Professional Documents
Culture Documents
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan penguji skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pembimbing I
Drs. R. Indianto, M.Pd
NIP. 19510115 198003 1 001
Pembimbing II
Dra. B. Sunarti, M.Pd
NIP. 19450913 197403 2 001
Persetujuan Pembimbing
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Tim Penguji Skripsi Nama terang
Ketua Sekretaris Pembimbing I Pembimbing II
: Drs. A. Salim Choiri, M.Kes ............................
Padahari : Tanggal :
: Drs. Maryadi, M.Ag
................................. ............................
.................................
iv
ABSTRAK
ANJAR LESTARI. NIM : Y5107506. Penggunaan Media Gambar
Dalam Bina Wicara (Speech Therapy) untuk meningkatkan Kemampuan
Berbahasa di Kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri Tahun Ajaran
2009.
Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbahasa
di kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri tahun ajaran 2009 dalam proses
belajar mengajar.
Metode yang digunakan adalah peragaan. Adapun subyek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri sebanyak
4 anak. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah tes
kemampuan bicara, pretes digunakan untuk mengetahui kemampuan
bicara setelah perlakuan. Adapun tehnik analisis data dalam penelitian
ini deskriptif komparatif.
Hasil penelitian ini adalah ada peningkatan penggunaan media gambar
dalam bina wicara dalam kemampuan berbahasa terhadap anak tuna
rungu kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri. Hal ini dapat dilihat dari hasil
tes pada siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata sebelum menggunakan
media gambar adalah 57,5, setelah dilakukan tindakan nilai rata-rata
pada siklus I adalah 65 dan pada siklus II adalah 77,5 sehingga
penggunaan media gambar dalam bina wicara untuk meningkatkan
kemampuan Berbahasa di kelas DII adalah signifikan.
v
MOTTO
“ ...... Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(Terjemahan Q.S Alam Nasyroh : 5 – 6)
vi
PERSEMBAHAN
vii
Karya ini dipersembahkan Kepada :
Ibu dan Ayah tercinta Suami dan anakku tersayang dan Almamater
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan, untuk
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan
yang ada dapat teratasi. Untuk itu atas bentuk segala bantuan, peneliti
sampaikan terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret
Surakarta, Bapak Prof. Dr. H.M Furqon
Hidayatullah, M.Pd.
viii
9. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
ix
Surakarta,
2009
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL
.......................................................................................... i HALAMAN
PENGAJUAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN
........................................................................... iii HALAMAN
PENGESAHAN ............................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK
.................................................................................... v HALAMAN
MOTTO ........................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
........................................................................ vii KATA PENGANTAR
....................................................................................... viii DAFTAR ISI
...................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN
...................................................................................... xiii DAFTAR
TABEL .............................................................................................. xiv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ........................................................................... 1
x
BAB III
3. Berbahasa ............................................................................ 18
BAB IV
xi
B. Pembahasan Penelitian .............................................................. 46
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
............................................................ 49 A. Simpulan
.................................................................................... 49 B. Saran
.......................................................................................... 49 Daftar
Pustaka ...................................................................................................
50 Lampiran
.......................................................................................................... 52
xii
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman : Pedoman Penilaian Lembar “Judges” ......................................
52
: Lembar Validasi “Judges” ........................................................
53
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................................
54
: Lembar Hasil Tes Bina Wicara pada Siklus I ..........................
59
: Lembar Hasil Tes Bina Wicara pada Siklus II .........................
60
: Gambar Pelaksanaan Penelitian ............................................... 61
xiii
Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4.
DAFTAR TABEL
Halaman Hasil Kemampuan Wicara
................................................................. 41 Hasil Siklus I
..................................................................................... 44 Hasil Siklus I
dan Siklus II ................................................................ 46 Hasil Prestasi
Bina Wicara ................................................................ 48
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bekal yang sangat penting terutama dalam
menghadapi ketatnya kompetensi di dalam dunia pekerjaan yang
menuntut kemampuan lebih dari setiap sumber daya manusia.
Pendidikan merupakan prases budaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan
dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat serta
pemerintah.
Menyadari begitu pentingnya masalah pendidikan ini, maka para pakar
pendidikan di Indonesia telah memberikan dasar hukum yang kuat yang
dapat menjamin setiap warga negara Indonesia layak mendapatkan
pendidikan. Dalam Undang-undang Dasar Negara 1945 ayat ( 1 )
mengamanatkan bahwa warga Negara Indonesia mempunyai
kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan.
Untuk mencapai keberhasilan suatu pendidikan bukanlah persoalan yang
mudah. Banyak masalah dan kendala yang harus dihadapi dan diatasi
untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keberhasilan suatu proses
belajar mengajar hingga tercapai prestasi belajar siswa yang maksimal.
Pendidikan juga diperuntukkan anak-anak berkebutuhan khusus. Seperti
tertuang dalam : Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal 32
berbunyi :
Peserta didik yang mengalami kesulitan dalam proses belajar, karena
kelainan fisik, emosional, mental sosial dan atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa akan memperoleh pendidikan khusus.
Anak yang berkebutuhan khusus tersebut memperoleh pendidikan
melalui Pendidikan Selolah Luar Biasa (SLB) yaitu TKLB, SDLB,
SMPLB dan SMALB serta melalui Sekolah Regular sistem terpadu yang
disebut pendidikan Inklusi.
Anak tuna rungu tergolong anak berkebutuhan khusus, sehingga berhak
memperoleh layanan pendidikan khusus. Anak tuna rungu adalah anak
yang kehilangan pendengaran, baik sebagian (hard of hearing) maupun
seluruhnya (deaf)
xv
yang menyebabkan pendengarannya tidak mempunyai nilai fungsional
di dalam kehidupan sehari-hari.
Bambang Setyono ( 2000 : 1 ) mengungkapkan bahwa :
Bahasa merupakan alat untuk menginterpretasikan dan mengekspresikan
pikiran, perasaan dan kemauan dari seseorang kepada orang lain baik
secara langsung maupun tidak langgsung, dengan mempergunakan
sistem simbol yang telah disepakati dan menjadi milik anggota
masyarakat bahasa sehingga fungsi dari bahasa yaitu :
1. Bahasa dipergunakan untuk memahami atau menginterpretasikan
berbagai
rangsangan ( simbul ) yang diterima sehingga
berbentuk suatu konsep pengertian
atau disebut sebagai fungsi
reseptif.
wicara akan banyak sekali manfaatnya bagi anak tuna rungu. Sebagai
makhluk sosial anak tuna rungu juga perlu mengkomunikasikan diri
pada lingkungan sekitarnya. Dalam dunia pendidikan anak tuna rungu
bisa berkomunikasi dengan teman-teman serta para guru dan karyawan
yang berada di lingkup sekolahnya. Kemampuan bicara merupakan ciri
khas yang mendominasi bentuk sosialisasi tersebut. Anak tuna rungu
karena indera pendengarannya tidak dapat dimanfaatkan secara penuh,
sulit mengembangkan kemampuan berbicaranya sehingga merupakan
kendala dalam berkomunikasi. Hal ini sangat menghambat
perkembangan kepribadiannya, kecerdasan dan penampilannya sebagai
makhluk sosial. Dalam dunia pendidikan tentang anak tuna rungu bahwa
penguasaan bahasa lisan dan pemahaman ucapan kata-kata harus
diutamakan.
Masalah utama dari ketunarunguan adalah kemampuan sisa pendengaran
dan kemampuan bicara. Walaupun kemampuan intelegensi potensial
yang dimiliki cukup baik bahkan ada diatas rata-rata, mereka kurang
dapat mengembangkan fungsi intelegensinya karena keterbatasan fungsi
auditorinya. Anak tuna rungu karena ketunarunguannya perkembangan
bicaranya terganggu, sulit memahami konsep, banyak kita jumpai anak
tuna rungu dengan pola penguasaan bahasa menyimpang dari kaidah
bahasa Indonesia.
xvi
Gangguan bicara harus di deteksi sejak dini dan ditangani sejak dini dan
dengan metode yang tepat. Bicara merupakan media utama seseorang
untuk mengekspresikan diri agar maksud hati bisa dimengerti oleh orang
lain, orang tua, guru dan teman-temannya.
Periode perkembangan bicara anak dimulai sejak usia 9 bulan sampai
3,5 tahun. Masa itu penting bagi anak, apabila pada rentang waktu
tersebut anak mengalami gangguan bicara karena asosiasi dan persepsi
datang ke telinga yang terganggu (Djoko S Sindhusakti, 1977 : 20).
Penulis mengadakan penelitian terhadap siswa tuna rungu kelas DII di
SLB Negeri Wonogori menemukan beberapa permasalahan sebagai
berikut :
xvii
6. Guru mengalami kesulitan mengajar materi pelajaran yang lainnya
jika siswa kurang meamahami kata beanda, kata bilangan, kata
keterangan dan lain-lain.
7. Dalam pembelajaran bina wicara tanpa
media gambar anak tuna rungu kurang
xix
2. Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
praktis sebagai berikut :
a. Bagi Siswa
b. Bagi Guru
wicara akan banyak sekali manfaatnya bagi anak tuna rungu. Sebagai
makhluk sosial anak tuna rungu juga perlu mengkomunikasikan diri
pada lingkungan sekitarnya. Dalam dunia pendidikan anak tuna rungu
bisa berkomunikasi dengan teman-teman serta para guru dan karyawan
yang berada di lingkup sekolahnya. Kemampuan bicara merupakan ciri
khas yang mendominasi bentuk sosialisasi tersebut. Anak tuna rungu
karena indera pendengarannya tidak dapat dimanfaatkan secara penuh,
sulit mengembangkan kemampuan berbicaranya sehingga merupakan
kendala dalam berkomunikasi. Hal ini sangat menghambat
perkembangan kepribadiannya, kecerdasan dan penampilannya sebagai
makhluk sosial. Dalam dunia pendidikan tentang anak tuna rungu bahwa
penguasaan bahasa lisan dan pemahaman ucapan kata-kata harus
diutamakan.
Masalah utama dari ketunarunguan adalah kemampuan sisa pendengaran
dan kemampuan bicara. Walaupun kemampuan intelegensi potensial
yang dimiliki cukup baik bahkan ada diatas rata-rata, mereka kurang
dapat mengembangkan fungsi intelegensinya karena keterbatasan fungsi
auditorinya. Anak tuna rungu karena ketunarunguannya perkembangan
bicaranya terganggu, sulit memahami konsep, banyak kita jumpai anak
tuna rungu dengan pola penguasaan bahasa menyimpang dari kaidah
bahasa Indonesia.
xxii
Gangguan bicara harus di deteksi sejak dini dan ditangani sejak dini dan
dengan metode yang tepat. Bicara merupakan media utama seseorang
untuk mengekspresikan diri agar maksud hati bisa dimengerti oleh orang
lain, orang tua, guru dan teman-temannya.
Periode perkembangan bicara anak dimulai sejak usia 9 bulan sampai
3,5 tahun. Masa itu penting bagi anak, apabila pada rentang waktu
tersebut anak mengalami gangguan bicara karena asosiasi dan persepsi
datang ke telinga yang terganggu (Djoko S Sindhusakti, 1977 : 20).
Penulis mengadakan penelitian terhadap siswa tuna rungu kelas DII di
SLB Negeri Wonogori menemukan beberapa permasalahan sebagai
berikut :
xxiii
13. Guru mengalami kesulitan mengajar materi pelajaran yang lainnya
jika siswa kurang meamahami kata beanda, kata bilangan, kata
keterangan dan lain-lain.
14. Dalam pembelajaran bina wicara tanpa
media gambar anak tuna rungu kurang
dapat memahami ucapan dengan pengertian ucapan.
Penelitian ini
tidak akan memecahkan semua permasalahan yang ada
melainkan dibatasi. Adapun masalah yang ada dan yang Penulis ambil
dalam penelitian adalah nomor 6 dan 7, yaitu :
6. Guru mengalami kesulitan mengajar materi pelajaran yang lainnya
jika siswa kurang memahami kata benda, kata bilangan, kata keterangan
dan lain-lain.
7. Dalam pembelajaran tanpa media gambar anak tuna rungu kurang
dapat memahami ucapan dengan pengertian ucapan. Ketidakmampuan
atau kekurangmampuan dalam mendengar akan menimbulkan berbagai
masalah terutama anak-anak dalam mengikuti mata pelajaran yang
diajarkan guru. Bicara adalah proses yang dilakukan serta diperlukan
oleh pembicara untuk menyampaikan pesan yang hendak dituturkan
(dipikirkan) oleh pembicara melalui organ bicara. Bicara melibatkan
menyandian (econding) yang mencakup mengubahan fonem menjadi
bunyi bermakna.
Pengajaran bina wicara akan mudah dipahami maksud apa yang
diucapkan jika menggunakan media gambar. Bina wicara merupakan
pangkal dari pembelajaran mata pelajaran yang lainnya. Melihat gambar
dan mengucap kata pada gambar, anak tuna rungu akan mudah
menangkap makna ucapan. Pengucapan kata yang baik dan betul bagi
anak tuna rungu akan menunjang pengajaran berbahasa Indonesia di
kelas Dasar. Pengajaran bina wicara mendapat penekanan dan baiknya
diberikan sejak dini.
Dari uraian di atas Penulis terdorong melakukan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan judul : “Penggunaan Media Gambar Dalam Bina
Wicara (Speech Therapy) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa
Di Kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri Tahun Ajaran 2009 “.
F. RumusanMasalah
Di SLB Negeri Wonogiri kebiasaan siswa tuna rungu dalam
berkomunikasi baik dengan teman satu sekolahan maupun dengan
gurunya menggunakan isyarat
xxiv
yang tidak baku. Walaupun kadang sudah diajarkan kadang anak tuna
rungu mencari mudahnya berkomunikasi tetapi tidak menggunakan alat
ucap yang tepat, sehingga berkomunikasi dengan anak-anak normal
terhambat. Dalam pengucapan kata-kata sering salah akibatnya
menimbulkan salah asosiasi dan salah persepsi.
Permasalahan di atas sangat komplek, sehingga Peneliti hanya
mengambil permasalahan pada nomor 6 dan 7.
Berdasarkan permasalahan di atas maka Peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut : “Apakah Media Dalam Bina Wicara (Speech Therapy)
dapat meningkatkan kemampuan Berbahasa di Kelas DII SLB/B Negeri
Wonogiri Tahun Ajaran 2009 ?”
G. Tujuan Penelitian
Dalam pembelajaran bina wicara bagi anak tuna rungu kelas DII SLB/B
Negeri Wonogiri akan mengalami hambatan tanpa menggunakan suatu
media. Media yang Penulis pergunakan adalah media gambar. Tanpa
menggunakan dalam pembelajaran bina wicara, anak tuna rungu kurang
memahami pengertian ucapan dengan maksud kata kata yang diucapkan.
Gambar bisa memudahkan penerimaan maksud ucapan. Anak tuna
rungu akan cepat menangkap maksud bahasa melalui gambar dari pada
ucapan saja. Dalam pembelajaran bina wicara diharapkan anak tuna
rungu dapat mengucapkan kata dengan betul untuk meningkatkan
pembelajaran mata pelajaran yang lainnya.
Jadi tujuan penelitian ini adalah penggunaan media gambar dalam bina
wicara (Speech Therapy) untuk meningkatkan kemampuan berbahasa di
kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri tahun ajaran 2009 dalam proses
belajar mengajar.
H. Manfaat Penelitian
Dalam Penelitian Tindakan Kelas di kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri
ini, Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaat sebagai
berikut :
3. Manfaat Teoritis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi guru/calon guru dan
pembaca agar bina wicara dapat meningkatkan kemampuan anak tuna
rungu untuk berkomunikasi dengan baik di sekolah maupun di
lingkungan sekitarnya serta menambah perbendaharaan bahasa sebagai
pangkal pembelajaran yang lainnya.
xxv
4. Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
praktis sebagai berikut :
c. Bagi Siswa
. 6) Siswa dapat mengucapkan kata-kata dengan benar
d. Bagi Guru
. 3) Sebagai pedoman untuk pembelajaran yang lebih baik
4. Dokumentasi.
xxvii
1. Observasi
Menurut Sukardi (2003 : 183) “Observasi adalah suatu tindakan untuk
melihat dan mencatat fenomena apa yang muncul yang memungkinkan
terjadinya perbedaan diantara dua kelompok”.
Pengamatan ditujukan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam pengucapan kata-kata dan memahami arti
ucapan.
2. Tes
a. Pengertian Tes
“Tes adalah alat prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran
dan penilaian” (Anas Sudijono 2005 : 53). Jadi tes merupakan serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengatur
ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki individu atau kelompok.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud tes adalah
suatu tehnik atau cara dalam rangka pengukuran atau penilaian yang di
dalamnya terdapat sejumlah pertanyaan/latihan diberikan kepada
seorang testee untuk mengetahui atau mengukur ketrampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu
atau kelompok dengan cara yang sudah ditentukan.
b. Bentuk-
bentukTes
Menurut Anas Sudijono (2005 : 75), penggolongan tes dilihat dari segi
cara mengajukan dan cara memberikan jawaban adalah sebagai berikut :
. 1) Testertulisyaitutesdimanatesteedalammengajukanbutir-
butirpertanyaanatau
soalnya dilakukan secara tertulis dan testee
memberikan jawabannya juga secara
tertulis.
xxviii
E. Validasi Data
Untuk memperoleh data yang benar-benar valid sesuai dengan tujuan
penelitian ini maka validasi data yang digunakan adalah dengan
trianggulasi data. Trianggulasi data di lakukan dengan mengumpulkan
dari berbagai sumber data yang kemudian di lakukan verifikasi terhadap
data tersebut.
F. Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam PTK ini adalah teknik
analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan
untuk menganalisis data-data yang berupa proses pembelajaran.
Sedangkan teknis analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis
prestasi belajar kemampuan mengucapkan siswa antara sebelum dan
sesudah implementasi tindakan dilakukan.
G. Indikator Kerja
Indikator dalam keberhasilan pembelajaran ini adalah terjadi
peningkatan skor dalam bina wicara setelah dilakukan tindakan ini
kurang lebih 60 %.
H. Prosedur Penelitian
Model penelitian adalah prosedur yang menggambarkan bagaimana
penelitian akan dilaksanakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
menggunakan tindakan yang dikembangkan Kemmis dan MC. Taggart
(1998 : 63).
Penelitian disini meliputi 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap observasi dan evaluasi. Adapun masing-masing tahap
dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Siklus I
1.
Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini peneliti menyiapkan RPP lengkap denganinstrumen yang
diperlukan. Adapun lembar instrumen adalah :
N
Gambar Tulisan
o
1 Mata
xxix
N
Gambar Tulisan
o
2 Meja
3 Bola
4 Roda
Lembar penilaian
Skor
No Keterangan
Dapat mengucapkan dengan benar
3. Pengamatan/Observasi
xxx
4. Refleksi (Reflecting)
a. Peneliti dengan bantuan teman melakukan diskusi untuk
merefleksi dalam ruang dan waktu yang tak terbatas
1 Sepeda
2 Almari
xxxi
N
Gambar Kata
o
3 Telinga
4 Sepatu
2. Pelaksanaan Tindakan
3. Pengamatan (Observasi)
4. Refleksi/Reflection
a. Peneliti melakukan refleksi untuk menilai sejauh mana
keberhasilan media
gambar dalam bina wicara itu dalam
upaya meningkatkan kemampuan
berbahasa Indonesia
xxxii
No Nama Hasil
123
AN FN W PY
4
60 60 50 60
Dilihat dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kemampuan awal bicara
belum memperoleh nilai yang maksimal, dari 4 siswa yang memperoleh
nilai 60 ada 3 dan yang memperoleh nilai 50 ada satu.
Selanjutnya berdasarkan hasil pre test tersebut terdapat nilai yang
terendah diperoleh W. kegiatan observasi proses pengajaran bina wicara
sebelum diberi perlakuan siswa belum dapat bicara lancar dan masih
susah berbicara.
Pemberian perlakukan pengajaran bina wicara dengan menggunakan
media gambar dilakukan oleh guru Bahasa Indonesia dan guru Bina
Wicara untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak tuna rungu
kelas D II. Oleh karena itu peneliti mencoba memberikan perlakukan
pengajaran bina wicara bagi anak tuna rungu kelas D II dengan
menggunakan media gambar dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa Indonesia bagi anak tuna rungu.
xxxiii
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Deskripsi pelaksanaan tindakan I a. Perencanaan / Planning
Sebelum guru memberikan tindakan, terlebih dahulu guru
mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan dalam
pembelajaran bina wicara yang menggunakan media gambar untuk
memperoleh perencanaan yang matang, maka peneliti mengadakan
diskusi dengan teman tim, tentang tindakan yang akan dilaksanakan.
Adapun persiapan yang dilakukan sebagai berikut :
xxxiv
b. Tahap Pelaksanaan / Action
. 2) Pertemuan kedua
1) Temuan positif
. a) Siswa bergairah dalam belajar
. b) Siswa disiplin dalam mengikuti pembelajaran
No Subyek Nilai
123
AN FN W PY 70 70 60 60
4
Jumlah
260
e.
. 3) Perlupenjelasantentangbagaimanacaramengucapkankata-
katadenganbaik
dan betul
a.
xxxvi
perlakuan yang ditingkatkan. Perubahan dilakukan agar subyek dalam
mengikuti pembelajaran akan memiliki semangat dan motivasi yang
meningkat dalam proses pembelajaran bina wicara dengan menggunakan
media gambar.
. 1) Pertemuan pertama
. a) Apersepsi
. d) Siswadimintamemperbaikiucapanyangsalah.
. 2) Pertemuan kedua
1) Temuan positif
. a) Siswa terlihat bersemangat mengikuti pembelajaran
. b) Siswa lebih memahami kata-kata yang diucapkan maupun
diucapkan
guru
xxxvii
e) Siswa dapat mengeluarkan suara lebih sempurna. 2) Temuan negatif
a) Dalam mengikuti pembelajaran semuanya masih memerlukan bantuan
guru
b) Ada kata-kata yang dalam mengucapkan belum sempurna. d. Hasil
Evaluasi
Evaluasi terhadap hasil belajar pada siklus II dalam pembelajaran bina
wicara dengan menggunakan media gambar menunjukkan hasil seperti
terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 3. Hasil Siklus I dan Siklus II
123
AN FN W PY 70 70 60 60 80 80 70 80
4
Jumlah 310
xxxviii
Dari pelaksanaan siklus I dalam persiapan pembelajaran yang telah
dilakukan guru sudah tepat, yaitu dari penyusunan silabus, pembuatan
perencanaan dan juga media gambar sudah disesuaikan dengan kondisi
anak.
Dalam pelaksanaan pembelajaran bina wicara dengan menggunakan
media gambar menambah semangat dan keaktifan siswa.
Adapun pembahasan yang ada pada anak tuna rungu yaitu kondisi anak
dalam penggunaan Bahasa Indonesia, dan bina wicara dalam kaitannya
dengan berbahasa Indonesia tidak hanya anak normal, anak tuna rungu
sangatlah penting dalam berbicara. Guru bisa melatih bina wicara, hal
ini bisa dilakukan melalui percakapan, tanya jawab, menceritakan
gambar, sehingga penguasaan kata-kata sebagai perbendaharaan kata
dan bahasa akan semakin kaya.
Salah satu usaha untuk mengatasi hambatan belajar bina wicara adalah
dengan media pembelajaran yang tepat. Media pembelajaran dalam
penelitian ini adalah suatu media dalam pembelajaran yang digunakan
untukmemudahkan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Dalam
penelitian ini media gambar sebagia alat bantu menyampaikan materi
belajar bina wicara bagi anak tuna rungu. Anak tuna rungu akan lebih
dapat memahami arti suatu kata dengan melihat gambar penerimaan
penjelasan pelajaran dengan media gambar akan mempengaruhi
kemampuan anak tuna rungu menyerap pelajaran sehingga akan
mempengaruhi prestais belajar Bahasa Indoesia.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keberhasilan pembelajaran
untukmeningkatkan kemampuan berbahasa dengan media gambar
efektif dan peningkatan sangat signifikan.
Meninjau dari hasil penelitian yang memperoleh peningkatan dari
sebelum menerapkan media gambar dan sesudah menerapkan media
gambar. Hasil tersebut belum menjadi pedoman bahwa bina wicara
menggunakan media gambar menjadisalah satu metode dalam
pembelajaran bina wicara. Karena itu keberhasilan dari suatu kegiatan
khususnya prestasi belajar siswa.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.
xxxix
Faktor internal antara lain perhatian, konsentrasi, tingkat ketunarunguan
dan kondisi kesehatan siswa. Adapun faktor luar yang mempengaruhi
prestasi belajar antara lain sarana dan prasarana, guru bina wicara dan
media pembelajaran.
Tabel 4. Hasil Prestasi Bina Wicara
Siklus
No Nama Kondis Awal
I II
123
AN FN W PY 60 60 50 60 70 70 60 60 80 80 70 80
4
Keterangan nilai dengan angka SB : Sangat Berhasil
. B : Berhasil
. C : Kurang Berhasil
. D : Sangat Kurang Berhasil
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
AN FN W PY