 3 fase yang dapat dijumpai secara tumpang tindih:
inisiasi, amflikasi dan injury.
Pada fase inisiasi, kondisi yang menjadi factor resiko akan menyebabkan sel-sel imun dan
non imun melepaskan mediator-mediator dan modulator-modulator inflamasi di dalam paru dan
ke sistemik.
Pada fase amflikasi, sel efektor seperti netrofil teraktifasi, tertarik dan tertahan di dalam
paru. Di dalam organ target tersebut mereka melepaskan mediator inflamasi, termasuk oksidan dan
protease, yang secara langsung merusak paru dan mendorong proses inflamasi selanjutnya.
Fase ketiga disebut fase injury. Kerusakan pada membrane alveolar-kapiler menyebabkan
peningkatan permeabilitas membrane, dan aliran cairan yang kaya protein masuk ke ruang
alveolar.
Cairan dan protein tersebut merusak integritas surfaktan di alveolus, dan terjadi kerusakan
lebih jauh.

5
Terdapat 3 fase kerusakan alveolus : Fase eksudatif (ditandai edema interstisial dan
alveolar, nekrosis sel pneumosit tipe 1 dan denudasi atau terlepasnya membrane basalis,
pembengkakan sel endotel dengan pelebaran interseluler junction, terbentuknya membrane hialin
pada ductus alveolar dan ruang udara, dan inflamasi neotrofil. Juga ditemukan hipertensi pulmoner
dan berkurangnya compliance paru. Fase proliferative : paling cepat timbul setelah 3 hari sejak
onset, ditandai proliferasi sel epitel pneumosit tipe 2. Fase fibrosis : kolagen meningkat dan paru
menjadi padat karena fibros.

6
2.2.7 Pathway

Injury

Mengaktifkan proses inflamasi

Fase inisiasi (sel-sel imun dan non-imun melepaskan mediator

inflamasi di dalam paru dan sistemik)

Fase amflikasi (teraktifasinya netrofil)

Tertarik dan tertahan dalam paru

Terlepasnya mediator inflamasi (oksidan dan protease)

Merusak paru dan mendorong proses inflamasi

Kerusakan membrane alveolar

Peningkatan permeabilitas kapiler

Kebocoran pada kapiler darah alveoli


Gangguan
Pertukaran Gas
Cairan yang kaya protein masuk ke ruang alveoli

Perbedaan tekanan hidrostatik paru

Bersihan Jalan Nafas Edema paru penurunan difusi O2 dan CO2


Tidak Efektif
Penurunan surfaktan
Penurunan aliran darah
balik ke jantung
Kolaps alveolar yang progresif

Penurunan complience paru Penurunan cardiac output

Sesak
Gangguan Perfusi
Jaringan

Ansietas

7
2.2.8 Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi:
 Mengamati bagian thorak
2. Auskultasi
 Menggunakan stetoskop untuk mendengarkan frekuensi nafas
3. Palpasi
 Menekan bagian thorak untuk mengetahui apakah thoraknya edema dan nyeri
4. Perkusi
 Untuk mengetahui apakah ada cairan dalam paru-paru atau tidak.
2.2.9 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnostik ARDS dapat dibuat berdasarkan pada criteria berikut :
1. Gagal nafas akut
2. Infiltrat pulmoner “fluffy” bilateral pada gambaran rontgen thoraks.
3. Hipoksemia (PaO2 di bawah 50-60 mmHg) meski FcO2 50-60% (fraksi oksigen yang
dihirup). Alkalosis respiratorik, tahap lanjut akan terjadi hiperkapnea.
(Mutaqin, 2013).
2.2.10 Penatalaksaan Medis pasien ARDS
ARDS harus dikelola di unit perawatan intensif tempat penderita dapat mendapatkan
pengawasan dan terapi kardiorespirasi yang sesuai. Tujuan pengelolaan klinis adalah perawatan
suportif, dengan tujuan utamanya memberikan cukup oksigen untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan. Monitor yang sesuai meliputi penilaian hemodinamik invasive, seperti
kateterisasi arteri sistemik dan seringkali pemasangan kateter arteri pulmonalis. Pengukuran fungsi
paru dan pertukaran gas seperti gas darah arteri, oksimetri pulse, CO2 akhir tidal dan mekanika
paru digunakan untuk menyesuaikan tekanan oksigen inspirasi dan penyesuaian tekanan oksigen
inpirasi dan penyesuaian ventilator untuk meningkatkan kecukupan pemberian oksigen ke jaringan
dan mengurangi komplikasi.
Sebagian besar penderita akan memerlukan intubasi endotracheal dan ventilasi mekanik
disamping PEEP bila mereka tidak mempertahankan PaO2 di atas 50 mmHg pada oksigen inspirasi
60%. PEEP tidak mengembalikan oksigenasi normal pada semua penderita dan bahkan dapat
memberikan pengaruh yang merugikan pada fungsi jantung . Pemsangan PEEP harus selalu
disesuaikan dengan monitor berkelanjutan data klinis dan laboratorium. Pada beberapa keadaan

8
perlu digunakan tingkat PEEP yang sangat tinggi (10-20 cmH20). Namun hal ini dapat
mengakibatkan barotraumas yang membahayakan jiwa, ataupun gangguan aliran darah balik vena
yang pada akhirnya akan menurunkan curah jantung dan mengakibatkan hipotensi sistemik.
Perhatian khusus dan ketat harus ditujukan untuk mempertahankan fungsi jantung, terutama bila
digunakan PEEP tingkat tinggi karena stabilitas curah jantung yang disertai manajemen cairan
sangat penting untuk penghantaran oksigen. Perubahan posisi yang sering ( posisi dekubitus
lateral) sangat dianjurkan karena dapat meningkatkan oksigenasi.
Secara garis besar penatalaksanaan pada pasien ARDS :
1. Ventilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanis. Terapi modalitas ini bertujuan
untuk memberikan dukungan ventilasi sampai integritas membrane alveolarkapiler kembali
membaik . Dua tujuan tambahan yaitu :
a. Memelihara ventilasi adekuat dan oksigenasi selama periode kritis hipoksemia berat
b. Mengatasi faktor etiologi yang mngawali penyebab distress pernafasan.
2. Positif End Expiratory Breathing (PEEB)
Ventilasi dan oksigenasi adekuat diberikan melalui volume ventilator dengan tekanan dan
kemampuan aliran yang tinggi di mana PEEB dapat ditambahkan. PEEB diberikan melalui siklus
pernafasan untuk mencegah kolaps alveoli pada akhir ekspirasi.
Komplikasi utama PEEB adalah penurunan curah jantung dan barotraumas. Hal tersebut
sering terjadi pada pasien diventilasi dengan tidal volume di atas 15ml/kg atau PEEB tingkat
tinggi. Peralatan selang torakostomi darurat harus siap tersedia.
3. Pemantauan Oksigen Arteri adekuat
Sebagian besar volume oksigen ditranspor ke jaringan dalam bentuk oksihemoglobin.
Bila anemia terjadi, kandungan oksigen dalam darah menurun. Sebagai akibat efek ventilasi
mekanik PEEP pengukuran seri hemoglobin perlu dilakukan untuk kalkulasi kandungan oksigen
yang akan menentukan kebutuhan untuk tranfusi sel darah merah.
4. Titrasi cairan
Efek patologis dari peningkatan permeabilitas alveolar kapiler adalah dapat
mengakibatkan edema interstitial dan edema alveolar. Pemberian cairan yang berlebihan pada
orang normal dapat menyebabkan edema paru-paru dan gagal pernafasan. Tujuan utama terapi
cairan adalah untuk mempertahankan parameter fisiologik normal.

9
5. Penggunaan kortikosteroid untuk terapi masih kontroversi.
Sebelumnya terapi antibiotic diberikan untuk profilaksis, tetapi pengalaman
menunjukkan bahwa hal ini tidak dapat mencegah sepsis gram negative yang berbahaya. Akhirnya
antibiotic profilaksis rutin tidak lagi digunakan.
6. Pemeliharaan jalan nafas
Selang endotracheal atau selang trakeostomi disediakan tidak hanya sebagai jalan nafas,
tetapi juga berarti melindungi jalan nafas (dengan cuff utuh), memberikan dukungan ventilasi
kontinu dan memberikan konsentrasi oksigen terus-menerus. Pemeliharaan jalan nafas meliputi :
mengetahui waktu penghisapan, teknik penghisapan, tekanan cuff adekuat, pencegahan nekrosis
tekanan nasal dan oral untuk membuang secret, dan pemonitoran konstan terhadap jalan nafas
bagian atas.
7. Mencegah infeksi
Perhatian penting terhadap sekresi pada saluran pernafasan bagian atas dan bawah serta
pencegahan infeksi melalui teknik penghisapan yang telah dilakukan.
8. Dukungan nutrisi
Malnutrisi relative merupakan masalah umum pada pasien dengan masalah kritis. Nutrisi
parental total (hipertensi intravena) atau pemebrian makan melalui selang dapat memperbaiki
malnutrisi dan memungkinkan pasien untuk menghindari gagal nafas sehubungan dengan nutrisi
buruk pada otot inspirasi. mengungkapkan secara verbal karena intubasi, coba alternative
komunikasi. Organ multiple ( nekrosis ubulus akut, kagulopati, miokardiopati, disfungsi hepatic,
disfungsi sistem saraf pusat, perdarahan gastrointertinal, ileus dan kematian, Berikan penjelasan
yang singkat dan dengan sederhana mengenai prosedur, orientasikan klien terhadap lingkungan
sekitar, dan ulang penejalsan secara teratur, Berikan penejelasan tentang rutinitas perawatan dan
lingkungan kepada keluarga klien. Dorong keluarga klien untuk mendekati, berbicara dan
menyentuh klien jika mereka mengkenhendaki
2.2.11 Komplikasi ARDS
Komplikasi utama ARDS meliputi infeksi nosokomial, barotraumas berat, gangguan
curah jantung, toksisistas oksigen, fibrosis paru progresif, kegagalan sistem
2.2.12 Manifestasi Klinis

Gejala klinis utama pada kasus ARDS :


1. Peningkatan jumlah pernapasan

10
2. Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan sianosis
3. Pada Auskultasi mungkin terdapat suara napas tambahan
4. Penurunan kesadaran mental
5. Takikardi, takipnea
Takikardia yang menandakan upaya jantung untuk memberikan lebih banyak lagi oksigen
kepada sel dan organ vital.
6. Terdapat retraksi interkosta
7. Sianosis
8. Hipoksemia
9. Auskultasi paru : ronkhi basah, krekels, stridor, wheezing. Ronchibasahdankering yang
terdengardanterjadikarenapenumpukancairan di dalamparu-paru.
10. Auskultasi jantung : BJ normal tanpa murmur atau gallop
11. Pernapasan yang cepatsertadangkaldandispnea dengan kesulitan bernafas, yang terjadi
beberapa jam hingga beberapa hari pasca cedera awal. Gejala ini timbul sebagai reaksi
terhadap penurunan kadar oksigen dalam darah.
12. Peningkatan frekuensi ventilasi akibat hipoksemia dan efeknya pada pusat pnumotaksis.
13. Retraksi intercostal dan suprasternal akibat peningkatan dan upaya yang diperlukan untuk
mengembangkan paru-paru yang kaku.
14. Gelisah, khawatir dan kelambanan mental yang terjadi karena sel-sel otak mengalami
hipoksia.
15. Disfungsi motorik yang terjadi karena hipoksia berlanjut.
16. Asidosis respiratorik yang terjadi ketika karbondioksida bertumpuk di dalam darah dan
kadaroksigen menurun.
17. Asidosis metabolik yang pada akhirnya akan terjadi sebagai akibat kegagalan mekanisme
kompensasi.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Kritis ARDS

2.2.1 Pengkajian

1. Pengkajian Awal
1. Airway : Mengenali adanya sumbatan jalan napas
a. Peningkatan sekresi pernapasan

11
b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
c. Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
d. Jalan napas bersih atau tidak
2. Breathing
a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
b. Frekuensi pernapasan : cepat
c. Sesak napas atau tidak
d. Kedalaman Pernapasan
e. Retraksi atau tarikan dinding dada atau tidak
f. Reflek batuk ada atau tidak
g. Penggunaan otot Bantu pernapasan
h. Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak
i. Irama pernapasan : teratur atau tidak
j. Bunyi napas Normal atau tidak
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit kepala
c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
d. Papiledema
e. Penurunan haluaran urine
4. Disability
a. Keadaan umum : GCS, kesadaran, nyeri atau tidak
b. adanya trauma atau tidak pada thorax
c. Riwayat penyakit dahulu / sekarang
d. Riwayat pengobatan
e. Obat-obatan / Drugs
2. Pengkajian Dasar
1. Breathing
- DS: Pasien mengeluh sesak nafas
- DO: Pernafasan cepat dan dangkal. Peningkatan kerja nafas; penggunaan otot bantu
pernafasan seperti retraksi intercostal atau substernal, nasal flaring, meskipun kadar

12
oksigen tinggi. Suara nafas: biasanya normal, mungkin pula terjadi crakles, ronchi, dan
suara nafas bronchial. Perkusi dada: dull diatas area konsolidasi. Penurunan dan tidak
seimbangnya ekspansi dada. Peningkatan fremitus (tremor vibrator pada dada yang
ditemukan dengan cara palpasi. Sputum encer, berbusa.
2. Blood
- DS: -
- DO: kulit terlihat sianosis, hipotensi, pemeriksaan hasil analisa gas darah: Hipoksemia
(penurunan PaO2), Hipokapnia (penurunan PCO2) pada tahap awal ksrena
hiperventilasi, Hiperkapnia (peningkatan PCO2) menunjukkan gagal ventilasi,
Alkalosis respiratori (pH > 7,45) pada tahap dini, Asidosis respiratori / metabolic terjadi
pada tahap lanjut.
3. Brain
- DS: pasien mengeluh kepala terasa sakit
- DO: terjadi penurunan kesadaran mental.
4. Bladder
- DS: -
- DO: -
5. Bowel
- DS: pasien menegluh mual dan kehilangan nafsu makan
- DO: hilang atau melemahnya bising usus, perubahan atau penurunan berat badan.
6. Bone
- DS: -
- DO: terdapat sianosis pada kulit dan kuku
2.2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Dapat dihubungkan dengan : Meningkatnya tahanan jalan nafas (edema interstisial)
Kemungkinan dibuktikan oleh
Laporan dipsnea, perubahan kedalaman atau frekuensi pernafasan, penggunaan otot
aksesori untuk bernafas, batuk (efektif/tidak efektif) dengan atau tanpa produksi sputum,
ansietas atau gelisah.
2. Kerusakan pertukaran gas

13
Dapat dihubungkan dengan : kehilangan surfaktan menyebabkan kolaps alveoli
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Takipnea, penggunaan otot aksesori, sianosis, perubahan GDA, gradient A-a dan tindakan
pirau, ketidakcocokan ventilasi atau perpusi dengan peningkatan.
3. Gangguan perfusi jaringan
Dapat dihubungkan dengan : penurunan aliran balik vena, dan penurunan curah jantung.
Kemungkinan dibuktikan oleh : sianosis, perubahan GDA.
4. Ansietas
Dapat dihubungkan dengan : proses perjalanan penyakit
Kemungkinan dibuktikan oleh : sianosis, perubahan GDA.

14
2.2.3 Rencana Keperawatan

1. Bersihan Jalan Nafas Tak Efektif berhubungan dengan Meningkatnya tahanan jalan nafas
(edema interstisisial).
Diagnosa Keperawatan Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Bersihan Jalan Nafas NOC:


tidak efektif berhubungan  Respiratory status :  Pastikan kebutuhan oral /
dengan: Ventilation tracheal suctioning.
- Infeksi, disfungsi  Respiratory status :  Berikan O2 ……l/mnt,
neuromuskular, Airway patency metode………
hiperplasia dinding  Aspiration Control  Anjurkan pasien untuk
bronkus, alergi jalan Setelah dilakukan istirahat dan napas dalam
nafas, asma, trauma tindakan keperawatan  Posisikan pasien untuk
- Obstruksi jalan nafas : selama …………..pasien memaksimalkan ventilasi
spasme jalan nafas, menunjukkan keefektifan  Lakukan fisioterapi dada jika
sekresi tertahan, jalan nafas dibuktikan perlu
banyaknya mukus, dengan kriteria hasil :  Keluarkan sekret dengan
adanya jalan nafas  Mendemonstrasikan batuk atau suction
buatan, sekresi bronkus, batuk efektif dan suara  Auskultasi suara nafas, catat
adanya eksudat di nafas yang bersih, tidak adanya suara tambahan
alveolus, adanya benda ada sianosis dan  Berikan bronkodilator :
asing di jalan nafas. dyspneu (mampu - ………………………
DS: mengeluarkan sputum, - ……………………….
- Dispneu bernafas dengan - ………………………
DO: mudah, tidak ada  Monitor status hemodinamik
- Penurunan suara nafas pursed lips)  Berikan pelembab udara
- Orthopneu  Menunjukkan jalan
Kassa basah NaCl Lembab
- Cyanosis nafas yang paten (klien
 Berikan antibiotik :

15
- Kelainan suara nafas tidak merasa tercekik, …………………….
(rales, wheezing) irama nafas, frekuensi …………………….
- Kesulitan berbicara pernafasan dalam  Atur intake untuk cairan
- Batuk, tidak efekotif atau rentang normal, tidak mengoptimalkan
tidak ada ada suara nafas keseimbangan.
- Produksi sputum abnormal)  Monitor respirasi dan status
- Gelisah  Mampu O2
- Perubahan frekuensi dan mengidentifikasikan  Pertahankan hidrasi yang
irama nafas dan mencegah faktor adekuat untuk mengencerkan
yang penyebab. sekret
 Saturasi O2 dalam  Jelaskan pada pasien dan
batas normal keluarga tentang penggunaan
 Foto thorak dalam peralatan : O2, Suction,
batas normal Inhalasi.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan Kehilangan surfaktan menyebabkan kolaps


alveoli
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Gangguan Pertukaran NOC: NIC :


gas  Respiratory Status : Gas  Posisikan pasien untuk
Berhubungan dengan : exchange memaksimalkan ventilasi
 ketidakseimbangan  Keseimbangan asam  Pasang mayo bila perlu
perfusi ventilasi Basa, Elektrolit  Lakukan fisioterapi dada jika
 perubahan membran  Respiratory Status : perlu
kapiler-alveolar ventilation  Keluarkan sekret dengan
DS:  Vital Sign Status batuk atau suction

16
 sakit kepala ketika Setelah dilakukan  Auskultasi suara nafas, catat
bangun tindakan keperawatan adanya suara tambahan
 Dyspnoe selama …. Gangguan  Berikan bronkodilator ;
 Gangguan penglihatan pertukaran pasien teratasi -………………….
DO: dengan kriteria hasi: -………………….
 Penurunan CO2  Mendemonstrasikan  Barikan pelembab udara
 Takikardi peningkatan ventilasi  Atur intake untuk cairan
 Hiperkapnia dan oksigenasi yang mengoptimalkan
 Keletihan adekuat keseimbangan.
 Iritabilitas  Memelihara kebersihan  Monitor respirasi dan status
 Hypoxia paru paru dan bebas O2
 kebingungan dari tanda tanda distress  Catat pergerakan dada,amati
 sianosis pernafasan kesimetrisan, penggunaan
 warna kulit abnormal  Mendemonstrasikan otot tambahan, retraksi otot
(pucat, kehitaman) batuk efektif dan suara supraclavicular dan
 Hipoksemia nafas yang bersih, tidak intercostal
 hiperkarbia ada sianosis
dan  Monitor suara nafas, seperti
 AGD abnormal dyspneu (mampu
dengkur
 pH arteri abnormal mengeluarkan sputum,
 Monitor pola nafas :
frekuensi dan kedalaman mampu bernafas
bradipena, takipenia,
nafas abnormal dengan mudah, tidak
kussmaul, hiperventilasi,
ada pursed lips)
cheyne stokes, biot
 Tanda tanda vital dalam
 Auskultasi suara nafas, catat
rentang normal
area penurunan / tidak
 AGD dalam batas
adanya ventilasi dan suara
normal
tambahan
 Status neurologis dalam
 Monitor TTV, AGD,
batas normal
elektrolit dan ststus mental
 Observasi sianosis
khususnya membran mukosa

17
 Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang persiapan
tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan
(O2, Suction, Inhalasi)
 Auskultasi bunyi jantung,
jumlah, irama dan denyut
jantung

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran balik vena, dan
penurunan curah jantung.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Perfusi jaringan NOC : NIC :


kardiopulmonal tidak  Cardiac pump  Monitor nyeri dada
efektif b/d gangguan Effectiveness (durasi, intensitas dan
afinitas Hb oksigen,  Circulation status faktor-faktor presipitasi)
penurunan konsentrasi Hb,  Tissue Prefusion :  Observasi perubahan
Hipervolemia, cardiac, periferal ECG
Hipoventilasi, gangguan  Vital Sign Statusl  Auskultasi suara jantung
transport O2, gangguan Setelah dilakukan asuhan dan paru
aliran arteri dan vena selama………ketidakefek  Monitor irama dan jumlah
tifan perfusi jaringan denyut jantung
DS: kardiopulmonal teratasi  Monitor angka PT, PTT
- Nyeri dada dengan kriteria hasil: dan AT
- Sesak nafas  Tekanan systole dan  Monitor elektrolit
DO diastole dalam (potassium dan
- AGD abnormal rentang yang magnesium)
- Aritmia diharapkan  Monitor status cairan

18
- Bronko spasme  CVP dalam batas  Evaluasi oedem perifer
- Kapilare refill > 3 dtk normal dan denyut nadi
- Retraksi dada  Nadi perifer kuat dan  Monitor peningkatan
- Penggunaan otot-otot simetris kelelahan dan kecemasan
tambahan  Tidak ada oedem  Instruksikan pada pasien
perifer dan asites untuk tidak mengejan
 Denyut jantung, selama BAB
AGD, ejeksi fraksi  Jelaskan pembatasan
dalam batas normal intake kafein, sodium,
 Bunyi jantung kolesterol dan lemak
abnormal tidak ada  Kelola pemberian obat-
 Nyeri dada tidak ada obat: analgesik, anti
 Kelelahan yang koagulan, nitrogliserin,
ekstrim tidak ada vasodilator dan diuretik.
 Tidak ada  Tingkatkan istirahat
ortostatikhipertensi (batasi pengunjung,
kontrol stimulasi
lingkungan)

4. Ansietas berhubungan dengan penyakit kritis, takut kematian, atau kecatatan, perubahan
peran dalam sosial, atau kecatatan permanen.

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

19
Kecemasan berhubungan NOC : NIC :
dengan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
Krisis situasional, - Koping (penurunan kecemasan)
perubahan status Setelah dilakukan asuhan  Gunakan pendekatan yang
kesehatan, perubahan selama ……………klien menenangkan
konsep diri. kecemasan teratasi dgn  Nyatakan dengan jelas
kriteria hasil: harapan terhadap pelaku
DO/DS:  Klien mampu pasien
- Insomnia mengidentifikasi dan  Jelaskan semua prosedur
- Kontak mata kurang mengungkapkan dan apa yang dirasakan
- Kurang istirahat gejala cemas selama prosedur
- Berfokus pada diri  Mengidentifikasi,  Temani pasien untuk
sendiri mengungkapkan dan memberikan keamanan
- Iritabilitas menunjukkan tehnik dan mengurangi takut
- Takut untuk mengontol  Berikan informasi faktual
- Nyeri perut cemas mengenai diagnosis,
- Penurunan TD dan  Vital sign dalam batas tindakan prognosis
denyut nadi normal  Libatkan keluarga untuk
- Diare, mual, kelelahan  Postur tubuh, ekspresi mendampingi klien
- Gangguan tidur wajah, bahasa tubuh  Instruksikan pada pasien
- Gemetar dan tingkat aktivitas untuk menggunakan
- Anoreksia, mulut kering menunjukkan
tehnik relaksasi
- Peningkatan TD, denyut berkurangnya
 Dengarkan dengan penuh
nadi, RR kecemasan
perhatian
- Kesulitan bernafas
 Identifikasi tingkat
- Bingung
kecemasan
- Bloking dalam
 Bantu pasien mengenal
pembicaraan
situasi yang menimbulkan
- Sulit berkonsentrasi
kecemasan

20
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Kelola pemberian obat
anti cemas:........

4.Implementasi
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan.
5.Evaluasi
Tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya.

21
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

3.1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS


ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (ARDS) DI RUANG INTENSIVE
RSUD KABUPATEN BULELENG PADA TANGGAL 02 MARET 2019

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS /ICU/TRIAGE

Tgl/ Jam : 02 Maret 2019 No. RM :56-1257

Triage : ATS /5 level Diagnosis Medis :ARDS

Transportasi : Ambulan/Mobil Pribadi/ Lain-lain … …

Nama : Tn.S Jenis Kelamin :L

Umur : 50tahun Alamat : Ds. Patas

Agama : Hindu Status Perkawinan :Menikah

Pendidikan : SMA Sumber Informasi :Istri

Pekerjaan : Wiraswasta Hubungan :Istri


& IDENTITAS

Suku/ Bangsa : Indonesia

Triage : prioritas 2 (indikasi)


KESEHATAN
RIWAYAT

Keluhan Utama : pasien mengalami sesak nafas


SAKIT

22
Mekanisme Cedera (Trauma) :muncul 24-48 jam setelah
penyakit berat atau trauma.

- Sign/ Tanda Gejala :Peningkatan kerja napas


(penggunaan otot pernapasan)

Bunyi napas mungkin crakles, ronchi, dan suara nafas bronchial

- Napas cepat

Allergi :Px tidak memiliki riwayat alergi

Medication/ Pengobatan :

Past Medical History : Px tidak memiliki riwayat


kesehatan terdahulu

Last Oral Intake/Makan terakhir :istri Px mengatakan makan


saat ia akan mandi pukul 11.30

Event leading injury : Px mengatakan tidak pernah

mengalami kecelakaan sebelumnya.

23
Penggunaan Cervikal Collar :..........

Jalan Nafas :  Paten  Tidak Paten

Obstruksi :  Lidah  Cairan  Benda Asing

 Tidak Ada

 Muntahan  Darah  Oedema

Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor Tidak ada

Keluhan Lain: ronkhi dan mengi.


.

Masalah Keperawatan: Bersihan jalan nafas tidak efektif


AIRWAY

Nafas :  Spontan 
Tidak Spontan

Gerakan dinding dada:  Simetris  Asimetris

Irama Nafas :  Cepat  Dangkal  Normal

Pola Nafas :  Teratur  Tidak Teratur


BREATHING

Jenis :  Dispnoe  Kusmaul  Cyene Stoke

 Lain

24
Suara Nafas :  Vesikuler  Stidor  Wheezing  Ronchi

Sesak Nafas :  Ada  TidakAda

Cuping hidung  Ada  Tidak Ada

Retraksi otot bantu nafas :  Ada  Tidak Ada

Pernafasan :  Pernafasan Dada  Pernafasan Perut

RR : ... ..40. x/mnt

Keluhan Lain:

Masalah Keperawatan: -

Nadi :  Teraba  Tidak teraba  N: 70 x/mnt

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Pucat :  Ya  Tidak

Sianosis :  Ya  Tidak

CRT : < 2 detik > 2 detik

Akral :  Hangat  Dingin  S: 360C

Pendarahan :  Ya, Lokasi: mata kiri Jumlah 150cc  Tidak


CIRCULATION

ada

Turgor :  Elastis  Lambat

Diaphoresis: Ya Tidak

25
Riwayat Kehilangan cairan berlebihan:  Diare  Muntah 
Luka bakar

Keluhan Lain: -

Masalah Keperawatan: -

Kesadaran:  Composmentis  Delirium  Somnolen 


Apatis  Koma

GCS :  Eye : 1  Verbal : 2  Motorik : 4

Pupil :  Isokor  Unisokor  Pinpoint 


Medriasis

Refleks Cahaya:  Ada  Tidak Ada

Refleks fisiologis:  Patela (+/-)  Lain-lain … …

Refleks patologis :  Babinzky (+/-) Kernig (+/-)  Lain-


lain ... .. 4 4

Kekuatan Otot :
4 4
Keluhan Lain : Ada hematoma

Masalah Keperawatan: Ansietas berhubungan dengan penyakit


kritis, takut kematian, atau kecatatan, perubahan peran dalam
sosial, atau kecatatan permanen.
DISABILITY
EX

RE
PO
SU

26
Deformitas :  Ya  Tidak Lokasi ... ...

Contusio :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...

Abrasi :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...

Penetrasi :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...

Laserasi :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...

Edema :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...

Luka Bakar :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...

Grade : ... ... %

Jika ada luka/ vulnus, kaji:

Luas Luka :

Warna dasar luka:

Kedalaman : -

Lain-lain : ... ...

Masalah Keperawatan:

27
Monitoring Jantung :  Sinus Bradikardi  Sinus Takikardi

Saturasi O2 : … …%

Kateter Urine :  Ada  Tidak

Pemasangan NGT :  Ada, Warna Cairan Lambung : ... ... 


Tidak

Pemeriksaan Laboratorium : (terlampir)

Lain-lain: ... ...


FIVE INTERVENSI

Masalah Keperawatan:-

Nyeri :  Ada  Tidak

Problem :

Qualitas/ Quantitas :

Regio

Skala :

Timing :
GIVE COMFORT

Lain-lain :-

Masalah Keperawatan:

28
Pemeriksaan SAMPLE/KOMPAK

(Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non


trauma)

a. Dada : terdapat pernafasan dada, terjadi sesak


nafas, takipnea dan nafas pendek dan terlihat
jelas penggunaan otot pernafasan tambahan
ronkhi dan mengi.
HEAD TO TOE

Masalah Keperawatan:

Jejas :  Ada  Tidak

Deformitas :  Ada  Tidak

Tenderness :  Ada  Tidak

Crepitasi :  Ada  Tidak


INSPEKSI BACK/ POSTERIOR SURFACE

Laserasi :  Ada  Tidak

Lain-lain : ... ...

Masalah Keperawatan:

Data Tambahan :

29
Pengkajian Bio, Psiko, Sosio, Ekonomi, Spritual & Secondary
Survey

Pemeriksaan Penunjang :

Tanggal :02 maret 2019

Hasil pemeriksaan : EKG, Lab, CT Scan, Rontegn dll

Terapi Medis :

1. Pemeliharaan jalan nafas


2. Pemantauan Oksigen Arteri adekuat
3. Ventilasi Mekanik

30
2. ANALISA DATA

Nama :Tn.S No. RM :56-1257

Umur 50tahun Diagnosa medis :ARDS

Ruang rawat :ICU Alamat : Ds. Patas

No Data Fokus Analisis MASALAH


Data Subyektif dan Problem dan KEPERAWATA
Obyektif etiologi N
(pathway)
1. DS: Pasien mengatakan sesak Kebocoran pada Bersihan jalan
nafas kapiler darah tidak efektif
alveoli
DO:
- Penurunan suara nafas
Cairan yang kaya
- sianosis
protein masuk ke
- Kelainan suara nafas (rales,
ruang alveoli
wheezing)
- Kesulitan berbicara
perbedaan
- Batuk, tidak efektif atau
tekanan
tidak ada
hidrostatik
- Produksi sputum
- Perubahan frekuensi dan
edema paru
irama nafas

Bersihan jalan
tidak efektif

31
2. DS: - pasien mengatakan sulit Edema paru Ansietas
tidur
- Paien mengatakan Penurunan
takut surfaktan
DO:
- Kontak mata kurang Kolaps alveolar
- Berfokus pada diri sendiri yang progresif
- Diare, mual, kelelahan
- Gemetar Penurunan
- Anoreksia, mulut kering compliance paru
- Bingung
- Bloking dalam Sesak
pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi Ansietas

32
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH (BERDASARKAN
YANG MENGANCAM)
1. Bersihan Jalan Nafas Tak Efektif berhubungan dengan Meningkatnya tahanan jalan
nafas (edema interstisisial).
2. Ansietas berhubungan dengan penyakit kritis, takut kematian, atau kecatatan, perubahan
peran dalam sosial, atau kecatatan permanen.
I. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama : Tn.S No. RM : 56-1257

Umur : 50 tahun Diagnosa medis :ARDS

Ruang rawat : ICU Alamat : Ds. Patas

No Tujuan dan Intervensi Rasional Paraf


Kriteria Hasil
Dx (NIC)
(NOC)

NOC:  Posisikan pasien  Untuk


 Respiratory untuk memaksimalkan
1.
status : memaksimalkan ventilasi
Ventilation ventilasi  Untuk
 Respiratory  Auskultasi suara mengetahui
status : Airway nafas, catat adanya adanya suara
patency suara tambahan nafas tambahan
 Aspiration  Monitor respirasi dan  Untuk membantu
Control status O2 pernafasan
Setelah dilakukan  Pertahankan hidrasi  Agar secret cepat
tindakan yang adekuat untuk dikeluarkan
keperawatan mengencerkan sekret  Untuk
selama 1x24 jam memberikan

33
No Tujuan dan Intervensi Rasional Paraf
Kriteria Hasil
Dx (NIC)
(NOC)

pasien  Jelaskan pada pasien perawatan yang


menunjukkan dan keluarga tentang sesuai
keefektifan jalan penggunaan
nafas dibuktikan peralatan : O2,
dengan kriteria Suction, Inhalasi.
hasil :  Kolaborasi dengan
 Mendemonstrasi dokter dalam
kan batuk efektif pemberian obat
dan suara nafas
yang bersih,
tidak ada
sianosis dan
dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, bernafas
dengan mudah,
tidak ada pursed
lips)
 Menunjukkan
jalan nafas yang
paten (klien
tidak merasa
tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan
dalam rentang

34
No Tujuan dan Intervensi Rasional Paraf
Kriteria Hasil
Dx (NIC)
(NOC)

normal, tidak
ada suara nafas
abnormal)
 Mampu
mengidentifikasi
kan dan
mencegah faktor
yang penyebab.
 Saturasi O2
dalam batas
normal
 Foto thorak
dalam batas
normal

2.  Gunakan  Agar pasien


NOC :
pendekatan yang tenang
- Kontrol
menenangkan  Agar pasien
kecemasan
 Jelaskan semua mengetahui
- Koping
prosedur dan apa segala prosedur
Setelah dilakukan
yang dirasakan yang kita lakukan
asuhan selama 1x24
jam klien
selama prosedur  Agar pasien

kecemasan teratasi  Temani pasien tenang dan tidak

dgn kriteria hasil: untuk merasa ketakutan

 Klien mampu memberikan  Agar pasien tidak

mengidentifika keamanan dan mencemaskan

si dan mengurangi takut

35
No Tujuan dan Intervensi Rasional Paraf
Kriteria Hasil
Dx (NIC)
(NOC)

mengungkapka  Berikan informasi masalah


n gejala cemas faktual mengenai penyakitnya
 Mengidentifika diagnosis,  Agar pasien
si, tindakan nyaman apabila
mengungkapka prognosis ditemani keluarga
n dan  Libatkan keluarga  Untuk
menunjukkan untuk mengurangi
tehnik untuk mendampingi kecemasan pasien
mengontol klien  Untuk
cemas  Instruksikan pada mengetahui
 Vital sign pasien untuk penyebab
dalam batas menggunakan kecemasan pasien
normal tehnik relaksasi  Untuk
 Postur tubuh,  Dorong pasien menghilangkan
ekspresi wajah, untuk kecemasan
bahasa tubuh mengungkapkan
dan tingkat perasaan,
aktivitas ketakutan,
menunjukkan persepsi
berkurangnya  Kelola pemberian
kecemasan obat anti cemas:

36
II. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Tn.S No. RM : 56-1257

Umur : 50 tahun Diagnosa medis : ARDS

Ruang rawat : ICU Alamat : Ds. Patas

No Tgl/
Implementasi Respon Paraf
jam

1. 02  Memposisikan pasien S : Pasien mengatakan


Maret untuk memaksimalkan nyaman dalam posisi
2019 ventilasi semi fowler
 Mengauskultasi suara
09.30 O:
nafas, catat adanya suara
- Posisi kepala 15⁰ lebih
tambahan
tinggi dari kaki
 Memonitor respirasi dan
- TD : 140/68 mmHg
status O2
- N : 100 x/menit
 Mempertahankan hidrasi
- S : 36,5⁰C
yang adekuat untuk
- P : 35 x/menit
mengencerkan sekret
- O2 nasal terpasang 4
 Menjelaskan pada pasien
lpm
dan keluarga tentang
- Nafas sedikit ronchi
penggunaan peralatan : O2,
dan mengi
Suction, Inhalasi.
 Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat A: Tujuan belum tercapai

P: Lanjutkan semua
intervensi

37
02  Menggunakan S : Pasien mengatakan
Maret pendekatan yang sudah sedikit tidak cemas
2019 menenangkan
O: Pasien tampak sedikit
2.
 Menjelaskan semua
10.00 tidak cemas
prosedur dan apa yang
dirasakan selama
prosedur A: Tujuan belum tercapai
 Menemani pasien untuk
memberikan keamanan
dan mengurangi takut P: Lanjutkan semua

 Memberikan informasi intervensi


faktual mengenai
diagnosis, tindakan
prognosis
 Melibatkan keluarga
untuk mendampingi
klien
 Menginstruksikan pada
pasien untuk
menggunakan tehnik
relaksasi
 Mendorong pasien
untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
 Mengkelola pemberian
obat anti cemas:

38
39
III. EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Tn.S No. RM : 56-1257

Umur : 50 tahun Diagnosa medis :ARDS

Ruang rawat : ICU Alamat : Ds. Patas

No Tgl / Diagnosa
Catatan Perkembangan Paraf
jam Keperawatan

1. 03 ARDS S : Pasien mengatakan sedikit


tidak sesak dan sudah sedikit
Maret
tidak cemas
2019
O:
08:00
- Posisi kepala 15⁰ lebih tinggi
dari kaki
- TD : 130/68 mmHg
- N : 98 x/menit
- S : 36⁰C
- P : 33 x/menit
- O2 nasal terpasang 4 lpm
- Nafas sedikt ronchi dan
mengi

A: Tujuan belum tercapai

40
No Tgl / Diagnosa
Catatan Perkembangan Paraf
jam Keperawatan

P: Lanjutkan semua intervensi

41
3.2 HASIL PEMBAHASAN

Hasil dari pembahasan kasus diatas adalah Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
merupakan keadaan gagal nafas yang timbul pada klien dewasa tanpa kelainan paru yang
mendasari sebelumnya (Mutaqqin, 2013).
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan suatu bentukan dari gagal nafas
akut yang ditandai dengan : hipoksemia, penurunan fungsi paru-paru, dispnea, edema paru-paru
bilateral tanpa gagal jantung, dan infiltrate yang menyebar. Selain itu ARDS juga dikenal dengan
nama “noncardiogenic pulmonary edema atau shock pulmonary” (Somantri, 2007).
Sindrom distres respiratorik akut merupakan bentuk edema pulmoner yang menyebabkan
gagal respiratorik akut dan disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas membran alveolokapiler.
Cairan terakumulasi dalam interstisium paru-paru dan ruang alveolar. ARDS parah bisa
menyebabkan hipoksemia yang sulit disembuhkan dan fatal, tetapi pasien yang sembuh mungkin
hanya mengalami sedikit kerusakan paru-paru atau tidak sama sekali (Farid, 2006).
Patofisiologi ARDS : ARDS dimulai dengan kerusakan pada epitel alveolar dan endotel
mikrovaskuler. Kerusakan awal dapat diakibatkan injury langsung atau tidak langsung. Kedua hal
tersebut mengakibatkan inflamasi, yang dibagi dalam 3 fase yang dapat dijumpai secara tumpang
tindih: inisiasi, amflikasi dan injury.
Pada fase inisiasi, kondisi yang menjadi factor resiko akan menyebabkan sel-sel imun dan
non imun melepaskan mediator-mediator dan modulator-modulator inflamasi di dalam paru dan
ke sistemik.
Pada fase amflikasi, sel efektor seperti netrofil teraktifasi, tertarik dan tertahan di dalam
paru. Di dalam organ target tersebut mereka melepaskan mediator inflamasi, termasuk oksidan dan
protease, yang secara langsung merusak paru dan mendorong proses inflamasi selanjutnya.
Fase ketiga disebut fase injury. Kerusakan pada membrane alveolar-kapiler menyebabkan
peningkatan permeabilitas membrane, dan aliran cairan yang kaya protein masuk ke ruang
alveolar.
Cairan dan protein tersebut merusak integritas surfaktan di alveolus, dan terjadi kerusakan
lebih jauh.
Terdapat 3 fase kerusakan alveolus : Fase eksudatif (ditandai edema interstisial dan
alveolar, nekrosis sel pneumosit tipe 1 dan denudasi atau terlepasnya membrane basalis,
pembengkakan sel endotel dengan pelebaran interseluler junction, terbentuknya membrane hialin

42
pada ductus alveolar dan ruang udara, dan inflamasi neotrofil. Juga ditemukan hipertensi pulmoner
dan berkurangnya compliance paru. Fase proliferative : paling cepat timbul setelah 3 hari sejak
onset, ditandai proliferasi sel epitel pneumosit tipe 2. Fase fibrosis : kolagen meningkat dan paru
menjadi padat karena fibros.
Dari hasil analisa kelompok didapatkan satu diagnosa utama keperawatan yang mengacu
pada kasus Tn.S yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif dan ansietas.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan hasil dari catatan perkembangan S : Pasien mengatakan
sedikit tidak sesak dan sudah sedikit tidak cemas

O:

- Posisi kepala 15⁰ lebih tinggi dari kaki


- TD : 130/68 mmHg
- N : 98 x/menit
- S : 36⁰C
- P : 33 x/menit
- O2 nasal terpasang 4 lpm
- Nafas sedikt ronchi dan mengi

A: Tujuan belum tercapai

P: Lanjutkan semua intervensi

43
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
ARDS adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat,
hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru biasanya terjadi pada orang yang
sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai penyebab pulmonal atau non-pulmonal.

4.1 Saran
1. Kepada perawat diharapkan dapat memberikan komunikasi yang jelas kepada pasien dalam
mempercepat penyembuhan. Berikan pula Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien
untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya resti Pada ards
2. Kepada tenaga keperawatan untuk dapat memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan
ARDS.sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Kepada dosen pembimbing dapat memberikan penjelasan secara merinci tentang askep pada
pasien ARDS

44
DAFTAR PUSTAKA

Amin Zulkifli, Purwoto J. (2007). ‘Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)’ Dalam : Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II; Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Anonymous. 2016. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).


http://datenpdf.com/download/askep-ards-intensif-care_pdf diakses pada 18 september 2016
Farid (2006). Acute Respiratory Distress Syndrome. Maj Farm vol 4 (12).
<http://content.ebscohost.com/pdf 1821/pdf/2010/IJM/01Feb06/4949718.pdf>diakses pada
01 april 2013

Guntur AH. (2007). ‘Sepsis’ Dalam : buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II; Edisi IV. Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam : FKUI

Harman EM. (2011). Acute Respiratory Distress Syndrome Overview.


http://emedicine.medscape.com/article/165139-overview diakses pada 01 april 2013

Udobi KF, Touijer K. (2003). Acute Respiratory Distress Syndrome. Am Fam Physician. Vol. 67
(2) :315-322. http://www.biomedcentral.com/1471-230X/11/35

Ware LB, Matthay MA.(2000) The Acute Respiratory Distress Syndrome. N Engl J Med vol (342)
1334-1349. www.nejm.org

Wilkinson,J & Ahern, N (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Nanda, Intervensi Nic,
Kriteria Hasil Noc. Jakarta : Prima Medika.

45

You might also like